analisis kinerja kelembagaan dan pendapatan … · tani karya mekar dan pengaruh kelembagaan...
Post on 22-Mar-2019
262 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN
USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA
MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG
AHMAD SOPIAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja
Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar
di Desa Karacak Leuwiliang adalah benar karya saya denganarahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ahmad Sopian
NIM H34100042
ABSTRAK
AHMAD SOPIAN. Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani
Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang. Dibimbing
oleh SUHARNO.
Kelompok tani merupakan salah satu kelembagaan agribisnis yang berada di
wilayah pedesaan. Kelembagaan ini diharapkan berperan penting dalam setiap
kegiatan usahatani. Namun, masih banyak kelompok tani yang tidak berjalan
sesuai dengan fungsinya. Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja Kelompok
Tani Karya Mekar dan pengaruh kelembagaan tersebut terhadap keberhasilan
usahatani manggis petani anggota di Desa Karacak Leuwiliang. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa Kelompok Tani Karya Mekar belum berjalan
dengan optimal. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa hal yang tidak sesuai
dengan semestinya seperti mengenai keberadaan pasar dan perkreditan pada
kelompok tani yang belum berfungsi dengan baik. Kelompok Tani Karya Mekar
juga berperan dalam keberhasilan usahatani anggotanya. Hal tersebut dapat dilihat
dari hasil pendapatan usahatani dan R/C rasio petani kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan petani non kelompok.
Kata kunci: Karya Mekar, kelembagaan, kelompok tani, Leuwiliang
ABSTRACT
AHMAD SOPIAN. Analysis of Institutional Performance and Mangosteen
Farming Income on Karya Mekar Farmers Group at Karacak Village, Leuwiliang.
Supervised by SUHARNO.
Farmer’s group is one of agribusiness institution, which is located in the
region of the countryside. This institution is expected plays an important role in
every farming activity. However, there are still many farmers groups that do not
run according to the function. This research aims at analysing the performance of
the Karya Mekar Farmers Group and the influence of the institution against the
success of mangosteen farming on farmer members in Karacak Village
Leuwiliang. The result of this research showed that Karya Mekar Farmers Group
had not been running optimally yet. This because there were things that didn’t suit
well such as things that related to market existence and credit system on farmers’
group that didn’t work well yet. Karya Mekar Farmers Group also played the role
in the success of farming on its members. This could be seen from the result of
farming income and the R/C ratio which higher than non-group farmers.
Keywords: farmers’ group, institutional, Karya Mekar, Leuwiliang
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
ANALISIS KINERJA KELEMBAGAAN DAN PENDAPATAN
USAHATANI MANGGIS KELOMPOK TANI KARYA
MEKAR DI DESA KARACAK LEUWILIANG
AHMAD SOPIAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis
Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang
Nama : Ahmad Sopian
NIM : H34100042
Disetujui oleh
Dr Ir Suharno, M Adev
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, M Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
kelembagaan agribisnis, dengan judul Analisis Kinerja Kelembagaan dan
Pendapatan Usahatani Manggis Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak
Leuwiliang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Suharno M, ADev selaku
pembimbing. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada teman-teman seperjuangan, teman-teman AGB 47 teristimewa
kepada anak kontrakan Taman Dramaga Permai yang telah banyak membantu
penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bakri dari
Kelompok Tani Karya Mekar yang telah membantu selama pengumpulan data.
Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ingin sampaikan kepada Bidik
Misi IPB yang telah membantu kami dalam mengejar cita-cita kami. Terimakasih
telah memberikan harapan kepada kami hingga kami dapat menyelesaikan studi
kami. Hal ini menjadikan kami lebih mencintai negeri ini, tanah ini, air ini,
Republik Indonesia. Semoga kami dapat mengubah negeri ini menjadi negeri yang
bermatabat, negeri yang makmur, dan negeri yang senantiasa memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ahmad Sopian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
KERANGKA PEMIKIRAN 8
Kerangka Teoritis 8
Kerangka Operasional 12
METODE PENELITIAN 13
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Jenis Data dan Sumber Data 13
Metode Pengambilan Contoh 14
Metode Pengolahan dan Analisis Data 14
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 17
HASIL DAN PEMBAHASAN 20
Struktur Organisasi dan Infrastruktur Kelembagaan Kelompok Tani Karya
Mekar 20
Kinerja Kelompok Tani Karya Mekar 27
Pendapatan Usahatani Manggis 39
SIMPULAN DAN SARAN 46
Simpulan 46
Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47
LAMPIRAN 49
RIWAYAT HIDUP 58
DAFTAR TABEL
1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011 2 2 Analisis pendapatan usahatani 15 3 Produktivitas pohon manggis Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
tahun 2011 17 4 Sebaran petani responden menurut luas lahan di Desa Karacak tahun 2014 19 5 Sebaran petani responden menurut tingkat pendidikan di Desa Karacak tahun
2014 20 6 Aturan informal Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak 26 7 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai syarat
awal menjadi anggota 30 8 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai jarak
antara petani dengan kelompok tani 31 9 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai penjualan
hasil panen 31 10 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
penyediaan input produksi 32 11 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bimbingan
dan penyuluhan 33 12 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai bantuan
pinjaman modal 34 13 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai sarana
pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani 34 14 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai susunan
kepengurusan kelompok tani 35 15 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai uraian
kerja pengurus kelompok tani 36 16 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai evaluasi
tugas dan wewenang pengurus 36 17 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai pergantian
kepengurusan kelompok tani 37
18 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai aturan
formal dan informal 37 19 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
kesempatan untuk mengemukakan pendapat 38 20 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai diskusi
antar anggota dalam memecahkan suatu permasalahan 39 21 Struktur biaya usahatani petani kelompok dan petani non kelompok Desa
Karacak tahun 2014 41
22 Biaya penyusutan peralatan pertanian petani manggis di Desa Karacak
tahun 2014 44
23 Analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio usahatani manggis pada petani
kelompok dan petani non kelompok di Desa Karacak pada tahun 2014 45
DAFTAR GAMBAR
1 Sistem agribisnis 9 2 Kerangka operasional 13 3 Sebaran usia petani manggis Desa Karacak 18 4 Struktur organisasi Kelompok Tani Karya Mekar 22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Dokumentasi 49 2 Analisis pendapatan usahatani manggis petani Kelompok Tani Karya
Mekar tahun 2014 50
3 Analisis pendapatan usahatani manggis petani non kelompok tahun
2014 51 4 Daftar petani responden Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
tahun 2014 52 5 Daftar petani responden non kelompok Desa Karacak Leuwiliang 53 6 Daftar luas lahan dan produksi manggis petani non kelompok Desa
Karacak tahun 2014 53 7 Daftar luas lahan dan produksi manggis Kelompok Tani Karya Mekar
Desa Karacak tahun 2014 54 8 Kuesioner penelitian 55
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertanian pada era globalisasi ini memiliki peranan yang sangat penting
mengingat setiap manusia sangat membutuhkan pangan setiap harinya. Pangan
merupakan salah satu jenis kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia untuk
dapat hidup dan sumber energi untuk manusia dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari. Pertanian juga merupakan sektor unggulan yang dituntut dapat
memainkan perannya secara optimal yang diharapkan dapat menjadi basis
pertumbuhan ekonomi negara.
Pertanian memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian
secara keseluruhan. Pada tahun 2012, sektor pertanian memberikan kontribusi
terhadap PDB nasional sebesar 14-15 persen dan menyerap tenaga kerja sebesar
38.88-41.20 juta jiwa. Oleh karena itu, membangun pertanian yang berkelanjutan
menjadi dasar untuk dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian sebagai petani. Indonesia dengan segala kekayaan alam yang
dimilikinya masih meninggalkan problematika terutama mengenai masalah
kemiskinan. Masalah kemiskinan ini selalu muncul menjadi masalah utama yang
terdapat di Indonesia. Sebagian besar penduduk miskin berada di daerah pedesaan
yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani. Jumlah penduduk miskin
di Jawa Barat menurut Badan Pusat Statistika mencapai 1.75 juta jiwa. Hingga
saat ini, petani-petani di Indonesia masih terjebak dalam rendahnya pendapatan
yang berdampak pada kehidupan sehari-hari hingga produktivitas yang rendah.
Menurut Pranadji (2003), pada masyarakat pertanian pedesaan terdapat
hampir segala bentuk keterbelakangan, seperti kemiskinan atau kurang makan,
rendahnya tingkat pendidikan, buruknya prasarana jalan dan fasilitas umum yang
tersedia, lemahnya penguasaan teknologi, pelayanan permodalan, rendahnya
kualitas dan harga produk pertanian yang diterima petani, dan sedikitnya
pendapatan tunai. Dilihat dari sudut pandang sosiologi (ekonomi), krisis ekonomi
ini disebabkan oleh lemahnya kelembagaan yang menopang sendi-sendi
kehidupan masyarakat pedesaan. Secara teoritis beberapa elemen kelembagaan
yang diperkirakan berpengaruh besar terhadap kemajuan masyarakat pedesaan
yaitu tata nilai masyarakat, kompetensi manusia (individual maupun kolektif),
manajemen dan keorganisasian masyarakat, hukum, kepemimpinan, dan sistem
penyelenggaraan pemerintahan setempat.
Pranadji (2003) juga menyatakan bahwa kemajuan perekonomian suatu
masyarakat, termasuk masyarakat pedesaan, banyak ditentukan oleh faktor non-
productive resources, terutama sistem kelembagaan yang dikembangkan dalam
masyarakat tersebut. Kelembagaan dapat menjadi kontrol sosial, dan dapat
mewadahi kebutuhan kehidupan sosial masyarakat, sehingga setiap individu dapat
mengatur perilakunya menurut kehendak masyarakat. Keberhasilan dalam
membangun sistem kelembagaan yang sehat menjadi “kunci kemajuan”
perekonomian suatu masyarakat. Oleh karena itu, jika sistem kelembagaan suatu
2
masyarakat dibiarkan rapuh, maka tidak akan ada peluang bagi masyarakat
tersebut memajukan atau memandirikan perekonomiannya.
Salah satu kelembagaan yang berada di wilayah pedesaan yaitu kelompok
tani. Kelembagaan petani seperti kelompok tani merupakan unsur yang sangat
penting dalam pengembangan sistem agribisnis di wilayah pedesaan. Adanya
kelembagaan petani di pedesaan dapat meningkatkan efisiensi produksi, serta
mengefektifkan kegiatan-kegiatan yang menunjang pengembangan sistem
agribisnis di wilayah tersebut. Kelembagaan petani, seperti kelompok tani atau
gabungan kelompok tani, diharapkan mampu memajukan perekonomian suatu
masyarakat pedesaan, khususnya petani.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelembagaan yang
berada di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Salah satu
komoditas pertanian unggulan dari petani di Leuwiliang yaitu manggis. Kelompok
Tani Karya Mekar memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani manggis
anggotanya, diantaranya pengadaan input produksi hingga kegiatan bimbingan
dan penyuluhan. Mengingat betapa pentingnya peran kelompok tani bagi setiap
kegiatan usahatani manggis anggota, maka kinerja kelompok tani perlu ditelaah
lebih lanjut.
Pada tahun 2011, Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31
756 pohon menghasilkan manggis sebanyak 4 491 kuintal. Menurut Badan Pusat
Statistika Kabupaten Bogor, Desa Karacak merupakan desa penghasil manggis
terbesar di Kecamatan Leuwiliang dengan produksi mencapai 30 persen dari total
produksi manggis di Kecamatan Leuwiliang.
Tabel 1 Produksi manggis di Kabupaten Bogor tahun 2011
Kecamatan
Produksi
(Kuintal)
Jumlah Tanaman
Akhir (Pohon)
Kontribusi (%)
Leuwisadeng 7.550 46.200 28,89
Jasinga 5.232 31.750 20,02
Leuwiliang 4.491 31.756 17,18
Cigudeg 4.008 11.760 15,33
Nanggung 1.465 20.820 5,61
Lainnya 3.391 42.390 12,97
TOTAL 26.137 184.676 100,00 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bogor (diolah), 2012
Tabel diatas menggambarkan produksi manggis di Kabupaten Bogor pada
tahun 2011. Jumlah tanaman akhir yang berada di Jasinga sejumlah 31 750 pohon
dengan total produksi 5 232 kuintal. Jumlah tanaman yang berada di Jasinga ini
tidak jauh berbeda dengan jumlah tanaman yang berada di Kecamatan Leuwiliang.
Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah tanaman akhir 31 756 pohon hanya
menghasilkan manggis sebesar 4 491 kuintal. Dari tabel diatas juga dapat dilihat
bagaimana tingkat produktivitas buah per pohon dari kedua wilayah tersebut.
Produktivitas buah per pohon di wilayah Jasinga berdasarkan data diatas yaitu
0.165 kuintal per pohon atau 16.5 kg per pohon, sedangkan untuk wilayah
Leuwiliang yaitu 0.141 kuintal per pohon atau 14.1 kg per pohon.
3
Kegiatan usahatani manggis petani tidak terlepas dari peran kelompok tani.
Salah satu peran kelompok tani yaitu membantu petani dalam kegiatan budidaya
manggis. Melalui kelompok tani, petani dapat menambah wawasan tentang
bagaimana budidaya manggis yang baik dan benar, seperti pengaturan jarak tanam
pembuatan teras, penyiangan, pemupukan, pemangkasan, hingga cara
pengendalian hama dan penyakit. Dengan menerapkan hal tersebut petani dapat
meningkatkan produktivitas manggis. Petani manggis di Desa Karacak belum
sepenuhnya menerapkan cara budidaya manggis yang baik dan benar. Hal ini
dikarenakan peran kelompok tani yang belum berjalan dengan optimal.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan formal yang
berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani Karya Mekar berperan dalam berbagai
kegiatan usahatani hingga kegiatan pemasaran hasil produksi petani. Namun, saat
ini peran kelompok tani tersebut hampir tidak dirasakan oleh para petani yang
bergabung dengan kelompok tani. Petani anggota tidak menjual hasil produksi
manggis kepada kelompok tani, melainkan kepada pedagang pengumpul atau
biasa disebut dengan tengkulak. Pada tahun 2014 ini tidak ada kegiatan yang
dilakukan oleh kelompok tani. Penyuluhan yang dilakukan hampir setiap bulan
pada tahun 2013, sekarang ini tidak terdapat penyuluhan yang dilakukan oleh
kelompok tani.
Oleh karena itu, penelitian mengenai kinerja kelembagaan petani seperti
kelompok tani perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kinerja kelompok
tani terhadap kegiatan usahatani petani anggotanya. Penelitian ini bermaksud
menganalisis bagaimana kinerja kelembagaan petani Kelompok Tani Karya
Mekar dan peran kelembagaan tersebut terhadap pendapatan usahatani petani di
Desa Karacak Kabupaten Bogor.
Perumusan Masalah
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi manggis terbesar
di wilayah Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi manggis di Kabupaten Bogor
mencapai 3 766 ton. Jumlah produksi tersebut menempatkan Kabupaten Bogor
menjadi wilayah kedua terbesar penghasil manggis setelah Tasikmalaya di
wilayah Jawa Barat.
Leuwiliang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang
menjadi sentra produksi manggis. Pada tahun 2011 Kecamatan Leuwiliang
menempati urutan ketiga dalam memproduksi manggis. Jika dilihat pada tabel 1,
jumlah pohon yang ditanam di Jasinga dan Leuwiliang memiliki jumlah yang
hampir sama, yaitu 31 750 di Jasinga dan 31 756 di Leuwiliang. Jasinga pada
tahun tersebut dapat menghasilkan 5 232 kuintal, sedangkan Leuwiliang hanya
menghasilkan 4 491 kuintal manggis. Namun, kedua wilayah tersebut memiliki
produktivitas buah per pohon yang berbeda. Produktivitas buah per pohon di
wilayah Jasinga yaitu 0.165 kuintal per pohon atau 16.5 kg per pohon, sedangkan
untuk wilayah Leuwiliang yaitu 0.141 kuintal per pohon atau 14.1 kg per pohon.
Salah satu faktor yang menyebabkan hal tersebut adalah peran kelembagaan
petani yang ada, khususnya kelompok tani, masih belum berjalan dengan optimal.
Kelompok Tani karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada
di Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang. Kelompok Tani Karya Mekar
4
merupakan kelembagaan formal yang berdiri sejak tahun 1984. Kelompok Tani
Karya Mekar hingga saat ini telah berumur 30 tahun, namun selama perjalanan itu
Kelompok Tani Karya Mekar belum mampu berperan penuh dalam setiap
kegiatan petani, mulai dari usahatani manggis hingga pemasaran hasil produksi
manggis kelompok anggota. Selama ini Kelompok Tani Karya Mekar hanya
membantu petani anggota dalam kegiatan usahatani saja. Bahkan pada Januari
hingga Maret tahun 2014 ini belum ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh
kelompok tani. Hasil produksi manggis petani anggota dijual kepada pedagang
pengumpul atau tengkulak. Alhasil petani menjadi price taker dan tidak
mempunyai posisi tawar yang tinggi. Hal ini juga menyebabkan harga yang
diterima petani anggota sama dengan harga yang diterima oleh petani non anggota.
Oleh karena itu, permasalahan-permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam mencapai
keberhasilan usahatani manggis di Desa Karacak Leuwiliang Kabupaten
Bogor ?
2. Bagaimana kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Leuwiliang Kabupaten Bogor ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan, tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Mengidentifikasi peran kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam
mencapai keberhasilan usahatani manggis Desa Karacak Leuwiliang
Kabupaten Bogor.
