askep katarak
Post on 18-Jan-2016
32 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini perkembangan penyakit di Indonesia semakin meningkat. Penyakit -
penyakit tersebut meliputi hampir di semua sistem organ tubuh. Salah satu penyakit yang
sering menyerang masyarakat Indonesia adalah katarak. Menurut WHO (1979) prevalensi
kebutaan di negara berkembang adalah 10 - 40 x lebih besar daripada negara industri.
Penyebab kebutaan itu sendiri dapat di sebabkan karena penyakit infeksi dan rudapaksa
pada mata. Penyakit mata yang menyebabkan kebutaan antara lain adalah glaucoma,
penyakit retina oleh karena Diabetes mellitus dan katarak. Di negara yang sedang
berkembang penyebab utamanya adalah katarak. Katarak menyerang lensa pada organ
mata yang merupakan organ penglihatan (visual) manusia. Gaya hidup dan lingkungan
yang kurang sehat dapat mempercepat berkembangnya penyakit ini. Begitu halnya
dengan proses penuaan, merokok atau bahan beracun lainnya serta penyakit seperti
diabetes mellitus, trauma, radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor terjadinya
katarak.
Menurut WHO bahwa negara berkembang 1 - 3 % penduduk mengalami kebutaan
dan 50 % penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju perbandingannya
adalah 1,2 % penyebab kebutaan adalah katarak. Survei (1982) : menurut Depkes RI ada
8 propinsi prevalensi kebutaan bilateral : 1,2 % dari seluruh penduduk, sedangkan
prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1 % dari seluruh penduduk. Penyebab dari
kebutaan adalah : Katarak 0,76 %, Kekeruhan kornea 0,13 %, Glaukoma 0,1 %, Kelainan
refraksi 0,06 %, Kelainan retina 0,03 %, Kurang vitamin A 0,02 %. Prevalensi katarak
adalah 6,9 % dengan catatan kurang lebih 10 % mendapatkan terapi dan katarak dapat
mengenai semua kelompok umur.
1
Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan
silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina
Begitu besaranya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu
kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang
sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta
kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan
menyulitkan upaya penyembuhan.
1.2. Rumusan masalah
1.2.1. Apa definis katarak?
1.2.2. Bagaimanakah patofisiologi katarak?
1.2.3. Apa saja manifestasi klinis seseorang hingga dikatakan menderita katarak?
1.2.4. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada katarak?
1.2.5. Bagaimana penatalaksanaan untuk katarak dan hal apa saja yang perlu diperhatikan
pada perawatan katarak?
1.2.6. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan katarak?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan katarak.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui patofisiologi katarak
b. Mengetahui mekanisme klinis katarak
c. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada katarak
d. Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak
2
1.4. Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dalam penyusunan makalah ini adalah:
1.4.1. Mendapatkan pengetahuan tentang katarak
1.4.2. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan katarak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat
dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif.
(Mansjoer,2000;62)
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat
timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat
lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan
telah memulai proses degenerasi. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif.
Katarak mengakibatkan pengurangan visus oleh suatu tabir/layar yang diturunkan di
dalam mata, seperti melihat air terjun. Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena
dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan
yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat
bervariasi.
3
2.2. Etiologi
1. Ketuaan ( Katarak Senilis )
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada usia 60 tahun keatas.
2. Trauma
Cedera mata dapat mengenai semua umur seperti pukulan keras, tusukan benda,
terpotong, panas yang tinggi, dan bahan kimia dapat merusak lensa mata dan keadaan ini
disebut katarak traumatik.
3. Penyakit mata lain ( Uveitis )
4. Penyakit sistemik ( Diabetes Mellitus )
5. Defek kongenital
Salah satu kelainan herediter sebagai akibat dari infeksi virus prenatal seperti
German measles atau rubella. Katarak kongenitalis bisa merupakan penyakit keturunan
( diwariskan secara autosomal domonan ) atau bisa disebabkan oleh :
Infeksi congenital, seperti campak jerman ( german measles )
Berhubungan dengan penyakit metabolik, seperti galaktosemia (kadar gula
yang meningkat).
Factor resiko terjadinya katarak kongenitalis adalah :
Penyakit metabolik yang diturunkan
Riwayat katarak dalam keluarga
Infeksi virus pada ibu ketika bayi masih dalam kandungan.
