analisis komponen makna kata ُوْغَل /lagwun/ ُنا َسِل
Post on 23-Oct-2021
3 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Analisis Komponen Makna
Kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan عربي /’arabiyyun/
dalam Al-Qur’an
Abdul Mannan Akbar Kaban
Letmiros
Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: wahaidiriku681@yahoo.com
Abstrak
Skripsi ini membahas ―Analisis Komponen Makna Kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/, dan عرتي /„arabiyyun/
dalam Al-Qur‘an‖. Analisis kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/, dan عرتي /„arabiyyun/ menggunakan teori analisis
komponen makna yang dikemukakan oleh Nida. Teori ini terdiri dari empat langkah kerja, yaitu (1) penamaan,
(2) parafrasa, (3) pendefinisian, dan (4) pengklasifikasian. Hasil dari analisis ini yaitu kata عرتي /„arabiyyun/
menjadi kata yang memiliki makna paling produktif sebanyak sepuluh kali dalam Al-Qur‘an, lalu setelah itu
ialah kata لسان /lisānun/ sebanyak tujuh kali. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata عرتي
/„arabiyyun/ ialah penuh cinta dan orang Arab badui. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata لسان /lisānun/ ialah buah tutur, tutur bahasa, dan lidah.
Kata kunci: bahasa; analisis komponen makna; leksem.
Componential Analysis of Meaning of Words لغو /lagwun/, لسان /lisānun/, and عربي
/‘arabiyyun/ in Al-Quran
Abstract
This final assignment discusses ―Componential Analysis of Meaning of Words لغو/lagwun/, لسان /lisānun/, and
/arabiyyun„/ عرتي lisānun/, and/ لسان ,/lagwun/ لغو arabiyyun/ in Al-Quran‖. The analysis of the words„/ عرتي
uses a theory of componential analysis of meaning brought by Nida. This theory consists of four work steps,
namely (1) naming, (2) paraphrasing, (3) defining, and (4) classifying. The result of this analysis is that the word
arabiyyun/ becomes a word whose most productive meaning as much as ten times in Al-Quran, then„/ عرتي
followed by the word لسان /lisānun/ as much as seven times. Components of distinctive meaning held by the
word عرتي /„arabiyyun/ are: full of love and Bedouin Arabs. Components of distinctive meaning held by the
word لسان /lisānun/ are: pieces of speech, language speech, and tongue.
Key words: language; componential analysis of meaning; lexeme.
Pendahuluan
Bahasa adalah sebuah alat untuk menyampaikan maksud kepada orang lain, seperti yang
dikatakan oleh Everett (2012 : 6) ‗language is a tool. Language includes grammar, stories,
sounds, meaning and signs‟. Pendapat ini menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah alat yang
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
di dalamnya terdapat tata bahasa, sejarah, bunyi, tanda, dan makna. Adapun bagian dari
bahasa yang mempelajari makna biasa disebut dengan ilmu semantik.
Secara etimologis, istilah semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari kata semantik dalam
bahasa Inggris. Menurut Chaer, kata semantics atau semantique dalam bahasa Prancis, pada
dasarnya berasal dari kata sema, nomina dalam bahasa Yunani, yang berarti ‗tanda‘ atau
‗lambang‘; atau dapat juga semaino, verba dalam bahasa Yunani, yang berarti ‗menandai‘
atau ‗melambangkan‘.
Secara terminologis, semantik dapat didefinisikan sebagai bidang lingusitik yang mengkaji
arti bahasa. Hal ini dapat dipahami dari definisi yang dikemukakan Griffiths, yaitu bahwa
semantik adalah „Study of the toolkit for meaning: knowledge encoded int the vocabulary of
the language and in its patterns for building more elaborate meanings, up to the level of
sentence meanings.‟ (Kajian terhadap ‗perangkat‘ yang berarti: pengetahuan yang tersandikan
dalam kosakata bahasa dan bagaimana kata tersebut digunakan dalam membentuk arti yang
lebih luas hingga pada tingkatan kalimat) (Subuki, 2011:4-5).
Semantik leksikal adalah salah satu bidang kajian semantik yang bertujuan menguraikan
makna dari satu lingual dalam suatu bahasa dan menggambarkan bagaimana makna dari
satuan-satuan lingual saling berelasi (Saeed, 1997:53). Dalam kajian linguistik semantik
leksikal memuat perangkat-perangkat untuk menganalisis makna dan menguraikan pelbagai
aspek yang terkandung dalam makna suatu satuan lingual.
Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang mempunyai sistem akar kata dalam morfologinya.
