bab 3 perancangan dan pembuatan turbin...
Post on 07-Apr-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
31
Bab 3
Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin
3.1 Perhitungan Daya pada Berbagai Kecepatan Angin
3.1.1 Menentukan Kecepatan Angin Nominal
Turbin angin yang akan dibuat dirancang untuk dapat memenuhi
kebutuhan energi rumah tangga, sehingga penempatannya diupayakan tidak jauh
dari daerah pemukiman. Turbin angin ini dirancang untuk penggunaan di
Indonesia yang memiliki kecepatan angin normal berkisar antara 0 sampai 12 m/s.
Kecepatan angin yang diambil sebagai kecepatan nominalnya adalah 5 m/s.
3.1.2 Perhitungan Daya Maksimum Rotor
Menurut aturan Betz, daya yang diserap turbin angin tidak akan melebihi
0,593 bagian dari daya total udara yang melalui area sapuan rotor. Sedangkan
untuk turbin angin tiga sudu koefisien dayanya sebesar 0,45. Tabel berikut
menunjukkan daya maksimum yang dapat diekstraksi oleh rotor dengan asumsi
tidak ada loses, tidak terjadi efek wake, tidak ada turbulensi, dan efek perubahan
luas area diabaikan.
Tabel 3.1 Daya rotor untuk diameter 3,5 meter pada berbagai kecepatan angin
32
Dari tabel tersebut terlihat bahwa untuk kecepatan angin 5 m/s, daya
maksimum yang dapat diekstraksi rotor adalah sebesar 436,59 Watt. Pada
kenyataannya nilai energi yang dapat diekstraksi lebih kecil dari nilai tersebut
karena faktor-faktor lain yang merpengaruh seperti adanya loses karena gesekan
antar komponen, efek wake yang terjadi, adanya turbulensi dan faktor lainnya.
3.2 Perancangan Rotor
3.2.1 Diameter Rotor
Penentuan diameter rotor dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa
parameter diantaranya besar daya yang ingin dihasilkan, rated wind speed, cut in
speed, dan pertimbangan lain yang berkaitan dengan keindahan, ketersediaan
lahan, dan lainnya.
Diameter yang dipilih untuk kecepatan angin nominal (rated wind speed) 5
m/s dan dengan asumsi tip speed ratio 7 adalah 3,5 m.
3.2.2 Tip speed ratio
Tip speed ratio adalah nilai perbandingan kecepatan sisi terluar (ujung)
rotor terhadap kecepatan angin. Nilai tip speed ratio berbeda untuk setiap jenis
turbin angin, seperti telah diperlihatkan pada gambar 2.7. Pada gambar 2.7,
diperlihatkan besar tip speed ratio yang memberikan nilai cp terbesar untuk turbin
angin 3 sudu adalah pada angka 7 atau sekitar 6,5 sampai 7,5.
3.2.3 Pemilihan Bahan untuk Komponen-Komponen Rotor
Sudu dibuat dari bahan dasar kayu. Pemilihan bahan dasar kayu
didasarkan pada pertimbangan kemudahan pembuatan dan massa jenis yang
ringan. Pada perancangan turbin angin ini diupayakan sekecil mungkin massa
elemen berputar untuk meminimalisir momen inersia yang terjadi. Momen inersia
yang besar akan menyebabkan respon rotor yang lambat terhadap angin, sehingga
cut in speed tinggi.
Bahan yang digunakan untuk membuat hub adalah logam, dapat berupa
logam ferrous maupun logam non-ferrous, misalnya baja karbon, stainless steel,
33
Aluminium, dll. Yang penting adalah hub mampu menahan beban statik dan
dinamik akibat tahanan rotor terhadap angin dan akibat putaran rotor.
Elemen yang menghubungkan sudu dengan flens hub dinamakan batang
sudu. Batang sudu ini juga berfungsi sebagai pengatur sudut pitch, yaitu sudut
kemiringan sudu terhadap bidang sapuan rotor. Batang sudu dibuat dari pipa baja
dengan profil persegi yang dilas dengan flens yang berbahan baja karbon.
