bab 4 hasil dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/2009-2-00830-sias bab...
Post on 08-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah PT Astra Daihatsu Motor, visi
dan misi, struktur organisasi, gambaran umum aplikasi Early Warning System serta
berbagai manfaat dari investasi aplikasi Early Warning System pada PT Astra Daihatsu
Motor yang akan dikuantifikasikan dalam bentuk nominal uang (rupiah). Proses
kuantifikasi manfaat ini hanya akan dilakukan terhadap manfaat-manfaat yang mungkin
dapat dikuantifikasikan.
4.1 Gambaran Umum PT Astra Daihatsu Motor
PT Astra Daihatsu Motor (ADM) adalah perusahaan yang bergerak dibidang
otomotif yang saat ini mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat cepat. Berdirinya
ADM di Indonesia tidak terlepas dari peran Daihatsu Motor Co.,Ltd. Daihatsu sendiri
didirikan di Osaka, Jepang pada tahun 1907.
Di Indonesia sejarah Daihatsu dimulai pada tahun 1973 ketika Astra
mendapatkan hak untuk mengimpor kendaraan Daihatsu ke Indonesia. Kemudian, pada
tahun 1976 PT Astra International ditunjuk menjadi agen tunggal, importir dan
distributor tunggal kendaraan Daihatsu di Indonesia.
Pada tahun 1978 didirikan PT Daihatsu Indonesia, sebuah pabrik pengepresan
plat baja sebagai perusahaan patungan PT Astra International, Daihatsu Motor
Co.,Ltd., dan Nichimen Corporation. Setelah pabrik pengepresan plat baja didirikan,
kemudian didirikan pula pabrik mesin, yaitu PT Daihatsu Engine Manufacturing
Indonesia.
64
Pada tahun 1987 didirikan PT National Astra Motor sebagai agen tunggal dan
pengimpor kendaraan Daihatsu menggantikan posisi PT Astra International.
Kemudian pada tahun 1992 didirikanlah PT ADM melalui penggabungan 3
perusahaan, yaitu PT Daihatsu Indonesia, PT Daihatsu Engine Manufacturing Indonesia
dan PT National Astra Motor.
Untuk mendukung bisnisnya di bidang manufaktur, PT ADM mendirikan plant
pengecoran aluminium pada tahu 1996 di KIIC, Karawang, Jawa Barat. Kemudian pada
tahun 1998 ADM membeli pabrik perakitan dari PT Gaya Motor. Sejak itu PT ADM
memiliki 4 pabrik yaitu pabrik pengepresan plat baja, mesin, pengecoran aluminium dan
perakitan.
Pada tahun 2004 dilakukan kolaborasi bisnis strategis antara Daihatsu dan
Toyota melalui peluncuran Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza di Indonesia.
Kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 211.000 unit per tahun dimulai pada
tahun 2007, kala memasuki ulang tahunnya yang ke-100.
Selain itu, di tahun yang sama, Daihatsu telah mencanangkan filosofi baru sesuai
tuntutan jaman, yaitu:
1. Menjadi merek global yang dicintai di seluruh dunia,
2. Menjadi perusahaan yang memiliki kepercayaan diri dan kebanggaan, melalui
produksi mobil yang inovatif dan terkemuka di era kita.
Slogan baru Daihatsu “Innovation for Tomorrow” menjadi komitmen perusahaan
untuk selalu mewujudkan inovasi agar dapat bertahan di era globalisasi yang terus
berkembang cepat dan menghasilkan produk yang dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat luas.
65
Slogan baru ini merupakan aspirasi dari falsafah, visi dan prinsip-prinsip dasar
tanggung jawab sosial serta rencana strategi global Grup Daihatsu untuk 100 tahun ke
depan.
Melalui perjalanannya yang panjang, kehadiran Daihatsu di Indonesia telah
mendorong terciptanya mobilitas masyarakat melalui produk-produk kendaraan
Daihatsu yang semakin mendapatkan tanggapan positif dari pelanggan. Hal ini
ditunjukkan dari pangsa pasar yang meningkat dari tahun ke tahun.
Gambar 4.1 Market Share PT Astra Daihatsu Motor
Kendaraan Daihatsu hadir dengan cirinya yang khas: mobil kompak yang hemat
bahan bakar, berkapasitas sesuai kebutuhan keluarga Indonesia, model yang modern dan
harga yang terjangkau. Karenanya kendaraan Daihatsu menjadi kendaraan pilihan
66
masyarakat Indonesia sebagai sarana transportasi yang sesuai dengan kebutuhan sehari-
hari dalam berbagai aktivitas.
Daihatsu Xenia, kendaraan hasil kolaborasi Toyota-Daihatsu merupakan
kendaraan keluarga berkapasitas 7 penumpang yang menggunakan mesin 1000 cc dan
1300 cc yang telah teruji di dunia. Kendaraan ini mendapatkan penghargaan sebagai
“The Best Value Car” di ajang Indonesia International Motor Show 2006 dan “ The Best
Small MPV” oleh majalah Mobilmotor 2006.
Gambar 4.2 Daihatsu Xenia
Daihatsu Terios, SUV berkapasitas 7 penumpang dengan mesin 1500 cc. Selain
transmisi manual, kendaraan ini juga memiliki varian bertransmisi otomatis.
Gambar 4.3 Daihatsu Terios
67
Daihatsu Gran max, kendaraan komersial generasi baru dari Daihatsu yang
memiliki kapasitas terbesar di kelasnya. Didukung oleh mesin 1300 cc dan 1500 cc,
serta dibuat dalam model Minibus dan Pickup, kendaraan serba guna ini ditujukan untuk
mendukung kegiatan bisnis dan keluarga.
Gambar 4.4 Daihatsu Gran Max
Daihatsu Sirion adalah kendaraan city car dengan mesin 1300 cc yang diimpor
dari Malaysia dalam bentuk unit mobil (CBU).
Gambar 4.5 Daihatsu Sirion
68
Selain memproduksi mobil Daihatsu untuk masyarakat Indonesia, PT ADM juga
memproduksi mobil dan komponen merek Toyota untuk tujuan pasar dalam negeri dan
mancanegara.
Gambar 4.6 Toyota Avanza dan Toyota Rush
Melalui komitmen yang kuat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi
pelanggan dan semua pihak yang berperan, PT ADM berusaha keras untuk dapat
meningkatkan kontribusi dalam memberikan nilai tambah bagi seluruh stakeholders,
terutama bagi kesejahteraan masyarakat dan selalu ramah lingkungan.
PT ADM telah memenuhi standar kualitas global dengan menerapkan sistem
produksi Toyota (TPS) di setiap lini proses. Secara rutin kualitas proses produksi PT
ADM selalu ditinjau seperti yang disyaratkan dalam Sistem Manajemen Mutu ISO 9001
yang telah diterapkan di semua pabrik dan kantor pusat PT ADM.
PT ADM sangat memperhatikan proses produksi, kesehatan dan keselamatan
pabrik dengan meneripakan Sistem Mutu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3)
yang sesuai dengan ISO 14001, OHSAS 18001 dan Green Company. PT ADM berusaha
69
menjaga limbah pabrik agar tidak mencemari lingkungan sekitar. Sebagai hasil
kepedulian ADM pada lingkungan dan keselamatan kerja, PT ADM menerima
penghargaan pengelolaan lingkungan hidup dengan predikat terbaik dari Gubernur DKI
Jakarta dan Menteri Lingkungan Hidup dalam beberapa tahun terakhir. PT ADM juga
menerima penghargaan bebas kecelakaan kerja dari Menteri Tenaga Kerja.
Pencapaian PT ADM untuk memenuhi permintaan pelanggan dan standar
kualitas global ini terwujud berkat dukungan dan kerjasama seluruh pihak termasuk
pemegang saham, pemasok, distributor dan pemerintah.
Sebagai basis produksi mobil compact untuk Grup Daihatsu dan Toyota di luar
Jepang, PT ADM senantiasa meningkatkan produksi dari tahun ke tahun.Hasil produksi
perusahaan telah menggunakan komponen local dengan rasio sebesar 75%.
Gambar 4.7 Prodution Volume (Units) PT Astra Daihatsu Motor
70
Hasil produk PT ADM, Toyota Avanza dan Daihatsu Terios telah diekspor
melalui PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ke mancanegara dalam
bentuk unit mobil (CBU) dan komponen terurai (CKD).
Gambar 4.8 Tujuan ekspor PT Astra Daihatsu Motor
Nilai ekspor ADM ini terus meningkat dari tahun ke tahun dan menjadi bukti hasil
produksi PT ADM memenuhi standar kualitas global.
4.1.1 Visi PT Astra Daihatsu Motor
Visi PT Astra Daihatsu Motor adalah menjadi No.1 di pasar mobil compact di
Indonesia dan sebagai basis utama produksi global untuk Grup Daihatsu/ Toyota yang
sama dengan standar kualitas pabrik Jepang.
71
4.1.2 Misi PT Astra Daihatsu Motor
Misi PT Astra Daihatsu Motor adalah:
1. Kami memproduksi mobil dengan nilai terbaik dan menyediakan layanan terkait
yang penting untuk meningkatkan nilai stakeholders dan ramah lingkungan,
2. Kami mengembangkan dan memberikan inspirasi kepada karyawan untuk mencapai
kinerja tingkat dunia.
4.1.3 Struktur Organisasi PT Astra Daihatsu Motor
Struktur organisasi PT Astra Daihatsu Motor secara keseluruhan dapat dilihat
pada gambar 4.9.
Gambar 4.9 Struktur Organisasi PT Astra Daihatsu Motor
Note : PD : President Director VPD : Vice President Director CEO : Chief Executive Officer Co CEO : Co Chief Executive Officer COO : Chief Operation Officer D : Director EO : Executive Officer DHE : Division Head Executive DH : Division Head H : Head EC : Executive Coordinator (Name) : Concurrent
72
4.1.4 Tugas dan Wewenang
Dalam penjabaran tugas dan wewenang hanya dilakukan pada bagian dari
struktur organisasi yang berhubungan dengan implementasi aplikasi EWS yaitu
direktorat Purchasing, yang terdiri atas divisi Purchasing dan Purchasing Planning.
Divisi Purchasing terdiri atas departemen Purchasing 1, Purchasing 2, Component
Business, dan Localization. Sedangkan, divisi Purchasing Planning terdiri atas
departemen Purchasing Administration, Production Preparation, Project Management,
dan Supplier Control (G-Parts). Setiap departemen dikepalai oleh satu orang department
head.