Berbeda halnya dengan bahasa Indonesia yang tidak mengenal sistem akar kata, tetapi hanya
mengenal kata dasar dan kata turunan (Nuha, 2012: 49). Dengan sistem akar kata, sebuah kata
bisa dilacak akar katanya. Dengan akar pula, satu akar kata bisa diderivasikan menjadi banyak
kata yang baru. Contoh, dari akar kata كتة /`ktb`/ bisa dibentuk kata كتاب /`kitabun`/ (buku),
.katibun`/ (penulis), dan lain-lain`/ كاتة ,maktabun`/ (meja, tempat untuk menulis)`/ مكتة
Bisa dikatakan bahwa bahasa Arab mempunyai struktur kata yang bisa berubah dan
berproduksi.
Makna kata „bahasa‟ bila dipadankan dengan bahasa Arab akan ditemukan leksem ل غة
/`lughah`/. Secara umum kata ini sudah dikenal sebagai makna kata „bahasa‟. Hal ini mudah
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
dibuktikan dengan mencarinya dalam kamus-kamus. Lema ل غة /`lughah`/ adalah kata yang
sering dimengerti sebagai makna kata „bahasa‟. Dalam beberapa kamus, seperti kamus Hans
Wehr, ل غة /`lughah`/ memiliki beberapa arti: language (bahasa); dialect (dialek); idiom
(idiom); vernacular (bahasa daerah), word (kata), dan expression (ekspresi). Masih dari
kamus yang sama, lema ل غة /`lughah`/ mempunyai beberapa bentuk kata yang berasal dari
akar kata yang sama, yaitu لغا-لغو /lagwun/ kata ini bisa berarti berbicara, berbicara yang
tidak bermanfaat, membuat kesalahan dalam berbicara, dan senda gurau. Derivasi dari kata
لغا-لغو /lagwun/ di antaranya:
لغو .1 /lagwun/ yang berarti: `foolish talk` (bicara bodoh); `nonsense` (omong kosong);
`null` (kosong); `ineffectual` (tidak efektif); `mistake` (kesalahan); `blunder`
(kesalahan); `ungrammatical language` (bahasa yang tak gramatikal).
lagwa/ yang berarti: `dialect` (dialek); `idiom` (idiom); `vernacular` (bahasa/ لغوة .2
daerah).
;lughawi`/ yang berarti: `linguistic` (linguistik); `philologic` (philology)`/ ل غوى .3
`lexicographic` (lexikograpi); `philologist` (seorang philolog); `lexicographer`
(seorang lexikografi); `linguist` (seorang linguis);
lagiya`/ yang berarti: `grammatical mistake` (kesalahan tata bahasa); `incorrect`/ لاغية .4
usage` (salah penggunaan).
Dari bentuk-bentuk hasil derivasi kata لغا-لغو /lagwun/ maka ada beberapa kata yang muncul
dalam Al-Qur‘an seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 225, Al-Fushilat ayat 26, Al-Mu‘minun
ayat 3, Al-Qashas ayat 55, dan Al-Ghasyiah ayat 11. Beberapa ayat dalam Al-Qur‘an lainnya
yang tidak dikemukakan di atas menunjukkan fakta yang sama bahwa derivasi kata لغا-لغو
/lagwun/ tidak memiliki makna kata „bahasa‟. Ayat-ayat tersebut ialah, Al-Maidah ayat 89,
At-Thur ayat 23, Maryam ayat 62, dan Al-Waqiah ayat 25. Kata ل غة /lughah/ dan beberapa
varian dari derivasinya terulang sebanyak sebelas kali.
Dalam Al-Qur‘an leksem yang digunakan untuk padanan kata bahasa ialah leksem لسان
/lisānun/ dan juga عرتية /a‟rabiyyah/. Leksem لسان /lisānun/ dan berbagai varian derivasinya
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
dalam Al-Qur‘an terulang sebanyak dua puluh lima kali, sedangkan kata عرتية /`a‟rabiyyah`/
dengan berbagai varian derivasinya terulang dua puluh dua kali.
Data-data di atas diambil dari buku karya Al-Baqi yang mengklasifikasikan kata-kata yang
terdapat dalam Al-Qur‘an dengan judul ‗Al-Mu‟jam-u Al-Mufahras-u li Al-Fāzi Al-Qurān-i
Al-Karῑm.
Berdasarkan data di atas, makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an memiliki kasus tersendiri.
Hal ini mendorong penulis untuk menganalisisnya ditinjau dari segi bentuk, makna, dan
kasusnya. Analisis yang akan dilakukan dalam skripsi ini hanya pada kata-kata yang secara
langsung (secara leksikal) berhubungan dengan makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an.
