bab 3 mps and child survival indonesia
Post on 09-Aug-2015
44 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tiga Komponen Utama Kegiatan KIBBLA
Manajemen Program Kesehatan Rencana Kerja berdasarkan Strategi MPS
Penyiapan Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas Peran Serta Mobilisasi dan Masyarakat
Bab 3
Strategi MPS menjelaskan cara dan misi untuk mencapai apa yang diinginkan. Sedangkan District Team Problem Solving (DTPS) merupakan metoda untuk menyusun rencana kerja dan upaya mencapai visi tersebut. Yang juga tak kalah pentingnya adalah kegiatan advokasi MPS yang dilakukan sejak tahap orientasi hingga penetapan angaran sehingga Kegiatan KIBBLA dipahami dan didukung sepenuhnya oleh para pembuatan keputusan dan penentu alokasi anggaran.
Strategi MPS menjelaskan cara dan upaya atau kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, dimana harus ada pelaku yang akan melaksanakan cara tersebut dan sasaran yang akan memperoleh manfaat.
Diagram 3 pada Bab 2 halaman 15, memaparkan hubungan dan interaksi diantara komponen utama yang berlandaskan Tiga Pesan Kunci MPS. Dengan demikian, strategi MPS untuk mewujudkan Indonesia Sehat 2010, dapat membawa hasil seperti yang diharapkan apabila Tiga Komponen Utama Kegiatan KIBBLA telah ada secara utuh dan siap berfungsi.
Tiga Komponen Utama Kegiatan KIBBLA yang terkait dengan Strategi MPS :(1) Manajemen program kesehatan (management)(2) Tenaga terampil dan fasilitas kesehatan yang berkualitas (supply)(3) Mobilisasi masyarakat (demand)
Diagram 4: Interaksi dan koordinasi Tiga Komponen Utama KIBBLA
Lingkaran besar menunjukkan ruang lingkup, cakupan dan sumberdaya masing-masing komponen. Sedangkan bidang yang tumpang-tindih (overlapping) menunjukkan area kontribusi dan ketergantungan (dependency) antar elemen dan pusat dari ketiga lingkaran yaitu area koordinasi antar komponen.
Strategi MPS merupakan acuan bagi sistem manajemen kesehatan untuk mengatur pelaksanaan program dan upaya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan dengan sumber daya yang tersedia.
17
Pengguna Pemberi
ManajemenInter-dependency koordinasi
1. MANAJEMEN PROGRAM KESEHATAN
Depatemen Kesehatan merupakan penanggung jawab dan pengelola program kesehatan di tingkat pusat yang mengatur dan mengelola program kesehatan nasional. Sedangkan khusus untuk Kegiatan KIBBLA, Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan Direktorat Bina Kesehatan Anak, memegang peran kunci bagi pelaksanaan dan keberhasilan program.
Sesuai dengan pendekatan integratif, kordinatif dan komprehensif maka direktorat ini bekerjasama dengan program dan sektor terkait lainnya. Departemen Kesehatan RI juga telah membentuk Kelompok Kerja MPS di berbagai jenjang sistem administrasi pemerintahan yang kemudian akan membentuk Tim Terpadu MPS sebagai pelaksana fungsi manajemen MPS di tingkat pusat dan daerah seperti yang ditampilkan di dalam tabel berikut.
