analisis kesalahan penggunaan kata ganti...

Post on 20-Aug-2018

244 Views

Category:

Documents

0 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI

ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1

SEMESTER GANJIL SMA MUHAMMADIYAH

SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh

Ety Fitriyah

109013000023

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI

ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1

SEMESTER GANJIL SMA MUHAMMADIYAH

SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ety Fitriyah

NIM 109013000023

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

Dra. Hindun, M. Pd.

NIP 19701215 200912 200 1

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013

i

ABSTRAK

Ety Fitriyah, NIM 109013000023, “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata

Ganti Orang dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI.1 Semester Ganjil SMA

Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.”

Skripsi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2013.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan kata ganti orang

dalam karangan narasi. Adapun karangan narasi yang diteliti sebanyak dua puluh

enam karangan. Tetapi yang dianalisis hanya dua puluh lima karangan, karena

satu karangan tidak termasuk karangan narasi melainkan karangan deskripsi.

Objek dalam penelitian ini adalah karangan narasi yang ditulis oleh siswa SMA

Muhammadiyah Sawangan kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Setelah data terkumpul dari hasil pengamatan dideskripsikan dalam

bentuk tabel dan kata-kata.

Dari dua puluh lima karangan narasi tersebut, kata ganti yang paling

banyak digunakan yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna

jamak (kami) dan kata ganti yang paling sedikit digunakan yakni kata ganti orang

kedua yang menunjukkan makna jamak (kalian).

Kata kunci: kata ganti, keterampilan menulis, dan karangan narasi.

ii

ABSTRACT

Ety Fitriyah, NIM 109013000023, “The Analysis of Error in Personal

Pronoun at Narrative Text: a Study of XI.1th

Grade Senior High School

Muhammadiyah Sawangan Depok West Java in The Academic Year 2013/2014.”

Indonesian Language and Literature Education Department Faculty of Tarbiya

and Teacher Learning Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2013.

The aim of this research is to know the use of personal pronoun at

narrative text. There are twenty six text of narrative text but in this case only

twenty five text which are analyzed because one text is including descriptive text.

The objective of this research is the result of student’s work at SMA

Muhammadiyah Sawangan Depok at XI.1 grade in the academic year 2013/2014.

This is qualitatif research. After collecting data; the data will be explained

by using table and description.

“We” (plural) is personal pronoun which is the most used by students and

the least is “you” (plural).

Keyword: pronoun, writing skill, and narrative text.

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang

telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah

Muhammad Saw yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia,

juga kepada segenap keluarga dan sahabat-Nya yang selalu menjaga kemurnian

sunnah-Nya. Skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti

Orang dalam Karangan Narasi Siswa Kelas XI.1 Semester Ganjil SMA

Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014” ini

disusun dan diajukan untuk melengkapi program studi jenjang S-1 Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Dengan terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak lupa penulis

haturkan banyak terimakasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia;

3. Dra. Hindun, M.Pd., Dosen Pembimbing dan sekretaris jurusan, yang

dengan segala kebijaksanaannya telah meluangkan waktu untuk

membimbing, mengarahkan penulis selama menyusun skripsi ini, dan

selalu memberi motivasi serta dukungan kepada penulis sampai akhirnya

perkuliahan;

4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang tak

hentinya memberikan asupan ilmu kepada penulis selama empat tahun

perkuliahan;

5. Seluruh staf perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan yang telah mempermudah penulis mencari

referensi;

iv

6. Seluruh staf SMA Muhammadiyah Sawangan, khususnya kepada Kepala

Sekolah, Drs. Noor Effendi, yang telah mengizinkan penulis melakukan

penelitian di sekolah tersebut, dan kepada guru Bahasa Indonesia, Lia

Fadillah, S.Pd. dan Tri Amalia, S.Pd. yang telah membantu dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penelitian;

7. Bapak, Ibu, dan Kakak tersayang, serta keluarga tercinta yang dengan

kasih sayang, pengorbanan, kesabaran, dan doanya tidak pernah putus

untuk kesuksesan penulis;

8. Dodo Mulyawan, seseorang yang selalu ada di sisi penulis dalam suka dan

duka, memberikan nasihat, serta kasih sayang dan do’a yang tiada henti;

9. Kawan-kawan mahasiswa Jurusan PBSI kelas A angkatan 2009,

khususnya Ikawati, Rhani, dan Ulfi yang telah berjuang bersama-sama dan

saling menguatkan serta mengajari arti kebersamaan, kekeluargaan,

persaudaraan, dan persahabatan. Terimakasih telah memberikan pelajaran

kehidupan dan arti sebuah pertemanan.

Untuk semua yang telah penulis sebutkan di atas, hanya doa yang tulus

yang dapat penulis panjatkan kepada Allah Swt, semoga Allah Swt memberikan

balasan yang melimpah. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan

dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

khususnya bagi pembaca.

Jakarta, 19 Agustus 2013

Ety Fitriyah

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ....................................................................................... .. i

ABSTRACT ....................................................................................... . .. ii

KATA PENGANTAR ....................................................................... .. iii

DAFTAR ISI ....................................................................................... ... v

DAFTAR TABEL ....................................................................... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... ... ix

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... ... 1

B. Identifikasi Masalah ......................................................... ... 5

C. Batasan Masalah ......................................................... ... 6

D. Rumusan Masalah ......................................................... ... 6

E. Tujuan Penelitian .......................................................... ... 6

F. Manfaat Penelitian ......................................................... ... 6

BAB II : LANDASAN TEORETIS

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa .......... .......................... 8

B. Tujuan Analisis Kesalahan .......................................................... 9

C. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan ............................... 9

D. Pengertian Kata Ganti ......................................................... ... 10

E. Macam-macam Kata Ganti ....................................................... ... 11

F. Pengertian Menulis ......................................................... ... 12

G. Karangan ................................................................................ ... 13

1. Pengertian Karangan ........................................................ ... 14

2. Jenis-jenis Karangan ........................................................ ... 14

3. Kerangka Karangan ......................................................... ... 16

4. Bagian Utama Karangan ............................................... ... 17

5. Tahapan Menyusun Karangan .......................................... ... 17

vi

H. Pengertian Narasi ................................................................... ... 18

1. Karakteristik Karangan Narasi ........................................... 19

2. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif ... 20

3. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi .................... ... 21

4. Contoh Karangan Narasi ...................................................... ... 22

I. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 22

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 26

B. Metode Penelitian ..................................................................... 26

C. Subjek Penelitian .................................................................... 26

D. Instrumen Penelitian .................................................................... 27

E. Teknik Penelitian .................................................................... 27

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah ............................................................................ 28

1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Sawangan ........... ... 28

2. Keadaan Tenaga Pengajar ................................................... . ... 28

3. Keadaan Siswa ................................................................... .. ... 29

B. Deskripsi Data ............................................................................ 29

C. Tabel Analisis Karangan Narasi Siswa .................................... ... 30

D. Interpretasi Data ....................................................................... ... 70

BAB V : PENUTUP

A. Simpulan .................................................................................... ... 71

B. Saran .......................................................................................... ... 71

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ . ... 72

LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penerapan Kata Ganti Orang

Tabel 2 Data Siswa SMA Muhammadiyah Empat Tahun Terakhir.

Tabel 3 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Aidha

Radyana.

Tabel 4 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Anisa

Wahidah.

Tabel 5 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ardiansyah.

Tabel 6 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ariyani

Hidayati.

Tabel 7 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Averous

Karim Panji.

Tabel 8 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Awal

Prasetio.

Tabel 9 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Bagus

Prasetyo.

Tabel 10 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Belinda

Zahara Dewi.

Tabel 11 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Erhan Angga

Wira Sanjaya.

Tabel 12 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Eva Sahara.

Tabel 13 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ferdian Hadi

Cahya.

Tabel 14 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Fitri

Handayani.

Tabel 15 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Haidar Fahmi

Saddam.

Tabel 16 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ikrar Nusa

Bhakti.

viii

Tabel 17 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Kalisa Dara

Puspita.

Tabel 18 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi M. Dannis

Fiqih.

Tabel 19 Penggunaan Kata ganti Orang dalam Karangan Narasi Nur Hidayati.

Tabel 20 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nurali

Samalo.

Tabel 21 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Buggy A.

Tabel 22 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Rio Ikhwan

Nur.

Tabel 23 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Serliana Eka

Putri.

Tabel 24 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Sisi Nada

Riski.

Tabel 25 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Tubagus

Renaldi.

Tabel 26 Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Wiwi Lestari.

Tabel 27 Penggunaan Kata ganti Orang dalam Karangan Narasi Zanah Safitri.

Tabel 28 Rekapitulasi Temuan Hasil Penggunaan Kata Ganti Orang.

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan

Lampiran 4 Karangan Narasi Siswa

Lampiran 5 Data Guru dan Karyawan

Lampiran 6 Uji Referensi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan Bahasa Nasional yang harus dikuasai oleh

bangsa Indonesia. Kedudukannya sebagai Bahasa Nasional merupakan sarana

pemersatu bangsa diatas berbagai perbedaan bahasa yang dimiliki oleh berbagai

suku di Indonesia. Namun, pada praktik pengajarannya, banyak ditemukan

berbagai kesalahan berbahasa, terutama dikalangan para pelajar. khususnya

kesalahan dalam penggunaan kata ganti orang.

Dalam kegiatan berbahasa, membaca dan menulis merupakan kemampuan

berbahasa yang penting di samping dua kemampuan bahasa yang lain yaitu

mendengar dan berbicara. Dari membaca dituntut kemampuan untuk dapat

memahami dengan baik apa yang ditulis oleh orang lain, sedangkan dari menulis

dituntut kemampuan untuk dapat melahirkan dan menyatakan kepada orang lain

apa yang dirasakan, dikehendaki, dan dipikirkan dengan bahasa tulisan. Untuk

berkomunikasi dengan baik, siswa dituntut mempunyai pengetahuan yang luas,

terutama dalam berkomunikasi secara tertulis yang dirasakan lebih sulit daripada

berkomunikasi secara lisan.

Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis selama menjalani

Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) di SMP Islamiyah Sawangan Depok

(dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2013), ditemukan bahwa

keterampilan menulis sering menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang

mendapat respon yang baik dari siswa SMP Islamiyah Sawangan khususnya siswa

kelas VII.1, VII.2, dan VII.3. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus

menulis. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk

memulai atau mengawali paragraf. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas

kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut

salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh gurunya. Di dalam

kegiatan menulis ini, siswa sering melakukan kesalahan ketika menggunakan kata

ganti orang khususnya penggunaan kata ganti orang pertama dan ketiga.

2

Kesalahan tersebut terjadi karena minimnya pengetahuan mengenai kata ganti

orang yang benar, dalam menulis karangan kata ganti orang pertama jamak kerap

mengalami kesalahan penggunaan, siswa tidak bisa membedakan makna antara

kata „kami‟ dan „kita‟, misalnya pada kalimat “Kita akan berangkat pukul enam

pagi”. Kata „kita‟ pada kalimat tersebut seharusnya menggunakan kata „kami‟,

karena dalam kalimat tersebut kata „kita‟ bersifat inklusif; artinya, pronomina itu

mencakupi tidak saja pembicara/penulis, tetapi juga pendengar/pembaca, dan

mungkin pula pihak lain. Sebaliknya, kata „kami‟ bersifat ekslusif; artinya

promomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain dipihaknya, tetapi

tidak mencakupi orang lain di pihak pendengar/pembacanya. Selain kata ganti

orang pertama jamak, kesalahan penggunaan pada kata ganti orang ketiga tunggal

ini biasanya terjadi pada kata -nya, misalnya pada kalimat, “Atas perhatiannya,

diucapkan terimakasih”, seharusnya kalimat tersebut menjadi “Atas perhatian

Saudara, kami ucapkan terimakasih” atau “Atas perhatian Bapak, kami ucapkan

terimakasih”.

Keterampilan menulis hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis di

kelas, padahal pembelajaran keterampilan menulis dapat dipadukan atau

diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran keterampilan yang lainnya di

kelas. Pengintegrasian ini dapat bersifat internal maupun eksternal.

Pengintegrasian internal berarti pembelajaran menulis diintegrasikan dengan

pembelajaran keterampilan berbahasa yang lain. Menulis dapat pula

diintergrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain di luar mata pelajaran

bahasa Indonesia. Komunikasi secara tertulis bisa didapatkan dari banyak hal,

misalnya dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, lingkungan, peristiwa

alam, bahkan dari khayalan pun dapat dijadikan komunikasi secara tertulis.

Komunikasi secara tertulis dapat berupa menjadi sebuah karangan, puisi, cerpen,

novel, dan lain sebagainya.

Keterampilan menulis hanya bisa diperoleh melalui proses latihan yang

ketat dengan penguasaan konsep-konsep tertentu dan dipraktikan secara teratur.

Oleh karena itu tidak semua orang dapat menulis dengan baik dan banar. Sebagian

orang ada yang menyamakan antara menulis dan mengarang. Menulis merupakan

3

suatu kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan, sedangkan mengarang

merupakan kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan yang dapat diekspresikan

ke dalam bentuk sebuah karangan. Jadi, menulis dan mengarang itu berbeda tetapi

saling berkaitan. Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan informasi yang

diterima dari proses menyimak dan membaca. Jadi, semakin banyak seseorang

menyimak atau membaca semakin banyak pula informasi yang diterimanya untuk

diekspresikan secara tertulis. Dengan penguasaan keterampilan menulis,

diharapkan seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, dan perasaan yang

dimiliki setelah menjalani proses pembelajaran dalam berbagai jenis tulisan, baik

fiksi maupun nonfiksi.

Karangan dapat dibedakan berdasarkan bobot isi dan jenis isi. Karangan

berdasarkan bobot isinya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu karangan ilmiah,

semiilmiah, dan nonilmiah. Karangan ilmiah terdiri dari makalah, skripsi, tesis,

disertasi, dan lain sebagainya yang memiliki aturan baku dan persyaratan khusus

baik dalam sistematika penulisannya maupun penggunaan bahasanya. Karangan

semiilmiah terdiri dari artikel, laporan, berita, opini, dan lain sebagainya.

