apa dan bagaimana mengatasi rabies
Post on 03-Aug-2015
52 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Apa dan Bagaimana Mengatasi Rabies?
Penyakit rabies disebabkan oleh virus rabies dan menular pada manusia lewat gigitan atau
cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula lewat luka yang terkena air liur hewan
penderita rabies. Walaupun jarang ditemukan, virus rabies ini dapat ditularkan ketika air liur
hewan yang terinfeksi mengenai selaput lendir seseorang seperti kelopak mata atau mulut
atau kontak melalui kulit yang terbuka.
Rabies (penyakit anjing gila) yang biasanya dibawa oleh anjing, kucing, kelelewar, kera,
musang dan serigala, bisa mempengaruhi sistem saraf pusat. Hewan-hewan itu termasuk
berdarah panas, termasuk juga manusia (pria), sehingga mudah sekali terkena penyakit ini.
Tapi, penyebaran penyakit antar manusia jarang sekali terjadi.
Secara patogenesis, setelah virus rabies masuk lewat luka gigitan, selama dua minggu virus
tetap tinggal pada tempat masuk dan dekatnya. Kemudian, virus akan bergerak mencapai
ujung-ujung serabut saraf posterios tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.
Masa inkubasi virus ini bervariasi, berkisar antara dua minggu sampai dua tahun. Tapi
umumnya 3-8 minggu, tergantung jarak tempuh virus sebelum mencapai otak. Sesampainya
di otak, virus akan memperbanyak diri dan menyebar luas dalam semua bagian neuron-
neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus
dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian
bergerak ke arah perifer dalam serabut saraf eferen, volunter dan otonom. Dengan demikian
virus ini menyerang hampir tiap organ dan jaringan di dalam tubuh dan berkembang biak
dalam jaringan-jaringan seperti kelenjar ludah, ginjal dan sebagainya.
Sekalinya virus rabies masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan hewan maka virus ini
akan menyebar ke seluruh otot tubuh. Puncaknya virus ini akan mencapai otak dan
menyerang banyak bagian penting otak yang akhirnya dapat menyebabkan kematian.
Gejala
Secara klinis, gejala rabies dibedakan menjadi:
1. Stadium Prodromal. Gejala awal berupa demam, sakit kepala, malaise, sakit tulang,
kehilangan nafsu makan, mual, rasa nyeri di tenggorokan, batuk dan kelelahan luar biasa
selama beberapa hari (1-4 hari). Gejala-gejala ini merupakan gejala yang spesifik dari orang
yang terinfeksi virus rabies yang muncul 1-2 bulan setelah gigitan hewan pembawa virus
rabies.
2. Stadium Sensoris. Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat
bekas luka gigitan. Kemudian disusul dengan gejala cemas dan reaksi yang berlebihan
terhadap rangsang sensorik.
3. Stadium Eksitasi. Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan gejala
hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi. Bersamaan dengan stadium
eksitasi ini penyakit mencapai puncaknya yang sangat khas pada stadium ini ialah adanya
macam-macam fobia, yang sangat sering diantaranya hidrofobi (takut air). Kontraksi otot-otot
faring dan otot-otot pernapasan dapat pula ditimbulkan oleh rangsang sensorik seperti
meniupkan udara ke muka penderita atau menjatuhkan sinar ke mata atau dengan menepuk
tangan di dekat telinga penderita. Pada stadium ini dapat terjadi apnoe, sianosis, konvulsan
dan takikardi. Tindak-tanduk penderita tidak rasional kadang-kadang maniakal disertai
dengan saat-saat responsif. Gejala eksitasi ini dapat terus berlangsung sampai penderita
meninggal, tetapi pada saat dekat kematian justru lebih sering terjadi otot-otot melemas,
hingga terjadi paresis flaksid otot-otot.
4. Stadium paralisis. Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.
Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-
otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang yang
memperlihatkan gejala paresis otot-otot yang bersifat asendens, yang selanjutnya meninggal
karena kelumpuhan otot-otot pernapasan. Tanpa perawatan serius, kematian dapat terjadi 4-
20 hari setelah gejala-gejala muncul. Inkubasi dari infeksi rabies ini umumnya terjadi dalam
waktu 1-2 bulan setelah kejadian, walau rentang waktunya 10 hari sampai satu tahun.
Penanganan
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera
mungkin, untuk mengurangi atau mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan.
Usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan
sabun atau ditergent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 persen,
betadine, obat merah atau lainnya). Tapi, walau pencucian luka gigitan sudah dilakukan,
penderita harus kembali dicuci lukanya di Puskesmas atau rumah sakit.
Luka gigitan tidak dibenarkan dijahit, kecuali jahitan situasi. Jika memang perlu sekali untuk
dijahit (jahitan situasi), harus diberikan serum anti rabies (SAR) sesuai dosis yang disuntikkan
secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikkan secara
intramuskuler. Selain itu, harus dipertimbangkan pula perlu tidaknya pemberian serum atau
vaksin anti tetanus, anti biotik mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
Pemberian vaksin anti rabies (VAR) atau VAR disertai dengan serum anti rabies (SAR) harus
didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan hasil-hasil penemuan di bawah
ini:
1. Anamnesis:
- kontak/jilatan/gigitan
- kejadian di daerah tertular/terancam/bebas
- didahului tindakan provokatif/tidak
- hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies
- hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies
- penderita luka gigitan pernah di VAR, kapan ?
- hewan yang menggigit pernah di VAR, kapan ?
2. Pemeriksaan fisik:
- identifikasi luka gigitan (status lokalis)
3. Lain-lain:
- temuan pada waktu observasi hewan
- hasil pemeriksaan spesimen dari hewan
- petunjuk WHO
Jika ada indikasi pengobatan Pasteur, terhadap luka resiko rendah diberi VAR saja. Yang
termasuk luka tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet (erosi atau
ekskoriasi), luka kecil di sekitar tangan, badan dan kaki.
Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya
adalah jilatan atau luka pada mukosa, luka di atas daerah bahu (muka, kepala, leher), luka
pada jari tangan atau kaki, genetalia, luka yang lebar atau dalam dan luka yang banyak
(multipel).
Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan tersangka atau hewan rabies atau penderita
rabies) tapi tidak ada luka, kontak tak langsung, tidak ada kontak, tidak perlu diberikan
pengobatan. Kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya, diberikan VAR.
Sementara untuk kulit dengan luka berbahaya diberikan VAR dan SAR.
Sementara itu, perawatan rabies pada manusia bisa dilakukan, antara lain:
a. Penderita dirujuk ke Rumah Sakit
b. Sebelum dirujuk, penderita di infus dengan cairan Ringer Laktat (NACl 0,9%) atau cairan
infus lainnya, jika perlu diberikan anti konvulsan dan sebaiknya penderita difiksasi selama
perjalanan. Waspada terhadap tindak-tanduk penderita yang tidak rasional, kadang-kadang
maniakal disertai dengan saat-saat responsif.
c. Di rumah sakit, penderita harus dirawat di ruang isolasi
d. Tindakan medik dan pemberian obat-obat simptomatis dan supportif termasuk anti biotik
bila diperlukan
e. Untuk menghindari adanya kemungkinan penularan dari penderita, sewaktu menangani
kasus rabies pada manusia, dokter, paramedis, anggota keluarga memakai sarung tangan,
kaca mata dan masker, serta sebaiknya dilakukan fiksasi penderita pada tempat tidur.
Jadi, virus rabies dapat ditangkal dengan melakukan vaksinasi seperti vaksin Rab Avert. Pada
manusia, vaksin ini rutin diberikan kepada orang-orang yang pekerjaannya beresiko tinggi
seperti dokter hewan, pawang binatang, peneliti khusus hewan dan lainnya. Orang yang akan
bepergian ke daerah-daerah yang dianggap beresiko tinggi dianjurkan untuk mendapat
vaksin ini sebelum bepergian. Untuk orang yang tiba-tiba digigit atau dicakar hewan
pembawa virus rabies ini akan mendapat serangkaian vaksinasi Human Deploid Cell dan
Human Rabies Immune Globulin.
Karena anjing, kucing dan musang dan terinfeksi virus rabies, hal terpenting adalah
mencegah kuman rabies masuk ke dalam tubuh dengan memberikan vaksinasi kepada
hewan-hewan peliharaan yang tinggal bersama kita. Kita juga harus melaporkan hewan-
hewan liar yang berkeliaran di sekitar lingkungan rumah kepada pihak yang berwenang.
Untuk itu, jangan sembarangan membiarkan anak anda untuk menyentuh, membelai-belai
atau memberi makan hewan yang ditemuinya di jalan.
