bedah-ileus obstruktif

29
ILEUS OBSTRUKTIF Penyusun : Sarah Kamilah 030.08.217 Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Upload: nurika-arviana

Post on 14-Dec-2014

154 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

Page 1: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

ILEUS OBSTRUKTIF

Penyusun :

Sarah Kamilah

030.08.217

Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Periode 14 Mei 2012 – 21 Juli 2012

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Page 2: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

ILEUS OBSTRUKTIF

Definisi 1

Ileus dapat didefinisikan sebagai hambatan pasase isi usus. Dengan kata lain, ileus obstruktif

adalah hambatan pasase usus yang disebabkan oleh sumbatan pada bagian distal.

Pemeriksaan Fisik 2,3,4

Keadaan umum : penderita tampak lemah, gelisah, sesak nafas dengan perut kembung dan

tegang. Kalau obstruksi berlangsung lama dan terjadi strangulasi, maka akan terjadi demam,

penderita dehidrasi, bibir kering, turgor kulit menurun, hipotensi, takikardi dan syok septik.

Abdomen : 2,3,5

Inspeksi: Terlihat distensi, tampak gambaran usus (darm contour), tampak gerakan usus,

terutama pada penderita kurus.

Auskultasi: Terdengar suara usus meninggi (metallic sound) terutama pada permulaan

terjadinya obstruksi dan terdengarnya sangat jelas pada saat serangan kolik. Kalau

obstruksi berlangsung lama dan telah terjadi strangulasi serta peritonitis, maka bising

usus akan menghilang.

Palpasi: Pada obstruksi intestinal yang simple berbeda dengan obstruksi intestinal

strangulasi. Pada obstruksi intestinal strangulasi akan terjadi rangsangan peritoneum

akibat terjadinya peritonitis, akan terdapat tanda-tanda : perut distensi tegang, nyeri

tekan, nyeri lepas, nyeri kejang otot (defance muscular)

Perkusi: Seluruh dinding abdomen nyeri ketok dan terdengar suara tympani.

Page 3: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Pemeriksaan colok dubur:

Untuk mengetahui apakah ada massa dalam rectum. Adanya feces harus diperhatikan, apakah

ada darah samar, sebab adanya darah dalam feces kemungkinan adanya lesi dari mukosa atau

adanya intussusepsi.

Gejala Klinis 1

Gejala klinis yang ditemukan pada pasien ileus obstruktif bervariasi penampilan dan

keparahannya, tergantung dari tingkat obstruksi atau kapan pasien diperiksa. Gejala tersebut

antara lain:

Nyeri abdomen yang biasanya agak tetap pada awalnya dan kemudian menjadi bersifat

kolik. Nyeri bersifat episodic tergantung dengan tingkat obstruksi. Obstruksi jejunum

tinggi sekitar 4-5 menit dan obstruksi ileum rendah 15-20 menit. Nyeri pada obstruksi

proksimal biasanya ada di supraumbilicus, sedangkan pada obstruksi distal nyeri pada

intraumbilicus.

Muntah ditemukan segera setelah adanya obstruksi. Muntah tergantung pada tingkat

obstruksi, apabila obtruski berada di bagian proksimal, maka muntah akan terjadi lebih

dini dan terdiri dari cairan jernih hijau atau kuning. Jika obstruski berada di distal, maka

muntah akan timbul lambat karena didahului oleh distensi usus. Muntahannya akan

kental dan berbau busuk sebagai hasil pertumbuhan bakteri berlebihan karena adanya

renggang waktu yang lama.

Kegagalan buang gas dan buang air besar per rectum merupakan salah satu gambaran

khas dari obstruksi usus. Apabila obstruksi berada di distal, mungkin tidak terjadi

obstipasi dalam beberapa hari karena lewatnya isi usus menuju bagian distal memerlukan

waktu.

