askep meningitis.ppt

Post on 11-Jul-2016

49 Views

Category:

Documents

9 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

Askep Meningitis

Oleh :Muhammad Yahya

Definisi• Meningitis adalah radang pada meningen

(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

• Meningitis merupakan infeksi akut dari meningen, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).

• Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Etiologi– Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus

pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa

– Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia

– Faktor predisposisi : jenis kelamin lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita

– Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

– Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

– Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan

Klasifikasi1. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.2. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

Patofisiologi

• Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

• Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopati lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

• Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

• Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

Manifestasi Klinis• Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan

peningkatan TIK :– Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)– Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi

letargik, tidak responsif, dan koma.– Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

• Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.

• Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.

• Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremitas yang berlawanan.

4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.

6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

Pemeriksaan Diagnostik

– Analisis CSS dari fungsi lumbal :• Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan

keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.• Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS

biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.

– Glukosa serum : meningkat ( meningitis )– LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

– Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )

– Elektrolit darah : Abnormal .– ESR/LED : meningkat pada meningitis – Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat

mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

– MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

– Radiologi dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

Komplikasi– Hidrosefalus obstruktif– MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )– Sindrome water-friderichen (septik syok,

DIC,perdarahan adrenal bilateral)– SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic

hormone )– Efusi subdural– Kejang– Edema dan herniasi serebral– Cerebral palsy– Gangguan mental– Gangguan belajar– Attention deficit disorder

Pengkajian• Biodata klien• Riwayat kesehatan yang lalu– Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?– Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?– Pernahkah operasi daerah kepala ?

• Riwayat kesehatan sekarang– Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.

– SirkulasiGejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, takikardi, disritmia.

• Eliminasi Tanda : Inkontinensi dan atau retensi.

• Makanan/cairanGejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.

• HigieneTanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.

• NeurosensoriGejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.

Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.

• Nyeri/keamanan Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.

• Pernafasan Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.

Diagnosa Keperawatan• Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan

dengan diseminata hematogen dari patogen• Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi

jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.

• Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.

• Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi.

• Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan

• Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

Intervensi dan Implementasi1. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan

dengan diseminata hematogen dari patogen.Mandiri• Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan • Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang

tepat.• Pantau suhu secara teratur• Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam

yang terus menerus• Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur,

dianjurkan nfas dalam• Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau )Kolaborasi• Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin,

klorampenikol, gentamisin.

2. Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.

Mandiri • Tirah baring dengan posisi kepala datar.• Pantau status neurologis.• Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang• Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan,

suhu, masukan dan haluaran.• Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.Kolaborasi.• Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.• Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).• Pantau BGA.• Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

3. Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.

Mandiri• Pantau adanya kejang • Pertahankan penghalang tempat tidur tetap

terpasang dan pasang jalan nafas buatan • Tirah baring selama fase akut kolaborasi

berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.

4. Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.

Mandiri.• Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin

di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.

• Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)

• Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.• Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau

pinggulKolaborasi• Berikan anal getik, asetaminofen, codein

5. Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskuler.

• Kaji derajat imobilisasi pasien. • Bantu latihan rentang gerak.• Berikan perawatan kulit, masase dengan

pelembab.• Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan,

berikan matras udsra atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.

• Berikan program latihan dan penggunaan alat mobilisasi.

6. Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis

• Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.

• Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin.• Observasi respons perilaku.• Hilangkan suara bising yang berlebihan.• Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik.• Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan

beraktivitas.• Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara

dan kognitif.

7. Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

• Kaji status mental dan tingkat ansietasnya.• Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan

sebelum tindakan prosedur.• Beri kesempatan untuk mengungkapkan

perasaan.• Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan

dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.

EvaluasiHasil yang diharapkan• Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti

penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.• Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik

dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil.

• Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.• Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan

postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.• Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional

optimal dan kekuatan.• Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi

persepsi.• Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan

mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.

top related