1. Purchasing Director
Tugas dan wewenang Purchasing Director adalah:
a. Menentukan target biaya pembelian untuk suatu project atau model produk baru.
b. Menentukan berbagai strategi pembelian yang akan dilakukan perusahaan.
c. Menangani berbagai kontrak atau perjanjian kerja sama dengan pihak lain.
2. Departemen Purchasing Administration
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Purchasing
Administration adalah:
a. Melakukan pengecekan harga melalui SAP.
b. Mengembangkan aplikasi Early Warning System.
c. Mengembangkan aplikasi E-Purchasing.
d. Mengembangkan aplikasi Supplier Data Bank.
73
74
e. Menangani perjanjian kerja sama dengan supplier.
f. Mengkoordinasikan regulasi-regulasi, baik dari pemerintah maupun dari internal
ADM, dengan departemen terkait dan supplier.
g. Melaksanakan evaluasi terhadap supplier, yang meliputi:
- evaluasi supplier baru
- evaluasi suppliers capacity dan capability
- evaluasi terhadap performa quality dan delivery supplier
h. Melakukan kontrol terhadap pengimplementasian IJ-EPA di supplier.
i. Melakukan kontrol terhadap data supplier,
j. Bertanggung jawab terhadap penggunaan data supplier,
k. Mempersiapkan data untuk menghadapi audit ISO, SOA, AFC,
l. Melakukan kontrol terhadap distribusi technical document ke supplier.
3. Departemen Production Preparation
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Production
Preparation adalah:
a. Merencanakan, melaksanakan, dan melakukan kontrol aktivitas SPTT,
b. Melakukan order part pada tahap Trial & LPVV dalam suatu project,
c. Melakukan follow up jika ada probelm di supplier pada tahap-tahap sebelum mass
production dari suatu project,
d. Membuat OP List.
75
4. Departemen Project Management
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Project
Management adalah:
a. Menerima dan membuat summary data quotation atau penawaran dari supplier,
b. Sharing data pencapaian cost dengan Purchasing Division di Daihatsu Motor Co.,
Ltd. di Jepang,
c. Melakukan follow up terkait pencapaian cost dengan departemen Purchasing 1,
d. Membuat laporan terkait cost dari suatu project.
e. Melakukan seleksi supplier, bekerja sama dengan departement Purchasing 1,
f. Membuat Internal Agreement (IA) dan Letter of Intent (LOI) untuk supplier yang
telah terpilih,
g. Memonitor pengimplementasian project sesuai schedule project.
5. Departemen Supplier Control (G-Parts)
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Supplier Control
(G-Parts) adalah melakukan kontrol terhadap supplier-supplier pengepresan part
(stamping parti),
6. Departemen Purchasing 1
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Purchasing 1
adalah:
a. Melakukan kontrol dan analisis harga part,
b. Melakukan negosiasi harga part dengan supplier,
76
c. Bekerja sama dengan Project Control untuk melakukan seleksi supplier,
d. Melakukan kontrol terhadap claim, baik dari supplier maupun untuk supplier,
e. Melakukan kontrol exchange rate,
f. Melakukan kontrol dan analisis harga material, tooling, dan proses.
7. Departemen Purchasing 2
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Purchasing 2
adalah:
a. Melakukan kontrol dan analisis harga consumable part dan material,
b. Melakukan negosiasi dengan supplier consumable part dan material.
8. Departemen Component Business
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Component
Business adalah:
a. Melakukan kontrol terhadap penjualan part ke luar negeri,
b. Membantu ekspor dari TMMIN,
c. Melakukan analisis harga jual part.
9. Departemen Localization
Tugas dan wewenang yang dilakukan oleh staf di Departemen Localization
adalah:
a. Membuat Internal Agreement (IA) untuk supplier yang terpilih untuk lokalisasi,
b. Mengajukan item atau part untuk dilokalkan,
77
c. Membuat dan mendistribusikan Letter of Intent (LOI) untuk supplier yang terpilih
untuk lokalisasi,
d. Melaporkan pencapaian atau progress lokalisasi part,
e. Menganalisis, membuat, dan melakukan kontrol master list dari part-part yang akan
dilokalkan.
f. Membantu mengawasi pengembangan part di supplier, bekerja sama dengan
Development Division dan Quality Assurance Department.
g. Mendistribusikan technical information kepada supplier,
h. Memonitor progress pengembangan part di supplier,
i. Mengumpulkan part sample untuk dievaluasi.
j. Melakukan proses CKD deletion,
k. Melakukan kontrol terhadap dokumen dan schedule terkait CKD deletion,
l. Mengumpulkan technical document yang dibutuhkan untuk RFQ dan commercial
production.
4.2 Analisis Lingkungan Industri PT Astra Daihatsu Motor
4.2.1 Analisis Value Chain
Analisis Value Chain berfungsi untuk mengidentifikasi kegiatan-kegiatan bisnis
yang ada di PT ADM. Analisis ini terdiri atas dua kegiatan, yaitu kegiatan utama dan
kegiatan pendukung. Kegiatan utama PT ADM antara lain:
1. Inbound Logistics : Proses part receiving dari supplier.
2. Operations : Proses assembly part menjadi unit mobil.
78
3. Outbound Logistics : Proses pengiriman unit mobil ke Vehicle Logistic sebelum
didistribusikan ke dealer-dealer.
4. Marketing & Sales : Pemasaran dan penjualan unit-unit mobil.
5. Service : Pelayanan antar unit mobil, layanan purna jual berupa warranty claim 3
tahun atau 100.000 km.
Sedangkan, kegiatan-kegiatan pendukung yang ada di PT ADM antara lain:
1. Firm Infrastructure
PT ADM memiliki 4 plant, yaitu Stamping Plant, Engine Plant, Casting Plant, dan
Assembly Plant. Pemisahan plant ini dapat memudahkan dalam melakukan
pengontrolan proses produksi. Selain itu, PT ADM juga telah memiliki infrastruktur
penanggulangan banjir sehingga proses produksi tidak akan terganggu jika terjadi
banjir.
2. Human Resource Management
Kegiatan ini meliputi proses perekrutan karyawan, penggajian, training, evaluasi
kinerja, dan absensi.
3. Technology Development
Pemanfaatan teknologi untuk mendukung aktifitas bisnis agar proses bisnis
perusahaan dapat berjalan lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan
competitive advantage perusahaan.
4. Procurement
Kegiatan ini meliputi proses pemilihan supplier, pembelian part dari supplier,
termasuk proses negosiasi harga.
79
4.2.2 Analisis 5 Daya Porter
Analisis Porter’s Five Force berfungsi untuk mengidentifikasi peluang dari
eksternal organisasi. Analisis ini menggunakan 5 (lima) kekuatan yang mempengaruhi
posisi PT ADM dalam persaingan perusahaan otomotif.
New Entrants
Suppliers
- PT Inti Ganda Perdana- PT Goodyear Indonesia- PT GS Battery- PT Pakoakuina- PT Menara Terus Makmur- dll
Industrial Competition
- PT Kramayudha Tiga Berlian- PT Indomobil Niaga International
Buyers
Substitute Products
- kendaraan roda dua
Gambar 4.10 Porter’s Five Force Analysis
4.2.2.1 Ancaman Pendatang Baru (Threat of New Entrants)
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini dunia otomotif sedang berkembang,
hal inilah yang menyebabkan munculnya produsen-produsen baru, khususnya produsen
untuk kendaraan roda empat. Produsen baru tersebut menawarkan produknya dengan
keunggulan-keunggulan, seperti harga yang lebih murah, namun dengan kualitas yang
terjamin.
80
Pendatang baru yang memiliki potensi untuk menjadi pesaing PT ADM adalah
perusahaan manufaktur kendaraan roda empat baru yang menawarkan mobil compact
dengan harga yang lebih murah. Contohnya adalah mobil Cherry dari QQ. Mobil Cherry
dinilai mampu menarik pangsa pasar baru, namun memang dengan share market yang
tidak terlalu besar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ancaman dari pendatang
baru yang bergerak di bidang manufaktur kendaraan roda empat terhadap PT ADM
dapat dikatakan tidak terlalu tinggi.
4.2.2.2 Pesaing (Rivalry Among Competitors)
Yang dianggap pesaing PT ADM adalah perusahaan manufaktur kendaraan roda
empat yang memproduksi mobil dengan target low/middle segment (di bawah 200 juta
rupiah), contohnya adalah PT Kramayudha Tiga Berlian (produsen mobil merek
Mitsubishi) dan PT Indomobil Niaga International (produsen mobil merek Suzuki).
Tekanan dari para pesaing ini dapat berupa tekanan dari segi harga, kualitas,
layanan purna jual. Untuk menghadapi hal tersebut, PT ADM perlu merancang dan
melaksanakan strategi bisnis yang lebih baik guna unggul di dalam persaingan, misalnya
dengan meningkatkan promosi, memberikan diskon khusus pada event-event tertentu.
Selain itu, dapat juga dilakukan program kerja sama dengan pihak-pihak terkait, seperti
lembaga pemberi pinjaman.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tekanan persaingan perusahaan lain
yang bergerak di bidang manufaktur kendaraan roda empat terhadap PT ADM dapat
dikatakan tinggi.
81
4.2.2.3 Kekuatan Pemasok (Bargaining Power of Suppliers)
PT ADM memiliki pemasok bukan hanya dari dalam negeri, tetapi juga dari luar
negeri, yang meliputi Jepang, India, Thailand, Filipina. Perbandingan antara pemasok
lokal dan luar negeri adalah 75 % : 25 %.
Beberapa pemasok PT ADM memiliki kekuatan karena hal-hal berikut:
1. part atau komponen yang disupply adalah part general, yaitu part-part yang selain
disupply ke PT ADM juga dijual bebas di pasaran. Hal ini menyebabkan makin
tingginya kemampuan pemasok untuk menetapkan harga jual,
2. pemasok tersebut tidak memiliki pesaing yang memproduksi part atau komponen
yang sama.
Hal-hal tersebut di atas dapat membuat daya tawar-menawar pemasok dapat dianggap
tinggi.
4.2.2.4 Kekuatan Pembeli (Bargaining Power of Buyers)
Kepuasan pelanggan merupakan hal yang paling utama karena PT ADM mampu
melihat potensi dan kekuatan dari pelanggan. Karena pelangganlah yang mampu
membuat brand image yang baik maupun yang buruk. Dalam menjual produknya, PT
ADM ditengahi oleh PT Daihatsu Sales Operation yang berlaku sebagai dealer.