3.2.4 Batasan Profil Airfoil Berdasarkan Keterbuatan
Untuk memudahkan pembuatan, bentuk airfoil yang dibuat diperlihatkan
pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Profil airfoil untuk penampang sudu
Dimana:
d0 = lebar sudu (chord), dihitung dengan menggunakan persamaan 2.20
d1 = lokasi titik puncak, diambil 25% dari lebar sudu awal
d2 = tinggi titik puncak, diambil 10% dari lebar sudu
d3 = tinggi arc leading edge, diambil 5% dari lebar sudu
d4 = lokasi mulai trailing edge, diambil 25% dari lebar sudu akhir
d5 = tinggi mulai trailing edge, diambil 2,5 % dari lebar sudu
Proses pembentukan kayu hingga mencapai bentuk yang diinginkan adalah
dengan pemesinan, yaitu dengan mereduksi bahan. Proses yang dilakukan
diantaranya adalah menggergaji, menyerut, dan mengampelas. Perkakas yang
digunakan untuk membentuk kayu memiliki keterbatasan, salah satunya sulit
membentuk cekungan. Atas pertimbangan tersebut maka profil airfoil dengan
garis lurus pada bagian bawah, untuk kemudahan produksi.
34
3.2.5 Pemilihan Bentuk Sudu
Terdapat variasi bentuk sudu turbin angin diantaranya bentuk sudu lurus,
bentuk sudu tirus, bentuk sudu tirus terbalik, dan bentuk sudu optimal. Bentuk
sudu optimal dipilih dengan beberapa keuntungan yang diperoleh diantaranya:
1. Memberikan nilai Cp yang terbesar
2. Nilai Chord yang besar pada root untuk memberikan nilai starting
torque yang besar
3. Chord mengecil pada ujung sudu untuk meminimalisir kebisingan
Sudut pitch dibuat seragam untuk kemudahan pembuatan. Pemilihan nilai
sudut pitch dilakukan dengan pertimbangan untuk memperoleh nilai Cp
maksimum dengan kondisi sudut pitch yang seragam.
3.2.6 Perancangan Geometri Sudu
Untuk membuat geometri sudu dengan bentuk yang optimal, dilakukan
pendekatan dengan menggunakan persamaan 2.20. Dengan mengambil nilai λ = 7,
kecepatan angin nominal 5 m/s, dan jarak antara stasiun 125 mm, hasil
perhitungan chord disajikan dalam tabel 3.2
Nilai Chord pada stasiun 1 adalah tak terhingga dan pada stasiun 2 adalah
930 mm, jika nilai chord pada stasiun 1, 2, 3, dan 4 diikuti, maka akan ada
beberapa kelemahan diantaranya adalah sudu tidak mungkin dibuat dengan nilai
ukuran tak terhingga (nilai chord pada stasuin 1), lebar bahan yang diperlukan
besar, dan banyak bahan yang akan terbuang. Hal ini mengurangi efisiensi
produksi dan mengurangi nilai estetika karena bentuk sudu menjadi tidak indah
dilihat, terlalu besar pada bagian pangkal. Ukuran sudu diperbaharui seperti
terlihat pada tabel.
Tabel 3.2 Distribusi lebar chord [10]
r (mm) stasiun C (mm) 0 1 ~
125 2 930 250 3 465 375 4 310 500 5 233
35
Tabel 3.2 (lanjutan)
r (mm) stasiun C(mm) 625 6 186 750 7 155 875 8 133 1000 9 116 1125 10 103 1250 11 93 1375 12 85 1500 13 78 1625 14 72 1750 15 66
Atas pertimbangan tersebut, maka lebar chord pada stasiun 1, 2, 3, dan 4
ditentukan bukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus, tetapi dengan
memilih nilai yang sesuai untuk pertimbangan estetika dan keterbuatannya.
Stasiun 3 dan 4 diberi nilai 240 mm menyesuaikan dengan dimensi bahan yang
tersedia.
Sudu mulai dibuat pada stasiun 3 hingga stasiun 15, sedangkan daerah
antara stasiun 1 dan stasiun 3 adalah batang sudu yang memiliki bentuk seragam
berupa pipa segi empat.
Gambar 3.2 Penampang badan sudu [10]
36
3.2.7 Nilai Sudut Pitch Optimum
Sudu dirancang dengan sudut pitch seragam untuk memudahkan
pembuatan. Permasalahan yang muncul ialah berapa sudut pitch yang akan
memberikan nilai torsi yang optimum. Torsi yang dihasilkan akan menentukan
berapa besar daya yang dihasilkan oleh turbin angin dengan kecepatan angin dan
putaran rotor tertentu.