2. Menganalisis kinerja kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis penelitian ini berguna untuk meningkatkan dan menambah
pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan yang tertulis diatas;
2. Petani dapat mengefisienkan kegiatan usahatani melalui peran kelembagaan
pertanian, khususnya peran kelompok tani, sehingga petani dapat
meningkatkan produksi manggis;
3. Bagi pemerintah daerah penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan program-program terkait peningkatan produksi manggis dengan
memberikan arahan berproduksi secara efektif dan efisien.
5
Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini meliputi mekanisme
pelaksanaan dan kinerja kelembagaan pertanian, khususnya Kelompok Tani Karya
Mekar terhadap kegiatan usahatani manggis yang berada di Desa Karacak
Leuwiliang, Kabupaten Bogor.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelembagaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, lembaga merupakan pola perilaku
manusia yang mapan yang terdiri atas interaksi sosial berstruktur dalam suatu
kerangka nilai yang relevan, sedangkan kelembagaan merupakan perihal yang
bersifat lembaga. Kelembagaan dapat berupa adat istiadat, tradisi, aturan-aturan
atau hukum formal yang mengatur hubungan antar individu dalam suatu
masyarakat terhadap sumberdaya. Kelembagaan mengatur siapa yang dapat dan
tidak dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Kelembagaan jika
dilihat dari sisi individu merupakan suatu kesempatan bagi individu dalam
membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya.
Kelembagaan lahir atas dasar kesamaan karakteristik dan tujuan masing-
masing orang dalam kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat dari adanya
kesamaan kepentingan yang menyebabkan adanya kerjasama untuk mencapai
tujuan dan memenuhi kepentingan bersama (Saptana 2006). Kelembagaan
memiliki dua fungsi, yaitu fungsi internal dan fungsi eksternal. Fungsi internal
menempatkan kelembagaan sebagai dasar anggotanya dalam bertindak, sedangkan
fungsi eksternal menerangkan bagimana hubungan atau interaksi dengan pihak
luar.
Menurut Septian (2010), dalam judul Peran Kelembagaan Kelompok Tani
terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Ganyong Di Desa Sindanglaya, adanya
kelompok tani pada usahatani ganyong memiliki pengaruh positif kepada petani
anggotanya. Tingkat pendapatan petani yang tergabung dalam kelompok tani
lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang bukan anggota kelompok. Hal
ini dapat dilihat pada pendapatan atas biaya tunai dan biaya total per hektar petani
anggota yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani bukan anggota.
Pendapatan atas biaya tunai untuk petani anggota adalah sebesar Rp 5 847 027
dan petani bukan anggota sebesar Rp 3 432 027. Pendapatan atas biaya total untuk
petani anggota sebesar Rp 5 527 079 dan untuk petani bukan anggota sebesar Rp
1 429 479.
Septian juga menerangkan bahwa keberadaan kelompok tani di Desa
Sindanglaya memiliki tingkat efektivitas yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari kinerja kelompok tani tersebut yang dianalisis dengan menggunakan skala
likert. Hasil dari analisis tersebut yaitu kelompok tani memiliki nilai 472 yang
terletak antara 385-538 yang menandakan bahwa kelompok tani sudah cukup
efektif. Tingkat efektivitas kelompok tani di Desa Sindanglaya didasarkan pada
persepsi anggota mengenai keberadaan kelompok tani. Septian tidak
menggunakan analisis kualitatif untuk menilai efektivitas dari kelompok tani.
6
Penelitian Septian juga menggambarkan bagaimana kegiatan usahatani
yang dilakukan petani. Dilihat dari hasil penelitian, kegiatan usahatani ganyong
tersebut menguntungkan. Usahatani dianalisis dengan menggunakan R/C rasio.
Hasil analisis R/C rasio kegiatan usahatani ganyong Desa Sindanglaya Kecamatan
Sukamantri diperoleh 1.93 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1.30 untuk R/C
rasio atas biaya total. Hasil analisis tersebut menunjukkan angka R/C lebih dari
satu, artinya usahatani ganyong yang dilakukan petani ganyong di Desa
Sindanglaya menguntungkan. Hasil analisis ini menggambarkan bahwa kelompok
tani berpengaruh positif terhadap kegiatan usahatani petani.
Adina (2012) melakukan penelitian mengenai kualitas kelembagaan dan
persepsi anggota terhadap peran gapoktan. Penelitian ini dilakukan di Desa
Banyuroto Kabupaten Magelang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, gapoktan
Desa Banyuroto merupakan kelembagaan petani formal yang memiliki struktur
dan infrastruktur (aturan main) kelembagaan yang sudah baik. Kelembagaan
tersebut mampu mendorong motivasi dan partisipasi petani untuk terus menjaga
semangat pertanian selaras dengan perkembangan dan inovasi teknologi pertanian
serta menyelesaikan permasalahan yang ada secara bersama-sama. Adanya
gapoktan ini juga berdampak pada peningkatan kemandirian petani secara teknik
bertanam, kesejahteraan petani, dan keberlanjutan pertanian stroberi.
Pendapatan Usahatani
Dalimunthe (2008) melakukan penelitian mengenai usahatani nenas
dengan standard operational procedure (SOP) di Desa Cipelang Kecamatan
Cijeruk Kabupaten Bogor. Menurut Dalimunthe penerapan SOP yang telah
ditentukan Dirjen Holtikultura diharapkan dapat meningkatkan produktivitas serta
kualitas hasil produksi pertanian. Nilai imbangan penerimaan dan pengeluaran
atau R/C rasio tunai untuk analisis usahatani nenas yaitu sebesar 12.97 dan 1.57
untuk nilai imbangan total. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan usahatani
nenas tersebut layak untuk diusahakan. Selain itu pendapatan petani atas biaya
tunai sebesar Rp 22 635 500 dan pendapatan atas biaya total yaitu sebesar Rp 36
400 500.
Feni (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani padi
pandan wangi dan varietas unggul di Kabupaten Cianjur. Pada penelitian tersebut
Feni menjelaskan terdapat perbedaan produksi antara penggunaan padi pandan
wangi dan varietas unggul yang digunakan petani di Kabupaten Cianjur. Tingkat
produksi rata-rata pandan wangi sebesar 11 702.40 kg per hektar per tahun,
sedangkan varietas unggul baru mencapai 16 042.79 kg per hektar per tahun.
Namun, tingkat biaya yang dikeluarkan pada usahatani padi pandan wangi lebih
rendah dibandingkan dengan biaya usahatani varietas unggul. Hal ini disebabkan
oleh opportunity cost atas lahan milik pribadi pada usahatani padi pandan wangi
memiliki proporsi yang lebih besar dalam komponen biaya diperhitungkan.
Pendapatan tunai usahatani padi pandan wangi mencapai Rp 25 817
911.57 per tahun per hektar lahan, sedangkan pendapatan tunai usahatani padi
varietas unggul baru mencapai Rp 23 719 117.86 per tahun per hektar lahan. Dan
pendapatan total usahatani padi wangi yaitu Rp 20 503 308.15 per tahun per
hektar, sedangkan padi varietas unggul baru yaitu Rp 18 936 495.37 per tahun per
hektar lahan.
7
Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio)
atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani kedua
varietas tersebut layak untuk diusahakan atau bisa disebut menguntungkan. Hal ini
ditunjukkan dengan perolehan R/C rasio yang mencapai lebih dari 1. R/C rasio
lebih dari 1 artinya setiap tambahan biaya yang akan dikeluarkan akan
menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biaya
atau dapat dikatakan bahwa usahatani yang dijalankan menguntungkan. Nilai R/C
rasio atas biaya tunai dan atas biaya total usahatani varietas pandan wangi lebih
tinggi dibandingkan dengan usahatani varietas unggul, yaitu masing-masing untuk
varietas pandan wangi 4.78 dan 2.69, sedangkan pada usahatani varietas unggul
baru yaitu 3.40 dan 2.29.
Mochammad (2009) melakukan penelitian mengenai pendapatan usahatani
jambu biji Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Pada penelitian tersebut
Mochammad menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas
biaya total per pohon yang diterima dalam usahatani jambu biji Primatani pada
tahun 2008 lebih besar dibandingkan usahatani jambu biji Non-Primatani.
Pendapatan atas biaya tunai per pohon pada tahun 2008 pada kedua
wilayah untuk tanaman jambu biji tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
pendapatan atas biaya total pada kedua wilayah tersebut. Pendapatan atas biaya
tunai dan biaya total pada Primatani yaitu Rp 379 384 460 dan Rp 317 833 326.67,
sedangkan pada Non-Primatani yaitu Rp 308 963 752 dan Rp 262 177 418.67.
Hal ini dikarenakan tingginya biaya diperhitungkan sehingga biaya total yang
dikeluarkan petani menjadi tinggi.
Jika dilihat dari perbandingan antara penerimaan dan biaya (R/C rasio)
atas biaya tunai dan biaya total, dapat disimpulkan bahwa usahatani jambu biji
Primatani dan Non-Primatani menguntungkan atau layak untuk diusahakan. Hasil
perhitungan R/C rasio tersebut didapatkan bahwa R/C rasio Primatani lebih kecil
dibandingkan dengan Non-Primatani. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total
pada Primatani yaitu 2.27 dan 1.88, sedangkan pada Non-Primatani yaitu 2.56 dan
2.07. Hal ini dikarenakan biaya dalam pendistribusian teknologi yang masih
sangat tinggi. Selain itu, penggunaan pestisida pada daerah Primatani lebih
banyak dibandingkan dengan daerah Non-Primatani.
Berbagai penelitian yang menjadi literatur pada penelitian ini memiliki
kesamaan dan perbedaan. Kesamaan yang terdapat dari penelitian tersebut yaitu
kelompok tani atau gabungan kelompok tani memiliki pengaruh positif terhadap
kegiatan usahatani anggotanya. Hal ini juga dapat dilihat pada analisis pendapatan
usahatani petani dan analisis biaya imbangan terhadap penerimaan yang mencapai
lebih dari satu yang berarti usaha yang dijalankan menguntungkan atau layak
untuk dijalankan. Perbedaan dengan penelitian kali ini yaitu penelitian kali ini
akan membahas kinerja kelmbagaan kelompok tani dengan menggunakan analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan analisis
deskriptif, sedangkan analisis kuantitatif dengan menggunakan skala likert yang
didasarkan pada persepsi anggota mengenai keberadaan kelompok tani. Pada
penelitian ini juga akan dilihat bagaimana peran kelompok tani terhadap
keberhasilan usahatani petani anggota dengan menggunakan analisis pendapatan
usahatani dan analisis R/C rasio.
8
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Teoritis
Pengertian Kelembagaan
Menurut Arifin (2005), kelembagaan adalah kegiatan kolektif dalam suatu
kontrol atau yurisdiksi, pembebasan atau liberalisasi, dan perluasan atau ekspansi
kegiatan individu. Menurut Uphoff (1992) dan Fowler (1992), kelembagaan
adalah “a complex of norm and behavior that persist overtime by serving some
socially valued purpose”. Menurut Bromley (1989) dalam Arifin (2005),
kelembagaan dapat digambarkan sebagai serangkaian hubungan keteraturan
(ordered relationships) antara beberapa orang yang menentukan hak, kewajiban,
kewajiban menghargai hak orang lain (privilege), dan tanggung jawab mereka
dalam masyarakat atau kelembagaan. Dengan kata lain kelembagaan menentukan
bagaimana seseorang bersikap dan bertindak. Kelembagaan mengatur bagaimana
seseorang atau sekelompok orang harus dan tidak harus serta dapat dan tidak
dapat mengerjakan sesuatu.
Arifin (2005) mengatakan bahwa definisi kelembagaan mencakup dua
demarkasi penting, yaitu norma dan konvensi (norms and conventions), serta
aturan main (rules of the game). Kelembagaan dapat ditulis dan ditegakkan oleh
aparat pemerintah dan dapat juga tidak ditulis secara formal seperti aturan adat
dan norma yang berlaku di masyarakat.
Kata kelembagaan merujuk kepada sesuatu yang bersifat mantap yang
hidup didalam masyarakat (Koentjaraningrat 1997). Kelembagaan adalah suatu
pemantapan perilaku yang hidup pada suatu kelompok orang. Kelembagaan
merupakan sesuatu yang stabil, mantap, dan berpola, brfungsi untuk tujuan-tujuan
tertentu dalam masyarakat, ditemukan dalam sistem sosial tradisional dan modern
atau bisa berbentuk tradisional dan modern, dan berfungsi untuk mengefisiensikan
kehidupan sosial.
Tedapat dua jenis pengertian kelembagaan, yaitu kelembagaan sebagai
aturan main dan kelembagaan sebagai organisasi. North (1994) dalam Arifin
(2005) menganalogikan kelembagaan sebagai aturan main dalam suatu permainan
atau olahraga dan organisasi adalah kumpulan pemain yang seharusnya memiliki
tujuan yang sama, yaitu untuk memenangkan pertandingan.
Ruang lingkup kelembagaan dapat dibatasi pada hal-hal berikut (Arifin
2005) :
1. Kelembagaan adalah kreasi manusia (human creations). Hasil akhir dari
upaya atau kegiatan manusia yang dilakukan secara sadar merupakan salah
satu bagian penting dari kelembagaan.
2. Kumpulan individu (group of individuals). Kelembagaan hanya berlaku
pada sekelompok individu, atau minimal dua orang. Kelembagaan
diputuskan secara bersama-sama, bukan secara perorangan.
3. Dimensi waktu (time dimensions). Kelembagaan dapat diaplikasikan pada
situasi yang berulang (repeated situations) dalam suatu dimensi waktu.
4. Dimensi tempat (place dimensions). Suatu lingkungan fisik merupakan
salah satu determinan penting dalam penyusunan kelembagaan yang
9
berperan penting dalam pembentukan suatu struktur kelembagaan.
Penyusunan kelembagaan juga dapat berperan penting pada perubahan
kondisi fisik. Hal ini disebut juga dengan hubungan timbal balik (feed-
back relationships).
5. Aturan main dan norma (rules and norms). Kelembagaan ditentukan oleh
konfigurasi aturan main dan norma yang telah dirumuskan oleh suatu
kelompok masyarakat.
6. Pemantauan dan penegakan hukum (monitoring and enforcement). Aturan
main dan norma harus dipantau dan ditegakkan oleh suatu badan yang
kompeten atau oleh masyarakat secara internal pada tingkat individu.
7. Hierarki dan jaringan (nested levels and institutions). Kelembagaan
merupakan bagian dari hierarki dan jaringan atau sistem kelembagaan
yang lebih kompleks.
8. Konsekuensi kelembagaan (consequences of institutions). Kelembagaan
dapat meningkatkan rutinitas, keteraturan, atau tindakan manusia yang
tidak memerlukan pilihan lengkap dan sempurna, namun mempengaruhi
tingkah laku individual melalui sistem insentif dan disinsentif.
Kelembagaan juga memiliki pengaruh bagi terciptanya suatu pola interaksi
yang stabil yang diinternalisasi oleh setiap individu.
Kelembagaan Petani
Sistem agribisnis merupakan kegiatan pertanian yang mencakup
penyediaan sistem produksi, usahatani, pengolahan, dan pemasaran hasil pertanian.
Saragih (2010) menggolongkan sistem agribisnis kedalam beberapa subsistem,
meliputi subsistem hulu (upstream agribusiness), subsistem usahatani (on-farm
agribusiness), subsistem hilir (downstream agribusiness) yang terdiri dari
pengolahan dan pemasaran, serta subsistem penunjang.
Gambar 1 Sistem Agribisnis (Saragih 2010)
Kelembagaan petani termasuk kedalam subsistem penunjang.
Kelembagaan petani berperan penting dalam semua kegiatan di masing-masing
subsistem, seperti subsistem hulu, subsistem usahatani, dan subsistem pengolahan
dan pemasaran. Subsistem penunjang bertindak sebagai pendukung kelancaran
produksi dan pemasaran hasil pertanian mulai dari penyediaan sistem produksi
pertanian hingga pemasaran produk-produk pertanian. Melihat fungsi subsistem
10
penunjang yang sangat penting, kelompok tani seharusnya memiliki fungsi
mendukung kegiatan pertanian yang terdapat disuatu wilayah pedesaan.
Kelembagaan petani memiliki peran dalam menggerakkan tindak komunal.
Suatu lembaga struktur umumnya memiliki potensi kolektif yang berasal dari para
anggotanya. Memahami dan memanfaatkan secara tepat sifat-sifat komunal dan
social capital lain akan memberikan dampak yang diharapkan (Syahyuti 2007).
Selain itu, kelembagaan diperlukan untuk mengkoordinasikan semua
potensi sumberdaya yang tersedia menjadi suatu kesatuan dan dapat menciptakan
posisi tawar untuk menghadapi sistem perekonomian yang tidak mendukung
sebagian besar anggota masyarakat, termasuk petani. Kelembagaan petani
menjadi semakin penting dengan fungsinya untuk meningkatkan posisi tawar para
petani sehingga memiliki daya saing yang tinggi.
Salah satu kelembagaan petani adalah kelompok tani dan gabungan
kelompok tani. Menurut peraturan Menteri Pertanian Nomor:
273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang pembinaan kelembagaan petani, kelompok tani
adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan
keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Sedangkan
gabungan kelompok tani adalah gabungan beberapa kelompok tani yang ada
dalam suatu wilayah administrasi pemerintahan untuk menggalang kepentingan
bersama secara kooperatif.