Patofisiologi

Menurut berat ringannya obstruksi dapat dibagi menjadi : 2,4,5

Page 4: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

A. Obstruksi Intestinal Partial (In Complete)

Sebagian sisa makanan dan udara masih dapat melintasi tempat obstruksi

B. Obstruksi Intestinal Complete (Total)

Terdapat gangguan pasase isi usus akibat sumbatan. Akibat sumbatan ini, sisa makanan dan

udara akan menumpuk di bagian proximal dari sumbatan. Pada obstruksi yang simple ini belum

terjadi kerusakan dari vaskularisasi usus. Penimbunan cairan/sisa makanan dan udara dalam

lumen usus mengakibatkan meningkatnya tekanan intraluminer. Meningkatnya gas dalam lumen

usus berasal dari udara yang ditelan, CO2 berasal dari netralisasi bikarbonat, O2 yang berasal

dari fermentasi bakteri. Dengan adanya gangguan resorbsi dan meningkatnya sekresi usus, maka

akan terjadi dilatasi usus.

Muntah-muntah dapat terjadi akibat regurgitasi dari lambung yang penuh. Akibat muntah tadi

akan terjadi dehidrasi, hipovolemik. Pada obstruksi proximal, kehilangan cairan disertai oleh

kehilangan ion hydrogen (H+), kalium dan klorida, sehingga terjadi metabolik alkalosis. Pada

obstruksi yang lebih distal, cairan yang hilang hampir sama tetapi tidak disertai oleh kehilangan

elektrolit yang bermakna.

C. Obstruksi Intestinal Strangulasi

Terdapat gangguan pasase isi usus disertai adanya gangguan vaskularisasi dari segmen usus.

Pada strangulasi isi usus, selain terdapat gejala seperti obstruksi intestinal yang komplit juga

terdapat gejala : rangsangan peritoneum, febris, lekositosis dan rasa nyeri yang konstan,

gangguan elektrolit yang sifatnya tergantung dari jenis obstruksinya, partial, komplit, lamanya

dan lokalisasi dari ligamentum Treitz.

Metabolik asidosis dapat disertai oleh respiratory asidosis, yang terjadi karena berkurangnya

pergerakan pernafasan, akibat menyempitnya rongga dada oleh desakan usus yang dilatasi.

Page 5: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Selanjutnya metabolik asidosis dapat diperburuk oleh hipovolemik yang berhubungan dengan

hipoperfusi. Hipovolemik yang hebat dan berlangsung lama akan menyebabkan terjadinya Akut

Renal Failure. Akibat kerusakan vili usus karena obstruksi intestinal, maka akan terjadi

translokasi bakteri, terjadi sepsis dan dapat menimbulkan kematian.

Kelainan obstruksi lumen 2,5,6

Usus Halus

• Adhesi (penempelan)

Ileus karena adhesi tidak disertai strangulasi dan berasal dari rangsangan peritoneum akibat

peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Sering ditemukan dalam bentuk pita, pada

operasi perlengketan dilepas dan pita dipotong agar pasase usus pulih kembali.

• Hernia Eksternal (inkarserata)

Adalah istilah yang menunjukkan suatu keadaan dimana isi kantong hernia tidak dapat masuk

kembali ke rongga peritoneal akibat terjepit di anulus inguinalis. Proses yang langsung terjadi

ialah gangguan aliran darah dan pasase segmen usus yang terjepit (kalau usus yang masuk)

sehingga dapat juga disebut hernia strangulasi.

• Neoplasma

- Tumor Jinak

Lebih dari sepuluh tumor jinak ditemukan di ileum sisanya di duodenum dan jejenum. Polip

adenomatosa menduduki tempat nomor satu disusul lipoma, leimioma dan hemangioma. Tumor

jinak yang sering memberi gejala biasanya adalah leimioma

- Tumor Ganas

Page 6: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Hampir sama dengan tumor jinak dan sering ditemukan di ileum dengan penurunan berat badan

dan nyeri perut. Jenis yang ditemukan adalah lymfoma ganas, karsinoid dan adenokarsinoid.

• Ascariasis

Paling sering pada anak-anak dan kebanyakan hidup di usus halus bagian jejenum biasanya ada

puluhan hingga ratusan. Obstruksi umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat yang terdiri

dari sisa-sisa makanan dan puluhan atau ratusan ekor cacing yang mati akibat pemberian obat

cacing.

Usus Besar

a. Karsinoma Kolon

Obstruksi kolon yang akut dan mendadak kadang-kadang disebabkan oleh karsinoma.