Pembeli sebagai konsumen memiliki harapan terhadap produk yang diproduksi
oleh PT ADM, ditinjau dari harga, kualiatas, dan layanan purna jual. Jika PT ADM tidak
dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh konsumen, maka dapat membuat konsumen
beralih untuk membeli mobil dengan brand lain. Pembeli memiliki pilihan untuk
menggunakan banyak merek lain ini dan ini membuat daya tawar-menawar pembeli bagi
PT ADM tinggi dan hal ini memberi tekanan yang besar bagi perusahaan.
82
4.2.2.5 Ancaman Produk Pengganti (Threat of Substitue Products or Services)
Semakin banyaknya pilihan jenis kendaraan saat ini membuat konsumen
memiliki keleluasaan dalam memilih jenis kendaraan yang akan mereka gunakan. Selain
kendaraan umum, konsumen juga dapat menggunakan kendaraan roda dua atau motor
yang kini makin banyak jenisnya dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan
dengan kendaraan roda empat.
Pilihan konsumen untuk menggunakan kendaraan roda dua juga dipicu oleh
kondisi jalan di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Kendaraan roda dua atau motor
dinilai mampu mengatasi masalah utama di kota-kota besar, yaitu kemacetan.
Dengan keunggulan seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikatakan bahwa
ancaman dari produk pengganti terhadap produk PT ADM dapat dikatakan tinggi.
4.2.3 Analisis SWOT
Berdasarkan analisis Value Chain dan analisis 5 Daya Porter, maka dapat
dilakukan analisis SWOT dari PT ADM, seperti berikut:
1. Strength
• PT ADM memiliki 4 plant, yaitu Stamping Plant, Engine Plant, Casting Plant,
dan Assembly Plant. Pemisahan plant ini dapat memudahkan dalam melakukan
pengontrolan proses produksi.
• Memiliki karyawan-karyawan yang inovatif yang diseleksi dari proses
penyaringan penerimaan pegawai yang cukup ketat dan berkualitas.
2. Weakness
• Kurangnya sosialisasi terkait promosi jabatan karyawan.
3. Opportunity
83
• Adanya warranty claim 3 tahun atau 100.000 KM dapat meningkatkan
kepercayaan dari customer.
4. Threat
• Adanya pendatang baru pemegang merek mobil yang memberikan penawaran
yang cukup menarik dengan kelas produk hampir sama dengan mobil hasil
produksi PT ADM.
• Adanya persaingan harga dengan competitor.
• Masih adanya supplier yang tidak memiliki pesaing, sehingga bargaining power
dari supplier tersebut cukup kuat.
• Adanya produk alternatif sebagai pengganti, yaitu kendaraan roda dua.
4.3 Gambaran Umum Sistem Informasi Early Warning System (EWS)
Sistem informasi Early Warning System (EWS) adalah suatu program yang
digunakan untuk memonitor status dari order dari PT ADM serta stock dari supplier.
Tujuannya agar kedua belah pihak bisa mengetahui dengan cepat apabila ada masalah
yang bisa mengakibatkan terjadinya resiko line stop pada produksi. EWS dikembangkan
di departemen Purchasing Administration bekerja sama dengan departemen Logistik.
Keuntungan yang didapat oleh ADM dengan adanya penerapan sistem informasi
Early Warning System yaitu:
1. Membantu dalam memonitor stok yang dimiliki supplier sehingga dapat
mempercepat dalam memperoleh informasi apakah stok di supplier dapat memenuhi
kebutuhan produksi PT ADM atau tidak,
2. Membantu dalam memonitor keberangkatan pengiriman part dari supplier,
3. Membantu dalam memonitor proses good receipt (GR) di ADM,
84
4. Membantu PT ADM dalam melakukan proses pendistribusian technical documents.
Technical documents ini meliputi dokumen:
• RDDP, yaitu technical document yang berisi gambaran part yang akan dibuat,
namun belum memiliki spesifikasi detail, masih 2 dimensi. RDDP ini biasanya
ditawarkan kepada supplier, apakah supplier bisa membuat part dengan
spesifikasi yang tertera pada RDDP.
• Drawing, yaitu technical document yang berupa gambar part dengan spesifikasi
yang lebih detail. Ini dijadikan dasar bagi supplier untuk memproduksi part yang
diorder oleh PT ADM.
• ECI (Engineering Change Request), yaitu technical document yang berisi
perubahan atau modifikasi dari suatu part.
5. Membantu mencegah terjadinya tagihan dari supplier yang outstanding (belum
terbayar) oleh PT ADM yang disebabkan oleh masalah GR di PT ADM.
4.3.1 Proses Bisnis Ordering Part
Sistem informasi Early Warning System yang diimplementasikan oleh ADM
berkaitan erat dengan proses ordering oleh PT ADM dan pemenuhan order oleh
supplier.
Secara garis besar, proses bisnis ordering part dapat ditunjukkan pada gambar
4.11.
85
$$
$
Gambar 4.11 Proses Bisnis Ordering Part
Dalam pelaksanaannya, proses bisnis ordering part terbagi menjadi tiga tahapan
utama yaitu:
1. proses pembuatan Delivery Note (DN) dan pendistribusian DN ke supplier.
2. proses delivery part,
3. proses receiving part.
86
Proses bisnis ordering part di PT ADM dimulai dengan didistribusikannya
Purchase Order (PO) dari departmen Production Control kepada seluruh supplier.
Berdasarkan PO tersebut, supplier akan mempersiapkan material untuk memproduksi
part sesuai order dari ADM. Untuk penarikan harian, departemen Logistik PT ADM
akan membuat Delivery Note (DN) yang akan didistribusikan kepada supplier.
Start
PO
DN
Membuat DN
Finish
Gambar 4.12 Proses Pembuatan Delivery Note (DN)
Setelah menerima DN, maka supplier akan melakukan persiapan dan pengiriman
part sesuai cycle time yang telah ditetapkan oleh PT ADM. Sebelum melakukan
pengiriman, supplier akan memberikan informasi atau melakukan update terkait kondisi
dan jumlah stok yang ada di supplier. Supplier melakukan update data stok per cycle
pengiriman.
87
Start
part
supplier kirim part ke ADM
surat jalanDN
partsurat jalan
DN
Finish
Gambar 4.13 Proses Delivery Part
Setelah part sampai di ADM, maka bagian receiving akan melakukan
penerimaan barang dengan memproses atau men-scan DN yang dibawa saat pengiriman
tersebut. Ini menandakan bahwa part yang di-order melalui suatu nomor DN telah
dikirim oleh supplier ke ADM dan DN tersebut dinyatakan closed.
88
Gambar 4.14 Proses Receiving Part
4.3.2 Sistem Informasi Early Warning System
Gambaran dari sistem informasi Early Warning System (EWS) adalah sama
dengan seismograph untuk mendeteksi terjadinya bencana. Dari aplikasi EWS ini, PT
ADM akan menangkap sinyal dari supplier terkait kondisi stok dan delivery mereka.
Sinyal yang ditangkap oleh EWS, kemudian akan ditampilkan dalam bentuk
sinyal warna merah, kuning, dan hijau.
Warna Kondisi
Menunjukkan bahwa ada masalah, baik di supplier maupun di bagian penerimaan ADM.
Menunjukkan adanya potensi untuk terjadi masalah.
Start
part
scanning DN
surat jalanDN
partsurat jalan
DN
Finish
Merah
Kuning
89
Warna Kondisi
Menunjukkan bahwa kondisi aman, segalanya sesuai rencana.
Tabel 4.1 Sinyal Warna di Sistem Informasi Early Warning System
Aplikasi EWS memiliki peranan penting di dalam proses ordering part. Aplikasi
EWS memiliki fitur-fitur yang dapat digunakan untuk mendukung proses ordering part.
1. Proses pembuatan Delivery Note (DN) dan pendistribusian DN ke supplier
Fitur yang disediakan oleh EWS untuk mendukung proses ini adalah proses
capture data Delivery Note (DN) dari Anbunka System. EWS akan mengambil data dari
sistem tersebut sehingga kemudian akan dapat didownload oleh supplier dalam bentuk
DN.
2. Proses delivery part
Pada tahap ini supplier akan mengirimkan data ke PT ADM berupa jumlah stok
terakhir yang ada di supplier dan data pengiriman supplier untuk memenuhi satu DN
tertentu yang diminta oleh PT ADM melalui email. Data dari email ini kemudian akan
secara otomatis dibaca oleh aplikasi EWS. Dari data ini, EWS akan melakukan kalkulasi
sehingga dapat ditampilkan status kondisi supplier dalam bentuk sinyal warna.
3. Proses receiving part
Fitur yang disediakan oleh EWS untuk mendukung proses ini adalah proses
capture data good receipt dari Anbunka System. EWS akan mengambil data good receipt
dari sistem Anbunka, kemudian kondisi terakhir akan ditampilkan dalam bentuk sinyal
warna.
Hijau
90
Selain fitur utama untuk mendukung proses ordering part, EWS juga memiliki
fitur tambahan untuk membantu dalam proses pengambilan technical document. Fitur ini
memungkinkan supplier mengetahui technical document apa saja yang harus diambil di
PT ADM. Fitur ini merupakan otomatisasi proses sebelumnya dimana PT ADM harus
mengirimkan email kepada tiap supplier yang harus mengambil technical document di
ADM.
Aplikasi EWS terdiri atas 6 menu utama, yaitu:
1. Home
Menu ini menunjukan tampilan awal aplikasi EWS ketika user yang mempunyai
otorisasi atau kewenangan berhasil melakukan login.
2. Inquiries, memiliki 3 submenu, yaitu:
a. Order Inquiry
Menu ini berfungsi untuk menampilkan informasi secara detail Status Order.
Tampilan submenu ini dapat dilihat pada gambar 4.15.
Gambar 4.15 Tampilan submenu Order Inquiry
91
b. Stock Inquiry
Menu ini berfungsi untuk menampilkan informasi safety stock, standard stock,
dan ADM stock secara detail per item part. Tampilan submenu ini dapat dilihat
pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Tampilan submenu Stock Inquiry
c. Email Inquiry
Menu ini berfungsi untuk menampilkan informasi setiap email yang masuk ke
EWS. Tampilan submenu ini dapat dilihat pada gambar 4.17.
92
Gambar 4.17 Tampilan submenu Email Inquiry
3. Technical Distribution, memiliki 2 submenu, yaitu:
a. Technical Distribution Query
Menu ini berfungsi untuk menampilkan informasi technical document dari PT
ADM yang harus diambil oleh supplier. Tampilan submenu ini dapat dilihat pada
gambar 4.18.
