bab i pendahuluan -...
Post on 09-Aug-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu komponen penting dalam siklus hidrologi.
Menurut Indarto (2010), air berpengaruh terhadap perubahan iklim. Air juga
merupakan salah satu komponen yang penting bagi makhluk hidup. Kebutuhan air
bagi manusia tidak dapat tergantikan. Manusia membutuhkan air untuk dapat
bertahan hidup, selain itu air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia.
Kekurangan air 1% dari berat badan dapat mengganggu kerja otak dan
kemampuan berfikir. Kekurangan air sebanyak 2% berat badan dapat
menyebabkan penurunan konsentrasi dan daya ingat sesaat (Santoso dkk, 2011).
Ketersediaan air di muka bumi sangat melimpah, baik di atas permukaan
bumi maupun di bawah permukaan bumi. Sumberdaya air dapat berasal dari
berbagai sumber, salah satunya adalah sungai. Sungai banyak digunakan manusia
untuk melakukan berbagai aktivitas.
Hasil pemantauan Kementerian Lingkungan Hidup terhadap indeks
kualitas air sungai, menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi kecenderungan
peningkatan pencemaran hingga 30%. Hasil pemantauan tersebut telah dilakukan
pula oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(Walhi) yang menyatakan bahwa pencemaran sungai pada kurun waktu 2012
hingga 2011 meningkat hingga 50% (Harian Tempo, 2012).
Aktivitas manusia yang tidak terkendali dapat menimbulkan dampak buruk
pada lingkungan sekitar dampak negatif yang terjadi dapat menurunkan
kemampuan suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) untuk menjaga keseimbangan
ekosistem di dalamnya. Selain terjadinya ketidakstabilan keseimbangan, dampak
lain yang terjadi adalah kerusakan DAS. Kerusakan DAS saat ini diperkirakan
telah lebih dari 50% dengan kondisi kualitas air yang tercemar berat (Barlin,
2011).
Sungai Gajahwong berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sungai
Gajahwong merupakan salah satu sasaran dalam Program Kali Bersih
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
(PROKASIH). Program ini telah dimulai sekitar tahun 1993 (Tricahyo, 2000),
namun hingga saat ini masih banyak masyarakat maupun industri yang membuang
limbah di sungai.
Pembangunan yang marak terjadi di Yogyakarta juga memengaruhi
kondisi kualitas air Sungai Gajahwong. Selain memengaruhi kualitas air, daerah
sempadan sungai berubah menjadi pemukiman dan industri. Pembangunan di
sekitar sungai juga dapat memengaruhi kondisi sungai dan ekosistem di
sekitarnya. Sungai Gajahwong saat ini sedang menjadi perhatian pemerintah.
Penataan ruang di sekitar Sungai Gajahwong sudah mulai dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menjaga kondisi kualitas air di sungai ini.
Daerah di sekitar Sungai Gajahwong banyak digunakan untuk
permukiman, persawahan maupun industri. Tingginya angka pertumbuhan
penduduk juga berdampak pada semakin banyak masyarakat yang membuang
sampah. Menurut Camat Depok, hasil observasi pada Sungai Gajahwong terdapat
empat titik pembuangan sampah (Antara Jogja, 2012).
Penggunaan lahan serta perlakuan yang berbeda pada sungai menyebabkan
kualitas air yang terdapat pada satu sungai dapat beragam. Perlunya diadakan
pemantauan mengenai kualitas air serta perbedaan kualitas air pada suatu sungai
menjadi menarik untuk dibahas, sehingga penulis menyusun penelitian yang
berjudul “Variasi Kualitas Air Sungai Gajahwong dan Faktor-Faktor yang
Memengaruhinya”.
1.2. Perumusan Masalah
Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahun menyebabkan
terjadinya pembangunan dimana-mana. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan
salah satu provinsi yang cukup strategis untuk menjadi lokasi tempat tinggal.
Perkembangan yang cukup pesat di provinsi ini menyebabkan terjadinya
peningkatan pemanfaatan lahan dan alih fungsi lahan.
Peningkatan pemanfaatan lahan dan alih fungsi lahan menyebabkan lahan
semakin habis. Sempadan sungai merupakan salah satu lokasi yang menjadi
sasaran dalam pembangunan. Pembangunan di sempadan sungai menyebabkan
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
terjadinya perubahan kualitas air sungai tersebut. Peningkatan pemanfaatan lahan
yang disebabkan oleh aktivitas manusia ini berdampak pada kualitas air sungai.
Permasalahan tersebut salah satunya adalah penurunan kualitas air sungai.
Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan karena telah terjadi
pencemaran pada sungai tersebut. Pencemaran banyak terjadi karena pembuangan
limbah industri maupun limbah rumah tangga. Limbah yang masuk ke dalam
sungai mengakibatkan terjadinya perubahan susunan kandungan zat kimia yang
terdapat pada air. Bakteri anaerob yang semakin meningkat menyebabkan tercium
bau busuk pada sungai.
