bab i pendahuluaneprints.umm.ac.id/64501/2/bab i.pdf1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang setiap...

7
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki kecerdasasan, sehat dan bermanfaat sebagai generasi penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami peningkatan yang signifikan pada usia 0-5 tahun yang disebut dengan masa keemasan atau golden age [1]. Pada masa ini, diperlukan perhatian secara cermat terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak, agar jika terjadi kelainan dapat terdeteksi sedini mungkin. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi tumbuh dan kembang anak adalah faktor gizi. Hal tersebut selaras dengan pidato kebangsaan Prabowo Subianto di JCC Senayan Jakarta pada 14 januari 2019. Dalam pidatonya tersebut ia menyampaikan bahwa 1 dari 3 anak dibawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami stunting atau gagal tumbuh karena kekurangan gizi. Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan usianya [2]. Tinggi badan menurut usia berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO. Stunting berada diperingkat pertama permasalahan akibat kekurangan gizi di dunia. Pada tahun 2018 tercatat 22,2% (150,8 juta) balita di dunia menderita stunting. Disusul dengan wasting (kurus) sebesar 7,5% (50,5 juta) dan overweight (berat badan berlebih) sebesar 5,6% (38,3 juta) [3]. Saat ini, Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevelensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpendapatan menengah lainnya. Indonesia menduduki posisi ke tiga dengan prevelensi stunting tertinggi di wilayah Asia Tenggara dengan rata-rata prevelensi pada tahun 2005-2017 sebesar 36,4% [2]. Namun pada tahun 2018 tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) sebesar 30,8% atau sekitar 7 juta balita menderita stunting [4]. Angka tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan standar maksimal World Health Organization atau WHO yaitu < 20%.

Upload: others

Post on 12-Nov-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang

secara optimal, memiliki kecerdasasan, sehat dan bermanfaat sebagai generasi

penerus bangsa. Pertumbuhan dan perkembangan anak mengalami peningkatan

yang signifikan pada usia 0-5 tahun yang disebut dengan masa keemasan atau

golden age [1]. Pada masa ini, diperlukan perhatian secara cermat terhadap

perkembangan dan pertumbuhan anak, agar jika terjadi kelainan dapat terdeteksi

sedini mungkin. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi tumbuh dan kembang

anak adalah faktor gizi. Hal tersebut selaras dengan pidato kebangsaan Prabowo

Subianto di JCC Senayan Jakarta pada 14 januari 2019. Dalam pidatonya tersebut

ia menyampaikan bahwa 1 dari 3 anak dibawah lima tahun (balita) Indonesia

mengalami stunting atau gagal tumbuh karena kekurangan gizi.

Stunting adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan

yang kurang jika dibandingkan dengan usianya [2]. Tinggi badan menurut usia

berada di bawah minus 2 Standar Deviasi (<-2SD) dari standar median WHO.

Stunting berada diperingkat pertama permasalahan akibat kekurangan gizi di dunia.

Pada tahun 2018 tercatat 22,2% (150,8 juta) balita di dunia menderita stunting.

Disusul dengan wasting (kurus) sebesar 7,5% (50,5 juta) dan overweight (berat

badan berlebih) sebesar 5,6% (38,3 juta) [3]. Saat ini, Indonesia merupakan salah

satu negara dengan prevelensi stunting yang cukup tinggi dibandingkan dengan

negara-negara berpendapatan menengah lainnya.

Indonesia menduduki posisi ke tiga dengan prevelensi stunting tertinggi di

wilayah Asia Tenggara dengan rata-rata prevelensi pada tahun 2005-2017 sebesar

36,4% [2]. Namun pada tahun 2018 tidak menunjukkan adanya perubahan

signifikan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) sebesar 30,8% atau

sekitar 7 juta balita menderita stunting [4]. Angka tersebut masih cukup tinggi jika

dibandingkan dengan standar maksimal World Health Organization atau WHO

yaitu < 20%.

Page 2: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

2

Permasalahan stunting ini berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM). Dampak jangka pendeknya antara lain adalah terganggunya perkembangan

otak yang dapat mempengaruhi kecerdasan dan gangguan pertumbuhan fisik serta

metabolisme dalam tubuh. Dampak jangka panjang stunting adalah kemampuan

kognitif, prestasi belajar, kekebalan tubuh menurun, berisiko tinggi untuk terkena

penyakit diabetes, jantung, kanker, stroke dan disabilitas pada usia tua [5]. Bank

Dunia pada tahun 2016 juga menyebutkan potensi kerugian ekonomi akibat

stunting mencapai 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB). Jika PDB Indonesia

sebesar Rp. 13.000 triliyun, maka potensi kerugian ekonomi yang mungkin dialami

sebesar Rp. 260-390 triliyun per tahun.