Karsinoma colon merupakan penyebab angka kematian yang tertinggi dari pada bentuk kanker

yang lain. Faktor predisposisi yang dikenal adalah poliposis multiple, biasanya terdapat tanda-

tanda yang mendahului antara lain penyimpangan buang kotoran, keluarnya darah pererktal dan

colon akan mengalami distensi hebat dalam waktu yang cepat.

b. Divertikel

Divertikel saluran cerna paling sering ditemukan di kolon khususnya di sigmoid. Divertikel

colon adalah divertikel palsu karena terdiri dari mukosa yang menonjol melalui lapisan otot

seperti hernia kecil. Komplikasi penyakit divertikula merupakan akibat dari divertikulitis akut

atau kronik, dapat bermanifestasi sebagai perdarahan, perforasi, peritonitis, abses dan

pembentukan fistula atau obstruksi usus akibat striktur.

c. Volvulus

Volvulus merupakan proses memutarnya usus (biasanya sekum atau kolon sigmoid) pada

mesokolonnya sehingga menyebabkan obstruksi lumen dan disertai gangguan sirkulasi.

Page 7: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Volvulus sekum diakibatkan karena fiksasi embriologi kolon yang tidak sempurna karena sekum

dan ileum terminal terputar bersama-sama. Volvulus sigmoid diakibatkan karena pemanjangan

sigmoid pada mereka yang lanjut usia atau yang sakit mental.

d. Intususepsi/Invaginasi

Suatu keadaan masuknya suatu segmen usus ke segmen bagian distal yang umumnya akan

berakhir dengan obstruksi usus strangulasi. Invaginasi diduga oleh karena perubahan dinding

usus khususnya ileum yang disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid submukosa ileum

terminal akibat peradangan, dengan abdominal kolik. Keluarnya darah dari rectum serta massa

yang berbentuk sosis sepanjang kolon yang merupakan tanda khas.

Anatomi 1,6

Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ),

lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )

Page 8: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum, yang merupakan bagian pertama dari usus

halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di

cerna oleh usus halus.

Duodenum merupakan bagian paling proksimal dari usus halus. Dimulai dari pylorus dan meluas

hingga 20 – 30 cm panjang dan lebarnya 3-5 cm. duodenum dibagi kedalam empat bagian yaitu:

1. Pars superior duodeni, yang hampir selalu ditutupi oleh peritoneum dan cukup

mobile.

2. Pars descenden duodenum terletak pada garis vertical dari apex pars superior

duodeni sampai sepertiga bagian horizontal. Pada bagian medialnya terdapat

ductus choledocus dan ductus pancreaticus wirsungi. Terletak di retroperitoneum

3. Pars horizontalis duodenum, melintasi garis setinggi vertebra lumbalis ketiga.

Serta terletak di bagian depan vena cava inferior

4. Pasr ascendens duodenum, terletak di anterior kiri aorta. Terdapat ligamentum

treitz yang memfiksasi pada bagian kaudal.

Page 9: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Pada pendarahan duodenum, yang berperan adalah arteri gastroduodenalis. Cabang arteri

duodenalis adalah arteri pancreaticoduodenalis superior yang beranastomosis dengan arteri

pancreaticoduodenalis inferior (cabang pertama dari arteri mesentrica superior).

Nervus vagus melewati cavitas thoracica sebagai dua cabang melewatin esophagus. Setelah

membentuk pleksus, nervus vagus anterior dan posterior muncul. Truncus anterior kiri

mempersarafi lambung, duodenum, pancreas, vesica biliaris, dan ductus bilier melalui rami

hepaticinya. Truncus posterior kanan melalui lambung dan bergabung bersama pleksus

coeliacus untuk mempersarafi usus halus dan colon sampai ke flexura coli sinistra.

Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian

jejunum. Jejunum dan ileum digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.

Permukaan dalam jejunum berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang

memperluas permukaan dari usus. Secara hitologis dapat dibedakan dengan ileum, yakni

Page 10: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan jejunum dan ileum secara

makroskopis.

Ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak

setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan

8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

Usus halus mesenterica seluruhnya dilayani oleh arteri mesenterica superior melalui 12 sampai

15 cabang yang dicabangkan seluruhnya ke mesenterium membentuk arcade yang kemudian

menimbulkan arteri lurus yang menyilang mesenterium langsung ke dinding usus. Arteri ini

merupakan suatu arteri ujung tanpa anastomosis, sehingga penutupan salah satu arteri ini dapat

menurunkan viabilitas dari segmen usus tersebut. Arcade mesenterica berbeda di dalam jejunum

dan ileum. Pada jejunum, arcade lebih tunggal dan arterinya berjarak lebih panjang untuk

melayanin usus, sedangkan pada ileum, arcade terlihat lebih rumit dan arterinya pendek-pendek.