Peningkatan jumlah penduduk yang cukup pesat juga berpengaruh
terhadap kondisi kualitas air sungai. Semakin tinggi jumlah penduduk dan
kurangnya kesadaran untuk menjaga lingkungan menyebabkan semakin banyak
pembuangan limbah ke sungai. Selain itu keadaan sanitasi juga menjadi semakin
buruk dikarenakan lingkungan yang kotor.
Beberapa titik di Sungai Gajahwong saat ini menjadi lokasi tempat
pembuangan sampah. Selain itu banyak gedung-gedung dan tempat makan yang
berada di sekitar sungai dan membuang limbah di sungai ini. Pembangunan juga
semakin pesat di sekitar sungai ini. Kondisi yang terus menerus terjadi ini dapat
menurunkan kualitas lingkungan serta penurunan keanekaragaman biota sungai.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana variasi kualitas air Sungai Gajahwong?
b. Faktor apa saja yang berpengaruh terhadap variasi kualitas air Sungai
Gajahwong?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui variasi kualitas air Sungai Gajahwong.
2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variasi kualitas air
Sungai Gajahwong.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar dalam pertimbangan
perencanaan pembangunan di sekitar Sungai Gajahwong.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan
pemahaman masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan sumber
daya air.
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran bagi semua pihak
untuk menjaga dan lingkungan di sekitar Sungai Gajahwong, serta
membantu menyadarkan masyarakat mengenai aktivitas yang dapat
memperburuk kondisi air Sungai Gajahwong dan dampaknya bagi
ekosistem serta kesehatan.
4. Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pengelolaan
lingkungan sungai dan sumber daya air di Sungai Gajahwong.
1.5. Tinjauan Pustaka dan Penelitian Sebelumnya
1.5.1. Air
Air merupakan substansi yang paling melimpah di muka bumi serta
merupakan komponen utama bagi makhluk hidup (Indarto, 2010). Menurut PP
No. 35 Tahun 1991, air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di
bawah permukaan tanah. Seperti terlihat pada Gambar 1.1 bahwa air tawar yang
ada di permukaan bumi hanya 2,5% dari total air di Bumi dan air yang terdapat
pada sungai hanya berkisar 0,3%.
Air selalu mengalir dari tempat tinggi menuju tempat yang lebih rendah. Sinar
matahari yang memancar menuju bumi menyebabkan terjadinya penguapan. Uap
air yang berada di atmosfer tersebut kemudian membentuk kondensasi dan
menggumpal menjadi awan. Awan tersebut kemudian dibawa oleh angin hingga
tidak mampu menampung air dan melepaskan air dalam bentuk presipitasi
(Indarto, 2010). Hal tersebut dapat terlihat pada gambar 1.2.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Gambar 1.1 Persentase Air di Bumi
Sumber: (United Nations Environment Programme, 2008)
Gambar 1.2 Siklus Hidrologi
Sumber: (United Nations Environment Programme, 2008)
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar
bahan terlarut dan unsur hara yang sangat sedikit serta biasanya memiliki nilai pH
sekitar 4,2. Hal ini disebabkan karena air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat
di atmosfer dan setelah jatuh ke permukaan bumi kemudian mengalami kontak
dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung dalam tanah (Effendi,
2003).
1.5.2. Sungai
Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran
air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (Peraturan Pemerintah, 1991).
Sungai memiliki fungsi untuk mengumpulkan curah hujan dalam suatu daerah
tertentu (Takeda & Sosrodarsono, 1976). Banyaknya air yang terdapat pada suatu
daerah aliran sungai tergantung kepada besarnya daerah tangkapan dan tingginya
curah hujan (Hardenbergh, 1938).
Suatu sungai memiliki ekosistem di sekitarnya yang disebut dengan
Daerah Aliran Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah di mana
semua aliran sungai mengalir ke dalam satu sungai dan dibatasi oleh batas
topografi (Sri Harto Br, 1993). Menurut Seyhan (1990) daerah aliran sungai
merupakan suatu sistem yang mengalir yang merupakan lahan total dan
permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas air.
Setiap bagian dari sistem DAS tersebut memiliki karakteristik dan ciri-ciri
yang berbeda. Suatu DAS juga memiliki karakteristik atau morfometri yang
berbeda satu dengan yang lain, salah satunya adalah bentuk DAS. Bentuk DAS
merupakan salah satu morfometri DAS yang berpengaruh terhadap kecepatan
aliran menuju outlet. Terdapat 4 (empat) bentuk DAS, yaitu:
a. Daerah pengaliran berbentuk burung
Daerah pengaliran ini memiliki debit yang kecil. Selain itu waktu yang
ditempuh aliran sungai dari anak sungai berbeda sehingga banjir yang
terjadi berlangsung agak lama.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
b. Daerah pengaliran radial
Daerah pengaliran ini mengkonsentrasi ke suatu titik secara radial. Daerah
pengaliran ini memiliki banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak
sungai.
c. Daerah pengaliran paralel
Daerah ini memiliki dua jalur daerah pengaliran yang bersatu di bagian
pengaliran yang bersatu di bagian hilir sehingga banjir terjadi di sebelah
hilir titik pertemuan sungai
d. Daerah pengaliran kompleks
Bentuk daerah pengaliran ini hanya dimiliki oleh beberapa DAS dan
merupakan kombinasi dari ketiga bentuk lainnya.
