bab i
Post on 24-Oct-2015
32 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di antara makhluk hidup yang di ciptakan Tuhan Yang Maha Esa, manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna. Manusia membutuhkan pekerjaan agar
memperoleh penghasilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Di antara manusia
tersebut ada beberapa orang yang mendapat kesempatan dan mampu menciptakan
lapangan kerja sendiri bahkan dapat membuka lapangan kerja untuk orang lain.
Terjadinya kegagalan pada model pembangunan pada masa lalu, menyadarkan
akan perlunya reorientasi baru dalam pembangunan, yaitu pendekatan pembangunan
yang memperhatikan lingkungan dan pembangunan yang berwajah manusiawi.
Pendekatan tersebut menempatkan manusia sebagai factor kunci yang memainkan
peran penting dalam segala segi. Proses pembangunan hendaknya sebagai suatu
proses yang populis, konsentrasi pembangunan lebih pada ekonomi kerakyatan,
dengan mengedepankan fasilitas pembangunan pada usaha rakyat kecil.
Bertolak dari model pembangunan yang Humanize tersebut maka dibutuhkan
program-program pembangunan yang memberikan prioritas pada upaya
memberdayakan masyarakat. Dalam konteks Good Governance ada tiga pilar yang
harus menopang jalannya proses pembangunan, yaitu masyarakat sipil, pemerintah
dan swasta. Oleh karena itu SDM/ masyarakat menjadi pilar utama yang harus
diberdayakan sejak awal.
Dalam pembangunan perekonomian rakyat untuk memberdayakan rakyat
hendaklah disertai transformasi secara seimbang, baik itu transformasi ekonomi,
social, budaya maupun politik. Sehingga akan terjadi keseimbangan antara kekuatan
ekonomi, budaya, social dan budaya.
Dengan adanya pemberdayaan, masyarakat dapat menjalankan pembangunan
dengan diberikan hak untuk mengelola sumber daya yang ada. Masyarakat miskin
diberikan kesempatan untuk merencanakan dan melaksanakan pogram
pembangunan yang telah mereka tentukan. Dengan demikian masyarakat diberi
1
kekuasaan untuk mengelola dana sendiri, baik yang berasal dai pemerintah maupun
pihak lain.
Dalam rangka pemerataan hasil-hasil pembangunan perlu lebih di tingkatkan
dan diperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan kelompok masyarakat
yang mempunyai mata pencaharian rendah, seperti buruh tani, pedagang kecil,
petani menggarap yang tidak memiliki lahan peternak kecil, nelayan, ataupun
pengrajin.
Pengusaha golongan ekonomi lemah termasuk pengusaha informal dan
tradisional perlu ditingkatkan dan dibina untuk meningkatkan kemampuan usaha dan
pemasaran dalam rangka mengembangkan kewirausahaan, antara lain melalui
pendidikan dan latihan serta penyuluhan dan bimbingan, dengan mengikut sertakan
pengusaha besar dan menengah.
Dan kini pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melalui penyediaan yang
memadai untuk berbagai kemudahan dan bantuan seperti, kredit dan permodalan,
tempat berusaha bimbingan teknologi cepat, dsb. Olehkarena itu, kini para
masyarakat hanya saja perlu pengembangan usahanya, bagaimana cara pengelolaan
barang-barang yang akan dibuat menjadi produk jual dan produknya itu dapat
menarik hati konsumen.
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa
ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir
dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko
atau ketidakpastian.
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah
atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan
seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan
formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan
menjadi berkembang.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan.
Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara
berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi,
2
panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan
perilaku sebagai manusia unggul.
Dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak oang yang menafsirkan dan
memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki baru dilakukan
‘usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan tersebut tidaklah tepat, karena jiwa dan
sikap kewirausahaan (entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan
tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif
baik kalangan usahawan maupun masyarakat umum seperti petani, karyawan,
pegawai pemerintahan, mahasiswa, guru, dan pimpinan organisasi lainnya.
