askep obtruksi ileus
Post on 03-Jun-2018
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
1/26
LAPORAN PENDAHULUAN
OBSTRUKSI ILEUS
Disusun oleh:
Yosep Pratama
NIM: 4006130028
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DHARMA HUSADA
BANDUNG
2013/2014
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
2/26
LAPORAN PENDAHULUAN
OBSTRUKSI ILLEUS
A. DEFINISIObstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001). Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang
menyebabkan terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal
(Reeves, 2001). Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang
menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau
fungsional (Tucker, 1998). Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan
tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau
tindakan. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi
usus (Sabara, 2007).
B. ETILOGI1. Illeus Obstruktif / Maekanik
a. Adhesi ( Perlekatan Usus Halus ) merupakan penyebab tersering illeusobstruktif, sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bias disebabkan oleh
riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi
intraabdominal. Obstruksi yang disebbkan oleh adhesi berkembang 5%
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
3/26
dari pasien yang mengalami oprasi abdominal dalam hidupnya.
Perlengketan konginetal juga dapat menimbulkan illeus obstruktif pada
anak.
b. Hernia inkaserata eksternal (iguinal, femoral, umbilkal, isisional, atuaparastomal) merupakan terbanyak ke dua penyebab ileus obstruksi, dan
merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak memiliki riwayat
operasi abdomen.
c. Neoplasma. Tumor usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,sedangkan tumor metastase atau intaabdomen dapat menyebabkan
obstruksi melalui kompresi eksternal.
d. Intususpensi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskemia terhadapbagian usus yang mengalami intususpensi. Tumor, polip atau pembesaran
limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal intususpensi.
e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi skunder hingga inflamasiakut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
f. Volvus sering disebabkan karena Adhesi atau kelainan konginetal, sepertimalrotasi usus. Vovus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
g.
Batu empedu yang masuk ke illeus. Inflamasi yang berat dari kantong
empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus
halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal.
Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau pada katup ileocaecal yang menyebabkan
obstruksi.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
4/26
h. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskemia, inflamasi,terapi radiasi, atau trauma operasi.
i. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususpensi, ataupenumpukan cairan.
j. Benda asing seperti bezoar.Penyebab illeus obstruktif ( Ansari, 2007)
LOKASI PENYEBAB
Kolon
Tumor (umumnya di kolon kiri),
diverticulitis (umumnya dikolon sigmoid),
volvulus di sigmoid atau sekum, fekalit,
penyakit HIschprug.
Duodenum
Dewasa Kanker di duodenum atau kepala pancreas
ulkus,
Neonates Atresia, vovulus, adhesi
Jejunum &
ileum
Dewasa Hernia, adhesi, tumor, benda asing,
divertikulum Meckel, penyakit Crohn,
ascariasis, vovulus, intususepsi karena
tumor.
Neonates Ileusmekonium, vovulus, atresia,
intrausepsi
2. Illeus Paralitika. Kimia, elektrolit, atau gangguan mineral (seperti turunnya kadar
potassium)
b. Komplikasi bedah intraabdominalc. Cedera/penurunan suplai darah ke daerah abdominal
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
5/26
d. Infeksi intra abdominale. Penyakit ginjal dan paruf. Penggunaan obat-obat tertentu, seperti narkotik
Pada anak, ileus paralitik mungkin terkait dengan bakteri, virus,
atau keracunan makanan (gastroenteritis) yang sebagian diasosiasikan
dengan peritonitis/apendisitis. Ileus dapat ditandai dengan adanya distensi
abdomen disertai nyeri perut, bising usus pada onset dan gambaran air-
fluid levels pada radiologi. Penatalaksanaan ileus dapat berupa dekompresi
nasogastrik atau penggunaan agen prokinetik seperti cisapride atau
erytrhomicin.