(Takeda & Sosrodarsono, 1976)
1.5.3. Parameter Kualitas Air
Kualitas air merupakan bagian yang penting dalam pengembangan sumber
daya air. Analisis fisik dan kimia air dapat memberikan informasi mengenai
kondisi kualitas air pada suatu tempat (Effendi, 2003).
1. Bau
Bau yang keluar dapat berasal dari limbah maupun hasil degradasi
bahan buangan oleh mikroba (Wardhana, 1995). Bau juga dapat disebabkan
oleh bahan kimia, ganggang, plankton, atau tumbuhan dan hewan air, baik
yang sudah mati maupun masih hidup (Fardiaz, 1992). Timbulnya bau dapat
menjadi indikator terjadinya pencemaran (Wardhana, 1995).
2. Suhu
Suhu di dalam air dapat menjadi penentu atau pengendali kehidupan
makhluk hidup yang berada di air. Perubahan suhu seringkali menyebabkan
terjadinya perubahan jenis, jumlah dan keberadaan flora dan fauna akuatis
(Asdak, 2002). Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang,
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan
awan, aliran serta kedalaman badan air (Effendi, 2003).
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
Kenaikan suhu di dalam air akan menurunkan tingkat solubilitas
oksigen. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan organisme
dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk berlangsungnya proses
biologi dalam air (Asdak, 2002). Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kelarutan gas dalam air, selain itu juga dapat terjadi
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, dan volatialisasi (Effendi,
2003).
Suhu air dapat meningkat dikarenakan adanya penebangan di sekitar
sungai sehingga cahaya matahari yang masuk lebih banyak. Suhu dalam suatu
badan air memiliki stratifikasi dimana pada lapisan atas perairan memiliki
suhu yang lebih tinggi. Lapisan bawah memiliki suhu lebih rendah. Hal ini
dikarenakan cahaya matahari yang masuk ke perairan mengalami penyerapan
dan perubahan energi menjadi panas. Proses ini terjadi lebih intensif pada
lapisan atas dan intensitas tersebut semakin berkurang pada lapisan bawah
(Effendi, 2003).
3. Daya Hantar Listrik
Daya hantar listrik merupakan kemampuan air untuk meneruskan
listrik. Semakin banyak garam terlarut yang terionisasi maka semakin tinggi
pula nilai DHL yang dihasilkan (Effendi, 2003). Nilai DHL juga dipengaruhi
oleh temperatur suatu badan air. Nilai daya hantar listrik akan bertambah
apabila temperatur air semakin meningkat (Karmono & Cahyono, 1978).
4. pH
pH air biasa digunakan sebagai indikasi terjadinya pencemaran.
Pembentukan pH pada aliran air sangat ditentukan oleh reaksi
karbondioksida. Besarnya angka pH juga dapat menjadi indikator adanya
keseimbangan unsur kimia. Besarnya pH juga dapat memengaruhi
ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur-unsur hara yang sangat bermanfaat
bagi kehidupan vegetasi akuatik. Selain itu pH air mempunyai peranan
penting bagi kehidupan makhluk hidup pada perairan tersebut (Asdak, 2002).
Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan dapat dilihat pada Tabel
1.1.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
Tabel 1.1 Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan
Nilai pH Pengaruh Umum
6.0 – 6.5 1. Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun.
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak
mengalami perubahan.
5.5 – 6.0 1. Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan bentos
semakin tampak.
2. Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih
belum mengalami perubahan yang berarti.
3. Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona litoral.
5.0 – 5.5 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifiton, dan bentos semakin besar.
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos.
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.
Proses nitrifikasi terhambat.
4.5 – 5.0 1. Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis plankton,
perifiton, dan bentos semakin besar.
2. Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos.
3. Algae hijau berfilamen semakin banyak.
4. Proses nitrifikasi terhambat.
Sumber : modifikasi Baker et al., (1990) dalam Novoty dan Olem (1994)
dalam Effendi, (2003)
pH air sangat tinggi (> 8.5) dapat disebabkan karena banyaknya
sodium karbonat-bikarbonat yang terlarut. pH air sangat rendah (< 4.0)
disebabkan karena adanya asam bebas yang terlarut. pH air setengah rendah
(7.0 – 4.0) disebabkan karena kecilnya mineral-mineral asam dari sulfida atau
asam organik (Karmono & Cahyono, 1978).