Berkaitan dengan hal-hal yang sudah dikemukakan di atas dapat dirumuskan beberapa
masalah yang perlu diteliti dalam skripsi ini, yaitu:
1. Apa bentuk produktif leksem yang memiliki makna „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an?
2. Bagaimana perilaku semantik leksem yang memiliki makna „bahasa‟ dan derivasinya
dalam Al-Qur‘an?
3. Apa komponen makna pembeda dari kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan عرتي
/‟arabiyyun/?
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang
bentuk serta makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an menyangkut komponen makna yang
dimiliki kata tersebut, juga untuk mengetahui beberapa kemungkinan yang lebih luas bagi
makna kata tersebut dalam tataran semantis. Pembahasan mengenai komponen diperlukan
untuk mengetahui komponen apa saja yang dimiliki oleh masing-masing kata dan
mengungkapkan kemungkinan adanya komponen-komponen bersama yang dimiliki oleh kata
tersebut.
Ruang lingkup penelitian ini terbatas pada permasalahan kata yang memiliki makna kata
„bahasa‟ dalam Al-Qur‘an dari segi medan makna saja. Penelitian ini termasuk dalam bidang
semantik sebab berhubungan dengan makna. Meskipun demikian penelitian ini selanjutnya
mengacu pada makna kata ‗bahasa‘ dalam Al-Qur‘an, sehingga ruang lingkup penelitian ini
mencakup bidang yang lebih spesifik, yaitu bidang semantik leksikal.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
Ruang lingkup mengacu pada semantik leksikal karena kajian semantik leksikal
memperhatikan makna tiap kata sebagai satuan mandiri (Pateda, 2001:74), dalam hal ini
memperhatikan makna kata „bahasa‟ dalam Al-Qur‘an untuk mengetahui komponen makna
tersebut. Analisis dilakukan dengan mengacu pada makna leksikal dari tiap data terlebih
dahulu, kemudian data dianalisis dengan menggunakan empat langkah kerja dari teori Nida,
yang akan diperjelas dalam Tinjauan Teoritis, agar selanjutnya dapat dilihat satuan komponen
makna dari setiap kata.
Tinjauan Teoritis
Dalam pembahasan ini akan disajikan tentang teori analisis komponen makna yang berkaitan
dengan pembahasan dalam skripsi ini. Teori analisis komponen makna berfungsi untuk dapat
memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: mengapa beberapa kalimat benar,
mengapa beberapa kalimat tidak benar, dan mengapa beberapa kalimat bersifat anomali.
Khususnya terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini ialah leksem لغو /lagwun/, لسان
/lisānun/ dan عرتي /a‟rabiyyun/.
Komponen makna adalah sebuah susunan makna refrensial sebuah kata yang ditemukan
melalui analisis komponen. Komponen makna dapat berbentuk komponen umum, komponen
pembeda dan komponen tambahan. Tiga bentuk komponen makna menurut Nida (1975:32-
36) yaitu:
1. Komponen makna umum: merupakan satuan makna terkecil yang sama –sama dimiliki
oleh sejumlah kata, biasanya belum bisa digunakan untuk membedakan makna sebuah
kata. Komponen makna umum mengacu kepada komponen sebuah medan leksikal yang
berfungsi membentuk dan membatasi batas medan leksikal (Subuki, 2011: 185-187 ).
2. Komponen makna pembeda: merupakan satuan makna terkecil yang dapat digunakan
untuk membedakan makna. Contohnya apabila kita mempertimbangkan bujang dan
perawan sebagai bagian dari kategori lajang, maka +BELUM MENIKAH dan
+DEWASA adalah komponen umum dari keduanya. Akan tetapi, +LAKI-LAKI dan –
LAKI-LAKI menjadi komponen makna diagnostik yang membedakan keduanya.
3. Komponen makna pelengkap: merupakan satuan makna terkecil yang tidak selalu
dimiliki oleh suatu kata. Sifatnya sebagai tambahan atau pelengkap. Komponen
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
tambahan terkait dengan dua ciri komponen arti, yaitu sifat dan pemakaian. Sifat
mengacu kepada ciri tertentu dari arti bentuk leksikal yang melekat pada objek,
misalnya +DEWASA yang melekat pada lajang, sedangkan pemakaian mengacu
kepada arti yang didapat sebuah bentuk leksikal akibat pemakaiannya, misalnya
perbedaan dimensi arti antara jejaka dan bujang atau antara perawan dan gadis.
