analisis masalah & li
Post on 17-Jan-2016
230 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Analisis Masalah
1(A) Apa akibat menderita DM tipe 1 pada usia 14 tahun ?
Diabetes mellitus tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta pancreas yang bertugas
menghasilkan insulin, karena sel beta tidak dapat menghasilkan insulin sehingga penderita
DM tipe 1 ini harus menerima injeksi insulin setiap harinya. . Konsekuensinya adalah
manifestasi efek hipoglikemia pada otak. Otak membutuhkan pasokan glukosa terus-menerus
sebagai nutrisinya, selain itu penyerapan glukosa pada otak tidak tergantung hormon insulin.
Pada kelebihan insulin, glukosa yang terdorong masuk ke dalam sel-sel dependen insulin jauh
lebih banyak dari seharusnya. Akibatnya, kadar glukosa darah menurun dan tidak tersedia
cukup glukosa untuk disalurkan ke otak. Pada hakikatnya otak mengalami kelaparan sehingga
gejala yang muncul berkaitan dengan depresi fungsi otak, yang jika cukup parah, dapat
mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Pengidap diabetes dapat pingsan bahkan
meninggal akibat koma ketoasidosis diabetik disebabkan hipoglikemia akut karena syok
insulin.
1(C) Apa ciri fisik dari penderita dm tipe 1?
Gejala DM tipe 1 pada anak timbul secara tiba-tiba. Berat badan menurun secara drastis
meskipun anak banyak makan, banyak minum dan banyak buang air kecil. Anak yang
tadinya tidak mengompol kini mengompol lagi.
Tanda-tanda yang paling mudah dikenali ialah tanda-tanda akibat hiperglikemia, glikosuria,
dan ketoasidosis. Anak-anak juga menjadi irritable, mudah marah, dan sering ngambek,
namun gejala utama hiperglikemia ialah akibat diuresis osmotik dan glikosuria. Glikosuria itu
sendiri merupakan peningkatan frekuensi dan volume urin (poliuri) sehingga sering membuat
anak-anak sering mengompol di malam hari. Gejala ini mudah dikenali pada bayi karena se-
ring sekali minum dan banyak sekali urin pada diapernya.
Polidipsia terjadi karena terdapat diuresis osmotik sehingga menyebabkan dehidrasi.
Penurunan berat badan terjadi karena terjadi pemecahan lemak dan protein dalam jumlah
banyak, meskipun nafsu makan anak relatif normal.
Gejala lain yang sangat perlu dikenali ialah gejala-gejala pada ketoasidosis, yakni dehidrasi
berat, tercium bau keton di mulut, napas asidosis (Kussmaul) yang mirip respiratory distress,
nyeri abdomen, muntah, somnolen hingga koma. Selain itu anak juga akan rentan terhadap
infeksi karena terdapat penurunan imunitas akibat hiperglikemia, terutama infeksi saluran
napas, saluran kemih, dan kulit, sehingga dapat ditemukan kandidosis. Yang paling sering
dan mudah dikenali ialah kandidosis di daerah selangkangan.
Selain gejala malaise dan dehidrasi, anak-anak dengan diabetes dini tidak memiliki tanda
yang khas pada tubuhnya. Mengingat penyakit endokrin autoimun banyak terjadi pada anak
dengan IDDM, mungkin dapat ditemukan gejala endokrinopati lain, misalnya hipertiroidisme
dengan gejala overaktivitas, cepat lelah, atau teraba gondok. Katarak dapat terjadi namun
sangat jarang, kalaupun ada biasanya pada anak perempuan dengan hiperglikemia pada
jangka waktu lama.
Dapat ditemukan nekrobiosis lipoidika, berupa daerah atrofi berwarna merah yang berbatas
tegas. Kondisi ini terjadi akibat luka pada kolagen kulit dan sulit untuk diobati.
1(D) Apa dampak dm tipe 1 terhadap tubuh doni?
Dm tipe satu akan berpengaruh pada :
1) Sistem kardiovaskuler (peredaran darah jantung) seperti hipertensi, infarck miokard
( gangguan pada otot jantung).
2) Mata: retinopathy diabetika, katarak
3) Saraf: neropathy diabetika
4) Paru-paru: TBC (tuberculosis)
5) Ginjal: pielonefritis (infeksi pada piala ginjal), Glumerulosklerosis (Pengerasan pada
glomerolus).
6) Hati: Sirosis Hepatis (Pengerasan pada hati)
7) Kulit: Gangren (jaringan mati pada kulit, jaringan), ulcus (luka)
1( E) Bagaimana patofisiologi IDDM?
DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai
dengan hiperglikemia kronis. Keadaan tersebut disebabkan kerusakan sel beta pankreas baik
oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti.