Gapoktan memnpunyai berbagai fungsi, diantaranya sebagai unit usaha
jasa produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar (kuantitas, kualitas, kontinuitas,
dan harga), sebagai unit usaha jasa penyediaan saprotan (pupuk bersubsidi, benih
bersertifikat, pestisida, dan lainnya) serta menyalurkan kepada para petani melalui
kelompoknya, sebagai unit usaha jasa penyediaan modal usaha dan menyalurkan
secara kredit atau pinjaman kepada petani yang memerlukan, sebagai unit usaha
jasa proses pengolahan produk para anggota (penggilingan, grading, pengepakan,
dan lainnya) yang dapat meningkatkan nilai tambah, serta sebagai unit jasa
menyelenggarakan perdagangan, memasarkan atau menjual produk petani kepada
pedagang atau industri hilir.
Gapoktan atau poktan menjadi lembaga penghubung antara petani desa
dengan lembaga-lembaga lainnya. Gapoktan atau poktan ini diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan permodalan pertanian, sarana produksi pertanian,
pemasaran produk pertanian, dan mampu menyediakan berbagai informasi yang
dibutuhkan petani.
Kinerja Kelembagaan Petani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja adalah sesuatu yang
dicapai; prestasi yang diperlihatkan; atau kemampuan kerja. Penilaian kinerja
kelompok tani ini didasarkan pada SK Mentan No 41/Kpts/OT.210/1992. Tolok
ukur penentuan tingkat kemampuan kelompok tani didasarkan pada kemampuan
kelompok tani dalam merencanakan kegiatan untuk meningkatkan produktivitas
usahatani, kemampuan melaksanakan dan menaati perjanjian dengan pihak lain,
kemampuan memupuk modal dan memanfaatkannya secara rasional, kemampuan
meningkatkan hubungan yang melembaga antara kelompok dengan KUD, serta
kemampuan menerapkan teknologi dan memanfaatkan informasi serta kerja sama
11
kelompok yang dicerminkan oleh tingkat produktivitas dari usahatani anggota
kelompok.
Kinerja kelembagaan petani (poktan atau gapoktan) dapat dilihat dari
peran dan kontribusi kelembagaan petani tersebut dalam kegiatan usahatani petani
anggotanya maupun dalam kegiatan lain yang berhubungan dengan petani.
Menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002) terdapat tiga syarat pokok yang
harus ada yang dikategorikan sebagai aspek kelembagaan dalam Struktur
Pedesaan Maju, yaitu adanya pasar, adanya pelayanan penyuluhan, serta adanya
lembaga perkreditan. Tiga syarat tersebut dapat menunjukkan bagaimana kinerja
kelembagaan yang ada. Selain itu, kinerja kelembagaan petani yang baik dapat
menciptakan kemandirian petani, kesejahteraan petani, dan pertanian yang
berkelanjutan.
Kemandirian merupakan kemampuan mengakomodasikan sifat-sifat baik
manusia untuk ditampilkan didalam sikap dan perilaku yang tepat berdasarkan
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh seorang individu. Kesiapan petani dalam
menghadapi era globalisasi menjadi hal sangat penting untuk menunjukkan sejauh
mana petani mampu terbebas dari pihak lain dalam mengambil dan melaksanakan
keputusan hidupnya (Sumardjo 1999).
Kesejahteraan petani dapat digambarkan melalui : 1) struktur pendapatan
rumah tangga, 2) struktur pengeluaran rumah tangga, 3) keragaan tingkatan
ketahanan pangan rumah tangga, 4) keragaan daya beli rumah tangga petani, dan
5) perkembangan nilai tukar petani (NTP) (Sadikin dan Subagyono 2008). Salah
satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan petani yaitu dengan menjalankan
berbagai kegiatan yang mampu menunjang kegiatan usahatani petani dalam suatu
kelembagaan petani.
Pertanian berkelanjutan ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem
produksi jangka panjang. Petani harus mengetahui cara mengembangkan
kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama, dan pengelolaan tanaman (memilih
jenis, pola tanam, dan waktu tanam yang tepat). Dalam menciptakan pertanian
yang berkelanjutan, segala kegiatan pertanian harus memperhatikan sumberdaya
alam. Sumberdaya alam yang tersedia harus digunakan sebijak mungkin sehingga
dapat memberikan keuntungan bagi petani dimasa sekarang dan dimasa yang akan
datang. Para petani juga harus dapat berpikir dinamis dalam mengantisipasi
perubahan lingkungan.
Peranan suatu kelembagaan dapat dilihat pada kemampuan dari
kelembagaan tersebut dalam mengelola dan memberikan manfaat secara efektif
berdasarkan kriteria penilaian baik dari pihak kelompok tani maupun dari para
petani yang tergabung dalam kelompok tersebut. Peranan kelembagaan yang baik
dapat memberikan dampak positif bagi para anggotanya.
12
Kerangka Operasional
Kelembagaan merupakan salah satu komponen yang penting dalam
menunjang keberhasilan kegiatan usahatani yang dilakukan. Kelembagaan
pertanian memberikan dampak terhadap kegiatan usahatani dalam kegiatan
budidaya maupun terhadap kegiatan lainnya. Kelembagaan dapat meningkatkan
produktivitas serta dapat mengurangi biaya produksi yang implikasinya
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Secara keseluruhan, Kelompok Tani Karya Mekar yang berada di
Leuwiliang belum menjalankan fungsinya dengan optimal. Hal ini dapat dilihat
dari tingkat produktivitas yang rendah dari hasil usahatani manggis para petani
anggota kelompok tersebut dan bagaimana peran kelompok tani yang seharusnya.
Untuk dapat mengoptimalkan fungsi dari kelompok tani tersebut, maka diperlukan
gambaran kinerja Kelompok Tani Karya Mekar dan bagaimana peran kelompok
Tani Karya Mekar dalam mencapai keberhasilan usahatani manggis. Pengambilan
data dilakukan dengan melakukan wawancara langsung dan observasi serta
dengan sumber-sumber lain. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan
Microsoft Excel dan kalkulator hingga menghasilkan output tentang bagaimana
kinerja kelompok tani tersebut. Dengan mengetahui kinerja kelompok tani
tersebut, para pengurus kelompok tani dan anggota dapat memperbaiki sistem
yang terdapat dalam kelompok tani tersebut sehingga akan menciptakan kelompok
tani yang dapat menciptakan kemandirian, kesejahteraan, dan pertanian yang
berkelanjutan. Kerangka pemikiran operasional penelitian ini disajikan pada
gambar berikut.
13
Gambar 2 Kerangka Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Karacak, Leuwiliang, Kabupaten
Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2014.
Jenis Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh
dari petani melalui pengamatan dan wawancara secara langsung menggunakan
kuesioner yang telah disiapkan. Responden dalam penelitian ini yaitu petani
anggota dan pengurus Kelompok Tani. Data sekunder diperoleh dari instansi dan
14
dinas terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, artikel,
jurnal, buku, literatur internet, dan berbagai sumber lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
Data Primer meliputi identifikasi struktur kelembagaan, aturan
kelembagaan (aturan formal dan aturan informal), persepsi anggota terhadap
keberadaan kelompok tani, serta usahatani manggis dalam Kelompok Tani Karya
Mekar dan biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Sedangkan data
sekunder meliputi data PDB nasional, peraturan perundang-undangan, tingkat
kemiskinan, dan AD/ART Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak.
Metode Pengambilan Contoh
Penelitian ini menggunakan responden dan informan sebagai sumber data
primer. Responden adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan
persepsi pribadinya mengenai suatu objek penelitian. Sedangkan informan adalah
pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri,
keluarga, pihak lain, dan lingkungannya.
Populasi penelitian adalah petani yang berada di Desa Karacak, Kabupaten
Bogor. Responden untuk penelitian ini berjumlah 45 petani responden. Responden
dipilih menggunakan non probability sampling dengan metode purposive
sampling yaitu dengan tujuan membentuk sub populasi yang didalamnya
membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki nilai variabel yang tidak
terlalu bervariasi (relatif homogen) dan cenderung bersifat objektif. Responden
yang dipilih pada penelitian ini yaitu 30 petani yang tergabung dalam kelompok
tani dan merupakan anggota aktif, serta 15 petani yang tidak tergabung dalam
kelompok tani.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara primer maupun sekunder diolah dan
dianalisis dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan dianalisis
dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Sebelum melakukan pengolahan
data, data yang telah diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner dirapikan
dalam bentuk tabel dan grafik dengan menggunakan Microsoft Excel 2013.
Sedangkan data sekunder diolah dalam bentuk tabel atau grafik sederhana.
Kemudian hasilnya akan disajikan dalam bentuk narasi deskriptif.
Analisis Kinerja Kelembagaan (Kelompok Tani)
Kinerja kelembagaan dapat dilihat dari kemampuan kelembagaan tersebut
dalam memberikan manfaat terhadap kelompok maupun terhadap anggota dari
kelembagaan tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus kelompok tani
dan petani, serta hasil perolehan data sekunder dari pihak lain yang bersangkutan
yang hasilnya akan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari
hasil tanggapan responden.
15
Analisis konten kelembagaan kelompok tani, seperti aturan main, yang
terdiri dari aturan internal (aturan-aturan yang terkait dan berlaku didalam
kelompok tani) dan aturan eksternal (aturan-aturan yang terkait dengan kelompok
tani), boundary rule, pengawasan dan sanksi, serta aturan mengenai penyelesaian
konflik akan dijelaskan secara deskriptif.
Selain itu, persepsi anggota kelompok tani terhadap keberadaan kelompok
tani dapat dijadikan sebagai ukuran dalam menilai kinerja dari kelompok tani
tersebut. Anggota kelompok tani merupakan petani yang terlibat langsung dalam
kelembagaan petani atau kelompok tani, petani anggota juga merasakan
bagaimana atau apa saja keuntungan atau manfaat yang mereka dapat dari
kelompok tani, dan petani anggota juga mengetahui apa yang dirasa kurang dari
kelompok tani tersebut. Oleh karena itu, persepsi atau pandangan dari petani
anggota merupakan hal yang penting dalam menilai kinerja kelompok tani.
Kelompok tani memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani petani.
Menciptakan pasar bagi petani anggota, memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada anggota, serta memberikan perkreditan kepada anggota merupakan hal
penting dalam suatu kelembagaan petani, terutama kelompok tani. Ketiga hal
tersebut akan dilihat dan dianalisis secara deskriptif.
Analisis Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani merupakan penerimaan bersih yang diperoleh petani
baik tunai maupun diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yaitu biaya yang
benar-benar dikeluarkan oleh petani, sedangkan pendapatan atas biaya total yaitu
semua input milik keluarga yang juga diperhitungkan sebagai biaya (Soekartawi
2002). Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan
biaya usahatani per musim tanam. Analisis ini digunakan untuk mengetahui
pendapatan usahatani manggis. Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2 Analisis pendapatan usahatani
No Uraian
1 Penerimaan Tunai
2 Penerimaan yang diperhitungkan
3 Total Penerimaan (1+2)
4 Pengeluaran Tunai
5 Pengeluaran yang diperhitungkan
6 Total Pengeluaran (4+5)
7 Total Pendapatan (3-6)
8 Total pendapatan Tunai (1-4)
9 Penyusutan alat
10 Pendapatan Bersih (8-9)
Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran, yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
16
π total = TR total – TC total
π tunai = TR total – (TC tunai + Bd)
Rumus penerimaan total dan biaya adalah :
TR = Py x Y
TC = TFC + TVC
dimana :
TR total = Total penerimaan total usahatani (Rupiah)
TC tunai = Total biaya tunai usahatani (Rupiah)
π = Pendapatan (Rupiah)
Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah)
Py = Harga output
Y = Jumlah output
TVC = Total biaya variabel
TFC = Total biaya tetap
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio)
Analisis R/C rasio dalam usahatani bertujuan untuk mengetahui kelayakan
dari usahatani yang dilaksanakan dengan menunjukkan perbandingan antara nilai
output terhadap nilai inputnya. R/C rasio juga merupakan perbandingan antara
penerimaan dengan pengeluaran usahatani.
Analisis R/C rasio digunakan untuk mengetahui seberapa besar
penerimaan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang dikeluarkan pada suatu
usahatani. Apabila rasio R/C > 1, berarti usahatani yang dijalankan layak untuk
dilaksanakan. Sebaliknya, jika rasio R/C < 1, berarti usahatani tersebut tidak layak
untuk dilaksanakan.
Analisis pendapatan usahatani dan analisis imbangan penerimaan dan
biaya (R/C rasio) dapat membantu menggambarkan bagaimana peran kelompok
tani terhadap keberhasilan usahatani petani anggota. Penelitian ini
membandingkan antara pendapatan usahatani dan R/C rasio petani yang tergabung
dalam kelompok tani dan pendapatan usahatani dan R/C rasio petani yang tidak
tergabung dengan kelompok tani. Jika didapatkan hasil pendapatan usahatani dan
R/C rasio petani kelompok lebih tinggi dibandingkan dengan petani non
kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok tani berpengaruh posistif
terhadap keberhasilan usahatani manggis petani anggota.
17
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Karacak
Desa Karacak termasuk kedalam wilayah Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor. Desa Karacak merupakan desa terluas yang berada di wilayah
Kecamatan Leuwiliang. Desa Karacak ini terletak pada ketinggian 5 000 mdpl
dengan curah hujan rata-rata 4 683 mm. Suhu rata-rata harian 37ºC menjadikan
Desa Karacak sebagai desa yang memiliki udara yang sejuk. Jarak dari Kota
Bogor menuju Desa Karacak adalah 25-30 Km atau berkisar 60-90 menit waktu
perjalanan, baik dengan menggunakan sepeda motor maupun kendaraan beroda
empat. Secara umum, perbatasan wilayah Desa Karacak adalah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Desa Barengkok Kecamatan Leuwiliang
2. Sebelah Selatan : Desa Karyasari Kecamatan Leuwiliang
3. Sebelah Timur : Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang
4. Sebelah Barat : Desa Pangbabon/CibeberII Kecamatan Leuwiliang
Desa dengan luas wilayah mencapai 710.023 Ha ini mempunyai tanah
yang subur dan sangat cocok untuk ditanami tumbuh-tumbuhan. Luas lahan
tersebut digunakan sebagai areal pemukiman dengan luas 220.236 Ha, areal
persawahan dengan luas 210.714 Ha, dan areal perkebunan dengan luas 270.072
Ha. Sebagian besar wilayah Desa Karacak digunakan sebagai areal perkebunan
yaitu dengan presentase 38.04 persen dari total luas wilayah yang terdapat di
wilayah Desa Karacak.
Luas lahan perkebunan yang mencapai 38.04 persen dari luas total Desa
Karacak menjadikan Desa Karacak sebagai daerah penghasil buah manggis
terbesar di wilayah Kecamatan Leuwiliang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 3 Produktivitas Pohon Manggis Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor
Tahun 2011
Desa
Tanaman
Menghasilka
n (Pohon)
Tanaman
Belum
Menghasilka
n (Pohon)
Jumlah
Pohon
Produksi
Rata-rata
(Ton)
Luas Area
(Ha)
Karacak 4 176 4 857 9 033 425 70
Barengkok 4 230 4 520 8 750 365 60
Pabangbon 1 690 3 500 5 190 210 35
Cibeber II 937 2 100 3 037 120 20
Karyasari 935 465 1 400 12 10
Jumlah 11 968 15 442 27 410 1 132 195
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Desa Karacak merupakan desa dengan
jumlah produksi manggis terbesar di wilayah Kecamatan Leuwiliang dengan
produksi rata-rata mencapai 425 ton. Diikuti dengan Desa Barengkok, Desa
Pabangbon, Desa Cibeber II, dan Desa Karyasari dengan masing-masing produksi
365 ton, 210 ton, 120 ton, dan 12 ton.
18
Karakterisitik Sosial Ekonomi Petani
Petani responden dalam penelitian ini berjumlah 45 orang, yaitu 30 petani
yang tergabung dalam Kelompok Tani Karya Mekar dan 15 petani yang tidak
tergabung dalam kelompok tani. Karakteristik petani responden antara lain; usia,
luas dan status kepemilikan lahan, serta pendidikan.
Usia
Petani manggis di Desa Karacak berada pada sebaran umur 40 hingga
lebih dari 50 tahun. Mayoritas usia petani responden lebih dari 50 tahun, yaitu
sebanyak 26 orang petani yang tergabung dalam kelompok dan 11 orang petani
yang tidak tergabung dalam kelompok atau sebanyak 86.67 persen untuk petani
kelompok dan 73.33 persen untuk petani non-kelompok. Sedangkan sisanya
berada pada selang usia 40 hingga 50 tahun, yaitu sebanyak empat orang petani
yang tergabung dalam kelompok dan empat orang petani yang tidak tergabung
dalam kelompok atau sebanyak 13.33 persen untuk petani kelompok dan 26.67
persen untuk petani non-kelompok.
Gambar 3 Sebaran Usia Petani Manggis Desa Karacak
Gambar diatas menunjukkan bahwa mayoritas petani manggis yang berada
di Desa Karacak berusia lebih dari 50 tahun dan hanya sebagian kecil yang
berusia kurang dari 50 tahun. Usia 50 tahun termasuk kedalam kelompok usia
yang produktif. Menurut Badan Pusat Statistika yang termasuk kedalam usia
produktif adalah usia 15 hingga 64 tahun.
Usia Petani Kelompok
>50 tahun 41-50 tahun
Usia Petani Non-Kelompok
>50 tahun 41-50 tahun
19
Luas dan Status Kepemilikan Lahan
Luas lahan yang dimiliki petani di Desa Karacak sangat beragam. Luas
lahan tersebut berkisar antara 0.015 Ha hingga 2 Ha dengan rata-rata lahan yang
dimiliki seluas 0.575 Ha. Luas lahan yang dimiliki oleh petani kelompok berkisar
antara 0.13 Ha hingga 2 Ha. Sedangkan luas lahan yang dimiliki oleh petani non-
kelompok berkisar antara 0.015 Ha hingga 1 Ha.
