bab i pendahuluan 1.1 latar belakang masalahrepository.upi.edu/39078/2/t_pesos_ 1707083_ chapter...
Post on 20-Nov-2020
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah pendidikan Islam, pesantren dikenal sebagai lembaga yang
bertipologi unik karena pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang khas. Seperti
diungkapkan Qamar, (2007, hlm. 20) “pondok pesantren sebagai suatu tempat
pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung
asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen”. Begitu juga dengan
pesantren yang dipaparkan oleh Rofiq, (2005, hlm. 35) melihat bahwa pesantren
merupakan suatu jenis lembaga pendidikan yang ada di Indonesia. Menjelaskan
bahwa:
Pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam tradisional untuk
mendalami ilmu Agama Islam dan mengamalkan sebagai pedoman hidup
dalam keseharian. Pondok pesantren telah hidup sejak ratusan tahun yang lalu
serta menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim yang ada di
Indonesia.
Menurut Horikoshi, (1987, hlm. 27) “pondok pesantren merupakan institusi
pendidikan keagamaan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat
Indonesia yang dianggap sebagai bangsa yang religius”. Jika dilihat dari aspek
kelembagaan pesantren memiliki keunikan dibandingkan dengan madrasah ataupun
lembaga pendidikan keagamaan lainnya. Pengertian tentang pesantren sangat
berbeda-beda tergantung darimana kita memandang sebuah pesantren dengan
berbagai aspek dan aplikasinya. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh
Hasbullah, (2001, hlm. 24) “di Indonesia istilah kuttab lebih dikenal dengan istilah
pondok pesantren yaitu suatu lembaga pendidikan Islam, yang di dalamnya terdapat
seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (anak didik)”.
Dengan sarana Masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan santri.
Serta didukung adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri. Dengan demikian
ciri-ciri pondok pesantren adalah adanya kiai, santri, Masjid, dan pondok (tempat
tinggal/asrama).
1
2
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hal serupa dikemukakan oleh Dhofier, (dalam Askyuri, 2014, hlm. 120)
“istilah pondok berasal dari pengertian asrama-asrama para santri yang disebut
pondok atau tempat tinggal yang dibuat dari bambu atau barangkali berasal dari kata
Arab fundug yang berarti hotel atau asrama”. Pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam yang dilaksanakan dengan sistem asrama (pondok) serta kiai yang
mengajarkan agama kepada para santri, dan Masjid sebagai pusat lembaga pendidikan
di pondok pesantren. Pondok pesantren yang cukup banyak jumlahnya sebagian besar
berada di daerah pedesaan dan mempunyai peranan besar dalam pembinaan umat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagaimana diungkapkan Abdurahman (dalam
Askyuri, 2014, hlm. 122) memaparkan bahwa :
Istilah pondok pesantren berasal dari fundug dalam bahasa Arab yang berarti
rumah penginapan atau hotel. Akan tetapi pondok di dalam pesantren di
Indonesia, khususnya di Pulau Jawa lebih mirip dengan pemondokan dalam
lingkungan padepokan perumahan yang sangat sederhana yang dipetak-petak
dalam kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri. Keseluruhan
masyarakat tempat para santri itu bermukim dan menuntut ilmu disebut
pesantren. Dalam kamus umum bahasa Indonesia, menyatakan bahwa pondok
sebagai tempat mengaji,belajar agama Islam sedangkan pesantren diartikan
orang yang menuntut pelajaran Islam.
Menurut Sukamto (1999, hlm. 97) “pondok pesantren memiliki peserta didik
yang dinamakan dengan santri. Penggunaan istilah santri ditujukan kepada orang
yang sedang menuntut pengetahuan agama di pondok pesantren sebutan santri
senantiasa berkonotasi mempunyai kiai”. Para santri menuntut pengetahuan ilmu
agama kepada kiai dan mereka bertempat tinggal atau bermukim di pondok
pesantren, karena posisi santri yang seperti itu maka kedudukan santri dalam
komunitas pesantren menempati posisi subordinat, sedangkan kiai menempati posisi
superordinat. Hubungan antara kiai dan santri sangat positif dimana santri sangat
menghormati dan menghargai kiai sebagai guru mereka dan sebagai orang yang
memberikan ilmu kepada mereka, sedangkan kiai begitu menyayangi para santri,
karena para santri adalah anak didiknya yang harus diberikan dan dibekali ilmu baik
ilmu agama maupun ilmu umum yang nantinya akan diamalkan oleh para santri
dalam kehidupannya. Seperti yang diungkapkan oleh Bashori (2003, hlm. 34) “santri
3
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dididik dan diajarkan ilmu agama oleh para pengajar di pesantren yang disebut
dengan ustadz/ustazah”. Dalam pesantren, santri hidup dalam suatu komunitas khas,
dengan kiai, ustadz, santri dan pengurus pesantren, berlandaskan nilai-nilai agama
Islam lengkap dengan norma-norma dan kebiasannya tersendiri.