Penyebab katarak lainnya meliputi :
Faktor keturunan.
Cacat bawaan sejak lahir.
4
Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
gangguan pertumbuhan,
Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
Rokok dan Alkohol
Operasi mata sebelumnya.
Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya katarak adalah:
Kadar kalsium yang rendah
Diabetes mellitus
Pemakaian kortikosteroid jangka panjang
Berbagai penyakit peradangan dan penyakit metabolik
Faktor lingkungan ( trauma, penyinaran, sinar ultraviolet )
2.3. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1) Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2) Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3) Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti
DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan
menimbulkan katarak komplikata.
4) Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
5
a. Katarak kongeniatal : katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenil : katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah
usia 40 tahun
c. Katarak presenil, yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis : katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak ini merupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan.
Adapun tahapan katarak senilis adalah :
a) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata
masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat
periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang
tidak teratur.penderita pada stadium ini seringkali tidak merasakan
keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga cenderung
diabaikan.
b) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
c) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa
sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita katarak
pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan menjadi
kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari. Selain keluhan
tesebut ada beberapa gejala yang dialami oleh penderita katarak,
seperti :
1) Penglihatan berkabut atau justru terlalu silau saat melihat cahaya.
2) Warna terlihat pudar.
3) Sulit melihat saat malam hari.
4) Penglihatan ganda saat melihat satu benda dengan satu mata.
Gejala ini terjadi saat katarak bertambah luas.
6
d) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah
merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan
pada struktur mata yang lainya.
2.4 Manifestasi Klinis
Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya klien melaporkan
penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional sampai derajat
tertentu yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. Temuan objektif biasanya
meliputi pengembunann seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup, menyilaukan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak
abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah
sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang
berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenkan topi berkelapak lebar
atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada
siang hari.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
Peka terhadap sinar atau cahaya.
7
Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gangguan penglihatan bisa berupa :
Kesulitan melihat pada malam hari
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
Gejala lainya adalah :
Sering berganti kaca mata
Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di
dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
2.5. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung
tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambah
usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna nampak seperti kristal salju
pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi,
perubahan pada serabut halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier ke
sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi.
Perubahan Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi sehingga
8
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa.
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada
kebanyakan pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti DM, namun
sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan matang ketika orang memasuki dekade ke tujuh.
Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal karena bila tidak
didiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor
yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar
ultraviolet B, obat-obatan, alcohol, merokok, DM, dan asupan vitamin antioksidan yang
kurang dalam jangka waktu lama.
2.6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada penderita katarak adalah sebagai
berikut :
1) Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan kerusakan
kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf,
penglihatan ke retina.
2) Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.
3) Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4) Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma.
5) Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6) Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan.
7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
9
8) EKG, kolesterol serum, lipid
9) Tes toleransi glukosa : kontrol DM
10) Keratometri.
11) Pemeriksaan lampu slit.
12) A-scan ultrasound (echography).
13) Penghitungan sel endotel penting u/ fakoemulsifikasi & implantasi.
14) USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.7. Penatalaksanaan
2.7.1 Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit.C ,vit.A dan vit E.
2.7.2 Penatalaksanaan medis
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke
titik di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk
bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang
terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang
mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior
sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf
optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan
lensa buatan.10
1) Pengangkatan lensa
Ada dua macam teknik pembedahan ynag bias digunakan untuk mengangkat
lensa:
Pembedahan ekstrakapsuler : lensa diangkat dengan meninggalkan
kapsulnya.
Pembedahan intrakapsuler : pengangkatan lensa beserta kapsulnya.