Tabel 1 : Tim Terpadu MPS & Child Survival
Tingkat InstansiPusat Departemen Kesehatan RI
Direktorat Jenderal di lingkungan Depkes Biro Perencanaan dan Anggaran Kelompok Kerja Nasional MPS & Child Survival Kelompok Kerja Teknis MPS & Child Survival Diklat
BKKBNDepdagri – Ditjen PMDBappenasKementerian Pemberdayaan PerempuanRumah Sakit Umum Pusat NasionalOrganisasi dan Kolegium Profesi KesehatanKonsosium Kesehatan NasionalJaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan ReproduksiBadan Kesehatan DuniaInternational Coperative and Donor Agencies
Provinsi Dinas Kesehatan Provinsi: Pengelola Kegiatan KIBBLA Yankes Promkes P2M Gizi Bagian Perencanaan/Sunram Yanfar Surveilens
Rumah Sakit Provinsi : UPF Departemen Kebidanan & Kandungan UPF Departemen Kesehatan Anak Instalasi Gawat Darurat UTD Rumah Sakit/Bank darah
Dinas/Badan Kependudukan
18
Tingkat InstansiFakultas Kedokteran (bila ada)/Lembaga Pendidikan KesehatanPusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS)Organisasi Profesi Kesehatan di Provinsi (POGI, IDAI, IBI, PPNI)Organisasi Pemberdayaan Perempuan/KeluargaLembaga Kesehatan Internasional/Cooperative and Donor AgencyBappeda Provinsi, PMDLSM KesehatanMitra strategis setempat yang diperlukan
Kabupaten /Kota Dinas Kesehatan Kabupaten/kota : Pengelola Kegiatan KIBBLA Yankes Promkes P2M Gizi Bagian Perencanaan/Sunram Yanfar Surveilens
Rumah Sakit Kabupaten : Unit Pelayanan Kebidanan & Kandungan Unit Pelayanan Kesehatan Anak Instalasi Gawat Darurat UTD Rumah Sakit/Bank darah
Dinas/Badan KependudukanOrganisasi Profesi Kesehatan di KabupatenInstitusi Pelatihan Klinik tingkat KabupatenBappeda Kabupaten/Kota, PMDLSM KesehatanMitra strategis setempat yang diperlukan
Kecamatan Puskesmas Pimpinan Puskesmas Pelaksana Pelayanan KIA
Camat dan Kepala DesaLSM Kesehatan/Komisi KesehatanFasilitator atau kader kesehatanTokoh Masyarakat
Pada era pra-desentralisasi, Departemen Kesehatan Republik Indonesia merupakan pusat manajemen organisasi dan sistem kesehatan, sedangkan Kantor Wilayah adalah perwakilan pusat di daerah yang berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan.
Sedangkan pada era desentralisasi, Departemen Kesehatan mengatur sistem dan program kesehatan secara nasional dan Dinas Kesehatan menjalankan fungsi manajerial di tingkat provinsi dan kabupaten. Proses manajerial unit-
19
unit fungsional pelayanan kesehatan dilaksanakan pada tingkat fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Pembantu hingga ke unit-unit pelayanan kesehatan di tingkat komunitas atau masyarakat.
1.1. Manajemen Tingkat Pusat
Pengaturan dan pelaksanaan otoritas Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Jenderal terkait dalam mengelola Kegiatan KIBBLA dilaksanakan sebagai berikut: Menetapkan strategi MPS sebagai strategi untuk meningkatkan akses
dan kualitas pelayanan serta menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita
Merekomendasikan jalan menuju keselamatan (pathway to survival) dan paket terpadu intervensi berdasarkan bukti (evidence-based intervention integrated package) sebagai acuan dalam menentukan jenis dan prioritas kegiatan
Menyusun menu-menu dan komponen pendukung penanggulangan masalah KIBBLA
Menetapkan pendekatan District Team Problem Solving sebagai metode acuan untuk perencanaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan strategi MPS
Mendeskripsikan kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan strategi MPS
Menjalin kemitraan lintas program dan sektor Menggalang keterpaduan (integration), koordinasi (coordination) dan
kelengkapan (comprehensiveness) dengan semua pengampu (stakeholders) dalam pelaksanaan strategi MPS di berbagai jenjang yang ada di dalam sistem pelayanan kesehatan
Menentukan goal, standar dan mekanisme untuk mencapai tujuan program MPS yaitu penyelematan Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita yang akan ditunjukkan dengan pencegahan kesakitan dan kematian kelompok rentan risiko tersebut diatas dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal dan Indeks Pembangunan Manusia
Mengupayakan ketersediaan sumberdaya dan dana, termasuk advokasi ke badan legislatif dan eksekutif di berbagai jenjang sistem pemerintahan dalam upaya pengalokasian sumberdaya dan dana bagi pelaksanaan strategi MPS di masing-masing daerah (provinsi, kabupaten dan kota)
Memberikan bantuan teknis bagi provinsi, kabupaten dan kota dalam membuat rencana upaya perbaikan akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi
Diseminasi evaluasi hasil pelaksanaan dan perbaikan pelaksanaan strategi MPS
Mengembangkan dan menyusun sistem pemantauan, penyeliaan atau bimbingan dan evaluasi pelaksanaan pembuatan rencana dan pelaksanaan strategi MPS
1.2. Manajemen Tingkat Provinsi
20
Untuk manajemen Kegiatan KIBBLA di tingkat provinsi dan kabupaten, lakukan langkah-langkah seperti yang diuraikan dibawah ini: Pastikan keberadaan dan kesiapan Kelompok Kerja atau Tim Terpadu
MPS sebagai pengelola Kegiatan KIBBLA Lakukan orientasi dan diseminasi MPS bagi para pembuat keputusan