B. Ruang lingkup Masalah
Didalam kajian makalah ini tentunya penulis menyajikan masalah seputar
Kewirausahaan diantaranya :
1. Munculnya spirit of entrepeneurship sehubungan dengan perkembangan ekonomi
2. Faktor keberhasilan usaha
3. Faktor kegagalan usaha
D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang kewirausahaan
2. Tujuan khusus
a). Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana Munculnya spirit of entrepeneurship
sehubungan dengan perkembangan ekonomi.
b). Mahasiswa dapat mengetahui penyebab keberhasilan usaha
c). Mahasiswa dapat mengetahui penyebab kegagalan usaha
E. Metoda Penulisan
Penulisan makalah ini dengan menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan
cara mencari dan membaca literatur yang ada di perpustakaan, jurnal, media internet
F. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun secara teoritis dan sistematis yang tediri dari 3 bab yaitu : Bab I
adalah pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan,
ruang lingkup penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II adalah pembahasan yang terdiri
3
dari Munculnya Spirit Of Entrepeneurship Sehubungan Dengan Perkembangan
Ekonomi dan Faktor kegagalan dan keberhasilan. Bab III adalah penutup terdiri dari
kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Munculnya Spirit Of Entrepeneurship Sehubungan Dengan Perkembangan
Ekonomi
4
Latar belakang belakang kemunculan entrepreneurship banyak dimotori oleh
faktor ekonomi sehingga menstimuluskan munculnya spirit of entrepreneurship yang
dibarengi dengan perubahan dan perkembangan ekonomi.ada beberapa faktor yang
menstimulus adanya spirit of entepreneursip, yaitu:
Evolusi produk
Perubahan akan produk hasil akan menimbulkan perubahan kebutuhan yang
memunculkan sebuah peluang yang baru
Evolusi ilmu pengetahuan
Perubahan ilmu pengetahuan akan mempengaruhiinspirasi produk yang baru dan
seterusnya.
Perubahan gaya hidup,selera,dan hobi
Perubahan gaya hidup akan mempengaruhi keinginan produk yang berbeda.
Perubahan teknologi
Perkembangan teknologi yang semakin modern akan menciptakan produk yang
baru,suasana,dan gaya hidup yang berbeda.
Untuk mendorong pembangunan ekonomi perlu ditumbuhkembangkan peran
para entrepreneur, para wirausaha. Kita memerlukan dunia usaha yang dinamis,
bergairah, dengan pelaku usaha yang kreatif, inovatif, dan berpikir jauh ke depan.
Raymond Kao, seorang ahli kewirausahaan, berkata, "It may take a revolution to gain
a political freedom, but it only need entrepreneurial spirit to gain economic freedom."
Dalam mencapai kemerdekaan politik yang dibutuhkan adalah revolusi,
namun untuk mencapai kemerdekaan ekonomi hanya diperlukan semangat
kewirausahaan untuk merancang dan menciptakan suatu gagasan menjadi realita.
Sebenarnya spirit kewirausahaan memiliki cakupan yang luas.
Spirit tersebut tidak hanya terbatas pada dunia ekonomi, melainkan dapat
diterjemahkan pada dunia sosial, politik, dan birokrasi. Kewirausahaan sosial adalah
upaya untuk memberdayakan masyarakat agar bisa mengubah diri sendiri baik dari
segi ekonomi maupun dalam kehidupan sosial.
5
Kewirausahaan politik adalah bagaimana membuat kehidupan politik berjalan
fair, transparan, dan memberikan dampak bagi kesejahteraan rakyat. Adapun
kewirausahaan birokrasi adalah upaya menjadikan birokrasi berfungsi sebagai pelayan
publik yang ideal.
Artinya, semangat kewirausahaan adalah spirit atau jiwa untuk mengubah
keadaan yang timbul dari keyakinan bahwa kita tidak boleh melihat segala sesuatu
secara statis, apa adanya. Kita memerlukan paradigma pemikiran yang out of the box.
Pemikiran-pemikiran kewirusahaan akan mendorong pada pengembangan
intelektual, inovasi dan kreativitas, perubahan pola pikir, keberanian melakukan
langkah terobosan, ketepatan dalam mengambil langkah-langkah strategis, serta
pantang menyerah menghadapi tantangan.
Dalam konteks pembangunan bangsa, tujuan utama didorongnya semangat
kewirausahaan adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saya berkeyakinan
pendekatan kewirausahaan inilah yang merupakan salah satu jalan alternatif untuk
keluar dari berbagai tantangan yang kita hadapi, baik di bidang ekonomi, politik,
hukum, maupun sosial.
Mengutip pendapat ahli manajemen Peter Drucker, "There are no
underdeveloped countries, only undermanaged ones," Jelas bahwa tidak satu pun
negara yang terbelakang, yang ada hanyalah salah kelola dan salah urus.
Artinya, yang kita perlukan di sini adalah perubahan paradigma para aktor dalam
mengelola negara.Dalam hal inilah pendekatan kewirausahaan menjadi sangat
relevan. Jiwa kewirausahaan dibutuhkan karena sumber kemakmuran suatu negara
tidak lagi terletak pada kekayaan sumber daya alam yang melimpah, melainkan
terletak pada brain (kecerdasan), dream (mimpi), spirit, dan confidence (rasa percaya
diri).