Tabel 4 Sebaran Petani Responden Menurut Luas Lahan di Desa Karacak Tahun
2014
Luas Lahan Petani Kelompok Petani Non
Kelompok Jumlah
(Ha) (orang) (orang) (orang)
0.01 - 0.50 16 13 29
0.51 - 1.00 7 2 9
> 1.00 7 0 7
Total 30 15 45 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Desa Karacak
memiliki luas lahan 0.01 Ha hingga 0.50 Ha dengan presentase 64.44 persen.
Jumlah petani yang memiliki lahan antara 0.50 dan 1 Ha berjumlah sembilan
orang dengan presentase 20 persen. Sedangkan petani yang memiliki lahan lebih
dari 1 Ha berjumlah tujuh orang dengan presentase 15.56 persen.
Tabel 4 juga menunjukan bahwa petani kelompok mempunyai lahan yang
lebih luas jika dibandingkan dengan petani non kelompok. Rata-rata luas lahan
yang dimiliki oleh petani kelompok yaitu 0.856 Ha. Sedangkan rata-rata luas
lahan yang dimiliki oleh petani non kelompok yaitu 0.294 Ha. Berdasarkan pada
status kepemilikan lahan, semua lahan adalah milik para petani responden di Desa
Karacak. Lahan yang para petani responden miliki saat ini merupakan lahan
warisan yang diberikan oleh orangtua para petani terdahulu.
Pendidikan
Petani di Desa Karacak memiliki tingkat pendidikan yang berbeda-beda.
Mulai dari lulusan Sekolah Dasar (SD) hingga lulusan Sekolah Menengah Atas
(SMA). Sebagian besar petani responden di Desa Karacak atau sebesar 77.78
persen responden merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) yang terdiri dari 23
orang petani kelompok dan 12 orang petani non kelompok. Sedangkan petani
dengan tingkat pendidikan SMP sama dengan petani dengan tingkat pendidikan
SMA yaitu sebesar 11.11 persen yang masing-masing terdiri dari lima orang
petani. Sebaran pendidikan petani responden dapat dilihat pada tabel berikut.
20
Tabel 5 Sebaran Petani Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Karacak
Tahun 2014
Tingkat Petani Kelompok Petani Non
Kelompok Jumlah
Pendidikan (orang) (orang) (orang)
SD 23 12 35
SMP 3 2 5
SMA 4 1 5
Total 30 15 45 Sumber: Data Primer (diolah)
Tabel 5 menunjukkan tingkat pendidikan, baik petani kelompok maupun
petani non kelompok, mayoritas berada pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar
(SD). Tingkat pendidikan SD pada petani kelompok berjumlah 23 orang atau
76.67 persen dari jumlah petani kelompok, sedangkan pada petani non kelompok
berjumlah 12 orang atau 80 persen dari jumlah petani non kelompok. Tingkat
lulusan SMP pada petani kelompok sejumlah tiga orang atau 10 persen,
sedangkan pada petani non kelompok sejumlah dua orang atau 13.33 persen.
Tingkat lulusan SMA pada petani kelompok berjumlah empat orang atau 13.33
persen, sedangkan pada petani non kelompok berjumlah satu orang atau 6.67
persen. Tingkat pendidikan formal petani berpengaruh pada kegiatan usahatani,
baik berupa perencanaan, pengorganisasian, penggunaan input produksi, teknik
bercocok tanam, hingga cara menanggulangi hama dan penyakit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Organisasi dan Infrastruktur Kelembagaan Kelompok Tani Karya
Mekar
Struktur Organisasi Kelompok Tani Karya Mekar
Kelembagaan yang terdapat dalam Kelompok Tani Karya Mekar
merupakan kelembagaan formal yang sengaja dibentuk dikalangan petani Desa
Karacak. Kelompok Tani Karya Mekar ini berdiri pada tahun 1984 dengan jumlah
anggota enam orang. Hingga saat ini jumlah anggota Kelompok Tani Karya
Mekar mencapai 100 orang. Seluruh anggota yang tergabung dalam kelompok
tani ini merupakan masyarakat Desa Karacak.
Struktur organisasi Kelompok Tani Karya Mekar terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, serta sejumlah seksi atau bidang. Setiap posisi dalam
kepengurusan Kelompok Tani Karya Mekar diisi oleh satu hingga dua orang.
Jumlah pengurus Kelompok Tani Karya Mekar berjumlah 15 orang dan 85
anggota. Setiap seksi dalam struktur kepengurusan kelompok tani diisi oleh dua
orang pengurus. Masing-masing perangkat menjalankan tugas dan fungsinya.
Adapun tugas dan fungsi dari tiap-tiap perangkat Kelompok Tani Karya Mekar
Desa Karacak adalah sebagai berikut:
21
1. Ketua bertugas untuk memimpin seluruh anggota dan menjadi penerus
aspirasi anggota kelompok tani dengan pihak internal maupun pihak
eksternal. Seorang ketua bertanggung jawab atas seluruh kegiatan
kelompok tani yang dilaksanakan di wilayah Desa Karacak. Ketua juga
bertugas untuk menandatangani surat-surat berharga yang berkaitan
dengan penyelenggaraan keuangan.
2. Sekretaris bertugas untuk mencatat dan mendokumentasikan seluruh
keperluan dan administrasi kelompok tani, mulai AD/ART kelompok tani
hingga notulensi rapat.
3. Bendahara bertugas untuk mengurus segala hal yang berkaitan dengan
keuangan operasional kelompok tani.
4. Bidang Pendidikan dan Pelatihan bertugas untuk mempersiapkan anggota
kelompok tani yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam usahatani,
memberikan pelatihan kepada anggota kelompok tani, serta melaksanakan
kegiatan-kegiatan pendidikan dalam mengembangkan keahlian dan
keterampilan kelompok tani.
5. Bidang Pertanian bertugas untuk menangani hal-hal yang berkaitan dengan
usahatani anggota kelompok tani. Bidang ini juga bertugas sebagai
penampung aspirasi mengenai pertanian dari seluruh anggota kelompok
tani yang ada di Desa Karacak dan menyebarluaskan informasi terbaru
mengenai pertanian.
6. Bidang Peternakan dan Perikanan bertugas untuk menangani hal-hal yang
berkaitan dengan peternakan dan perikanan. Bidang ini juga bertugas
sebagai penampung aspirasi mengenai peternakan dan perikanan dari
seluruh anggota kelompok tani yang ada di Desa Karacak dan
menyebarluaskan informasi terbaru mengenai peternakan dan perikanan.
7. Bidang Sarana dan Prasarana bertugas untuk mencatat, menyimpan, dan
mengelola sarana dan prasarana yang dimiliki kelompok.
8. Bidang Pemasaran bertugas untuk membantu anggota kelompok tani
dalam kegiatan pemasaran, menjalin kerja sama dengan pihak ketiga
dalam kaitan pemasaran hasil produksi anggota kelompok, serta
melakukan pemasaran hasil produksi anggota kelompok.
9. Bidang Hubungan Masyarakat bertugas untuk menangani hubungan
kelompok tani dengan pihak eksternal, seperti masyarakat, perangkat desa,
dan pihak lainnya.
10. Anggota merupakan orang-orang yang tercatat atau terdaftar dalam
keanggotaan kelompok tani dan ikut aktif dalam kegiatan Kelompok Tani
Karya Mekar.
22
Gambar 4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Karya Mekar
Gambar diatas merupakan struktur organisasi Kelompok Tani Karya
Mekar. Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua dan anggota kelompok tani,
didapatkan bahwa kepengurusan yang berada di Kelompok Tani Karya Mekar
tidak berjalan dengan semestinya. Kelompok Tani Karya Mekar tidak mempunyai
rencana kegiatan di tahun 2014. Bahkan pada bulan Januari hingga Maret 2014
tidak terdapat rapat rutin anggota. Hal ini sangat disayangkan mengingat sangat
pentingnya peran kelompok tani bagi keberhasilan usahatani petani.
Menurut Pranadji (2003), kerapuhan kelembagaan memiliki peran besar
dalam mengganjal perkembangan perekonomian (pertanian dan) pedesaan. Jika
sistem kelembagaan suatu masyarakat dibiarkan rapuh, maka program
pengembangan teknologi, inovasi dan investasi apapun tidak akan mampu
menjadi “mesin penggerak” kemajuan ekonomi yang tangguh. Pandangan
Pranadji menggambarkan bahwa peran kelembagaan di wilayah pedesaan sangat
penting untuk dapat memajukan perekonomian pedesaan sehingga dapat
mendatangkan kesejahteraan bagi para masyarakat pedesaan, khususnya para
petani.
Bidang-bidang atau seksi-seksi yang ada pada Kelompok Tani Karya
Mekar tidak berfungsi dengan baik. Sebagai contoh pada bidang pemasaran,
bidang ini bertugas untuk membantu anggota kelompok tani dalam kegiatan
pemasaran hasil usahatani petani anggota. Namun, pada kenyataannya kelompok
tani memiliki peran yang sangat sedikit dalam kegiatan pemasaran hasil usahatani
petani anggota. Petani yang tergabung dalam kelompok tani tidak menjual hasil
panennya kepada kelompok tani, melainkan pada tengkulak atau pedagang
23
pengumpul yang ada di Desa Karacak. Implikasi dari hal ini yaitu petani anggota
mendapatkan harga jual yang tidak berbeda dengan harga jual yang diterima oleh
petani yang bukan anggota kelompok tani. Harga hasil panen yang dihasilkan
petani sepenuhnya ditentukan oleh pedagang pengumpul atau tengkulak.
Pengurus harian, seperti bendahara dan sekretaris, mempunyai peran yang
besar dalam mengurus kelompok tani. Bendahara yang bertugas mengurus segala
hal yang berkaitan dengan keuangan operasional kelompok tani dan sekretaris
yang bertugas mencatat dan mendokumentasikan seluruh keperluan dan
administrasi kelompok tani, mulai AD/ART kelompok tani hingga notulensi rapat
juga mengalami “mati suri”. Petani kelompok yang menjabat sebagai bendahara
tidak memiliki catatan keuangan kelompok tani, sekretaris bahkan tidak
mempunyai daftar nama anggota kelompok tani secara lengkap.
Semua pengurus kelompok tani merupakan seorang pemimpin. Peran
seorang pemimpin sangat penting untuk menggerakan kemajuan ekonomi
setempat. Salah satu peran penting seorang pemimpin yaitu meningkatkan
kecerdasan masyarakat secara kolektif (Pranadji 2003).
Infrastruktur Kelembagaan
Infrastruktur kelembagaan adalah seluruh kelembagaan dalam bentuk
aturan main (rules of the game) yang mengatur hubungan antar aktor dalam
kelompok tani dan aktor-aktor lain diluar kelompok tani. Aturan main dalam
kelompok tani ini terdiri dari aturan formal dan aturan informal. Aturan formal
terdiri atas Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang mengatur
kelompok tani secara internal, serta Undang-Undang Republik Indonesia,
Peraturan Menteri Pertanian, dan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor yang
mengatur secara eksternal. Selain itu, Kelompok Tani Karya Mekar juga
mempunyai aturan informal yang berupa hasil dari kesepakatan dan musyawarah
anggota terkait dengan jadwal rapat, jadwal kumpul, sanksi, serta aturan dalam
penyelesaian konflik.
Aturan Formal
Kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar merupakan sebuah
kelembagaan formal yang dibentuk dengan adanya campur tangan dari pemerintah.
Aturan formal yang mengatur kelompok tani ini dibagi menjadi aturan main
eksternal dan aturan main internal. Aturan main ekternal merupakan aturan formal
yang mengatur kelompok tani secara umum. Aturan main eksternal ini umumnya
berupa Undang-Undang Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pertanian, dan
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor.
Secara umum aturan main eksternal kelompok tani ini berlaku untuk
semua kelembagaan baik kelompok tani maupun gabungan kelompok tani yang
berada di Indonesia karena aturan ini berasal dari pemerintah pusat. Berikut
adalah aturan main yang merupakan kerangka pengembangan konseptual
eksternal untuk kelompok tani maupun gabungan kelompok tani:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1: Pedoman
24
Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan
Kelompok Tani.
3. SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen
Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
4. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan mengatur sistem
penyuluhan guna membantu kelembagaan petani menjadi organisasi ekonomi
yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola usaha yang baik dan
berkelanjutan. Implementasi Undang-Undang tersebut bagi Kelompok Tani Karya
Mekar yaitu penyuluhan yang diterapkan di kelompok tani ini telah terencana
dengan baik melalui program penyuluhan yang disusun setiap tahunnya. Pada
tahun 2013, setiap satu bulan sekali kelompok tani bersama penyuluh pertanian
Kabupaten Bogor mengadakan penyuluhan terkait dengan usahatani manggis dan
penggunaan teknologi. Namun pada Januari hingga Maret 2014 ini belum ada
penyuluhan yang dilakukan kelompok tani. Hal ini disebabkan oleh kesibukan
para petani manggis pada bulan Januari hingga Maret. Bulan Januari hingga Maret
merupakan masa panen untuk tanaman manggis, sehingga para petani fokus untuk
kegiatan panen dan kegiatan penjualan hasil panen tersebut.
Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang
Pedoman Pembinaan Kelembagaan Petani Lampiran 1: Pedoman Penumbuhan
dan Pengembangan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani mengatur
pembentukan dan pengembangan gabungan kelompok tani, peningkatan
kemampuan gabungan kelompok tani, dan pengaturan fungsi gabungan kelompok
tani. Kelompok Tani Karya Mekar telah tergabung dalam Kelompok Tani
Nelayan Andalan yang berada di Kecamatan Leuwiliang. Keanggotaan ini
berdasarkan pada azas kekeluargaan, gotong royong, serta nilai-nilai demokrasi.
Sejauh ini, Kelompok Tani Karya Mekar hanya menjalankan fungsinya sebagai
unit usahatani. Kelompok Tani Karya Mekar belum mampu menjalankan
fungsinya sebagai unit usaha pengolahan, pemasaran, serta sarana dan prasarana
produksi.
SK Menteri Pertanian Nomor 496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen
Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Prima Tani
merupakan model diseminasi teknologi yang menggunakan pendekatan
kelembagaan dalam memasyarakatkan dan memperkenalkan inovasi pertanian.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan wadah pemasyarakatan dan perkenalan
inovasi teknologi pertanian melalui pendekatan kelembagaan dan pemberdayaan
serta partisipasi aktif masyarakat Kampung Cengal Desa Karacak. Anggota
Kelompok Tani Karya Mekar mendapatkan penyuluhan mengenai cara budidaya
yang baik dan benar melalui pembuatan teras individu, pengaturan jarak tanam,
rawat gawangan atau penyiangan, pemupukan, pemangkasan, serta pengendalian
hama dan penyakit.
Peraturan Kabupaten Bogor Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan (BKP5K) Kabupaten Bogor. BKP5K merupakan perangkat daerah
sebagai unsur pelaksana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mempunyai
25
tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah
di bidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian,
perikanan, dan kehutanan.
Fungsi dari BKP5K Kabupaten Bogor ini yaitu: 1) Perumusan kebijakan
teknis dibidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan; 2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah dibidang ketahanan pangan dan penyelenggaraan
penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan; 3) Pembinaan dan pelaksanaan
tugas dibidang ketahan pangan dan penyelenggaraan penyuluhan pertanian,
perikanan, dan kehutanan; dan 4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh
Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Implikasi dari adanya peraturan tersebut yaitu Kelompok Tani Karya
Mekar selalu mendapatkan penyuluhan dari PPL Kabupaten Bogor terkait
usahatani manggis maupun penggunaan teknologi pertanian. Pada tahun 2013,
penyuluhan yang dilakukan PPL beserta Dinas Pertanian Kabupaten Bogor
dilakukan selama satu bulan sekali. Hal ini sangat membantu para petani untuk
dapat mengembangkan kegiatan usahatani petani manggis di Desa Karacak,
Kecamatan Leuwiliang.
Kelompok Tani Karya Mekar tidak memiliki aturan main internal secara
formal. Poktan ini tidak mempunyai Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
Tangga (ART). Menurut Ketua Kelompok Tani Karya Mekar, pada awal
terbentuknya kelompok tani terdapat aturan main internal secara formal berupa
AD/ART, namun sekarang AD/ART tersebut tidak berwujud dikarenakan sistem
administrasi yang kurang baik. Aturan main internal sebenarnya merupakan
implementasi dari aturan eksternal agar kelembagaan atau kelompok tani dapat
berjalan dengan baik.
Aturan Informal
Aturan informal merupakan aturan yang tidak tertulis yang berasal dari
musyawarah dan mufakat anggota kelompok tani. Aturan ini bersifat wajib dan
berlaku bagi semua anggota Kelompok Tani Karya Mekar tanpa membeda-
bedakan jabatan yang di pegang.
Aturan informal bersifat aplikatif dan dinamis. Aplikatif artinya peraturan
informal ini dapat diterapkan secara langsung oleh anggota kelompok tani dan
dinamis artinya aturan informal ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan
situasi dan kondisi. Hampir seluruh petani anggota dalam Kelompok Tani Karya
Mekar mengetahui dan memahami aturan informal ini. Aturan informal yang ada
dalam Kelompok Tani Karya Mekar meliputi jadwal kumpul rutin, arisan kerja,
besarnya iuran, serta penyelesaian masalah yang dihadapi kelompok tani.
26
Tabel 6 Aturan Informal Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
Aturan Informal Hal yang Diatur
Rapat rutin anggota setiap 30-35 hari
sekali
Segala sesuatu yang berkaitan dengan
kelompok tani dan usahatani yang
dijalankan anggota poktan. Rapat
rutin ini bersifat informal. Tempat
diadakan rapat rutin ini disesuaikan
dengan situasi dan kondisi.