bahwa strategi MPS bertujuan untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan serta menurunkan angka kesakitan dan kematian Ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita melalui kemitraan antar program, sektor dan masyarakat
Mengaplikasikan jalan menuju keselamatan (pathway to survival) dan paket terpadu intervensi berdasarkan bukti (evidence-based intervention integrated package) sebagai acuan dalam menentukan jenis dan prioritas kegiatan
Menterjemahkan menu-menu dan komponen pendukungnya ke dalam rencana pelaksanaan strategi MPS untuk menanggulangi masalah KIBBLA di tingkat provinsi dan membantu perencanaan tingkat kabupaten/ kota
Mengaplikasikan pendekatan District Team Problem Solving untuk menyusun perencanaan dan pelaksanaan kegiatan strategi MPS pada tingkat provinsi
Menerapkan kebijakan dan langkah-langkah bagi pelaksanaan strategi MPS di provinsi dan agar dapat dijadikan acuan bagi pelaksanaan strategi di kabupaten
Menggalang keterpaduan (integration), koordinasi (coordination) dan kelengkapan (comprehensiveness) dengan semua pengampu (stakeholders) dalam pelaksanaan strategi MPS di berbagai jenjang yang ada di dalam sistem pelayanan kesehatan
Aplikasi goal, standar dan mekanisme untuk mencapai tujuan program MPS dengan mengacu pada Standar Pelayanan Minimal dan Indeks Pembangunan Manusia untuk kegiatan di tingkat provinsi dan membantu perencanaan dan pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota
Mengupayakan ketersediaan sumberdaya dan dana yang bersumber dari APBN dan APBD
Memberikan bantuan teknis bagi kabupaten dan kota dalam membuat rencana upaya perbaikan akses dan kualitas pelayanan KIBBLA
Memanfaatkan informasi evaluasi hasil pelaksanaan dan perbaikan pelaksanaan strategi MPS di tingkat provinsi dan kabupaten/kota
Mengembangkan dan menyusun sistem pemantauan, penyeliaan atau bimbingan dan evaluasi pelaksanaan pembuatan rencana dan pelaksanaan strategi MPS pada tingkat provinsi, kabupaten dan kota
1.3. Manajemen Tingkat Kabupaten/Kotamadya:
Seperti yang terlihat pada Strategi dan Menu Utama Kegiatan Program Kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita, pada level provinsi dan kabupaten/kota, manajemen program kesehatan melalui perencanaan dan pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan fasilitasi dari Dinas Kesehatan Provinsi melalui District Team Problem Solving (DTPS) KIBBLA.
21
Langkah-langkah dan upaya yang akan dilakukan pada tingkat Kabupaten/Kota adalah sama dengan yang dilakukan pada tingkat provinsi. Yang berbeda hanyalah area kerja dan cakupan program, yaitu dilaksanakan pada tingkat dan bagi masyarakat Kabupaten/Kota. Selain itu, pengalokasian dana juga diperoleh dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota. Fasilitasi manajemen tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh Tim Terpadu Provinsi.
2. RENCANA KERJA BERDASARKAN STRATEGI MPS
Langkah-langkah penyusunan rencana kerja sebagai berikut:
Merencanakan penerapan langkah pemecahan masalah (Rencana) Implementasi solusi yang terpilih (Implementasi) Ikuti atau cermati, apakah solusi sudah menunjukkan hasil (Kaji) Buat keputusan apakah implementasi akan diperluas, melakukan
modifikasi atau pilih solusi lain untuk diuji (Aksi)
WHO telah mengembangkan metoda perencanaan Kegiatan KIBBLA dan dikenal sebagai District Team Problem Solving (DTPS). Pada awalnya, metoda ini disebut dengan DTPS-MPS. Setelah melalui serangkaian proses perbaikan dan penambahan materi (kesehatan anak, jaminan ketersediaan komoditas dan obat, penyesuaian bahasa program menjadi nomenklatur anggaran) dan ujicoba di berbagai kabupaten/kota maka paket metoda ini diubah sesuai menjadi DTPS KIBBLA
Beberapa pertimbangan dalam menyusun perencanaan:
Memahami masalah kesehatan yang harus ditanggulangi dan target yang akan dicapai
Mengupayakan ketepatan penyusunan rencana dan memilih solusi yang mampu laksana dengan menggunakan sumberdaya dan regulasi anggaran yang tersedia
Menggalang kebersamaan dan keterpaduan lintas program dan sektor sejak tahap perencanaan
Meningkatkan motivasi, komitmen dan dukungan terhadap solusi masalah
2.1. Garis besar penyusunan Rencana Kerja Kesehatan dengan DTPS
Perencanaan dibuat untuk percepatan penurunan angka kematian Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak Balita berdasarkan Strategi MPS dan mempertahankan kegiatan rutin dengan dukungan dana APBD
Difokuskan untuk pemecahan terhadap masalah yang berkaitan dengan penyebab utama kematian Ibu, Bayi Baru Lahir, Bayi, dan Anak Balita
Dilaksanakan oleh:- Tim Terpadu Lintas Program dan Lintas Sektor terkait- Semua anggota tim harus berkontribusi aktif dan nyata
Berdasarkan data dan solusi efektif (evidence based):- Kelengkapan data, terutama tentang kematian ibu, BBL dan
Balita
22
- Validasi (kebenaran data)
2.2. Perencanaan dengan metode DTPS
Proses penyusunan rencana kegiatan KIBBLA melalui pendekatan tim perencanaan kabupaten yang merupakan suatu proses pemecahan masalah. Pendekatan ini akan sangat membantu pengelola Kegiatan KIBBLA untuk dapat memecahkan masalah di kabupaten dalam upaya percepatan penurunan AKI,AKB, dan AKBAL.