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Sifat keasaman air merupakan karakteristik yang penting karena dapat
memengaruhi berlangsunganya reaksi biologi dan kimia serta dapat
mengakibatkan terjadinya korosi. Proses pembasaan (alkalinitas) merupakan
kemampuan air untuk menetralisir keasaman dalam air. Alkalinitas
merupakan refleksi dari aktivitas kalsium karbonat dan terbentuknya
hidroksida ketika karbon karbonat mengalami penguraian (Asdak, 2002).
pH air dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan. Perubahan temperatur
dan tekanan menyebabkan perubahan kandungan CO2 didalam air sehingga
pH air tersebut juga berubah (Karmono & Cahyono, 1978).
5. Kebutuhan Oksigen Biokimia/Biochemical Oxygen Demand (BOD)
BOD merupakan indeks oksigen yang diperlukan oleh bahan
pencemar yang dapat teruraikan didalam suatu sistem perairan selama
berlangsunganya proses dekomposisi aerobic (Asdak, 2002). BOD hanya
menggambarkan bahan organik yang dapat dikomposisi secara biologis
seperti lemak, protein, kanji, glukosa, dan sebagainya. Bahan organik
merupakan hasil pembusukan tumbuhan atau hewan yang telah mati ataupun
limbah domestik maupun limbah industri (Effendi, 2003).
Nilai BOD perairan dipengaruhi oleh suhu, densitas plankton,
keberadaan mikroba, jenis dan kandungan bahan organik. Angka BOD yang
tinggi menunjukkan kadar bahan organik yang tinggi dan semakin tinggi pula
pencemaran yang terjadi (Effendi, 2003). Semakin besar angka indeks BOD
maka semakin besar pula pencemaran yang terjadi (Asdak, 2002). Pengujian
BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri dan mendesain sistem pengolahan biologis bagi air
yang tercemar (Widyastuti dkk., 2010).
6. Kebutuhan Oksigen Kimia/Chemical Oxygen Demand (COD)
COD merupakan penggambaran jumlah total oksigen yang dibutuhkan
untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi baik yang dapat
didegradasi maupun yang sulit didegradasi secara biologis menjadi CO2 dan
H2O (Effendi, 2003). COD juga merupakan indikator tingkat pencemaran
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
secara kasar dan dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan besarnya angka
BOD secara kasar (Asdak, 2002).
Bahan organik dapat berasal dari alam maupun aktivitas rumah tangga,
dan industri. Nilai COD pada perairan tidak tercemar dapat bernilai kurang
dari 20 mg/liter, sedangkan pada perairan tercemar dapat bernilai lebih dari
200 mg/liter. Sedangkan pada limbah industri nilai COD dapat mencapai
60.000 mg/liter (UNESCO/WHO/UNEP, 1992 dalam Effendi, 2003).
7. Oksigen Terlarut/Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan dan
kadarnya bervariasi. Kadar oksigen tersebut dipengaruhi oleh suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Semakin besar suhu, semakin tinggi
lokasi suatu badan air serta semakin kecil tekanan atmosfer maka kadar
oksigen terlarut akan semakin kecil (Effendi, 2003).
Menurut Asdak (2002), konsentrasi kandungan oksigen dalam air
ditentukan oleh besarnya suhu perairan, tekanan dan aktivitas biologis yang
berlangsung dalam air. Oksigen terlarut merupakan parameter yang
digunakan untuk mengetahui banyak atau tidaknya O2 yang terlarut dalam air.
Pengaruh kadar oksigen terhadap ikan disajikan pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Pengaruh Kadar Oksigen Terlarut dan Pengaruhnya terhadap
Kelangsungan Hidup Ikan
Kadar Oksigen
Terlarut (mg/L)
Pengaruh terhadap Kelangsungan Hidup Ikan
< 0.3 Hanya sedikit jenis ikan yang dapat bertahan pada masa
pemaparan singkat (short exposure)
0.3 – 1.0 Pemaparan lama (prolonged exposure) dapat
mengakibatkan kematian ikan
1.0 – 5.0 Ikan dapat bertahan hidup, tetapi pertumbuhannya
terganggu
> 5.0 Hampir semua organisme akuatik menyukai kondisi ini
Sumber : modifikasi Swingle (1969) dalam Boyd (1988) dalam Effendi,
(2003)
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
Dekomposisi bahan anorganik dapat menyebabkan kadar oksigen
terlarut berkurang hingga mencapai 0 (nol) (Effendi, 2003). Proses
dekomposisi dalam air terjadi secara perlahan-lahan dan memerlukan waktu
yang relatif lama.
Banyaknya kadar oksigen dalam air dapat menjadi indikator terjadinya
pencemaran pada suatu badan air (Asdak, 2002). Kadar oksigen terlarut yang
tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Selain akibat
proses respirasi tumbuhan dan hewan, hilangnya oksigen di perairan juga
disebabkan karena oksigen digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi
bahan organik (Effendi, 2003). Oksidasi bahan organik tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti suhu, pH, pasokan oksigen, jenis bahan organik,
serta rasio karbon dan nitrogen (Boyd, 1998 dalam Effendi, 2003).