Gambar 4.18 Tampilan submenu Technical Distribution inquiry
93
b. ECI Implementation Update
Menu ini berfungsi untuk menampilkan informasi Update ECI Implementation
dengan supplier melakukan upload data berdasarkan format yang telah
ditentukan ke PT ADM. Tampilan submenu ini dapat dilihat pada gambar 4.19.
Gambar 4.19 Tampilan submenu ECI Implementation Update
4. Download, memiliki submenu Supplier Data
Menu ini berfungsi untuk melakukan download dan menampilkan data DN dan
stock. Tampilan submenu ini dapat dilihat pada gambar 4.20.
94
Gambar 4.20 Tampilan submenu Download Supplier Data
5. Change Password
Menu ini berfungsi untuk melakukan perubahan atau update password. Tampilan
menu ini dapat dilihat pada gambar 4.21.
Gambar 4.21 Tampilan Menu Change Password
95
6. Logout
Menu ini berfungsi untuk melakukan perintah untuk keluar dari login Anda.
Di sisi ADM, selain fungsi-fungsi pendukung, ada 2 menu utama yang berfungsi
untuk menampilkan status tiap-tiap supplier.
1. EWS Status
Menu ini merupakan menu untuk menampilkan informasi tentang supplier yang
memiliki problem pada salah satu query. Tampilannya dapat dilihat pada gambar
4.22.
Gambar 4.22 EWS Status
2. EWS Display Status
Menu ini merupakan menu ini merupakan untuk menampilkan informasi Supplier
Order Status secara umum yang akan ditampilkan pada layar. Tampilan menu ini
dapat dilihat pada gambar 4.23.
96
Gambar 4.23 Tampilan EWS Display Status
4.3.3 Kebutuhan Teknis Sistem
Untuk menjalankan sistem informasi Early Warning System dengan baik, maka
dibutuhkan spesifikasi perangkat keras, perangkat lunak, database, jaringan, bahasa
pemrograman yang sesuai agar sistem tersebut dapat berjalan dengan baik. Berikut
spesifikasi kebutuhan teknis sistem informasi Early Warning System.
1. Perangkat Keras
- Server:
HP Proliant DL380G5
• Processor (1) Quad –Core Intel Xeon Processor E5420 (2.50 GHz, 80 Watts,
1333 FSB) Cache Memory 12MB (2 x 6MB) Level 2 cache – Intel Xeon
processor 5400 Sequence
• Memory 2 GB (2 x 1 GB) PC2-5300 Fully Buffered DIMMs (DDR2-667)
97
with Adcanced ECC, mirrored and online spare memory capabilities
• Network Controller Two Embedded NC373i
• Multifunction Gigabit Server Adapters
• Storage Controller HP Smart Array P400/256MB
• Controller (RAID 0/1/1+0/5)
• Internal Storage support up to 1.168TB
• Form Factor Racj (2U), Height :3.38-inch/8.59 cm; Depth : 26 inches (66
cm)
• Availability Hot Plug Fully Redundant Fans Standard 146GB 10K SAS 2.5
HDD
• HP Slim 8x/24x DVD-ROM (Optical Drive)
• HP RPS 350/370/380 G5Kit (2nd Power Supply for Redundant)
- Komputer Developer:
• Intel(R) Pentium(R) 4 CPU (2.66GHz, FSB Intel Netburst 64-bit, 1MB
cache)
• SiS 661FX Chipset
• 1 GB DIMM SDRAM, 2 GB (2DIMMs) Max. RAM
• SiS Mirage Graphics (32 MB) SiS 330 Integrated
• SiS 7012 Audio Device, Realtek AC97 Audio
• ST340014A (40 GB, 7200 RPM, Ultra-ATA/100)
• LITE-ON COMBO SOHC-5232K
• SiS 900-Based PCI Fast Ethernet Adapter
• Standard 101/102-Key or Microsoft Natural PS/2 Keyboard, PS/2
98
Compatible Mouse
• 8x USB 2.0, Serial, LAN, Keyboard, Mouse, Audio Mini Tower
• ATX, Desktop Case, 350 W
• BenQ G700 34 cm x 27 cm (17.1")
- Komputer Client:
Corporate Desktop PC Veriton M460
• Intel Pentium Core 2 Duo E4500 (2.2GHz, FSB 800, 2MB Cache)
• Intel G31 Express-ICH7 Chipset
• 1-GB DDR-2 SDRAM PC-5300, 2 GB (2DIMMs) Max. RAM
• Intel Graphics Media Accelerator 3100 DVMT 128 MB (Shared)
• Integrated Intel High Definition Audio with 7.1 channel Surround Sound
• 80 GB Serial ATA/150 7200 RPM
• DVD Combo Drive ; Internal Modem 56K
• Integrated 10/100/1000 LAN
• Acer USB Keyboard, Acer Optical Mouse
• 8x USB 2.0, Serial, LAN, Keyboard, Mouse, Audio Mini Tower
• ATX, Acer fixed 250w
• Including Acer LCD Monitor 15”
2. Perangkat Lunak
- Wind. XP Pro-SP2/Vista
- Including software Acer Empowering Technology
3. Bahasa Pemrograman: VB 6 dan PHP
4. Database: SQL Server 2005
99
4.4 Pembobotan Nilai dan Risiko Korporasi PT Astra Daihatsu Motor
Information Economics merupakan salah satu cara untuk melakukan proses
analisa biaya dan manfaat implementasi teknologi informasi. Dalam penggunaan
Information Economics menggunakan analisa cost and benefit, sehingga dilakukan
pembobotan terhadap nilai–nilai perusahaan yang tangible (nyata) maupun intangible
(tidak nyata). Pembobotan ini akan dilakukan pada dua domain yaitu domain bisnis dan
domain teknologi, karena pembobotan pada dua domain tersebut digunakan untuk
perusahaan yang telah berbasis TI. Pembobotan ini akan memberikan gambaran
mengenai pandangan PT ADM terhadap manfaat dan resiko dari investasi teknologi
informasi yang ada. Bobot maksimum untuk manfaat adalah +5 sedangkan bobot
minimumnya adalah 0. Untuk resiko, bobot maksimumnya adalah 0 sedangkan bobot
minimumnya adalah -5.
4.4.1 Penilaian Faktor Domain Bisnis
4.4.1.1 Financial Value
Return On Investment (ROI) merupakan pendekatan untuk mengukur tingkat
pengembalian investasi kepada perusahaan. Manajemen PT ADM menilai ROI cukup
penting karena dapat mengetahui kelayakan dan keberhasilan dari investasi teknologi
informasi, sehingga memberikan bobot +2 untuk faktor ROI.
4.4.1.2 Strategic Values
Strategic values terdiri dari empat faktor, yaitu strategic match, competitive
advantage, competitive response, management information for critical success factors.
100
A. Strategic Match
PT ADM memiliki serangkaian proses bisnis dalam operasionalnya. Pemilihan
teknologi informasi yang diperlukan dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan
harus memiliki kesesuaian dengan strategi bisnis yang ada. Oleh karena itu, untuk faktor
strategic match diberi bobot +3.
B. Competitive Advantage
PT ADM menerapkan dan menggunakan teknologi informasi untuk dapat
menunjang kinerja perusahaan, yang nantinya perusahaan dapat bersaing dengan
kompetitornya, sehingga untuk faktor competitive advantage ini diberi bobot +3.
C. Competitive Response
PT ADM lebih menganggap bila investasi teknologi informasi ditunda
pengimplementasiannya dapat menyebabkan kegiatan operasional tidak berjalan dengan
optimal. Oleh karena itu, untuk faktor competitive response diberi bobot +2.
D. Management Information for Critical Success Factors
Management Information for Critical Success Factors adalah derajat dimana
investasi teknologi informasi menyediakan informasi manajemen yang memungkinkan
pengambilan keputusan untuk mengukur operasi dan membuat operasi tersebut menjadi
lebih efektif, yang secara material menguntungkan perusahaan. Teknologi informasi
yang diimplementasikan diharapkan dapat mendukung perolehan informasi yang lebih
cepat dan akurat dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dan dapat mendukung CSF
perusahaan. Oleh karena itu, untuk faktor management information for critical success
factors diberi bobot +1.
101
4.4.1.3 Stakeholder Values
Stakeholder values mempunyai beberapa faktor yaitu service and quality, agility,
learning, and empowerment, cycle time.
A. Service and Quality
Faktor service and quality berhubungan langsung dengan peningkatan faktor
pelayanan dan kualitas perusahaan. PT ADM mengimplementasikan teknologi
informasi, baik untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, dan juga untuk
mempercepat proses interaksi dengan supplier. Oleh karena itu, faktor service and
quality diberi bobot +1.
B. Quality, Agility, and Empowerment
User atau pengguna dituntut untuk cepat beradaptasi dengan baik terhadap
teknologi informasi yang diterapkan oleh PT ADM untuk menunjang kegiatan
operasional bisnisnya. Untuk itu, diperlukan adanya training bagi user yang akan
menggunakan teknologi informasi tersebut. Oleh karena itu, faktor ini diberi bobot +2.
C. Cycle Time
Cycle time merupakan waktu yang diperlukan untuk melakukan suatu proses
bisnis. PT ADM sebagai perusahaan manufaktur kendaraan roda empat sangat
mengontrol ketat cycle time. Teknologi informasi yang diimplementasikan membantu
setiap pihak yang menjalankan aktivitas dan proses bisnis menjadi lebih efektif dan
efisien. Oleh karena itu faktor cycle time diberi bobot +3.
102
4.4.1.4 Competitive Strategy Risk
Setiap investasi teknologi informasi pasti mengandung resiko. Oleh karena itu,
manajemen organisasi mendefinisikan respon terhadap resiko dan ketidakpastian dari
investasi teknologi informasi.
A. Business Strategy Risk
PT ADM tidak terlalu mengkhawatirkan resiko-resiko yang ada dalam penerapan
teknologi informasi, seperti resiko kegagalan teknologi informasi untuk medukung
strategi bisnis dan bersaing, karena PT ADM telah melibatkan teknologi informasi
dalam merumuskan bisnis yang ada. Oleh karena itu, faktor ini diberi bobot 0.
4.4.1.5 Organizational Risk and Uncertainty
PT ADM memiliki rencana umum yang baik dalam mengimplementasikan
teknologi informasi memiliki manajemen yang baik jika sewaktu-waktu terjadi
perubahan perencanaan bisnis. Oleh karena itu, faktor ini diberi bobot -1.