Gangguan hormon insulin merupakan dasar terjadinya gejala pada DM. Insulin diproduksi
organ pankreas yang terletak di dekat hati dan berperan dalam melepaskan dan menyimpan
bahan bakar tubuh. Hormon insulin diproduksi sesuai “pesanan” artinya kadarnya dapat naik
dan turun tergantung kebutuhan.
Pada DM, kadar insulin terus menerus rendah atau kadarnya cukup tetapi tidak efektif
sehingga meskipun penyandang DM sudah makan banyak, insulin tidak meningkat dan tubuh
tidak dapat menyimpan gula berlebihan.
Faktor keturunan (genetik) diduga sebagai penyebab utama meskipun kebanyakan anak
ternyata tidak punya riwayat DM pada keluarga. Sebaliknya, dapat pula terjadi dalam satu
keluarga terdapat lebih dari satu anak yang mengidap DM tipe 1. Seseorang yang memiliki
gen tertentu lebih rentan terkena DM tipe 1. Gen itu akan aktif bila dicetuskan faktor
lingkungan seperti virus atau racun. Enterovirus merupakan pencetus yang paling jelas dan
paling sering diteliti, salah satunya pada penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and
mouth disease) dan polio. Diduga virus mengubah gen tersebut sehingga gen yang tadinya
“adem ayem” menjadi aktif membentuk antibodi yang menyerang tubuh sendiri disebut
autoantibodi. Defisiensi vitamin D belakangan ini juga dikaitkan dengan terjadinya DM pada
anak.
Organ tubuh yang diserang adalah sel beta pankreas yang kerja utamanya memproduksi
insulin. Walhasil, pankreas tak mampu lagi memenuhi kebutuhan insulin tubuh bahkan
produksinya dapat terhenti sama sekali. Sebagai perbandingan, normalnya pankreas
memproduksi 31 unit insulin perhari, sedangkan pasien DM tipe 1 memproduksi hanya 0-4
unit perhari; sehingga membutuhkan tambahan insulin dari luar. Faktor genetik dan
lingkungan akan menentukan kapan dan seberapa parah DM yang mengenai anak.
3(D) Apa saja dampak dari mencret yang berkelanjutan?
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis
metabolik, dan hipovolemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati
dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi
isotonik, dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
(Juffrie, 2010).
Learning Issue
IDDM (Insulin Dependen Diabetes Mellitus)
Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai macam
etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin atau
gangguan kerja dari insulin, atau keduanya. Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih
diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang
didasari proses autoimun.
Istilah diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang berarti “sypon”
menunjukan pembentukan urine yang berlebihan, dan mellitus berasal dari kata “meli” yang
berarti madu.
Etiologi
Etiologi DM tipe 1 diakibatkan oleh kerusakan sel beta pankreas karena paparan agen infeksi
atau lingkungan, yaitu racun, virus (rubella kongenital, mumps, coxsackievirus dan
cytomegalovirus) dan makanan (gula, kopi, kedelai, gandum dan susu sapi).
Beberapa teori ilmiah yang menjelaskan penyebab diabetes mellitus tipe 1 sebagai berikut:
1. Hipotesis sinar matahari
Teori yang paling terakhir adalah "hipotesis sinar matahari," yang menyatakan bahwa waktu
yang lama dihabiskan dalam ruangan, dimana akan mengurangi paparan sinar matahari
kepada anak-anak, yang akan mengakibatkan berkurangnya kadar vitamin D. Bukti
menyebutkan bahwa vitamin D memainkan peran integral dalam sensitivitas dan sekresi
insulin (Penckofer, Kouba, Wallis, & Emanuele, 2008). Berkurangnya kadar vitamin D, dan
jarang terpapar dengan sinar matahari, dimana masing-masing telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko diabetes mellitus tipe 1.
2. Hipotesis higiene "Hipotesis kebersihan"
Teori ini menyatakan bahwa kurangnya paparan dengan prevalensi patogen, dimana kita
menjaga anak-anak kita terlalu bersih, dapat menyebabkan hipersensitivitas autoimun, yaitu
kehancuran sel beta yang memproduksi insulin di dalam tubuh oleh leukosit. Dalam
penelitian lain, peneliti telah menemukan bahwa lebih banyak eksposur untuk mikroba dan
virus kepada anak-anak, semakin kecil kemungkinan mereka menderita penyakit reaksi
hipersensitif seperti alergi. Penelitian yang berkelanjutan menunjukkan bahwa "pelatihan"
dari sistem kekebalan tubuh mungkin berlaku untuk pencegahan tipe 1 diabetes (Curry,
2009). Kukrija dan Maclaren menunjukkan bahwa pencegahan diabetes tipe 1 mungkin yang
akan datang melalui penggunaan imunostimulasi, yakni memaparkankan anak-anak kepada
bakteri dan virus yang ada di dunia, tetapi yang tidak menyebabkan efek samping
imunosupresi.
