analisis kelayakan usaha agrowisata kampung … · itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat...
Post on 02-Mar-2019
434 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROWISATA KAMPUNG
BUDAYA SINDANGBARANG KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
ADHI NUGROHO
H34061078
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2010
RINGKASAN
ADHI NUGROHO. Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya
Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Skripsi.
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Di bawah bimbingan WAHYU BUDI PRIATNA).
Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Jumlah perjalanan
wisata internasional mengalami pertumbuhan yang pesat menunjukkan bahwa
pariwisata mengalami perkembangan. Indonesia sebagai salah satu negara tujuan
wisata dunia memiliki sektor pariwisata yang mempunyai potensi dan prospek
yang cerah untuk dikembangkan. Potensi tersebut didukung oleh kekayaan
sumberdaya alam, seni budaya, dan adat istiadat yang dimiliki Indonesia.
Pariwisata Indonesia juga mempunyai peranan penting dalam menunjang
perekonomian nasional.
Dewasa ini, terjadi perkembangan terhadap pola perjalanan wisatawan.
Perkembangan tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk-bentuk
keterlibatan wisatawan dalam kegiatan-kegiatan di luar lapangan (out-door),
kepedulian akan permasalahan ekologi dan kelestarian alam, kemajuan ilmu
pengetahuan dan pendidikan, serta penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai
masyarakat.
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian
Indonesia, namun kinerja sektor pertanian masih under value. Untuk itu,
Departemen Pertanian Indonesia menilai perlu adanya suatu usaha diversifikasi
yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata disesuaikan dengan
kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan hidup, serta memperhatikan pola kehidupan masyarakat
setempat. Sejalan dengan kebijaksanaan umum tersebut, terlihat bahwa antara
pariwisata dan pertanian dapat saling mengisi dan menunjang dalam
meningkatkan daya saing produk pariwisata dan pertanian Indonesia. Salah satu
jalan untuk menghubungkan potensi pariwisata dan pertanian adalah dengan
mengembangkan agrowisata.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan salah satu jenis agrowisata
yang menawarkan fasilitas penginapan dan kunjungan sehari dengan nuansa
pedesaan, keindahan alam, kesejukan udara, edukasi pertanian, kebudayaan sunda,
serta peninggalan sejarah. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan badan
usaha perseorangan, dan pendiriannya berasal dari modal pemilik dan dana
bantuan (grants) dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Bogor. Pemerintah kemudian melepas sepenuhnya tanggung jawab
kelangsungan usaha kepada pemilik. Setiap keputusan usaha, diserahkan
sepenuhnya kepada pihak manajemen agar usaha Kampung Budaya
Sindangbarang dapat berjalan mandiri.
Kampung Budaya Sindangbarang melakukan suatu keputusan usaha
dengan membangun toko cinderamata di tahun 2010. Besarnya potensi pasar toko
cinderamata menyebabkan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang menilai
perlu untuk membangun toko cinderamata secara permanen. Keputusan usaha
manajemen Kampung Budaya Sindangbarang yang telah memasuki tahap
kemandirian memerlukan penilaian terhadap aspek usaha baik aspek pasar, teknis,
manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun finansial. Oleh karena
itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usaha
Kampung Budaya Sindangbarang yang telah mandiri dalam menghadapi
ketidakpastian risiko dunia bisnis.
Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir
Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
wawancara langsung dengan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang. Data
sekunder diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal,
internet, laporan keuangan dan jumlah kunjungan dari manajemen Kampung
Budaya Sindangbarang, serta instansi terkait yaitu Departemen Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor, Biro Pusat Statistik, dan Badan Pusat Statistik
(BPS).
Hasil analisis aspek non-finansial menunjukkan bahwa usaha agrowisata
Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan dilihat dari aspek pasar,
teknis, manajemen, dan sosial ekonomi lingkungan. Usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang belum dapat dikatakan layak secara hukum.
Hasil analisis aspek finansial menunjukkan bahwa Skenario I dan II usaha
Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan secara finansial.
Berdasarkan analisis kelayakan finansial dengan melihat nilai NPV, Net B/C,
IRR, dan PP, manfaat yang dihasilkan usaha agrowisata Kampung Budaya
Sindangbarang bertambah dengan adanya skenario II. Analisis sensitivitas dengan
menggunakan switching value menunjukkan bahwa usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang lebih sensitif dalam menghadapi penurunan jumlah
wisatawan dibandingkan dengan penurunan harga paket wisata. Dengan
dibangunnya toko cinderamata, maka kondisi usaha lebih menoleransi penurunan
jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha Kampung
Budaya Sindangbarang adalah realisasi pembentukan izin usaha berbentuk
persekutuan komanditer, melakukan survei konsumen untuk produk toko
cinderamata yang akan dijual, meningkatkan promosi dengan jalan menjalin kerja
sama dengan agen wisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, dan
pembentukan sistem pelatihan dan pengembangan sumberdaya manusia dengan
tujuan meningkatkan kualitas sumberdaya manusianya.
ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROWISATA KAMPUNG
BUDAYA SINDANGBARANG KECAMATAN TAMANSARI
KABUPATEN BOGOR
ADHI NUGROHO
H34061078
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya
Sindangbarang Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor
Nama : Adhi Nugroho
NIM : H34061078
Menyetujui,
Pembimbing
Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si
NIP. 19670410 199103 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Agustus 2010
Adhi Nugroho
H34061078
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Juli 1988. Penulis adalah
anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak H. Agus Soewito, SE dan
Ibu Hj. Rini Hafsah Maharani, SE, MM.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Panca Motor II Bekasi
pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003
di SLTPN 5 Bekasi. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas
pada tahun 2006 di SMA Labschool Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2006. Kemudian pada tahun 2007, penulis
diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen sebagai
departemen mayor.