Kemakmuran tergantung pada kekuatan sumber daya manusia. Ini yang
dibuktikan oleh siswa SMK di Solo yang berhasil merakit mobil buatan dalam negeri,
6
Jelas ini terobosan besar hasil dari jiwa-jiwa kewirausahaan muda yang mulai muncul
dan berkembang.
Mendorong Kewirausahaan Ekonomi
Salah satu pokok persoalan yang selama ini sering mengemuka adalah
bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tentu solusinya bukan sekadar
menyiapkan fundamen makroekonomi yang kuat, iklim investasi yang kondusif,
melainkan juga perlu adanya program untuk mendorong banyak pengusaha di sektor
riil dan nonformal.
Kita memerlukan para pengusaha agar ekonomi bisa bergerak, lapangan
pekerjaan semakin terbuka, dan tentu saja dampaknya mengurangi pengangguran dan
mengurangi kemiskinan. Mari kita lihat ekonomi negara-negara maju. Industrialisasi
dan modernisasi di Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat (AS) selalu dimulai
dari munculnya pengusaha-pengusaha atau kelas menengah.
Memang saat ini kelas menengah ekonomi sedang tumbuh di Indonesia.
Laporan majalah Globe edisi Desember 2011 memberitakan kemunculan fenomena
baru, yaitu menguatnya posisi dan peran pengusaha.
Menurut rilis majalah tersebut, mayoritas orang paling berpengaruh di
Indonesia saat ini adalah entrepreneur. Entah mereka yang menjadi pengusaha, elite
politik yang berlatar belakang pengusaha, atau pemimpin politik yang tumbuh dari
seorang pengusaha.
Fenomena ini muncul beriringan dengan semakin berkembangnya sistem
demokrasi. Karena demokrasi tidak hanya mendorong keterbukaan partisipasi politik,
melainkan juga keterbukaan akses ekonomi dan mendorong persaingan atau
kompetisi secara sehat. Bahkan aktor-aktor penting yang menentukan dinamika
politik saat ini berasal dari kelompok pengusaha.
Hal inilah yang membuat peran sosial politik tidak lagi didominasi hanya oleh
golongan militer, teknokrat, atau birokrat; tetapi mulai bergeser ke pengusaha. Data
7
majalah Forbes sejak 1998 sampai 2011 menunjukkan dua fenomena menarik yang
terjadi di era pascareformasi.
Pertama, pergerakan peringkat orang terkaya di Indonesia berjalan jauh lebih
dinamis daripada pada masa Orde Baru. Beberapa orang-orang kaya muncul di masa
reformasi bukan oleh proteksi pemerintah, tetapi oleh jiwa kewirausahaan yang kuat.
Kedua, pengusaha-pengusaha yang masuk dalam top 40 Forbes tersebut
ternyata makin berperan dalam menentukan kebijakan publik di Indonesia. Mereka
makin kuat posisinya dalam sistem politik Indonesia
Gejala ini memperlihatkan bahwa pendekatan kewirausahaan ekonomi tidak
hanya berdampak secara ekonomi melainkan juga berdampak secara politik.
Barangkali di sini lah betapa pentingnya kita harus merangsang dunia kewirausahaan
agar tumbuh lebih menggeliat lagi.
Memang kalau kita amati kondisi saat ini Indonesia hanya mempunyai
wirausaha dengan jumlah sekitar 400 ribu orang atau kurang dari 0,2 persen dari
keseluruhan penduduk Indonesia. Idealnya untuk menjadi sebuah negara maju maka
minimal harus mempunyai entrepreneur sejumlah dua persen dari seluruh
penduduk.nasib suatu bangsa ditentukan oleh warganya sendiri. Meskipun kita berada
di era globalisasi, tapi nasib bangsa ini tidak bisa diserahkan pada bangsa lain.
Di titik inilah pendekatan pembangunan bangsa berbasis kewirausahaan menjadi
suatu bentuk pendekatan alternatif yang tidak hanya terbatas pada bidang ekonomi,
melainkan di seluruh sektor kehidupan.
2. Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Usahaa. Keberhasilan Kewirausahaan
Kerja keras.
Dalam menjalankan usaha kita perlu menyadari bahwa setiap orang yang
8
menekuni bidang usaha, usaha apapun itu, dituntut untuk memiliki pemikiran
untuk selalu bekerja keras dan tekun.