Nida menjelaskan langkah kerja analisis komponen untuk menghasilkan komponen makna
dari setiap kata. Langkah kerja tersebut terdiri dari empat cara, yaitu (a) penamaan; (b)
parafrasa; (c) pendefinisian; dan (d) pengklasifikasian. Berikut ini adalah langkah kerja
analisis komponen seperti yang disebutkan di atas:
1. Penamaan (Naming)
Menurut Nida (1975: 64), “the process of naming is the specific act of designating such
a referent”. ‗Proses penamaan adalah tindakan spesifik yang ditujukan kepada sebuah
referen.‘ Referensi biasanya digambarkan sebagai hubungan yang dibangun antara unit
linguistik dan acuan, sementara penamaan adalah tindakan spesifik menunjuk rujukan
tersebut. Langkah kerja penamaan adalah mengumpulkan kata-kata yang dimengerti dan
disetujui sebagai dengan pembuktian melalui kamus.
2. Parafrasa (Paraphrasing)
Menurut Nida (1975:65), “paraphrase is the capacity of the system any part of the
system in a more analytical fashion, this means that one can spell out the distinctive
features of any semantic unit by employing certain types of paraphrases. In example,
uncle may employ such a paraphrase as /+ my father‟s brother/ or /+ my mother‟s
brother/”. ‗Parafrasa adalah kemampuan sistem untuk menentukan tiap bagian sistem
tersebut dalam bentuk analitis yang lebih lanjut. Ini berarti bahwa seseorang dapat
mengatakan bentuk-bentuk yang berbeda dari tiap unit semantik dengan menggunakan
berbagai jenis parafrasa. Sebagai contoh, paman dapat diparafrasakan menjadi /+
saudara laki-laki ayah/, atau /+ saudara laki-laki ibu/.‘ Setiap pendekatan semantik
untuk parafrasa segera mengungkapkan dua jenis unit semantik: (1) unit inti dan (2)
ungkapan-ungkapan itulah yang menggabungkan unit inti dalam parafrasa. Pada saat
analisis, langkah kerja adalah membuat komponen makna melalui deskripsi makna inti
(leksikal).
3. Pendefinisian (Defining)
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
―The process of defining would be seen to be simply another form of paraphrase. It is
true, but defining is a highly specialized form of paraphrased and it is rarely used in
actual language situation. It contsits essentially in combining all the various specific
paraphrases into single statement based on the diagnostic component of particular
meaning.‖ ‗Proses pendefinisian merupakan bentuk lain dari parafrasa. Itu benar, tapi
pendefinisian adalah bentuk parafrasa tingkat tinggi dan jarang digunakan dalam situasi
bahasa yang sebenarnya. Pada dasarnya terdiri atas penggabungan semua sebuah bentuk
parafrasa spesifik, yang ditempatkan kedalam sebuah pernyataan singkat berdasarkan
atas komponen pembeda dari makna satu dengan yang lain‘. Pada langkah ini, hampir
sama dengan memparafrasa. Hanya saja, pendefinisian bertujuan untuk menemukan
komponen makna yang lebih spesifik. Dalam kerja ini, komponen makna spesifik dapat
dikatakan sebagai komponen makna pembeda (diagnostik), karena komponen makna
diagnostik terbentuk dari komponen-komponen makna yang bersifat spesifik.
Komponen makna pembeda tersebut dapat dilihat melalui bentuk pernyataan singkat
dalam sebuah kalimat.
4. Pengklasifikasian (Classifying)
Menurut Nida (1975: 66), “The fourth process employed in determining the semantic
components of any linguistic unit is classification. It involves triple procedures: (1)
lumping together those units which have certain features in common, (2) separating out
those units which are distinct from one another, and (3) determining the basics such
grouping.” ‗Proses ke empat yang digunakan dalam menetukan komponen-komponen
makna dari tiap unit adalah klasifikasi. Ini berhubungan dengan tiga langkah kerja: (1)
mengumpulkan unit-unit kata yang mempunyai ciri-ciri yang tertentu yang umum, (2)
memisahkan kata-kata yang memiliki makna berbeda dari yang lain, (3) menentukan
dasar untuk setiap kelompok. Pada saat analisis, langkah kerja dibagi menjadi 3 bagian,
yaitu:
a) Mengumpulkan kata-kata yang mempunyai makna umum. Pada bagian ini,
ditentukan terlebih dahulu bentuk komponen makna umumnya. Kata yang
mempunyai makna komponen umum tersebut dikumpulkan menjadi satu.
b) Memisahkan kata yang mempunyai komponen makna yang berbeda dari yang
lain. Contoh: kata-kata yang tidak memiliki komponen makna umum akan
dikumpulkan pada bagian ini.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
c) Menentukan dasar-dasar untuk kelompok komponen makna yang spesifik.
Contoh: kata-kata pada bagian (B) akan dikelompokan menjadi sesuatu yang
spesifik.