Kolon

Kolon memiliki lapisan otot longitudinal yang disebut tenia yang lebih pendek dari kolon itu

tersebut hingga membentuk seperti kantong yang disebut haustra. Kolon transversum dan kolon

sigmoideum terletak intra peritoneal dan dilengkapi dengan mesenterium. Kolon terdiri atas

sekum, kolon asenden, kolon tarnsversum, kolon desenden serta kolon sigmoid. Arteri

mesentrika superior yang bercabang menjadi arteri ileokolika, arteri kolika dextra dan arteri

kolika media mempendarahi bagian sekun, kolon asenden, dan bagian kanan kolon transversum.

Sedangkan kolon transversum bagian kiri, kolon desenden dan kolon sigmoid dan sebagian besar

rectum dipendarahi oleh arteri mesenterika inferior melalui arteri kolika sinistra, arteri sigmoid

dan arteri hemoroidalis superior.

Kolon dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus splanknikus dan pleksus

presakralis, sedangkan parasimpatis berasal dari nervus vagus.

Page 11: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Pemeriksaan penunjang

Radiologi 2,3

Penderita yang suspek obstruksi intestinal perlu dibuat foto thorax dan foto polos abdomen

dalam posisi :

- Berbaring telentang

- Tegak / berdiri

- Miring ke kiri (Left lateral decubitus)

Foto thorax PA untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah diafragma kanan.

Bila ditemukan udara bebas menunjukkan adanya perforasi usus.

a. Obstruksi non mekanik

Terlihat dilatsai usus berisi udara merata, baik di dalam colon maupun di dalam usus

halus

Page 12: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

b. Obstruksi mekanik

- Terlihat dilatasi usus dan berisi udara yang distribusinya tidak merata. Ditemukan batas

cairan dan udara (step ladder) sedangkan usus atau colon dibagian distalnya kolaps.

Kalau belum terjadi perforasi lapisan lemak preperitoneal terlihat baik. Pada obstruksi

tinggi/atas yang terlihat diatas pylorus tampak bayangan lambung dilatasi. Pada obstruksi

partial bagian distal pylorus masih terlihat sedikit udara. Sedangkan pada obstruksi total

bagian distal pylorus tidak terlihat bayangan udara atau bayangan intestinal.

- Pada obstruksi tinggi dibawah pylorus, adalah obstruksi yang paling sering ditemukan. Bila

ditemukan bayangan gelembung ganda (double bubble) menunjukkan adanya obstruksi di

duodenum. Bila ditemukan bayangan gelembung multiple kurang dari lima buah (multiple

bubble) menunjukkan adanya obstruksi di jejenum. Kalau terdapat bayangan gelembung lebih

dari lima menunjukkan adanya obstruksi di ileum.

Obstruksi usus halus secara radiology dapat dibedakan antara jejenum dan ileum. Dinding

jejenum menunjukkan garis-garis tipis melintang seperti bulu (Feather like) sedangkan dinding

ileum seperti tabung.

Page 13: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Foto polos abdomen posisi supine

B. Obstruksi Usus Besar 2,5,6

Keluhan:

Penderita dengan obstruksi usus besar mempunyai keluhan yang hampir sama dengan obstruksi

usus halus seperti nyeri perut, nausea, vomiting, konstipasi dan diare. Obstruksi usus besar yang

disebabkan oleh keganasan disamping keluhan seperti diatas juga ada keluhan berak darah,

penambahan kebiasaan buang air besar. Ada keluhan sukar buang air besar, tinjanya seperti

kotoran kambing kecil-kecil. Berat badan penderita turun dengan drastis.