Pemerintah mulai bergerak dengan meluncurkan Rencana Aksi Nasional

penanganan stunting. Di Kalimantan Selatan terdapat tiga lokus (lokasi khusus)

stunting, yakni Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Hulu Sungai Utara dan

Kabupaten Tapin. Kabupaten Tapin turut menjadi salah satu wilayah priorotas

dalam penanganan stunting karena angka stunting di Kabupaten Tapin sebesar

20,10% [6]. Pemerintah Kabupaten Tapin berkomitmen untuk proses penanganan

stunting dengan motto “Selanting” yang artinya selamatkan anak dari stunting

dengan berfokus pada 10 lokus stunting yang sudah terdata agar tidak menyebar ke

daerah lainnya [7].

Kecamatan Bakarangan menjadi salah satu wilayah dengan angka stunting

tertinggi di Kabupaten Tapin dengan persentase sebesar 44,35%. Posyandu di

Kecamatan Bakarangan mengevaluasi anak stunting dengan mengukur tinggi badan

berdasarkan umur. Akan tetapi, anak yang tidak terdeteksi stunting berdasarkan

tinggi badan dan umur, bisa saja mengalami faktor-faktor penyebab stunting.

Prevelensi anak mengalami stunting dapat meningkat seiring dengan bertambahnya

usia pada kategori usia 4-5 tahun [8]. Semakin tua usia anak semakin banyak

ditemukan anak yang mengalami stunting. Oleh sebab itu, pencegahan dapat

dilakukan dengan mengevaluasi kembali faktor-faktor yang memungkinkan anak

mengalami stunting sedini mungkin. Apabila anak terdeteksi rawan stunting dapat

segera ditangani agar pertumbuhannya tidak terlambat [9]. Jika pertumbuhan,

perkembangan balita tidak terevaluasi dengan baik dan mengalami gangguan maka

Page 3: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

3

tidak dapat diperbaiki di periode selanjutnya [10]. Berdasarkan kuisioner yang

dibagikan kepada 140 ibu balita di 14 posyandu Kecamatan Bakarangan, sebanyak

125 ibu balita berharap memiliki sebuah media pada platform android agar dapat

melakukan evaluasi sendiri untuk mendeteksi anak balitanya rawan stunting atau

tidak.

Selain itu, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional

memberikan peran penting bagi Instansi Komunikasi dan Informatika terkait

penurunan angka stunting, yakni kampanye nasional terkait stunting. Berangkat

dari permasalahan ini, diusulkan sebuah media aplikasi untuk deteksi dini rawan

stunting di platform android menggunakan metode certainty factor. Metode ini

dipilih karena cocok dalam menghadapi suatu pertanyaan yang jawabannya belum

pasti [11]. Penelitian yang dilakukan berpedoman pada tahapan pengembangan

basis pengetahuan dengan cara akuisisi pengetahuan yang bersumber dari pakar.

Setelah itu dibuat rule based berdasarkan faktor-faktor penyebab stunting yang

sudah didapatkan. Nilai kemungkinan dari setiap faktor tersebut di interpretasi ke

dalam “term” yang bersumber dari pakar. Sehingga perhitungan akhir dari metode

ini akan menghasilkan nilai persentase kemungkinannya.

Metode ini pernah digunakan Marlika,dkk dalam diagnosa autisme pada

balita dengan akurasi 100% yang menunjukkan bahwa fungsionalitas sistem

berjalan dengan baik dan akurat [12]. Sebelumnya juga pernah dilakukan

perancangan sistem pakar dalam diagnosa stunting pada anak dengan metode

certainty factor berbasis web. Hasil penelitian dapat memberikan solusi serta cara

pencegahan dini stunting pada anak dengan proses pendiagnosaan. Akan tetapi,

sistem pakar berbasis web membuat pengguna harus mempunyai akses internet

terlebih dahulu untuk dapat menggunakannya. Selain itu juga mengharuskan

pengguna log-in terlebih dahulu sehingga pengguna tidak dapat langsung

menggunakan sistem. Sistem juga sudah tidak tersedia lagi pada web karena masa

hosting yang sudah habis [13]. Pada aplikasi yang akan dibuat, dapat digunakan

oleh para ibu balita tanpa harus melakukan pendaftaran atau log-in terlebih dahulu

pada platform android. Keunggulan lainnya dari aplikasi ini juga tidak memerlukan

Page 4: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

4

koneksi internet untuk mengoperasikannya sehingga dapat digunakan kapan saja

dan dimana saja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, dapat dirumuskan masalah yaitu :

a. Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dan menerapkan metode certainty

factor dalam melakukan deteksi dini rawan stunting ?

