askep ileus obstruktif

26
Asuhan keperawatan pada klien ileus obstruktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60- 70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendisitis akut. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis. Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia. Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan waktu kritis serta

Upload: furkon-nurhakim

Post on 14-Aug-2015

1.036 views

Category:

Documents


41 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep ileus obstruktif

Asuhan keperawatan pada klien ileus obstruktif

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar belakang

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang

bukan appendisitis akut. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah

adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi

obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh

kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana

merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi

usus (Sabara, 2007). Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia

didiagnosa ileus (Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-

400.000 menderita ileus setiap tahunnya (Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada

7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif  tanpa hernia yang dirawat inap dan

7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen

Kesehatan Indonesia.

Terapi ileus obstruksi biasnya melibatkan intervensi bedah. Penentuan

waktu kritis serta tergantung atas jenis dan lama proses ileus obstruktif.  Operasi

dilakukan secepat yang layak dilakukan dengan memperhatikan keadaan

keseluruhan pasien.

B.     Tujuan penulisan

Berdasarkan rumusan permasalahan, maka makalah ini bertujuan untuk:

1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan ileus obstruksi.

2.      Memiliki intelektual dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien dengan ileus obstruksi.

BAB II

ISI

Page 2: Askep ileus obstruktif

A.    Konsep penyakit

1.      Defenisi

Ileus obstruktif adalah obstruksi usus akibat dari penghambatan motilitas

usus yang dapat ditimbulkan oleh banyak penyebab.

Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)

aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan

kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat

karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru

mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang

memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin

tetap hidup.

obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran

normal melalui saluran pencernaan atau parsial yang menghalangi aliran normal

melalui saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus.

2.      Etiologi

Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh antara lain:

1.      Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:

a.       Benda asing yang tertelan. Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda

asing yang telah lolos melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak

akan mengalami kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi

setelah operasi.

b.      Bezoars mungkin merupakan faktor.

c.       Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.

d.      Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula  cholecystenteric.

e.       Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan material

makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian bawah. Pada kasus

ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah mengalami operasi pada daerah

lambung.

f.       Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum

mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur.

2.      Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari

adanya lesi pada dinding usus halus.

Page 3: Askep ileus obstruktif

a.       Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.

b.      Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan obstruksinya

sebagian atau parsial.

c.       Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang laur

biasa.

d.      Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila di

induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory agen,  dan

terapi iradiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih atau

kanker cerviks.

e.       Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien

yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis yang

dibutuhkan.

f.       Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang menyebabkan

obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus halus yang disebabkan

oleh lymphoma dan jarang adenocarsinoma.

g.      Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker ovarium,

dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen usus halus.

h.      Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan membentuk kepala

dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya akan menyebabkan ileus

obstruktif.

i.        Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada umumnya

adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan abdomen, walaupun

diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat menjadi penyebab ileus

obstruktif.

3.      Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang paling

umum atau sering:

a.       Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering

meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus

dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana. Adesi ini dapat

menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara akut dan

kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal

dilakukan.

Page 4: Askep ileus obstruktif

b.      Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.

c.       Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan keseluruhan

usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak hanya dapat

menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya iskemia dan kematian.

d.      Hernia dapat menyebabkan obstruksi.

3.      Tanda dan gejala

a.       Pasien dengan suatu obstruksi mekanik pada umumnya datang dengan keluhan

sakit/nyeri abdomen, muntah, konstipasi absolut, dan distensi abdomen dalam

berbagai tingkatan. Tanda-tanda peritonitis yang mengarah kepada perforasi usus

sebagai akibat iskemia dan tidak dapat dibedakan dengan peritonitis oleh

penyebab lain misalnya perforasi intra abdominal.

b.      Pada pasien dengan suatu obstruksi sederhana yang tidak melibatkan pembuluh

darah, sakit cenderung menjadi kolik yang pada awalnya ringan, tetapi semakin

lama semakin meningkat, baik dalam frekuensi atau derajat kesakitannya. Sakit

mungkin akan berlanjut atau hilang timbul. Pasien sering berposisi knee-chest,

atau berguling-guling. Pasien dengan peritonitis cenderung kesakitan apabila

bergerak.

c.       Muntah adalah suatu tanda awal pada obstruksi letak tinggi atau proksimal.