C. PATOFISIOLOGIIleus non mekanis dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen,
peritonitis, sepsis dll, sedang ileus mekanis disebabkan oleh perlengketan
neoplasma, benda asing, striktur dll. Adanya penyebab tersebut dapat
mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan
dlm lumen usus. Adanya akumulasi isi usus dapat menyebabkan gangguan
absorbsi H20 dan elektrolit pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20
dan natrium, selanjutnya akan terjadi penurunan volume cairan ekstraseluler
sehingga terjadi syok hipovolemik, penurunan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan hipotensi. Akumulasi cairan juga mengakibatkan distensi dinding
usus sehingga timbul nyeri, kram dan kolik. Selain itu juga distensi dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Selanjutnya terjadi iskemik
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
6/26
dinding usus, kemudian terjadi nekrosis, ruptur dan perforasi sehingga terjadi
pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan
sirkulasi sistem. Pelepasan bakteri dan toksin ke peritoneum akan menyebabkan
peritonitis septikemia. Akumulasi gas dan cairan dalam lumen usus juga dapat
menyebabkan terjadinya obstruksi komplet sehingga gelombang peristaltik dapat
berbalik arah dan menyebabkan isi usus terdorong ke mulut, keadaan ini akan
menimbulkan muntah-muntah yang akan mengakibatkan dehidrasi. Muntah-
muntah yang berlebihan dapat menyebabkan kehilangan ion hidrogen & kalium
dari lambung serta penurunan klorida dan kalium dalam darah, hal ini merupakan
tanda dan gejala alkalosis metabolik.
D. GEJALA KLINISAdapun gejala klinis dari obstruksi usus yaitu :
1. Peregangan abdomen.2. Nyeri (biasanya menyerupai kejang dan di pertengahan abdomen, terutama
daerah paraumbilikalis).
3. Muntah (bila obstruksi terjadi pada usus halus bagian atas, maka muntah akanlebih sering terjadi dibandingkan dengan obstruksi yang terjadi pada ileum
atau usus besar).
4. Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntahempedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada tinggi
terdengar pada interval singkat), Gejala berkembang dengan cepat; nyeri
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
7/26
parah, terus menerus dan terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten;
biasanya bising usus menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologia. Foto polos abdomen
Dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus) memperlihatkan
dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan udara atau
gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
b. Pemeriksaan radiologi dengan Barium EnemaMempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan obstruksi usus halus.
Pengujian Enema Barium terutama sekali bermanfaat jika suatu obstruksi
letak rendah yang tidak dapat pada pemeriksaan foto polos abdomen. Pada
anak-anak dengan intussuscepsi, pemeriksaan enema barium tidak hanya
sebagai diagnostik tetapi juga mungkin sebagai terapi.
c. CTScan.Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CTScan akan mempertunjukkan secara
lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan
peritoneum. CT
Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
8/26
kedalam pembuluh darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat
dan lokasi dari obstruksi.
d. USGPemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.
e. MRIWalaupun pemeriksaan ini dapat digunakan, tetapi tehnik dan kontras
yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan
untuk mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
f. AngiografiAngiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis
adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.
2. Pemeriksaan laboratoriumLeukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi. Analisa gas darah dapat mengindikasikan
asidosis atau alkalosis metabolic. ( Brunner and Suddarth, 2002 )
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
9/26
F. DIAGNOSIS / KRITERIA DIAGNOSIS1. Pemeriksaan Radiologik
Secara klinik obstruksi ileus umumnya mudah ditegakkan. 90% obstruksi ileus
ditegakkan secara tepat hanya dengan berdasarkan gambaran klinisnya saja.
Pada foto polos abdomen, 60--70% dapat dilihat adanya peleharan usus dan
hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid level. Walaupun pemeriksaan
radiologi hanya sebagai pelengkap saja, pemeriksaan sering diperlukan pada
obstruksi ileus yang sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan
obstruksinya pada masa pra-bedah.
Beberapa tanda radiologik yang khas untuk obstruksi ileus adalah :
a. Pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar, penebalan valvulaeconiventes yang memberi gambaran fish bone appearance.
b. Pengumpulan cairan. dengan gambaran khas air-fluid level. Padaobstruksi yang cukup lama, beberapa air fluid level memberikan gambaran
huruf U terbalik.
2. KonservatifPenderita dirawat di rumah sakit. Penderita dipuasakan, Kontrol status airway,
breathing and circulation. Dekompresi dengan nasogastric tube.Intravenous
fluids and electrolyte. Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
10/26
3. MedicationsAntibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe. Analgesic
apabila nyeri.