Menurut Wiwin (2013, hlm. 23) menjelaskan bahwa ada dua jenis pesantren
yang terdapat di Indonesia, sebagaimana yang dipaparkan sebagai berikut :
Terdapat dua jenis pondok pesantren di Indonesia, yaitu yang masih bersifat
tradisional atau semi modern dengan pengajaran salaf ( pengajaran Al-Qur’an
sepenuhnya) dan pondok pesantren modern yang menggabungkan pengajaran
agama dengan pengetahuan umum dan menggunakan sistem pengajaran
modern. Pondok pesantren modern telah memakai sistem pembelajaran
modern dengan menggunakan kelas-kelas dan jadwal yang teratur.
Keberadaan serta eksistensi pondok pesantren ditengah-tengah masyarakat
khususnya masyarakat Indonesia mendapatkan tempat tersendiri, karena berbagai
program dan pengajaran yang digalakan pada pondok pesantren harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Pada zaman sekarang pondok pesantren
terbagi menjadi dua kelompok yaitu pesantren tradisional dan pesantren modern.
Perbedaan kedua pesantren ini terlihat dari sistem pengajarannya, dimana pesantren
tradisional bersifat informal dengan sistem pembelajaran sederhana dan lebih
menekankan pada pengajaran agama saja seperti belajar mengaji atau baca tulis Al-
Quran serta mengajarkan hadist, sementara pesantren modern menggunakan sistem
pembelajaran yang kompleks dengan menggunakan kurikulum tertentu yaang bersifat
formal serta menggabungkan dua sisi pengajaran agama dan pengetahuan umum.
Dimana pesantren modern ini secara pengajaran dan penggunaan kurikulum berada di
bawah naungan Departemant Agama dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Seperti yang diungkapkan oleh Dhofier (1982, hlm. 52) menjelaskan bahwa :
Pesantren pada masa lalu sangat menunjukkan kesederhanaannya. Ada ciri
khas yang menonjol dari institusi pendidikan pesantren yaitu terdapat rasa
ikhlas yang tercipta diantara para santri dan kiai. Bentuk keikhlasan dari
pondok pesantren dapat terlihat tidak adanya pungutan biaya dari pihak
pesantren. Selain itu, tradisi pesantren biasanya mengajarkan anak membaca
Alquran dengan lancar dan benar. Setelah itu mereka diajarkan untuk dapat
4
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membaca dan menterjemahkan buku-buku Islam klasik yang elementer yang
ditulis dalam bahasa Arab. Setelah itu mereka memperdalam bahasa Arab
untuk dapat memperdalam buku-buku tentang fiqh, ushul fiqh, hadits, adab,
tafsir, sejarah, tasawuf dan akhlak.
Keberadaan pondok pesantren dengan segala aspek kehidupan dan
perjuangannya memiliki nilai strategis dalam membina insan yang memiliki kualitas
iman, ilmu dan amal. Menurut Nasir (2005, hlm. 42) “dalam sejarah bangsa Indonesia
dimana alumi dari pondok pesantren banyak bermunculan para ilmuwan, politikus
dan cendekiawan yang memasuki berbagai kancah percaturan disegala bidang sesuai
dengan disiplin ilmu yang mereka miliki, baik dalam taraf lokal, regional maupun
nasional bahkan sampai ke taraf internasional”. Demikian juga yang diungkapkan
Yacub (2006, hlm. 53) “dalam struktur pendidikan nasional, pesantren merupakan
mata rantai yang sangat penting”. Hal ini tidak hanya karena sejarah kemunculannya
yang relatif lama, tetapi juga karena pesantren secara signifikan ikut andil dalam
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarahnya pesantren merupakan
lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat. Serupa dengan yang diungkapkan
oleh Yunus (2005, hlm. 29) “pesantren merupakan bagian dari pendidikan Islam di
Indonesia, berdiri karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman”. Hal ini bisa dilihat
dalam perjalanan sejarah, bila diruntun kembali, sesungguhnya pesantren dilahirkan
atas kesadaran dan kewajiban dakwah Islamiyah, sekaligus mencetak kader-kader
ulama dan da’i. Lembaga pesantren muncul sebagai harapan bangsa Indonesia, yang
sudah umum diselenggarakan.
Pada pondok pesantren santri diajarkan untuk bersikap dan berakhlak baik
kepada siapapun dan selalu menerapkan serta mengamalkan ilmu yang telah
dipelajari dan sederhana dalam kehidupan sehari-hari tidak berlebihan atau mubazir.
Begitu juga yang dipaparkan oleh Azra (2002, hlm. 44) :
Pesantren dalam perjalanan sejarahnya hingga kini juga dinilai cukup berhasil
mengukir prestasi dan kekhasan, terutama menyangkut: (1) penghayatan
mental spiritual keagamaan dan tafaqquh fi ad-din; (2) pelestarian nilai-nilai
keagamaan, semisal: kesederhanaan, keikhlasan, ukhuwwah, kebaktian, dan
keswadayaan; (3) lebih condong pada pengutamaan social effect dari pada
civil effects; (4) pelahiran pemimpin, baik formal maupun non formal yang
berpengaruh bagi masyarakat di lingkungannya; dan (5) penyebar luasan
5
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dakwah Islam yang telah melahirkan umat Islam Indonesia sebagai mayoritas
dari tata susunan masyarakat bangsa Indonesia”
Wahid (dalam Damanhuri dkk, 2013, hlm. 19) mengungkapkan bahwa :
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Keberadaan
pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk di negeri ini. Sebagai
lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pesantren
diakui memiliki andil yang besar terhadap perjalanan sejarah bangsa
Indonesia. Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh nasional yang
paling berpengaruh di negeri ini, tetapi juga diakui telah berhasil membentuk
watak tersendiri, di mana bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam
selama ini dikenal sebagai bangsa yang akomodatif dan penuh tenggang rasa.