Tujuan :
Tersusunnya draft dokumen perencanaan dan anggaran KIBBLA Menyiapkan bahan atau materi untuk advokasi program dan
pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan KIBBLA
2.3. Tahapan DTPSProses DTPS terdiri dari : 3 tahap
1. Orientasi: Pelaksanaan : 1 hari di tingkat provinsi Tujuan :
Memahami masalah dan strategi KIBBLA Memahami proses perencanaan DTPS KIBBLA Memahami grand Strategi nasional strategi MPS secara
khusus
2. Lokakarya Perencanaan : Pelaksanaan : 2 minggu setelah orientasi, waktu 5 hari. Tujuan :
Menghasilkan analisis situasi KIBBLA berdasarkan data kabupaten/kota
Menghasilkan analisis masalah KIBBLA kab/kota Memilih prioritas masalah kesehatan, solusi dan kegiatannya Menghasilkan perhitungan rencana kebutuhan anggaran
sesuai dengan peraturan perundang-undangan Menghasilkan draft dokumen perencanaan dan
penganggaran pelayanan KIBBLA
3. Tindak Lanjut Pelaksanaan : segera setelah lokakarya DTPS KIBBLA sampai
RKA-SKPD disetujui. Tujuan :
Menghasilkan dokumen perencanaan dan anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Tersedianya materi untuk advokasi Disetujuinya Kegiatan KIBBLA sebagai program prioritas
pada RKPD, kebijakan umum anggaran, PPAS dan RKA-SKPD.
23
Tahapan lengkap DTPS mengacu pada Seri Panduan Perencaan DTPS KIBBLA
24
Keberhasilan Penyusunan dan Realisasi Rencana Kerja dengan metode DTPS sangat tergantung dari:
Kelengkapan data Kemampuan analisis data Kerjasama tim Kemampuan fasilitator Advokasi
3. PENYIAPAN PELAYANAN KESEHATAN YANG BERKUALITAS
Tenaga pelayanan dan fasilitas kesehatan merupakan komponen baku penyelenggaraan pelayanan kesehatan, tetapi dinilai belum siap dan layak untuk memberikan standar pelayanan yang ditetapkan.
Sedangkan pelaksanaan Program MPS membutuhkan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien dan purnawaktu oleh petugas kesehatan yang kompeten. Masyarakat dapat berperan-serta dalam ketersediaan tenaga dan sarana kesehatan, tetapi tanggung-jawab utama adalah pemerintah. Ketersediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan konsekuensi dari pemenuhan aspek akses dan kualitas pelayanan pada diagram 1, seperti yang disebutkan pada strategi pertama MPS.
Untuk menyiapkan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan, lakukan hal-hal berikut ini: Ketersediaan tenaga kesehatan terampil dan kualitas infrastruktur
pada fasilitas pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas dan Pustu, Pondok Bersalin Desa)
Koordinasi dengan unsur terkait (Departemen Kesehatan, Organisasi Profesi, Jaringan Pelatihan Klinik) untuk mengetahui tingkat kompetensi dari petugas kesehatan dan perhatikan akreditasi manajemen dan teknis fasilitas kesehatan yang ada
Dana atau pembiayaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu, upaya perbaikan kinerja institusi kesehatan dan mutu pelayanan
Ketersediaan institusi dan organisasi mitra (pusat pelatihan klinik, organisasi profesi, lembaga pelatihan manajemen/perbaikan kinerja) bagi penentuan kualifikasi tenaga kesehatan dan perbaikan mutu pelayanan.