Sedangkan karangan nonilmiah terdiri dari cerpen, novel, puisi, dan lain

sebagainya yang memiliki aturan yang sebaliknya dari karangan ilmiah. Ketika

seseorang membuat sebuah karangan, kerangka karangan sangat diperlukan guna

mempermudah membuat karangan. Dengan adanya kerangka karangan, penulis

akan dapat menulis karangannya sesuai dengan rencana untuk mencapai tujuan

yang sudah ditentukan berdasarkan topik atau tema. Selain itu karangan pun akan

terlihat lebih rapih, terarah, dan sistematis. Karangan berdasarkan cara

penyajiannya dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu karangan deskripsi,

karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan

persuasi.

Tulisan narasi berupaya semaksimal mungkin agar pembaca seolah-olah

mengalami kejadian yang diceritakan oleh pengarang. Menceritakan adalah kata

kunci dari pengertian tulisan narasi. Dengan kata kunci tersebut dapat dipahami

bahwa fungsi sosial dari tulisan narasi adalah penulis atau pengarang

menceritakan peristiwa atau suatu kejadian kepada para pembaca.

4

Karangan narasi merupakan jenis karangan yang bersifat menceritakan

suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar para pembacanya seolah-olah

mengalami kejadian yang telah diceritakan tersebut. Dalam menulis sebuah

karangan penggunaan kata ganti sangat diperlukan. Sebagian besar kata ganti

orang (pronomina persona) dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari dua

wujud. Hal ini disebabkan oleh budaya bangsa Indonesia yang sangat

memperhatikan hubungan sosial antarmanusia. Tatakrama dalam kehidupan

bermasyarakat menuntut adanya urutan yang serasi dan sesuai dengan martabat

masing-masing. Pada umumnya ada tiga parameter yang dipakai sebagai ukuran:

(1) umur, (2) status sosial, dan (3) keakraban.

Secara budaya orang yang lebih muda diharapkan menunjukkan rasa

hormat kepada orang yang lebih tua. Sebaliknya, orang yang lebih tua diharapkan

pula menunjukkan rasa tenggang rasa terhadap yang muda. Unsur timbal balik

seperti itu tercermin dalam pemakaian kata ganti (pronomina) dalam bahasa kita.

Pronomina saya, misalnya, lebih umum dipakai daripada aku oleh orang muda

terhadap orang tua. Untuk menunjukkan rasa hormat, pronomina beliau dipakai

alih-alih dia. Sebaliknya, orang tua mungkin akan merasa senang memakai sapaan

seperti adik daripada kamu bila menyapa orang muda yang tidak begitu

dikenalnya atau yang bukan bawahannya.

Status sosial, baik kedudukan dalam masyarakat maupun badan resmi di

suatu instansi ikut pula mempengaruhi pemakaian kata ganti (pronomina).

Seorang kepala kantor dapat memakai pronomina kamu, misalnya, apabila ia

berbicara dengan pengawainya, apabila jika umurnya lebih muda. Sebaliknya, ia

akan memakai kata Saudara atau Bapak jika yang diajak berbicara itu adalah

tamu yang sebaya, baik dalam segi umur atau kedudukan.

Parameter ketiga, yakni keakraban, dapat menyilang garis pemisah umur

dan status sosial meskipun kadang-kadang hanya dalam situasi-situasi tertentu.

Dua orang yang sejak kecil telah bersahabat dapat saja tetap memakai pronomina

kamu meskipun yang satu telah menjadi menteri, misalnya, sedangkan yang lain

hanyalah guru di sekolah dasar. Dalam pertemuan resmi, guru sekolah dasar itu

akan menyapa menteri itu dengan sapaan Bapak: Pendapat Bapak dalam soal ini

5

bagaimana? Sebaliknya, pada resepsi pengantin, dapat saja guru itu berkata Kamu

tinggal di rumah pribadi atau rumah dinas? Hal seperti itu sering ditentukan oleh

pribadi dan kepribadian masing-masing. Demikian pula seorang kepala kantor

yang menikah dengan seorang wanita yang menjadi bawahannya tidak akan

merasa pantas menyapa ayah mertuanya dengan kamu. Akan lebih layak baginya

untuk memakai kata sapaan Bapak. Demikian pula ayah mertua yang sudah tua itu

akan menyapa menantunya dengan sapaan Bapak waktu mereka berada di kantor.

Dengan gambaran di atas, pemakaian kata ganti (pronomina) sangatlah

penting karena pemakaian yang salah dapat menimbulkan hal yang mengganggu

keserasian pergaulan. Oleh karena itu, mengingat begitu pentingnya penggunaan

kata ganti (pronomina) dalam mendukung gagasan atau ide yang ingin

diungkapkan untuk menulis sebuah karangan, maka penulis ingin mengkaji lebih

dalam lagi penggunaan kata ganti (pronomina) yang dipakai siswa sudah tepat

atau belum dalam penulisannya maupun penerapannya. Untuk itu penulis

mengambil judul “ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA GANTI

ORANG DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS XI.1 SEMESTER

GANJIL SMA MUHAMMADIYAH SAWANGAN DEPOK JAWA BARAT

TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dilakukan identifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dikuasai dibandingkan

keterampilan yang lainnya, dan pada umumnya siswa kurang terampil dalam

menulis.

2. Kurangnya pemahaman siswa terhadap penggunaan kata ganti orang.

3. Banyak siswa yang tidak bisa membuat karangan sesuai kerangka karangan

yang baik.

4. Guru kurang terampil dalam menyampaikan pembelajaran, terutama

pembelajaran menulis.

6

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, untuk memfokuskan penelitian terhadap

objek yang akan diteliti, penulis mencoba membatasi permasalahan hanya pada

penggunaan kata ganti orang dalam menulis karangan narasi siswa SMA

Muhammadiyah Sawangan Depok kelas XI.1 semester ganjil tahun pelajaran

2013/2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, penulis merumuskan pokok

permasalahan dalam skripsi ini, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana

penggunaan kata ganti orang dalam karangan narasi siswa kelas XI.1 semester

ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat tahun pelajaran

2013/2014?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui penerapan kata ganti orang dalam karangan narasi siswa kelas

XI.1 semester ganjil SMA Muhammadiyah Sawangan tahun pelajaran 2013/2014.

F. Manfaat Penelitian

Untuk menguji kualitas penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti,

suatu penelitian harus memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Oleh

karena itu manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan di bidang

bahasa khususnya penggunaan kata ganti orang dalam karangan narasi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Bagi guru untuk mengembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan

tentang penggunaan kata ganti;

b. Bagi peneliti sebagai wahana untuk memperdalam penggunaan kata

ganti terutama dalam pengembangan bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasi;

7

c. Bagi mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, dapat digunakan untuk

penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan kata ganti dalam sebuah

karangan.

d. Bagi siswa agar dapat mengarang dengan baik dan dapat menggunakan

kata ganti dengan tepat.

8

BAB II

LANDASAN TEORETIS

Kesulitan dalam masalah kebahasaan itu salah satunya yaitu berkenaan

dengan masalah penggunaan kata ganti. Penyusunan paragraf menjadi sebuah

karangan perlu didukung oleh penggunaan kata ganti yang tepat. Penggunaan kata

ganti yang kurang tepat, dapat memberi arti yang berbeda dengan apa yang

dimaksudkan. Kata ganti (pronomina) itu sendiri adalah “kata yang menggantikan

nomina atau frase nominal.”1

A. Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

Menurut Tarigan dan Tarigan (1988) dalam Bambang Yulianto dan Maria

Mintowati analisis kesalahan berbahasa merupakan kajian terhadap segala aspek

kesalahan dalam pembelajaran bahasa, baik kesalahan akibat interferensi maupun

akibat penyamarataan (overgeneralisasi). Dari definisi ini, yang menjadi fokus

adalah segala kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar B1/B2

dengan segala penyebabnya.2 Selanjutnya pendapat lain mengungkapkan bahwa

analisis kesalahan berbahasa (AKB) adalah suatu prosedur yang digunakan oleh

para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar,

pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut,

pendeskripsian kesalahan-kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-

sebabnya yang telah dihipotesiskan, serta pengeveluasian keseriusannya.3

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan

berbahasa merupakan pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit kebahasaan

yang meliputi kata, kalimat, dan paragraf yang menyimpang dari sistem kaidah

bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang

dari sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan dalam buku Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan (EYD), dengan kata lain kesalahan berbahasa

1 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat. (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2009), hlm. 200, cet. Ke-2 2 Bambang Yulianto dan Maria Mintowati, Analisis Kesalahan Berbahasa. (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2009), hlm. 2.5 3 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 139, cet. Ke-1

9

merupakan pemakaian bentuk-bentuk ucapan yang tidak sesuai atau menyimpang

dari kaidah bahasa baku, penyimpangan-penyimpangan berbahasa yang dilakukan

oleh seseorang secara sistematis dan konsisten.

B. Tujuan Analisis Kesalahan

Menganalisis kesalahan yang dibuat oleh para siswa jelas memberikan

manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu merupakan umpan-

balik yang sangat berharga bagi pengevaluasian dan perencanaan penyusunan

materi dan strategi pengajaran si kelas. Analisis kesalahan bertujuan untuk:

1. “menentukan urutan penyajian butir-butir yang diajarkan dalam kelas

dan buku teks, misalnya urutan mudah-sukar.

2. menentukan urutan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan

berbagai butir bahan yang diajarkan.

3. merencanakan latihan dan pengajaran remedial.

4. memilih butir-butir bagi pengujian kemahiran siswa.”4

Sebelum kebangkitan kembali minat terhadap Anakes dapat dikatakan

bahwa tujuan Anakes bersifat aplikatif, yakni memperbaiki dan mengurangi

kesalahan berbahasa para siswa. Tujuan tersebut ternyata mengabaikan hal yang

penting, yakni penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai

performansi siswa. Padahal, tujuan Anakes tidak hanya bersifat aplikatif tetapi

juga bersifat teoretis. Para pakar sependapat bahwa tujuan Anakes yang bersifat

aplikatif kurang memadai. Tujuan ini memang cocok dengan konsep yang

memandang pengajaran bahasa dari sudut-pandang guru. Kini pengajaran bahasa

harus pula dilihat dari sudut-pandang siswa. Dengan perkataan lain, orientasi

tujuan Anakes menghasilkan rumusan bahwa tujuan Anakes haruslah meliputi:

tujuan yang bersifat teoretis dan tujuan yang bersifat aplikatif. Singkatnya, tujuan

Anakes bersifat “teoretis-aplikatif”.5

C. Perbedaan antara Kesalahan dan Kekeliruan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan

“kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna

4 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 69, cet. Ke-1 5Ibid, hlm. 77, cet. Ke-1

10

yang kurang-lebih sama. Istilah kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam

pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa.

Kekeliruan pada umunya disebabkan oleh faktor performansi.

Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan

dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan

sebagainya. Kekeliruan ini bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran

linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang

bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian.

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya siswa memang

belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan

biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis, kesalahan itu dapat

berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbaikan biasanya dilakukan oleh

guru, misalnya melalui pengajaran remedial, latihan, praktik, dan sebagainya.

Sering dikatakan bahwa kesalahan merupakan gambaran terhadap pemahaman

siswa akan sistem bahasa yang dipelajarinya.6

D. Pengertian Kata Ganti

Kata ganti adalah “kata benda yang menyatakan orang sering kali diganti

kedudukannya di dalam pertuturan dengan sejenis kata yang lazim.”7 Definisi lain

mengungkapkan kata ganti (pronomina) adalah “kata yang dipakai untuk mengacu

ke nomina lain, berfungsi untuk mengantikan nomina.”8 Selanjutnya pengertian

kata ganti menurut Djoko Kentjono adalah “kata yang dipakai untuk mengganti

atau mengacu kepada kata lain. Kata ganti dapat menggantikan kata benda dan

menduduki fungsi kata benda tersebut, misalnya fungsi subjek atau fungsi

objek.”9

Sedangkan menurut Hasan Alwi jika ditinjau dari segi artinya, “pronomina

adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Sedangkan jika

6 Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.

(Bandung: Angkasa, 1988), hlm. 75-76, cet. Ke-1 7 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. (Jakarta: Rineka

Cipta, 2000), hlm. 91, cet. Ke-1 8 Widjono, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan

Tinggi Edisi Revisi. (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 135, cet. Ke-3 9 Djoko Kentjono, dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing.

(Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010), hlm. 176, cet. Ke-2

11

dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa pronomina menduduki posisi

yang umumnya diduduki oleh nomina, seperti subjek dan objek.”10

Sumber lain

mengungkapkan “pronouns are words that stand for or take the place of nouns.”11

Maksud dari pengertian tersebut adalah “kata ganti adalah kata yang berdiri untuk

menggantikan kata benda.”

Dari semua pernyataan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

bahwa kata ganti adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina

(kata benda) atau kata lain yang dibendakan (dianggap benda).

E. Macam-macam Kata Ganti

Pengelompokkan kata ganti yang lazim dikenal juga dengan pronomina

dibedakan menjadi bermacam-macam jenis. Menurut Ida Bagus Putrayasa

“subkategorisasi terhadap kata ganti (pronomina) didasarkan atas dua hal, yaitu:

(a) Dilihat dari hubungannya dengan nomina, yaitu ada atau tidaknya anteseden

dalam wacana. Berdasarkan hal tersebut pronomina dibagi menjadi: (1)

Pronomina intratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat dalam

wacana. Jika anteseden terdapat sebelum pronomina, pronomina tersebut

dikatakan bersifat anaforis. Akan tetapi, jika anteseden muncul sesudah

pronomina, pronomina tersebut dikatakan bersifat kataforis. (2) Pronomina

eksratekstual yang menggantikan nomina yang terdapat di luar wacana.

Pronomina tersebut bersifat deiksis.

(b) Dilihat dari jelas atau tidaknya referennya, pronomina terdiri atas: (1)

Pronomina takrif (menggantikan nomina yang referennya jelas), (2)

Pronomina tak takrif (yang tidak menunjukkan orang atau benda tertentu)."12

Menurut Widjono ada tiga macam pronomina13

, yaitu:

1. Pronomina persona adalah pronomina yang mangacu kepada orang. Persona

pertama tunggal saya, aku, daku, -ku, dan persona jamak kami; persona kedua

10

Hasan Alwi, dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. (Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Balai Pustaka, 2000), hlm. 249, cet. Ke-3 11

Charles W. Bridges and Ronald F. Lunsford, Writing: Discovering Form and Meaning,

(California: Wadsworth Publishing Company Belmont, 1984), hlm. 390, cet. Ke-10 12

Ida Bagus Putrayasa, Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).

