bab i pendahuluaneprints.umm.ac.id/44194/2/jiptummpp-gdl-dianmutia2-46918... · 2019. 2. 12. · 1...
Post on 02-Apr-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara dengan populasi sekitar 250 juta penduduk
menempati urutan nomor empat terpadat di dunia dari sekian penduduk
Indonesia, ada sekitar 4,1 juta jiwa anak terlantar, dan sekitar 34.000 jiwa anak
jalanan di selurut pelosok Negeri. Hidup sebagai anak jalanan bukanlah sebagai
pilihan hidup yang menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka
terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi
fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara psikologis mereka
adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan mental
emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut
dengan dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi
perkembangan dan pembentukan kepribadiannya.
Anak jalanan dari sebab intensitasnya mereka berada di jalanan memang
tidak dapat disamaratakan. Dilihat dari sebabnya, sangat dimungkinkan tidak
semua anak-anak berada di jalan karena sebab tekanan ekonomi keluarga,
namun juga perlu diperhatikan variabel-variabel lain yang mendukung anak-
anak hidup di jalan, seperti kekerasan dalam keluarga, perpecahan dalam
keluarga, atau pengaruh dari lingkungan sosialnya.1
Kehidupan anak jalanan sangatlah berbeda dengan kehidupan anak
kebanyakan pada umumnya, kehidupan yang sangat jelas berbeda dan terlihat
1Subhansyah, Aan T, Dkk.1996. Anak Jalanan di Indonesia, deskripsi persoalan dan
penanganan. Yogyakarta. Hal 14
2
jauh dari dunia anak-anak itu sendiri, di mana dunia anak adalah “Dunia
bergembira dan bermain”. Dunia anak jalanan tidak lain adalah dunia kerja
keras, penuh peluh dan lelah, mereka hidupi diri mereka sendiri tanpa ada
belaian dan kasih sayang dari orang tua. Selain itu sisi yang lain mereka lebih
senang berada di jalanandikarenakan kehidupan di jalanan cenderung sangat
bebas kehidupannya. Mereka merasa tidak ada yang banyak mengatur
kehidupan mereka, mereka dapat melakukan apa saja sesuai dengan apa yang
diinginkan tidak dibatasi dengan waktu, mereka dapat berbuat kapan saja yang
dia mau.
Di dirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia antara lain
bertujuan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Namun,
masih terdapat masyarakat dalam keadaan fakir, miskin, dan anak terlantar
mereka bisa bermetamorfosis menjadi gelandangan, pengemis, pengamen, dan
anak jalanan. Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa “fakir miskin
dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Seharusnya di sini pemerintah juga
memiliki andil dan peranan yang sesuai dengan implementasi Undang-Undang
tersebut, melalui kebijakan yang dihasilkan, melalui sistem atau program yang
dibuat untuk mensejahterahkan bagaimana kehidupan para anak-anak jalanan
tersebut hingga terwujud begitu sempurnannya Pasal 34 ayat (1) tersebut. Meski
pemerintah telah berusaha untuk mengentaskan persoalan anak jalanan namun
implementasinya terasa masih sangat minim.
Pengertian anak jalanan menurut Soedijar (1998), anak jalanan itu
berusia di antara tujuh hingga lima belas tahun yang mana mereka memilih
untuk mencari penghasilan di jalanan, yang tidak jarang menimbulkan konflik
3
ketenangan, ketentraman dan kenyamanan orang lain di sekitarnya, serta tidak
jarang membahayakan dirinya sendiri.
Pengertian anak jalanan dilihat dari buku “ Intervensi Psikososial”
(Departemen 20), mereka yang menjadi anak jalanan adalah sebagian besar anak
yang mau tidak mau, suka tidak suka menghabiskan keseluruhan waktunya di
jalanan untuk mencari pendapatan dengan cara berkeliaran di tempat umum, di
jalanan serta tempat terbuka lainnya.