Standar Operasinal fasilitas pelayanan dengan regulasi yang berlaku:a. Strategi dan regulasi RS PONEK 24 jam (Ditjen Yan Medik
Depkes RI dan Pengelolaan Badan Layanan Umum sebagai Aset Daerah)
b. Strategi dan regulasi Puskesmas PONED (Ditjen Yan Medik, Ditjen Binkesmas, Bagian Sarana dan Perlengkapan, dan Pengelolaan BLU Fasilitas Kesehatan milik Pemda)
Tarif Jasa dan Belanja bagi Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Kualitas Pelayanan bagi
Masyarakat Miskin
25
Tabel 2 : Jenis dan Peran Fasilitas Kesehatan sebagai tempat pelayanan dan pusat pendidikan
Jenis Fasilitas Pelayanan PelatihanRumah Sakit Provinsi Pelayanan 1-3
Pusat Rujukan PropinsiPusat Pelatihan Klinik Sekunder
Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
Pelayanan 1-2/3 Pusat Pelatihan Klinik Primer
Puskesmas/Polindes/BPS Pelayanan 1 Fasilitas Praktik Klinik
Catatan :
Pelayanan 1: Penilaian Dasar, Stabilisasi, Evaluasi Medik, Pertolongan Persalinan,
Perawatan Pasca-persalinan, Kontrasepsi dan Pengamatan LanjutanPelayanan 2:
Pelayanan 1 ditambah dengan penatalaksanaan komplikasi, pelayanan rujukan
Pelayanan 3: Pelayanan 1, 2 ditambah dengan penatalaksanaan komplikasi berat
dan upaya rehabilitatif / rekonstruktif , pelayanan rujukan
26
Diagram 5. Penyiapan Fasilitas kesehatan menjadi Pusat Pelayanan dan Pendidikan
Kajian Kebutuhan Pelayanan KIA
Kriteria Seleksi Fasilitas Pelayanan: Perlu pelayanan KIA berkualitas tinggi Banyaknya jumlah kasus yang ditangani Dukungan stakeholder atau pemilik fasilitas
Pengumpulan data tentang sumberdaya dan kinerja fasilitas pelayanan
Kunjungan langsung untuk verifikasi data dan validasi seleksi tempat pelayanan
Pemantapan hasil seleksi dan memastikan dukungan stakeholder atau pemilik
Seleksi staf klinik atau petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan penyiapan tempat
Kriteria seleksi: Petugas di seksi atau
ruang yang terkait dengan manajemen dan pemberian pelayanan di fasilitas
Pelaksana KIA Rekomendasi atasan
Latihan Penyiapan Tempat (Site Preparation Training)
Penerapan standar kinerja, praktik terbaik dan pengorganisasian pelayanan
Kriteria seleksi: Petugas pelaksana KIA
difasilitas pelayanan Praktisi KIA Rekomendasi atasan
Seleksi staf klinik atau petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan klinik KIA
Pelatihan klinik KIA
Kualifikasi Petugas dan Akreditasi Tempat Pelayanan
Pelatihan Keterampilan Melatih dan Pemantapan Sistem Menjaga Mutu
Kualifikasi Pelatih dan Akreditasi Fasilitas Pelayanan sebagai Institusi Pelatihan Klinik
27
3.1. Penyediaan tenaga terampil dan fasilitas kesehatan yang berkualitas
Langkah-langkah penyiapan pelayanan yang berkualitas:
Menyiapkan tenaga dan melengkapi sarana pelayanan di fasilitas kesehatan (RSU, Puskesmas, dan Polindes) termasuk pasokan peralatan dan instrumen untuk menyelenggarakan program MPS
Membentuk satuan kerja atau tim pelaksana, menyepakati peran dan tanggung-jawab dari setiap unsur yang terkait
Menyiapkan Sistem, Mekanisme Kerja (termasuk Baku Prosedur Klinik atau Standard Operating Procedure) dan keterpaduan berbagai jenjang sarana pelayanan kesehatan, mulai dari tingkat di Provinsi hingga ke tingkat desa.