(Bandung: Refika Aditama, 2010), hlm. 51-53, cet. Ke-2 13

Op cit, hlm. 135, cet. Ke-3

12

tunggal engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu dan persona jamak kalian,

kamu sekalian, Anda sekalian; persona ketiga tunggal ia, dia, beliau, -nya.

2. Pronomina penunjuk: (a) pronomina penunjuk umum ialah, ini, itu, dan anu;

pronomina penunjuk tempat sini, situ, sana;

3. Pronomina penanya adalah pronomina yang digunakan sebagai pemarkah

(penanda) pertanyaan. Dari segi makna, ada tiga jenis, yaitu: (a) orang siapa,

(b) barang apa menghasilkan turunan mengapa, kenapa, dengan apa; dan (c)

pilihan mana menghasilkan turunan di mana, ke mana, dari mana,

bagaimana, dan bilamana.

F. Pengertian Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

paling tinggi tingkatannya. Menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan

suatu cacatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.

Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena

atau pensil.

Menulis menurut Nurhadi adalah “suatu proses penuangan ide atau

gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-simbol

bahasa (huruf).”14

Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (1)

membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan

sebagainya), (2) melahirkan pikiran dan perasaan (seperti mengarang, membuat

surat) dengan tulisan.15

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif.16

Menurut M. Atar Semi “menulis merupakan suatu proses kreatif.

Artinya, menulis itu merupakan sebuah keterampilan yang dilakukan melalui

tahapan yang harus dikerjakan dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat

14

Nurhadi, Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.

(Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), hlm. 343 15

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 1219, cet. Ke-4 16

Siti Sahara, dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta,

2008), hlm. 1

13

sehingga semuanya berjalan dengan efektif.”17

Selanjutnya pendapat lain

mengungkapkan bahwa menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian

pesan secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur

penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media

tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan.18

Sumber lain mengungkapkan “writing is the stage in which the writer

produces a rough draft of the paper.”19

Maksud dari pengertian tersebut adalah

“menulis adalah langkah awal di mana penulis membuat draf (rancangan atau

konsep) di atas kertas.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagai suatu keterampilan berbahasa,

menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk dapat

menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya dalam

formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya. Di balik

kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi pengembangan mental,

intelektual, dan sosial seseorang.

G. Karangan

Mengarang pada hakikatnya adalah mengungkapkan atau menyampaikan

gagasan dengan bahasa tulis. Dilihat dari keluasan dan keterinciannya, gagasan

dalam karangan memiliki janjang (hierarki) dan secara berjenjang pula gagasan

itu dapat diungkapkan dalam dan dengan berbagai unsur bahasa.20

Adapun

karang-mengarang menurut Wahyu Wibowo adalah “suatu penyampaian pikiran

secara resmi atau teratur dalam tulisan. Karena disampaikan secara resmi atau

teratur, berarti karang-mengarang memiliki mekanisme yang mau tak mau, mesti

kita pahami secara sungguh-sungguh.”21

17

M. Atar Semi, Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. (Bandung: Angkasa, 1995), hlm.

45, cet. Ke-1 18

Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2006), hlm. 1.29, cet. Ke-11 19

Op cit, hlm. 7, cet. Ke-10 20

Suparno dan Mohamad Yunus, Keterampilan Dasar Menulis. (Jakarta: Universitas

Terbuka, 2006), hlm. 3.1, cet. Ke-11 21

Wahyu Wibowo, Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik dalam

Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

2003), hlm. 56, cet. Ke-2

14

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa mengarang adalah

pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan dan mengulas

topik guna memperoleh hasil akhir berupa karangan. Selain itu mengarang juga

dapat diartikan sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang untuk

mengungkapkan gagasan dan penyampaian melalui bahasa tertulis kepada

pembaca.

1. Pengertian Karangan

Berdasarkan makna katanya, karangan berarti rangkaian, susunan, atau

komposisi. Yang dirangkai adalah beberapa kesatuan pikiran yang diwujudkan

dalam bentuk kalimat-kalimat yang disusun sesuai dengan kaidah komposisi.22

Sumber lain mengatakan bahwa karangan adalah hasil penjabaran suatu gagasan

secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Setiap karangan

yang ideal pada prinsipnya merupakan uraian yang lebih tinggi atau lebih luas dari

alinea.23

Karangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “hasil

mengarang; cerita, buah pena; ciptaan; gubahan (lagu, musik, nyanyian); cerita

mengada-ada (yang dibuat-buat); hasil rangkaian (susunan).”24

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah

hasil pemikiran dan ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan ke dalam

bentuk tulisan secara teratur dan sistematis.

2. Jenis-jenis Karangan

Karangan dapat disajikan dalam lima bentuk atau ragam wacana, yaitu

deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Kenyataannya, masing-

masing bentuk itu tidak selalu dapat berdiri sendiri. Misalnya, dalam sebuah

karangan narasi mungkin saja terdapat bentuk deskripsi atau eksposisi. Dalam

karangan eksposisi bisa saja terkandung bentuk deskripsi dan narasi.”25

22

Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 228 23

Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa.

(Jakarta: Diksi, 2010), hlm. 234, cet. Ke-18 24

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga. (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), hlm 506, cet. Ke-4 25

Op cit, cet. Ke-11

15

1. Deskripsi (Pemerian)

Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan

sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan

penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya

imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga dia seolah-olah melihat, mengalami,

dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.

2. Narasi (Penceritaan atau Pengisahan)

Narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu

peristiwa. Sasarannya dalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada

pembaca mengenai frase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya sesuatu hal.

Bentuk karangan ini dapat kita temukan misalnya pada karya prosa atau drama,

biografi atau autobiografi, laporan peristiwa, serta resep atau cara membuat dan

melakukan sesuatu hal. Ciri-ciri atau karakteristik karangan narasi biasanya

menyajikan serangkaian berita atau peristiwa yang disajikan dalam urutan waktu

serta kejadian yang menunjukkan peristiwa dari awal sampai akhir, menampilkan

pelaku peristiwa atau kejadian latar (setting) digambarkan secara hidup dan

terperinci.

3. Eksposisi (Paparan)

Eksposisi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan,

menyampaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau

menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah

menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan,

dan sikap pembacanya. Fakta dan ilustrasi yang disampaikan penulis sekedar

memperjelas apa yang akan disampaikannya.

4. Argumentasi (Pembahasan atau Pembuktian)

Argumentasi adalah ragam wacana yang dimaksudkan untuk menyakinkan

pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh penulisnya. Karena

tujuannya menyakinkan pendapat atau pemikiran pembaca, maka penulis akan

menyajikan secara logis, kritis, dan sistematis bukti-bukti yang dapat memperkuat

keobjektifan dan kebenaran yang disampaikannya sehingga dapat menghapus

konflik dan keraguan pembaca terhadap pendapat penulis.

16

5. Persuasi

Persuasi adalah ragam wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap

dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan penulisnya.

Berbeda dengan argumentasi yang pendekatannya bersifat rasional dan diarahkan

untuk mencapai suatu kebenaran, persuasi lebih menggunakan pendekatan

emosional. Seperti argumentasi, persuasi juga menggunakan bukti atau fakta.

Hanya saja, dalam persuasi bukti-bukti itu digunakan seperlunya atau kadang-

kadang dimanipulasi untuk menimbulkan kepercayaan pada diri pembaca bahwa

apa yang disampaikan si penulis itu benar.

3. Kerangka Karangan

“Kegunaan kerangka karangan bagi penulis yakni:

a. Kerangka karangan dapat membantu penulis menyusun karangan secara

teratur, dan tidak membahas satu gagasan dua kali, serta dapat mencegah

penulis keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik atau judul;

b. Sebuah kerangka karangan memperlihatkan bagian-bagian pokok karangan

serta memberi kemungkinan bagi perluasan bagian-bagian tersebut. Hal ini

akan membantu penulis menciptakan suasana yang berbeda-beda, sesuai

dengan variasi yang diinginkan;

c. Sebuah kerangka karangan akan memperlihatkan kepada penulis bahan-

bahan atau materi yang diperlukan dalam pembahasan yang akan

ditulisnya nanti.”26

Karangka karangan adalah kerangka tulis yang menggambarkan bagian-

bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis.27

Sumber lain

mengatakan bahwa kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat

garis-garis besar dari suatu karangan yang akan digarap.28

Kerangka karangan merupakan rencana penulisan yang mengandung

ketentuan bagaimana kita menyusun karangan itu. Kerangka karangan juga akan

manjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, dan terarah

26

Sabarti Akhadiah, dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahsa Indonesia. (Jakarta:

Erlangga, 2003), hlm. 25-26, cet. Ke-13 27

Op cit, hlm. 3.8, cet. Ke-11 28

Op cit, cet. Ke-10

17

bagi pembacanya. Selain itu, kerangka karangan dapat menghindarkan

kemungkinan kesalahan-kesalahan terutama dalam mengembangkannya.

4. Bagian Utama Karangan

Karangan yang tersusun lengkap biasanya memenuhi tiga bagian utama.

Ketiga bagian itu adalah: pendahuluan, isi (tubuh) karangan, dan penutup.

a. “Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan mengetengahkan hal-hal yang menarik

perhatian pembaca tentang masalah yang dibahas dan alasan

pembahasan. Karena itu, pendahuluan memuat hal-hal sebagai

berikut:

1) Latar belakang atau alasan pemilihan pokok masalah;

2) Aspek-aspek penting dari pokok masalah yang akan dibahas dan

perumusannya;

3) Metode pembahasan;

4) Sistematika penyusunan, dan

5) Tujuan serta hasil yang diharapkan.

b. Isi (tubuh) Karangan

Isi (tubuh) karangan berisi rincian atau pengembangan apa yang

dinyatakan pada bagian pendahuluan. Pada bagian inilah segala

persoalan dibahas secara sistematika dan menyeluruh.

c. Bagian Penutup

Bagian penutup diwujudkan dalam satu bab, yaitu kesimpulan dan

saran. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap masalah yang

dirumuskan dalam pendahuluan. Saran adalah buah pikiran penulis

yang berkaitan dengan pemecahan masalah, usaha perbaikan, dan

lain-lain yang biasanya muncul sebagai akibat pembuatan

kesimpulan.”29

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa pada bagian pendahuluan

terdapat alasan pengarang memilih pokok masalah yang akan dibahas. Pada

bagian isi pengarang mengembangkan pokok masalah secara lebih rinci dan

sistematis. Sedangkan pada bagian penutup pengarang menyimpulkan pokok

masalah yang telah dibahas pada bagian pendahuluan dan isi, serta memberi saran

kepada pembaca.

5. Tahapan Menyusun Karangan

Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang terjadi dan

melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan), penulisan

29

Mahsusi, Mahir Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004), hlm. 232-

233

18

(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau

penyempurnaan tulisan).30

a. Prapenulisan (persiapan)

Tahap prapenulisan (persiapan) adalah tahap sebelum melakukan kegiatan

menulis. Pada tahap ini seseorang harus membuat persiapan-persiapan yang nanti

akan digunakan untuk menyusun karangan. Dengan kata lain, pada tahapan ini

penulis harus merencanakan karangan terlebih dahulu sebelum gagasan

dituangkan dalam bentuk tulisan. Setidak-tidaknya ada dua hal yang harus

dilakukan dalam tahapan awal ini, yaitu menentukan topik dan mencari bahan;

b. Penulisan (pengembangan isi karangan)

Tahap penulisan adalah pengembangan gagasan yang telah direncanakan

sebelumnya. Pada tahapan ini seseorang akan menuangkan segala gagasan dan ide

ke dalam bentuk tulisan. Dalam tahapan ini sebaiknya seseorang membuat

kerangka karangan terlebih dahulu. Setelah itu baru kerangka tersebut

dikembangkan dalam bentuk karangan yang lebih terperinci;

c. Pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan)

Tahap pascapenulisan (revisi) adalah tahapan dimana seseorang mengkaji

atau meneliti ulang karangan yang sudah diselesaikan, barang kali ada kesalahan

atau kekurangan. Langkah ini perlu dilakukan demi kesempurnaan karangan agar

tidak ada lagi kesalahan atau kekurangan dalam penulisan. Sebaiknya tahapan ini

dilakukan lebih dari dua kali.

H. Pengertian Narasi

Menurut Jos. Daniel Parera narasi merupakan satu bentuk pengembangan

karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan

perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis

suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang

sejarawan atau tukang cerita. Akan tetapi ia mempunyai maksud dan tujuan

tertentu. Ia tetap ingin meyakinkan para pembaca atau pendengar dengan jalan

menceritakan apa yang ia lihat dan ia ketahui.31

30

Op cit, hlm. 1.14, cet. Ke-11 31

Jos. Daniel Parera, Menulis Tertib dan Sistematik. (Jakarta: Erlangga, 1987), hlm. 5

19

Pendapat lain mengungkapkan “Narasi merupakan suatu bentuk wacana

yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak

seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu,

unsur yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau

tindakan.”32

Menurut Mahsusi pengertian narasi adalah bentuk karangan yang

menceritakan, mengisahkan, atau menyejarahkan. Bentuk ini mementingkan

urutan kejadian (kronologis) dan tokoh, baik manusia ataupun binatang.33

Pendapat lain mengatakan narasi atau kisahan adalah “jenis wacana yang

sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengalaman dan pengamatan maupun

berdasarkan rekaan pengarang.”34

Selanjutnya definisi lain mengungkapkan

“Narasi ialah tulisan yang tujuannya menceritakan kronoligis peristiwa kehidupan

manusia.”35

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi dapat dibatasi

sebagai suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang

dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu

kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu

bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada

pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

1. Karakteristik Karangan Narasi36

Istilah narasi atau sering juga disebut naratif berasal dari kata bahasa

Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan yang

disebut narasi menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha

menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis),

dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga

pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu. Dengan kata lain, karangan

32

Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2010), hlm.135-136, cet. Ke-18 33

Op Cit, hlm. 230 34

Gunawan, dkk., Belajar Mengarang: Dari Narasi Hingga Argumentasi untuk SMU dan

Umum. (Jakarta: Erlangga, 1997), hlm. 26, cet. Ke-1 35

Op cit, hlm. 60, cet. Ke-1 36

Op cit, hlm. 4.31-4.32, cet. Ke-11

20

semacam ini hendak memenuhi keingintahuan pembaca yang selalu bertanya,

“Apa yang terjadi?”.

Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak

memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan

(2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Tujuan pertama

menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut narasi informasional atau narasi

ekspositoris; sasaran utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan

para pembaca sesudah membaca karangan tersebut, sedangkan tujuan hendak

memberikan pengalaman estetis menghasilkan jenis narasi yang lazim disebut

narasi artistik atau narasi sugestif; sasaran utamanya bukan memperluas

pengetahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau

kejadian sebagai suatu pengalaman.

“Narasi sugesti merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan

sedemikian rupa sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Melalui

narasi sugestif kita dapat menyampaikan peristiwa pada suatu waktu dengan

makna yang tersirat atau tersurat dengan bahasa yang lebih condong ke

bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.

Narasi sugestif berupa wacana fiktif seperti dongeng, cerpen, novel, dan

roman.

Narasi ekspositoris, berbeda dengan narasi sugestif yang menyajikan

karangan dengan bahasa konotasi dan menimbulkan daya imajinasi,

ekspositoris adalah bentuk karangan yang sebaliknya dari karangan narasi

sugestif. Narasi ekspositoris bersifat nonfiktif yang disajikan dengan bahasa

denotatif dan tujuan utama bukan menimbulkan daya imajinasi, melainkan

menambah pengetahuan pembaca dengan pemaparan yang rasional”.37

2. Perbedaan Pokok Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif38

Supaya perbedaan antara narasi ekspositoris dan narasi sugestif lebih jelas,

maka di bawah ini akan dikemukakan sekali lagi secara singkat perbedaan antara

kedua macam narasi tersebut. Perbedaan yang terpenting adalah:

37

Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. (Jakarta: Mitra

Wacana Media, 2010), hlm. 222-227, cet. Ke-8 38

Op cit, hlm. 138-139, cet. Ke-18

21

Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif

Memperluas pengetahuan. Menyampaikan suatu makna atau

suatu amanat yang tersirat.

Menyampaikan informasi

mengenai suatu kejadian.

Menimbulkan daya khayal

Didasarkan pada penalaran untuk

mencapai kesepakatan rasional.

Penalaran hanya berfungsi sebagai

alat untuk menyampaikan makna,

sehingga kalau perlu penalaran dapat

dilanggar.

Bahasanya lebih condong ke

bahasa informatif dengan titik

berat pada penggunaan kata-kata

denotatif

Bahasanya lebih condong ke bahasa

figuratif dengan menitik-beratkan

penggunaan kata-kata konotatif.

3. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

Untuk memandu Anda dalam menulis karangan narasi, berikut ini

disajikan langkah-langkah praktis mengembangkan karangan narasi:

1. “Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan: Anda mau

menulis tentang apa? Pesan apakah yang hendak disampaikan kepada

pembaca?

2. Tetapkan sasaran pembaca kita. Siapa yang akan membaca karangan kita,

orang dewasa, remaja, ataukah anak-anak?

3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk

skema alur: kejadian-kejadian apa saja yang akan dimunculkan? Apakah

kajadian-kejadian yang disajikan itu penting? Adakah kejadian penting

yang belum ditampilkan?

4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir

cerita: peristiwa-peristiwa apa saja yang cocok untuk setiap bagian cerita?

Apakah peristiwa-peristiwa itu telah tersusun secara logis dan wajar?

22

5. Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai

pendukung cerita: kejadian-kejadian penting dan menarik apa saja yang

berkaitan dan mendukung peristiwa utama?

6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang”.39

4. Contoh Karangan Narasi

Pergi ke Taman Impian Jaya Ancol

Keluarga kami berencana pergi ke Taman Impian Jaya Ancol. Kami

bersepakat bahwa yang akan pergi adalah ayah, ibu, saya, dan adik. Untuk itu,

dipilihlah hari Minggu sebagai waktu yang tepat.

Setelah mempersiapkan bekal yang cukup, kami pun berangkat. Waktu itu

hari masih pagi. Dari rumah, kami naik kendaraan umum.

Turun dari kendaraan umum kami berjalan kaki hingga pintu gerbang.

Saya lihat ayah membeli karcis kepada penjaga pintu gerbang, kami

diperbolehkan masuk ke dalam.

Banyak sekali yang dapat saya lihat setelah saya berada dalam kawasan

Taman Impian Jaya Ancol. Pertama kali saya mengunjungi Pasar Seni. Ketika

berjalan menuju Pasar Seni, saya sempat melihat sepasang ondel-ondel yang

sedang diarak. Ketika berada di Gelanggang Samudera, saya juga melihat atraksi

ikan lumba-lumba yang sangat menarik.

Setelah pertunjukan di Gelanggang Samudera selesai, saya sekeluarga

pulang ke rumah. Sungguh, ada rasa gembira dihati. Saya merasa telah

mendapatkan banyak pengalaman baru. Itulah pengalaman yang tidak akan

terlupakan hingga sekarang.

I. Hasil Penelitian yang Relevan

Skripsi yang penulis teliti mempunyai kemiripan dengan skripsi yang

ditulis oleh Liana Conchita Zaubin, Fakultas Sastra Universitas Indonesia tahun

1994 yang berjudul “Analisa Penggunaan Kata Ganti Orang Pertama dan Kata

Ganti Orang Kedua pada Buku Cerita Bergambar Bahasa Jepang” dalam

penelitian tersebut Liana Conchita Zaubin melakukan penelitian mengenai

penggunaan Kata Ganti Orang dilakukan dengan menggunakan data yang

39

Op cit, hlm. 4.50-4.51, cet. Ke-11

23

diperoleh dari buku cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan

pada bulan September 1993 sampai dengan Desember 1993. Tujuannya untuk

mengetahui ragam bahasa, tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia

pemakai dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penggunaan kata ganti

orang pertama dan kata ganti orang kedua.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Liana Conchita Zaubin ini bukan

merupakan gambaran menyeluruh yang mencakup semua karakteristik KGO I dan

KGO II. Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan telah dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut: 1) Kata ganti yang merupakan ragam bahasa pria

adalah washi, boku, ore, oira, kisama, teme. Kata ganti yang merupakan ragam

bahasa wanita adalah watai, atashi, atai. Kata ganti yang merupakan kata ganti

netral yang dapat digunakan oleh pria dan wanita adalah watakushi, watashi,

ware, waga, anatasama, anata, anta, kiwi, omae, onore walaupun kadangkala

terdapat kecenderungan pemakaian oleh satu pihak saja. Untuk bentuk jamak,

akhiran –tachi cenderung digunakan oleh wanita dan akhiran -ra cenderung

digunakan oleh pria. 2) Bentuk jamak KGO I tidak dibatasi oleh jenis kelamin

yang berbeda dan masuk tidaknya lawan bicara dalam ruang lingkup pembicaraan

sedangkan bentuk jamak KGO II tidak dibatasi oleh jenis kelamin acuan yang

berbeda dengan pembicara walaupun kata ganti tersebut merupakan ragam bahasa

pria atau wanita. Bentuk jamak biasa ditunjukkan dengan akhiran -tachi atau -ra.

Bentuk hormat menggunakan akhiran -gata dan bentuk merendahkan diri

menggunakan akhiran -domo. 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembicara

dalam menentukan penggunaan KGO I dan KGO II adalah usia, jenis kelamin,

kedudukan diri sendiri dan lawan bicara serta suasana hati.

Berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, penulis

berusaha meneliti dengan objek penelitian berupa karangan narasi siswa kelas

XI.1 semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Sedangkan Liana Conchita

Zaubin melakukan penelitian dengan menggunakan data yang diperoleh dari buku

cerita bergambar sejumlah 10 jilid berisi 30 cerita dilakukan pada bulan

September 1993 sampai dengan Desember 1993. Kemudian, tujuan penelitian

yang ditulis oleh Liana Conchita Zaubin yaitu untuk mengetahui ragam bahasa,

24

tingkat kesopanan penggunaan, jangkauan usia pemakai dan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan penggunaan kata ganti orang pertama dan kata ganti

orang kedua. Sedangkan penulis sendiri lebih menekankan penerapan kata ganti

orang yang dipakai siswa dalam membuat karangan narasi.

Skripsi selanjutnya ditulis oleh Siti Nurjannah, Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni Institut Kaguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta tahun 1996 yang

berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang (Dhamir) dalam

Kemampuan Mengarang Terpimpin Siswa SMU Negeri 83 Jakarta Utara” dalam

penelitian tersebut Siti Nurjannah bertujuan untuk memperoleh data empiris

mengenai jenis, faktor penyebab dan frekuensi kesalahan penggunaan kata ganti

orang (dhamir) dalam keterampilan mengarang terpimpin siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kesalahan yang frekuensinya umum tidak terjadi sedangkan

kesalahan yang frekuensinya merata yaitu pada penggunaan kata ganti orang

(dhamir) yang bersambung dengan kata benda sebanyak 31,5% yang meliputi

kesalahan dengan jumlah pelaku dan genus pelaku, kemudian kesalahan dalam

penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang tepisah untuk pelaku sebanyak 27,1%

dan kesalahan penggunaan kata ganti (dhamir) yang bersambung dengan kata

kerja sebanyak 26,8 %, selanjutnya kesalahan yang jarang terjadi yaitu pada

penggunaan kata ganti orang (dhamir) yang bersambung untuk kepunyaan sebesar

14,6%.

Skripsi selanjutnya dengan judul “Variasi Penggunaan Kata Ganti Orang

dalam Bahasa Minangkabau” dalam penelitian tersebut Leni Syafyahya

melakukan penelitian mengenai variasi pengunaan kata ganti orang dalam bahasa

Minangkabau. Hasil penelitian yang Leni Syafyahya lakukan didapatkan bahwa

kata ganti orang dalam bahasa Minangkabau memiliki bentuk bervariasi, artinya

kata ganti orang tersebut memiliki bentuk lebih dari satu. Bentuk kata ganti orang

tersebut terdiri atas: kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua, dan kata

ganti orang ketiga. Di antara kata ganti itu, ada bentuk yang berbentuk penuh,

bentuk singkat, yang mengacu ke jumlah tunggal dan jumlah jamak. Bentuk

singkat kata ganti orang terdiri atas bentuk singkat bebas dan bentuk singkat

terikat. Berdasarkan kaidah penggunaan kata ganti orang, melalui etnografi

25

komunikasi yang diaktualisasikan dengan SPEAKING tampak dengan jelas

mempilah-pilah penggunaan kata ganti orang yang dipandang dari segi setting,

participant, ends, act sequence, key, instrumentalities, norm, dan genre. Di

samping itu, dalam sosial budaya Minangkabau, penggunaan kata ganti orang

ditentukan oleh ampek langgam kato, kato mandata, kato mandak, kato

manlereng, dan kato manuruni. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari, setiap

individu harus memperhatikan pemilihan penggunaan kata ganti orang, karena

setiap langgam kato itu, memiliki kata ganti orang yang penggunaannya

memperhatikan banyak hal dan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-

faktor yang mempengaruhi terjadi variasi penggunaan kata ganti orang ialah,

tergantung kepada siapa mitra tutur, wilayah penggunaan, dan kebiasaan serta

adat istiadat daerah tersebut.

Berdasarkan kedua penelitian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa

penelitian yang akan dilakukan oleh penulis berbeda dengan apa yang dilakukan

oleh Leni Syafyahya dan Siti Nurjannah. Leni Syafyahya melakukan penelitian

untuk mengetahui variasi penggunaan kata ganti orang dalam bahasa

Minangkabau. Selanjutnya Siti Nurjannah melakukan penelitian untuk

memperoleh data empiris mengenai jenis, faktor penyebab dan frekuensi

kesalahan penggunaan kata ganti orang (dhamir) dalam keterampilan mengarang

terpimpin siswa. Sedangkan peneliti sendiri menekan penerapan kata ganti orang

yang dipakai siswa dalam membuat karangan narasi.

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Sawangan, berlokasi

di Jalan Abdul Wahab No.19 Sawangan Depok, dengan ancangan waktu

pengambilan data pada tanggal 22-27 Juli 2013. Pengambilan data penelitian

tersebut dilakukan pada siswa SMA Muhammadiyah Sawangan Depok kelas XI.1

semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Adapun waktu penulisan skripsi ini

dimulai sejak proposal diajukan yaitu pada tanggal 11 Januari 2013 sampai skripsi

ini selesai ditulis yaitu pada tanggal 19 Agustus 2013.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

deskriptif. Menurut Lexy J. Moleong metode ini dimaksudkan “untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.”1 Dalam penelitian

ini peneliti tidak memberikan perlakuan apapun kepada siswa sebagai sumber

data.

C. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI.1, penelitian

ini diperoleh melalui teknik purposive sampling. Maksud dari “purposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan

tertentu.”2 Setiap individu dalam populasinya mempunyai peluang yang sama

untuk dijadikan subjek penelitian.

1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), hlm. 6, cet. Ke-29 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 300, cet. Ke-

11

27

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini dibantu dengan tabel pengamatan untuk mencatat

data berupa kalimat yang terdapat dalam karangan narasi dengan menggunakan

kata ganti orang yang tepat atau tidak tepat dalam penerapan dan penggunaannya,

seperti contoh:

No Nama Siswa Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

Jumlah

Tabel . I

Penerapan Kata Ganti Orang

Keterangan:

1. Penerapan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal

2. Penerapan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak

3. Penerapan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal

4. Penerapan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna jamak

5. Penerapan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal

6. Penerapan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna jamak

E. Teknik Analisis Data

Data diperoleh dengan cara memberikan siswa sebuah pilihan dengan tema

yang berbeda yaitu Liburan, Pengalaman Pribadi dan Kebiasaan Sehari-hari.

Setelah data terkumpul, data dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memberi penomoran pada setiap data.

2. Mencari kata ganti yang tepat maupun tidak tepat dalam penerapannya.

3. Menganalisis kata ganti orang yang tepat maupun tidak tepat dan

memberikan alternatif perbaikan.