4.4.2 Penilaian Faktor Domain Teknologi
4.4.2.1 Strategic Values
A. Strategic IT Architecture
Teknologi informasi yang diterapkan pada PT ADM diharapkan dapat
menunjang strategi sistem informasi secara keseluruhan untuk merefleksikan rencana
teknologi informasi yang ingin dicapai oleh perusahaan. Investasi teknologi informasi
harus selaras dan sejalan dengan perencanaan strategi teknologi dan sistem informasi
perusahaan. Bagi PT ADM, hal ini penting untuk diperhatikan sehingga bobot yang
diberikan untuk faktor ini adalah +3.
103
4.4.2.2 Competitive Strategy Risk
Competitive Strategy Risk merupakan resiko dan ketidakpastian yang dapat
mempengaruhi derajat kesuksesan strategi yang telah diterapkan PT ADM.
A. IT Strategy Risk
Penilaian faktor ini dilakukan untuk menghitung tingkat resiko yang mungkin
timbul dari strategi teknologi informasi (TI) jangka panjang. Faktor ini meliputi
arsitektur dan platform, ketergantungan sistem, strategi bisnis dan perubahan keadaan
bisnis. Bagi PT ADM, perubahan strategi teknologi informasi jangka panjang yang telah
diterapkan oleh manajemen perusahaan diperkirakan dapat mendatangkan nilai negatif
dimasa yang akan datang. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan terhadap struktur
perusahaan atau proses bisnis, teknologi informasi harus bersifat lebih fleksibel dan
dapat cepat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi. Bobot yang diberikan untuk
faktor ini adalah -1.
4.4.2.3 Organizational Strategic Risk and Uncertainty
Organizational strategic risk and uncertainty yang muncul akibat diterapkannya
teknologi informasi difokuskan pada IT definitional uncertainty, IT technical and
implementation risk, dan IT service delivery risk.
A. IT Definitional Uncertainty
PT ADM menganggap bahwa resiko yang timbul akibat adanya ketidakjelasan
dan ketidakpastian akan kebutuhan, pasti membuat personil teknologi informasi menjadi
kesulitan menyediakan solusi yang tepat bagi user. Untuk itu, bobot yang diberikan
untuk faktor ini adalah 0.
104
B. IT Technical and Implementation Risk
PT ADM telah memiliki perencanaan yang baik untuk mengimplementasikan
teknologi informasi yang dapat membantu dalam menjalankan proses bisnis. Kendala
yang dihadapi oleh perusahaan dalam pengimplementasian teknologi informasi adalah
user yang belum terbiasa dan belum dapat beradaptasi terhadap teknologi informasi di
awal pengimplementasiannya. Untuk itu, faktor ini diber bobot –1.
C. IT Service Delivery Risk
Resiko akan timbul jika pada tingkat perubahan perusahaan yang disebabkan
oleh pengimplementasian teknologi infromasi memerlukan penyampaian termasuk biaya
awal, integrasi, manajemen pelatihan, kebutuhan reorganisasi. Untuk sistem informasi
Early Warning System yang saat ini telah berjalan di PT ADM tidak ada hambatan yang
berarti bagi user. Untuk itu, bobot yang diberikan untuk faktor ini adalah -1.
4.4.3 Hasil Skor Faktor Domain Bisnis dan Domain Teknologi
Berdasarkan penentuan bobot yang telah dilakukan, hasil pembobotan nilai dan
resiko korporasi yang dilakukan pada dua domain (bisnis dan teknologi) dapat diringkas
pada tabel 4.2.
Faktor-Faktor Bobot Skor Domain Bisnis A. Financial Values Return On Investment (ROI) 2 10 B. Strategic Values Strategic Match 3 15 Competitive Advantage 3 15 Competitive Response 2 10 Management IS for CSFs 1 5 C. Stakeholders Values Service and Quality 1 5 Agility, Learning & Empowerment 2 10 Cycle Time 3 15
105
Faktor-Faktor Bobot Skor D. Competitive Strategy Risk Business Strategy Risk 0 0 E. Organizational Strategy Risk and Uncertainty Business Organization Risk -1 -5 Domain Teknologi A. Strategic Values
Strategic IT Architecture 3 15 B. Competitive Strategy Risk
I/T Strategy Risk -1 -5 C. Organization Strategy Risk & Uncertainty
IT Definitional Uncertainty 0 -0 IT Technical and Implementation -1 -5 IT Service Delivery -1 -5
TOTAL VALUES +20 100 TOTAL RISK AND UNCERTAINTY -4 -20
Tabel 4.2 Hasil Pembobotan Domain Bisnis dan Domain Teknologi
Berdasarkan matriks keterkaitan bisnis dengan teknologi informasi yang
dikembangkan oleh Parker et al. (1988, pp187–190), kesimpulan dari pembobotan
koorporasi tersebut, PT ADM berada pada kuadran B, Strategic yang menunjukkan
bahwa kegiatan utama PT ADM sudah didukung oleh teknologi informasi.
4.5 Analisis Cost and Benefit
Analisis Cost and Benefit dalam metode penghitungan investasi pengembangan
teknologi informasi menggunakan prinsip memperbandingkan biaya yang harus
dikeluarkan dengan manfaat dengan manfaat yang diperoleh oleh perusahaan.
Pendekatan ini biasa dipergunakan di dalam situasi di mana penggunaan teknologi
informasi memberikan manfaat yang tangible dan cenderung mudah diukur
(measurable) secara kuantitatif.
Analisis cost and benefit meliputi analisis biaya pengembangan proyek
(Development Cost) yang akan menggunakan lembar kerja biaya pengembangan
(Development Cost Worksheet), analisis biaya berjalan proyek (Ongoing Expanses) yang
106
akan menggunakan lembar kerja biaya berjalan (Ongoing Expanses Worksheet) dan
kemudian akan di konversikan dampak ekonomis ke dalam lembar kerja dampak
ekonomis (Economics Impact Worksheet) yang akan dilakukan untuk periode 5 tahun,
dari tahun 2009 sampai dengan 2013.
4.5.1 Analisis Biaya Pengembangan
Biaya pengembangan sistem informasi Early Warning System merupakan biaya
yang dikeluarkan oleh PT ADM untuk mengembangkan sistem informasi tersebut yang
terbagi menjadi biaya perangkat keras, perangkat lunak, pembangunan sistem dan
pemrograman.
Analisis biaya pengembangan ini terdiri atas biaya perangkat keras, biaya
perangkat lunak, dan biaya tenaga kerja.
1. Biaya Perangkat Keras
Biaya perangkat keras merupakan semua biaya yang dibutuhkan untuk
pembelian peralatan fisik komputer. PT ADM mengeluarkan biaya perangkat keras
untuk pengembangan aplikasi Early Warning System sebesar Rp. 139.652.500,- yang
dijabarkan dalam tabel 4.3.
Hardware Price ($) Price (Rp) Qty Amount (Rp)
Server 3.745 1 35.577.500
Backup Server 3.650 1 34.675.000
PC 540 5 25.650.000
LCD TV Samsung 8.750.000 5 43.750.000
Total 139.652.500
Kurs : 1 USD = 9.500 IDR
Tabel 4.3 Rincian Biaya Perangkat Keras
107
2. Biaya Perangkat Lunak
Pengembangan perangkat lunak Early Warning System ini membutuhkan biaya
perangkat lunak berupa biaya lisensi SQL processor base dan pembuatan account email
senilai Rp. 26.033.250,- yang dijabarkan pada tabel 4.4.
Software Price ($) Price (Rp) Qty Amount (Rp)
Licesne SQL 26.000.000 1 26.000.000
IMSS 3,5 1 33.250
Total 26.033.250
Kurs : 1 USD = 9.500 IDR
Tabel 4.4 Rincian Biaya Perangkat Lunak
3. Biaya Tenaga Kerja
Pengembangan aplikasi perangkat lunak Early Warning System membutuhkan
biaya tenaga kerja antara lain Project Manager, Application Consultant, Technical
sebesar Rp. 146.789.000,- yang dijabarkan pada tabel 4.5.
Resource Price (Rp) Man Days Amount (Rp)
Anbunka System
Project Manager 950.000 3 2.850.000
Apllication Consultant 850.000 6 5.100.000
Technical 850.000 3 2.550.000
Early Warning System
Project Manager 2.250.000 10 22.500.000
Apllication Consultant 1.250.000 75 93.750.000
Tester 750.000 15 11.250.000
Technical 500.000 15 7.500.000
Bracket installation 2.289.000
Total 147.789.000
Tabel 4.5 Rincian Biaya Tenaga Kerja
Berdasarkan rincian biaya di atas, maka total biaya yang dikeluarkan oleh PT
ADM dalam pengembangan aplikasi EWS yaitu sebesar Rp. 313.474.750,-. Berikut total
biaya pengembangan aplikasi EWS yang ditunjukkan pada tabel 4.6. Penghitungan
108
biaya pengembangan ini akan dikonversikan ke dalam lembar kerja dampak ekonomis
(Economics impact worksheet).
Jenis Biaya Jumlah (Rp.)
Biaya Perangkat Keras 147.789.000
Biaya Perangkat Lunak 26.033.250
Biaya Tenaga Kerja 139.652.500
Total 313.474.750
Table 4.6 DevelopmentCost Worksheet
4.5.2 Analisis Biaya Berjalan
Beban yang sedang berjalan merupakan keseluruhan beban yang harus
ditanggung oleh PT ADM selama sistem informasi EWS dioperasikan selama lima tahun
(2009-2013), yang meliputi tiga jenis biaya yaitu biaya pemeliharaan (maintenance),
biaya operasional, biaya penggunaan account email.
1. Biaya pemeliharaan (maintenance) perangkat keras dan piranti lunak yang termasuk
biaya pemeliharaan aplikasi, pemeliharaan database, dan pemeliharaan server
dengan biaya tiap tahunnya sebesar Rp. 76.000.000,-
2. Biaya operasional meliputi biaya pemakaian listrik untuk 5 buah PC dengan daya
masing-masing 330 W, 2 buah server dengan daya masing-masing 1170 W, dan 5
buah LCD TV dengan daya masing-masing 500 W. Sehingga biaya operasional
listrik pertahun dengan tarif dasar listrik per januari 2009 sebesar Rp.1.023 per kwH
adalah 365 x 24 x 1 kwH x 6,49 x Rp. 1.023 = Rp. 58.160.005,-
3. Biaya penggunaan account email senilai Rp. 60.000 per bulan. Sehingga biaya
penggunaan account email selama 1 tahun adalah 12 x Rp. 60.000 = Rp. 720.000,-
Diasumsikan bahwa tingkat inflasi setiap tahunnya adalah 10 %, berikut rincian
biaya yang sedang berjalan yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjalankan
109
aplikasi Early Warning System selama lima tahun ke depan yang ditunjukkan pada tabel
4.7.