Menurut UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang
No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 1 ayat 12 menjelaskan
bahwa: “Hak Anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi, dan dipenuhi olehOrang Tua, Keluarga, masyarakat, negara,
pemerintah, dan pemerintah daerah.”
UNICEF (1986), anak jalanan adalah anak yang berusia kurang dari 16
tahun yang bekerja di jalan-jalan perkotaan, tanpa perlindungan dan mereka
menghabiskan waktu dijalanan atau alasan mereka berada dijalanan.
Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan sebagai anak yang
sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran
di jalanan ataupun tempat-tempat umum lainnya.
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia dalam penelitiannya
membedakan dua kelompok jalanan, yaitu anak yang hidup di jalan (Clidren of
the street) dan anak kerja di jalan (Children on the street).2Anak yang hidup di
jalanan ini ialah anak yang seluruh waktunya di habiskan di jalan untuk bertahan
hidup, dan juga anak-anak tersebut dalam hubungan dengan orang tua sudah
tidak lagi terjalin atau dapat dikatakan putus sama sekali. Anak yang hidup di
2 Murniatun. 2004. Problematika Anak Jalanan, yogyakarta
4
jalan ini memperlakukan ruang publik sebagai tempat untuk melangsungkan dan
untuk hidup. Dari penelitian yang telah ada anak-anak yang hidup di jalan
merupakan anak yang berasal dari keluarga gelandangan dan juga merupakan
anak yang hidup sendiri di jalanan. Sedangkan anak kerja di jalan ialah anak
yang bekerja atau mencari uang di jalan tetapi anak-anak tersebut masih pulang
ke rumah, dan hubungan dengan orang tua masih tejalin dengan baik.
Di jalanan, anak-anak mengalami banyak permasalahan atau resiko
yang sering mereka hadapi. Resiko tersebut ada yang ditimbulkan oleh
hubungan anak dengan lingkungan fisik, relasi anak dengan lingkungan sosial,
atau relasi anak dengan dengan struktur atau aparatur. Sejauh ini ada beberapa
macam resiko yang dialami anak jalanan, anatara lain: korban operasi tertib
sosial, korban kekerasan orang dewasa, kehilangan pengasuhan, korban
kekerasan orang dewasa, kehilanagan pengasuhan, resiko penyakit, kehilangan
kesempatan pendidikan, eksploitasi seksual.Anak-anak jalanan membutuhkan
perhatian yang besar dari masyarakat luas bukan untuk dijauhkan atau dibuang
begitu saja tanpa dibekali sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hidup mereka.
Anak jalanan merupakan salah satu aset bangsa dan penerus masa depan
bangsa. Keberadaannya di jalanan perlu dientaskan dan salah satu cara
mengentaskannya adalah dengan menyelenggarakan rumah singgah, panti
asuhan, atau yayasan. Di dalam yayasan atau panti anak jalanan diberikan
pelayanan kesejahteraan sosial diantaranya melalui pemberdayaan anak jalanan.
Pemberdayaan pada anak jalanan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan
yang diselenggarakan oleh yayasan atau panti.
Yayasan hanya sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang
akan membantu mereka sebagi proses informal yang memberikan suasana pusat
5
realisasi dan sosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma
masyarakat. Secara umum tujuan dibentuknya yayasan adalah membantu anak
jalanan dalam mengatasi masalah-masalah dan menemukan alernatif untuk
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Yayasan disadari sebagai kebutuhan bagi anak yang hidup di jalan.