Nilai torsi yang diberikan oleh setiap elemen sudu akan optimal jika setiap
elemen sudu berada pada sudut pitch yang memberikan rasio lift terhadap drag
paling besar. Rasio lift terhadap drag terbesar akan diperoleh pada sudut serang
tertentu bergantung pada profil airfoil yang digunakan.
Sudut pitch dapat dihitung pada setiap stasiun, menggunakan persamaan
2.21. Hasil perhitungan sudut pitch akan memberikan nilai yang berbeda pada
setiap stasiun, sudut pitch optimum untuk setiap stasiun diberikan pada tabel 3.3,
dengan nilai kecepatan angin 5 m/s, nilai tip speed ratio 7 dan sudut pitch untuk
semua stasiun dibuat seragam yaitu 5°.
Tabel 3.3 Sudut pitch optimum untuk setiap stasiun
No. Stasiun r (mm) Sudut Pitch β (derajat) 0 0,000 ~ 0 0,125 48,130 1 0,250 28,690 2 0,375 18,962 3 0,500 13,435 4 0,625 9,931 5 0,725 7,528 6 0,850 5,784 7 1,000 4,462 8 1,125 3,427 9 1,250 2,595 10 1,375 1,911 11 1,500 1,340 12 1,625 0,856 13 1,750 0,440
37
Dengan memberikan nilai 5° untuk sudut serang pada seluruh stasiun,
sudut pitch bervariasi. Nilai sudut pitch terbesar terjadi pada root atau pangkal
sudu yaitu sebesar 48,13° sedangkan sudut pitch yang terkecil berada pada ujung
sudu sebesar 0,44°
Dari rekomendasi dosen pembimbing, sudu kemudian dipotong pada
radius r = 0,875 atau 0,5R (pada tabel 3.3 berada pada stasiun 6). Sudu yang telah
dipotong terlihat seperti pada gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3 Sudu yang telah dipotong
Dengan pemotongan sudu menjadi 2 bagian, dapat diatur sudut pitch pada
masing-masing potongan sudu. Untuk menentukan sudut pitch pada masing
masing potongan sudu, diambil nilai rata rata sudut pitch yang terjadi sepanjang
bagian sudu yang terpotong.
Dari hasil perhitungan rata rata sudut pitch untuk masing masing potongan
sudu, diperoleh :
1. Potongan 1, β1 = 20°
2. Potongan 2, β2 = 2°
3.3 Perancangan dan Pembuatan Komponen Turbin Angin
Komponen-komponen turbin angin selain rotor tidak menjadi titik tekan
pada penelitian ini, sehingga perancangannya tidak sepenuhnya melalui langkah-
langkah teknik. Komponen yang lainnya dirancang untuk dibuat berdasarkan
aspek keterbuatan, namun untuk aspek kekuatan dan keamanan, analisis yang
dilakukan masih minim.
38
3.3.1 Rotor
Bagian-bagian yang penting membangun sebuah rotor adalah sudu, batang
sudu, hub, dan komponen lainnya. Yang dimaksud dengan komponen lainnya
dalam hal ini adalah hidung, mur dan baut, dan elemen counterbalance.
a. Sudu
Dari semua komponen yang membangun rotor, sudu adalah komponen
yang berkaitan langsung dengan proses konversi energi angin menjadi energi
mekanik rotasi rotor. Rotor memiliki 3 buah sudu yang dipasang pada posisi sudut
yang sama yaitu 120°.
Bahan sudu adalah kayu albasiah merah yang memiliki massa jenis yang
relatif ringan jika dibandingkan dengan jenis kayu yang lainnya. Tahapan proses
pemesinan sudu dapat dilihat pada gambar 3.3. Setelah sudu kayu jadi, dan
disambungkan dengan batang sudu, maka untuk selanjutnya dilapisi dengan cat
kayu, agar permukaan sudu menjadi halus (smooth) dan nilai estetikanya
bertambah.