Jenis Biaya Biaya (Rp.)
2009 2010 2011 2012 2013
Biaya pemeliharaan 76.000.000 83.600.000 91.960.000 101.156.000 111.271.600
Biaya operasional 58.160.005 63.976.006 70.373.606 77.410.967 85.152.063
Account Email 720.000 792.000 871.200 958.320 1.054.152
Total 134.880.005 148.368.006 163.204.806 179.525.287 197.477.815
Tabel 4.7 Ongoing Expenses Worksheet
4.5.3 Kuantifikasi Manfaat Langsung
Kuantifikasi manfaat langsung dilakukan untuk menentukan manfaat atau
dampak langsung yang didapat dari pengimplementasian aplikasi EWS pada PT ADM.
Dampak ekonomis atau penghematan yang terlihat adalah adanya pengurangan biaya
telepon, biaya pencetakan kertas, tenaga kerja, dan biaya tinta printer.
1. Penghematan biaya pemakaian telepon
Sebelum adanya aplikasi EWS, bagian Logistik selalu menelepon supplier-
supplier untuk memastikan apakah part-part dari masing-masing supplier tersebut
siap untuk dikirim ke PT ADM untuk mendukung produksi dan untuk mengecek
posisi part pada saat dilakukan pengiriman. Namun, setelah adanya aplikasi ini,
bagian Logistik tidak perlu lagi melakukan hal-hal tersebut karena melalui aplikasi
EWS dapat terlihat kondisi stok supplier sehingga dapat diketahui kesiapan supplier.
Penghematan biaya telepon yang dapat dilakukan adalah sejumlah Rp.450.000 x 12
= Rp. 5.400.000,- selama 1 tahun.
2. Penghematan biaya pencetakan kertas untuk tanda terima pengambilan technical
documents
110
Sebelum adanya aplikasi EWS, pembuatan tanda terima pengambilan technical
documents memerlukan 1 rim per bulan. Namun, setelah adanya aplikasi ini maka
dapat dilakukan penghematan biaya penggunaan kertas sebesar Rp. 50.000 x 1 x 12
= Rp. 600.000,- per tahun.
3. Penghematan biaya tenaga kerja pencetak tanda terima technical documents.
Pencetakan tanda terima technical documents memerlukan 1 orang staf magang.
Namun, setelah adanya aplikasi Early Warning System ini, tidak perlu ada lagi staf
khusus untuk mencetak tanda terima. Penghermatan yang dapat dilakukan
perusahaan adalah sebesar Rp. 1.200.000 x 1 x 12 = Rp. 14.400.000,- per tahun.
4. Penghematan biaya tinta printer untuk mencetak tanda terima pengambilan technical
documents
Sebelum adanya aplikasi EWS, pembuatan tanda terima pengambilan technical
documents memerlukan pemakaian tinta printer. Namun, setelah adanya aplikasi ini
maka dapat dilakukan penghematan biaya penggunaan penggunaan tinta printer sebesar
Rp. 900.000,- x 6 = Rp. 5.400.000,- per tahun.
Ringkasan pengurangan biaya operasional dari pengimplementasian aplikasi
Early Warning System dapat dilihat pada tabel 4.8. Tingkat inflasi diperkirakan 10 %
dari tahun 2009-2013.
Jenis Pengurangan Biaya
Biaya (Rp.) 2009 2010 2011 2012 2013
Penghematan biaya pemakaian telepon
5.400.000 5.940.000 6.534.000 7.187.400 7.906.140
Penghermatan biaya pencet akan kertas
600.000 660.000 726.000 798.600 878.460
Penghematan biaya tenaga kerj a
14.400.000 15.840.000 17.424.000 19.166.400
21.083.040
Penghematan biaya tinta printer
5.400.000 5.940.000 6.534.000 7.187.400
7.906.140
Total 25.800.000 28.380.000 31.218.000 34.339.800 37.773.780 Tabel 4.8 Ringkasan Kuantifikasi Manfaat Langsung
111
Setelah dilakukan perhitungan biaya pengembangan dan biaya yang sedang
berjalan, serta manfaat langsung implementasi Early Warning System telah
dikalkulasikan maka langkah berikutnya adalah memasukkan angka-angka biaya dan
manfaat langsung ke dalam kertas kerja dampak ekonomis (Economic Impact
Worksheet) sehingga diketahui besar Return on Investment (ROI) yang pertama. Kertas
kerja dampak ekonomis memberikan gambaran mengenai perkiraan arus kas masuk
selama lima tahun dibandingkan dengan arus kas keluar pada saat awal investasi.
Bagian A merupakan biaya awal investasi Early Warning System. Manfaat
ekonomis bersih belum diikutsertakan dalam perhitungan pada Traditional Cost Benefit.
Bagian pengurangan biaya pada bagian B merupakan hasil kuantifikasi manfaat
langsung. Pendapatan sebelum pajak sama dengan jumlah pengurangan biaya karena
manfaat ekonomis bersih belum diperhitungkan dalam kertas kerja yang pertama ini.
Selanjutnya pendapatan sebelum pajak dikurangi dengan biaya berjalan,
sehingga didapat aliran kas untuk setiap tahunnya. Simple ROI yang pertama didapat
dari jumlah aliran kas dibagi dengan 5 tahun dan dibagi lagi dengan total investasi
sebesar Rp 313.474.750,- sehingga didapat Simple ROI sebesar -42,62 %. Sehingga pada
bagian penilaian (bagian D), Simple ROI mendapat skor sebesar 0. Untuk selengkapnya,
kertas kerja dampak ekonomis ini dapat dilihat pada tabel 4.9.
A. Biaya Investasi Pengembangan Sistem 313,474,750
B. Arus Kas : periode 5 kali 12 bulan atas implementasi sistem berjalan
TAHUN TOTAL
Manfaat nilai ekonomis
2009 2010 2011 2012 2013
0 0 0 0 0 (+) Pengurangan biaya
25.800.000 28.380.000 31.218.000 34.339.800 37.773.780
= Perolehan 25.800.000 28.380.000 31.218.000 34.339.800 37.773.780
(-) Biaya berjal an 134.880.005 148.368.006 163.204.806 179.525.287 197.477.815
= Arus Kas -109.080.005 -119.988.006 -131.986.806 -145.185.487 -159.704.035 -665.944.339
C. Simple ROI dihitung B/jumlah tahun/A -42,49 %
(-665.944.339/ 5 / 313.474.750 ) * 100% D. Scoring, Economic Impact
Score Simple ROI
0 < 1%
1 1% to 299% 2 300% to 499%
3 500% to 699%
4 700% to 899%
5 > 899% Tabel 4.9 Lembar Kerja Dampak Ekonomis pada Tahun Ke-0
112
4.5.4 Value Linking
Value Linking digunakan untuk mengevaluasi secara finansial efek dari
perubahan performa sebuah fungsi atau proses atau pengaruh terhadap peningkatan
kinerja perusahaan. Pada value linking perhitungan uang dilakukan secara bertahap.
4.5.4.1 Meminimalkan Biaya Dampak Line Stop
Sebelum adanya aplikasi EWS, terjadinya line stop tidak dapat teridentifikasi
sebelumnya. Sedangkan, dengan banyaknya volume produksi PT ADM, jumlah supplier
dan jumlah part yang dikirim oleh supplier ke PT ADM sangat rentan menyebabkan
terjadinya line stop yang dapat memberikan dampak yang cukup besar bagi perusahaan.
Namun, dengan adanya aplikasi ini, line stop dapat teridentifikasi lebih awal,
sehingga perusahaan dapat meminimalkan dampak terjadinya line stop sehingga
perusahaan dapat mengurangi biaya dampak terjadinya line stop sebesar Rp.
407.484.000,-
Perkiraan biaya akibat terjadinya line stop dalam 5 tahun ke depan dengan
asumsi tingkat inflasi sebesar 10 % dari tahun 2009 – 2013 dapat dilihat pada tabel 4.10.
Biaya Biaya (Rp.)
2009 2010 2011 2012 2013
Meminimalkan biaya
dampak line stop
407.484.000 448.232.400 493.055.640 542.361.204 596.597.324
Total 407.484.000 448.232.400 493.055.640 542.361.204 596.597.324
Tabel 4.10 Biaya Dampak Line Stop
4.5.5 Ringkasan Penghematan dan Lembar Kerja
Ringkasan penghematan dengan adanya implementasi aplikasi EWS di PT ADM
dengan menggunakan metode value linking dapat dilihat pada tabel 4.11.
113
114
Jenis Biaya (Rp.)
2009 2010 2011 2012 2013
Value Linking 407.484.000 448.232.400 493.055.640 542.361.204 596.597.324
Total 407.484.000 448.232.400 493.055.640 542.361.204 596.597.324
Tabel 4.11 Ringkasan Value Linking
Hasil kuantifikasi manfaat ekonomis dengan adanya implementasi aplikasi EWS
di PT ADM dengan menggunakan metode value linking yang dimasukkan ke dalam
lembar kerja dampak ekonomis dapat dilihat pada tabel 4.12.
Nilai ROI akhir didapat dari jumlah aliran kas yaitu Rp. 1.821.786.230,- dibagi
dengan 5 tahun dan dibagi lagi dengan total investasi sebesar Rp. 313.474.750,-,
sehingga didapat nilai ROI akhir sebesar 116,23 %. Sehingga pada bagian penilaian
(bagian D), nilai ROI akhir mendapat skor sebesar 1.