8. Nitrat (NO3-)
Nitrat merupakan bentuk utama dari nitrogen di perairan alami Nitrat
tidak bersifat toksik pada organisme akuatik dan merupakan nutrien utama
bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Kadar nitrat lebih dari 5 mg/liter dapat
menjadi indikasi terjadinya pencemaran antropogenik dari aktivitas manusia
dan tinja hewan, sedangkan lebih dari 0.2 mg/liter dapat mengakibatkan
terjadinya eutrofikasi perairan dan menyebabkan blooming algae dan tanaman
air (Effendi, 2003).
Kandungan nitrat dalam air yang berlebihan pada umumnya tidak akan
menyebabkan gangguan yang serius pada orang dewasa (Karmono &
Cahyono, 1978). Konsumsi air yang mengandung kadar nitrat yang tinggi
dapat menurunkan kapasitas darah untuk mengikat oksigen terutama pada
bayi yang berusia kurang dari 5 (lima) bulan (Effendi, 2003).
Garam nitrat biasa digunakan untuk pengawetan daging di pabrik dan
sering digunakan untuk memasak daging. Nitrat juga banyak digunakan di
pabrik korek atau kembang api, serta sebagai zat pewarna, keramik dan masih
banyak lagi (Karmono & Cahyono, 1978).
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
9. Fosfat (PO4)
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh
tumbuh-tumbuhan (Dugan, 1972 dalam Effendi, 2003). Senyawa fosfat dalam
sel organisme dalam air dapat terlarut, tersuspensi atau terikat. Senyawa
fosfat dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian (Saragih,
2009). Organisme yang memerlukan unsur fosfat di perairan adalah
fitoplankton. Fitoplankton memiliki peran penting yaitu menentukan
kesuburan suatu perairan (Santoso A. D., 2007).
10. Bakteri Escherichia Coli (E-Coli)
Escherichia coli merupakan kelompok bakteri yang hidup di dalam
kotoran hewan berdarah panas, diantaranya adalah ternak, satwa liar, dan
manusia. Meskipun kebanyakan E-Coli tidak berbahaya, namun peningkatan
kadar bakteri ini dapat menunjukkan terjadinya kontaminasi pada perairan
dan mengindikasikan adanya kemungkinan terdapat kandungan mikroba yang
berbahaya (Ozark Water Watch, 2011). Selain itu tingginya kadar bakteri ini
pada perairan dapat meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh
organisme patogen (Stream Watch, 2012)
Bakteri ini memiliki sifat dapat memfermentasi laktosa dan
memproduksi asam dengan gas pada suhu 37 ºC maupun suhu 44.05+0.5 º C
dalam waktu 48 jam. Selain itu bakteri ini juga memiliki sifat dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit serta bersifat katalase positif dan oksidasi
negatif (Fardiaz, 1992).
1.5.4. Variasi Kualitas Air
Kualitas air yang terdapat pada suatu tempat berbeda dengan tempat lain.
Perbedaan tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang memengaruhi kualitas air.
Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas air dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua) yaitu faktor alami dan faktor non-alami.
1. Alami
Faktor alami dapat berupa fenomena yang disebabkan karena alam,
contohnya sedimentasi, geologi, tanah, vegetasi, dan iklim.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
a. Iklim
Curah hujan dan kualitasnya merupakan bagian dari siklus
hidrologi yang sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada suatu
tempat. Air yang jatuh di suatu tempat memiliki kualitas yang berbeda
dengan air yang jatuh di tempat lain. Begitu pula dengan air hujan yang
jatuh di daerah beriklim tropis. Kualitas air yang dimiliki air tersebut
akan berbeda dengan kualitas air hujan yang jatuh di daerah yang
memiliki iklim kutub.
b. Batuan/Geologi
Komposisi kimia air merupakan kombinasi dari air hujan yang
jatuh ke dalam tanah. Komposisi kimia dapat berubah dengan terjadinya
reaksi kimia antara air dengan mineral batuan penyusun akuifer.
c. Waktu
Komposisi kimia air juga dapat ditentukan oleh waktu tinggal air.
Air yang berada di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama akan
semakin lama bereaksi dengan mineral batuan sehingga unsur yang
terlarut semakin banyak pula.
d. Vegetasi
Vegetasi menyerap gas dari atmosfer sehingga komposisi air
hujan juga akan berubah. Hal tersebut juga merubah komposisi kimia
dalam air tersebut.
2. Non-Alami
Faktor non-alami dapat berupa faktor yang disebabkan karena ada campur
tangan manusia. Faktor ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kualitas air di
suatu wilayah. Contoh dari faktor ini adalah aktivitas manusia seperti
pembuangan limbah dan penggunaan lahan di sekitar sungai. Pembuangan
limbah di sekitar sungai akan menyebabkan berubahnya kandungan kimia di
dalam air, begitu pula dengan penggunaan lahan (Suyono dkk, tanpa tahun).