Gambar 3.4 Tahapan pemesinan pada pembuatan sudu dan hasilnya
39
b. Batang sudu
Batang sudu berbahan dasar baja karbon rendah (ST-37), dibagi menjadi
tiga bagian yaitu batang sudu yang menempel pada hub, batang sudu yang
menempel pada pangkal sudu, dan batang sudu yang menyambung potongan
sudu.. Ketiga bagian batang sudu ini ditempelkan menggunakan mur dan baut
dengan bantuan flens yang dilas pada bagian yang harus disambung. Sambungan
ini dibuat agar sudut pitch dapat diatur dengan mudah.
c. Hub
Hub adalah bagian rotor yang berada di pusat rotasi. Hub dibuat dari pelat
baja ST-37 yang melalui proses pemesinan dan pengelasan sehingga
memungkinkan untuk dipasang pada poros generator. Hub juga harus
memungkinkan untuk dipasangi batang sudu dan bila perlu counterbalance.
Diameter hub dibuat sama dengan diameter generator yaitu 265 mm.
d. Hidung
Hidung diletakkan pada hub dengan bentuk hampir menyerupai setengah
bola. Hidung memiliki beberapa fungsi diantaranya mengurangi tahanan turbin
angin, melindungi komponen-komponen yang menempel pada hub, dan
memberikan nilai keindahan pada turbin angin.
Bentuk hidung yang menyerupai setengah bola menjaga agar aliran udara
yang menerpa hub tetap laminar atau setidaknya meminimalisir turbulensi yang
terjadi di sekitar hub. Bentuk hidung yang menutupi bagian depan hub juga
berfungsi sebagai pelindung komponen-komponen dalam hub dari pengaruh
cuaca.
Fungsi lain dari hidung adalah menambah nilai estetika pada turbin angin
dimana turbin angin akan tampak lebih aerodinamis dengan penambahan hidung
pada hub.
40
Gambar 3.5 Hub, hidung, dan pengatur sudut pitch [10]
3.3.2 Permanent Magnet Generator (PMG)
Generator sebagai komponen yang penting dalam rantai konversi energi
angin sudah semestinya dipilih sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan.
Generator yang digunakan untuk turbin angin dalam penelitian ini adalah
generator AC dengan magnet permanen atau disebut juga Permanen Magnet
Generator (PMG). PMG yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.4 Spesifikasi PMG Ginlong [8]
No Spesifikasi Keterangan
1 Trade mark GINLONG
2 Type GL-PMG-500A (500W)
3 Casing Aluminium alloy with TF/T6 heat treatment
4 Finishing Anodised and anti-corrosion painted
5 Shaft material stainless steel
6 Shaft bearing SKF or NSK bearings
7 Fasteners Stainless steel
8 Lamination stack Cold rolled steel
9 Rated windings temperature 180°C
10 Magnet material NdFeB (Neodynium Iron Boron)
11 Rated magnets temperature 150°C
12 Generator configuration 3 phase star connected AC output
41
Tabel 3.4 (lanjutan) No Spesifikasi Keterangan
13 Short circuit braking Capable 14 Prevention of electrical shock Class I for electrical safety
Karakteristik daya output terhadap putaran yang dihasilkan oleh PMG ini ditampilkan dalam grafik di bawah ini.
Gambar 3.6 karakteristik PMG Ginlong 500 W
3.3.3 Base dan Yaw mechanism
Base pada turbin angin ini adalah tempat menempelnya generator dan ekor
untuk mengarahkan turbin angin frontal terhadap arah datangnya angin. Turbin
angin harus memiliki kebebasan bergerak menggeleng (yawing) untuk
memastikan arah rotor selalu menghadap arah datangnya angin, sehingga perlu
mekanisme yang mendukung kebebasan bergerak turbin angin. Mekanisme yang
memberikan satu derajat kebebasan di arah menggeleng (yawing) dinamakan yaw
mechanism.
Bagian-bagian turbin angin yang turut bergerak sesuai dengan arah angin
adalah rotor dan semua bagiannya, generator, dan tentunya ekor yang memainkan
peran paling penting sebagai pengarah. Semua bagian-bagian tersebut
ditempelkan pada base, sedangkan base menempel pada tiang. Antara base dan
tiang dibuat lubang dan poros untuk memberi kebebasan bergerak. Pada
rancangan turbin angin ini tiang yang akan berfungsi sebagai porosnya dengan
menambahkan komponen poros sedangkan base dibuat memiliki lubang.