Sejak dekade tujuh puluhan, mulai bermunculan jenis pesantren baru produk
alam modern pesantren yang tumbuh berkembang di perkotaan, pesantren yang tidak
sekadar mengkaji kitab kuning (literatur klasik), tetapi juga literatur modern.
Pesantren moderen ini bermunculan untuk menjawab tantangan zaman dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin komplit. Dimana pada zaman
sekarang kita telah memasuki zaman revolusi 4.0. Pada era ini semua sendi-sendi
kehidupan manusia berbasis kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti yang
diungkapkan oleh Klaus Martin Schwalo dalam bukunya “The Fouth Industrial
Revolution” (2017, hlm. 48 ) yang dikutip Kholil menyatakan bahwa :
Saat ini kita berada diawal sebuah revolusi yang secara fundamental
mengubah cara hidup, bekerja dan berhubungan satu sama lain. Perubahan itu
sangat dramatis dan terjadi pada kecepatan deponensial, revolusi industri 4.0
ditandai dengan berkembangnya internet of/for things yang diikuti oleh
teknologi baru dalam data sains, kecerdasan buatan, robotic, cloud, cetak tiga
dimensi dan teknologi nano.
Berdasarkan penjelasan di atas menyatakan bahwa kita sedang dan sudah
berada pada era revolusi 4.0 dimana arus informasi teknologi dan komunikasi sangat
kuat dan signifikan. Hal ini juga berpengaruh terhadap semua sektor kehidupan
manusia, seperti pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi
dan industrialisasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dengan demikian
lembaga pendidikan harus dapat mempersiapkan generasi muda untuk hidup pada era
revolusi 4.0 yang berperan penting dalam hal ini adalah lembaga pendidikan baik
6
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
formal maupun non formal. Dengan demikian pesantren sebagai salah satu lembaga
pendidikan tertua di Indonesia harus bisa bersaing serta menjawab tuntutan
perkembangan zaman ini dengan menerapkan sistem pembelajaran modern. Dimana
sistem pembelajaran modern yang dilakukan oleh pesantren yaitu dengan menerapkan
sistem pendidikan agama atau berbasis kepada ilmu agama dan akhlak serta juga
menerapkan sistem pembelajaran dan pengetahuan umum.
Dalam Hasbullah (1996, hlm. 62) mengatakan bahwa pada masa ini, pondok
pesantren dalam penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajarannya dapat
digolongkan ke dalam tiga bentuk yaitu:
a. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam,
yang pada umumnya diberikan dengan cara nonklasikal dan para santri
biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut.
b. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama
Islam,yang para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren,
namun tinggal tersebar disekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut.
Dimana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan
dengan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu
tertentu.
c. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem
pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama
Islam dengan sistem bandungan, sorogan, ataupun wetonan, yang bagi para
santrinya disediakan pondokan yang biasa disebut dengan pondok pesantren
modern yang memenuhi kriteria pendidikan nonformal serta penyelenggaraan
pendidikan formal baik madrasah maupun sekolah umum dalam berbagai
tingkatan.
Sedangkan (dalam Noor, 2006, hlm. 56) menyatakan dari sisi kelembagaan,
Departemant Agama Republik Indonesia, dalam Peraturan Nomor 3 tahun 2012
tentang Pendidikan Agama Islam membagi tipe pesantren menjadi empat, yaitu:
a. Pondok pesantren tipe A, yaitu dimana para santri belajar dan bertempat
tinggal di Asrama lingkungan pondok pesantren dengan pengajaran yang
berlangsung secara tradisional (sistem wetonan atau sorogan).
b. Pondok pesantren tipe B, yaitu yang menyelenggarakan pengajaran secara
klasikal dan pengajaran oleh kiai bersifat aplikasi, diberikan pada waktu-
waktu tertentu. Santri tinggal di asrama lingkungan pondok pesantren.
c. Pondok Pesantren tipe C, yaitu pondok pesantren hanya merupakan asrama
sedangkan para santrinya belajar di luar (di madrasah atau sekolah umum
lainnya), kiai hanya mengawasi dan sebagai pembina para santri tersebut.
7
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Pondok Pesantren tipe D, yaitu yang menyelenggarakan sistem pondok
pesantren dan sekaligus sistem sekolah atau madrasah.
Menurut Hasbullah (1999, hlm. 138) “pesantren merupakan “bapak” dari
pendidikan Islam di Indonesia. Pesantren dilahirkan atas kesadaran kewajiban
dakwah Islamiyah, yakni menyebarkan dan mengembangkan ajaran islam, sekaligus
mencetak kader-kader ulama’ atau da’i”. Dalam melaksanakan misi tersebut,
pesantren menerapkan beberapa metode pembelajaran tersendiri yang menjadikan
pesantren memiliki tipologi yang berbeda-beda sesuai dengan kekhasannya. Dalam
memahami tipologi pesantren, dapat digunakan panduan dari Departeman Agama
tentang pembagian tipologi pesantren di Indonesia sebagai pijakan yang bisa
dianggap baku dan berlaku pada pesantren-pesantren yang ada di Indonesia.