Arisan kerja seminggu dua kali setiap
hari Sabtu dan Selasa
Arisan kerja dilakukan atas
kesepakatan bersama yang bertujuan
untuk memudahkan para anggota
kelompok tani dalam memelihara
lahan dan tanaman yang dimiliki.
Iuran atau kas Jumlah iuran atau kas yang harus
dibayarkan dalam setiap kali
pertemuan yaitu sebesar Rp 5 000.
Uang yang terkumpul akan digunakan
untuk keperluan anggota.
Pertemuan tentatif kelompok tani Pertemuan yang dilakukan jika
terdapat inovasi atau materi baru yang
diberikan oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Bogor. Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Boundary Rule, Sanksi dan Aturan Penyelesaian konflik
Boundary rule merupakan aturan keluar-masuk petani menjadi anggota
atau pengurus Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak. Terdapat beberapa
syarat khusus untuk menjadi anggota Kelompok Tani Karya Mekar. Petani yang
hendak bergabung menjadi anggota harus berdomisili di Desa Karacak dan
bersedia berkomitmen dengan mencatat nama petani tersebut kedalam daftar
anggota Kelompok Tani Karya Mekar.
Kelompok Tani Karya Mekar juga memiliki aturan sanksi bagi seluruh
anggota tanpa terkecuali. Aturan ini bertujuan agar para anggota dan pengurus
Kelompok Tani Karya Mekar dapat bertanggung jawab dan disiplin. Sanksi
diberikan jika anggota atau pengurus tidak menjalankan hal yang telah disepakati
bersama dan tanpa keterangan yang jelas. Sanksi yang diberikan berupa teguran
oleh ketua kelompok tani. Jika anggota atau pengurus sering melakukan kesalahan
yang sama, sanksi diberikan sesuai dengan hasil keputusan musyawarah bersama
dengan sanksi paling berat berupa dikeluarkan pelanggar dari keanggotan
kelompok tani.
Sejak Kelompok Tani Karya Mekar berdiri hingga sekarang tidak ada
konflik antar stakeholder yang terlibat dalam Kelompok Tani Karya Mekar.
Hubungan sosial di wilayah Desa Karacak tergolong sangat erat, tingkat
kekeluargaan dan gotong royong masih sangat tinggi. Petani, penduduk desa,
Dinas Pertanian Kabupaten Bogor, serta pihak akademi berinteraksi dengan baik.
Jika terjadi konflik didalam internal kelompok tani, akan dilakukan musyawarah
hingga menemukan solusi terbaik.
27
Kinerja Kelompok Tani Karya Mekar
Kelompok tani memiliki peran penting dalam kegiatan usahatani petani.
Menciptakan pasar bagi petani anggota, memberikan bimbingan dan penyuluhan
kepada anggota, serta memberikan perkreditan kepada anggota merupakan hal
penting dalam suatu kelembagaan petani, terutama kelompok tani.
Pasar
Masalah mendasar yang sering dihadapi oleh petani yaitu
ketidakberdayaan dalam melakukan negosiasi harga hasil produksi petani yang
berimplikasi pada posisi tawar petani yang lemah. Ada beberapa hal yang
menyebabkan posisi tawar petani lemah, yaitu petani kurang memiliki akses
terhadap pasar, informasi pasar yang minim, serta permodalan yang terbatas.
Petani mengalami kesulitan dalam menjual hasil panennya karena petani
tidak mempunyai jalur pemasaran sendiri. Hal ini mengakibatkan petani menjual
hasil panennya kepada pedagang pengumpul atau tengkulak. Karena terbatasnya
informasi pasar, petani tidak dapat melakukan negosiasi harga. Pada akhirnya
petani hanya mendapatkan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul atau
tengkulak yang belum tentu menguntungkan bagi petani.
Oleh karena itu, petani perlu menghimpun kekuatan dalam suatu lembaga
seperti kelompok tani. Salah satu fungsi kelembagaan petani, seperti kelompok
tani yaitu menciptakan pasar. Adanya pasar dapat mendorong kehidupan ekonomi
didaerah sekitarnya. Kelompok tani dapat mendekatkan pasar ketika pasar terletak
jauh dengan sentra produksi. Kelompok tani bertugas untuk menyalurkan faktor
produksi seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan pertanian. Selain itu, kelompok tani
juga bertugas untuk membeli hasil pertanian yang diproduksi petani.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan petani yang berada
di wilayah Leuwiliang Kabupaten Bogor. Kelompok ini terdiri dari petani-petani
manggis. Kelompok Tani Karya Mekar mempunyai peran penting dalam kegiatan
usahatani anggotanya. Salah satunya yaitu menciptakan pasar bagi anggotanya.
Kelompok Tani Karya Mekar menyediakan berbagai faktor produksi,
seperti bibit, dan obat-obatan. Hal ini memudahkan petani dalam mendapatkan
faktor produksi tersebut. Dengan adanya kelompok tani, petani tidak perlu jauh-
jauh membeli bibit dan obat-obatan. Petani dapat dengan mudah mendapatkan
bibit dan obat-obatan di kelompok tani.
Bibit yang disediakan oleh Kelompok Tani Karya Mekar tidak hanya bibit
manggis saja, kelompok tani juga menyediakan bibit padi. Walaupun komoditas
utama dari petani yang tergabung dalam kelompok tani adalah manggis, namun
ada juga petani yang menanam padi disawah.
Bibit manggis yang disediakan kelompok tani rata-rata bukan untuk
keperluan anggotanya. Petani anggota mendapatkan bibit tanaman manggis dari
tanaman yang dimiliki sendiri. Dan rata-rata petani manggis di Desa Karacak
mendapatkan bibit manggis dari warisan orangtua petani.
Kelompok Tani Karya Mekar tidak membeli hasil panen anggotanya.
Hasil panen manggis petani anggota dijual kepada pedagang pengumpul atau
tengkulak yang berada di Desa Karacak. Implikasi dari hal tersebut yaitu petani
tidak dapat bernegosiasi harga dengan penjual, sehingga harga yang didapat petani
merupakan harga yang ditentukan oleh pedagang pengumpul atau tengkulak. Hal
28
ini juga mengakibatkan harga yang diterima petani kelompok dan petani non
kelompok menjadi sama dan tidak terdapat perbedaan harga antara petani
kelompok dan petai non kelompok.
Walaupun Kelompok Tani Karya Mekar telah menyediakan berbagai
faktor produksi seperti bibit dan obat-obatan, Kelompok Tani Karya Mekar belum
menjalankan fungsinya dalam membeli hasil panen atau hasil produksi petani
anggota. Hal ini mengakibatkan posisi tawar petani manggis yang tergabung
dalam kelompok tani menjadi rendah.
Pelayanan Penyuluhan
Informasi dan pengetahuan merupakan suatu kebutuhan bagi petani dalam
kegiatan usahatani. Informasi dan pengetahuan ini dapat diperoleh petani melalui
kegiatan penyuluhan. Penyuluhan pertanian merupakan sarana pembelajaran dan
pendidikan bagi petani untuk dapat membangun kemandirian.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006
tentang sistem penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan, penyuluhan
merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar
mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam
mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya,
sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi
lingkungan hidup. Menurut Departemen Pertanian, penyuluhan pertanian adalah
pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis
melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar mereka mampu
menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik sehingga
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. Pada intinya
penyuluhan pertanian adalah pendidikan non formal untuk petani dan anggota
keluarganya.
Penyuluhan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kemampuan
dan pengetahuan petani, serta dapat meningkatkan pendapatan petani. Penyuluhan
berperan sebagai proses penyampaian informasi, proses pendidikan, serta proses
meningkatkan pengetahuan petani. Pada dasarnya tujuan dari penyuluhan
pertanian adalah mengubah perilaku petani dan anggota keluarganya ke arah yang
lebih baik.
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan salah satu kelembagaan petani
yang didalamnya terdapat kegiatan penyuluhan pertanian. Selama berdirinya
kelompok tani, sudah terdapat banyak kegiatan penyuluhan terkait kegiatan
usahatani petani. Salah satu kegiatan penyuluhan yang dilakukan adalah pelatihan
perbaikan pola budidaya manggis rakyat.
Kegiatan pelatihan ini dilakukan untuk membina petani agar mengetahui
dan mampu memperbaiki budidaya tanaman manggis sesuai dengan teknologi
budidaya untuk menghasilkan produktivitas optimum. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan antara lain, perbaikan teras, pengaturan jarak tanam, rawat gawangan,
pemupukan, pemangkasan, dan pengendalian hama dan penyakit.
Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan dampak positif bagi petani
manggis yang ada di Desa Karacak. Para petani manggis menjadi mampu
menerapkan teknologi budidaya spesifik lokasi sehingga produktivitas dan
kualitas manggis yang dihasilkan meningkat, pengetahuan petani menjadi
29
meningkat, serta petani menjadi mengetahui cara menjaga kelestarian lingkungan
untuk mendukung pertanian berkelanjutan.
Pada Januari hingga Maret 2014, belum ada kegiatan penyuluhan yang
dilakukan Kelompok Tani Karya Mekar. Hal ini dikarenakan kesibukan petani
anggota yang sedang melakukan pemanenan manggis. Menurut petani kelompok,
sekarang ini penyuluhan pertanian sudah jarang dilakukan.
Lembaga Perkreditan Lembaga perkreditan merupakan salah satu lembaga yang penting bagi
petani. Lembaga perkreditan ini dibutuhkan petani untuk tujuan produksi,
pengeluaran hidup sehari-hari sebelum hasil panen terjual, serta untuk keperluan
lainnya. Rata-rata petani Indonesia merupakan petani gurem yang menerima hasil
produksi saat musim panen, sementara pengeluaran yang diperlukan setiap hari.
Menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002), lembaga perkreditan
harus dapat terjangkau oleh petani, bukan saja tersedia pada waktu petani
memerlukannya, tetapi juga murah. Kredit merupakan bagian hidup dan ekonomi
usahatani. Bagi petani kecil yang hanya mendapatkan penghasilan dari hasil
produksi pertanian, kredit menjadi penghubung hidup. Oleh karena itu, lembaga
perkreditan menjadi salah satu hal penting bagi kesejahteraan petani.
Desa Karacak merupakan daerah pertanian dan salah satu sentra manggis
terbesar di wilayah Kabupaten Bogor. Petani manggis di Desa Karacak rata-rata
memiliki lahan kurang dari satu hektar. Terdapat beberapa lembaga perkreditan
yang ada di Desa Karacak diantaranya, kelompok tani dan pedagang pengumpul
yang menyediakan kredit.
Kelompok Tani Karya Mekar pernah menyediakan kredit bagi anggotanya.
Anggota kelompok tani dapat meminjam kredit kepada kelompok tani, baik untuk
usahatani maupun untuk keperluan sehari-hari. Namun saat ini, menurut anggota,
kelompok tani sudah tidak menyediakan kredit dikarenakan keterbatasan dana
yang dimiliki kelompok.
Para pedagang pengumpul biasanya menawarkan kredit kepada petani
manggis di Desa Karacak. Petani dapat meminjam kredit kepada pedagang
pengumpul dan biasanya petani yang meminjam kredit tersebut akan
membayarnya ketika musim panen tiba. Peminjaman kredit yang dilakukan oleh
petani disebabkan oleh keperluan sehari-hari atau keperluan yang mendesak dari
petani tersebut.
Dilihat dari ketiga syarat tersebut, adanya pasar, adanya pelayanan
penyuluhan, dan adanya lembaga perkreditan, Kelompok Tani Karya Mekar harus
dapat mengembangkan ketiga hal tersebut agar dapat memajukan kesejahteraan
petani. Menurut Mosher (1974) dalam Soekartawi (2002), adanya pasar, adanya
pelayanan penyuluhan, dan adanya lembaga perkreditan merupakan tiga syarat
pokok yang harus ada dalam kelembagaan dalam “struktur pedesaan maju”.
Persepsi Anggota terhadap Keberadan Kelompok Tani Karya Mekar Efektivitas keberadaan Kelompok Tani Karya Mekar ini didasarkan pada
penilaian dan tanggapan petani anggotanya dari beberapa hal, seperti syarat
menjadi anggota, jarak petani dengan kelompok tani, penjualan hasil panen,
penyediaan input, bimbingan dan penyuluhan, pinjaman modal, sarana
pengangkutan hasil panen, dan pengetahuan anggota sekitar kelembagaan
30
kelompok tani. Berikut adalah hasil tanggapan petani responden terhadap
Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang.
Syarat Awal Menjadi Anggota
Syarat awal menjadi anggota Kelompok Tani Karya Mekar tidaklah sulit.
Pada awal berdirinya kelompok tani, hanya enam orang anggota yang tergabung
dalam kelompok tani ini dan berkembang pesat pada tahun 2014 mencapai 101
anggota. Berikut hasil tanggapan petani responden mengenai syarat masuk awal
anggota.
Tabel 7 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai syarat
awal menjadi anggota
Syarat Awal Menjadi
Anggota
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Sangat mudah 5 16.67
Mudah 25 83.33
Sulit 0 0
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 7 menunjukkan 16.67 persen atau sebanyak lima orang petani
responden mengatakan bahwa syarat untuk menjadi anggota adalah sangat mudah
dan 83.33 persen atau sebanyak 25 orang petani responden mengatakan bahwa
syarat untuk menjadi anggota adalah mudah. Hal ini menandakan bahwa tidak
terdapat syarat yang memberatkan petani untuk bergabung dengan kelompok tani.
Petani yang hendak bergabung dengan kelompok tani cukup dengan berdomisili
di Desa karacak, mempunyai kemauan yang tinggi, dan berkomitmen dengan
segala ketentuan yang berlaku di Kelompok Tani Karya Mekar.
Jumlah anggota kelompok yang ideal adalah 30 hingga 40 orang.
Kelompok Tani Karya Mekar tidak berada dalam kondisi ideal dengan jumlah
anggota yang mencapai 100 orang petani. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
keaktifan anggota kelompok tani tersebut. Menurut ketua kelompok tani, jumlah
anggota yang aktif dalam kelompok tani yaitu berkisar 25 hingga 30 orang petani
anggota. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak anggota kelompok, maka
semakin rendah presentase keaktifan anggota dalam suatu kelompok.
Kemudahan bergabung kedalam kelompok tani menyebabkan jumlah
anggota meningkat setiap tahunnya. Kelompok Tani Karya Mekar memiliki
anggota mencapai 100 orang dan hanya 25 hingga 30 orang yang aktif dalam
kelompok tersebut. Hal ini sangat disayangkan karena potensi yang berada pada
kelompok tani tersebut tidak dimanfaatkan seoptimal mungkin.
Jarak antara Lokasi Petani dengan Kelompok Tani
Jarak merupakan sesuatu yang penting dalam kelembagaan agribisnis
pedesaan, salah satunya kelompok tani. Jarak yang dekat antara petani dengan
kelompok tani memberikan kemudahan baik terhadap kelompok maupun anggota.
Kelompok tani dapat memantau anggotanya dengan mudah karena jarak yang
dekat, kemudahan dalam mengumpulkan anggotanya karena jarak yang
31
berdekatan jika terdapat bimbingan atau penyuluhan, serta kemudahan dalam
pendistribusian informasi kepada anggota. Keuntungan bagi anggota sendiri yaitu
kemudahan dalam berkomunikasi dengan sesama anggota. Petani dengan jarak
yang dekat juga tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memperoleh
input produksi karena tersedia di kelompok tani. Berikut hasil tanggapan petani
responden mengenai jarak petani dengan kelompok tani.
Tabel 8 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai jarak
antara petani dengan kelompok tani
Jarak antara Petani
dengan Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Sangat dekat (< 1 Km) 8 26.67
Dekat (1-5 Km) 22 73.33
Jauh ( > 5 Km) 0 0
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 8 menunjukkan bahwa sebanyak delapan orang atau 26.67 persen
petani responden berlokasi kurang dari 1 Km dari kelompok tani (sangat dekat)
dan sebanyak 22 orang atau 73.33 persen petani responden berlokasi antara 1
hingga 5 Km dari kelompok tani. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
jarak antara lokasi petani dengan kelompok tani adalah dekat. Hal ini dapat
memberikan keuntungan bagi kelompok tani dan anggota yang tergabung dalam
kelompok tani tersebut.
Penjualan Hasil Panen
Hasil panen petani anggota kelompok tani tidak dijual kepada kelompok
tani, melainkan kepada tengkulak yang ada di Desa Karacak. Kelompok Tani
Karya Mekar tidak memfasilitasi penjualan hasil panen anggotanya. Oleh karena
itu, harga yang didapatkan oleh petani dalam menjual hasil panennya selalu
berfluktuasi. Jika panen raya tiba, harga manggis per kilogram mencapai Rp 2 000
hingga Rp 3 000. Jika panen biasa, petani mendapatkan harga manggis per
kilogram mencapai Rp 8 000 hingga Rp 10 000. Berikut hasil tanggapan petani
responden mengenai penjualan hasil panen.
Tabel 9 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
penjualan hasil panen
Penjualan Hasil Panen ke
Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Ada 0 0
Jarang (pernah ada) 4 13.33
Tidak ada 26 86.67
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
32
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata petani anggota tidak menjual hasil
panennya kepada kelompok tani. Sebesar empat orang atau 13.33 persen petani
responden pernah menjual hasil panennya kepada kelompok tani, sedangkan
sebesar 26 orang atau 86.67 persen petani responden tidak menjual hasil panennya
kepada kelompok tani melainkan kepada tengkulak yang ada di Desa Karacak.