Bagaimanapun, jika obstruksi berada di distal usus halus, muntah mungkin akan

tertunda. Pada awalnya muntah berisi semua yang berasal dari lambung, yang

mana segera diikuti oleh cairan empedu, dan akhirnya muntah akan berisi semua

isi usus halus yang sudah basi.

d.      Hipovolemia dan kekurangan elektrolit dapat terjadi dengan cepat kecuali jika

pasien mendapat cairan pengganti melalui pembuluh darah (intravena). Derajat

tingkat dan distribusi distensi abdominal dapat mencerminkan tingkatan

obstruksi. Pada obstruksi letak tinggi, distensi mungkin minimal. Sebaliknya,

distensi pusat abdominal cenderung merupakan tanda untuk obstruksi letak

rendah.

e.       Pada anak-anak dengan intussuscepsi, nyeri kolik adalah temuan klasik. Sakit

yang muncul secara tiba-tiba, berlangsung beberapa menit kemudian memudar,

dan normal kembali. Muntah merupakan hal yang luar biasa. Konstipasi adalah

suatu temuan khas, walaupun terkadang ditemukan campuran darah dan lendir

Page 5: Askep ileus obstruktif

seperti selai merah, yang mana merupakan pathognomonis untuk suatu

intussuscepsi.

4.      Klasifikasi

5.      Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama,

tanpa memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab

mekanik atau fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik,

paralitik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik

mula-mula diperkuat kemudian intermiten akhirnya hilang.

Limen usus yang tersumbat profesif akan terenggang oleh cairan dan gas.

Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak

obstruksi mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan

peningkatan distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan

penurunan tekanan vena dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus

dan kehilangan cairan menuju ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan

bakteri dan toksin dari usus, bakteri yang berlangsung cepat menimbulkan

peritonitis septik ketika terjadi kehilangan cairan yang akut maka kemungkinan

terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika

terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian.

6.      Pemeriksaan penunjang

1.      Pemeriksaan Radiologi

a.       Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)

memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air dan

udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.

b.      Pemeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas

pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama

sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada

pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi,

pemeriksaan enema barium tidaklah haany sebagai diagnostik tetapi juga

mungkin sebagai terapi.

Page 6: Askep ileus obstruktif

c.       CT–Scan. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen

dicurigai adanya starngulasi. CT–Scan akan mempertunjukkan secara lebih teliti

adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan peritoneum.

d.      CT–Scan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh

darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

e.       USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari

obstruksi.

f.       MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan kontras

yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk

mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.

g.      Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk mendiagnosis

adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation, dan adhesi.

2.      Pemeriksaan Laboratorium.

Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa mungkin

menunjukkan dehidrasi.

7.      Komplikasi

1.      Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi

peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.

2.      Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra

abdomen.

3.      Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan

cepat.

4.      Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma.

8.      Penatalaksanaan

1.      Obstruksi usus halus (letak tinggi)

Selain beberapa perkecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan operasi,

karena adanya risiko strangulasi. Selama masih ada obstruksi, strangulasi tidak

dapat dicegah secara meyakinkan.

1.      Persiapan-persiapan sebelum operasi:

a.       Pemasangan pipa nasogastrik. Tujuannya adalah untuk mencegah muntah,

mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang akibat

tertelannya udara (mencegah distensi abdomen).

Page 7: Askep ileus obstruktif

b.      Resusitasi cairan dan elektrolit. Bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit

yang hilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.

c.       Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.

2.      Operasi:

Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital

berfungsi secara memuaskan. Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis,

maka daerah tersebut harus disayat. Kalau tidak terpaksa harus dilakukan

penyayatan abdomen secara luas. Perincian operatif tergantung dari penyebab

obstruksi tersebut. Perlengketan dilepaskan atau bagian yang mengalami

obstruksi dibuang. Usus yang mengalami strangulasi dipotong.

3.      Pasca Bedah:

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit.

Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup.

Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

2.      Obstruksi usus besar (letak rendah)

Tujuan pengobatan yang paling utama adalah dekompresi kolon yang

mengalami obstruksi sehingga kolon tidak perforasi, tujuan kedua adalah

pemotongan bagian yang mengalami obstruksi. Persiapan sebelum operasi sama

seperti persiapan pada obstruksi usus halus, operasi terdiri atas proses sesostomi

dekompresi atau hanya kolostomi transversal pada pasien yang sudah lanjut usia.

Perawatan sesudah operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien untuk

menjalani reseksi elektif kalau lesi obstruksi pada awalnya memang tidak

dibuang.

9.      Prognosis

Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai

angka kematian 5 %. Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang

sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami strangulasi mempunyai

angka kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka waktu 36 jam

sesudah timbulnya gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36

jam.