Metode Penelitian
1. Korpus Data
Data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain dari Al-Qur‘an sebagai korpus
utama, kamus eka bahasa dan dwi bahasa, baik yang disusun oleh linguis Arab maupun
penulis Barat, buku-buku tafsir Al-Qur‘an, buku semantik, dan tata bahasa.
2. Prosedur Analisis
Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dan jenis objek yang ditinjau maka dipilih metode
deskriptif analitis. Metode ini dipilih dengan tujuan bahwa analisis semata-mata berdasarkan
pada fakta yang ada (Sudaryanto, 1988:62). Metode deskriptif digunakan untuk mencari
jawaban atau kesimpulan dengan cara menjelaskan dan menggunakan perihal data yang
ditemukan pada contoh kasus. Dengan penjelasan tersebut diharapkan tujuan penelitian dapat
tercapai tanpa adanya subjektifitas penulis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
semantik leksikal. Pendekatan tersebut dipilih karena analisis akan mengacu pada makna
leksikal dari data, yaitu makna kata bahasa dalam Al-Qur‘an. Langkah kerja penelitian ini
yaitu:
a) Pengumpulan data dilakukan dengan menelusuri dan menelaah ayat dalam Al-Qur‘an;
b) Pencarian makna leksikal kata-kata (data) yang terkumpul tersebut melalui beberapa
kamus, yaitu kamus Hans Wehr;
c) Pelaksanaan langkah kerja analisis komponen makna untuk melihat komponen makna
dari tiap data yang terkumpul;
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
Hasil Penelitian
Tabel 1. Kumpulan Makna Kata لغو /lagwun/ dalam Al-Qur’an
No
Surat Nama Surat
Total Kata
لغو /lagwun/
No. Ayat Komponen Makna
2 Al-Baqarah 1 225 Sumpah tanpa niat
5 Al-Maidah 1 89 Senda gurau
19 Maryam 1 62 Kata-kata yang tidak bermanfaat
23 Al-Mu‘minun 1 3 Perkataan yang tidak bermanfaat
25 Al-Furqan 1 72 Perbuatan yang tidak bemanfaat
28 Al-Qashas 1 55 Perkataan yang tidak bermanfaat
41 Fushilat 1 26 Buatlah hiruk pikuk
52 Ath-Thur 1 23 Perkataan yang tidak bermanfaat
56 Al-Waqiah 1 25 Perkataan yang tidak bermanfaat
78 An-Naba‘ 1 35 Perkataan yang tidak bermanfaat
88 Al-Ghasyiah 1 11 Perkataan yang tidak bermanfaat
Tabel 2. Kumpulan Makna Kata لسان /lisānun/ dalam Al-Qur’an
No
Surat Nama Surat
Total Kata
لسان /lisānun/
No. Ayat Komponen Makna
3 Ali Imran 1 78 Lidah mereka
4 An-Nisa 1 46 Lidah mereka
5 Al-Maidah 1 78 Dengan lidah
14 Ibrahim 1 4 Bahasa
16 An-Nahl 3 62, 103
(2)
Lidah mereka, bahasa
19 Maryam 2 50, 97 Buah tutur, bahasa mu
20 Thaha 1 27 Lidahku
24 An-Nur 2 15 Lidah mereka
26 Asy-Syu‘ara 3 16, 83,
195
Lidahku, buah tutur, bahasa
28 Al-Qashas 1 34 Lidah
30 Ar-Rum 1 22 Keragaman bahasa
33 Al-Ahzab 1 19 Lidah
44 Ad-Dukhan 1 58 Bahasa mu
46 Al-Ahqaf 1 12 Bahasa Arab
48 Al-Fath 1 11 Lidah mereka
60 Al-Mumtahanah 1 2 Lidah mereka
75 Al-Qiyamah 1 16 Lidah mu
90 Al-Balad 1 9 Sebuah lidah
Tabel 3. Kumpulan Makna Kata عربي /‘arabiyyun/ Dalam Al-Qur’an
No
Surat Nama Surat
Total Kata
عربي
/„arabiyyun/
No. Ayat Komponen Makna
9 At-Taubah 6 90, 97, 98,
99, 101,
120,
Orang Arab Badui
12 Yusuf 1 2 Bahasa Arab
13 Ar-Ra‘du 1 37 Bahasa Arab
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
16 An-Nahl 1 103 Bahasa Arab
20 Thaha 1 113 Bahasa Arab
26 Asy-Syua‘ra 1 195 Bahasa Arab
33 Al-Ahzab 1 20 Orang Arab badui
39 Az-Zumar 1 28 Berbahasa Arab
41 Fushilat 2 3, 44 Bahasa Arab, bangsa Arab
42 Asy-Syura 1 7 Berbahasa Arab
43 Az-Zukhruf 1 3 Bahasa Arab
46 Al-Ahqaf 1 12 Bahasa Arab
48 Al-Fath 2 11, 16 Orang Arab badui,
49 Al-Hujurat 1 14 Orang Arab badui
56 Al-Waqiah 1 37 Penuh cinta
Pembahasan
Pembahasan ini berisi analisis kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan juga عرتي /‘arabiyyun/.