Namun, saat ini pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2) Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katrak biasanya akan
mendapatkan lensa buatan sebagai pengganti lensa yang teleh diangkat. Lensa
buatan ini merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler dan
biasanya lensa intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Untuk mencegah infeksi, mengurangi peradangan, dan mempercepat
penyembuhan selama beberapa minggu setelah pembedahan di berikan tetes mata atau
salep. Untuk melindungi mata dari cedera, penderita sebaiknya menggunakan kaca mata
atau pelindung mata yang terbuat dari logam sampai luka pembedahan benar-benar
sembuh. Adapaun penatalaksanaan pada saat post operasi antara lain :
1. Pembatasan aktivitas, pasien yang telah melaksanakan pembedahan diperbolehkan :
Menonton televisi; membaca bila perlu, tapi jangan terlalu lama
Mengerjakan aktivitas biasa tapi dikurangi
Pada awal mandi waslap selanjutnya menggunakan bak mandi atau pancuran
Tidak boleh membungkuk pada wastafel atau bak mandi; condongkan sedikit
kepala kebelakang saat mencuci rambut
2. Tidur dengan perisai pelindung mata logam pada malam hari; mengenakan kacamata
pada siang hari
3. Ketika tidur, berbaring terlentang atau miring pada posisi mata yang tidak dioperasi,
dan tidak boleh telengkup
4. Aktivitas dengan duduk
11
5. Mengenakan kacamata hitam untuk kenyamanan
6. Berlutut atau jongkok saat mengambil sesuatu dari lantai
7. Dihindari (paling tidak selama 1 minggu)
Tidur pada sisi yang sakit
Menggosok mata, menekan kelopak untuk menutup
Mengejan saat defekasi
Memakai sabun mendekati mata
Mengangkat benda yang lebih dari 7 Kg
Berhubungan seks
Mengendarai kendaraan
Batuk, bersin, dan muntah
Menundukkan kepala sampai bawah pinggang, melipat lutut saja dan
punggung tetap lurus untuk mengambil sesuatu dari lantai.
2.8. Komplikasi
Penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5 à ambliopia sensori.
Komplikasi yang terjadi nistagmus dan strabismus dan bila katarak dibiarkan maka akan
mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi berupa Glaukoma dan
Uveitis.
2.9. Prognosis
Penderita penyakit katarak memiliki prognosis untuk menjadi lebih baik setelah
dilakukan pembedahan dan disiplin dalam mematuhi penatalaksanaan.
2.10. Web of caution
12
13
H2O dalam lensa ↓
O2 ↓
Degenerasi K, protein, ascorbic acid ↓
Na dan Ca ↑
Nucleus pada lensa menjadi coklat
kekuningan
Absorbsi radiasi UV meningkat
KATARAK dalam progress :
InsipientImmatureMatureHipermature
Hilangnya transparansi lensaMengabutkan pandanganTransmisi sinar terganggu
Dilakukan operasi
Resiko terhadap
cedera
Defisit perawatan diri
Gangguan persepsi sensori visual
Ansietas pre operasi
MK post operasi
Kurang pengetahuan
tentang kondisi
Ketuaan Trauma Penyakit sistemik:DM
Defek kongenital
Operasi mata sebelumnya
trauma tumpul /
tajam menemb
us kapsul anterior
Perubahan kimia dlm
protein lensa
Koagulasi
Reaksi radang
Rokok, alcohol & obat-obatan
galaktosemia
gangguan kejernihan
lensa
Infeksi virus
prenatalTerbentuk jaringan
fibrosis sisa lensa yang tertinggal
gangguan metabolism serat lensa
gangguan perkembangan embrio intrauterin
MK pre operasi
Resiko infeksi
Perubahan
struktur mata
hiperglikemiaa
Viskositas darah
memeningkat
Asupan nutrisi terus diberikan
Gg.keseimbangan susunan
sel lensa
Nyeri
Resiko cedera
Gg.persepsi sensori visual
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
1) Identitas
Berisi nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai
identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat
pada usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada
usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia sesudah 30-40
tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia > 40 tahun.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada
pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM,
hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu
resiko katarak.
4) Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya
atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur /
tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan
perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap.
Penglihatan berawan / kabur, tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar,
14
perubahan kaca mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia
( glukoma akut ).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada
pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan
( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
6) Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba /
berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
7) Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga
apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin
dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
3.2. Analisa Data
NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1). DS : - Mata silau,penglihatan seperti
terhalang asap yang makin
lama makin tebal.
- Mata kabur, kesulitan
membaca, pandangan ganda
- Kesulitan melihat ( focus )
pada jarak jauh atau dekat.
Ketuaan
H2O dlm lensa
Gangguan
persepsa
sensori–
perseptual
penglihatan.
15
DO : - Pupil dilatasi, pupil berwarna
putih.
- Pengembunan pada pupil,
retina tidak nampak.