Page 8: Askep ileus obstruktif

Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %.

Perforasi sekum merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat

dihindarkan.

B.     Konsep keperawatan

1.      Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari

pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien.

1.      Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan

gaya hidup.

2.      Riwayat kesehatan

a.       Keluhan utama

Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Pada

umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri pada abdomennya biasanya

terus menerus, demam, nyeri tekan lepas, abdomen tegang dan kaku.

b.      Riwayat kesehatan sekarang

Mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan klien mencari pertolongan, dikaji 

dengan menggunakan pendekatan PQRST :

P  : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.

Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh klien, apakah hilang, timbul atau terus-

menerus (menetap).

R  : Di daerah mana gejala dirasakan

S : Seberapa keparahan yang dirasakan klien dengan memakai skala numeric 1

s/d 10.

T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan

keluhan.

c.       Riwayat kesehatan masa lalu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama, riwayat

ketergantungan terhadap makanan/minuman, zat dan obat-obatan.

d.      Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan

klien.

Page 9: Askep ileus obstruktif

3.      Pemeriksan fisik

a.       Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelelahan dan ngantuk.

Tanda  : Kesulitan ambulasi

b.      Sirkulasi

Gejala : Takikardia, pucat, hipotensi ( tanda syok)

c.       Eliminasi

Gejala : Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus

Tanda  : Perubahan warna urine dan feces

d.      Makanan/cairan

Gejala : anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.

Tanda : muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah-pecah. Kulit

buruk.

e.       Nyeri/Kenyamanan

Gejala  : Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.

Tanda   : Distensi abdomen dan nyeri tekan

f.       PernapasanGejala   :

Peningkatan frekuensi pernafasan,

Tanda    : Napas pendek dan dangkal

g.      Diagnostik Test

1)      Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan

dalam usus.

2)      Pemeriksaan simtologi

3)      Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi

4)      Leukosit: normal atau sedikit meningkat

5)      Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl-  rendah

6)      Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen

7)      Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu,

volvulus, hernia)

8)      Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif

2.      Diagnosa keperawatan

Page 10: Askep ileus obstruktif

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan, resiko perubahan pola hidup) dari individu atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberi intervensi pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,

membatasi, mencegah dan merubah.

Diagnosa keperawatan merupakan respon klien terhadap adanya masalah

kesehatan. Oleh karena itu diagnosa keperawatan berorientasi pada kebutuhan

dasar manusia berdasarkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow.

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan ileus

obstruksi  adalah sebagai berikut :

1.      Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.

2.      Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.

4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosis dan kebutuhan

pengobatan b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi

informasi, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

3.      Intervensi keperawatan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi atau mengoreksi. Beberapa komponen yang perlu diperhatikan untuk

mengevaluasi tindakan keperawatan meliputi menentukan prioritas, menentukan

kriteria hasil, menentukan rencana tindakan dan dokumentasi. Adapun renana

tindakan dari diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan obstruksi

usus antara lain: 

1.      Nyeri b/d distensi abdomen dan adanya selang Nasogastrik tube/ usus.

Tujuan: Nyeri hilang/terkontrol, menunjukkan rileks.

Kriteria hasil :

a.       Nyeri berkurang sampai hilang.

b.      Ekspresi wajah rileks.

c.       TTV dalam batas normal.

d.      Skala nyeri 3-0.

Intervensi:

Page 11: Askep ileus obstruktif

a.       Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) dan faktor

pemberat/penghilang.

Rasional: Nyeri distensi abdomen, dan mual. Membiarkan pasien rentang

ketidaknyamanannya sendiri membantu mengidentifikasi intervensi yang tepat

dan mengevaluasi keefektifan analgesia.

b.      Pantau tanda-tanda vital.

Rasional: Respon autonomik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernafasan,

yang berhubungan dengan keluhan/penghilangan energi. Abnormalitas tanda

vitalterus menerus memerlukan evaluasi lanjut.

c.       Memberikan tindakan kenyamanan. Mis: gosokan punggung, pembebatan insisi

selama perubahan posisi dan latihan batuk/bernafas; lingkungan tenang. Anjurkan

penggunaan bimbingan imajinasi, tehnik relaksasi. Berikan aktivitas hiburan.

Rasional: Memberikan dukungan (fisik, emosional), menurunkan tegangan otot,

meningkatkan relaksasi, mengfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa

kontrol dan kemampuan koping.

d.      Palpasi kandung kemih terhadap distensi bila berkemih ditunda. Tingkatkan

privasi dan gunakan tindakan keperawatan untuk meningkatkan relaksasi bila bila

pasien berupaya untuk berkemih. Tempatkan pada posisi semi-fowler atau berdiri

sesuai kebutuhan.