4. SurgeryBila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di
perhatikan :
a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.b. Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
c. Apakah ada risiko strangulasi.Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus
yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka
kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi
angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4 macam (cara)
tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.
1) Koreksi sederhana (simple correction).Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus
dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan
oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
2) Tindakan operatif by-pass.Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
11/26
3) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempatobstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.
4) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosisujung-ujung usus untuk mempertahan kankontinuitas lumen usus,
misalnya pada carcinomacolon,invaginasi strangulata, dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena
keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-
mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus
dan anastomosis.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS1. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit :2. Terapi Na+, K+, komponen darah3. Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial4. Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler5. Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
6. Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.7. Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi kronik,
ileus paralitik atau infeksi.
8. Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
12/26
9. Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.10.Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi usus
dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
H. KOMPLIKASI1. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehingga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
2. Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi terlalu lama pada organintra abdomen.
3. Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dancepat.
4. Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.(Brunner and Suddarth, 2001)
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
13/26
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian1. Identitas
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
dan gaya hidup.
2. Riwayat Kesehatana. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada
umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya
biasanya terus menerus, demam, nyeri tekan dan nyeri lepas, abdomen
tegang dan kaku.
b. Riwayat kesehatan sekarangMengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan,
dikaji dengan menggunakan pendekatan PQRST :
P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
Q : Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau
terus- menerus (menetap).
R : Di daerah mana gejala dirasakan
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
14/26
S : Keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric
1 s/d 10.
T : Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan
memperingan keluhan.
c. Riwayat kesehatan dahuluApakah klien sebelumnya pernah mengalami penyakit pada sistem
pencernaan, atau adanya riwayat operasi pada sistem pencernaan.
d. Riwayat kesehatan keluargaApakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama
dengan klien.
3. Pemeriksaan fisika. Status kesehatan umum
Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, bagaimana penampilan pasien
secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, sikap
dan perilaku pasien terhadap petugas, bagaimana mood pasien.
b. Sistem pernafasanPeningkatan frekuensi napas, napas pendek dan dangkal
c. Sistem kardiovaskulerTakikardi, pucat, hipotensi (tanda syok)
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
15/26
d. Sistem persarafanTidak ada gangguan pada sistem persyarafan
e. Sistem perkemihanRetensio urine akibat tekanan distensi abdomen, anuria/oliguria, jika syok
hipovolemik
f. Sistem pencernaanDistensi abdomen, muntah, bising usus meningkat, lemah atau tidak
ada, ketidakmampuan defekasi dan flatus.
g. Sistem muskuloskeletalKelelahan, kesulitan ambulansi
h. Sistem integumenTurgor kulit buruk, membran mukosa pecah-pecah (syok)
i. Sistem endokrinTidak ada gangguan pada sistem endokrin
j. Sistem reproduksiTidak ada gangguan pada sistem reproduksi
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
16/26
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin munculAdapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus
obstruksi adalah sebagai berikut : (Doenges, M.E. 2001 dan Wong D.L)
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yangtidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomen.4. Gangguan pola eliminasi: konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitas
usus.
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
C. Intervensi keperawatan1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake yang
tidak adequat dan ketidakefektifan penyerapan usus halus
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan cairan
dan elektrolit terpenuhi.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
17/26
Kriteria hasil :
a. Tanda vital normal (N:70-80 x/menit, S: 36-37 C, TD : 110/70 -120/80mmHg).
b. Intake dan output cairan seimbangc. Turgor kulit elasticd. Mukosa lembabe. Elektrolit dalam batas normal (Na: 135-147 mmol/L, K: 3,5-5,5 mmol/L,
Cl: 94-111 mmol/L).
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan cairan pasien2. Observasi tanda-tanda vital
3. Observasi tingkat kesadarandan tanda-tanda syok
4. Observasi bising usus pasientiap 1-2 jam
5. Monitor intake dan outputsecara ketat
6. Pantau hasil laboratoriumserum elektrolit, hematokrit
7. Beri penjelasan kepadapasien dan keluarga tentang
tindakan yang dilakukan:
pemasangan NGT dan
puasa.