A. Biaya Investasi Pengembangan Sistem 313,474,750
B. Arus Kas : periode 5 kali 12 bulan atas implementasi sistem berjalan
TAHUN TOTAL
Manfaat nilai ekonomis
2009 2010 2011 2012 2013
407.484.000 448.232.400 493.055.640 542.361.204 596.597.324
(+) Pengurangan biaya
25.800.000 28.380.000 31.218.000 34.339.800 37.773.780
= Perolehan 433.284.000 476.612.400 524.273.640 576.701.004 634.371.104
(-) Biaya berjal an 134.880.005 148.368.006 163.204.806 179.525.287 197.477.815
= Arus Kas 298.403.995 328.244.395 361.068.834 397.175.717 436.893.289 1.821.786.230
C. Simple ROI dihitung B/jumlah tahun/A 116,23%
(1.821.786.230/ 5 / 313.474.750) * 100%
D. Scoring, Economic Impact
Score Simple ROI
0 < 1%
1 1% to 299% 2 300% to 499%
3 500% to 699%
4 700% to 899%
5 > 899% Tabel 4.12 Lembar Kerja Dampak Ekonomis
115
4.6 Perhitungan Net Present Value (NPV)
Dikarenakan oleh keterbatasan ROI yang tidak menunjukkan laba terhadap
waktu dan tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang, maka perlu ditambahkan
perhitungan dengan menggunakan perhitungan NPV. Arus kas diperoleh dari hasil
penghitungan yang ditunjukkan pada tabel 4.12. Untuk lebih lengkapnya, perhitungan
NPV dapat ditunjukkan pada tabel 4.13.
Tahun ke- Arus Kas Rate (7%) Present Value (PV)
0 -313.474.750 1,00 -313.474.750
1 298.403.995 0,93 278.882.238
2 328.244.395 0,87 286.701.367
3 361.068.834 0,82 294.739.723
4 397.175.717 0,76 303.003.453
5 436.893.289 0,71 311.498.877
Present Value (Total Arus Kas – Investasi Awal) 1.161.350.908
Tabel 4.13 Perhitungan Net Present Value
Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan bahwa NPV yang diperoleh adalah
sebesar Rp. 1.161.350.908,-.
Oleh karena NPV bernilai positif, maka proyek investasi ini dianggap layak.
4.7 Analisis Skor Corporate Value dan Risk
Pada subbab ini dilakukan proses penilaian yang dilakukan berdasarkan
kesesuaian antara investasi aplikasi EWS dengan keadaan perusahaan pada saat
sekarang. Pada subbab ini dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang berhubungan
dengan domain bisnis dan domain teknologi pada PT ADM.
116
117
4.7.1 Penilaian Faktor-Faktor Domain Bisnis
Skor nilai faktor-faktor domain bisnis didapat dari hasil kuesioner yang
dibagikan kepada karyawan dalam perusahaan yang berhubungan langsung dengan
faktor-faktor domain bisnis.
Dalam domain bisnis ini terdapat empat bagian faktor utama yang terdiri dari
Strategic Values, Stakeholders Values, Competitive Strategic Risk, dan Organizational
Risk and Uncertainty.
1. Strategic Values
Beberapa nilai berikut merupakan nilai yang diperhitungkan dalam hubungannya
dengan strategi bisnis perusahaan. Strategic values terdiri dari empat faktor yaitu:
a. Strategic Match
Faktor ini berhubungan dengan sejauh mana sistem informasi EWS dapat
mendukung dan membantu organisasi untuk mencapai tujuan atau sasaran bisnisnya.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 4 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
b. Competitive Advantage
Faktor ini berhubungan dengan sejauh mana sistem informasi EWS dapat
mempertahankan dan meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan. Sistem informasi
EWS mampu menghasilkan informasi yang selalu akurat, relevan, dan tepat waktu
sehingga sistem ini mempunyai nilai tambah yang dapat membantu perusahaan untuk
terus meningkatkan keunggulan dan bersaing dengan perusahaan yang bergerak dalam
bidang yang sama.
118
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 4 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
c. Competitive Response
Faktor ini berhubungan dengan tingkat kegagalan yang berakibat terhadap
kemampuan bersaing perusahaan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingkat
kegagalan bersaing menjadi tinggi adalah dengan adanya proses penundaan penggunaan
sistem aplikasi untuk mendukung proses bisnis. Dengan adanya penundaan tersebut
dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 3 dengan adanya
penerapan sistem informasi EWS pada PT ADM.
d. Management Information for Critical Success Factors
Faktor ini berhubungan dengan kemampuan manajemen dalam menyebarkan
informasi mengenai keputusan yang diambil merupakan keputusan penting bagi
perusahaan. Sistem informasi EWS pada PT ADM mempunyai kemampuan dalam
menyediakan informasi yang secara tepat dan akurat sehingga dapat mendukung untuk
pengambilan keputusan dengan baik guna menjalankan aktivitas bisnis perusahaan.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 3 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
2. Stakeholder Values
Beberapa nilai berikut merupakan nilai yang diperhitungkan oleh perusahaan
dalam hubungannya dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Stakeholder values
terdiri dari tiga faktor yaitu:
a. Service and Quality
119
Faktor ini berkaitan untuk mengetahui seberapa besar dampak penerapan sistem
informasi EWS terhadap peningkatan pelayanan dan kualitasnya yang dapat dicapai oleh
perusahaan. Pelayanan dan kualitas merupakan faktor yang cukup penting bagi PT ADM
untuk mencapai kesuksesan.
Sistem informasi EWS yang diterapkan tidak berkaitan langsung dengan
pelanggan dan kualitas produk yang tercipta, tetapi lebih mengarah kepada penggunaan
untuk pihak manajemen dalam mendapatkan informasi yang cepat, akurat.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 3 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
b. Agility, Learning, and Empowerment
Faktor ini berfokus kepada kemampuan dari karyawan dan proses bisnis yang
ada pada perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang baru akibat adanya
penerapan sistem informasi EWS.
Faktor ini mempengaruhi kondisi perusahaan dimasa yang akan datang. Dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS, kemampuan belajar dan pemberian
wewenang untuk karyawan membuat PT ADM dapat menghadapi perubahan dalam
lingkungan yang kompetitif.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 2 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
c. Cycle Time
Faktor ini berkaitan dengan dampak yang dapat terjadi akibat
pengimplementasian sistem informasi EWS terhadap semua komponen atau elemen
yang terlibat di dalam suatu proses. Sistem informasi EWS menyebabkan peningkatan
120
dalam hal waktu pada beberapa proses bisnis yang ada di perusahaan. Penundaan proyek
ini menyebabkan hilangnya kemampuan bersaing perusahaan.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 4 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
3. Competitive Strategy Risk
Nilai berikut merupakan nilai yang diperhitungkan oleh perusahaan dalam
hubungannya dengan respon terhadap resiko dan ketidakpastian dari investasi teknologi
informasi. Competitive Strategy Risk terdiri dari satu faktor yaitu:
a. Business Strategy Risk
Faktor ini berkaitan dengan besarnya resiko bisnis yang mungkin timbul karena
diimplementasikannya sistem informasi EWS. Risiko yang dimaksud merupakan resiko
jangka panjang yang dapat mempengaruhi strategi dan proses bisnis yang sudah ada di
dalam perusahaan.
Penerapan sistem informasi EWS memiliki resiko yang rendah karena telah
dilakukan perencanaan strategis sistem informasi yang matang, adanya penyesuaian
terhadap kebutuhan bisnis EWS itu sendiri, bagian-bagian terkait sudah dipersiapkan
untuk mendukung sistem tersebut, sehingga hal ini menyebabkan resiko yang muncul
tidak tinggi.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 2 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
4. Organizational Risk and Uncertainty
a. Business Organization Risk
121
Faktor ini berkaitan dengan proses kerja dalam perusahaan dengan
lingkungannya yang mampu membawa perubahan yang dibutuhkan oleh sistem
informasi EWS.
Sistem informasi EWS merupakan bagian dari perencanaan strategis PT Astra
ADM dimasa yang akan datang. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan dalam strategi
bisnis perusahaan, maka sistem ini akan mampu beradaptasi dengan baik dan mampu
untuk mendukung strategi bisnis perusahaan yang baru tersebut.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 1 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
4.7.2 Penilaian Faktor-Faktor Domain Teknologi
Pada subbab ini dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor yang berhubungan
dengan domain teknologi pada PT ADM. Nilai-nilai skor dari kuesioner merupakan
penilaian dasar dari faktor-faktor dalam domain teknologi. Kuesioner ini disebarkan ke
pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan faktor domain teknologi untuk sistem
informasi EWS.
Dalam domain teknologi ini terdapat tiga bagian faktor utama yang terdiri dari
Strategic Values (Strategic IT Architecture), Competitive Strategic Risk (IT Strategy
Risk), dan Organizational Risk and Uncertainty (IT Definitional Uncertainty, IT
Technical and Implementation, IT Service Delivery).
1. Strategic Values
a. Strategic IT Architecture
Faktor ini berkaitan dengan derajat dimana sistem informasi EWS diselaraskan
dengan keseluruhan strategi sistem informasi perusahaan. Sistem informasi EWS
122
merupakan bagian integral dari perencanaan strategis informasi perusahaan dan
memiliki pengembalian yang sedang. Sistem ini bukan merupakan prasyarat bagi proyek
lain yang terdapat dalam blue print organisasi tetapi terkait dengan prasyarat proyek
lainnya.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 3 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
2. Competitive Strategic Risk
a. IT Strategy Risk
Faktor ini berkaitan dengan resiko yang mungkin terjadi dari strategi teknologi
informasi dalam jangka panjang. Risiko ini meliputi arsitektur dan platform,
ketergantungan sistem, dan perubahan bisnis.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 2 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
3. Organizational Strategy Risk and Uncertainty
a. IT Definitional Uncertainty
Faktor ini mengukur derajat sejauh mana kebutuhan dan spesifikasi serta
kompleksitas area diketahui dengan jelas. Faktor-faktor ini meliputi perubahan-
perubahan yang mungkin saja terjadi. Sistem informasi EWS mampu menjawab
kebutuhan bisnis karena kebutuhan bisnis dan spesifikasi sistem ini telah diketahui
dengan jelas termasuk persyaratan sistem dan ruang lingkup areanya, serta memiliki
probabilitas perubahan non rutin yang rendah.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 1 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
123
b. IT Technical and Implementation
Faktor ini berkaitan dengan kesiapan teknis dalam mengimplementasikan sistem
informasi EWS. Ada lima komponen penting yang termasuk ke dalam faktor ini yaitu
keterampilan yang dibutuhkan, ketergantungan perangkat keras, ketergantungan
perangkat lunak (selain application software), piranti lunak aplikasi (application
software), dan ketergantungan terhadap implementasi perangkat lunak itu sendiri.