Rasional: Faktor psikologis dan nyeri dapat meningkatkan tegangan otot. Posisi

tegak meningkatkan tekanan intra-abdomen, yang dapat membantu dalam

berkemih.

Kolaborasi

e.       Berikan analgesik, narkotik, sesuai indikasi.

Rasional: Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan

meningkatkan kerjasama dengan aturan terapeutik.

f.       Kateterisasi sesuai kebutuhan.

Rasional: Kateterisasi tunggal/multifel dapat digunakan untuk mengosongkan

kandung kemih sampai fungsinya kembali.

2.      Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan, mual dan muntah.

Tujuan: Volume cairan seimbang.

Kriteria hasil:

Page 12: Askep ileus obstruktif

a.       Klien mendapat cairan yang cukup untuk mengganti cairan yang hilang.

b.      Klien menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat.

Intervensi:

a.       Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan

TD, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24

jam pertama terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi

berlebihan.

Rasional: Tanda-tanda awal hemoragi usus atau pembentukan hematoma, yang

dapat menyebabkan syok hipovolemik.

b.      Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran

mukosa.

Rasional: Memberi informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi.

c.       Perhatikan adanya edema.

Rasional: Edema dapat terjadi kerena perpindahan cairan berkenaan dengan

penurunan kadar albumin serum/protein.

d.      Pantau masukan dan haluaran, perhatikan haluaran urine, berat jenis,. Kalkulasi

keeimbangan 24 jam, dan timbang berat badan setiap hari.

Rasional: Indikator langsung dari hidrasi/perfusi organ dan fungsi. Memberikan

pedoman untuk penggantian cairan.

e.       Perhatikan adanya/ukur distensi abdomen.

Rasional: Perpindahan cairan dari ruang vaskuler menurunkan volume sirkulasi

dan merusak perfusi ginjal.

f.       Observasi/catat kuantitas, jumlah dan karakter drainase NGT. tes pH sesuai

indikasi. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.

Rasional: Haluaran cairan berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan

eletrolit dan alkalosis metabolik dengan kehilangan lanjut kalium oleh ginjal

yang berupaya untuk mengkompensasi. Hiperasiditas, ditunjukkan oleh pH

kurang dari 5, menunjukkan pasien beresiko ulkus stres. Pengubahan posisi

mencegah pembentukan magenstrase di lambung, yang dapat  menyalurkan

cairan gastrik dan udara melalui selang NGT kedalam duodenum.

Kolaborasi:

g.      Pertahankan potensi penghisap NGT/usus.

Page 13: Askep ileus obstruktif

Rasional: Meningkatkan dekompresi usus untuk menurunkan distensi/tekanan di

garis jahitan dan menurunkan mual/muntah, yang dapat menyertai

anastesia,manipulasi usus atau kondisi yang sebelumnya ada, mis: kanker

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrisi.

Tujuan: Berat badan stabil dan nutrisi teratasi.

Kriteria hasil :

a.       Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.

b.      Berat badan stabil.

c.       Pasien tidak mengalami mual muntah.

Intervensi:

a.       Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna

makanan, mis: status puasa, mual, ileus paralitik setelah selang dilepas.

Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi.

b.      Auskultasi bising usus; palpasi abdomen; catat pasase flatus.

Rasional: Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2-4 hari).

c.       Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan

tinggi protein dan vitamin C.

Rasional: Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet. Protein/vitamin C

adalah kontributor utuma untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi

adalah fator dalam menurunkan pertahanan terhadap infeksi.

d.      Observasi terhadap terjadinya diare; makanan bau busuk dan  berminyak.

Rasional: Sindrom malabsorbsi dapat terjadi setelah pembedahan usus halus,

memerlukan evaluasi lanjut dan perubahan diet, mis: diet rendah serat.

Kolaborasi

e.       Berikan obat-obatan sesuai indikasi: Antimetik, mis: proklorperazin

(Compazine). Antasida dan inhibitor histamin, mis: simetidin (tagamet).

Rasional: Mencegah muntah. Menetralkan atau menurunkan pembentukan asam

untuk mencegah erosi mukosa dan kemungkinan ulserasi.

4.      Kurang pengetahuan tentang kondisi/situasi, prognosi dan kebutuhan pengobatan

b/d kurangnya pemanjanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi, tidak

mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

Tujuan: Menyatakan paham terhadap proses penyakitnya.