Menurut Departeman Agama (2003, hlm. 29) dari berbagai tingkat konsistensi
dengan sistem lama dan secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan ke
dalam tiga bentuk, yaitu: a) Pondok pesantren salafiyah, b) Pondok pesantren
khalafiyah, dan c) Pondok pesantren campuran/kombinasi. Rinciannya adalah sebagai
berikut:
1. Pesantren Salafiyah
Salaf artinya lama, dahulu, atau tradisional. Pondok Pesantren salafiyah adalah
pondok pesantren yang menyelenggarakan pembelajaran dengan pendekatan
tradisional, sebagaimana yang berlangsung sejak awal pertumbuhannya.
Pembelajaran ilmu-ilmu agama Islam dilakukan secara individual atau
kelompok dengan konsentrasi pada kitab-kitab klasik, berbahasa Arab.
Penjenjangan tidak disasarkan pada satuan waktu, tetapi berdasarkan tamatnya
kitab yang dipelajari. Dengan selesainya satu kitab tertentu, santri dapat naik
jenjang dengan mempelajari kitab yang tingkat kesukarannya lebih tinggi.
Demikian seterusnya. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pendidikan modern
yang dikenal dengan sistem belajar tuntas. Dengan cara ini, santri dapat lebih
intensif mempelajari suatu cabang ilmu. Ciri yang menonjol biasanya adalah
dalam pesantren salafiyah pembelajaran lebih ditekankan pada kompetensi
8
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa Arab secara pasif, yaitu keterampilan membaca dan menerjemah teks
Arab klasik.
2. Pesantren Khalafiyah
Khalaf artinya kemudian atau belakang, sedangkan ‘ashri artinya sekarang atau
modern. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok pesantren dengan
pendekatan modern, memalui satuan pendidikan formal baik madrasah (MI,
MTs, MA atau MAK), maupun sekolah (SD, SMP, SMA dan SMK), atau nama
lainnya, tetapi dengan pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok
pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan,
dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu, seperti catur wulan,
semester, tahun/kelas, dan seterusnya. Pada tipe ini, pondok lebih banyak
berfungsi sebagai asrama yang memberikan lingkungan kondusif untuk
pendidikan agama. Dalam bentuk yang lain, pondok pesantren khalafiyah juga
tetap dalam bentuk pondok pesantren seperti di pesantren salafiyah, tetapi di
dalamnya diajarkan ilmu-ilmu umum dan pembelajaran bahasa Arab dan
Inggris sekaligus. Biasanya penekanan pelajaran bahasa Arab dan bahasa
Inggris diarahkan dalam penguasaan secara aktif, dengan membiasakannya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi.
3. Pesantren Campuran/Kombinasi
Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah dengan penjelasan di atas adalah
salafiyah dan khalafiyah dalam bentuknya yang ekstrim. Dalam
kenyataannya, sebagian pondok pesantren yang ada sekarang adalah pondok
pesantren yang berada diantara rentangan dua pengertian di atas. Sebagian
besar pondok pesantren yang mengaku atau menamakan diri pesantren
salafiyah, pada umumnya juga menyelenggarakan pendidikan secara klasikal
dan berjenjang, walaupun tidak dengan nama madrasah atau sekolah.
Demikian juga pesantren khalafiyah, pada umunya juga menyelenggarakan
pendidikan dengan pendekatan pengajian kitab klasik, karena sistem
“pengajian kitab” itulah yang selama ini diakui sebagai salah satu identitas
pondok pesantren. Tanpa menyelenggarakan pengajian kitab klasik, agak
9
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
janggal disebut sebagai pondok pesantren. Jadi, pesantren
campuran/kombinasi merupakan pesantren yang menggunakan pola
pembelajaran kitab kuning dan menggunakan sistem klasikal atau tidak dalam
proses belajar mengajarnya. Biasanya di dalamnya santri diwajibkan pula
berbahasa Arab dan Inggris secara aktif dalam pergaulan sehari-hari.
Berdasarkan tiga tipologi pesantren menurut Departeman Agama Republik
Indonesia di atas, maka dapat dikatakan bahwa Eco Pesantren Daarut Tauhid Daarut
Tauhid dan Pesantren Al Ihsan Baleendah termasuk kategori pesantren khalafiyah
karena kedua pondok pesantren ini merupakan pondok pesantren dengan pendekatan
modern, melalui satuan pendidikan formal baik madrasah (MI, MTs, MA atau MAK),
maupun sekolah (SD, SMP, SMU dan SMK), atau nama lainnya, tetapi dengan
pendekatan klasikal. Pembelajaran pada pondok pesantren khalafiyah dilakukan
secara berjenjang dan berkesinambungan. Penjenjangan yang berkesinambungan
pada setiap tinggkatan kelas ini diterapkan pada kedua pondok pesantren ini yaitu
Eco Pesantren Daarut Tauhid Daarut Tauhid dan Pesantren Al Ihsan Baleendah
Seperti pemaparan yang dijelaskan oleh Tolib (2005, hlm. 72) mengenai
sistem pendidikan pada pesantren modern yang ada di perkotaan yaitu :
Pesantren modern berupaya memadukan tradisionalitas dan modernitas
pendidikan. Sistem pengajaran formal ala klasikal (pengajaran di dalam kelas)
dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Dikotomi ilmu
agama dan umum juga dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama
diajarkan, namun dengan proporsi pendidikan agama lebih mendominasi.