O2
K, protein, ascorbic
acid
Na dan Ca
Nukleus pada lensa
menjadi coklat
kekuningan
Lensa menjadi opak
Cahaya dipendarkan,
tidak pada retina
Pandangan kabur /
redup, menyilaukan
susah melihat pada
malam hari.
16
2). DS : - Riwayat trauma pada mata
karena benda tajam / tumpul
- Mata kabur, pandangan
ganda, mata silau.
DO : - Pupil dilatasi
- Pupil berwarna putih
Trauma
Trauma benda
tumpul / tajam
menembus kapsul
anterior
Resiko
terhadap
cedera
3). DS : - Riwayat operasi mata.
- Mata sensitive terhadap
cahaya, gatal, air mata atau
krusta yang berlebih, mata
basah.
DO : - Kehilangan vitreus, bercak di
belakang mata.
Operasi mata
sebelumnya
Reaksi radang
Terbentuk jaringan
fibrosis sisa lensa
yang tertinggal
Defisit
perawatan
diri
4). DS : - Riwayat penyakit DM
- Mata silau, ketajaman
penglihatan berkurang,
penglihatan kabur / tidak jelas
DO : - Pupil berwarna putih, retina
sulit di lihat
Penyakit sitemik :
DM
Gangguan
keseimbangan
susunan sel lensa
oleh faktor fisik atau
kimiawi
Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi
17
gangguan kejernihan
lensa
5). DS : -
DO: - Bercak putih di depan pupil
( leukokoria )
- Katarak terlihat segera setelah
bayi lahir – 1 thn
Defek kongenital
Infeksi virus prenatal
Gg metabolisme
serat lensa
Gg perkembangan
embrio intraurine
Kekeruhan lensa
pada neonatus
Rencana
piñatalaksanaan
pembedahan
Ansietas pre
operasi-
keluarga
18
6). DS : - Riwayat penggunaan obat-
obatan dalam jangka waktu
lama
- Riwayat terpapar zat-zat
kimia ; rokok, alkohol.
- Mata silau, ketajaman
penglihatan menurun, mata
kabur
DO : - Pupil dilatasi, pupil berwarna
putih, retina tidak Nampak.
Rokok, alkohol, dan
obat-obatan
Perubahan kimia
dalam protein lensa
Koagulasi
Pembedahan lensa
Nyeri
19
7). DS : - Riwayat penggunaan obat-
obatan dalam jangka waktu
lama
- Riwayat terpapar zat-zat
kimia ; rokok, alkohol.
- Mata silau, ketajaman
penglihatan menurun, mata
kabur
DO : - Pupil dilatasi, pupil berwarna
putih, retina tidak Nampak
Rokok, alkohol, dan
obat-obatan
Perubahan kimia
dalam protein lensa
Koagulasi
Pembedahan lensa
Lukas insisi
pembedahan
Resiko
infeksi
3.3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
2) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan -
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
4) Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan
5) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
20
Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh
3) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
4) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan -
kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler
3.4. Intervensi dan rasional
1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori/status organ indera.
Tujuan :
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal
gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
INTERVENSI RASIONAL
ii. Tentukan ketajaman penglihatan,
kemudian catat apakah satu atau dua
mata terlibat.
Observasi tanda-tanda disorientasi.
iii. Orientasikan klien tehadap lingkungan.
iv. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi,
bicara dengan menyentuh.
v. Perhatikan tentang suram atau
viii. Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
ix. Meningkatkan keamanan mobilitas
dalam lingkungan.
x. Komunikasi yang disampaikan dapat
lebih mudah diterima dengan jelas.
xi. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa
21
penglihatan kabur dan iritasi mata,
dimana dapat terjadi bila menggunakan
tetes mata.
vi. Ingatkan klien menggunakan kacamata
katarak yang tujuannya memperbesar
kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer
hilang dan buta titik mungkin ada.
vii. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi
bel pemanggil dalam jangkauan/posisi
yang tidak dioperasi.
tak nyaman setelah penggunaan tetes
mata dilator.
xii. Membantu penglihatan pasien.
xiii. Memudahkan pasien untuk
berkomunikasi
2) Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori
penglihatan - kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
Tujuan:
Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan
cedera.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko
dan untuk melindungi diri dari cedera.
Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.