Laboratorium :

Pemriksaan laboratorium perlu untuk mengetahui apakah ada kelainan sistemik, kelainan

metabolisme yang harus dikoreksi :

- Darah rutin

- Elektrolit

Page 14: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

- Urinalisis

- Serum Amilase

- Bilirubin

Pada awalnya perjalanan obstruksi usus mekanik sederhana, kadar pemeriksaan laboratoriumnya

dalam batas normal. Dengan ber;a;unya waktu, lebih banyak cairan di sekuestrasi di dalam

lumen usus dan timbul dehidrasi. Dicerminkan oleh peningkatan BUN, hematokrit dan berat

jenis urin. Penurunan dalam kadar serum natrium, klorida dan kalium menurapak manifestasi

lebih lanjut, dapat juga terjadi alkalosis akibat muntah. Hitung leukosit biasanya meningkat,

biasanya membumbung tinggi antara 30.000 – 50.000 dalam obstruksi strangulata. Sedangkan

pada obstruksi mekanik sederhana kenaikan leukosit sebesar 15.000 – 20.000.

Radiologi :

1. Foto thorax PA

2. Foto polos abdomen dalam posisi berbaring telentang, tegak/berdiri dan miring ke kiri (left

lateral decubitus)

3. Barium enema

4. CT Scan

5. Endoskopi

- Foto thorax PA : untuk mengetahui adanya udara bebas yang terletak di bawah diafragma

kanan. Kalau ditemukan udara bebas menunjukkan adanya perforasi

- Foto polos abdomen : Tampak dilatasi colon dengan gambaran haustrae yang spesifik. Kalau

obstruksi lebih dari 24 jam akan tampak gambaran seperti anak tangga.

Pada volvulus dapat dilihat adanya gambaran dilatasi tertutup (closed loop dilatation) atau tanda

“U” terbalik (inverted U sign). Hal ini khas pada volvulus.

Page 15: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Foto polos abdomen posisi supine

Diferensial diagnosis

Ileus obstruksi harus dibedakan dengan:

1. Carcinoid gastrointestinal.

2. Penyakit Crohn.

3. Intussuscepsi pada anak.

4. Divertikulum Meckel.

5. Ileus meconium.

6. Volvulus.

7. Infark Myocardial Akut.

Page 16: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

8. Malignansi, Tumor Ovarium.

9. TBC Usus.

Tatalaksana operatif dan non operatif

a. Pre-operatif

Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :

1. Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian

tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati

pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan

laboratorium berurutan. Infus RL 32 tetes permenitdapat diberikan.

2. Dekompressi tractus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen

dengan tujuan untuk dekompressi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi

usus, dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan,

sehingga mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan

intalumen.

3. Pemberian antibiotika untuk pencegahan pertumbuhan bakteri berlebihan bersama

dengan produk endotoksin dan eksotoksin. Injeksi Ceftriakson 1 gram 1 kali dalam 24

jam dapat diberikan sebagai profilaksis.

b. Operatif

Tergantung dari etiologi masing-masing :

Adhesi

Pada operasi, perlengketan dilepaskan dan pita dipotong agar pasase usus pulih

kembali.

Hernia inkarserata

Dapat dilakukan Herniotomi untuk membebaskan usus dari jepitan.

Page 17: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Neoplasma

Operasi berupa pengangkatan tumor. Pada tumor jinak pasase usus harus

dipulihkan kembali, sedangkan pada tumor ganas sedapat mungkin dilakukan reseksi

radikal.

Askariasis

Jika terdapat obstruksi lengkap, atau jika pengobatan konservatif tidak berhasil

dapat dilakukan operasi dengan jalan enterotomi untuk mengeluarkan cacing, tapi

apabila usus sudah robek, atau mengalami ganggren dilakukan reseksi bagian

usus yang bersangkutan.

Carsinoma Colon

Operasi dengan jalan reseksi luas pada lesi dan limfatik regionalnya. Apabila

obstruksi mekanik jelas terjadi, maka diperlukan persiapan Colostomi atau

Sekostomi.

Divertikel

Reseksi bagian colon yang mengandung divertikel dapat dikerjakan secara elektif

setelah divertikulitis menyembuh. Dapat dianjurkan untuk menempatkan

colostomy serendah mungkin, lebih disukai dalam colon desendens, atau colon

sigmoideum. Untuk memungkinkan evaluasi melalui colostomy dan mencegah

peradangan lebih lanjut pada tempat abses.

Reseksi sigmoid biasanya dilakukan dengan cara Hartman dengan colostomy

sementara. Cara ini, dipilih untuk menghindari resiko tinggi gangguan

penyembuhan luka anastomosis yang dibuat primer dilingkungan radang.

Prosedur Hartman jauh lebih aman karena anastomosis baru dikerjakan setelah

rongga perut dan lapangan bedah bebas kontaminasi dan randang.