Sistem pendidikan yang digunakan di pondok modern dinamakan sistem
Mu’allimin.
Pesantren memiliki beberapa keunggulan dari sekolah biasa yang tanpa
asrama, seperti yang dijelaskan oleh Najamuddin ( 2005, hlm. 68 ) bahwa :
Kelebihan sistem pesantren dibanding dengan sekolah biasa yang tanpa
asrama yaitu bahwa peserta didik berada dalam lingkungan suasana
pendidikan selama 24 jam, dan para pendidik atau pengasuh dapat
mengawasi, membimbing, dan memberi teladan kepada mereka secara total.
Ini akan memudahkan usaha pencapaian tujuan-tujuan pendidikan, sehingga
hasilnya dapat berlipat ganda dari hasil pendidikan sekolah biasa. Peserta
didik pada lembaga pendidikan pesantren diarahkan membiasakan diri untuk
mengamalkan ajaran Islam.
10
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berangkat dari pengajaran pesantren modern dimana para santri tidak hanya
dibekali dan diajari ilmu agama saja tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Pesantren
modern sebagai lembaga pendidikan formal juga harus bisa mendidik dan
menyiapkan para santrinya untuk bisa bersaing pada era industrialisasi seperti saat
sekarang ini. Peran pesantren perlu ditingkatkan karena tuntutan globalisasi tidak
mungkin dihindari dan tantangan yang dihadapi juga semakin kompleks. Maka salah
satu langkah bijak, yang harus dilakukan adalah mempersiapkan pesantren agar
mampu menjawab tantangan zaman. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Zamzami (2012, hlm. 55) menyatakan bahwa :
Bagian dari fungsi edukasi pesantren adalah pelaksanaan ibadah kepada Allah
SWT yang berkaitan erat dengan kecerdasan spiritual santri. Hal ini tak lepas
dari pelaksanaan ibadah yang merupakan bagian dari gerakan jiwa. Dijelaskan
lebih lanjut bahwa kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar-benar
utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Sehingga kecerdasan Spiritual
inipun berhubungan erat dengan pelaksanaan hubungan sosial santri dan
keberhasilan santri dalam mengembangakan karirinya dan berbaur dalam
lingkungan masyarakat yang lebih kompleks.
Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail ( 2012, hlm. 208)
yang menyatakan bahwa “pesantren tidak hanya mendidik dan mengajarkan santri-
santrinya untuk belajar agama dan akademik saja tetapi pesantren memiliki peran
untuk mendidik para santri dalam memiliki jiwa wirausaha dan berani untuk
berwirausaha”. Dalam kerangka ini, sumber daya manusia yang dihasilkan pesantren,
diharapkan tidak hanya mempunyai perspektif keilmuan yang lebih integratif dan
komprehensif antara bidang ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu keduniaan tetapi juga
memiliki kemampuan teoritis dan praktis tertentu yang diperlukan dalam masa
industri dan pasca industri. Berkaitan dengan hal tersebut Mulyasa (dalam
Hasbullah,1999, hlm. 38) mengatakan bahwa “peserta didik (santri) harus dibekali
dengan berbagai kemampuan sesuai dengan tuntutan zaman dan reformasi yang
sedang bergulir, guna menjawab tantangan globalisasi, berkontribusi pada
pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, dan adaptif terhadap
berbagai perubahan”.
11
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tantangan industrialisasi dan globalisasi jika dilihat pada satu pihak bertujuan
untuk membangun dan menciptakan sumber daya manusia yang unggul khususnya
dalam sains dan teknologi sehingga mampu mendapatkan tempatnya dalam
perkembangan dewasa ini dan masa mendatang dipihak lain, sesungguhnya
menempatkan pesantren ke dalam dilema yang sulit. Permasalahan seputar
pengembangan pengelolaan pendidikan pesantren dalam hubungannya dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia (human resources) merupakan isu aktual
dalam arus perbincangan kepesantrenan kontemporer. Maraknya perbincangan
mengenai isu tersebut tidak bisa dilepaskan dari realitas empirik keberadaan
pesantren dewasa ini kurang mampu mengoptimalisasi potensi yang dimilikinya.
Setidaknya terdapat dua potensi besar yang dimiliki pesantren yaitu potensi
pendidikan dan potensi pengembangan masyarakat.
Di kalangan pesantren sendiri, setidaknya sejak satu dasawarsa terakhir telah
muncul kesadaran untuk mengambil langkah-langkah tertentu guna meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan dan kebutuhan
transformasi sosial (pembangunan), dari sinilah timbul berbagai model pengelolaan
pesantren, baik dalam bentuk perubahan “kurikulum” pesantren yang lebih
berorientasi kepada “kekinian”, atau dalam bentuk kelembagaan baru semacam
“pesantren agribisnis”, atau sekolah-sekolah umum di lingkungan pondok pesantren,
dan bahkan dibeberapa pesantren telah mengadopsi dengan teknologi maju, sudah
mengajarkan berbagai macam teknologi yang berbasis keahlian dan pendidikan
keterampilan yang mengarah pada pendidikan profesi. Salah satunya seperti
pesantren modern yang berada di kota Bandung yang menyiapkan para santrinya
untuk bisa bersainga di era industri seperti pada saat sekarang ini. Para santri dibekali
ilmu agama serta ilmu-ilmu umum lainnnya seperti keterampilan wirausaha, ilmu
komputer, sanis dan bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris yang menunjang
kehidupan para santri setelah menyelesaikan pendidikan dari pesantren yang akan
mengarungi kehidupan didunia yang lebih luas dan penuh dengan persaingan. Begitu
juga halnya pesantren yang terdapat di kota Bandung dengan menerapkan sistem
pengajaran pesantren modern yaitu mengajarkan pembelajaran agama dan umum.