Kerja sama dengan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, yang mau tidak mau kita musti bergantung kepada
orang lain, maka dari itu semestinyalah kita belajar bergaul dan membawa diri
pada orang lain.
Penampilan yang baik.
Penampilan adalah cerminan kebersihan hati dan perilaku seseorang, oleh
karena itu, untuk menunjang usaha yang kita lakukan maka penampilan juga
sangat berperan.
Yakin, keyakinan.
Segala sesuatu yang dilakukan wujudkan dalam diri kita bahwa kita bisa.
Pandai membuat keputusan.
Mau menambah pengetahuan.
Seorang wirausahawan dituntut untuk selalu belajar dari sekelilingnya,
lingkungan sekitarnya dan dari produk-produk yang dibuat.
Pandai berkomunikasi.
Belajarlah mengeluarkan kalimat yang baik (sesuai).
Untuk menjadi seorang wirausahawan, diperlukan dukungan dari orang lain
yang berhubungan dengan bisnis yang kita kelola. Seorang wirausaha harus mau
menghadapi tantangan dan resiko yang ada. Resiko dijadikan sebagai pemacu untuk
maju, dengan adanya resiko, seorang wirausaha akan semakin maju.
Menurut Murphy dan Peek yang diterjemahkan dalam bukunya oleh Bukhari
Alam, ada delapan anak tangga yang meliputi keberhasilan seorang wirausaha dalam
mengembangkan profesinya, yaitu:
1) Kerja keras
9
Kerja keras merupakan modal keberhasilan seorang wirausaha. Setiap
pengusaha yang sukses menempuh kerja keras yang sungguh – sungguh dalam
usahanya.
2) Kerjasama dengan orang lain
Kerjasama dengan orang lain dapat diwujudkan dalam lingkungan pergaulan
sebagai langkah pertama untuk mengembangkan usaha. Seorang wirausaha
harus murah hati, mudah bergaul, ramah dan disenangi masyarakat dan
menghindari perbuatan yang merugikan orang lain.
3) Penampilan yang baik
Penampilan yang baik ditekankan pada penampilan perilaku yang jujur dan
disiplin
4) Yakin
Seorang wirausaha harus dapat yakin kepada diri sendiri, yaitu keyakinan untuk
maju dan dilandasi ketekunan serta kesabaran.
5) Pandai membuat keputusan
Seorang wirausaha harus dapat membuat keputusan. Jika dihadapkan pada
alternative sulit, dengan cara pertimbangan yang matang, jangan ragu – ragu
dalam mengambil keputusan yang baik sesuai dengan keyakinan.
6) Mau menambah Ilmu pengetahuan
Dengan menambah ilmu pengetahuan, terutama di bidang usaha, diharapkan
seorang wirausaha dapat mendukung kemampuan dan kemajuan dalam usaha.
7) Ambisi untuk maju
Tanpa ambisi yang kuat, seorang wirausaha tidak akan dapat mencapai
keberhasilan. Ambisi yang kuat, harus diimbangi dengan usaha yang keras dan
disiplin diri yang baik.
8) Pandai berkomunikasi
Seorang wirausaha harus dapat menarik orang lain dengan tutur kata yang baik,
sopan, jujur dan percaya diri. Dengan demikian akan memberi kesan kepada
orang lain menjadi tertarik daan orang akan percaya dengan apa yang
disampaikan.
b. Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28)
10
Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke
mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang
harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana
pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu
memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi
yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang
diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu
segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik
dibanding sebelumnya.
Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki
seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang
maupun waktu.
Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada
peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya.
Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya.
Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya. baik
sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha
tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh
dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan
kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai
pihak baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan
maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada :
para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
c. Kegagalan Kewirausahaan
11
Kurangnya dana untuk modal.
Tidak semua kegagalan disebabkan karena modal yang tidak ada, akan tetapi
sebagian besar kegagalan itu ada karena kurangnya dana.
Kurangnya pengalaman dalam bidang bisnis.
Berikan suatu jabatan kepada ahlinya, dengan kata lain tempatkan sesuatu
pada tempatnya.
T idak adanya perencanaan yang tepat dan matang.
Dalam berwirausaha, merencanakan sesuatu, atau menyusun sesuatu perlu
disiapkan sebelumnya.
Tidak cocoknya minat terhadap bidang usaha yang sedang digeluti (diteliti).
Terkait dengan penjelasan point b diatas, yaitu menempatkan sesuatu pada
tempatnya, termasuk tempatkan minat dan bakat dimana orang itu berminat
dan berbakat agar usaha atau pekerjaan yang dilakukan menjadi sahabat dan
dapat ditekuni dengan baik.