Selain dimaksudkan sebagai tempat bernaung, yayasan juga diharapkan menjadi
basis bagi pelayanan berikutnya, seperti pelayanan kesehatan dan pendidikan,
pendampingandan konseling bagi anak yang sedang bermasalah. Selain itu,
yayasan juga diharapkan menjadi ruang komunikasi yang harmonis anatara anak
dan pihak yang menaruh perhatian pada kehidupan anak. Keberadaan yayasan
terhadap anak-anak jalanan sangat penting peranannya untuk memperoleh
masukan yang berkaitan dengan pembinaan yang menanamkan nilai-nilai
normative dan ilmu pengetahuan, serta kesempatan untuk bermain bersama-
sama dengan anak-anak yang lain.3
Rangkaian awal dari aktifitas yayasan adalah kegiatan outreach atau
penjangkauan. Kegiatan ini dilakukan oleh lembaga yang melayani anak secara
langsung untuk mengetahui situasi dan kondisi anak di lapangan serta
memperkirakan intervensi yang tepat diberikan anak. Tahap selanjutnya, untuk
anak-anak yang hidup di jalanan barulah mendapatkan fasilitas yayasan, hal
tersebut dilakukan untuk mempermudah intervensi lembaga kepada anak-anak
jalanan, dan selanjutnya yayasan biasanya anak-anak jalanan mendapatkan
fasilitas kebutuhan hidup yang merupakan Basic Need dan Sanitasi.
Intervensi yang dilakukan oleh pihak yayasan merupakan suatu bentuk
intervensi jangka panjang. Segala kegiatan yang telah diprogramkan merupakan
3 Muhsin Kalida M.A. 2005. Sahabatku Anak Jalanan. Yogyakarta.Alief Press. Hal.28
6
bentuk kegiatan yang memperdayakan anak jalanan, dalam hal pendidikan,
ketrampilan dan pada suatu bentuk tindakan yang mengacu pada pengenalan
terhadap nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat. Jadi dengan segala bentuk
kegiatan tersebut nantinya diharapkan anak jalanan yang berada pada rumah
singgah dapat mengembangkan dirinya dan mampu menciptakan kondisi yang
lebih baik.
Dari permasalahan yang terjadi pada anak, dapat dilihat dari sudut
pandang banyaknya muncul aktivis anti kekerasan, anti eksploitasi, anti
diskriminasi dan lain sebagainya yang sama sekali para aktivitis tidak
menginginkan suatu penyimpangan yang terjadi pada anak-anak tersebut.
Banyaknya kekerasan pada anak (child abuse) dapat dilihat pada realitas yang
terjadi di dalam masyarakat baik itu kekerasan dalam bentuk fisik maupun non
fisik. Oleh karena itu, banyaknya fenomena yang terjadi dalam masyarakat,
terutama pada anak-anak menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan bagi
masyarakat pada umumnya dan pada peneliti pada khususnya. Dalam hal ini,
jika diamati ada sekurang-kurangnya empat tipologi perlakuan atau sikap
masyarakat terthadap anak-anak jalanan.
a. Antipati, melihat anak jalanan ibarat sampah, sumber masalah
(dehumanisasi).
b. Acuh tak acuh atau bahkan tidak peduli atas nasib anak jalanan
dikemudian hari.
c. Toleran sehingga merelakan sedikit harta bendanya untuk diberikan
kepada anak-anak jalanan.
Orang yang punya komitmen terhadap masa depan anak-anak jalanan.
Orang yang masuk kategori yang terahir ini senantiasa berusaha memberi kail
7
kepada anak jalanan. Harapan, manakala ikan yang dikonsumsi anak jalanan
habis, anak jalanan ini akan kembali berusaha mengailnya sendiri karena punya
sarana sendiri yang memadai untuk itu.4
Penyandang permasalahan kesejahterahan sosial di Nusa Tenggara
Barat (NTB) cukup tinggi, jumlah anak jalanan mencapai 10.889 jiwa.
Sedangkan anak balita terlantar mencapai 24.818 jiwa,anak terlantarnya
mencapai 227.357 jiwa, lanjut usia terlantar mencapai 81.782 jiwa, selain
keluarga fakir miskin yang mencapai 348.734 jiwa kepala keluarga. (Lombok
News.com diakses pada tanggal 10/11/2016 jam 14:18).