12
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Beberapa pondok pesantren tersebut adalah Eco Pesantren Daarut Tauhiid yang
berada dibawah yayasan Daarut Tauhiid, dan pondok pesantren Al Ihsan Baleendah
yang berada di bawah naungan yayasan Al Ihsan. Kedua pesantren ini merupakan
pesantren terbaik di kota Bandung karena memadukan pendidikan agama dengan
teknologi dan keterampilan serta merupakan pesantren dengan tipologi khalafiyah.
Eco Pesantren Daarut Tauhid merupakan pesantren khusus ikhwan (laki-laki)
mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA dimana pesantren ini berada dibawah naungan
yayasan Daarut Tauhiid. Eco Pesantren Daarut Tauhiid tidak hanya mendidik dan
mengajarkan para santrinya dalam pelajaran umum (sesuai kurikulum nasional) dan
pelajaran pondok (pelajaran dan ilmu agama) saja, tetapi santri juga diajarkan dan
dilatih dengan berbagai macam kegiatan ekstrakulikuler yang akan menunjang
performa para santri diantaranya yaitu olahraga berkuda, memanah, pramuka,
paskibra, beladiri, berbagai macam jenis olahraga seperti futsal, voli dan basket serta
seni musik dan seni membaca Al-Quran. Hal ini dilakukan agar santri dapat
mengasah dan melatih kemampuan mereka di luar kemampuan akademik. Sementara
itu Pondok Pesantren Al Ihsan Baleendah merupakan pondok pesantren yang berada
di bawah naungan Yayasan Al Ihsan, yang terdiri dari tingkatan Madrasah
Tsanawiyah MTs /SMP, dan Madrasah Aliyah MA /SMA. Sama halnya dengan Eco
Pesantren Daarut Tauhid, pondok pesantren Al Ihsan Baleendah ini juga
mempersipakan para santrinya untuk menghadapi arus industrialisasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dimana para santri dididik tidak
hanya bidang studi agama namun juga bidang studi umum dan kepesantrenan yang
dapat menjadi bekal bagi santri nantinya. Seperti kegiatan ekstrakulikuler yang ada
pada pesantren Al Ihsan Baleendah yaitu dalam bidang olahraga (sepak bola, basket,
volly, tenis meja, takraw dan memanah), seni musik, seni membaca Al-Quran, ilmu
komputer dan sebagainya yang dapat menunjang keterampilan santri.
Pendidikan pesantren adalah usaha dalam mengembangkan potensi dan
prestasi yang dimiliki oleh santri. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1) ditegaskan bahwa
“pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses
13
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran agar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pondok pesantren modern merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak hanya
mengajarkan pendidikan agama dan pengkajian kitab kuning saja, tetapi lebih
kompleks dan lengkap dengan menggunakan dua kurikulum yang disebut dengan
kurikulum terpadu yaitu gabungan dari kurikulum pondok (kurikulum kepesantrenan)
dan kurikulum nasional. Dahulu sempat terjadi kekhawatiran orang tua dalam
memasukan dan memilih pesantren sebagai tempat menimba ilmu bagi anaknya. Hal
ini disebabkan oleh anggapan bahwa setiap anak yang masuk pesantren akan menjadi
ustadz/ guru mengaji, presepsi tersebut yang membuat orangtua tidak tertarik
memasukan anaknya ke pondok pesantren. Anggapan demikian jauh berbeda dengan
saat sekarang ini, hal ini dibuktikan dengan tingginya motivasi orangtua dalam
memilih pondok pesantren untuk pendidikan bagi anak-anaknya. Pesantren
diharapkan dapat membentuk karakter dan pembinaan moral santri. Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Noor (2006, hlm. 64) “bahwa orang tua
mempercayaakan pembinaan moral anak kepada pondok pesantren oleh sebab itu
orangtua termotivasi memilih pondok pesantren sebagai agen pembinaan moral
disamping pembelajaran ilmu pengetahuan agama dan umum”. Seiring dengan
perkembangan zaman, tuntutan masyarakat terhadap dunia pesantrenpun memang
telah berkembang dengan pesat,khususnya dalam hal pendidikan. Dan ini bisa kita
lihat dengan banyaknya orangtua dan masyarakat yang menginginkan berbagai hal
lebih seperi harapan yang tinggi dari keberadaan sebuah pondok pesantren.