8. Kolaborasi dengan medikuntuk pemberian terapi
intravena
1. Mengetahui kebutuhan cairan pasien.2. Perubahan yang drastis pada tanda-tanda
vital merupakan indikasi kekurangan
cairan.
3. kekurangan cairan dan elektrolit dapatmempengaruhi tingkat kesadaran dan
mengakibatkan syok.
4. Menilai fungsi usus5. Menilai keseimbangan cairan6. Menilai keseimbangan cairan dan
Elektrolit
7. Meningkatkan pengetahuan pasien dankeluarga serta kerjasama antara perawat-
pasien-keluarga.
8. Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolitpasien.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
18/26
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengangangguan absorbsi nutrisi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi
teratasi.
Kriteria hasil :
a. Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.b. Berat badan stabil.c. Pasien tidak mengalami mual muntah.Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Tinjau faktor-faktor individual yangmempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis : status
puasa, mual, ileus paralitik setelah
selang dilepas.
2. Auskultasi bising usus; palpasiabdomen; catat pasase flatus.
3. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaandiet dari pasien. Anjurkan pilihan
1. Mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Menentukan kembalinya peristaltik( biasanya dalam 2-4 hari ).
3. Meningkatkan kerjasama pasiendengan aturan diet. Protein/vitamin
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
19/26
makanan tinggi protein dan vitamin
C
4. Observasi terhadap terjadinya diare;makanan bau busuk dan berminyak.
5. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik,
mis: proklorperazin (Compazine).
Antasida dan inhibitor histamin,
mis: simetidin (tagamet).
C adalah kontributor utuma untuk
pemeliharaan jaringan dan
perbaikan.Malnutrisi adalah fator
dalam menurunkan pertahanan
terhadap infeksi.
4. Sindrom malabsorbsi dapat terjadisetelah pembedahan usus halus,
memerlukan evaluasi lanjut dan
perubahan diet, mis: diet rendah
serat.
5. Mencegah muntah. Menetralkanatau menurunkan pembentukan
asam untuk mencegah erosi
mukosa dan kemungkinan ulserasi.
3. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan distensi abdomenTujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola nafas menjadi
efektif
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
20/26
Kriteria hasil :
Pasien memiliki pola pernafasan: irama vesikuler, frekuensi : 18-20x/menit
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: P, TD, N, S
2. Kaji status pernafasan: pola,frekuensi, kedalaman.
3.
Kaji bising usus pasien
4. Tinggikan kepala tempat tidur 40-60 derajat
5. Observasi adanya tanda-tandahipoksia jaringan perifer: cianosis.
1. Perubahan pada pola nafas akibatadanya distensi abdomen dapat
mempengaruhi peningkatan hasil
TTV.
2. Adanya distensi pada abdomen dapatmenyebabkan perubahan pola nafas.
3. Berkurangnya/hilangnya bising ususmenyebabkan terjadi distensi
abdomen sehingga mempengaruhi
pola nafas.
4. Mengurangi penekanan pada paruakibat distensi abdomen.
5. Perubahan pola nafas akibat adanyadistensi abdomen dapat menyebabkan
oksigenasi perifer terganggu yang
dimanifestasikan dengan adanya
cianosis.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
21/26
6. Monitor hasil AGD
7. Berikan penjelasan kepadakeluarga pasien tentang penyebab
terjadinya distensi abdomen yang
dialami oleh pasien
8. Laksanakan program medicpemberian terapi oksigen
6. Mendeteksi adanya asidosisrespiratorik.
7. Meningkatkan pengetahuan dankerjasama dengan keluarga pasien.
8. Memenuhi kebutuhan oksigenasiPasien
4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan disfungsi motilitasusus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola eliminasi
kembali normal.
Kriteria hasil :
Pola eliminasi BAB normal: 1x/hari, dengan konsistensi lembek, BU normal :
5-35 x/menit, tidak ada distensi abdomen.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat frekuensi, warna dankonsistensi feces
1. Mengetahui ada atau tidaknyakelainan yang terjadi pada eliminasi
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
22/26
2. Auskultasi bising usus
3. Kaji adanya flatus
4. Kaji adanya distensi abdomen
5. Berikan penjelasan kepada pasiendan keluarga penyebab terjadinya
gangguan dalam BAB
6. Kolaborasi dalam pemberian terapipencahar (Laxatif)
fekal.