Ketiga leksem tersebut bila dipadankan ke dalam bahasa Indonesia mempunyai makna kata
„bahasa‟ dilihat dari derivasi yang leksem-leksem tersebut. Ketiga leksem yang dianalisa
hanyalah leksem yang terdapat dalam Al-Qur‘an yang sudah dikumpulkan sebagai data.
Klasifikasi makna-makna kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan juga عرتي /‘arabiyyun/ yang
terdapat di dalam Al-Qur‘an dikumpulkan dan disusun pada tabel komponen makna. Ada
empat langkah kerja yang dikemukakan oleh Nida dalam menganalisis komponen makna,
yaitu: penamaan, parafrasa, pendefinisian, dan pengklasifikasian. Keempat langkah kerja
tersebut, secara lebih lanjut akan diuraikan setelah pengelompokan kata ketiga leksem.
Terdapat 11 kali kata لغو /lagwun/ beserta derivasinya dalam Al-Qur‘an. Dari pengumpulan
makna kata لغو /lagwun/ dapat diklasifikasikan menjadi seperti berikut:
Tabel 4. Frekuensi kata لغو /lagwun/ dan padanannya
No Frekuensi Kata
ٱللغوPadanan
1. 1 Buatlah hiruk pikuk
2. 6 Sumpah tanpa niat,
perkataan yang tidak
berguna, perbuatan yang
tidak berguna, perkataan
yang buruk.
3. 3 Perkataan yang tidak
berguna, percakapan yang
sia-sia.
4. 1 Perkataan yang tidak
berguna
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
Terdapat kata لسان /lisānun/ 25 kali dalam Al-Qur‘an beserta derivasinya. Dari pengumpulan
kata لسان /lisānun/ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 5. Tabel Frekuensi kata لسان dan Padanannya
No. Frekuensi Kata
لسان Padanan
1. 2 Bahasa
2. 2 Buah tutur
3. 14 Lidah
4. 7 Bahasa Arab
Terdapat kata عرتي /‘arabiyyun/ sebanyak 22 kali dalam Al-Qur‘an. Dari pengumpulan
makna kata عرتي /‘arabiyyun/ dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 6. Frekuensi kata عربي dan Padanannya
No Frekuensi Kata
عربي Padanan
1. 1 Penuh cinta
2. 10 Bahasa Arab
3. 10 Arab Badui
1. Penamaan
Langkah kerja penamaan adalah mengumpulkan kata-kata yang telah dimengerti dan disetujui
memiliki padanan tertentu dalam bahasa Arab. Semua data tersebut telah dimengerti
maknanya, yang diperjelas dengan makna leksikalnya.
Kumpulan kata عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/ dalam bahasa Arab dan arti
leksikalnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Penamaan
Kata-kata Menurut Mu‟jam Al-Wasith Menurut Hans Wehr
Bahasa Arab, orang Arab Literatur عرتي
lidah, bahasa Arab Bahasa yang digunakan orang Arab untuk لسان
berkomunikasi
Perkataan yang sia-sia, omong kosong Kesalahan tata bahasa لغو
2. Parafrasa
Langkah kerja parafrasa adalah membuat komponen makna melalui deskripsi makna leksikal.
Untuk memparafrasa setiap kata, dilakukan dengan cara menggabungkan tiap data yang ada
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
dalam kamus. Tabel komponen-komponen makna dari data yang dikumpulkan yaitu kata
عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/ dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut dengan
keterangannya, yaitu:
Tanda + : Berarti memiliki komponen makna tersebut.
Tanda - : Berarti tidak memiliki komponen makna tersebut
Tanda ± : Berarti bisa memiliki atau tidak komponen makna tersebut
Tabel 8. Komponen makna لسان ,لغو dan عربي
Kata Komponen Makna
Bahasa Arab Orang Arab Lidah Perkataan yang
sia-sia Omong kosong
عربي + + - - -
- - + - + لسان
+ + - - - لغو
3. Pendefinisian
Langkah kerja pendefinisian sama dengan langkah kerja parafrasa tetapi pendefinisian
bertujuan untuk menemukan komponen makna diagnostik dan bersifat spesifik. Komponen
makna diagnostik tidak muncul dalam makna leksikal, tetapi muncul dalam contoh kalimat.