Dari kuesioner yang dibagikan, hasil yang diperoleh dengan adanya penerapan
sistem informasi EWS yaitu keterampilan yang dibutuhkan mendapat skor 1 karena
dibutuhkan beberapa keterampilan baru bagi staf. Ketergantungan perangkat keras
mendapat skor 0 yaitu hardware digunakan untuk aplikasi yang serupa. Ketergantungan
perangkat lunak mendapat skor 0 yaitu menggunakan software standar dan
pemrograman tidak kompleks.
Piranti lunak aplikasi mendapat skor 5 yaitu software membutuhkan rancangan
dan pemrograman yang dikontrakkan ke pihak luar perusahaan. Ketergantungan
terhadap implementasi perangkat lunak itu sendiri mendapatkan skor 1 yaitu aplikasi
dengan ukuran menengah jika dibandingkan aplikasi yang ada. Sistem ini memiliki
tingkat kesulitan yang relatif rendah, sehingga dibutuhkan sedikit keahlian khusus.
Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 1+0+0+5+1 = 7/5 =
1,4. Dengan pembulatan nilai ke atas, maka skor akhir untuk IT Technical and
Implementation menjadi 2 untuk penerapan sistem informasi EWS pada PT ADM.
c. IT Service Delivery
Faktor ini digunakan untuk mengukur seberapa besar resiko yang dihadapi oleh
perusahaan dengan adanya penerapan sistem informasi EWS. Risiko ini bersifat jangka
124
pendek dan terjadi karena adanya kegagalan sistem baru maupun belum terbiasannya
pengguna terhadap sistem ini.
Dalam mengimplementasikan sistem informasi EWS, perusahaan hanya
melakukan perubahan terhadap beberapa layanan komputer. Selain itu, investasi-
investasi awal yang terkait pada sistem informasi EWS di luar biaya langsung proyek ini
relatif kecil. Dari hasil kuesioner yang telah dibagikan, diperoleh skor 1 dengan
diimplementasikannya sistem informasi EWS pada PT ADM.
4.7.3 Ringkasan Hasil Pembobotan
Ringkasan hasil pembobotan ini berisi total nilai-nilai korporasi yang dibedakan
menjadi dua yaitu total untuk nilai (values) dan total untuk resiko dan ketidakpastian
(risks and uncertainties). Hal ini dilakukan untuk memudahkan perhitungan nilai
minimum dan maksimum dari sistem informasi EWS untuk formulasi akhir dalam
Information Economics Scorecard.
Ringkasan hasil pembobotan dari domain bisnis dan teknologi dapat dilihat pada
tabel 4.13. Bobot adalah pembobotan oleh manajemen terhadap proyek TI
keseluruhan. Sedangkan skor adalah hasil kuisioner domain bisnis dan domain
teknologi dari implementasi EWS.
Faktor-Faktor Bobot Skor Kuesioner
Domain Bisnis
A Financial Values ROI 2
B Strategic Values Strategic Match 3 4
Competitive Advantage 3 4
Competitive Response 2 3
Management Information for CSF 1 3
C Stakeholder Values Service and Quality 1 3
125
Agility, Learning, and Empowerment 2 2
Cycle Time 3 4
D Competitive Strategy Risk Business Strategy Risk 0 2
E Organizational Strategy Risk and Uncertainty
Business Organization Risk -1 1
Domain Teknologi
A Stakeholder Values Strategic I/T Architecture 3 3
B Competitive Strategy Risk I/T Strategy Risk -1 2
C
Organizational Strategy Risk and Uncertainty
I/T Definitional Uncertainty 0 1
I/T Technical and Implementation Risk -1 2
I/T Service Delivery Risk -1 1
Total Bobot Koorporasi Untuk Manfaat +20
Total Bobot Koorporasi Untuk Risiko -4
Tabel 4.14 Ringkasan Nilai dan Resiko Domain Bisnis dan Domain Teknologi
4.7.4 Skor Hasil Kuesioner
Ringkasan skor hasil kuesioner dengan sample sebanyak 10 orang dapat dilihat
pada tabel 4.15.
Skor untuk 10 sampel Total Skor
Rata – rata Pembulatan Skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Domain Bisnis A Strategic Values
Strategic Match 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 36 36 / 10 = 3.6 4 Competitive Advantage 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 37 37 / 10 = 3.7 4 Competitive Response 3 1 3 2 2 3 4 3 2 3 26 26 / 10 = 2.6 3 Management IS for CSF’s 3 2 2 3 5 3 3 3 4 3 31 31 / 10 = 3.1 3
B Stakeholder Values Service and Quality 3 3 3 2 1 3 4 3 3 3 28 28 / 10 = 2.8 3 Agility, Learning, and Empowerment 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 18 18 / 10 = 1.8 2 Cycle Time 4 3 4 3 3 4 3 4 4 4 36 36 / 10 = 3.6 4
C Competitive Strategy Risk Business Strategy Risk 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 15 15 / 10 = 1.5 2
D Organization Strategy Risk & Uncertainty Business Organization Risk 2 1 3 2 3 2 1 2 1 2 19 19 / 10 = 1.9 2
Domain Teknologi E Strategic Values
Strategic IT Architecture 3 4 3 3 5 3 4 3 4 3 35 35 / 10 = 3.5 4 F Competitive Strategy Risk
IT Strategy Risk 2 3 2 1 2 2 2 2 4 2 22 22 / 10 = 2.2 2 G Organization Strategy Risk & Uncertainty
IT Definitional Uncertainty 1 3 1 2 2 1 1 1 1 1 14 14 / 10 = 1.4 1 IT Technical and Implementation 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 16 16 / 10 = 1.6 2 IT Service Delivery 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 13 13 / 10 = 1.3 1
Tabel 4.15 Ringkasan Skor Hasil
126
4.7.5 Information Economics Scorecard
Setelah dilakukan perhitungan ROI dan analisis nilai dan resiko korporasi,
langkah selanjutnya adalah memasukkan hasil pembobotan dan skor hasil analisis ke
dalam Information Economics Scorecard pada tabel 4.16. Selanjutnya dari scorecard ini
akan diperoleh skor akhir dari sistem informasi EWS. Dari skor akhir inilah akan
ditentukan predikat dari investasi sistem informasi EWS.
Baris (factor) merupakan bobot dari setiap nilai dan resiko korporasi sedangkan
pada baris domain bisnis dan teknologi diisi dengan hasil kuesioner yang dibagikan.
Untuk angka dan kolom ROI diperoleh dari kertas kerja dampak ekonomis (Economic
Impact Worksheet). Weighted Value diperoleh dari bobot dikalikan dengan skor Business
Domain dan Technology Domain.
Weighted Score diperoleh dari penjumlahan semua nilai pada baris Weighted
Value dan akhirnya diperoleh skor akhir untuk sistem informasi EWS pada PT ADM.
Dari proses perhitungan, skor akhir yang didapatkan untuk sistem informasi EWS
sebesar 55.
127
Evaluator ROI Business Domain Technology Domain Weighted
Score
ROI SV SHV CSR ORU SV CSR ORU
SM CA CR MI SQ ALE CT BSR BOR SA TSR DU TIR SDR
(Factor) 2 3 3 2 1 1 2 3 0 -1 3 -1 0 -1 -1
Business Domain 0 4 4 3 3 3 2 4 2 1
Technology Domain
3 2 1 2 1
Weighted Value 0 12 12 6 3 3 4 12 0 -1 9 -2 0 -2 -1 55
Keterangan: ROI Measurement ROI = Return On Investment Business Domain Assessment Technology Domain Assessment SV SM CA CR MI SHV SQ ALE CT
= Strategic Values = Strategic Match = Competitive Advantage = Competitive Response = Management Information for CSF’s = Stakeholder Values = Service and Quality = Agility, Learning, Empowerment = Cycle Time
CSR BSR ORU BOR
= Competitive Strategy Risk = Business Strategy Risk = Organization Strategy Risk and Uncertainty = Business Organization Risk
SA TSR DU TIR SDR
= Strategic IT Architecture = IT Strategy Risk = IT Definitional Uncertainty = IT Technical and Implementation Risk = IT Service Delivery
Tabel 4.16 Information Economic Scorecard
128
129
Setelah diukur dengan menggunakan Information Economics Scorecard, dapat
diketahui tingkat domain bisnis dan domain teknologi pada sistem informasi EWS pada
PT ADM yang dapat dilihat pada tabel 4.16.
Dalam melakukan analisis terhadap dampak implementasi sistem informasi EWS
diperlukan suatu ukuran yang menjadi dasar penilaian. Tabel predikat ini berisi kelas-
kelas skor yang mengidentifikasikan baik buruknya suatu proyek teknologi informasi.
Ada lima kelas ukuran dalam tabel predikat, yaitu sangat kurang, kurang, cukup, baik,
dan sangat baik.
Skor yang Dicapai Predikat
76 - 100 Sangat Baik
51 - 75 Baik
26 - 50 Cukup
1 - 25 Kurang
-20 - 0 Sangat Kurang
Tabel 4.17 Predikat Aplikasi EWS
Dalam melakukan analisis terhadap dampak penerapan sistem informasi pada
satu proyek saja diperlukan ukuran yang menjadi dasar terhadap penilaian yang
dilakukan. Ukuran tersebut dirancang dengan memperhatikan skor tertinggi dan
terendah dari penilaian Information Economics. Untuk menentukan skor tertinggi dan
terendah dilakukan dengan cara:
1. Skor tertinggi akan dicapai apabila seluruh variabel manfaat (value) mencapai nilai
tertinggi (5) dan variabel resiko (risk) mencapai nilai terendah (0).
(5 x 20) + (0 x -4) = 100
2. Skor terendah akan dicapai apabila seluruh variabel manfaat (value) mencapai nilai
terendah (0) dan variabel resiko (risk) mencapai nilai tertinggi (5).
(0 x 20) + (5 x -4) = -20
129
130
3. Pembagian predikat berikutnya menggunakan perhitungan:
Total skor proyek (100+20) dibagi bobot skor penilaian (5), maka didapat nilai range
24. Nilai range (24) ini kemudian didistribusikan secara proporsional terhadap total
nilai skor 120, sehingga total diperoleh lima predikat skor proyek yaitu Sangat
Kurang, Kurang, Cukup, Baik, dan Sangat Baik.
Adapun penentuan pengukuran dengan menggunakan metode
penghitungan dengan skala Likert seperti gambar di bawah ini :
Gambar 4.24 Skala Likert
Dari garis skala Likert di atas, dapat dilihat bahwa nilai proyek sebesar 55. Hal
ini berarti investasi sistem informasi EWS pada PT ADM adalah baik sehingga dapat
dikatakan bahwa investasi ini merupakan investasi yang layak.
top related