4. Menginterpretasi dan kesimpulan.

28

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Profil Sekolah

1. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Sawangan Depok

SMA Muhammadiyah Sawangan didirikan sejak tahun 1981. Tahun

dioprasikannya dimulai sejak tahun 1981 dengan status tanah wakaf dan memiliki

luas 3000 M2. Nama yayasannya adalah Muhammadiyah, dengan alamat Jl. Abdul

Wahab No. 19 Sawangan Depok. Jenjang akreditasi yang dimiliki SMA

Muhammadiyah adalah B. Seiring berjalannya waktu, SMA Muhammadiyah

Sawangan berkembang pesat dari tahun ke tahun dengan jumlah siswa yang

semakin meningkat, fasilitasnya semakin memadai, dan sumber daya manusia pun

semakin profesional.

Adapun visi SMA Muhammadiyah Sawangan adalah “Menjadikan siswa

dan siswi yang berilmu, berakhlak mulia, bertakwa, dan bertanggung jawab

sebagai pribadi dan anggota masyarakat, sedangkan misi SMA Muhammadiyah

Sawangan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kegiatan belajar mengajar;

2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik;

3. Meningkatkan disiplin;

4. Meningkatkan pendidikan dan moral siswa.

2. Keadaan Tenaga Pengajar

Guru merupakan salah satu faktor terpenting dalam dunia pendidikan.

Tugas utama menjadi seorang guru adalah mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik agar menjadi manusia

yang cerdas secara intelektual, emosional dan spritual. Peranan guru sebagai

pendidik sangatlah dibutuhkan, untuk itu setiap lembaga pendidikan berupaya

memiliki tenaga pengajar yang mempunyai kemampuan sesuai bidangnya masing-

masing dengan pengembangan pelajaran yang ada di sekolah SMA

Muhammadiyah Sawangan. Jumlah tenaga pengajar yang ada sebanyak delapan

belas orang terdiri dari tiga orang guru tetap yayasan (PNS) dan empat belas

29

orang guru tidak tetap, dengan dibantu oleh dua orang yang staf tata usaha, satu

orang satpam, dan satu orang penjaga sekolah. Adapun data tersebut terlampir.

3. Keadaan Siswa

SMA Muhammadiyah Sawangan setiap tahunnya menerima siswa yang

mendaftar untuk masuk di sekolah ini dengan ketetapan nilai yang ditentukan.

Setiap tahunnya jumlah siswa yang masuk tidak menentu, kadang meningkat

kadang menurun. Data siswa empat tahun terakhir sebagai berikut:

Tabel 2

Data Siswa SMA Muhammadiyah empat tahun terakhir.

Tahun

Pelajaran

Jumlah

Pendaftar

Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah (Kls.

X+XI+XII) Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

Jumlah

Siswa

Jumlah

Rombel

2010/2011 54 54 2 42 2 36 1 132 5 Rbl

2011/2012 58 58 2 52 2 41 2 151 6 Rbl

2012/2013 58 54 2 54 2 50 2 158 6 Rbl

2013/2014 36 36 1 52 2 54 2 142 5 Rbl

Sumber: Tata Usaha

B. Deskripsi Data

Pada bagian ini, penulis akan menguraikan tentang penerapan kata ganti

pada karangan siswa. Data diperoleh dari siswa kelas XI.1 SMA Muhammadiyah

Sawangan sebanyak dua puluh enam karangan. Dari dua puluh enam karangan

tersebut hanya dua puluh lima karangan yang dianalisis, karena ada satu karangan

yang tidak termasuk karangan narasi melainkan karangan deskripsi. Dalam

karangan siswa ini, penulis mengkhususkan penelitian pada penggunaan kata

ganti orang pada karangan narasi. Berikut ini deskripsi data mengenai penggunaan

kata ganti orang pada setiap karangan siswa yang diuraikan satu persatu.

30

C. Tabel Analisis Karangan Narasi Siswa

Tabel 3

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Aidha Radyana

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

1 kami bersepakat

bahwa yang pergi

adalah aku, om ku,

dan tanteku.

Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena

menunjukkan makna jamak.

2 Setelah

mempersiapkan

bekal yang cukup,

kami pun berangkat

menuju tempat yang

akan kami tuju.

Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena

menunjukkan makna jamak.

3 Ketika saya berjalan

menuju kolam

renang, saya pun

terpeleset dan

akhirnya terjatuh.

Penggunaan kata ganti orang

pertama saya tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Kolam Renang (Jungle)” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf

pertama terdapat satu kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat satu kata

ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata

ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Penggunaaan kata

ganti orang tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti

tersebut tepat dalam penerapannya.

31

Pada kalimat (1) dan (2) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (1) dan (2)

mengantikan aku, om ku, dan tanteku atau salah satu yang mewakili mereka dan

berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata

kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (1) dan

(2) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (3)

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama tunggal saya.

Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Aidha Radyana, si pembicara atau

orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan

Aidha Radyana.

Tabel 4

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Anisa Wahidah

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

4 Saya dan teman-

teman berencana

liburan ke

Pandeglang untuk

sparing volly dan

jalan-jalan ke pantai.

Kami bersepakat

untuk pergi hari

sabtu malam minggu

tepatnya pukul 20.00

WIB.

Penggunaan kata ganti orang

pertama Kami tepat karena

menunjukkan makna jamak.

5 Keesokan harinya

saya dan teman-

teman pergi ke

pantai untuk

menikmati

Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena

menunjukkan makna jamak.

32

pemandangan

disana. Setelah dari

pantai kami segera

pergi kelapangan

volly untuk sparing

melawan club

pandeglang.

6 Saya merasa senang

berlibur kesana.

Selain liburan saya

juga mempunyai

pengalaman baru.

Penggunaan kata ganti orang

pertama saya tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Sparing Volly dan Jalan-jalan ke Pantai Pandeglang” terdiri dari tiga paragraf.

Pada paragraf pertama terdapat satu kata ganti orang, pada paragraf kedua

terdapat satu kata ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata

ganti orang.

Pada paragraf pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata

ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami. Penggunaaan kata

ganti orang tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti

tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (4) dan (5) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (4) dan (5)

mengantikan saya dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka dan

berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata

kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (4) dan

(5) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (6)

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama tunggal saya.

33

Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata Anisa Wahidah, si pembicara atau

orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan

Anisa Wahidah. Jadi dapat disimpulkan bahwa kata ganti yang digunakan pada

karangan yang ditulis oleh Anisa Wahidah dan Aidha Radyana yaitu sama-sama

menggunakan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak kami,

dan kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal saya.

Tabel 5

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ardiansyah

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

7 Teman-teman hari

ini aku akan

menceritakan sebuah

pengalaman yang

cukup mengesankan

dan tidak bisa aku

lupakan sampai

sekarang.

Penggunaan kata ganti orang

pertama aku tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

8 “Ardi, Kamu

kenapa?” tanya

Bima sambil

tertawa-tawa.

Penggunaan kata ganti orang

kedua Kamu tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

9 “Tuh, lihat bajumu!”

jawab Bima masih

tertawa.

Penggunaan kata ganti orang

kedua -mu tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

10 Tidak lama

kemudian datanglah

guru Matematika,

dia adalah Pak Agus.

Penggunaan kata ganti orang

ketiga dia tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

Jumlah 1 2 1

34

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Bajuku Terbalik” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat satu

kata ganti orang. Pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang, dan pada

paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

aku. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf

kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kamu dan -mu.

Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Dan pada paragraf

ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang dia. Penggunaan kata

ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (7) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama aku. Penggunaan kata ganti aku menunjukkan makna tunggal. Pada

kalimat (7) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Ardiansyah si

pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (8) kata ganti yang

digunakan adalah kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal

kamu. Penggunaan kata ganti kamu pada kalimat (8) menggantikan kata Ardi dan

berfungsi sebagai subjek. Sedangkan kalimat (9) kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti orang kedua -mu

menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (9) menggantikan Ardi

yang berfungsi sebagai penjelas yang menyatakan kepemilikan. Dan pada kalimat

(10) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan

makna tunggal dia. Penggunaan kata ganti dia untuk menyatakan diri orang ketiga

atau orang yang dibicarakan. Pada kalimat (10) kata ganti dia menggantikan

kedudukan kata Pak Agus atau guru Matematika.

Tabel 6

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ariyani Hidayati

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

11 Pada bulan Maret

kemarin, saya dan

Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena

35

teman-teman pergi

kebulungan, tujuan

kami kesana untuk

mengikuti turnamen

volly liga remaja di

Bulungan Jakarta

Selatan.

menunjukkan makna jamak.

12 Hari pertama itu

saya pergi dengan

anak-anak pelita

yang berencana

untuk naik motor

bareng.

Penggunaan kata ganti orang

pertama saya tepat karena

menunjukkan makna tunggal.

13 Saya dan teman-

teman kesana naik

bus transjakarta, dan

di bus itu sudah

padat penumpang.

sesampainya di sana

kami langsung cepat

masuk ke stadion

volly Bulungan.

Penggunaan kata ganti orang

pertama kami tepat karena

menunjukkan makna jamak.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Turnamen di Bulungan” terdiri dari enam paragraf. Karangan yang

menggunakan kata ganti orang terdapat pada paragraf satu, dua, dan tiga. Pada

paragraf pertama dan ketiga kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

kami. Kalimat yang menggunakan kata ganti orang kami terdapat pada kalimat (11

dan 13). Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Sedangkan

36

pada paragraf kedua terdapat satu kata ganti yakni kata ganti orang saya.

Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (11) dan (13) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti

orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (11) dan

(13) mengantikan saya dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka

dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya,

kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (11)

dan (13) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada

kalimat (12) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang

menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya menggantikan

kata Ariyani Hidayati, si pembicara atau orang pertama tunggal dan sekaligus

sebagai subjek kalimat yang diucapkan Ariyani Hidayati.

Tabel 7

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Averous Karim Panji

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

14 Ketika liburan sekolah

tiba, saya dan

keluarga pergi ke

daerah Merak, Banten.

perginya kami kesana

bertujuan untuk

mengisi liburan

dengan cara

memancing.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

15 Tiba di sana kami

langsung menyiapkan

pancingan yang

diperlukan untuk

memancing. Ketika

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Penggunaan kata ganti

37

alatnya sudah siap,

kami langsung

bergegas

melemparkan umpan

ke dasar laut.

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

16 Ketika hari mulai

sore, dan tidak ada

satu ikan pun yang

kami dapat, kami pun

memutuskan untuk

kembali ke

penginapan.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Jumlah 3 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Memancing” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama dan ketiga kata

ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna

jamak kami. Sedangkan pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang yang

digunakan, yakni kami dan -nya. Kata ganti kami menunjukkan makna orang

pertama jamak dan kata ganti -nya menunjukkan makna orang ketiga tunggal.

Pada kalimat (14, 15, dan 16) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti

orang pertama yang menunjukkan makan jamak kami. Penggunaan kata ganti

kami pada kalimat (14, 15, dan 16) mengantikan saya dan keluarga atau salah satu

yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami

bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak

berbicara. Selain kata ganti kami pada kalimat (15), kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal -nya. Pada

kalimat (15) kata ganti -nya mengacu ke pancingan yang berfungsi sebagai objek

atau penunjuk kepemilikan.

38

Tabel 8

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Awal Prasetio

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

17 Waktu itu masih

berumur 5 tahun

(masih TK), aku

mengalami

pengalaman yang

sangat mengesankan.

Ketika itu seperti

biasa, setiap jam

istirahat aku pasti

akan makan makanan

yang kubawa dari

rumah.

Penggunaan kata ganti

orang pertama aku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

18 Akan tetapi, saat aku

membawa makanan

itu ke kantin, tiba-tiba

ada Budi yang berlari

ke arahku. Makananku

tersenggol lalu

terjatuh karenanya.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

19 Kemudian datanglah

Tuti, sahabatku. Dia

memintaku agar

jangan menangis.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga Dia tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

20 Setelah itu Tuti

mengajakku makan

makanan yang

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

39

dibawanya tunggal.

Jumlah 1 3

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pengalaman Waktu Kecilku” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf kesatu kata

ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang aku. Pada paragraf kedua kata

ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang -nya. Sedangkan pada

paragraf ketiga ada dua kata ganti orang yang digunakan yakni Dia dan -nya.

Pada kalimat (17) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama aku. Penggunaan kata ganti aku menunjukkan makna tunggal. Pada

kalimat (17) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Awal Prasetio si

pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Penggunaan kata ganti orang ketiga -nya

yang menunjukkan makna tunggal terdapat dalam kalimat (18 dan 20). Pada

kalimat (18) kata ganti -nya menggantikan Budi. Sedangkan pada kalimat (20)

kata ganti -nya menggantikan Tuti. Sedangkan pada kalimat (19) kata ganti yang

digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia.

Pada kalimat (19) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata Tuti yang

disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 9

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Bagas Prasetyo

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

21 Pada saat liburan

kemarin aku diajak

pamanku ke Taman

Mini Indonesia Indah.

Kami pergi dengan

naik mobil.

Penggunaan kata ganti

orang pertama -ku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal. Penggunaan kata

ganti orang pertama Kami

tepat karena menunjukkan

makna jamak.

22 Tiba-tiba paman Penggunaan kata ganti

40

menghentikan

mobilnya di depan

sebuah bangunan.

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

23 Setelah aku dan

paman merasa puas,

kami pun sepakat

untuk pulang ke

rumah pukul 17.00.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Jumlah 1 2 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Taman Mini” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat

dua kata ganti orang yakni -ku dan kami. Pada paragraf kedua kata ganti yang

digunakan adalah -nya. Pada paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang yakni

kami.

Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (21 dan 23). Kata

ganti orang kami untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak

berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (21 dan 23) kata ganti kami

menggantikan kedudukan kata aku (Bagas Prasetyo) dan paman atau salah satu

yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Penggunaan kata ganti orang

-nya terdapat dalam kalimat (22) untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang

yang dibicarakan. Pada kalimat (22) kata ganti -nya menggantikan kedudukan

kata paman yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan. Sedangkan

penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam kalimat (21) untuk menyatakan

diri pertama digunakan dalam konstruksi yang menyatakan kepunyaan atau

kepemilikan. Pada kalimat (21) kata ganti -ku menggantikan kedudukan kata aku

(Bagas Prasetyo) yang bertindak sebagai si pembicara dan berfungsi sebagai

atribut yang menyatakan kepunyaan atau kepemilikan.

41

Tabel 10

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Belinda Zahara Dewi

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

24 Pada hari Sabtu aku

dan teman-teman

PMR mengikuti

pelantikan PMR

pertama di studio

alam. Kami bersepakat

berkumpul di

pertigaan Pasar

Kemiri.