42
Bantalan yang digunakan pada pemasangan base pada tiang adalah sebuah
ball bearing dan sebuah roll bearing. Ball bearing hanya menahan beban radial
sedangkan roller bearing menahan beban radial sekaligus beban aksial yang
merupakan beban yang timbul dari berat turbin angin.
Gambar 3.7 Yaw mechanism antara poros tiang dan base [10]
3.3.4 Side Furling
Side furling adalah mekanisme pengaman turbin angin pada kecepatan
angin tinggi. Jika kecepatan angin sangat tinggi, ada beberapa bahaya yang
mengancam turbin angin diantarnya:
1. putaran rotor yang tinggi memberi gaya sentrifugal yang besar
2. putaran rotor yang tinggi menyebabkan vibrasi yang tinggi
3. angin yang besar menyebabkan gaya dorong yang besar pada struktur
karena alasan-alasan tersebut, perlu dibuat mekanisme pengaman turbin angin saat
terjadi kecepatan sangat tinggi.
Pada saat ini sudah ada beberapa cara yang dikembangkan untuk
mengatasi kecepatan angin yang terlampau tinggi diantaranya dengan
menggunakan mekanisme pengatur sudut pitch yang bekerja berdasarkan gaya
sentrifugal dan dengan menggunakan side furling.
43
Side furling dirancang dengan memberikan eksentrisitas pada sumbu rotasi
rotor. Artinya sumbu rotasi rotor tidak berpotongan dengan sumbu yaw
mechanism. Eksentrisitas ini diberikan agar ketika kecepatan angin cukup besar
dan gaya thrust yang terjadi juga besar maka turbin angin akan mendapat momen
dari gaya thrust dikalikan dengan jarak eksentrisitas yang diberikan.
Besarnya eksentrisitas yang diberikan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
1. pada kecepatan angin berapa turbin angin harus side furling
2. besarnya gaya pada ekor oleh kecepatan angin pada sudut tertentu
3. sudutnya yang diinginkan untuk side furling
faktor-faktor tersebut perlu diperhitungkan dengan beberapa kali iterasi agar
mendapat nilai eksentrisitas yang sesuai.
Jika nilai eksentrisitas terlampau tinggi maka turbin angin akan mengalami
side furling sebelum kecepatan angin kritis. Side furling yang terlalu dini
menimbulkan kerugian karena turbin angin tidak maksimal menyerap energi saat
side furling. Namun side furling yang terlambat akan membahayakan turbin
angin, artinya side furling terjadi setelah kecepatan angin lebih tinggi dari
kecepatan kritis dan dapat menyebabkan turbin angin mengalami kerusakan
sebelum melakukan side furling. Yang dimaksud dengan kecepatan angin kritis
dalam hal ini adalah kecepatan angin yang berpotensi menyebabkan kerusakan
pada turbin angin.
Side furling memerlukan perhitungan yang tidak sederhana. Pada
penelitian ini, penyusun tidak melakukan perhitungan detail untuk mendapatkan
nilai eksentrisitas, tetapi mengambil contoh dari turbin angin yang sudah ada yang
menggunakan metode side furling untuk memberi perlindungan pada turbin angin
pada kecepatan angin tinggi. Pada kesempatan yang lain, mekanisme ini perlu
diperhitungkan untuk mendapatkan nilai side furling yang sesuai, tidak terlampau
tinggi sehingga menyebabkan terjadinya side furling dini dan tidak terlampau
rendah sehingga menyebabkan keterlambatan respon side furling.
44
3.3.5 Ekor
Ekor selalu bergerak menjauhi arah datangnya angin, dengan demikian
pemasangan ekor di bagian belakang turbin angin mengakibatkan bagian rotor
yang berada di muka turbin angin akan selalu mendekati arah datangnya angin.
Ada beberapa variabel yang perlu dipertimbangkan untuk merancang ekor
diantaranya panjang ekor, luas permukaan sirip ekor, bobot ekor dan sistem
pemasangannya pada base.
Dalam penelitian ini, ekor dibuat sebagai trusses atau rangka yang tersusun
dari pipa persegi yang disambung dengan pengelasan. Panjang ekor yang umum
digunakan pada turbin angin yang sudah ada adalah sekitar setengah hingga sama
dengan diameter rotor turbin angin.