Page 14: Askep ileus obstruktif

Kriteria hasil :

a.       Klien dan keluarga mengetahui penyakit yang diderita

b.      Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses belajar.

c.       Klien dan keluarga berpartisipasi dalam proses pengobatan.

Intervensi:

a.       Diskusikan pentingnya masukan cairan adekuat dan kebutuhan diet.

Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan normalisasi fungsi usus.

b.      Tinjau ulang perawatan selang gastrostomi bila pasien dipulangkan dengan alat

ini.

Rasional: Meningkatkan kemandirian dan meningkatkan kemampuan perawatan

diri.

c.       Tinjau perawatan kulit disekitar selang.

Rasional: Membantu mencegah kerusakan kulit dan menurunkan resiko infeksi.

d.      Identifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis, mis demam

menetap, bengkak, eritema, atau terbukanya tepi luka, perubahan karakteristik

drainase.

Rasional: Pengenalan dini dari komplikasi dan intervensi segera dapat mencegah

progresi situasi serius dan mengancam hidup.

e.       Tinjau ulang keterbatasan/pembatasan aktivitas, mis: tidak mengangkat benda

berat selama 6-8 minggu dan menghindari latihan dan olahraga keras.

Rasional: Menurunkan resiko pembentukan hernia.

BAB III

PENUTUP

1.      Kesimpulan :

a.       Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)

aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan

kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat

karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebahagaian dasar dari obstruksi justru

mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang

memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin

tetap hidup.

Page 15: Askep ileus obstruktif

b.      Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis

obstruksi usus, yaitu:

1.      Mekanis : Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada

usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur,

perlekatan, hernia dan abses.

2.      Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.

2.      Saran

a.       Untuk mahasiswa-mahasiswi

Semoga dengan adanya tugas ini mahasiswa lebih giat lagi belajar.

b.      Untuk dosen

Semoga dosen tidak pernah bosan mengajari kami terutama pembuatam

penyimpangan KDM.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat r, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :

EGC,2003.

2. Anonymous. Ileus. [Online].2007 September 13 [cited 2008 May 19];[6

screens]. Available

from:URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.

3. Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price SA,

Wilson LM,editor. Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit.

Alih bahasa: dr.Peter Anugerah. Jakarta: EGC;1995. Hal.389 – 412.

4. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis

D, Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical

presentation, etiology, management and outcome. World Journal of

gastroenterology. 2007 January 21;13(3):432-437. Available

from:URL:http://www.wjgnet.com

Page 16: Askep ileus obstruktif

5. Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers

BM, Mttox KL,editors. Sabiston textbook of surgery. The biological basis

of modern surgical practice. 17th ed. Philadelphia: Elsevier

Saunders;2004. p.1323 – 1342.

6. Simeone DM. Anatomy and physiology of the small intestine. In :

Greenfield LJ, Mulholland MW, Oldham KT, Zelenock GB, Lillimoe

KD, editors. Essentials of surgery : scientific principles and practice.

[Book on CD-ROM]. 2nd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkin

publishers;1997.

7. Suyono YJ,editor. Disunting oleh R.Putz & R. Pabst. Atlas Anatomi

manusia Sobotta. Ed.21. Jakarta: EGC,2003.

8. Siregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrp-intestinal.

Ed.1. Ujung Pandang: Fak. Kedokteran Unhas;1995.

9. Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM,

Murray L, Brown AFT, Heyworth T, editors. Textbook of adult

emergency medicine. 2nd ed. New York: Churchill Livingstone;2004.

p.306-9.

10. Naude GP. Gastrointestinal failure in the ICU. In: Bongard FS, Sue DY,

editors. A lange medical book Current critical care diagnosis and

treatment. 2nd ed. New York : McGraw-Hill;2003. p. 383-88.

11. Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2008

May 21];[4 screens]. Available from:

URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.

12. Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2008 May 21];[7

screens]. Available from:

URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.

Page 17: Askep ileus obstruktif

13. Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2008

June 2];[6 screens]. Available from: URL:http://www.emedicine.com

14. Souba, Wiley W.; Fink, Mitchell P.; Jurkovich, Gregory J.; Kaiser, Larry

R.; Pearce, William H.; Pemberton, John H.; Soper, Nathaniel J, editors.

Sigmoid volvulus successfully decompressed by sigmoidoscopy. In : ACS

Surgery: Principles & Practice, 2007 Edition. [Book on CD-ROM]

15. Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran

No.29 [Online]. 1983 [cited 2008 May 16];[3 screens]. Available from:

URL:http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.