Penggunaan kata ganti

orang pertama Kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

25 Sesampainya di

Studio Alam, aku dan

teman-teman diberi

arahan untuk mencari

kayu bakar dan kayu

untuk mendirikan

tenda. Setelah selesai

kami pun mendirikan

tenda dan mulai

memasak untuk

makan malam.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

26 Selesai makan malam

kami diberi arahan

oleh kakak PMI. Dia

menyuruh untuk

mengumpulkan kayu

bakar untuk api

Penggunaan kata ganti

orang ketiga Dia tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

42

unggun.

Jumlah 2 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pelantikan PMR di Studio Alam” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf

pertama dan kedua kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kami. Pada

paragraf ketiga terdapat satu kata ganti yakni kata ganti orang dia.

Kalimat yang menggunakan kata ganti orang kami terdapat pada kalimat

(24 dan 25). Kata ganti orang kami untuk menyatakan diri pertama jamak dan

orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (24 dan 25) kata

ganti kami menggantikan kedudukan kata aku (Belinda Zahara Dewi) dan teman-

teman PMR atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek.

Sedangkan pada kalimat (26) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia. Pada kalimat (26) kata ganti Dia

menggantikan kedudukan kata kakak PMR yang disebutkan pada kalimat pertama

dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 11

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Erhan Angga Wira. S

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

27 Taman umum didepan

rumahku selalu ramai

pada sore hari.

Penggunaan kata ganti

orang pertama -ku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

28 Ketika aku berjalan

tiba-tiba aku melihat

si gendut Kiko, ia

adalah putra

tetanggaku. Ia sedang

Penggunaan kata ganti

orang ketiga ia tepat karena

menunjukkan makna

tunggal.

Penggunaan kata ganti

43

duduk saja di atas

sepeda roda tiganya

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

29 “ayo Kiko, gerakkan

kakimu! kayuh

sepedahmu!” kataku

Penggunaan kata ganti

orang kedua -mu tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Bermain Bersama si Gendut Kiko” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf

pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang -ku. Penggunaan kata

ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua terdapat dua kata

ganti orang yakni ia dan -nya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam

penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah

kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Penggunaan kata ganti -nya terdapat dalam kalimat (28). Kata ganti orang

tersebut untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan. Pada

kalimat (28) kata ganti -nya menggantikan kedudukan kata Kiko yang berfungsi

sebagai penunjuk kepemilikan. Penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam

kalimat (27) untuk menyatakan diri pertama digunakan dalam konstruksi yang

menyatakan kepunyaan atau kepemilikan. Pada kalimat (27) kata ganti -ku

menggantikan kedudukan kata Erhan Angga Wira Sanjaya yang bertindak sebagai

si pembicara dan berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepunyaan atau

kepemilikan. Pada kalimat (28) selain -nya, kata ganti yang digunakan adalah kata

ganti orang ia. Penggunaan kata ganti ia untuk menyatakan diri orang ketiga yang

dibicarakan terhadap orang yang lebih muda. Pada kalimat (28) ia menggantikan

kedudukan kata Kiko dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (29)

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti

orang kedua -mu menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (29)

44

menggantikan kedudukan kata Kiko yang berfungsi sebagai penjelas yang

menyatakan kepemilikan.

Tabel 12

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Eva Sahara

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

30 Aku dan teman-teman

berencana pergi ke

gunung gede Cibodas.

Kami bersepakat

bahwa yang akan

pergi adalah teman-

teman pengajian.

Penggunaan kata ganti

orang pertama Kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

31 Banyak sekali yang

dapat saya lihat

setelah saya berada

dalam kawasan

gunung gede.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Gunung Gede Cibodas” terdiri dari lima paragraf. Karangan yang

menggunakan kata ganti orang terdapat pada paragraf satu dan empat. Pada

paragraf pertama kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kami.

Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf keempat

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti

tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (30) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (30) mengantikan

kedudukan kata aku (Eva Sahara) dan teman-teman atau salah satu yang mewakili

mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif.

45

Artinya, kata kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi

kalimat (30) adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada

kalimat (31) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama yang

menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya menggantikan

kedudukan kata Eva Sahara, si pembicara atau orang pertama tunggal dan

sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Eva Sahara.

Tabel 13

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ferdian Hadi Cahya

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

32 Pada suatu hari, ketika

itu liburan sekolah,

saya berencana untuk

mengadakan liburan

ke suatu pantai yaitu

pantai cerita.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

33 Sebelum pergi aku

dan keluargaku

membaca doa, agar

kami sampai ke pantai

dengan selamat tanpa

ada kendala

sedikitpun.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Jumlah 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Liburan ke Pantai” terdiri dari empat paragraf. Karangan yang menggunakan

kata ganti orang terdapat pada paragraf satu dan tiga. Pada paragraf pertama kata

ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya. Penggunaan kata ganti

tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf ketiga kata ganti yang

46

digunakan adalah kata ganti orang kami. Penggunaan kata ganti tersebut tepat

dalam penerapannya.

Pada kalimat (32) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama yang menunjukkan makna tunggal saya. Penggunaan kata ganti saya

menggantikan kedudukan kata Ferdian Hadi Cahya, si pembicara atau orang

pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Ferdian

Hadi Cahya. Sedangkan pada kalimat (33) kata ganti yang digunakan adalah kata

ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (33)

mengantikan kedudukan kata aku (Fedian Hadi Cahya) dan keluarga atau salah

satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 14

Penggunaan Kata Gnati Orang dalam Karangan Narasi Fitri Handayani

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

34 Pada hari minggu

keluarga kami

berencana untuk

mengabisi liburan ke

kolam renang. Dan

yang akan pergi

adalah kakak, saya,

dan keponakan.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak. Penggunaan kata

ganti orang pertama saya

tepat karena menunjukkan

makna tunggal.

Jumlah 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Kolam Renang” terdiri dari empat paragraf. Secara keseluruhan

karangan yang di tulis oleh Fitri Handayani rata-rata menggunakan kata ganti

orang kami dan saya di setiap paragrafnya. Oleh karena itu, peneliti hanya

menganalisis satu paragraf saja. Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan

47

adalah kata ganti orang kami dan saya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat

dalam penerapannya.

Pada kalimat (34) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata kakak,

saya, dan keponakan atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai

subjek. Kata ganti kami pada kalimat (34) untuk menyatakan diri pertama jamak

dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Sedangkan penggunaan kata

ganti saya pada kalimat (34) menggantikan kedudukan kata Fitri Handayani, si

pembicara atau orang pertama dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang

diucapkan oleh Fitri Handayani.

Tabel 15

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Haidar Fahmi Saddam

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

35 Saya dan teman-teman

berencana pergi ke

pantai Anyer. Kami

bersepakat bahwa

kami akan pergi

sekitar jam 07.00

WIB. Dan itu

betepatan pada hari

Rabu.

Penggunaan kata ganti

orang pertama Kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

36 Waktu di dalam bus

saya sangat

menikmati perjalanan,

banyak hal-hal yang

lucu hingga

menghawatirkan,

seperti kecelakaan,

tabrakan, mobil

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

48

teguling, dll, dan saya

pun tertidur beberapa

saat.

Jumlah 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan “ke

Pantai Anyer” terdiri dari empat paragraf. Kata ganti orang yang digunakan dalam

karangan narasi ini adalah kami dan saya. Pada paragraf pertama terdapat satu

kata ganti orang yakni kami. Pada paragraf ketiga menggunakan kata ganti orang

saya.

Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (35) untuk

menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk

serta. Pada kalimat (35) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata saya

(Haidar Fahmi Saddam) dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka

dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (36) kata ganti saya

menggantikan kedudukan kata Haidar Fahmi Saddam, si pembicara atau orang

pertama dan sekaligus berfungsi sebagai subjek kalimat yang diucapkan Haidar

Fahmi Saddam.

Tabel 16

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Ikrar Nusa Bhakti

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

37 Pada waktu liburan

akhir pekan, aku dan

adikku diajak oleh

kedua orangku

berlibur ke Taman

Safari Cisarua, Bogor.

Penggunaan kata ganti

orang pertama -ku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

38 Aku dan adikku

berteriak kegirangan

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

49

saat mendengar

ajakan ayah dan ibu.

Kami berangkat dari

rumah pukul 07.30

WIB dengan memakai

mobil yang dikendarai

oleh ayah.

karena menunjukkan makna

jamak.

39 Setelah puas melihat-

lihat binatang, aku

dan keluarga

kemudian ke area

bermain. Di situ kami

naik kincir bianglala,

komedi putar, dan

masuk ke rumah

hantu.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Jumlah 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Berlibur ke Taman Safari” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang

digunakan dalam karangan narasi ini hanya ada dua, yakni -ku dan kami. Pada

paragraf pertama, kedua, dan ketiga kata ganti orang yang digunakan adalah kata

ganti orang -ku dan kami.

Penggunaan kata ganti orang -ku terdapat dalam kalimat (37) untuk

menyatakan diri pertama digunakan dalam konstruksi yang menyatakan

kepunyaan atau kepemilikan. Pada kalimat (37) kata ganti -ku menggantikan

kedudukan kata Ikrar Nusa Bhakti yang bertindak sebagai si pembicara dan

berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepunyaan atau kepemilikan.

Penggunaan kata ganti kami terdapat dalam kalimat (38 dan 39) untuk

menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk

serta. Pada kalimat (38 dan 39) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata aku

50

(Ikrar Nusa Bhakti), adikku, dan keluarga atau salah satu yang mewakili mereka

dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 17

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Kalisa Dara Puspita

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

40 Dalam surat, nenek

menyuruh kedua

cucunya untuk datang

berkunjung.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

41 Aku dan keluarga

berencana berangkat

kerumah nenek pukul

6 pagi menggunakan

bus dan kami sepakat

bahwa hari minggu

sebagai waktu yang

tepat.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

42 Ayah merasa senang,

karena disajikan

makanan kesukaannya

yaitu pepes tahu dan

pecak ikan mujair.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

43 Tempat itu adalah

tempat istirahat nenek

ketika dia lelah.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga dia tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

44 Satu untuk Kalisa dan

satu lagi untuk Banu.

“Sekarang coba kalian

Penggunaan kata ganti

orang kedua kalian tepat

karena menunjukkan makna

51

buka!” perintah nenek.

jamak.

45 “wah, terimaksih,

Nek atas hadiahnya”

kataku dan adikku.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

46 Waktu itu ayah pun

terharu melihat

kejadian itu. Ia heran

dari mana uang untuk

membeli tas untuk

kedua anaknya itu.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga Ia tepat karena

menunjukkan makna

tunggal.

47

“Bu, mengapa repot-

repot sih! Kalisa dan

Banu sudah memiliki

tas lagi pula saya bisa

membelikannya jika

tas mereka sudah

rusak.” kata ayah pada

nenek.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga mereka tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

48 Dan kalian tahu tidak

dari mana uang untuk

membeli tas ini nenek

dapatkan?” tanya

nenek kepada kami

semua. Akhirnya

ayah, ibu, aku, dan

adikku

menggelengkan

Penggunaan kata ganti

orang kedua kalian tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

52

kepala.

Jumlah 1 1 2 5 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Liburan ke Rumah Nenek” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang

digunakan dalam karangan narasi ini ada tujuh, yakni -nya, kami, dia, kalian, ia,

saya, dan mereka. Pada paragraf pertama terdapat dua kata ganti orang yang

digunakan yakni -nya dan kami. Pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti yang

digunakan yakni kata ganti orang -nya dan dia. Sedangkan pada paragraf ketiga

terdapat lima kata ganti orang yang digunakan yakni kalian, -nya, ia, saya, dan

mereka.

Penggunaan kata ganti orang -nya terdapat dalam kalimat (40, 42, dan 45)

untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan dalam konstruksi

pemilikan. Pada kalimat (40 dan 45) kata ganti -nya menggantikan kedudukan

kata nenek. Sedangkan pada kalimat (42) kata ganti -nya menggantikan

kedudukan kata Ayah yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan. Penggunaan

kata ganti orang kami terdapat dalam kalimat (41) untuk menyatakan diri pertama

jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk serta. Pada kalimat (41)

kata ganti kami menggantikan aku (Kalisa Dara Puspita) dan keluarga atau salah

satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (43) kata

ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna

tunggal Dia. Pada kalimat (43) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata

nenek yang disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.

Penggunaan kata ganti kalian terdapat dalam kalimat (44 dan 48) untuk

menyatakan diri orang kedua jamak, atau orang yang diajak berbicara, yang

jumlahnya lebih dari seorang dapat digunakan terhadap orang-orang yang lebih

muda, atau orang-orang yang lebih rendah status atau kedudukan sosialnya. Kata

ganti kalian pada kalimat (44) mewakili kata Kalisa dan Banu. Sedangkan kata

ganti kalian pada kalimat (48) mewakili kata ayah, ibu, aku, dan adikku. Pada

kalimat (46) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ia. Penggunaan

kata ganti ia untuk menyatakan diri orang ketiga yang dibicarakan terhadap orang

53

yang lebih muda. Pada kalimat (46) ia menggantikan kedudukan kata ayah dan

berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (47) kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang pertama tunggal saya dan kata ganti orang ketiga jamak

mereka. Penggunaan kata ganti saya menggantikan kata ayah, si pembicara atau

orang pertama tunggal dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan oleh

ayah. Sedangkan penggunaan kata ganti mereka pada kalimat (47) untuk

menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan yang jumlahnya lebih

dari seorang, dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa saja. Pada

kalimat (47) mereka menggantikan Kalisa dan Banu.

Tabel 18

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi M. Dannis Fiqih

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

49 saat itu aku pergi

bersama kakak

perempuanku dan

kekasihnya, kami telah

mempersiapkan bekal

dari hari minggu.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal. Penggunaan kata

ganti orang pertama kami

tepat karena menunjukkan

makna jamak.

Jumlah 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Dufan Fantasi” terdiri dari tiga paragraf. Secara keseluruhan kata ganti

dalam karangan yang di tulis oleh M. Dannis Fiqih rata-rata menggunakan kata

ganti orang kami dan -nya di setiap paragrafnya. Oleh karena itu, peneliti hanya

menganalisis satu paragraf saja. Pada paragraf pertama kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang kami dan -nya. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam

penerapannya.