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang
menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola
usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang
berhasil.
Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan,
keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan
mengintegrasikan operasi perusahaan.
Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil
dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara
aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan
memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan
mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
12
Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha
yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati,
kemungkinan gagal menjadi besar.
Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak
akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha
hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu
membuat peralihan setiap waktu.
Menurut Alex S. Niti Semito, kegagalan wirausahawan dalam menjalankan
bisnisnya terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Kegagalan yang dapat dihindarkan
Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi, karena pengusaha dapat menghindari
dsan dapat diantisipasi sebelumnya. Misal: salah mengelola perusahaan, tidak
ada rencana yang matang, pelayanan yang kurang baik, dll
2. Kegagalan yang tidak dapat dihindarkan
Yaitu kegagalan yang sulit atau hamper tidak dapat dihindari seperti bencana
alam,peperangan, kebakaran, kecelakaan.
d. Sebab – sebab Kegagalan dalam Menjalankan Usaha
o Kurang ulet dan cepat putus asa, sedangkan kita harus dituntut untuk rajin,
tekun, sabar, dan jangan putus asa.
13
o Kurang tekun dan teliti.
o Kurangnya pengawasan.
o Kemacetan yang sering terjadi.
o Pelayanan yang kurang baik.
o Tidak jujur dan kurang cekatan.
o Kurang inisiatif dan kurang kreatif.
o Kekeliruan dalam memilih lapangan usaha.
o Menyamakan perusahaan sebagai badan social, karena salah satu ocia-ciri
kalau orang berbisnis harus kikir, kalau badan ocial, ikhlas beramal, karena
apabila perusahaan jadi kikir maka ia jelas irit.
o Banyak pemborosan dan penyimpangan.
o Kurang dapat menyesuaikan dengan selera konsumen.
o Sulit memisahkan antara harta pribadi dengan harta perusahaan.
o Mengambil kredit tanpa pertimbangan yang matang.
o Memulai usaha tanpa pengalaman dan modal pinjaman.
o Banyaknya piutang ragu-ragu.
o Kekeliruan menghitung harga pokok. Dalam melakukan suatu usaha
penjualan harus menghitung berapa banyak harga pokok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan
kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration.
bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian.
Seperti telah diungkapkan bahwa wirausaha sebenarnya adalah seorang
inovator atau individu yang mempunyai kemampuan naluriah untuk melihat benda-
benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar, mempunyai semangat.
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha
karena adanya suatu motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive).
Motif berprestasi ialah suatu nilai sosial yang menekankan pada hasrat untuk
mencapai yang terbaik guna mencapai kepuasan secara pribadi.
Dalam kewirausahaan perlu adanya pengembangan usaha, yang dimana dapat
membantu para wirausahawan untuk mendapatkan ide dalam pembuatan barang-
barang yang akan dijadikan produk yang akan dijual. Dalam proses pengembangan
usaha ini diperlukannya jiwa seseorang wirausaha yang soft skill yang artinya adanya
ketekunan berani mengambil resiko, terampil, tidak mudah putus asa, mempunyai
kemauan terus belajar, memberi pelayanan yang terbaik kepada konsumen, bersikap
ramah terhadap konsumen, sabar, pandai mengelola dan berdoa. karena semua usaha
dan rencana tidak akan berhasil tanpa adanya rhido dari Tuhan Yang Maha Esa.
B. Saran Disarankan mahasiswa yang mempelajari tentang ilmu kewirausahaan mampu
memiliki sifat-sifat seperti yang dikemukakan di atas, agar menjadi seorang
wirausawan yang handal di bidang usaha, seperti yang diharapkan dan dalam
berusaha hendaklah mempunyai tujuan yang jelas serta ikhlas dalam melakukan
usahanya.
DAFTAR PUSTAKA
“Anonim”. 2009. Ciri-ciri Kewirausahaan Unggul/Berhasil. diambil dari http://ciri-
cirikewirausahaanunggul_berhasil.com.
15
“Anonim”. 2009. Kewirausahaan. diambil dari http://kewirausahaan-kang_amin.com.
Hendro. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2011.
Kasali Rhenald. Modul Kewirausahaan. Jakarta Selatan : PT Mizan Publika. 2010.
Justin G Longecker, Kewirausahaan, Manajemen Usaha Kecil. Yogyakarta : Salemba Empat. 2000.
Mas’ud Machfoedz, Kewirausahaan, Suatu Pendekatan Kontemporer, Yogyakarta : UPP AMP YKPN. 2004.
16
top related