Gambar 3.8 ekor pada turbin angin
3.3.6 Sistem Pengereman
Sistem pengereman diberikan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah
melepaskan pin pengunci ekor sehingga ekor perpindah orientasi menjadi
menyamping yang akibatnya turbin angin mengarah menyamping terhadap arah
angin sehingga putaran rotor berkurang. Tahap kedua adalah dengan short circuit.
Kabel-kabel kutub generator dihubungkan secara langsung menyebabkan
terjadinya arus pendek. Arus pendek ini menyebabkan generator memberi momen
yang arahnya melawan arah putaran rotor.
Bagaimana perubahan posisi ekor mengurangi putaran ditunjukkan oleh
gambar 3.9 berikut:
45
Arahangin
Gambar 3.9 Mekanisme pengereman dengan mengubah posisi ekor
Rotor turbin angin akan berputar dan mencapai performa yang maksimum
jika arah angin sejajar dengan arah sumbu rotasi rotor. Pada posisi tersebut sudut
yang dibentuk antara sumbu rotor dan arah angin adalah nol sehingga luas daerah
sapuan rotor maksimum terhadap arah angin karena fluks angin yang melalui area
sapuan rotor maksimum. Namun pada saat posisi rotor menyamping arah angin,
tidak terjadi konversi energi oleh rotor karena luas area sapuan rotor dapat
dikatakan nol terhadap arah angin. Hal ini karena sudut yang dibentuk oleh sumbu
rotor dan arah angin adalah 90° (nilai cos 90° adalah nol). Artinya tidak ada fluks
angin yang melalui area sapuan rotor.
Tahap kedua pengereman adalah dengan melakukan hubungan arus
pendek atau short circuit. Cara pengereman ini dengan menghubungkan kabel
kutub generator secara langsung. Arus pendek ini sangat besar dan menyebabkan
timbulnya medan induksi elektromagnet yang besar pada generator yang arahnya
melawan arah induksi magnet permanen. Medan induksi yang dihasilkan
menimbulkan momen yang besar dan arahnya melawan arah rotasi rotor. Cara
short circuit ini tidak selalu cocok untuk generator, namun generator yang
digunakan pada penelitian ini memiliki kapabilitas untuk hal tersebut.
3.3.7 Data Komponen
Komponen yang terlibat dalam perakitan turbin angin diberikan pada tabel
3.5 sebagai berikut:
46
Tabel 3.5 Daftar komponen turbin angin
Bagian Komponen ukuran Bahan Jumlah
sudu Kayu dilapisi cat 3
batang sudu 1 ST-37 3
batang sudu 2 ST-37 3
mur-baut M6 Baja 36
mur-baut M10 Baja hitam 12
skrup M10 3
hub ST-37 1
hidung aluminium 1
rotor
mur M24 Baja 1
Base dural 1
generator 1
bearing radial stainless steel 1
bearing aksial stainless steel 1
mur M25 Baja 1
nacelle pelat baja ST-37 1
skrup M5 5
badan
dudukan ekor ST-37 1
ekor 1 ST-37 1
ekor 2 ST-37 1
sirip ekor pelat baja 1
mur baut 8
ekor
pin 2
pipa Baja Karbon medium 3
poros yaw ST-37 1 tiang
kabel baja
3.3.8 Perakitan Turbin Angin
Perakitan turbin angin dilakukan dengan tahapan seperti terlihat pada
gambar 3.10. Gambar tersebut adalah diagram alir proses perakitan turbin angin
47
secara garis besar. Hal-hal yang mendalam tidak disampaikan dan sangat
berkaitan dengan kemampuan operator/penguji.
mulai
Memasanggenerator pada
base
Memasangdudukan ekor
pada base
Memasang ekor 2pada ekor 1
Memasang siripekor pada ekor 2
Memasang sudupada batang sudu
1
Memasang basedan bearing pada
poros yaw
Memasang batangsudu 2 pada hub
Memasang sudupada hub
(mengeset sudutpitch)
Memasang ekorpada dudukan
ekor
Memasangcounter balance
pada hub
Memasang basepada poros tiang
Memasang rotorpada generator
Memasang hidungpada rotor
selesai
Gambar 3.10 Diagram alir proses perakitan turbin angin
top related