Pada kalimat (49) kata ganti kami menggantikan kedudukan kata aku (M.

Dannis Fiqih), kakak perempuan dan kekasihnya atau salah satu yang mewakili

54

mereka dan berfungsi sebagai subjek. Kata ganti kami pada kalimat (49) untuk

menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara tidak termasuk

serta. Sedangkan penggunaan kata ganti -nya pada kalimat (49) untuk menyatakan

diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan dalam konstruksi pemilikan. Kata

ganti -nya menggantikan kedudukan kata kakak perempuan.

Tabel 19

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nur Hidayati

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

50 Pada hari Minggu aku

menemani nenek ke

panti jompo. Di sana

kami menemui teman

nenek. Namanya

Nenek Utari.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

51 Di panti jompo

banyak berkumpul

nenek-nenek dan

kakak-kakek. Mereka

tampak senang jika

ada tamu yang

mengunjungi mereka.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga mereka tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

52 “Halo Nur. Wajahkau

cantik sekali,” kata

nenek Utari.

Penggunaan kata ganti

orang kedua kau tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

53 “Aduh cucumu baik

sekali, Dewi!” kata

Penggunaan kata ganti

orang kedua -mu tepat

55

nenek Utari kepada

nenekku.

karena menunjukkan makna

tunggal.

54 “Terima kasih, Nur.

Mari kita melihat

teman-teman nenek

yang lain. Mereka

sedang berlatih main

angklung.” kata nenek

Utari.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kita tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga Mereka tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

55 Di sana sudah

berkumpul lima belas

orang kakaek dan

nenek. Semuanya

duduk dibangku dan

Penggunaan kata ganti

orang pertama -nya tepat

karena menunjukkan makna

jamak

56 “Nenek rindu pada

cucu nenek, “ kata

nenek itu dengan

matanya yang

berkaca-kaca.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 2 2 3 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Menemani Nenek ke Panti Jompo” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf

pertama terdapat enam kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat satu kata

ganti orang, dan pada paragraf ketiga juga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama kata ganti orang yang digunakan adalah kata ganti

orang kami, -nya, mereka, kau, -mu, dan kita. Penggunaan kata ganti orang

tersebut tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua dan ketiga kata ganti

orang yang digunakan adalah kata ganti orang -nya. Penggunaan kata ganti orang

tersebut tepat dalam penerapannya.

56

Pada kalimat (50) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (50) mengantikan

aku (Nur Hidayati) dan nenek atau salah satu yang mewakili mereka dan

berfungsi sebagai subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata

kami tidak mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (50)

adalah bahwa pendengar/pembaca tidak akan ikut. Penggunaan kata ganti mereka

pada kalimat (51 dan 54) untuk menyatakan diri orang ketiga, atau orang yang

dibicarakan yang jumlahnya lebih dari seorang, dapat digunakan terhadap siapa

saja dan oleh siapa saja. Pada kalimat (51) mereka menggantikan nenek-nenek dan

kakek-kakek dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (54) kata ganti

orang mereka menggantikan teman-teman nenek. Pada kalimat (52) kata ganti

yang digunakan adalah kata ganti orang kau. Penggunaan kata ganti kau pada

kalimat (52) untuk menyatakan diri orang kedua tunggal atau orang yang diajak

berbicara, digunakan dalam konstruksi yang menyatakan kepunyaan. Kau pada

kalimat (52) menggantikan kata Nur. Pada kalimat (53) kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang -mu. Penggunaan kata ganti orang kedua -mu

menunjukkan makna tunggal. Kata ganti -mu pada kalimat (53) menggantikan

kedudukan kata Dewi yang berfungsi sebagai penjelas yang menyatakan

kepemilikan. Pada kalimat (54) selain kata ganti mereka, kata ganti yang

digunakan adalah kata ganti orang kita. Kata ganti kita untuk menyatakan diri

pertama jamak dan orang yang diajak berbicara termasuk didalamnya. Pada

kalimat (54) kata ganti kita menggantikan Nur dan nenek dan berfungsi sebagai

atribut yang menyatakan kepemilikan. Kata ganti orang pertama kita bersifat

inklusif karena mengikutkan orang yang diajak berbicara. Pada kalimat (55 dan

56) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti -nya. Kata ganti -nya untuk

menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan dalam konstruksi

pemilikan. Pada kalimat (55) kata ganti -nya menggantikan kedudukan kata lima

belas orang kakek dan nenek-nenek. Sedangkan pada kalimat (56) kata ganti -nya

menggantikan kedudukan kata nenek yang berfungsi sebagai penunjuk

kepemilikan.

57

Tabel 20

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Nurali Sumalo

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

57 Namaku Nurali

Sumalo, Aku akan

menceritakan

pengalaman ketika

awal masuk sekolah

Penggunaan kata ganti

orang pertama Aku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

58 Hari ini hari pertama

aku dan teman-teman

masuk sekolah, karena

sekian lama kami

menghabiskan liburan

akhir semester.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

59 Bu Lia menuju ke

maja guru untuk

meletakkan tasnya.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

60 “Anak-anak,” katanya

membuka

pembicaraan. “Hari ini

adalah hari pertama

kalian masuk sekolah.

Sekarang kalian sudah

menjadi murid kelas

XI.1, ibu diberi tugas

oleh Bapak Kepala

Sekolah untuk

Penggunaan kata ganti

orang kedua kalian tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

58

menjadi guru Bahasa

Indonesia kalian.

61 “Anak-anak, untuk

kegiatan hari pertama

ini, kita adakan

pemilihan pengurus

kelas. Setuju?” tanya

Bu Lia.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kita tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

62 Setelah penghitungan

suara selesai ternyata

Denis memperoleh

suara terbanyak. Dan

dia pun yang menjadi

ketua kelas.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga dia tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1 2 1 2

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pemilihan Ketua Kelas” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama terdapat

tiga kata ganti orang, pada paragraf kedua terdapat dua kata ganti orang, dan pada

paragraf ketiga terdapat satu kata ganti orang.

Pada paragraf pertama kata ganti orang yang digunakan adalah kata ganti

orang aku, kami, dan -nya. Penggunaan kata ganti orang tersebut tepat dalam

penerapannya. Pada paragraf kedua kata ganti orang yang digunakan adalah kata

ganti orang kalian dan kita. Penggunaan kata ganti orang tersebut tepat dalam

penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan adalah

kata ganti dia.

Pada kalimat (57) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama tunggal Aku. Pada kalimat (57) Aku adalah kata ganti yang mengantikan

kata Nurali Sumalo si pembicara dan berfungsi sebagai subjek. Pada kalimat (58)

kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang pertama jamak kami.

Penggunaan kata ganti kami pada kalimat (58) mengantikan aku (Nurali Sumalo)

59

dan teman-teman atau salah satu yang mewakili mereka dan berfungsi sebagai

subjek. Kata ganti orang kami bersifat eksklusif. Artinya, kata kami tidak

mengikutkan orang yang diajak berbicara. Implikasi kalimat (58) adalah bahwa

pendengar/pembaca tidak akan ikut. Pada kalimat (59) kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti -nya. Kata ganti -nya untuk menyatakan diri orang ketiga atau

orang yang dibicarakan dalam konstruksi pemilikan. Pada kalimat (59) kata ganti

-nya menggantikan kedudukan kata Bu Lia yang berfungsi sebagai penunjuk

kepemilikan. Pada kalimat (60) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

kalian. Kata ganti kalian untuk menyatakan diri orang kedua jamak, atau orang

yang diajak berbicara, yang jumlahnya lebih dari seorang dapat digunakan

terhadap orang-orang yang lebih muda, atau orang-orang yang lebih rendah status

atau kedudukan sosialnya. Kata ganti kalian pada kalimat (60) mewakili

pengertian ‘anak-anak atau murid kelas XI.1’ dan berfungsi sebagai subjek. Pada

kalimat (61) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang kita. kata ganti

kita untuk menyatakan diri pertama jamak dan orang yang diajak berbicara

termasuk didalamnya. Pada kalimat (61) kata ganti kita menggantikan anak-anak

dan Bu Lia dan berfungsi sebagai atribut yang menyatakan kepemilikan. Kata

ganti orang pertama kita bersifat inklusif karena mengikutkan orang yang diajak

berbicara. Sedangkan pada kalimat (62) kata ganti yang digunakan adalah kata

ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia. Pada kalimat (62) kata

ganti Dia menggantikan kedudukan kata Dennis yang disebutkan pada kalimat

pertama dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 21

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Buggy.A

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

63 Pada hari libur aku

biasa memancing

bersama ayah. Kita

berdua mempunyai

Penggunaan kata ganti

orang pertama jamak kita

tidak tepat. Karena kita

bersifat inklusif, artinya

60

kegemaran yang sama. pronomina itu mencakupi

tidak saja

pembicara/penulis, tetapi

juga pendengar/pembaca,

dan mungkin pula pihak

lain. Implikasi kalimat (64)

pendengar/pembaca akan

ikut. Oleh karena itu kata

ganti kita seharusnya diganti

dengan kata kami.

64 Setelah sarapan, ayah

dan aku langsung

berangkat. Sampai di

danau kami melihat

sudah banyak orang

yang memancing dan

bersantai.

Penggunaan kata ganti

orang pertama kami tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

65 “Wah, kamu hebat.

Nak!” kata Ibu sambil

melihat ikan besar

yang kubawa.

Penggunaan kata ganti

orang kedua kamu tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 2 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Memancing Bersama Ayah” terdiri dari tiga paragraf. Pada paragraf pertama kata

ganti orang yang digunakan adalah kata ganti orang kita. Penggunaan kata ganti

tersebut tidak tepat dalam penerapannya. Pada paragraf kedua kata ganti yang

digunakan adalah kata ganti orang kami. Penggunaan kata ganti tersebut tepat

dalam penerapannya. Sedangkan pada paragraf ketiga kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang kamu. Penggunaan kata ganti tersebut tepat dalam

penerapannya.

61

Penggunaan kata ganti kita dalam kalimat (63) seharusnya diganti dengan

kata kami. Karena kata ganti orang pertama kami bersifat eksklusif. Artinya,

pronomina itu mencakupi pembicara/penulis dan orang lain di pihaknya, tetapi

tidak mencakupi orang lain di pihak pendengar/pembacanya. Kalimat

perbaikannya “Pada hari libur aku biasa memancing bersama ayah. Kami berdua

mempunyai kegemaran yang sama”. Implikasi kalimat (63) adalah bahwa

pendengar/pembaca tidak akan ikut. Pada kalimat (64) kata ganti yang digunakan

adalah kata ganti orang pertama jamak kami. Penggunaan kata ganti kami pada

kalimat (64) mengantikan aku (Buggy. A) dan ayah atau salah satu yang mewakili

mereka dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan pada kalimat (65) kata ganti

yang digunakan adalah kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal

kamu. Penggunaan kata ganti kamu pada kalimat (65) menggantikan kata Nak

(Buggy) dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 22

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Rio Ikhwan Nur

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

66

Pada hari minggu

yang lalu saya dan

adikku diajak renang

oleh saudaraku.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

67 Pada jam 07.30

saudara saya datang

kerumah. Dia datang

untuk menjemput saya

dan saya pun pergi

bersama.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga Dia tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1 1

62

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi Liburan Bersama Keluarga” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti yang

digunakan yaitu kata ganti orang saya dan Dia.

Pada kalimat (66) kata ganti saya menggantikan kata Rio Ikhwan Nur, si

pembicara atau orang pertama dan sekaligus sebagai subjek kalimat yang

diucapkan Rio Ikhwan Nur. Sedangkan pada kalimat (67) kata ganti yang

digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal Dia.

Pada kalimat (67) kata ganti Dia menggantikan kedudukan kata saudara yang

disebutkan pada kalimat pertama dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 23

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Serliana Eka Putri

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

68 Aku merapihkan

tempat tidur dan

merapihkan rumah.

Penggunaan kata ganti

orang pertama aku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Kegiatan Sehari-hari” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang digunakan

hanya ada satu, yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal

Aku. Kata ganti aku untuk menggantikan diri si pembicara dapat digunakan

kepada teman yang sudah akrab, orang yang lebih muda, orang yang lebih rendah

status atau kedudukan sosialnya, dan dalam situasi-situasi tertentu. Pada kalimat

(68) Aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Serliana Eka Putri si

pembicara dan berfungsi sebagai subjek.

63

Tabel 24

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Sisi Nada Riski

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

69 Saya sangat senang

karena libur sekolah

telah tiba, jadi saya

bisa bermain diwaktu

libur sekolah.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

70 Dihari berikutnya, hari

Jumat saya di sms

oleh teman saya. Saya

diajak kerumahnya

untuk berkumpul

bersama.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Tidak diizinkan Keluar Rumah” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang

digunakan hanya ada dua, yakni kata ganti orang saya dan -nya.

Pada kalimat (69) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang saya.

Penggunaan kata ganti saya untuk menggantikan diri si pembicara dapat

digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja. Pada kalimat (69) kata ganti saya

menggantikan kata Sisi Nada Riski, si pembicara atau orang pertama dan

sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Sisi Nada Riski. Sedangkan

pada kalimat (70) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang

menunjukkan makna tunggal -nya. -nya pada kalimat (70) menggantikan

kedudukan kata teman yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan.

64

Tabel 25

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Tubagus Renaldi

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

71 Ketika saya terbangun

dari tidur, jam sudah

menunjukkan pukul

06.30 WIB, Saya pun

terkejut dan langsung

pergi ke kamar mandi.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pengalaman Pribadi” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang digunakan

hanya ada satu, yakni kata ganti orang pertama yang menunjukkan makna tunggal

Saya. Kata ganti saya untuk menggantikan diri si pembicara dapat digunakan oleh

siapa saja dan terhadap siapa saja. Pada kalimat (71) kata ganti Saya

menggantikan kata Tubagus Renaldi si pembicara atau orang pertama dan

sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Tubagus Renaldi.

Tabel 26

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Wiwi Lestari

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

72 Pada hari Jumat saya

dan keluarga

berencana untuk pergi

ke kebun binatang.

Kita telah

mempersiapkan bekal

dengan secukupnya.