INTERVENSI RASIONAL
Diskusikan apa yang terjadi tentang
kondisi paska operasi, nyeri,
pembatasan aktifitas, penampilan,
balutan mata.
Beri klien posisi bersandar, kepala
tinggi, atau miring ke sisi yang tak
xiv. Kondisi mata post operasi
mempengaruhi visus pasien
xv. Posisi menentukan tingkat kenyamanan
pasien.
22
sakit sesuai keinginan.
Batasi aktifitas seperti menggerakan
kepala tiba-tiba, menggaruk mata,
membongkok.
Ambulasi dengan bantuan : berikan
kamar mandi khusus bila sembuh
dari anestesi.
Minta klien membedakan antara
ketidaknyamanan dan nyeri tajam
tiba-tiba, Selidiki kegelisahan,
disorientasi, gangguan balutan.
Observasi hifema dengan senter
sesuai indikasi.
xvi. Aktivitas berlebih mampu
meningkatkan tekanan intra okuler
mata.
xvii. Visus mulai berkurang, resiko cedera
semakin tinggi.
xviii. Pengumpulan Informasi dalam
pencegahan komplikasi
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan
tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
INTERVENSI RASIONAL
xix. Pantau informasi tentang kondisi
individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.
Tekankan pentingnya evaluasi
perawatan rutin, beritahu untuk
melaporkan penglihatan berawan.
Identifikasi tanda/gejala memerlukan
xxiv. Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko
kerusakan lebih lanjut.
23
upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-
tiba.
xx. Informasikan klien untuk menghindari
tetes mata yang dijual bebas.
xxi. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi
antar obat mata dan masalah medis
klien.
xxii. Anjurkan klien menghindari membaca,
berkedip, mengangkat berat, mengejan
saat defekasi, membongkok pada
panggul, dll.
xxiii. Anjurkan klien tidur terlentang.
xxv. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak
nyaman setelah penggunaan tetes mata
dilator.
xxvi. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat
meningkatkan tekanan intra okuler.
xxvii. Tidur terlentang dapat membantu
kondisi mata agar lebih nyaman.
4) Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.
Tujuan/kriteria evaluasi:
Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.
Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang
sampai pada tingkat dapat diatasi.
Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tingkat kecemasan pasien dan
catat adanya tanda- tanda verbal dan
nonverbal.
Derajat kecemasan akan dipengaruhi
bagaimana informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh
24
Beri kesempatan pasien untuk
mengungkapkan isi pikiran dan
perasaan takutnya.
Observasi tanda vital dan peningkatan
respon fisik pasien.
Beri penjelasan pasien tentang
prosedur tindakan operasi, harapan
dan akibatnya.
Beri penjelasan dan suport pada pasien
pada setiap melakukan prosedur
tindakan.
Lakukan orientasi dan perkenalan
pasien terhadap ruangan, petugas, dan
peralatan yang akan digunakan.
individu.
Mengungkapkan rasa takut secara
terbuka dimana rasa takut dapat
ditujukan.
Mengetahui respon fisiologis yang
ditimbulkan akibat kecemasan.
Meningkatkan pengetahuan pasien
dalam rangka mengurangi kecemasan
dan kooperatif.
Mengurangi kecemasan dan
meningkatkan pengetahuan .
Mengurangi perasaan takut dan
cemas.
5) Nyeri berhubungan dengan trauma insisi
Tujuan : pengurangan nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
Berikan obat untuk mengontrol nyeri
dan TIO sesuai dengan resep.
Berikan kompres dingin sesuai
dengan permintaan untuk trauma
tumpul.
Kurangi tingkat pencahayaan.
Pemakaian sesuai dengan resep akan
mengurangi nyeri dan TIO dan
meningkatkan rasa.
Mengurangi edema akan mengurangi
nyeri.
Tingkat pencahayaan yang lebih rendah
25
Dorong penggunaan kaca mata hitam
pada cahaya yang kuat.
nyakan setelah pembedahan.
Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak
nyaman setelah penggunaan tetes mata
dilator
6) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.
Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri
INTERVENSI RASIONAL
Beri instruksi kepada pasien atau
orang terdekat mengenal tanda
atau gejala komplikasi yang harus
dilaporkan segera kepada dokter.