Keberadaan anak jalanan di daerah Lombok ini bukan hal yang asing
lagi. Banyak cara telah dilakukan untuk mencegah semakin banyaknya anak-
anak yang turun ke jalan, disamping usaha untuk mencoba menarik anak-anak
yang sudah turun ke jalan untuk kembali hidup secara baik dalam
masyarakat.Namun seakan-akan berbagai usaha itu lenyap tanpa hasil, karena
pada kenyataannya jumlah anak jalanan semakin hari semakin meningkat
karena berbagai keterpurukan yang dialami bangsa ini.
Salah satu cara yang dipakai dalam rangka menangani anak-anak
jalanan adalah dengan menyediakan yayasan bagi mereka seperti di Yayasan
Peduli Anak yang berada di jl. Dharma Bakti, Desa angko, Lingsar, Lombok-
NTB yang dijadikan obyek yang akan dikaji oleh peneliti. Yayasan ini, anak-
anak yang masih berkeliaran di jalan akan dijangkau untuk diberikan
perlindungan, jaminan kesehatan, perlindungan hukum, pendidikan, dan
perhatian yang tidak mereka dapatkan selama berada di jalaln.
4 Ambar Andriyanto. Yang terpuruk: sebuah model pemberdayaan anak jalanan di
Bojonegoro. Dalam patra widya. 2005. Seri penelitian sejarah dan budaya. Semarang.
Hal.163
8
Dalam asuhan yayasan tersebut anak jalanan akan menerima hal-hal
yang tidak mereka dapatkan di jalanan seperti kasih sayang, perlindungan,
jaminan kesehatan, pendidikan, penanaman nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat serta kehidupan yang lebih positif dari sekedar bertahan hidup
dijalanan. Akan ada perbedaan yang terjadi dalam diri anak jalan yang telah
menjadi asuhan rumah singgah peduli anak dalam hal sikap dan perilaku seperti
saat mereka masih berada dijalanan.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latarbelakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah-
masalah yang selanjutnya akan dijadikan focus utama dalam penelitian ini,
antara lain yaitu:
Bagaimana Proses Interaksi Sosial (Asosiatif dan Disosiatif) Anak
Jalanan dan Anak Terlantar Di Yayasan Peduli Anak Pada Saat Perayaan
Ulang Tahun Yayasan yang ke 10?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Secara umum: untuk mendeskripsikan proses interaksi social antar
sesama anak jalanan dan anak terlantar di yayasan peduli anak.
2. Secara khusus: untuk mendeskripsikan bagaimana karakteristik
anak jalanan dan anak terlantar di Yayasan Peduli Anak.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi
pada kajian keilmuan bagi jurusan sosiologi yang berkaitan dengan
proses interaksi social anak jalanan.
9
b. Penelitian ini akan digunaka sebagai pengembangan studi keilmuan
mahasiswa dalam kajian teori sosiologi khususnya teori proses
interaksi social dan sebagai bahan referansi bagi peneliti lain yang
akan melakukan penelitian dengan teori tersebut.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan baru guna
menambah wawasan dalam bidang sosiologi khususnya terhadap
permasalahan yang diangkat yaitu mengenai pola interaksi anak
jalanan di rumah singgah bagi anak jalanan dan dapat memperoleh
pengalaman langsung dalam memahami pola interaksi anak jalanan.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan para mahasiswa FISIP jurusan sosiologi dapat
memperoleh wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam
mengenai pola interaksi anak jalanan di rumah singgah.
c. Bagi Yayasan
Sebagai masukan rumah singgah untuk menjalankan kewajibannya
untuk memperdayakan anak jalanan dengan tetap memberikan hak-
hak yang melekat pada anak, lebih memperhatikan kebutuhan anak
jalanan sebagai pemenuhan hak pada anak dengan tetap
memperhatiakan peraturan yang berlaku dan pihak terkait dalam
pelaksanaan pengelolaan rumah singgah berdasarkan pemahaman
terhadap anak jalanan yang tercermin melalui proses interaksinya.