Volvulus

Pada volvulus sekum dilakukan tindakan operatif yaitu melepaskan volvulus yang

terpelintir dengan melakukan dekompresi dengan sekostomi temporer, yang juga

Page 18: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

berefek fiksasi terhadap sekum dengan cara adhesi. Jika sekum dapat hidup dan

tidak terdistensi tegang, maka detorsi dan fiksasi sekum di qudran bawah bisa

dicapai.

Pada volvulus sigmoid jika tidak terdapat strangulasi, dapat dilakukan reposisi

sigmoidoskopi. Cara ini sering meniadakan volvulus dini yang diikuti oleh

keluarnya flatus. Reposisi sigmoidodkopi yang berhasil pada volvulus dapat

dicapai sekitar 80% pasien. Jika strangulasi ditemukan saat laparatomi, maka

reseksi gelung sigmoideum yang gangrenous yang disertai dengan colostomi

double barrel atau coloctomi ujung bersama penutup tunggal rectum (kantong

Hartman) harus dilakukan.

Intusussepsi

Sebelum dilakukan tindakan operasi, dilakukan terlebih dahulu dengan reduksi

barium enema, jika tidak ada tanda obstruksi lanjut atau perforasi usus halus.

Bila reduksi dengan enema tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan operasi

berupa eksplorai abdomen melalui suatu insisi transversal pada quadran kanan

bawah. Intusussepsi tersebut kemudian direduksi dengan kompressi retrograde

dari intusussepsi secara hati-hati. Reseksi usus diindikasikan bila usus tersebut

tidak dapat direduksi atau usus tersebut ganggren.

Komplikasi penyakit 6,7,8

Komplikasi dari ileus obstruktif antara lain :

nekrosis usus

perforasi usus

Sepsis

Syok-dehidrasi

Abses Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

Page 19: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Pneumonia aspirasi dari proses muntah

gangguan elektrolit

meninggal dunia

Jenis operasi serta komplikasi operasi 6,9

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya,

baik sebagai akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit. Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang ditolong dengan

cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama,

sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4 macam

(cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.

a) Koreksi sederhana (simple correction)

Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan,

misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh adhesi atau pada volvulus

ringan.

b) Tindakan operatif by-pass

Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada

tumor intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya

pada Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus

untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon,

invaginasi strangulata, dan sebagainya.

Page 20: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap, baik

oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca

sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi

usus dan anastomosis.

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang masih ada.

Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul dalam lumen usus

tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut mengandung banyak bahan-

bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus

kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus

telah berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum

baik. Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca bedah.

Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga keseimbangan asam

basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang

lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan

sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah abses intra

abdomen, toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke 4-

5 pasca bedah.

Komplikasi pada tindakan operatifnya antara lain:

Infeksi luka operasi

Abses intra abdomen

Gangguan rasa nyaman

Perdarahan

Syok

Page 21: bedah-ILEUS OBSTRUKTIF

DAFTAR PUSTAKA

1. Sabiston, David C. Hipertrofi Prostat Benigna, Buku Ajar Bedah bagian 2, Jakarta : EGC,

1994: 543 – 559

2. Budha I. K. : Macam dan Diagnosis Obstruksi Intestinal, Muktamar VI IKABDI,

Semarang, Januari 2002.

3. Pieter. J. : Usus Halus, Appendiks, Kolon dan Anorektum, Buku Ajar Ilmu Bedah,

penerbit EGC, editor R. Syamsu Hidayat, Wim de Jong, 1996 : 835 – 854.

4. Wolff B.G. : Volvulus at the Colon, Current Surgical Therapy – 3, John L. Cameron,

Toronto, Philadelphia, 1989 : 130 – 131.

5. Wilson L.M., Lester L.B. : Obstruksi usus, Fisiologi, edisi Empat, Alih Bahasa Dr. Piter

Anugrah, penerbit EGC : 402 – 405.

6. Sjamsuhidajat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi revisi, Jakarta : EGC, 1997:

732-764

7. Khan AN., Howat J. Small-Bowel Obstruction. Last Updated: May 10, 2004. In:

Http://www.yahoo.com/search/cache?/ileus_obstructif/Article:By:eMedicine.com.

8. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih Bahasa:

Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 – 42.

9. Smeltzer, Suzzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.