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
1.5.5. Pencemaran Air
Pencemaran akan terjadi apabila dalam lingkungan hidup manusia terdapat
suatu bahan atau zat dalam jumlah yang banyak dan dihasilkan dari kegiatan
manusia sendiri (Kusno, 1990). Menurut Effendi (2003) pencemaran diakibatkan
karena masuknya bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut serta partikulat
dengan berbagai cara, misalnya limpasan pertanian dan limbah domestik. Menurut
Kusno (1990), pencemaran suatu lingkungan biasanya melalui beberapa tahap:
1. Tingkatan pertama, yaitu apabila zat pencemar dari segi jumlah dan waktu
aktifnya tidak membawa akibat yang merugikan manusia.
2. Tingkatan kedua, yaitu apabila zat pencemar tersebut sudah mengakibatkan
gangguan pada alat-alat panca indera dan alat perkembangbiakan secara
vegetatif serta kerusakan lingkungan yang lebih luas.
3. Tingkatan ketiga, yaitu apabila zat pencemar sudah mengakibatkan
gangguan fisiologis yang membawa penyakit yang berjangka panjang.
4. Tingkatan keempat, yaitu apabila zat pencemar mengakibatkan gangguan
sehingga menyebabkan kematian dan sebagainya.
Pencemaran dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan
yang kemudian akan berpengaruh terhadap kualitas air. Indikator yang
menunjukkan bahwa air telah tercemar dapat diamati melalui:
a. Adanya perubahan suhu air.
b. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen.
c. Adanya perubahan warna, bau, dan rasa air.
d. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut.
e. Adanya mikroorganisme.
f. Meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
(Wardhana, 1995)
1.5.6. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian sebelumnya terkait kualitas air sungai tersaji pada
Tabel 1.3. Nahdi (1995) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kegiatan
Permukiman terhadap Kualitas Air Sungai Gajahwong di Kawasan Industri Kecil
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
Kotagede, Yogyakarta” memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui tingkat
kepedulian masyarakat terutama pengusaha kerajinan perak Kotagede yang
bertempat tinggal di sekitar Sungai Gajahwong terhadap pengelolaan limbah dari
aktivitas permukiman dan mengetahui derajat pencemaran air Sungai Gajahwong
dari aspek fisik, kimia, dan biologi Sungai Gajahwong di kawasan industri kecil
Kotagede pada saat diadakan penelitian dan kesesuaian peruntukannya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah grab sample dan survai dengan
metode eksperimen. Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian
adalah banyak pengusaha yang membuang limbah langsung ke sungai dan banyak
pengusaha yang tidak mempunyai resapan untuk industri kerajinan, dapat
dikatakan bahwa kepedulian masyarakat terutama pengusaha di kawasan
Kotagede masih rendah. Kesimpulan kedua yang didapatkan adalah Sungai
Gajahwong telah mengalami pencemaran untuk beberapa parameter tertentu, dan
dari hasil grafik yang diperoleh dapat dikatakan bahwa Sungai Gajahwong telah
tercemar pada tingkat pencemaran yang masih terpulihkan.
Waluyo (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Daya Tampung Beban
Pencemaran Sungai Gajahwong" memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui dan
menghitung daya tampung beban pencemaran Sungai Gajahwong pada bagian
hulu (penggal I), bagian tengah (penggal II), dan bagian hilir (penggal III), dan
mengetahui faktor-faktor penyebab atau yang memengaruhi tingkat beban
pencemaran di Sungai Gajahwong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode neraca massa, metode streeter-phelps, dan metode Qual2e.
Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian adalah berasarkan nilai
daya tampung yang di dapatkan, Kota Yogyakarta merupakan wilayah yang
paling berat menerima pencemaran dibandingkan Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul. Kesimpulan kedua yang didapatkan adalah faktor-faktor
dominan yang harus dikendalikan pada Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta
adalah kegiatan pelayanan khususnya pelayanan kesehatan, sedangkan pada
Kabupaten Bantul secara fisik tidak diketemukan faktor dominan.
Munawar (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Kualitas Air
Sungai Code Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar Perbedaan Penggunaan
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
Lahan” memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui kondisi kualitas air Sungai Code
dengan adanya variasi penggunaan lahan yang berbeda, mengetahui proses
pemurnian diri (self purification) di Sungai Code, dan mengetahui nilai ekonomi
yang ditimbulkan akibat pencemaran air di Sungai Code. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survai secara purposive dan metode Willingness to Pay
(WTP). Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian adalah kondisi
kualitas air Sungai Code berdasarkan sifat fisik, baik itu di bagian hulu, tengah
maupun hilir masih terlihat baik. Namun dilihat dari sifat kimia dan biologi ada
beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu terutama pada wilayah Sungai
Code bagian tengah. Kesimpulan kedua yang didapatkan adalah proses pemurnian
diri yang terjadi di Sungai Code terlihat dengan jelas semakin turunnya
kandungan BOD ketika telah melewati Sungai Code bagian tengah. Kesimpulan
ketiga yang didapatkan adalah berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai
dengan rataan WTP (EWTP) sebesar Rp 361.333,- akibat timbulnya pencemaran
air Sungai Code.