Salah satu fungsi kelompok tani yaitu untuk meningkatkan bargaining
position petani. Dengan berkumpulnya sejumlah petani dalam suatu kelompok
akan meningkatkan posisi tawar petani, terutama dalam penjualan hasil panen.
Pada Kelompok Tani Karya Mekar fungsi membantu penjualan hasil panen
anggota kelompok tani tidak berjalan dengan baik. Baik petani kelompok maupun
petani non kelompok menjual hasil panen kepada pedagang pengumpul atau
tengkulak. Hal ini mengakibatkan petani menjadi price taker. Petani tidak dapat
menentukan harga jual dari hasil panen mereka.
Penyediaan Input Produksi
Kelompok Tani Karya Mekar merupakan kelembagaan agribisnis yang
bergerak di bidang usahatani. Kelompok tani ini menyediakan berbagai input
produksi mulai dari bibit hingga pupuk. Bibit yang tersedia di kelompok tani ini
yaitu bibit manggis, padi, dan berbagai tanaman lainnya, seperti tomat dan cabai.
Penyediaan input produksi ini mempermudah anggota kelompok tani dalam
memperoleh bibit dengan kualitas unggul. Berikut adalah tanggapan petani
responden mengenai penyedian input produksi oleh kelompok tani.
Tabel 10 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
penyediaan input produksi
Penyedian Input
Produksi
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Selalu tersedia 6 20
Ada 21 70
Jarang tersedia 3 10
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 10 menunjukkan sebesar enam orang atau 20 persen petani
responden mengatakan bahwa kelompok tani selalu menyediakan input produksi
dan sebanyak 21 orang atau 70 persen petani responden mengatakan kelompok
tani menyediakan input produksi, sedangkan sejumlah tiga orang atau 10 persen
petani responden mengatakan bahwa kelompok tani jarang menyediakan input
produksi.
Penyediaan input produksi yang dilakukan oleh kelompok tani tentu
sangat membantu para petani anggota. Petani tidak perlu melakukan pembibitan
sendiri untuk mendapatkan bibit yang unggul dan berkualitas. Petani tidak perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk mendapatkan bibit unggul. Petani cukup
mengunjungi kelompok tani, dimana pada kelompok tani tersedia bibit-bibit yang
diperlukan petani dan dengan harga yang mudah terjangkau oleh petani.
33
Bimbingan dan Penyuluhan
Salah satu manfaat bagi petani yang bergabung dengan kelompok tani
adalah terdapat bimbingan dan penyuluhan bagi petani guna mengoptimalkan
kegiatan usahatani yang dijalankan oleh petani. Bimbingan dan penyuluhan tidak
selalu dilakukan oleh kelompok, melainkan oleh Dinas Pertanian, PPL, maupun
perguruan tinggi. Berikut adalah tanggapan petani responden mengenai bimbingan
dan penyuluhan.
Tabel 11 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
bimbingan dan penyuluhan
Bimbingan dan
Penyuluhan
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Sering (ada setiap
minggu)
0 0
Ada (satu bulan sekali) 12 40
Jarang (beberapa bulan
sekali)
18 60
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 11 menunjukkan bahwa 12 orang atau 40 persen petani responden
mengatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan selama satu bulan
sekali, sedangkan 18 orang atau 60 persen petani responden mengatakan bahwa
bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan selama beberapa bulan sekali. Menurut
ketua kelompok tani, pada tahun 2014 ini belum diadakan bimbingan dan
penyuluhan dikarenakan setiap anggota dalam kelompok memiliki kesibukan
masing-masing.
Penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dan/atau Dinas Pertanian merupakan
kegiatan yang berhubungan dengan usahatani petani, seperti penyampaian
informasi pasar, permodalan, teknologi, dan sumberdaya lainnya untuk dapat
meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan. Mendapatkan
bimbingan dan penyuluhan merupakan salah satu manfaat yang didapatkan petani
yang bergabung dengan kelompok tani. Bagi petani, bimbingan dan penyuluhan
yang ada pada kelompok tani merupakan satu kesempatan atau peluang untuk
dapat mengembangkan usahatani yang sedang atau akan dijalankan oleh para
petani.
Bantuan Pinjaman Modal
Modal merupakan salah satu hal terpenting dalam kegiatan usaha. Begitu
juga dalam kegiatan usahatani, modal menjadi hal yang sangat penting agar petani
dapat menjalankan kegiatan usahataninya. Masalah modal ini pada umumnya
merupakan kendala yang dihadapi petani di daerah pedesaan. Modal menjadi
penghambat petani untuk dapat mengembangkan usahataninya. Berikut adalah
tanggapan petani responden mengenai bantuan pinjaman modal yang diberikan
oleh kelompok tani.
34
Tabel 12 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
bantuan pinjaman modal
Bantuan Pinjaman
Modal
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Ada 3 10
Jarang 8 26.67
Tidak Ada 19 63.33
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 12 menunjukkan bahwa sebanyak tiga orang atau 10 persen petani
responden menyatakan bahwa kelompok tani selalu menawarkan bantuan
pinjaman modal, sebanyak delapan orang atau 26.67 persen petani responden
menyatakan bahwa kelompok tani jarang menawarkan bantuan pinjaman modal,
dan 19 orang atau 63.33 persen petani responden menyatakan bahwa kelompok
tani tidak pernah menawarkan bantuan pinjaman modal. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar anggota kelompok tani tidak pernah mendapatkan bantuan
pinjaman modal.
Sarana Pengangkutan Hasil Panen
Petani di Desa Karacak pada umumnya memiliki lahan kurang dari 1 Ha.
Jumlah produksi rata-rata per tahun petani kelompok yaitu 1.5 ton. Hasil panen
petani diangkut dengan menggunakan fasilitas mereka sendiri. Kelompok tani
tidak menyediakan sarana pengangkutan hasil panen. Hasil panen petani dijual
kepada tengkulak yang ada di Desa Karacak. Berikut adalah tanggapan petani
responden mengenai sarana pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani.
Tabel 13 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
sarana pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani
Sarana Pengangkutan
Hasil Panen
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Selalu ada 0 0
Kadang-kadang 0 0
Tidak ada 30 100
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 13 menunjukkan 30 orang atau 100 persen petani responden
menyatakan tidak ada sarana pengangkutan hasil panen oleh kelompok tani.
Semua hasil panen petani diangkut dengan menggunakan fasilitas petani sendiri.
Bahkan tidak jarang pengangkutan hasil panen ini dilakukan oleh tengkulak yang
telah membeli manggis sebelum pohon manggis siap untuk dipanen.
35
Informasi mengenai Susunan Kepengurusan Kelompok Tani
Kelompok Tani Karya Mekar terdiri dari satu orang ketua, satu orang
sekretaris, satu orang bendahara, dan beberapa seksi, serta anggota. Setiap jabatan
memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. Kelengkapan susunan
pengurus berpengaruh terhadap keberlangsungan kelompok tani tersebut. Berikut
adalah tanggapan petani responden mengenai susunan kepengurusan kelompok
tani.
Tabel 14 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
susunan kepengurusan kelompok tani
Susunan Kepengurusan
Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Paham 4 13.33
Kurang paham 6 20
Tidak paham 20 66.67
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 14 menunjukkan sebanyak empat orang atau 13.33 persen petani
responden mengetahui dengan jelas bagaimana susunan kepengurusan kelompok
tani, sebanyak enam orang atau 20 persen petani responden hanya mengetahui
sebagian kecil susunan kepengurusan kelompok tani, dan sebanyak 20 orang atau
66.67 persen tidak mengetahui bagaimana susunan kepengurusan kelompok tani.
Hal ini dikarenakan banyak anggota kelompok tani yang kurang aktif dalam
kegiatan kelompok tani sehingga tidak mengetahui susunan kepengurusan
kelompok tani.
Pengetahuan terhadap kepengurusan kelompok tani merupakan hal yang
sangat penting. Memahami susunan kepengurusan kelompok tani berarti
mengetahui hak, kewajiban, dan wewenang yang harus dijalankan oleh masing-
masing anggota dan pengurus. Petani yang bergabung dengan kelompok tani
sebagian besar tidak mengetahui susunan kepengurusan kelompok tani. Mayoritas
petani hanya mengetahui ketua kelompok tani saja, sementara bagian-bagian yang
lainnya petani tidak mengetahui.
Uraian Kerja Pengurus Kelompok Tani
Suatu kelembagaan yang baik pasti mempunyai uraian kerja berupa
pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang pengurus. Setiap pengurus
harus menjalankan peran sesuai dengan kesepakatan. Seluruh anggota yang
terlibat dalam kelompok tani hendaknya mengetahui uraian kerja pengurus agar
kelompok tani dapat berjalan sebagaimana mestinya. Berikut adalah tanggapan
petani responden mengenai uraian kerja pengurus kelompok tani.
36
Tabel 15 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
uraian kerja pengurus kelompok tani
Uraian Kerja Pengurus
Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Tinggi (jelas) 0 0
Sedang (kurang jelas) 23 76.67
Rendah (tidak jelas) 7 23.33
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 16 menunjukkan uraian kerja pengurus dalam kelompok tani.
Sebanyak 23 orang atau 76.67 persen menyatakan bahwa uraian kerja pengurus
kurang jelas, dan sebanyak tujuh orang atau 23.33 persen menyatakan bahwa
uraian kerja pengurus kelompok tani tidak jelas.
Pada Kelompok Tani Karya Mekar tidak terdapat uraian kerja secara
tertulis. Tugas dan wewenang masing-masing bidang yang ada pada kelompok
tani terkesan kurang jelas. Bahkan, sebagian anggota kelompok tani tidak
mengetahui ‘siapa yang menjabat apa’ dalam kepengurusan kelompok tani.
Evaluasi Tugas dan Wewenang Pengurus
Pengurus dalam kelompok tani mempunyai tugas dan wewenang yang
berbeda-beda sesuai dengan jabatan yang diamanahkan. Peran pengurus dapat
dirasakan oleh anggota kelompok tani jika dapat memberikan manfaat bagi
anggota. Berikut adalah tanggapan petani responden mengenai evaluasi tugas dan
wewenang pengurus kelompok tani.
Tabel 16 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
evaluasi tugas dan wewenang pengurus
Evaluasi Tugas dan
Wewenang Pengurus
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Tinggi (baik) 0 0
Sedang (kurang baik) 30 100
Rendah (tidak baik) 0 0
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 16 menunjukkan sebanyak 30 orang atau 100 persen petani
responden menyatakan bahwa tugas dan wewenang pengurus dirasakan kurang
baik. Hal ini dikarenakan kinerja pengurus kelompok tani yang jelas hanyalah
peran ketua, sekretaris dan bendahara, sedangkan seksi-seksi atau bidang-bidang
yang ada belum terlihat kinerjanya. Petani tidak merasakan manfaat dari adanya
seksi-seksi atau bagian divisi dari kelompok tani. Petani merasakan manfaat yang
diberikan kelompok tani yaitu berupa bimbingan dan penyuluhan yang dilakukan
oleh kelompok tani.
37
Pergantian Kepengurusan
Pergantian kepengurusan pada Kelompok Tani Karya Mekar ditentukan
dengan musyawarah. Waktu untuk pergantian kepengurusan kelompok tani tidak
ditentukan. Berikut adalah tanggapan petani responden mengenai pergantian
kepengurusan kelompok tani.
Tabel 17 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
pergantian kepengurusan kelompok tani
Pergantian Kepengurusan
Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Tinggi (teratur) 0 0
Sedang (kurang teratur) 0 0
Rendah (tidak teratur) 30 100
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 17 menunjukkan sebanyak 30 orang atau 100 persen petani
responden menyatakan bahwa pergantian kepengurusan kelompok tani tidak
teratur. Sejak awal berdiri kelompok tani hingga saat ini, ketua kelompok tani
tersebut masih tetap sama. Sedangkan untuk pergantian seksi-seksi dipilih melalui
musyawarah.
Pergantian kepengurusan merupakan salah satu hal yang penting dalam
keberlanjutan dari suatu organisasi, salah satunya kelompok tani. Tidak ada
seorang pun yang dapat secara terus menerus mengabdi atau berkontribusi dalam
suatu kepengurusan organisasi. Pentingnya pergantian kepengurusan ini yaitu
untuk dapat mengoptimalkan fungsi kelembagaan yang ada agar dapat bermanfaat,
terutama bagi anggota yang tergabung dalam kelembagaan tersebut.
Informasi mengenai Aturan Formal dan Informal
Aturan formal dan informal merupakan acuan dasar bagi petani yang
tergabung dalam kelompok tani untuk menjalankan kegiatan yang ada pada
kelompok tani. Aturan menjadi acuan para anggota untuk melakukan hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan. Pengetahuan akan aturan formal dan internal ini
merupakan hal yang sangat penting bagi anggota kelompok tani. Berikut adalah
tanggapan petani responden mengenai aturan formal dan informal kelompok tani.
Tabel 18 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
aturan formal dan informal
Aturan Formal dan
Informal Kelompok Tani
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Sangat Paham 0 0
Paham 13 43.33
Tidak paham 17 56.67
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
38
Tabel 18 menunjukkan sebanyak 13 orang atau 43.33 persen petani
responden Paham akan peraturan yang ada di kelompok tani, sedangkan sebanyak
17 orang atau 56.67 petani responden tidak paham akan peraturan yang ada di
kelompok tani. Hal ini dikarenakan tidak ada peraturan tertulis yang terdapat di
kelompok tani, sehingga sebagian besar petani tidak mengetahui peraturan yang
terdapat pada kelompok tani.
Hal ini sangat disayangkan karena aturan formal dan informal ini
merupakan aturan dasar dan acuan dasar bagi anggota kelompok tani. Aturan
formal dan informal menjadi peraturan dasar bagi petani untuk dapat atau tidak
dapat dan boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu. Lebih dari 50 persen petani
anggota tidak mengetahui aturan yang terdapat di kelompok tani. Informasi
mengenai aturan formal dan informal ini seharusnya dapat tersampaikan kepada
setiap anggota dengan baik.
Kesempatan untuk Mengemukakan Pendapat
Setiap pertemuan atau rapat rutin, anggota diberi kesempatan untuk
menyampaikan pendapat dengan leluasa. Petani dapat menyampaikan segala
permasalahan yang terkait dengan kegiatan usahatani. Berikut adalah hasil
tanggapan petani responden mengenai kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dalam membuat keputusan.
Tabel 19 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
kesempatan untuk mengemukakan pendapat
Kesempatan
Mengemukakan Pendapat
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Tinggi (diberi kesempatan
leluasa)
30 100
Sedang (kurang diberi
kesempatan)
0 0
Rendah (tidak diberi
kesempatan)
0 0
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 19 menunjukkan sebanyak 30 orang atau 100 petani responden
menyatakan bahwa petani diberi kesempatan yang leluasa dalam menyampaikan
pendapat. Hal ini menandakan bahwa Kelompok Tani Karya Mekar menjunjung
tinggi demokrasi dan memberikan kesempatan bagi seluruh anggotanya untuk
berpendapat. Kesempatan dalam mengemukakan pendapat merupakan hal yang
baik dalam suatu organisasi. Petani dapat leluasa memberikan pendapat mereka
tentang bagaimana sesuatu dijalankan. Budaya mengemukakan pendapat dapat
memberikan pengaruh positif bagi kelompok tani.
39
Diskusi dalam Memecahkan Suatu Permasalahan
Dalam suatu kelembagaan atau organisasi pasti mempunyai berbagai
permasalahan. Permasalahan yang terjadi dapat diselesaikan dengan cara yang
berbeda. Kelompok tani merupakan suatu kelembagaan yang didalamnya terdapat
berbagai permasalahan. Berikut adalah tanggapan petani responden mengenai
diskusi antar anggota dalam memecahkan suatu permasalahan.
Tabel 20 Sebaran persepsi anggota Kelompok Tani Karya Mekar mengenai
diskusi antar anggota dalam memecahkan suatu permasalahan
Diskusi dalam
Memecahkan Suatu
Permasalahan
Anggota Kelompok Tani Karya Mekar
Jumlah responden
(orang)
Presentase (%)
Tinggi (melakukan
diskusi intensif)
6 20
Sedang (melakukan
diskusi)
24 80
Rendah (tidak melakukan
diskusi)
0 0
Jumlah 30 100 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 20 menunjukkan sebanyak enam orang atau 20 petani responden
melakukan diskusi intensif jika terjadi suatu permasalahan, dan sebanyak 24 orang
atau 80 persen petani responden melakukan diskusi untuk memecahkan suatu
permasalahan. Kelompok Tani Karya Mekar selalu melakukan diskusi antar
anggota dalam memecahkan suatu permasalahan.
Berdasarkan persepsi anggota kelompok tani mengenai keberadaan
kelompok tani, terdapat beberapa hal yang tidak berjalan atau tidak sesuai dengan
semestinya, seperti tidak terdapat penjualan hasil panen ke kelompok tani,
bimbingan dan penyuluhan yang jarang dilakukan, tidak terdapat perkreditan atau
pinjaman dana, tidak terdapat sarana pengangkutan hasil panen, penyampaian
informasi yang tidak merata mengenai kepengurusan kelompok tani dan aturan
formal dan informal, uraian kerja yang tidak jelas, serta pergantian kepengurusan
yang tidak teratur. Hal-hal inilah yang seharusnya dapat diperbaiki oleh kelompok
tani.
Pendapatan Usahatani Manggis
Keragaan Usahatani Manggis di Desa Karacak
Desa Karacak merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Desa Karacak dikenal sebagai desa
penghasil manggis terbesar di wilayah Kecamatan Leuwiliang. Pola tanam yang
dilakukan petani di Desa Karacak yaitu pola tanam polikultur yang dalam satu
40
lahan ditanami berbagai jenis tanaman. Hal ini dilakukan karena lahan yang
dimiliki petani Desa Karacak merupakan hutan rakyat.