Dalam Rohlin (2017, hlm. 31) dinyatakan bahwa ada beberapa keinginan yang
muncul dari masyarakat untuk pondok pesantren diantaranya yaitu :
(1) Di samping memiliki kemampuan dalam keagamaan, masyarakat (para
orangtua) saat ini juga menginginkan lulusan pesantren memiliki kemampuan
yangsetara dengan lulusan sekolah umum, sehingga para lulusan dapat
melanjutkan kejenjang pendidikan tinggi secara leluasa;
(2) Masyarakat mengharapkan anak mereka yang lulus dari pesantren memiliki
keunggulan dalam keterampilan spesifik dalam bidang agama, seperti hafal Al-
14
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Quran, mampu membaca kitab,memiliki logika berpikir yang kuat sehingga
mampu berdebat dengan baik;
(3) Masyarakat menginginkan lulusan pesantrern juga memiliki penguasaan dalam
bidang teknologi, seperti penggunaan komputer, pembuatan
website,pengoperasian program;
(4) Masyarakat menginginkan lulusan pesantren memiliki daya saing dalam
keterampilan spesifik dan pengisian dunia kerja.
Era globalisasi dan industrialisasi selalu menuntut setiap orang mempunyai
power dan skill dalam mengarungi dunia yang semakin kompetitif sehingga banyak
orang, lembaga, bahkan pesantren harus mencari menu baru dalam usahanya
meningkatkan pemberdayaan masyarakat agar out put dari pondok pesantren tetap
bisa survive dan eksis guna menghadapi permasalahan dan kebutuhan serta tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulakan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan juga banyak mencetak
generasi yang berprestasi dan kompetitif seperti yang telah dijelaskan di atas, oleh
sebab itu maka sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia pesantren harus
mampu mencetak santri yang mampu memiliki iman dan ilmu, mampu bersaing
secara akademik dan berprestasi dalam berbagai bidang.
Diharapkan dengan sistem pembelajaran pesantren santri dapat membentuk
karakter keimanan dan ketekunan yang lebih baik, dibawah bimbingan serta arahan
para ustadz dan ustazah. Pesantren harus dapat menyiapkan para santrinya untuk
bersaing dan beradaptasi dalam era industrialisaasi, dimana industrialisai merupakan
arus yang berorientasi pada perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat
signifikan. Sehingga para santri selain di belaki ilmu agama dan pendidikan akhlak
juga harus diajarkan ilmu umum sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Arus industrialisasi ini tidak dapat dielakan karena kita telah masuk kedalamnya,
dimana hampir semua aktifitas dan kegiatan manusia menggunakan tenaga mesin
dan teknologi. Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren harus dapat responsif
atas perlembangan zaman dimana para santri diberi pendidikan, pembelajaran dan
program-program pesantren yang mendukung para santri dalam bersaing pada arus
industrialisai.
15
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pondok pesantren
memiliki tujuan untuk membentuk para santrinya agar dapat survive pada arus
industrialisasi. Pada zaman sekarang presepsi masyarakat menggenai pesantren sudah
mulai berubah, yang mulanya orangtua beranggapan jika anaknya hanya akan
menjadi ustadz/ guru mengaji ketika menuntut ilmu di pesantren, kini tidak demikian
lagi pesantren modern dengan segala program dan inovasi-inovasi pembelajaran yang
dilakukan dapat mencetak generasi muda yang berprestasi, beriman dan kompetitif,
sehingga mampu survive pada arus industrialisasi dan era globalusasi seperti sekarang
ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai bagaiman tantangan yang dihadapi oleh para santri perkotaan di
tengah arus industrialisasi, serta bagaimana strategi santri pada pondok pesantren
perkotaan ini untuk bisa beradaptasi dengann arus industrialisasi sehingga memiliki
jiwa kompetitif yang baik serta peranan dari pondok pesantren dalam
mempersiapkan santri untuk dapat kompetitif pada dunia luar yang lebih luas dan
terbuka. Maka judul penelitian dalam tesis ini adalah “Santri Perkotaaan Di Tengah
Arus Industrialisasi (Studi deskriptif : Pondok Pesantren Al Ihsan Baleendah
dan Eco Pesantren Daarut Tauhid Daarut Tauhiid).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus permasalahan dalam penelitian
ini adalah mengenai santri perkotaan dalam mengahadapi arus industrialisasi,
sedangkan secara umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
Santri Perkotaaan dalam Menghadapi dan Berada Di Tengah Arus Industrialisasi?”.
Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka
masalah pokok tersebut dirinci dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut
:
1. Bagaimana tantangan yang dihadapi oleh santri perkotaan di tengah arus
industrialisasi ?
2. Bagaimana respon dan strategi santri perkotaan dalam menghadapi arus
industrialisasi ?
16
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagaimana peran pesantren dalam menyiapkan para santri untuk menghadapi
arus industrialisasi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Sebagaimana yang terdapat dalam rumusan masalah dalam penelitian, maka
secara umum tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk untuk
mendeskripsikan santri perkotaaan di tengah arus industrialisasi.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum di atas, peneliti menyimpulkan tujuan khusus yang
akan dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis tantangan yang dihadapi oleh santri perkotaaan di
tengah arus industrialisasi.
b. Untuk menjelaskan respon dan strategi santri perkotaan dalam
menghadapi arus industrialisasi .
c. Untuk mendeskripsikan peran pesantren dalam menyiapkan para santri
untuk menghadapi arus industrialisasi.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat praktis maupun
teoritis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Secara Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan serta
bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi
khususnya sosiologi perkotaan dan sosiologi industri. Dengan penelitian ini peneliti
berharap dapat memberikan gambaran menggenai tantangan, respon serta strategi
yang dihadapi oleh komunitas santri perkotaan di tengah arus industrialisasi, serta
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya di masa
yang akan datang.
b. Secara Praktis
(1) Bagi peneliti, penelitian tentang santri perkotaan di tengah arus industrialisasi
(studi sosiologi bagi komunitas santri perkotaan) dapat menambah dan
17
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memperluas wawasan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang
sosiologi khususnya sosiologi perkotaan dan sosiologi industri.