Wibisono (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “The Characteristics
of Self Purification of Code River Yogyakarta” memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui karakteristik pemurnian diri Sungai Code, mengetahui korelasi TSS
dengan parameter pemurnian diri lain (BOD, COD, DO), dan membuat rencana
perbaikan atau rekomendasi pada Sungai Code berdasarkan karakteristik
pemurnian diri dan sumber pencemaran. Metode yang digunakan dalam penelitian
adalah analisis statistik korelasi, analisis grafik, dan analisis keruangan
menggunakan GIS. Kesimpulan pertama yang didapatkan dari hasil penelitian
adalah tren pada grafik BOD dan DO menunjukkan kemungkinan terjadinya self-
purification. Kesimpulan kedua adalah parameter TSS secara statistik berbeda
dengan parameter lain sehingga tidak dapat digunakan sebagai parameter self-
purification. Kesimpulan ketiga adalah pengetahuan kepada masyarakat perlu
diberikan dan perlu adanya peraturan dan sanksi yang tegas.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
No. Judul, Wilayah kajian,
Tahun, Nama Peneliti
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Pengaruh Kegiatan
Permukiman Terhadap
Kualitas Air Sungai
Gajahwong di Kawasan
Industri Kecil Kotagede
Yogyakarta, Kotagede,
1995, Maizer Said Nahdi
1. Mengetahui tingkat kepedulian masyarakat
terutama pengusaha kerajinan perak
Kotagede yang bertempat tinggal di sekitar
Sungai Gajahwong terhadap pengelolaan
limbah dari aktivitas permukiman.
2. Mengetahui derajat pencemaran air Sungai
Gajahwong dari aspek fisik, kimia dan
biologi Sungai Gajahwong di kawasan
industri kecil kotagede pada saat diadakan
penelitian dan kesesuaian dalam
peruntukannya.
1. Grab sample
2. Survai dengan
metode
eksperimen
1. Kepedulian masyarakat terutama
pengusaha di kawasan Kotagede masih
rendah.
2. Sungai Gjahwong telah tercemar pada
tingkat pencemaran yang masih
terpulihkan.
2 Daya Tampung Beban
Pencemaran Sungai
Gajahwong, Sungai
Gajahwong, 2007, Endro
Waluyo
1. Mengetahui dan menghitung daya tampung
beban pencemaran Sungai Gajahwong.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab atau
yang memengaruhi tingkat beban
pencemaran di Sungai Gajahwong.
1. Metode neraca
massa
2. Metode
streeter- phelps
3. Metode Qual2e
1. Kota Yogyakarta merupakan wilayah yang
paling berat menerima pencemaran
dibandingkan Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul.
2. Faktor-faktor dominan yang harus
dikendalikan pada Kabupaten Sleman dan
Kota Yogyakarta adalah kegiatan
pelayanan khususnya pelayanan kesehatan,
sedangkan pada Kabupaten Bantul secara
fisik tidak diketemukan faktor dominan.
3 Kajian Kualitas Air Sungai
Code Daerah Istimewa
Yogyakarta atas dasar
Perbedaan Penggunaan
Lahan, Sungai Code, 2010,
Masud Munawar
1. Mengetahui kondisi kualitas air Sungai
Code dengan adanya variasi penggunaan
lahan yang berbeda.
2. Mengetahui proses pemurnian diri (self
purification) di Sungai Code.
3. Mengetahui nilai ekonomi yang ditimbulkan
akibat pencemaran air di Sungai Code.
1. Purposive
Sampling
2. Metode
Willingness to
Pay (WTP)
1. Kualitas fisik, kimia, dan biologi telah
mengalami penurunan.
2. Proses pemurnian diri terjadi pada badan
sungai code setelah melewati kota.
3. Tingkat kesediaan membayar (willingness
to pay) Rp 361.333,-
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Lanjutan Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Sebelumnya
No. Judul, Wilayah kajian,
Tahun, Nama Peneliti
Tujuan Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
4 The Characteristics of Self
Purification of Code River
Yogyakarta, Sungai Code,
2010, Ariek Wisnu
Wibisono
1. Mengetahui karakteristik pemurnian diri
Sungai Code.
2. Mengetahui korelasi TSS dengan parameter
pemurnian diri lain (BOD, COD, DO).
3. Membuat rencana perbaikan atau
rekomendasi pada Sungai Code berdasarkan
karakteristik pemurnian diri dan sumber
pencemaran.