Mengelola Pelayanan, Standar Kinerja Indivual dan Institusional bagi penyediaan pelayanan
Memantau secara berkala dan melakukan evaluasi hasil pelayanan yang akan digunakan sebagai upaya jaga mutu dan masukan bagi perbaikan kinerja
Untuk menjamin kelancaran proses dan kualitas pelayanan, diperlukan koordinasi antar departemen atau unit terkait.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam koordinasi internal adalah:
Peralatan dan medikamentosa Mutu pelayanan dan sumberdaya yang tersedia Sistem kerja dan pengakuan terhadap prestasi petugas Jaminan pasokan terhadap kebutuhan peralatan dan bahan Kelengkapan peralatan dan kebutuhan pasokan Sistem jaga dan pemeliharaan mutu pelayanan Kebijakan dan prosedur pengelolaan peralatan dan bahan yang
diperlukan Ketersediaan biaya bagi penyelenggaraan pelayanan bermutu dan
tanggap terhadap kebutuhan dana bagi perbaikan kinerja dan sarana
28
Diagram 6 : Model Pelayanan Integratif KIBBLA Berdasarkan Bukti di Berbagai Jenjang Sistem Pelayanan
Strategi Making Pregnancy Safer & Child Survival
Standar Pelayanan dan Kompetensi Petugas Kesehatan:1) Asuhan Persalinan Normal2) Pelayanan Obstetri Neonatal
Emergensi Dasar3) Asuhan Pascakeguguran4) Pencegahan Infeksi5) Komunikasi inter-ersonal/Konseling6) Pelayanan KIA Terkini (MNH
Update) 7) Penyiapan dan Akreditasi Fasilitas
Pelayanan8) Penyeliaan Fasilitatif9) Jaminan Kualitas Pelayanan dan
Pelatihan (Continuous Quality Improvement System)
Paket Pelayanan
Terpadu Praktik Terbaik/
Asuhan Efektif (Berdasarkan
Bukti) KIA
Ditjen BinkesmasYanmedPromkes
P2MBiro Perencanaan &
AnggaranMeneg PP
RSUPNOrganisasi Profesi
Institusi Pendidikan Kesehatan
Organisasi Masyarakat Kesehatan
WHO Donor Agencies
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik ( Representasi POGI, IDAI/UKK Perinatologi, PERINASIA, IDI, IBI, PPNI, IAKMI)P2KTDiklat/SDM DepkesFakultas KedokteranAkademi BidanAkademi Keperawatan
10)Manajemen Terpadu Bayi Muda11)Manajemen Terpadu Balita Sakit12)Teknologi Kontrasepsi Terkini13)Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir14)Manajemen BBLR
Pelatihan Berdasarkan Kompetensi (CBT), Penyeliaan Fasilitatif
PONEK, PONED, Sub-Spesialistik
Praktik Terbaik Asuhan dan
Prosedur Klinik KIA di Level RS Rujukan 2 & 3
Rumah Sakit ProvinsiDinkes Provinsi
Pusat Pelatihan Klinik Sekunder
TOT/Penyelia
Pelatihan Berdasarkan Kompetensi (CBT), Penyeliaan Fasilitatif PONEK, PONED, APN, APK, Rawat Intensif, Rekonstruksi, KB, KIP/K
Praktik Terbaik Asuhan dan
Prosedur Klinik KIA di Level RS Rujukan 1 & 2
Rumah Sakit Kabupaten/ Kota
Dinkes Kabupaten Pusat Pelatihan Klinik PrimerKualifikasi Petugas Kesehatan
Akreditasi Teknis Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Bimbingan Teknis
Pelatihan Berdasarkan Kompetensi (CBT), Penyeliaan Fasilitatif , Teknis Manajemen Pelayanan dan Peran Serta Masyarakat dalam Program Kesehatan (Posyandu)APN, PONED, PPGD, MTBS/MTBM, KIP/K, Penyeliaan Fasilitatif, KB, Manajemen Asfiksia BBL, Manajemen BBLR
Praktik Terbaik Asuhan dan
Prosedur Klinik KIA di Level Pelayanan
Dasar
Puskesmas
Kepala PuskesmasDinkes Kabupaten
Jaringan Pelayanan dan Pelatihan P2KP di Kecamatan
Kualifikasi & AkreditasiSupervisi/Jaminan MutuPraktik Klinik/Magang
Sistem Rujukan
Persalinan Bersih dan AmanPertolongan Pertama Gawatdarurat
Stabilisasi dan Rujukan Optimalpada pelayanan dengan pendekatan Tim
Puskesmas Pembantu
Kepala Puskesmas IndukKepala Puskesmas Pembantu
Bidan KordinatorBidan Terlatih dan BerkualifikasiPetugas Kesehatan TerlatihKader dan Masyarakat Terlatih
Persalinan Bersih dan AmanPertolongan Pertama Gawatdarurat
Stabilisasi dan Rujukan Optimalpada pelayanan dengan pendekatan penolong tunggal
Pondok Bersalin Desa
Masyarakat SiagaMobilisasi Masyarakat (Tabulin dan Dasolin), BPCR, Donor Darah, Transportasi Rujukan, Pengenalan Tanda Bahaya dan Siaga Mencari Pertolongan
Pos Pelayanan Terpadu dan Masyarakat Rumah Tangga/Keluarga
29
Siaga
30
3.2. Model Sistem Pelayanan Terpadu
Pada setiap jenjang pelayanan sebaiknya ditentukan model sistem pelayanan terpadu yang melibatkan setiap unsur terkait untuk membentuk jaringan pelayanan yang lengkap.