Jika seorang anak tergigit hewan, cepat cuci area yang terluka dengan sabun dan air selama
sepuluh menit dan tutup lukanya dengan plester. Lalu pergi ke dokter terdekat untuk
mengetahui apakah terkena infeksi rabies atau tidak. Hal lain yang dapat dilakukan adalah
memberitahukan pihak yang berwenang mengurus hewan-hewan liar, untuk menangkapnya
agar dilakukan pemeriksaan terhadap hewan itu, apakah membawa virus rabies atau tidak.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan rabies adalah:
1. Anjing peliharaan, tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran, harus didaftarkan ke Kantor
Kepala Desa atau Kelurahan atau Petugas Dinas Peternakan setempat.
2. Anjing harus diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter.
3. Anjing yang hendak dibawa keluar halaman harus diikat dengan rantai tidak lebih dari 2
meter dan moncongnya harus menggunakan berangus (beronsong).
4. Pemilik anjing wajib untuk menvaksinasi rabies.
5. Anjing liar atau anjing yang diliarkan harus segera dilaporkan kepada petugas Dinas
Peternakan atau Pos Kesehatan Hewan untuk diberantas / dimusnahkan.
6. Kurangi sumber makanan di tempat terbuka Untuk mengurangi anjing liar atau anjing yang
diliarkan.
7. Daerah yang terbebas dari penyakit rabies, harus mencegah masuknya anjing, kucing, kera
dan hewan sejenisnya dari daerah tertular rabies.
8. Masyarakat harus waspada terhadap anjing yang diliarkan dan segera melaporkannya
kepada Petugas Dinas Peternakan atau Posko Rabies.
Biasanya, binatang pembawa rabies akan mempunyai gejala, seperti hewan menjadi garang
atau ganas (furious rabies) atau hewan menjadi tenang (dum rabies). Penangannya:
A. Hewan yang telah menggigit manusia harus diusahakan tertangkap dan jangan dibunuh,
laporkan kepada petugas Dinas Peternakan, Pos Kesehatan Hewan atau diserahkan langsung
kepada Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan observasi selama 14 hari.
B. Hewan yang telah menggigit manusia dan tertangkap tetapi terpaksa dibunuh atau mati,
kepalanya harus diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat sebagai bahan pemeriksaan
laboratorium.
Ada juga beberapa tips yang bisa dilakukan, jika kita terkena gigitan hewan:
Kompres dengan es
Gigitan nyamuk bisa dirawat dengan kompres es, menurut seorang dokter. Ia mengatakan, es
mengurangi bengkak yang terjadi dan menghilangkan rasa sakit dan gatal. Ia menyarankan
mengompres gigitan itu selama 20 menit setiap beberapa jam. Saran yang sama juga berlaku
bagi gigitan laba-laba yang tidak beracun, yang juga bisa menyebabkan gatal.
Coba cara klasik
Waktu kecil, biasanya ibu anda menggunakan cairan kalamin untuk menyembuhkan gatal
akibat gigitan nyamuk. Obat ini itu banyak dijual di toko dan lebih ekonomis dibanding
hidrokortison.
Obat anti histamin
Obat umum yang mengandung anti histamin juga bisa mengobati bekas gigitan yang gatal,
karena gatal adalah reaksi alergi ringan. Anti histamin yang merupakan obat anti alergi ini
tentu saja tidak boleh digunakan orang yang sensitif, wanita hamil, orang yang alergi pada
bahan obat ini, atau orang yang obatnya bertentangan dengan obat ini. Tanyalah dokter atau
apoteker terlebih dahulu bila anda tidak yakin.
Kenali tanda-tanda reaksi parah
Gigitan laba-laba beracun bisa menyebabkan reaksi alergi yang parah, sehingga anda perlu
hati-hati mengenali reaksi alerginya sebelum terlambat. Tanda-tanda anafilaksis atau reaksi
alergi yang parah ialah: sulit bernafas, bentol-bentol di seluruh badan, dan kehilangan
kesadaran. Orang yang mengalami tanda-tanda ini harus secepatnya dibawa ke rumah sakit.
Dokter biasanya merawat pasien anafilaksis dengan menggunakan steroid, adrenalin, dan
antihistamin.
Jangan panik bila tergigit kutu busuk
Penyakit 'lyme' yang diakibatkan oleh kutu busuk dan bisa menyebabkan demam,
kedinginan, sakit kepala, dan komplikasi lain baru-baru ini mendapatkan banyak perhatian.