Berikan instruksi lisan dan tertulis
untuk pasien dan orang yang
berati mengenal teknik yang
benar memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah
pemulangan.
Ajari pasien dan keluarga teknik
panduan penglihatan.
xxviii. Penemuan dan penanganan awal komplikasi
dapat mengurangi resiko kerusakan lebih
lanjut.
xxix. Pemakaian teknik yang benar akan
mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
xxx. Sumber daya harus tersedia untuk layanan
kesehatan, pendampingan dan teman di
rumah
xxxi. Memungkinkan tindakan yang aman dalam
lingkungan.
7) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan
tubuh.
26
Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan
ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan
benar.
INTERVENSI RASIONAL
xxxii. Ciptakan lingkungan ruangan yang
bersih dan babas dari kontaminasi
dunia luar
xxxiii. Jaga area kesterilan luka operasi
xxxiv. Lakukan teknik aseptik dan
desinfeksi secara tepat dalam
merawat luka
xxxv. Kolaborasi terapi medik pemberian
antibiotika profilaksis
1Mengurangi kontaminasi dan
paparan pasien terhadap agen
infektious.
Mencegah dan mengurangi
transmisi kuman.
mencegah kontaminasi pathogen
mencegah pertumbuhan dan
perkembangan kuman.
BAB IV
PENUTUP
27
4.1. Kesimpulan
Katarak adalah nama yang diberikan untuk kekeruhan lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat
dari kedua-duanya yang biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progesif.
(Mansjoer,2000;62). Dengan bertambah usia, nucleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan selain itu, perubahan fisik dan kimia dalam lensa
mengakibatkan hilangnya transparansi, perubahan pada serabut halus multiple (zunula)
yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan Kimia dalam protein lensa
dapat menyebabkan koagulasi sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Katarak pada umumnya di tandai dengan penglihatan tidak
jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek, peka terhadap sinar atau cahaya,
penglihtan ganda dalam satu mata, penderita memerlukan pencahayaan yang terang untuk
dapat membaca, dan lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Adapun
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk menentukan diagnosa katarak salah
satunya adalah kartu mata snellen /mesin telebinokuler pemeriksaan ini dialkukan untuk
mengetahui kemungkinan terjadi gangguan dengan kerusakan kornea, lensa,
akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada penderita katarak meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian pada
klien dengan katarak dapat dilakukan denagan menganamnesa perubahan pada aktivitas /
istirahat, neurosensori, tingkat kenyaman, dan tingkat pemahaman tentang penyakit yang
diderita sehingga perawat mendapatkan data subyektif yang bisa digunakan untuk
menentukan diagnosa keperawatan. Salah satu diagnosa keperawatan yang dapat di
tegakkan pada kasus katarak ialah gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan
berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. Dengan diagnose
ini perawat dapat menyusun rencana untuk intervensi pada klien dengan katarak.
28
4.2. Saran
Untuk menghindari resiko terjadinya katarak, disarankan untuk menjaga
kesehatan mata sejak dini salah satu caranya adalah menghindari zat-zat kimia yang dapat
merusak mata seperti asap rokok selain itu, memakai kaca mata hitam untuk menghindari
paparan sinar matahari secara langsung agar mata tidak terkena radiasi sinar UV.
DAFTAR PUSTAKA
29
Luckman and sorensen’s, 1993, Medical Surgical Nursing --.ed.4.- Philadelphia, Pennsylvania :
The Curtis Center
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/02/21/katarak/. Diakses pada tanggal 15
September 2009. Pukul 13.12 WIB
http://hayato31.blogspot.com/2009/04/askep-katarak.html. Diakses pada tanggal 15
September 2009. Pukul 13.15 WIB
http://medicastore.com Diakses pada tanggal 15 September 2009. Pukul 13.19 WIB
http://ns-nining.blogspot.com/2008/10/asuhan-keperawatan-klien-dengan-katarak.htm.
Diposkan oleh Nining pada pukul 03:07. Diakses pada tanggal 15 September 2009. Pukul 13.07
WIB.
http://nusaindah.tripod.com/keskatarak.htm. Diakses pada tanggal 28 September 2009.
Pukul 06.40WIB
http://optic.kasoem.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1:katarak&catid=9:artikel&Itemid=4. Diakses pada
tanggal 28 September 2009. Pukul 06.40 WIB
30
top related