1. Analisis
Statistik
Korelasi
2. Analisis Grafik
3. Analisis
Keruangan
1. Tren pada grafik BOD dan DO
menunjukkan kemungkinan terjadinya self-
purification.
2. Parameter TSS secara statistik berbeda
dengan parameter lain sehingga tidak dapat
digunakan sebagai parameter self-
purification.
3. Pengetahuan kepada masyarakat perlu
diberikan dan perlu adanya peraturan dan
sanksi yang tegas.
5 Variasi Kualitas Air Sungai
Gajahwong dan Faktor-
Faktor yang
Memengaruhinya, Sungai
Gajahwong, 2013, Dyah
Utami Priskasari
1. Mengetahui variasi kualitas air Sungai
Gajahwong.
2. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap variasi kualitas air Sungai
Gajahwong.
1. Purposive
Sampling
1. Kandungan yang telah melebihi kadar yang
diperbolehkan pada baku mutu air klas II
adalah DO, BOD, COD, dan E-Coli.
2. Faktor pengaruh dalam variasi kualitas air
Sungai Gajahwong adalah limbah domestik
dan limbah saluran pembuangan.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
1.6. Kerangka Pemikiran
Sumber daya air merupakan salah satu kebutuhan utama manusia.
Pertumbuhan penduduk semakin meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan
penduduk ini menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan lahan dan
peningkatan aktivitas manusia. Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1.3 Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Alih Fungsi
Lahan
Peningkatan
Kebutuhan Lahan
Variasi Kualitas Air Sungai
Pertumbuhan
Penduduk
Kebutuhan Utama
Manusia
Sumber
Daya Air
Peningkatan Aktivitas
Manusia
Perbedaan
Penggunaan
Lahan
Pertanian Domestik Industri Peternakan
Pencemaran
Air Sungai
Menghasilkan
Limbah
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
Pertumbuhan penduduk yang terus terjadi mengakibatkan kebutuhan akan
lahan tempat tinggal. Banyaknya permintaan lahan untuk dijadikan tempat tinggal
ini sehingga banyak terjadi alih fungsi lahan. Semakin ramai suatu tempat maka
semakin banyak pula berdiri industri seperti rumah makan maupun tempat
hiburan. Alih fungsi lahan yang terus terjadi dapat menyebabkan terjadinya
perbedaan penggunaan lahan.
Keberadaan air yang sangat penting seringkali tidak disadari karena
ketersediaan air yang cukup melimpah di muka bumi. Sungai merupakan sumber
air permukaan yang banyak dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan air
dalam kehidupan sehari-hari. Manusia banyak memanfaatkan air untuk kehidupan
sehari-hari seperti domestik, pertanian, peternakan, industri, dan sebagainya.
Aktivitas manusia yang semakin meningkat menyebabkan semakin banyak limbah
yang dibuang ke dalam badan sungai dan seringkali menyebabkan terjadinya
pencemaran air sungai.
Penggunaan lahan yang semakin beragam akan berpengaruh terhadap
kondisi kualitas air. Selain itu, kondisi kualitas air juga dipengaruhi oleh tingkat
pencemaran yang terjadi. Perlakuan pada sungai yang berbeda dapat
menyebabkan kondisi yang berbeda pada setiap badan sungai. Pencemaran air dan
adanya perbedaan penggunaan lahan dapat memengaruhi kondisi sungai sehingga
menyebabkan adanya variasi kualitas air.
1.7. Batasan Istilah
Air merupakan semua air yang terdapat di atas dan bawah permukaan tanah,
kecuali air fosil dan air laut (PP No. 82/2001)
Sungai adalah tempat atau wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari muara
dan sepanjang garis pengaliran dibatasi kanan kirinya oleh garis sempadan (PP
No. 35/1991)
Daerah Aliran Sungai adalah daerah di sekitar sungai yang mengalirkan air
permukaannya ke dalam satu sungai tertentu dan dibatasi oleh batas topografi (Sri
Harto Br, 2000)
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
Penggunaan lahan adalah segala bentuk campurtangan manusia terhadap lahan
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Arsyad, 1989)
Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair (PP
No. 82/2001)
Kualitas air adalah sifat air dan kandungan makhluk hidup zat, energi, atau
komponen lain di dalam air dan dinyatakan dengan beberapa parameter, yaitu
parameter fisika, kimia, dan biologi (PP No. 20/1990)
Pencemaran air adalah memasuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehinga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PP No. 82/2001)
Variasi adalah hasil perubahan dari keadaan semula (Kamus Besar Bahasa
Indonesia)
Batasan operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sifat air yang
ditinjau dari komponen fisika, kimia, serta biologi setelah dipengaruhi
campurtangan manusia.
VARIASI KUALITAS AIR SUNGAI GAJAHWONG DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYADYAH UTAMI PRISKASARIUniversitas Gadjah Mada, 2013 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
top related