Tetapi tidak semua kutu busuk mengakibatkan penyakit ini dan tidak semua kutu busuk yang
mengakibatkan lyme akan menularkannya kepada anda bila tergigit. Biasanya, seekor kutu
busuk harus berada di kulit selama 24 sampai 48 jam agar bisa memindahkan organisme
yang menyebabkan penyakit lyme itu. Sebaiknya anda memeriksa diri setiap hari bila anda
berada di tempat yang mungkin didiami kutu-busuk. Jika anda mengambil kutu ini dari kulit
anda (dengan menggunakan petunjuk berikut), anda disarankan mengawetkannya di botol
kecil berisi alkohol, sehingga bila infeksi yang mencurigakan berkembang, kutu itu bisa diteliti
terhadap kemungkinan membawa penyakit lyme. Anda tidak perlu menemui dokter kecuali
menderita bengkak atau merah-merah di sekitar gigitan (tanda infeksi), gatal-gatal berbentuk
lingkaran (biasanya gejala penyakit lyme ), demam, atau gatal-gatal pada kulit.
Ambil kutu busuk dengan hati-hati
Untuk mengambil kutu busuk dari kulit anda, jepit bagian mulut serangga ini dengan jepitan
sedekat mungkin ke kulit anda, lalu pelan-pelan angkat lurus ke atas. Jangan mencoba
menjepit bagian badan atau kepala, karena bagian ini bisa putus dan mulutnya tertinggal di
bawah kulit anda. Gunakan penjepit tadi untuk menghilangkan bagian-bagian lain dari kutu
itu lalu sapukan antiseptik, seperti alkohol atau salep antibiotik, ke bekas gigitan.
Hentikan perdarahan
Jika gigitan binatang menyebabkan perdarahan hebat, tekan daerah itu dengan telapak
tangan. Jika lukanya besar, ikatkan sapu tangan, handuk, atau t-shirt erat-erat di sekitar
daerah luka untuk memberi tekanan pada daerah tersebut (tidak terlalu erat sehingga
menghalangi sirkulasi). Jangan gerakkan daerah tersebut. Bila gigitan itu terdapat pada
bagian kaki, angkat kaki sehingga berada di atas lokasi jantung. Temui dokter secepatnya.
Jangan merawat lubang gigitan seperti sebuah goresan
Sebuah gigitan yang meninggalkan goresan tetapi tidak menembus kulit bisa langsung dicuci
dengan sabun dan air, lalu diolesi dengan krim antibiotik atau salep. Tidak demikian untuk
gigitan yang menembus atau melubangi kulit. Jenis ini memerlukan perawatan dokter. Anda
perlu melihat apakah binatang itu sakit atau tidak. Perhatikan binatang itu. Pada binatang
liar, jika ia diam saja (misalnya anda bisa mendekati seekor tupai dan memberinya makanan),
maka pasti ada sesuatu pada binatang itu. Binatang itu sakit. Anda bisa menghubungi dokter
atau dokter hewan untuk memastikan apakah ada wabah rabies pada binatang rumah atau
liar di daerah anda.
Dapatkan suntikan anti tetanus
Jika anda tergigit binatang liar atau binatang peliharaan dan gigitan itu menembus kulit, anda
disarankan menemui dokter untuk mengetahui apakah anda perlu suntikan anti tetanus atau
tidak (biasanya tergantung pada jenis luka dan waktu suntikan tetanus terakhir anda). Gigitan
hewan dan manusia mudah sekali terinfeksi karena semua makhluk ini memiliki banyak
bakteri yang hidup di mulutnya. Juga perlu diperhatikan tanda-tanda infeksi, seperti bengkak
dan warna merah.
Jangan tergigit
Mungkin jalan terbaik untuk merawat gigitan adalah, sebelum tergigit, hindari binatang liar
walaupun mendekat pada anda dan jangan menyentuh ular, laba-laba, lebah dan apapun
yang kelihatannya membahayakan. Kebanyakan binatang dan serangga tidak akan
menyerang jika tidak diganggu. Binatang yang kelihatannya jinak pun, seperti tupai, bisa
membawa kutu yang menimbulkan penyakit. Obat anti serangga juga bisa menghindarkan
anda dari gigitan bila anda lama berada di luar rumah.
Kenali fauna di daerah anda
Kenali fauna yang hidup di daerah anda, sehingga anda tahu apa yang perlu dihindari.
Misalnya, anda hidup di daerah yang terdapat wabah rabies pada binatang peliharaan. Juga,
anda perlu tahu apakah ada ular, laba-laba beracun maupun kalajengking yang hidup di
sekitar anda.
top related