(2) Bagi mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi, penelitian ini dapat
dijadikan salah satu referensi dan salah satu sumber kajian oleh mahasiswa
yang dapat dikaji oleh bidang ilmu Sosiologi khusunya sosiologi agama,
sosiologi perkotaan dan sosiologi industri.
(3) Bagi pengambil kebijakan, diharapkan pesantren menjadi lembaga pendidikan
yang baik serta edukatif dalam mempersiapkan santri agar kompetitif dan
adaptif serta melahirkan suatu kebijakan untuk mempersiapkan generasi emas
yang memiliki intelegtual serta berkarakter, untuk menghadapi arus
industrialisasi.
(4) Bagi masyarakat khususnya masyarakat Islam, dengan metode pembelajaran
modern yang diterapkan oleh pondok pesantren diharapkan masyarakat dapat
memiliki prespektif dan pandangan yang positif pada pondok pesantern,
pondok pesantren memiliki citra yang baik sehingga orangtua tidak sungkan
untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren.
(5) Bagi Pondok Pesantren, diharapkan dengan penelitian ini pondok pesantren
dapat mempersiapkan santri untuk beradaptasi dengan arus industrialisasi dan
mampu berkompetisi dengan baik.
1.5 Struktur Organisasi Tesis
Agar tesis ini dapat mudah dipahami oleh berbagai pihak yang berkepentingan,
maka tesis ini disajikan ke dalam lima bab yang disusun berdasarkan struktur
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaatpenelitian dan struktur organisasi tesis sebagai landasan dari
permasalahan ketika melakukan penelitian. Dalam tesis yang berjudul
“Santri Perkotaan Di Tengah Arus Industrialisasi” membahas dan
mengkaji mengenai bagaimana tantangan yang dihadapi oleh santri
pondok pesantren di tengah arus industrialisasi, bagaimana persiapan dan
18
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
respon yang di lakukan untuk menghadapi arus industrialisasi ini agar
tetap dapat kompetitif dan memililki kemampuan yang baik tidak hanya
dalam ilmu agama tetapi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
membahas mengenai peranan pondok pesantren dalam membina,
mendidik, melatih, serta membentuk santri santri sebagai manusia yang
berimana dan berilmu pengetahuan serta wawasan yang luas.
BAB II : Kajian Pustaka. Pada bab ini memaparkan teori-teori yang akan menjadi
pisau analisis pada bab IV, juga menguraikan dokumen-dokumen atau
data-data sebagai pendukung dalam penelitian. Dalam penelitian ini yang
berjudul “Santri Perkotaan Di Tengah Arus Industrialisasi” teori yang
digunakan sebagai pisau analisis yaitu teori stimulus dan respon. Dimana
dalam teori stimulus dan respon masyarakat akan merespon atau
melalukan tindakan berupa upaya jika terdapat stimulus. Dalam penelitian
ini respon apa yang akan dilakukan oleh santri melihat perkembangan
zaman dan era industrialisasi. Dimana dalam era industrialisasi ini
dibutuhkan kemampuan yang baik dri dalam segala bidang agar dapat
kompetitif dan bersaing di dunia luar. Teori stimulus dan respon dianggap
sesuai dan relevan denga penelitian ini, karena dalam penelitian ini akan
menjawab bentuk-bentuk stimulus (tantangan) yang muncul serta respon
yang diberikan atas tantangan arus industrialisasi tersebut.
BAB III : Metode Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan desain penelitian,
partisipan dan tempat penelitian, metode penelitian, pengumpulan data,
analisis data, dan uji keabsahan data sebagai alur penelitian. Dalam
penelitian ini dengan judul “Santri Perkotaan Di Tengah Arus
Industrialisasi” metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara dan studi dokumen. Analisis data menggunakan analisis Miles
Hubermas dimana terdapat tiga tahap dalam mengolah data yang didapat
di lapangan data yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Serta agar data yang diperoeh valid maka
19
Bunga Mustika, 2019 SANTRI PERKOTAAN DI TENGAH ARUS INDUSTRIALISASI (STUDI DESKRIPTIF : PONDOK PESANTREN AL IHSAN BALEENDAH DAN ECO PESANTREN DARUUT TAUHIID)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digunakan uji keabsahan data denga cara perpanjangan pengamatan
dengan menggunakan cara triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Pada bagian ini terdiri ats dua hal yaitu,
tentang pengolahan atau analisis data dan pembahasan atau analisis
temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan prosedur tahap-tahap
kualitatif. Bagian pembahasan atau analisis temuan mendiskusikan
temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas pada
bab bagian Kajian Pustaka dan temuan sebelumnya.
BAB V : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Dalam bab ini peneliti
menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan
penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan
dari hasil penelitian sebagai penutup dari hasil penelitian tesis.
top related