Maka, untuk menemukan komponen makna diagnostik tersebut bisa dilihat dari contoh
kalimat dalam Al-Qur‘an.
Tabel hasil pendefinisian dapat dilihat di bawah ini. Dengan keterangan tabel sebagai berikut:
Tanda +: Berarti memiliki komponen makna diagnostik
Tanda -: Berati tidak memiliki komponen makna diagnostik.
Tanda ±: Berarti bisa memiliki maupun tidak komponen makna diagnostik.
Tabel 9. Hasil Pendefinisian
Komponen Makna لغو لسان عربي
Penuh cinta + - -
Mempertanyakan Al-
Qur‘an
± - -
Petunjuk ± - -
Ketidak tahuan/ keragu-
raguan
± - -
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
Buah tutur - + -
Penjelasan tentang rasul - ± -
Informasi - ± -
Kebencian - ± -
Kebohongan - - ±
Hiruk pikuk - - ±
4. Pengklasifikasian
Tahap pengklasifikasi dilakukan untuk memperjelas hasil dari tahap pendefinisian yang
dilakukan lebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mempersempit definisi, semakin sempit
klasifikasi maka akan menghasilakan definisi yang semakin jelas. Untuk mendapatkan hasil
definisi yang lebih jelas, harus dilakukan pencarian makna umum dari setiap kata yang
diteliti, juga makna pembeda. Ada tiga langkah menurut teori Nida untuk menelitinya,
langkah itu sebagai berikut:
a) Mengumpulkan Kata Berkomponen Makna Umum
Pada langkah kerja yang pertama ini, dilakukan pencarian kata-kata yang berkomponen
makna umum. Hal utama yang harus ditentukan pada awal langkah ini adalah
menentukan bentuk makna umum, sebelum pada akhirnya nanti dijadikan satu.
Komponen makna umum yang ditemukan adalah komponen makna terkecil yang sama-
sama dimiliki oleh kata عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/ dalam Al-
Qur‘an. Bila ada satu kata yang tidak memiliki komponen makna umum, maka tidak
akan dimasukkan kedalam pembahasan. Dalam pemilihan komponen makna umum,
dipilih komponen makna yang banyak terulang melebihi komponen makna yang lain.
Berdasarkan tabel ketiga, maka kata عرتي /‘arabiyyun/ memiliki dua komponen makna
umum yang sering terulang yaitu bahasa Arab dan orang Badui. Sedangkan terlihat
pada tabel kedua kata لسان /lisānun/ komponen makna umumnya ialah bahasa Arab dan
lidah. Adapun untuk kata لغو /lagwun/ memiliki komponen makna umu yaitu perkataan
yang sia-sia.
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat bahwa kata لغو /lagwun/ tidak memiliki
kesamaan komponen makna umum dengan dua kata lainnya dalam Al-Qur‘an.
Sedangkan kata عرتي /‘arabiyyun/ dan kata لسان /lisānun/ memiliki satu komponen
makna umum yang sama yaitu kata bahasa Arab.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
b) Memisahkan Kata Berkomponen Makna Pembeda
Pada langkah kerja yang kedua ini, hal yang harus dilakukan adalah memisahkan kata-
kata yang tidak menjadi komponen makna umum selain bahasa Arab. Hal ini bisa
dilihat dari tabel pertama, kedua dan ketiga.
Pada kata عرتي /‘arabiyyun/ orang Badui dan penuh cinta. Pada kata لسان /lisānun/:
tutur kata, buah tutur, lidah dan bahasa-bahasa. Sedangkan untuk kata لغو /lagwun/,
karena tidak memiliki komponen makna umum seperti dua kata yang lain, maka tidak
dimasukkan lagi ke dalam pembahasan ini.
c) Menentukan Komponen Makna Spesifik
Langkah kerja yang ketiga ini, menentukan dasar-dasar kelompok komponen makna
yang spesifik. Cara menentukan komponen makna spesifik ialah dengan
memisahkannya dengan komponen makna umum. Berdasarkan hal tersebut
menghasilkan klasifikasi dari kata عرتي /‘arabiyyun/, لسان /lisānun/ dan لغو /lagwun/
sebagai berikut:
1. kata تا memiliki makna diagnostik penuh cinta ع ر
2. kata عرتي mempunyai komponen makna sebagai berikut: disebabkan suatu
permasalahan mempertanyakan Al-Qur‘an.
3. kata عرتيا memiliki komponen makna diagnostik petunjuk.
4. kata العراب memiliki komponen makna diagnostik keraguan dan ketidaktahuan.
5. kata لسان mempunyai komponen makna sebagai berikut penjelasan tentang rasul.