b. Bagaimana merancang dan membangun aplikasi android deteksi dini rawan

stunting ?

c. Bagaimana mengetahui nilai fungsionalitas, kegunaan serta keakuratan aplikasi

android deteksi dini rawan stunting?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Aplikasi diterapkan pada platform Android.

b. Pengetahuan bersumber dari Ahli Gizi Kecamatan Bakarangan dan studi

kepustakaan.

c. Model sistem pakar yang dirancang berupa rule based expert system (sistem

pakar berbasis aturan) dengan metode certainty factor.

d. Program aplikasi yang dibuat berfungsi untuk mengetahui persentase anak

rawan stunting atau anak aman stunting.

e. Proses deteksi berdasarkan pertanyaan yang diberikan lalu para ibu balita

memberikan jawaban dan sistem akan memberikan hasil deteksi yaitu anak

rawan stunting atau aman stunting.

f. Pengujian yang dilakukan dengan cara black box testing untuk mengukur

fungsionalitas aplikasi, pengujian Scale Usability System (SUS) untuk

mengetahui nilai kegunaan aplikasi serta pengujian akurasi dengan

membandingkan hasil keluaran sistem dan analisa Ahli Gizi Kecamatan

Bakarangan.

Page 5: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

5

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah merancang dan membangun

aplikasi android deteksi dini rawan stunting pada balita berbasis pengetahuan

dengan metode certainty factor untuk mengetahui anak rawan stunting atau aman

stunting.

1.5 Metodologi

Adapun metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian menggunakan

metode pengembangan sistem expert system development life cycle, sebagai

berikut:

a. Penilaian

Tahap ini merupakan tahap awal penelitian. Terlebih dahulu dilakukan

perencanaan dan persiapan topik dan objek penelitian berdasarkan

permasalahan yang dialami pada subjek penelitian. Setelah itu, dibentuk konsep

dan perancangan dari sistem yang akan dikembangkan dimana hasil akhirnya

berupa spesifikasi kebutuhan sistem.

b. Akuisisi Pengetahuan

Tahap ini merupakan tahap utama dalam membangun sistem pakar. Pada tahap

ini dilakukan penyerapan informasi dari ahli dengan cara wawancara, analisis

dan studi kepustakaan. Hasil penyerapan informasi ini selanjutnya

direpresentasikan menjadi basis pengetahuan dibawah pengawasan pakar

sehingga mendapatkan hasil akhir berupa basis pengetahuan.

c. Desain

Dalam tahapan ini dilakukan perancangan use case diagram, activity diagram,

sequence diagram serta antarmuka dari aplikasi deteksi dini rawan stunting.

Perancangan bertujuan untuk memudahkan proses pembuatan aplikasi

(implementasi).

Page 6: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

6

d. Pengujian

Pada tahap ini akan dilakukan pengujian fungsional sistem dengan cara black

box testing. Selanjutnya dilakukan pengujian kegunaan aplikasi kepada

pengguna yaitu ibu balita menggunakan System Usability Scale dengan

(usability). Selain itu juga dilakukan pengujian keakuratan dengan cara

membandingkan hasil keluaran sistem dengan analisis pakar.

e. Dokumentasi

Pada tahap ini dilakukan pelaporan mengenai proses-proses yang sudah

dilakukan. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan atas keseluruhan hasil

penelitian dan saran untuk pengembangan lanjutan.

f. Pemeliharaan

Pemeliharaan pada sistem aplikasi yang sudah dibangun akan dilakukan ketika

aplikasi memerlukan pembaruan baik dari segi fungsionalitas maupun

nonfungsionalitasnya sehingga memerlukan formasi ulang.

1.6 Sistematika Penulisan

Pembahasan penelitian yang dilakukan terbagi dalam lima bab yang

diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran menyeluruh dari penulisan penelitian

yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penilitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini merupakan pembahasan dasar teori yang berkaitan dengan

penelitian, meliputi teori sistem pakar untuk deteksi dini rawan

stunting beserta teori-teori lainnya, terkait penelitian yang

dilakukan.

Page 7: BAB I PENDAHULUANeprints.umm.ac.id/64501/2/BAB I.pdf1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua tentu berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, memiliki

7

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini berisi pembahasan mengenai metode penelitian yang

digunakan dalam mengembangkan aplikasi deteksi dini rawan

stunting balita.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL IMPLEMENTASI

Bab ini membahas hasil dari implementasi dan pengujian yang

dilakukan dalam pembuatan aplikasi deteksi dini rawan stunting

balita.

BAB V PENUTUP

Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang

didapat serta saran untuk pengembangan sistem.