bab i kep
Post on 15-Jan-2016
6 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kekurangan gizi merupakan masalah kesehatan tertinggi didunia,
terutama dinegara – negara berkembang. Penelitian yang dilakukan, menyatakan
bahwa sebanyak 19 provinsi diindonesia mempunyai prevalensi gizi buruk dan gizi
kurang diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe, Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat
dan Papua ( Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).
Menurut data World Health Organization (WHO), terdapat empat masalah
kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan rendah
dinegara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang Energi Protein
(KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY) (World Health Organization, 2009). Masalah
malnutrisi terutama terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun dan dapat mengganggu
proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental.
Kurang Energi Protein (KEP) adalah salah satu masalah gizi utama yang
banyak dijumpai paa balita di Indonesia. Dalam Repelita VI, pemerintah dan
masyarakat berupaya menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30%. Namun
saat ini di Indonesia sedang di landa krisis ekonomi yang berdampak juga pada status
gizi balita, dan diasumsi kecenderungan kasus KEP berat/gizi buruk akan bertambah.
Data Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa presentase anak dengan konsumsi
energi dan protein kurang dari 70% AKG adalah 33,4%, dari jumlah tersebut 24,8%
berada pada kelompok umur 4-6 tahun. Sebagian besar kasus konsumsi energi protein
yang berada di bawah kebutuhan minimal terjadi di daerah pedesaan dan cenderung
lebih besar pada kelompok anak laki-laki (Riskesdas, 2010). Berdasarkan data
Riskesdas 2007 diperkirakan 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa)
meninggal setiap tahun dan 170.000 anak (60%) di antaranya akibat gizi buruk
(Kementerian Kesehatan RI, 2007).
Telah diketahui bersama besaran masalah gizi di Indonesia, dimana masalah
gizi makro berupa KEP dapat memperbesar peluang terjadinya masalah gizi mikro
seperti defisiensi mineral penting seperti Fe dan Zn, terutama terkait dengan salah
satu fungsi protein sebagai alat pengangkut di dalam tubuh (Mahan dan Stump, 2004),
oleh karena itu diupayakan suatu penanggulangan masalah KEP pada kelompok
rentan yaitu anak. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan kesiapan dan
pemberdayaan tenaga kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP berat/gizi
buruk secara terpadu ditiap jenjang administrasi, termasuk kesiapan sarana pelayanan
kesehatan seperti Rumah Sakit Umum, Puskesmas perawatan, puskesmas, balai
pengobatan (BP), puskesmas pembantu, dan posyandu/PPG (Pusat Pemulihan Gizi).
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah terurai di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah
yang melandasi penulis untuk mengkaji lebih lanjut, yaitu :
a. Bagaimana menjelaskan penyebab meningkatnya angka KEP Balita ?
b. Bagaimana rencana program yang tepat untuk menanggulangi kejadian KEP ?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah :
Tujuan Umum
a. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya peningkatan angka
kekurangan energi protein (KEP) pada balita.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh asupan makanan tambahan pada balita terhadap
peningkatan angka kekurangan energi protein (KEP) pada balita.
b. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu balita terhadap peningkatan
angka kekurangan energi protein (KEP) pada balita.
c. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan ibu balita peningkatan angka
kekurangan energi protein (KEP) pada balita.
d. Untuk mengetahui pengaruh penghasilan ibu balita peningkatan angka
kekurangan energi protein (KEP) pada balita.
top related