3. Hipotesis Susu Sapi
Teori ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap susu sapi dalam susu formula pada 6 bulan
pertama pada bayi dapat menyebabkan kekacauan pada sistem kekebalan tubuh dan
meningkatkan risiko untuk mengembangkan diabetes mellitus tipe 1 di kemudian hari.
Dimana protein susu sapi hampir identik dengan protein pada permukaan sel beta pankreas
yang memproduksi insulin, sehingga mereka yang rentan dan peka terhadap susu sapi maka
akan direspon oleh leukosit, dan selanjutnya akan menyerang sel sendiri yang menyebabkan
kerusakan sel beta pankreas sehingga terjadi dibetes mellitus tipe 1. Peningkatan pemberian
ASI di 1980 tidak menyebabkan penurunan terjadinya diabetes tipe 1, tetapi terjadi
peningkatan dua kali lipat diabetes mellitus tipe 1. Namun, kejadian diabetes tipe 1 lebih
rendah pada bayi yang diberi ASI selama 3 bulan (Ekoe, Zimmet, & Williams, 2001).
4. Hipotesis POP
Hipotesis ini menjelaskan bahwa eksposur terhadap polutan organik yang persisten (POP)
meningkatkan risiko kedua jenis diabetes. Publikasi jurnal oleh Institut Nasional Ilmu
Kesehatan Lingkungan menunjukkan peningkatan yang signifikan secara statistik dalam
tingkat rawat inap untuk diabetes dari populasi yang berada di tempat Kode ZIP yang
mengandung limbah beracun (Kouznetsova, Huang, Ma, Lessner, & Carpenter, 2007).
5. Hipotesis Akselerator
Sebuah teori yang menunjukkan bahwa tipe 1 diabetes merupakan bagian sederhana dari
kontinum yang sama dari tipe 2, tetapi muncul lebih dulu. Hipotesis akselerator menyatakan
bahwa peningkatan berat dan tinggi anak-anak pada abad terakhir ini telah "dipercepat",
sehingga kecenderungan mereka untuk mengembangkan tipe 1 dengan menyebabkan sel beta
di pankreas di bawah tekanan untuk produksi insulin. Beberapa kelompok mendukung teori
ini, tetapi hipotesis ini belum merata diterima oleh profesional diabetes (O'Connell, Donath,
& Cameron, 2007).
Patofisiologi IDDM
DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai
dengan hiperglikemia kronis. Keadaan tersebut disebabkan kerusakan sel beta pankreas baik
oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti.
Gangguan hormon insulin merupakan dasar terjadinya gejala pada DM. Insulin diproduksi
organ pankreas yang terletak di dekat hati dan berperan dalam melepaskan dan menyimpan
bahan bakar tubuh. Hormon insulin diproduksi sesuai “pesanan” artinya kadarnya dapat naik
dan turun tergantung kebutuhan.
Pada DM, kadar insulin terus menerus rendah atau kadarnya cukup tetapi tidak efektif
sehingga meskipun penyandang DM sudah makan banyak, insulin tidak meningkat dan tubuh
tidak dapat menyimpan gula berlebihan.
Faktor keturunan (genetik) diduga sebagai penyebab utama meskipun kebanyakan anak
ternyata tidak punya riwayat DM pada keluarga. Sebaliknya, dapat pula terjadi dalam satu
keluarga terdapat lebih dari satu anak yang mengidap DM tipe 1. Seseorang yang memiliki
gen tertentu lebih rentan terkena DM tipe 1. Gen itu akan aktif bila dicetuskan faktor
lingkungan seperti virus atau racun. Enterovirus merupakan pencetus yang paling jelas dan
paling sering diteliti, salah satunya pada penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and
mouth disease) dan polio. Diduga virus mengubah gen tersebut sehingga gen yang tadinya
“adem ayem” menjadi aktif membentuk antibodi yang menyerang tubuh sendiri disebut
autoantibodi. Defisiensi vitamin D belakangan ini juga dikaitkan dengan terjadinya DM pada
anak.
Organ tubuh yang diserang adalah sel beta pankreas yang kerja utamanya memproduksi
insulin. Walhasil, pankreas tak mampu lagi memenuhi kebutuhan insulin tubuh bahkan
produksinya dapat terhenti sama sekali. Sebagai perbandingan, normalnya pankreas
memproduksi 31 unit insulin perhari, sedangkan pasien DM tipe 1 memproduksi hanya 0-4
unit perhari; sehingga membutuhkan tambahan insulin dari luar. Faktor genetik dan
lingkungan akan menentukan kapan dan seberapa parah DM yang mengenai anak.
Daftar Pustaka
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31092/4/Chapter%20II.pdf
http://aulanni.lecture.ub.ac.id/files/2012/04/MAKALAH-DIABETES-MELITUS-TIPE-I.pdf
top related