2. Mengetahui normal atau tidaknyapergerakan usus.
3. Adanya flatus menunjukanperbaikan fungsi usus.
4. Gangguan motilitas usus dapatMenyebabkan akumulasi gas di
dalam lumen usus sehingga terjadi
distensi abdomen.
5. Meningkatkan pengetahuan pasiendan keluarga serta untuk
meningkatkan kerjasana antara
perawat-pasien dan keluarga.
6. Membantu dalam pemenuhankebutuhan eliminasi
5. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomenTujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam rasa nyeri teratasi
atau terkontrol
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
23/26
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan penurunan ketidaknyamanan; menyatakan nyeri pada
tingkat dapat ditoleransi, menunjukkan rileks.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV: N, TD, HR, P tiapshift
2. Kaji keluhan nyeri, karakteristikdan skala nyeri yang dirasakan
pesien sehubungan dengan adanya
distensi abdomen
3. Berikan posisi yang nyaman: posisisemi fowler
4. Ajarkan dan anjurkan tehnikrelaksasi tarik nafas dalam saat
merasa nyeri
5. Anjurkan pasien untukmenggunakan tehnik pengalihan
1. Nyeri hebat yang dirasakan pasienakibat adanya distensi abdomen
dapat menyebabkan peningkatan
hasil TTV.
2. Mengetahui kekuatan nyeri yangdirasakan pasien dan menentukan
tindakan selanjutnya guna
mengatasi nyeri.
3. Posisi yang nyaman dapatmengurangi rasa nyeri yang
dirasakan pasien
4. Relaksasi dapat mengurangi rasanyeri
5. Mengurangi nyeri yang dirasakanpasien.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
24/26
saat merasa nyeri hebat.
6. Kolaborasi dengan medic untukterapi Analgetik
6. Analgetik dapat mengurangi rasaNyeri
6. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.Tujuan :
Kecemasan teratasi.
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakit saat ini dan
mendemonstrasikan keterampilan koping positif.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1. Observasi adanya peningkatankecemasan: wajah tegang, gelisah
2.
Kaji adanya rasa cemas yang
dirasakan pasien
3. Berikan penjelasan kepada pasiendan keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan sehubungan dengan
keadaan penyakit pasien
1. Rasa cemas yang dirasakan pasiendapat terlihat dalam ekspresi wajah
dan tingkah laku.
2.
Mengetahui tingkat kecemasan
pasien.
3. Dengan mengetahui tindakan yangakan dilakukan akan mengurangi
tingkat kecemasan pasien dan
meningkatkan kerjasama
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
25/26
4. Berikan kesempatan pada pasienuntuk mengungkapkan rasa takut
atau kecemasan yang dirasakan.
5. Pertahankan lingkungan yangtenang dan tanpa stres.
6. Dorong dukungan keluarga danorang terdekat untuk memberikan
support kepada pasien
4. Dengan mengungkapkankecemasan akan mengurangi rasa
takut/cemas pasien
5. Lingkungan yang tenang dannyaman dapat mengurangi stress
pasien berhadapan dengan
penyakitnya
6. Support system dapat menguranirasa cemas dan menguatkan pasien
dalam memerima keadaan sakitnya.
-
8/12/2019 ASKEP OBTRUKSI ILEUS
26/26
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume
Kedua. Edisi Kedelapan. Jakarta : EGC.
Nettina, Sandra M. (2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan
dkk. Ed. 1. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Volume Pertama. Edisi Keenam. Jakarta : EGC.
Joanne & Gloria. 2004.Nursing Intervension Classification Fourth Edition. USA
: Mosby Elsevier
Kowalak, Welsh, Mayer. 2011. Buku Ajar PATOFISIOLOGI. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008.Nursing Outcomes Classification Fourth
Edition. USA : Mosby Elsevier
T. Heather Herdman. 2011. NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2009-2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
top related