Tanaman manggis yang terdapat di Desa Karacak merupakan tanaman
manggis produktif yang sudah mencapai umur dewasa atau sudah lebih dari 20
tahun. Tanaman manggis tersebut tumbuh sembarang dan berkembang begitu saja
tanpa pemeliharaan atau perawatan khusus dari petani. Kebanyakan petani
manggis di Desa Karacak hanya melakukan pemeliharaan sederhana. Kegiatan
yang dilakukan oleh petani manggis Desa Karacak yaitu meliputi pemeliharaan
dan pemanenan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan oleh petani manggis di Desa
Karacak yaitu penyiangan dan pemupukan. Penyiangan perlu dilakukan karena
tanaman perdu dan rumput-rumputan lainnya yang tumbuh disekitar tanaman
manggis dapat mengganggu pertumbuhan tanaman manggis. Penyiangan ini
merupakan bagian dari pengendalian gulma dengan membabat semua gulma liar
yang ada disekitar tanaman manggis. Kegiatan ini dilakukan secara periodik
dengan rotasi 2 kali dalam satu tahun. Hal ini diharapkan mampu menopang
pertumbuhan tanaman manggis yang ditanam oleh petani.
Pemupukan yang dilakukan oleh petani yaitu pemupukan dengan
menggunakan pupuk organik. Pupuk organik ini berupa pupuk kandang domba
dan ayam. Kotoran domba dan ayam ini diperoleh dari peternakan penduduk
setempat. Pupuk tersebut diletakkan pada lubang tanam yang telah disiapkan dan
dicampur dengan kompos yang berasal dari daun dan ranting manggis yang gugur.
Pemanenan
Pemanenan buah manggis dilakukan pada periode Januari hingga Maret.
Pemanenan ini tidak dilakukan setiap hari, melainkan selama dua hari sekali atau
tiga kali dalam seminggu. Selama musim panen, petani dapat memetik buah
manggis selama 39 kali. Kegiatan pemanenan ini meliputi pengambilan atau
pemetikan buah dari pohon, lalu mengumpulkannya dalam keranjang, dan dijual
kepada pedagang pengumpul yang ada di Desa Karacak.
Rata-rata produksi buah manggis yang dihasilkan petani kelompok lebih
tinggi dibandingkan dengan rata-rata produksi buah manggis yang dihasilkan
petani non kelompok pada tahun 2014. Rata-rata produksi buah manggis petani
kelompok yaitu sebesar 1 544 Kg per Ha, sedangkan rata-rata produksi buah
manggis petani non kelompok yaitu sebesar 1 517 Kg per Ha. Pada tahun ini
buah yang dihasilkan oleh petani manggis tidak sebanyak pada tahun-tahun
sebelumnya. Hal ini dikarenakan curah hujan pada awal tahun 2014 ini cukup
tinggi, sehingga banyak pohon yang tidak berbunga dan berbuah.
Analisis Pendapatan Usahatani Manggis Desa Karacak
Pendapatan usahatani menggambarkan arus uang masuk dan uang keluar
dari kegiatan usahatani. Pendapatan usah atani didapatkan dari hasil pengurangan
41
penerimaan dengan pengeluaran. Pengeluaran tersebut merupakan total dari biaya
produksi. Pendapatan usahatani ini dapat menggambarkan usahatani yang
dijalankan mengalami keuntungan ataukah mengalami kerugian. Usahatani
menguntungkan jika pendapatan usahatani lebih dari nol atau bernilai positif, dan
begitu juga sebaliknya dikatakan rugi jika pendapatan usahatani dibawah nol atau
bernilai negatif.
Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan usahatani atas
biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Biaya total didapatkan dari
penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah
biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai, sedangkan biaya
diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak tunai. Berikut adalah
struktur biaya usahatani manggis petani kelompok dan petani non kelompok Desa
Karacak.
Tabel 21 Struktur biaya usahatani petani kelompok dan petani non kelompok
Desa Karacak tahun 2014
Uraian Satuan
Petani Kelompok Petani Non Kelompok
Biaya Presentase
(%)
Biaya Present
ase
(%)
A. Biaya Tunai
1. TKLK Rp/Ha 7 246 828 79.87 6 935 111 66.18
1. Pajak Rp/Ha 338 296.7 3.72 480 044 4.58
2. Pupuk Rp/Ha 452 534 4.99 686 111 6.54
Total Biaya Tunai Rp/Ha 8 037 659 88.58 8 101 266 77.30
B. Biaya
Diperhitungkan
1. TKDK Rp/Ha 831 387 9.16 2 174 222 20.75
2. Penyusutan
peralatan
Rp/Ha 104 166.67 1.14 104 166.67 0.1
3. Bibit Rp/Ha 100 000 1.10 100 000 0.1
Total Biaya Diperhitungkan Rp/Ha 1 053
187.76
11.41 2 378 388.89 22.70
Biaya Total Rp/Ha 9 073 212 100 10 479 655.56 100
Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani merupakan pemasukan yang didapatkan petani dari
hasil menjual hail panen. Penerimaan yang didapatkan petani ini didapatkan dari
jumlah hasil panen dikalikan dengan harga per satuan hasil panen tersebut.
Sebagian besar penjualan yang dilakukan petani manggis di Desa Karacak
dilakukan melalui pedagang pengumpul atau tengkulak. Tidak jarang petani
menjual hasil panennya melalui sistem ijon atau sering disebut dengan cara tebas.
Sistem ijon merupakan penjualan yang dilakukan petani kepada tengkulak dengan
menaksir kualitas dan jumlah produksi buah manggis yang masih berbunga.
Rata-rata produksi buah manggis petani kelompok yaitu 1 544 Kg per Ha,
sedangkan rata-rata produksi buah manggis petani non kelompok yaitu 1 517 Kg
per Ha. Rataan dari kedua kelompok tersebut tidak jauh berbeda. Hal ini
42
dikarenakan cara petani memelihara dan memperlakukan tanaman manggis yang
hampir sama, yaitu dengan perawatan atau pemeliharaan sederhana. Tanaman
manggis yang ada dibiarkan tumbuh secara sembarang.
Harga manggis per kilogram pada tahun 2014 berfluktuasi. Pada awal
masa panen atau pada bulan Januari, harga manggis mencapai Rp 10 000 per
kilogram. Pada bulan berikutnya harga manggis mengalami penurunan menjadi
Rp 8 000 per kilogram. Harga manggis pada tahun 2014 termasuk harga yang
cukup tinggi. Pada tahun ini produksi manggis petani hanya sedikit jika
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya yang mencapai rata-rata produksi 5
sampai 6 ton. Hal inilah yang mengakibatkan harga manggis dapat melambung
tinggi. Harga rata-rata per kilogram manggis yang diterima petani kelompok yaitu
sebesar Rp 8 967, sedangkan harga rata-rata per kilogram manggis yang diterima
petani non kelompok yaitu sebesar Rp 8 533.33. Jadi, penerimaan petani
kelompok yaitu sebesar Rp 13 844 422, sedangkan penerimaan petani non
kelompok yaitu sebesar Rp 12 944 118.
Biaya Tunai Produksi
Biaya tunai produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani untuk kegiatan
usahatani dalam bentuk tunai. Biaya tunai produksi petani meliputi tenaga kerja
luar keluarga, pembelian pupuk, dan pembayaran pajak lahan (PBB).
Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK)
Biaya tenaga kerja luar keluarga ini merupakan pengeluaran terbesar yang
dikeluarkan oleh petani. Pada petani kelompok, pengeluaran untuk upah tenaga
kerja ini mencapai 79.87 persen dari total pengeluaran, sedangkan pada petani non
kelompok pengeluaran untuk upah tenaga kerja ini mencapai 66.17 persen dari
total pengeluaran.
Pengeluaran untuk upah tenaga kerja ini didapatkan dari hasil kali Hari
Orang Kerja (HOK) dengan jumlah upah per HOK. HOK ini didapatkan dari hasil
hitung jumlah tenaga kerja dikalikan jam kerja dikalikan jumlah hari kerja lalu
dibagi rata-rata orang bekerja (8 jam) dan kemudian dikalikan dengan luas lahan
yang dikerjakan.
Jumlah rata-rata HOK pada petani kelompok yaitu sebesar 181.17 HOK,
sedangkan jumlah rata-rata HOK pada petani non kelompok yaitu sebesar 173.38
HOK. Upah yang diberikan kepada tenaga kerja juga bervariasi, mulai dari Rp 30
000 hingga Rp 50 000 per hari atau per 8 jam kerja. Rata-rata upah yang diberi
kepada tenaga kerja yaitu Rp 40 000. Jadi total biaya yang dikeluarkan untuk
tenaga kerja yaitu Rp 7 246 828 untuk petani kelompok dan Rp 6 935 111 untuk
petani non kelompok.
Pupuk
Pupuk merupakan satu komponen yang digunakan petani untuk
menyuburkan tanah. Pupuk yang digunakan oleh petani Desa Karacak yaitu pupuk
organik atau pupuk kandang yang berasal dari kotoran kambing dan kotoran ayam.
Jumlah pupuk yang dibeli oleh petani bervariasi sesuai dengan jumlah pohon dan
43
luas lahan yang ditanami. Rata-rata pengeluaran petani kelompok untuk
pembelian pupuk yaitu sebesar Rp 452 534, sedangkan rata-rata pengeluaran
petani kelompok untuk pembelian pupuk yaitu sebesar Rp 686 111.
Pajak Lahan
Pajak lahan yang dibayarkan petani berbeda-beda sesuai dengan luas lahan
yang dimiliki. Pengeluaran untuk pajak lahan ini termasuk kedalam biaya tunai.
Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan oleh petani kelompok untuk membayar
pajak lahan yaitu sebesar Rp 338 297 per hektar, sedangkan rata-rata biaya yang
harus dikeluarkan oleh petani non kelompok untuk membayar pajak lahan yaitu
sebesar Rp 480 044 per hektar. Perbedaan pembayaran pajak lahan tersebut
disebabkan karena letaknya yang berbeda. Semakin dekat lahan yang dimiliki
terhadap akses jalan, maka harga pajak lahan pun semakin tinggi dan begitu juga
sebaliknya.
Biaya Tidak Tunai (Biaya diperhitungkan)
Biaya tidak tunai atau sering disebut dengan biaya diperhitungkan
merupakan biaya yang tidak dibayarkan secara langsung. Biaya tidak tunai ini
meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), biaya penyusutan peralatan,
dan bibit. Bibit termasuk kedalam biaya tidak tunai karena pohon manggis yang
berada di Desa Karacak merupakan tanaman warisan, sehingga bibit didapatkan
secara gratis.
Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga
Biaya tenaga kerja dalam kelarga merupakan biaya tidak tunai atau biaya
diperhitungkan. TKDK bertugas mengawasi pekerjaan oleh TKLK dan membantu
kegiatan pemeliharaan dan pemanenan. Jumlah rata-rata TKDK pada kelompok
yaitu sebesar 20.78 HOK, sedangkan pada petani non kelompok yaitu sebesar
54.35 HOK. Perbedaan ini terjadi karena pada petani non kelompok, kegiatan
pemeliharaan dan pemanenan banyak dilakukan oleh TKDK. Jadi jumlah biaya
TKDK bagi petani kelompok yaitu sebesar Rp 831 387, sedangkan bagi petani
non kelompok yaitu sebesar Rp 2 174 222.
Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan merupakan bagian dari biaya yang diperhitungkan atau
biaya tidak tunai. Peralatan yang dimiliki petani kelompok dan petani kelompok
diasumsikan sama, meliputi cangkul, arit, galah, keranjang, parang dan, garpu.
Biaya penyusutan diperoleh melalui harga beli dibagi perkiraan umur ekonomis
atau umur kegunaan peralatan. Cangkul, arit, parang, dan garpu memiliki umur
ekonomis lebih dari dua tahun. Umur ekonomis cangkul mencapai empat tahun,
umur ekonomis arit mencapai tiga tahun, umur ekonomis parang mencapai tiga
tahun, dan umur ekonomis garpu mencapai lima tahun. Umur ekonomis galah dan
keranjang hanya satu tahun karena petani selalu mengganti galah dan keranjang
44
setiap tahun. Tabel 23 menerangkan bahwa biaya penyusutan petani manggis di
Desa Karacak sebesar Rp 104 167.
Tabel 22 Biaya penyusutan peralatan pertanian petani manggis di Desa Karacak
tahun 2014
Nama Alat Harga Umur Ekonomis Penyusutan
Cangkul Rp 50 000 4 Rp 12 500
Arit Rp 25 000 3 Rp 8 333
Galah Rp 5 000 1 Rp 5 000
Keranjang Rp 50 000 1 Rp 50 000
Parang Rp 25 000 3 Rp 8 333
Garpu Rp 100 000 5 Rp 20 000
Total Rp 104 167 Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Bibit
Tanaman manggis di Desa Karacak merupakan tanaman warisan, sehingga
petani tidak pernah menghitung jumlah bibit yang akan ditanam. Bibit
diasumsikan digunakan sebanyak 100 bibit untuk lahan seluas satu hektar. Hal ini
dikarenakan jarak tanam yang ideal untuk manggis yaitu 10x10 m² sehingga pada
lahan seluas satu hektar terdapat 100 pohon. Harga bibit pohon manggis yaitu Rp
1 000 per pohon, sehingga biaya untuk bibit manggis yaitu sebesar Rp 100 000
per hektar.
Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan terhadap
Biaya (R/C Rasio)
Nilai pendapatan usahatani diperoleh melalui pengurangan antara
penerimaan dengan biaya produksi. Nilai pendapatan usahatani ini dibagi menjadi
dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Dari
penerimaan dan pengeluaran tersebut juga dapat diketahui R/C rasio yang terdiri
atas R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. Berikut adalah
analisis pendapatan usahatani manggis dan R/C rasio untuk petani kelompok dan
petani non kelompok.
45
Tabel 23 Analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio usahatani manggis pada
petani kelompok dan petani non kelompok di Desa Karacak pada tahun
2014
Uraian Satuan Petani Kelompok Petani Non
Kelompok
A. Penerimaan
total
Rp/Ha 13 844 422 12 944 118.52
1. Biaya tunai Rp/Ha 8 037 659 8 101 266.67
2. Biaya
diperhitungkan
Rp/Ha 1 035 554 2 378 388.89
B. Biaya total Rp/Ha 9 073 212 10 479 655.56
C. Pendapatan
atas biaya tunai
Rp/Ha 5 806 763.61 4 842 851.85
D. Pendapatan
atas biaya total
Rp/Ha 4 771 209.89 2 464 462.96
E. R/C ratio atas
biaya tunai
1.72 1.60
F. R/C ratio atas
biaya total
1.53 1.24
Sumber: Data Primer 2014 (diolah)
Tabel 24 menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai, pendapatan
atas biaya total, R/C ratio atas biaya tunai, dan R/C ratio atas biaya total petani
kelompok lebih besar dari petani non kelompok. Hal ini dikarenakan jumlah rata-
rata produksi buah manggis pada petani kelompok lebih tinggi jika dibandingkan
dengan rata-rata produksi buah manggis petani non kelompok dan rata-rata harga
yang diterima petani kelompok lebih tinggi jika dibandingkan petani non
kelompok. Penerimaan tunai yang diterima oleh petani kelompok tidak jauh
berbeda dari penerimaan tunai yang diterima oleh petani non kelompok.
Biaya total yang dikeluarkan oleh petani kelompok lebih kecil jika
dibandingkan dengan biaya total yang dikeluarkan oleh petani non kelompok. Hal
ini dikarenakan petani kelompok mempunyai program yang dinamakan arisan
kerja. Arisan kerja ini dilaksanakan dua kali dalam seminggu, sehingga petani
kelompok dapat menghemat biaya upah untuk tenaga kerja.
R/C ratio atas biaya tunai pada petani kelompok lebih besar jika
dibandingkan dengan R/C ratio atas biaya tunai pada petani kelompok, yaitu
sebesar 1.72 dan 1.60. R/C ratio sebesar 1.72 artinya setiap satu rupiah biaya tunai
yang dikeluarkan oleh petani kelompok akan memberikan penerimaan kepada
petani kelompok sebesar Rp 1.72. R/C ratio sebesar 1.60 artinya setiap satu rupiah
biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non kelompok akan memberikan
penerimaan kepada petani non kelompok sebesar Rp 1.60.
R/C ratio atas biaya total pada petani kelompok lebih besar jika
dibandingkan dengan R/C ratio atas biaya total pada petani kelompok, yaitu
sebesar 1.53 dan 1.24. R/C ratio sebesar 1.53 artinya setiap satu rupiah biaya tunai
yang dikeluarkan oleh petani kelompok akan memberikan penerimaan kepada
petani kelompok sebesar Rp 1.53. R/C ratio sebesar 1.24 artinya setiap satu rupiah
biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani non kelompok akan memberikan
penerimaan kepada petani non kelompok sebesar Rp 1.24. Dari hasil tersebut
46
dapat disimpulkan bahwa kelompok tani memberikan pengaruh positif terhadap
keberhasilan usahatani manggis petani anggotanya.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, pendapatan atas biaya
tunai dan biaya total petani kelompok lebih besar jika dibandingkan dengan petani
non kelompok. Hasil dari penghitungan imbangan penerimaan terhadap biaya
menunjukkan bahwa R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total petani kelompok
lebih besar jika dibandingkan dengan petani non kelompok. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Kelompok Tani Karya Mekar berpengaruh terhadap
keberhasilan usahatani manggis petani kelompok di Desa Karacak.
2. Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak Kecamatan Leuwiliang,
Kabupaten Bogor belum berjalan dengan optimal karena terdapat beberapa hal
yang tidak sesuai dengan semestinya, seperti mengenai keberadaan pasar, dan
perkreditan pada kelompok tani yang belum berjalan dengan baik. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kinerja Kelompok Tani Karya Mekar belum
efektif. Walaupun demikian, terdapat beberapa hal positif yang didapatkan oleh
petani dengan bergabung dengan kelompok tani, seperti kemudahan dalam
memperoleh input produksi dan adanya bimbingan dan penyuluhan yang
dilakukan kelompok tani.
Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan
kesimpulan diatas adalah:
1. Kelompok Tani Karya Mekar sebaiknya dapat menciptakan pasar bagi
petani anggota dengan membeli hasil panen petani sehingga dapat meningkatkan
posisi tawar petani. Kelompok Tani Karya Mekar juga diharapkan mampu
menyediakan perkreditan atau bantuan pinjaman dana bagi petani anggota.
2. Kelompok Tani Karya Mekar sebaiknya mulai membenahi catatan
administrasi kelompok dan memfungsikan semua seksi-seksi yang ada dalam
kelembagaan tersebut.
3. Perlu adanya bimbingan, baik dari Dinas Pertanian, PPL, maupun lembaga
pendidikan agar kelembagaan Kelompok Tani Karya Mekar dapat berjalan sesuai
dengan fungsinya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adina AP. 2012. Analisis kualitas dan persepsi anggota terhadap peran gapoktan
studi kasus gapoktan Desa Banyuroto Kabupaten Magelang [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Arifin B. 2000. Pembangunan pertanian: paradigma, kinerja, dan opsi kebijakan.
Pustaka Indef. Jakarta.
_______. 2005. Ekonomi kelembagaan pangan. Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia.
[BPS]. Badan Pusat Statistik 2011. Statistik Tanaman Buah-buahan dan Sayuran
Tahunan Indonesia 2010. Jakarta (ID): BPS.
_____. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2011. Jawa Barat Dalam Angka
2011. Bogor (ID): BPS.
_____. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor 2011. Kecamatan Leuwiliang
Dalam Angka 2011. Bogor (ID): BPS.
Dalimunthe SF. 2008. Analisis usahatani nenas dengan standar prosedur
operasional kasus Desa Cipelang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Feni IK. 2009. Analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas
unggul baru studi kasus Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur
Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Fowler A. 1992. Prioritizing institutional development: a new role for NGO.
London: Centres for Study and Development Sustainable Agriculture
Program Gatekeeper Series SA35.
Kementerian Pertanian. 2006. Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
496/Kpts/OT.160/9/2006 tentang Instrumen Pelaksanaan Revitalisasi
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. http://www.deptan.go.id diakses
pada 15 April 2014.
___________________. 2006. Undang-Undang republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan
Kehutanan. Vademecum Turunan Peraturan Penyuluhan Pertanian. Pusat
Penyuluhan dan Pembangunan Sumberdaya Manusia Pertanian. Jakarta.
___________________. 2007. Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
273/Permentan/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman Pembinaan
kelembagaan Petani lampiran 1: Pedoman Penumbuhan dan
Pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok tani. Vademecum
Turunan Peraturan Penyuluhan Pertanian. Pusat Penyuluhan dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian. Jakarta.
Koentjaraningrat. 1997. Kebudayaan, mentalitas, dan pembangunan. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Mochammad FT. 2009. Analisis pendapatan usahatani jambu biji petani Primatani
di Kota Depok Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor
14 Tahun 2012 tentang Pembentukan Badan Ketahan Pangan dan
Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BKP5K)
Kabupaten Bogor. http://www.bogorkab.go.id diakses pada tanggal 12
Mei 2014.
48
Pranadji T. 2003. Menuju transformasi kelembagaan dalam pembangunan
pertanian dan pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi Pertanian. Bogor.
Sadikin I, Subagyono K. 2008. Kinerja beberapa indikator kesejahteraan petani
pada di Perdesaan Kabupaten Karawang 2008. Bandung: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Barat.
Saptana, Endang LH, Kurnia SI, Ashari, Supena F, Sunarsih, dan Valeriana D.
2006. Pengembangan kelembagaan kemitraan usaha hortikultura di
Sumatera Utara, Jawa Barat, dan Bali. Bogor: Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Saragih B. 2010. Suara agribisnis kumpulan pemikiran Bungaran Saragih. Jakarta:
PT. Permata Wacana Lestari.
Septian D. 2010. Peran kelembagaan kelompok tani terhadap produksi dan
pendapatan petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri
Kabupaten Ciamis Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Isntitut Pertanian
Bogor.
Soekartawi. 2002. Prinsip dasar ekonomi pertanian teori dan aplikasi edisi revisi.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sumardjo. 1999. Kemandirian sebagai indikator kesiapan petani menghadapi era
globalisasi ekonomi. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. Vol 12 no 1:14-33.
Syahyuti. 2007. Kebijakan pengembangan dan gabungan kelompok tani
(gapoktan) sebagai kelembagaan ekonomi di perdesaan. Analisis
Kebijakan Pertanian. Vol. 5. no. 1: 15-35.
Uphoff N. 1992. Local institutions and participation for sustainable development.
London: Gatekeeper Series SA31.
49
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi
Papan Nama Kelompok Tani Karya Mekar
Papan Nama Sekretariat Pusat Pelatihan Pertanian
Profil Kelompok Tani Karya Mekar
50
Lampiran 2 Analisis pendapatan usahatani manggis petani Kelompok Tani Karya
Mekar tahun 2104
Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan Nilai Total Presentase
(%)
Penerimaan 1543.987 kg Rp 8 967 Rp 13 844 422 100
Biaya Tunai TKLK 181.17 HOK Rp 40 000 Rp 7 246 828 79.87
Pajak 1 Ha Rp 338 297 Rp 338 297 3.72 Pupuk
Rp 452 534 Rp 452 534 4.98
Rp 8 150 292 Biaya Tidak
Tunai Penyusutan
peralatan
Rp 104 167 Rp 104 167 1.14 TKDK 20.78 HOK Rp 40 000 Rp 831 387 9.16 Bibit
Rp 100 000 Rp 100 000 1.10
Rp 1 053 188
Biaya Total Rp 9 073 212 100 Pendapatan atas biaya tunai Rp 5 806 763 Pendapatan atas biaya total Rp 4 771 209 R/C rasio atas biaya tunai 1.72 R/C rasio atas biaya total 1.52
51
Lampiran 3 Analisis pendapatan usahatani manggis petani non kelompok tahun
2104
Uraian Jumlah Satuan Harga/Satuan Nilai Total Presentase
(%)
Penerimaan 1 516.889 kg Rp 8 533.33 Rp 12 944 118 100
Biaya Tunai TKLK 173.38 HOK Rp 40 000 Rp 6 935 111 66.17
Pajak 1 Ha Rp 480 044 Rp 480 044 4.58 Pupuk
Rp 686 111 Rp 686 111 6.54
Rp 8 101 267 Biaya Tidak
Tunai Penyusutan
peralatan
Rp 104 167 Rp 104 167 1.00 TKDK 54.35 HOK Rp 40 000 Rp 2 174 222 20.75 Bibit
Rp 100 000 Rp 100 000 1.00
Rp 2 378 389
Biaya Total Rp 10 479 655 100 Pendapatan atas biaya tunai Rp 4 842 851 Pendapatan atas biaya total Rp 2 464 463 R/C rasio atas biaya tunai 1.60 R/C rasio atas biaya total 1.24
52
Lampiran 4 Daftar petani responden Kelompok Tani Karya Mekar Desa Karacak
tahun 2014
Nama Jenis Kelamin Usia (tahun) Pendidikan
Khotib L >50 SD Salim L >50 SD Mashum L >50 SD Furqoni L 41-50 SMA Sanen L >50 SD Santawi L >50 SD Samir L >50 SD Syahmad L >50 SMA
Muhammad Hatta L >50 SMP Jumri L >50 SD Sukria L >50 SD Anshori L 41-50 SD Ajo L >50 SD Ujang Suryana L >50 SMP Manan L >50 SD Slamet Ilyas L >50 SD Edi Sumiadi L >50 SD M. Bahro L >50 SD H. Afandi L >50 SD Sumitra L >50 SD Abdul Qohar L >50 SD
Ujang Nasir L 41-50 SMA D. Hamdani L >50 SD Syarifudin L >50 SMP Ahmad Dahlan L >50 SD Marwa L >50 SD M. Abidin L >50 SMA Bakri L >50 SD Mian L >50 SD Asep L 41-50 SD
53
Lampiran 5 Daftar petani responden non kelompok Desa Karacak Leuwiliang
Nama Jenis Kelamin Usia (tahun) Pendidikan
Iyet Sumiati P >50 SMP Arnas L >50 SD Anta L >50 SD Anwar L >50 SMP Obang L 41-50 SD Qomarudin L >50 SD Imang L >50 SD Idris L 41-50 SD Mugni L 41-50 SMA Ata L 41-50 SD
Daung L >50 non Ocid L >50 SD Unan L >50 SD Dudung Abdullah L >50 SD Mali L >50 SD
Lampiran 6 Daftar luas lahan, produksi, dan harga manggis petani non kelompok
Desa Karacak tahun 2014
Nama Luas Lahan (Ha) Produksi (Kg) Harga
(Rp/Kg)
Iyet Sumiati 0.25 400 8 000
Arnas 0.075 100 7 000
Anta 0.2 200 8 000
Anwar 0.5 200 8 000
Obang 1 1500 10 000
Qomarudin 0.02 50 7 000
Imang 0.25 500 8 000
Idris 0.25 300 9 000
Mugni 0.75 500 10 000
Ata 0.1 142 8 000
Daung 0.2 200 9 000
Ocid 0.3 200 9 000
Unan 0.25 100 9 000
Dudung Abdullah 0.25 100 9 000
Mali 0.015 100 9 000
54
Lampiran 7 Daftar luas lahan, produksi, dan harga manggis Kelompok Tani
Karya Mekar Desa Karacak tahun 2014
Nama Luas Lahan (Ha) Produksi (Kg) Harga
(Rp/Kg)
Khotib 0.25 450 7 000
Salim 0.5 300 8 000
Mashum 0.5 150 8 000
Furqoni 0.5 1200 10 000
Sanen 2 1500 9 000
Santawi 0.35 700 8 000
Samir 0.13 1000 9 000
Syahmad 2 2000 7 000
Muhammad Hatta 0.25 200 9 000
Jumri 0.2 500 7 000
Sukria 1 1500 10 000
Anshori 0.25 100 9 000
Ajo 1 1350 8 000
Ujang Suryana 0.25 1000 10 000
Manan 1 1200 9 000
Slamet Ilyas 0.5 200 9 000
Edi Sumiadi 0.25 600 9 000
M. Bahro 0.5 550 8 000
H. Afandi 1.5 1000 10 000
Sumitra 0.5 700 9 000
Abdul Qohar 2 2500 9 000
Ujang Nasir 2 2000 10 000
D. Hamdani 2 3000 10 000
Syarifudin 0.5 500 9 000
Ahmad Dahlan 0.25 150 10 000
Marwa 1 1000 9 000
M. Abidin 1 1500 9 000
Bakri 1.5 2500 10 000
Mian 1 1000 10 000
Asep 1 1000 10 000
55
Lampiran 8 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Analisis Kinerja Kelembagaan dan Pendapatan Usahatani Manggis
Kelompok Tani Karya Mekar di Desa Karacak Leuwiliang
Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Jumlah Anggota Keluarga :
A. Diisi oleh ketua atau sekretaris poktan
1. Identifikasi kelembagaan oleh ketua atau sekretaris kelompok tani Karya
Mekar
Siapa saja yang terlibat dalam kelompok tani Karya Mekar, beserta peran dan
wewenangnya dalam kelembagaan ? (identifikasi struktur organisasi)
2. Aturan kelembagaan
a. Apakah terdapat peraturan formal mengenai kelembagaan kelompok tani
Karya Mekar ? jika ya, sebutkan jenis peraturan dan hal apa saja yang
diatur?
b. Apakah terdapat peraturan informal mengenai kelembagaan kelompok tani
Karya Mekar ?
c. Bagaimana pengawasan terhadap aturan dan sanksi terhadap anggota yang
melakukan kesalahan ?
d. Konflik apa yang biasanya terjadi dan bagaimanakah cara
menyelesaikannya ?
B. Diisi oleh anggota poktan
1. Berapakah luas lahan yang dimiliki ?
2. Berapakah jumlah bibit yang ditanam setiap satu periode panen ? (jika ada)
3. Berapakah jumlah pupuk kandang yang digunakan ?
56
4. Berapakah jumlah pupuk buatan yang digunakan ?
5. Berapakah jumlah tenaga kerja yang dimiliki:
a. Dalam keluarga ?
b. Luar keluarga ?
6. Berapakah jumlah pestisida yang digunakan ?
7. Berapakah jumlah produksi dalam satu periode panen ?
8. Berapakah jumlah pajak yang dibayarkan ?
9. Berapakah biaya pengangkutan saat panen ?
C. Kinerja Kelembagaan (Kelompok Tani Karya Mekar)
1. Bagaimana syarat awal untuk menjadi anggota Kelompok Tani Karya Mekar ?
( ) Sangat Mudah
( ) Mudah
( ) Sulit
2. Berapakah jarak antara lokasi petani dengan Kelompok Tani Karya Mekar ?
( ) Sangat Dekat (< 1 km)
( ) Dekat (1 – 5 km)
( ) Jauh (> 5 km)
3. Bagaimana penjualan hasil panen ke Kelompok Tani Karya Mekar ?
( ) Ada
( ) Jarang (pernah ada)
( ) Tidak Ada
4. Bagaimana ketersediaan Kelompok Tani Karya Mekar dalam penyediaan
input produksi ? (seperti pupuk, bibit, dan lain-lain)
( ) Selalu Tersedia
( ) Ada
( ) Jarang Tersedia
5. Bagimanakah dengan bimbingan dan penyuluhan yang terdapat pada
Kelompok Tani Karya Mekar ?
( ) Sering (ada setiap minggu)
( ) Ada (satu bulan sekali)
( ) Jarang (beberapa bulan sekali)
6. Apakah Kelompok Tani Karya Mekar memberikan bantuan pinjaman modal ?
( ) Ada
( ) Jarang
( ) Tidak Ada
7. Apakah terdapat sarana pengangkutan hasil panen dari Kelompok Tani Karya
Mekar ?
( ) Selalu Ada
( ) Kadang-kadang
( ) Tidak Ada
8. Apakah Anda mengetahui susunan pengurus Poktan Karya Mekar ?
( ) Sangat Paham
( ) Paham
( ) Tidak Paham
9. Apakah menurut Anda terdapat uraian kerja (pembagian tugas dan
wewenang) pada pengurus poktan Karya Mekar ?
57
( ) Tinggi, jika uraian kerja jelas
( ) Sedang, jika uraian kerja kurang jelas
( ) Rendah, jika uraian kerja tidak jelas
10. Apakah anggota Poktan Karya Mekar telah menjalankan tugas dan fungsinya
dengan baik ?
( ) Tinggi, jika menjalankan dengan baik
( ) Sedang, jika kurang baik
( ) Rendah, jika tidak baik
11. Bagaimana waktu pergantian pengurus Poktan Karya Mekar ?
( ) Tinggi, jika pergantiannya teratur
( ) Sedang, jika pergantiannya kurang teratur
( ) Rendah, jika pergantiannya tidak teratur
12. Apakah Anda mengetahui aturan formal dan informal yang terdapat dalam
Poktan Karya Mekar ?
( ) Sangat Paham
( ) Paham Paham
( ) Tidak Paham
13. Apakah Poktan Karya Mekar memberikan kesempatan kepada anggotanya
untuk mengemukakan pendapat dalam membuat keputusan ?
( ) Tinggi, jika diberi kesempatan yang leluasa
( ) Sedang, jika kurang diberi kesempatan
( ) Rendah, jika tidak diberi kesempatan
14. Apakah Poktan Karya Mekar mengajak berdiskusi anggotanya guna
memecahkan suatu masalah atau persoalan ?
( ) Tinggi, jika melakukan diskusi intensif
( ) Sedang, jika jarang melakukan diskusi
( ) Rendah, jika melakukan diskusi
58
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, tanggal 29 April 1992, sebagai anak keempat
dari pasangan Diding Suminta dan Rosidah. Pendidikan dasar diselesaikan penulis
pada tahun 2004 di SD Negeri Sempur Kaler Kota Bogor, dilanjutkan dengan
pendidikan lanjutan pertama di SMP Negeri 8 Kota Bogor tahun 2007 dan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Kota Bogor tahun 2010. Pada tahun
2010 penulis melanjutkan sekolah di Institut Pertanian Bogor dengan program
studi S1 Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan menyelesaikan studi
tersebut pada tahun 2014.
Selain kuliah, penulis juga aktif bergabung di organisasi intra dan ekstra
kampus. Organisasi intra kampus yang diikuti oleh penulis antara lain, UKM
Futsal pada tahun 2010-2011 dan Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat
Agribisnis pada tahun 2011-2013. Organisasi ekstra kampus yang diikuti oleh
penulis yaitu Belajar Keliling yang bergerak dibidang sosial. Penulis pernah
mendapatkan juara dalam menulis paperpada acara Peringatan 60 Tahun IPB.
Pada tahun keempat atau pada semester akhir perkuliahan, penulis menjadi salah
satu pengajar di salah satu tempat bimbingan belajar yang ada di Kota Bogor.
top related