Penggunaan kata ganti

orang pertama saya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal. Penggunaan kata

ganti orang pertama jamak

kita tidak tepat. Karena kita

bersifat inklusif, artinya

65

pronomina itu mencakupi

tidak saja

pembicara/penulis, tetapi

juga pendengar/pembaca,

dan mungkin pula pihak

lain. Implikasi kalimat (72)

pendengar/pembaca akan

ikut. Oleh karena itu kata

ganti kita seharusnya diganti

dengan kata kami.

73 Ketika berjalan

menuju kawasan

hewan mamalia kita

berfoto-foto dan

menyentuh tubuhnya

dengan lembut hingga

menciumnya.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Jumlah 1 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Pergi ke Kebun Binatang” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti orang yang

digunakan ada yang tepat dan ada yang tidak tepat. Kata ganti orang yang tepat

yaitu saya dan -nya. Sedangkan kata ganti yang tidak tepat yaitu kata ganti orang

pertama jamak kita.

Kata ganti saya dalam kalimat (72) untuk menggantikan diri si pembicara

dapat digunakan oleh siapa saja terhadap siapa saja. Pada kalimat (72) kata ganti

Saya menggantikan kata Wiwi Lestari si pembicara atau orang pertama dan

sekaligus sebagai subjek kalimat yang diucapkan Wiwi Lestari. Penggunaan kata

ganti kita dalam kalimat (72) seharusnya diganti dengan kata kami. Karena kata

ganti orang pertama kami bersifat eksklusif. Artinya, pronomina itu mencakupi

pembicara/penulis dan orang lain di pihaknya, tetapi tidak mencakupi orang lain

66

di pihak pendengar/pembacanya. Kalimat perbaikannya “Pada hari Jumat saya

dan keluarga berencana untuk pergi ke kebun binatang. Kami telah

mempersiapkan bekal dengan secukupnya.”. Implikasi kalimat (72) adalah bahwa

pendengar/pembaca tidak akan ikut. Sedangkan pada kalimat (73) kata ganti yang

digunakan adalah kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal -nya.

Kata ganti -nya pada kalimat (73) tidak menggantikan kata yang mengacu kepada

orang, melainkan kata yang mengacu kepada binatang (hewan mamalia) dan

berfungsi sebagai objek atau penunjuk kepemilikan.

Tabel 27

Penggunaan Kata Ganti Orang dalam Karangan Narasi Zanah Safitri

No Kalimat Kata Ganti Orang

Analisis 1 2 3 4 5 6

74 Hari itu bertepatan

pada hari Kamis. Aku

sedang duduk manis

di depan TV. Tiba-

tiba saudara sepupuku

datang mengajak aku

untuk mengikuti

pengajian bersamanya

dan teman-temannya.

Penggunaan kata ganti

orang pertama Aku tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga -nya tepat

karena menunjukkan makna

tunggal.

75 Saling bertutur sapa

pun di lakukan antara

aku dan teman-teman

saudara sepupuku itu,

ternyata mereka tidak

seburuk yang aku

pikir mereka sangat

baik, ramah, dan

sopan santun.

Penggunaan kata ganti

orang ketiga mereka tepat

karena menunjukkan makna

jamak.

67

Jumlah 1 1 1

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa karangan yang bertemakan

“Awal Masuk Pengajian” terdiri dari tiga paragraf. Kata ganti yang digunakan

dalam karangan narasi siswa ini yaitu kata ganti orang pertama tunggal aku, kata

ganti orang ketiga tunggal -nya, dan kata ganti orang ketiga jamak mereka.

Penggunaan ketiga kata ganti tersebut tepat dalam penerapannya.

Pada kalimat (74) kata ganti yang digunakan adalah kata ganti orang

pertama tunggal aku dan kata ganti orang ketiga tunggal -nya. Pada kalimat

tersebut aku adalah kata ganti yang menggantikan kata Zanah Safitri si pembicara

dan berfungsi sebagai subjek. Sedangkan penggunaan kata ganti orang -nya dalam

kalimat (74) untuk menyatakan diri orang ketiga atau orang yang dibicarakan

dalam konstruksi pemilikan. Pada kalimat tersebut kata ganti -nya menggantikan

kedudukan kata saudara sepupu yang berfungsi sebagai penunjuk kepemilikan.

Sedangkan penggunaan kata ganti mereka pada kalimat (75) untuk menyatakan

diri orang ketiga, atau orang yang dibicarakan yang jumlahnya lebih dari seorang,

dapat digunakan terhadap siapa saja dan oleh siapa saja. Pada kalimat (75) mereka

menggantikan teman-teman saudara sepupuku dan berfungsi sebagai subjek.

Tabel 28

Rekapitulasi Temuan Hasil Penggunaan Kata Ganti Orang

No Nama Siswa Kata Ganti Orang Letak Paragraf

1 Aidha Radyana

Anisa Wahidah

Ariyani Hidayati

Averous Karim. P

Bagas Prasetyo

Belinda Zahara. D

Eva Sahara

Ferdian Hadi. C

Fitri Handayani

Kami Paragraf ke-1 dan 2

Paragraf ke-1 dan 2

Paragraf ke-1 dan 3

Paragraf ke-1, 2, dan 3

Paragraf ke-1 dan 3

Paragraf ke-1 dan 2

Paragraf ke-1

Paragraf ke-3

Paragraf ke-1

68

Haidar Fahmi. S

Ikrar Nusa Bhakti

Kalisa Dara. P

M. Dennis Fiqih

Nur Hidayati

Nurali Samalo

Buggy. A

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1 dan 2

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-2

2 Nur Hidayati

Nurali Samalo

Buggy. A

Wiwi Lestari

Kita

Paragraf ke-1

Paragraf ke-2

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

3 Averous Karim. P

Awal Prasetio

Bagas Prasetyo

Erhan Angga Wira

Kalisa Dara. P

M. Dennis Fiqih

Nur Hidayati

Nurali Samalo

Sisi Nada Riski

Wiwi Lestari

Zanah Safitri

-nya Paragraf ke-2

Paragraf ke-2 dan 3

Paragraf ke-2

Paragraf ke-2

Paragraf ke-1, 2, dan 3

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1, 2, dan 3

Paragraf ke-1

Paragraf ke-2

Paragraf ke-2

Paragraf ke-1

4 Ardiansyah

Awal Prasetio

Belinda Zahara. D

Kalisa Dara. P

Nurali Samalo

Rio Ikhwan Nur

Dia Paragraf ke-3

Paragraf ke-3

Paragraf ke-3

Paragraf ke-2

Paragraf ke-3

Paragraf ke-2

5 Erhan Angga Wira

Kalisa Dara. P

Ia Paragraf ke-2

Paragraf ke-3

69

6 Aidha Radyana

Anisa Wahidah

Ariyani Hidayati

Eva Sahara

Ferdian Hadi. C

Fitri Handayani

Haidar Fahmi. S

Kalisa Dara. P

Rio Ikhwan Nur

Sisi Nada Riski

Tubagus Renaldi

Wiwi Lestari

Saya Paragraf ke-3

Paragraf ke-3

Paragraf ke-2

Paragraf ke-4

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-3

Paragraf ke-3

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

7 Ardiansyah

Awal Prasetio

Nurali Samalo

Serliana Eka. P

Zanah Safitri

Aku Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

8 Bagas Prasetyo

Erhan Angga Wira

Ikrar Nusa Bhakti

-ku Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

Paragraf ke-1

9 Ardiansyah

Erhan Angga Wira

Nur Hidayati

-mu Paragraf ke-2

Paragraf ke-3

Paragraf ke-1

10 Ardiansyah

Buggy. A

Kamu Paragraf ke-2

Paragraf ke-3

11 Nur Hidayati -kau Paragraf ke-1

12 Kalisa Dara. P

Nur Hidayati

Zanah Safitri

Mereka Paragraf ke-3

Paragraf ke-1

Paragraf ke-2

70

13 Kalisa Dara. P

Nurali Samalo

Kalian Paragraf ke-3

Paragraf ke-2

D. Interpretasi Data

Berdasarkan deskripsi dan analisis hasil data diatas, dapat diperoleh

informasi sebagai berikut. Karangan narasi yang menggunakan kata ganti orang

pertama yang menunjukkan makna tunggal sebanyak dua puluh kata ganti yang

semua penggunaan kata gantinya tepat. Karangan narasi yang menggunakan kata

ganti orang pertama yang menunjukkan makna jamak sebanyak dua puluh delapan

kata ganti yang dua puluh enam tepat dan dua tidak tepat. Kata ganti yang tidak

tepat terdapat dalam kalimat (63 dan 72). Karangan narasi yang menggunakan

kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna tunggal sebanyak enam kata

ganti yang semua penggunaan kata gantinya tepat. Karangan narasi yang

menggunakan kata ganti orang kedua yang menunjukkan makna jamak sebanyak

tiga kata ganti yang semua penggunaan kata gantinya tepat. Karangan narasi yang

menggunakan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan makna tunggal sebanyak

dua puluh empat kata ganti yang semua penggunaan kata gantinya tepat.

Karangan narasi yang menggunakan kata ganti orang ketiga yang menunjukkan

makna jamak sebanyak empat kata ganti yang penggunaan kata gantinya tepat.

Dari semua karangan narasi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan

bahwa kata ganti yang paling banyak muncul yaitu kata ganti orang pertama yang

menunjukkan makna jamak (kami dan kita). Urutan kedua kata ganti orang ketiga

yang menunjukkan makna tunggal (-nya, dia, dan ia) diikuti kata ganti orang

pertama yang menunjukkan makna tunggal (saya, aku, dan -ku), kata ganti orang

kedua yang menunjukkan makna tunggal (-mu, kamu, dan -kau), kata ganti orang

ketiga yang menunjukkan makna jamak (mereka). Kata ganti yang paling sedikit

muncul dalam karangan narasi siswa yakni kata ganti orang kedua yang

menunjukkan makna jamak (kalian).

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kesalahan penggunaan kata ganti

orang dalam karangan narasi siswa kelas XI.1 semester ganjil SMA

Muhammadiyah Sawangan Depok Jawa Barat tahun pelajaran 2013/2014, dapat

disimpulkan sebagai berikut:

Dari semua karangan narasi yang dianalisis tersebut, dapat dikatakan

bahwa kata ganti yang paling banyak muncul yaitu kata ganti orang pertama yang

menunjukkan makna jamak (kami dan kita). Urutan kedua kata ganti orang ketiga

yang menunjukkan makna tunggal (-nya, dia, dan ia) diikuti kata ganti orang

pertama yang menunjukkan makna tunggal (saya, aku, dan -ku), kata ganti orang

kedua yang menunjukkan makna tunggal (-mu, kamu, dan -kau), kata ganti orang

ketiga yang menunjukkan makna jamak (mereka). Kata ganti yang paling sedikit

muncul dalam karangan narasi siswa yakni kata ganti orang kedua yang

menunjukkan makna jamak (kalian).

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang diuraikan di atas, maka beberapa saran yang

dapat peneliti kemukakan berkenaan dengan hasil penelitian ini adalah:

1. Guru hendaknya memberi pengetahuan tentang menulis karangan, sehingga

siswa dapat menulis karangan sesuai tema dan karangannya, apa itu karangan

narasi, persuasi, deskripsi, argumentasi atau eksposisi.

2. Minat siswa terhadap keterampilan menulis pada umumnya kurang karena

mereka terbiasa menjadi penyimak. Oleh karena itu, disarankan agar pada

pembelajaran keterampilan menulis guru lebih banyak memberikan praktik

menulis kepada siswa daripada teori, dan sebaiknya kegiatan menulis selalu

ditanamkan dalam diri siswa agar pembelajaran menulis tidak menjadi

sesuatu yang begitu menyulitkan.

72

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti., dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga, 2003.

Alwi, Hasan., dkk., Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,

2000.

Bridges, Charles W and Ronald F. Lunsford. Writing: Discovering Form and

Meaning. California: Wadsworth Publishing Company Belmont, 1984.

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta,

2000.

Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan

Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2009.

Gunawan., dkk., Belajar Mengarang: Dari Narasi Hingga Argumentasi untuk

SMU dan Umum. Jakarta: Erlangga, 1997.

Kentjono, Djoko., dkk., Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia untuk Penutur

Asing. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010.

Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1982.

. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa

Indah, 1994.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2008.

Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berpikir. Jakarta:

Mitra Wacana Media, 2010.

Mahsusi. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN Jakarta, 2004.

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009.

Nurhadi. Tata Bahasa Pendidikan Landasan Penyusunan Buku Pelajaran Bahasa.

Semarang: IKIP Semarang Press, 1995.

Parera, Jos. Daniel. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga, 1987.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2007.

73

Putrayasa, Ida Bagus. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional).

Bandung: Refika Aditama, 2010.

Semi, M. Atar. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa, 1995.

Siti Sahara., dkk., Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK UIN

Jakarta, 2008.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.

Suparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas

Terbuka, 2006.

Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan

Berbahasa. Bandung: Angkasa, 1988.

Wibowo, Wahyu. Manajemen Bahasa Pengorganisasian Karangan Pragmatik

dalam Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa dan Praktisi Bisnis. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2003.

Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di

Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2007.

Yulianto, Banbang dan Maria Mintowati. Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka, 2009.

RIWAYAT PENULIS

ETY FITRIYAH dilahirkan di Bogor pada tanggal 30

Oktober 1991. Penulis merupakan putri ketiga dari empat

bersaudara, buah pernikahan bapak Entju dan ibu Maryam.

Penulis menempuh pendidikan pertama di SD Muhammadiyah

38 Sawangan, tamat pada tahun 2003. Kemudian penulis

menjajaki Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP

Muhammadiyah 19 Sawangan, tamat pada tahun 2006 dan meneruskan Sekolah

Lanjutan Tingkat Atas di SMA Muhammadiyah Sawangan, tamat pada tahun

2009. Selanjutnya penulis tercatat sebagai mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2009 dan tamat pada tahun 2013.

Untuk mengantarkan gelar kesarjanaan putri ketiga kelahiran Bogor ini menulis

skripsi dengan judul “Analisis Kesalahan Penggunaan Kata Ganti Orang dalam

Karangan Narasi Siswa Kelas XI.I Semester Ganjil SMA Muhammadiyah

Sawangan Depok Jawa Barat Tahun Pelajaran 2013/2014.” Di kampus penulis

pernah aktif dalam sebuah organisasi FORSA dan menggeluti bidang olah raga

volly. Motto hidup penulis adalah “Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah

dan tidak mau berusaha”.

top related