10
E. Definisi Konsep
1. Proses Interaksi Sosial
Proses-proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dapat
dilihat apabila para individu dan kelompok-kelompok saling bertemu
dan menentukan system dan bentuk hubungan tersebut atau apa yang
akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan
goyahnya cara-cara hidup yang ada. Atau dengan kata lain proses social
diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara pelbagai seni kehidupan
bersama.5
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi social (proses
social) dan menjadi syarat utama terjadinya proses social tersebut ialah
interaksi yang merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis
yang menyangkut hubungan antar orang perorangan, antar kelompok-
kelompok manusia, maupun antar orang dengan kelompok manusia.
Apabila dua orang bertemu interaksi dimulai pada saat itu. Mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara.6
Menurut Soekanto (2006:55) interaksi sosial merupakan
hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.
Proses interaksi sosial dalam penelitian ini menggambarkan
tentang hubungan-hubungan yang tercipta dari kegiatan anak jalanan
yang berada dalam asuhan Peduli Anak Foundation.
5 Soekanto, Soejono, 1993. Kamus Sosiologi hal.54 6 Ibid hal 55
11
2. Yayasan (Panti Asuhan)
Panti Asuhan adalah rumah atau tempat untuk memelihara dan
merawat anak yatim, yatim piatu dan sebagainya (Casmini,
2007:826). Departemen Sosial Republik Indonesia (2007:4)
menjelaskan bahwa : “Panti asuhan adalah suatu lembaga usaha
kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk
memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar
dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar,
memberikan pelayanan pengganti fisik, mental dan sosial pada anak
asuh, sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai
bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan
sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan
yang akan turut serta aktif didalam bidang pembangunan nasional”.
3. Anak Jalanan dan Anak Terlantar
Menurut Bagong Suyanto (2010:185) mendefinisikan anak jalan
sebagai takyan, arek kere, anak gelandangan atau kadang disebut juga
secara eufemistis sebagai anak mandiri, sesungguhnya mereka adalah
anak-anak yang tersisih, marginal, teralienasi, dari perlakuan kasih
saying karena kebanyakan dalam usia yang relative dini sudah harus
berhadapan dengan lingkungan kota yang keras, bahkan sangat tidak
bersahabat.
Anak jalan merupakan anak-anak yang banyak menghabiskan
waktunya di jalan baik untuk bermain, mencari nafkah, maupun
bersosialisasi dengan sesamanya. Anak jalanan juga merupakan anak-
anak yang haknya sebagai anak-anak tidak dimiliki seperti untuk
12
memperoleh pendidikan yang layak, perlakuan yang baik dari orang
dewasa di sekitarnya, dan kondisi yang kurang layak baik dari segi
kesehatan maupun kebersihan.
Adapun ciri-ciri anak terlantar adalah: Pertama, kurang kasih
sayang dan bimbingan dari orang tua; kedua, lingkungan keluarga
kurang membantu perkembangannya, ketiga, kurang pendidikan dan
pengetahuan; keempat kurang bermain; kelima, kurang adanya
kepastian tentang hari esok dan lain-lain (Departement Sosial
Republik Indonesia, 2007:111).
F. Definisi Operasional
Berdasarkan definisi konsep diatas maka, secara operasional indicator-
indikator yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Proses Interaksi Sosial Assosiatif
a. Kerjasama antar anak jalanan dalam aktivitas yang diselenggarakan oleh
yayasan peduli anak (perayaan ulang tahun yayasan ke-10).
b. Proses akomodasi antar anak jalanan dalam aktivitas yang
diselenggarakan oleh yayasan peduli anak (perayaan ulang tahun
yayasan ke-10).
c. Proses asimilasi antar anak jalanan dalam aktivitas yang diselenggarakan
oleh yayasan peduli anak (perayaan ulang tahun yayasan ke-10).
2. Proses Interaksi Sosial Dissosiatif
a. Proses persaingan atau pertentangan antar anak jalanan dalam aktivitas
yang diselenggarakan oleh yayasan peduli anak (perayaan ulang tahun
yayasan ke-10).
top related