Pada tingkat provinsi komponen dan peran masing-masing komponen adalah:
Dinas Kesehatan Provinsi sebagai penanggung jawab program kesehatan di tingkat provinsi untuk menerjemahkan rencana nasional pembangunan bidang kesehatan disesuaikan dengan kondisi provinsi yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif
Rumah Sakit Provinsi atau Fasilitas Rujukan Tersier untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat provinsi
Pusat Pelatihan Klinik tingkat Provinsi (P2KS) sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan. Tugas utama P2KS adalah menyiapkan tenaga pelatih tetapi jika P2KP belum berfungsi, pelaksanaan pelatihan klinik untuk tenaga kesehatan dilakukan P2KS
Untuk pelatihan Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR dan MTBM/MTBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan organisasi profesi
Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti RS Kabupaten/Kota, Puskesmas, Pustu, Polindes atau Rumah Bersalin/BPS) sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang bila diperlukan akan merujuk pasien ke Rumah Sakit Rujukan
Fasilitas kesehatan swasta dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat merupakan mitra strategis bagi akses dan kualitas pelayanan
Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri
Pada tingkat kabupaten/kota komponen dan peran masing-masing komponen adalah:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program kesehatan yang telah ditentukan secara nasional disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif
Rumah Sakit Kabupaten/Kota atau Fasilitas Rujukan Sekunder untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif
31
Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat provinsi
Pusat Pelatihan Klinik tingkat Kabupaten/Kota (P2KP) sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan. Tugas utama P2KP adalah melaksanakan pelatihan klinik tenaga kesehatan (service provider)
Untuk pelatihan Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen BBLR dan MTBM/MTBS dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan organisasi profesi
Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti Puskesmas, Pustu, Polindes atau Rumah Bersalin/BPS sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang kemudian (bila diperlukan) akan merujuk pasien yang bermasalah ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota
Fasilitas kesehatan swasta dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri
Pada tingkat kecamatan komponen dan peran masing-masing komponen adalah:
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program kesehatan yang telah ditentukan secara nasional dan disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif
Puskesmas untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan/atau menstabilisasi pasien sebelum dirujuk
Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat kecamatan
Pelatih atau instruktur klinik di fasilitas praktik klinik P2KP sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan.
Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti Pustu, Polindes atau Rumah Bersalin/BPS sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang kemudian (bila diperlukan) akan merujuk pasien yang bermasalah ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota
Fasilitas kesehatan swasta dan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri
Pada tingkat desa komponen dan peran masing-masing komponen adalah:
32
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab program kesehatan yang telah ditentukan secara nasional dan disesuaikan dengan kondisi Kabupaten/Kota yang bersangkutan terutama program yang bersifat promotif dan preventif
Polindes atau Balai Pengobatan untuk penanggulangan masalah kesehatan yang bersifat kuratif dan/atau menstabilisasi pasien sebelum dirujuk
Organisasi Profesi berperan sebagai pelaksana utama program kesehatan di tingkat desa
Pelatih atau instruktur klinik di fasilitas praktik klinik P2KP sebagai mitra dalam meningkatkan kapasitas teknis dan manajemen klinik tenaga kesehatan.
Jaringan pelayanan kesehatan dan pelatihan klinik (fasilitas kesehatan untuk praktik klinik atau magang seperti BPS sebagai pemberi pelayanan kesehatan dasar atau lanjutan yang kemudian (bila diperlukan) akan merujuk pasien yang bermasalah ke Rumah Sakit Kabupaten/Kota
Masyarakat sebagai pengguna sistem pelayanan kesehatan dan pengenalan dini masalah kesehatan di tingkat masyarakat itu sendiri
3.3. Pengembangan keterampilan melalui pelatihan klinik
Keberhasilan suatu intervensi atau praktik terbaik sangat tergantung dari kompetensi atau kualifikasi petugas pelaksana. Pada keadaan tertentu dapat terjadi perbaikan baku medis yang akan mengubah pula standar pelayanan. Untuk penyegaran/perbaikan kinerja dan kompetensi petugas, sebaiknya dilakukan pelatihan ulang agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.