6. kata لسان memiliki komponen makna diagnostik buah tutur.
7. kata لسانا memiliki komponen makna diagnostik tutur bicara
8. kata لسانك mempunyai komponen makna berupa informasi.
9. kata ألسنة memiliki komponen makna berupa kebencian.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
10. kata ألسنت ك م memiliki komponen makna kebohongan.
11. kata ٱلغوا memiliki komponen makna diagnostik membuat hiruk pikuk.
Kesimpulan
Setelah mekakukan analisa terhadap kata bahasa dalam Al-Qur‘an yang dipadankan ke dalam
bahasa Arab yaitu kata لغو /lagwun/, لسان /lisānun/ dan عرتي /‗arabiyyun/, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hanya kata عرتي /‗arabiyyun/, لسان /lisānun/ yang memiliki komponen makna umum
„bahasa‟ dan „bahasa Arab‟.
2. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata عرتي /‗arabiyyun/ ialah penuh
cinta dan orang Arab badui.
3. Komponen makna pembeda yang dimiliki oleh kata لسان /lisānun/ ialah buah tutur,
tutur bahasa dan lidah.
4. Kata عرتي /‗arabiyyun/ yang terdapat dalam Al-Qur‘an memiliki satu klasifikasi
makna umum yaitu berhubungan dengan manusia. Kata عرتي /‗arabiyyun/ yang
berhubungan dengan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu bermakna penuh cinta,
bahasa Arab dan orang Arab badui.
5. Kata لسان /lisānun/ yang terdapat dalam Al-Qur‘an memiliki dua klasifikasi makna
umum yaitu: berhubungan dengan Allah dan berhubungan dengan manusia. Kata لسان
/lisānun/ yang berhubungan dengan Allah hanya ada dalam satu bagian, yaitu tanda-
tanda kekuasaan-Nya. Lalu yang berhubungan dengan manusia terbagi menjadi lima
bagian yaitu bermakna lidah, bahasa ummat, buah tutur, tutur bahasa dan bahasa
Arab.
6. Kata لغو /lagwun/ terulang dalam Al-Qur‘an memiliki satu klasifikasi makna umum,
yaitu berhubungan dengan manusia. Kata لغو /lagwun/ yang berhubungan dengan
manusia terbagi dalam lima bagian yaitu kata-kata yang tidak berguna, percakapan
yang tidak bermanfaat, sumpah tanpa niat, dan hiruk pikuk.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
7. Bentuk kata berupa kata nomina menjadi bentuk yang paling produktif sebagai
leksem yang memiliki makna „bahasa‟. Tujuh kali dengan leksem لسان /lisānun/ dan
leksem عرتي /‗arabiyyun/ sepuluh kali.
Saran
Diharapkan agar setiap penelitian yang berkaitan dengan bahasa suatu bangsa dibarengi
dengan penguasaan terhadap literatur-literatur yang mempunyai keterkaitan erat dengan
bahasa tersebut. Memahami kandungan bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur‘an sudah
tentu membutuhkan banyak pemahaman—tidak hanya hanya paham tentang tata bahasa
melalui kamus-kamus dan buku ajar, apalagi buku ajaran tersebut sudah diterjemahkan
kedalam bahasa asing—tetapi juga harus dilihat dari sebab-sebab turunnya ayat tesebut serta
penjelasan dari para ahli terdahulu ketika membahas permasalahan yang sejenis. Wallahu
a‟lam.
Daftar Referensi
Al-Baqi, Muhammad Fuad. (1981). Al-Mu‟jam Al-Mufahras li Al-Fazh Al-Qur‟an Al-Karim.
Lubnan: Dār Al-Fikr.
Chaer, Abdul. (1996). Linguistik Umum: Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Everett, Daniel. (2012). Language: The Cultural Tool. London: Profile Books Ltd.
Nida, Eugene A. (1975). Componential Analysis of Meaning: An Introduction to Semantic
Structures. The Hague: Mouton.
Nuha, Ulin. (2012). Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Diva
Press.
Pateda, Mansoer. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Saeed, Jhon I. (1997). Semantics. Oxford: Blackwell Publishing.
Subuki, Makyun. (2011). Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta:
Transpustaka.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
Sudaryanto. (1998). Metode Linguistik Bagian Pertama Ke Arah Memahami Metode
Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Syuruqul Dauliah Al-Maktabah. (2011). Mu‟jamu Al-Wasith. Kairo: Attabaqatu Rabiah.
Wehr, Hans. (2000). A Dictionary of Modern Written Arabic: Fourth Edition. Beirut:
Librairie du Liban Publisher.
Analisis komponen..., Abdul Mannan Akbar Kaban, FIB UI, 2013
top related