Langkah-langkah dalam pelatihan manajemen pelayanan dan keterampilan klinik adalah:
Mengindentifikasi fasilitas kesehatan yang petugasnya perlu mendapat pelatihan atau perbaikan kapasitas teknis (lihat diagram 3, halaman 26)
Mengkaji hasil pelatihan dari P2KS/P2KP untuk perbaikan kinerja pascapelatihan
Melakukan koordinasi dengan P2KS/P2KP untuk menentukan jenis dan waktu pelatihan untuk perbaikan kinerja (lihat diagram 5, halaman 28)
Memastikan biaya pelatihan telah sesuai dengan standar biaya pelatihan Depkes yang memenuhi standar mutu pelatihan CBT yang disusun oleh Depkes bekerjasama dengan profesi dan JNPK
Melaksanakan pelatihan sesuai dengan jadwal yang telah disepakati dan melakukan pemantauan/penyeliaan kualitas manajemen pelatihan, termasuk fasilitas praktik klinik untuk pencapaian kompetensi klinik
Menggunakan laporan kegiatan pelatihan untuk menilai pencapaian tujuan pelatihan
Melakukan koordinasi dengan P2KS/P2KP untuk melakukan penyeliaan fasilitatif pascapelatihan dan penentuan kualifikasi petugas kesehatan serta akreditasi teknis fasilitas pelayanan.
33
Membuat ketetapan, hanya tenaga kesehatan dengan kompetensi dan kualifikasi tertentu yang dapat melakukan pelayanan kesehatan yang ada di dalam menu, intervensi terpadu dan peraturan perundang-undangan atau regulasi yang ada.
Melakukan pemantauan implementasi hasil pelatihan atau praktik terbaik di fasilitas pelayanan.
4. PERAN SERTA DAN MOBILISASI MASYARAKAT
Saat ini, AKI, AKB dan AKBAL di Indonesia masih menempati peringkat teratas di antara Negara-negara di kawasan Asia Tenggara.. World Health Organization menyatakan bahwa penyebab kematian ibu di berbagai Negara berkembang (termasuk Indonesia) disebabkan oleh Tiga Terlambat, yaitu terlambat untuk mengenali masalah ibu dan mengambil keputusan untuk mendapatkan pertolongan; terlambat mencapai tempat rujukan kesehatan yang sesuai; dan terlambat memperoleh penanganan adekuat di fasilitas kesehatan rujukan. Oleh karena itu peran serta dan pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan.
4.1. Pemberdayaan Masyarakat
Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan pemberdayaan masyarakat:
Mengidentifikasi, menumbuhkan potensi dan sumberdaya yang ada di masyarakat
Menggunakan dan membudayakan prinsip gotong-royong
Melakukan kerjasama berdasarkan kesamaan kebutuhan dan manfaat yang mungkin akan diperoleh dari kerjasama tersebut
Meningkatkan pengetahuan atau kemampuan intelektual masyarakat yang dipadukan dengan pemberdayaan kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita, baik secara individual dan kelompok masyarakat
Menggalang kemitraan dengan LSM dan Ormas terkait yang potensial
4.2 Masyarakat Mampu Melaksanakan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
P4K dengan Stiker :
P4K adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi, yang merupakan suatu kegiatan dalam rangka peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan suatu persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, serta menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir.
Tujuan : Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu
hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan serta membantu terlaksananya persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
34
komplikasi dan tanda bahaya kehamilan serta persalinan bagi ibu sehingga melahirkan bayi dengan aman, selamat dan sehat.
Terdatanya sasaran ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K dirumah ibu hamil
Untuk melaksanakan kegiatan P4K mengacu pada Buku Pedoman Praktis P4K.
Kehamilan dan persalinan dapat direncanakan dan kematian dapat dihindarkan
Seorang calon ibu mempunyai cukup waktu untuk memperoleh informasi tentang kesehatan dan hak-hak reproduksi. Kebutuhan pokok kehamilan dan persalinan, adalah:
Kestabilan jiwa bagi ibu hamil dan bersalin, Kecukupan nutrisi atau kebutuhan fisik bagi ibu hamil, Pemeriksaan dan terjaganya kesehatan, Perlindungan suami/keluarga terhadap gangguan kondisi psikis dan
fisik ibu hamil/bersalin Adanya akses bagi pertolongan kondisi gawat-darurat kehamilan
atau persalinan.
4.3 Penggunaan buku KIA
Buku Kesehatan ibu dan Anak barisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Catatan pelayanan kesehatan anak meliputi : pemeriksaan neonatus, pemberian imunsasi, pemberian vitamin A, anjuran pemberian rangsangan perkembangan dan nasihat pemberian makan serta catatan penyakit dan masalah perkembangan.
35
top related