Selama mengikuti pendidikan, penulis juga aktif di organisasi internal
kampus yaitu sebagai pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa
(BEM KM) periode 2008. Penulis juga aktif di berbagai kegiatan kampus seperti
Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) 2007 dan Olimpiade Mahasiswa
IPB (OMI) 2008. Penulis juga tercatat sebagai asisten dosen untuk mata kuliah
Ekonomi Umum periode 2009-2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis
Kelayakan Usaha Agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang Kecamatan
Tamansari Kabupaten Bogor”. Penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha agrowisata
Kampung Budaya Sindangbarang. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis
kelayakan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang melalui aspek non-
finansial dan finansial.
Segala upaya dan kerja yang optimal telah dilakukan dalam penyusunan
skripsi ini. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan sebagai upaya penyempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2010
Adhi Nugroho
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang tua tercinta Bapak Agus Soewito, SE dan Ibu
Rini Hafsah Maharani, SE, MM yang telah memberikan doa, dukungan dan
semangat hidup kepada penulis. Selain itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ir. Wahyu Budi Priatna, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas segala
arahan, bimbingan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama proses penyusunan skripsi ini.
2. Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis
yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
3. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
4. Yeka Hendra Fatika, SP, Ir. Narni Farmayanti, M.Sc, Ir. Dwi Rachmina M.Si,
Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec, Rahmat Yanuar SP, M.Si, Febriantina Dewi,
SE, MM, M.Sc dan Ir. Burhanuddin MM atas bimbingan, saran dan kritiknya
selama masa perkuliahan.
5. Pemilik dan pihak manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, khususnya
Bapak Achmad Mikami Sumawijaya, Kang Aseng, Bapak Ukat, dan Bapak
Ncem atas waktu, kesabaran, dan kesempatan yang telah diberikan.
6. Masyarakat sekitar Kampung Budaya Sindangbarang yang telah meluangkan
waktu untuk membantu penulis dalam mengumpulkan data penelitian.
7. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Ir. Adrian Aria
Kusumah, M.Sc atas kesempatannya untuk wawancara dan berdiskusi.
8. Kakak-kakakku Rindriana Ayuretno Dinari dan Vidilistya Gilang Anggraini
tersayang, semoga adikmu bisa menjadi seorang yang kalian banggakan.
9. Sahabat, keluarga, dan teman seperjuangan Miftahul Masyhuri, Henky
Wibowo, Hendra Pratama, Prihadmoko Adi Lumadyo, Irman Andriawan,
Fachri Matondang, Arief Tajalli, Nanang Sumbara, Heru Pratama, Riki
Hikmah, Yudha Pujangkara, Nanang Andrian, Irfan Karunia Osa, Vicky
Katili, Risyad Septian, Luki Sinaga, Krisostomus Caecar, Bayu Pramitama,
Eka Sumaryadi, Adam Muriyanto, Hendra Yulfi, Nugroho Bagus, Lita Suniar,
Maria Putri, Bundo, dan Bapando.
10. Tyas Widyastini beserta keluarga.
11. Keluarga Gladikarya Mekarwangi, Shanny Laura, Yunita Rahmah Fauziah,
Pritasari Eka Putriana, dan Devi Moestikawati.
12. Teman-teman satu bimbingan skripsi, Dewi Sri Hartanti dan Leonardus Dwi
Satya.
13. Teman-teman Agribisnis 43, A19, dan A20.
14. Keluarga Logstran MPKMB 2007 dan OMI 2008.
15. Segenap praktikan Mata Kuliah Ekonomi Umum, Meiyora Averiana, Yunita
Herdiana, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
16. Yani Maryani beserta keluarga.
17. Enny Agung Indriani beserta keluarga.
18. Keluarga besar Condition Zero Pondok Wina, Dulmatin, Erick, Habuummm,
Soedirman, Soeharto, Penggaruk, Unnamed, -XXX-, Chips, Bo Rai Cho, dan
Susno.
19. Ibu Ida, Teh Dian, Pak Yusuf, dan seluruh dosen serta staf departemen
Agribisnis. Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan kepada
penulis selama proses perkuliahan, penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.
20. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun tidak
menghilangkan rasa hormat dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang
telah diberikan kepada penulis.
Bogor, Agustus 2010
Adhi Nugroho
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... xvii
I PENDAHULUAN ................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... 8
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup ........................................................... 9
II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 10
2.1 Pariwisata ................................................................... 10
2.1.1 Definisi Pariwisata ............................................ 10
2.1.2 Penggolongan Pariwisata .................................. 11
2.1.3 Manfaat Pariwisata ........................................... 13
2.2 Agrowisata ................................................................... 14
2.2.1 Definisi Agrowisata .......................................... 14
2.2.2 Tujuan, Asas, dan Manfaat Agrowisata ............ 15
2.2.3 Unsur dan Potensi Agrowisata .......................... 16
2.3 Studi Kelayakan Pariwisata ......................................... 18
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................. 19
III KERANGKA PEMIKIRAN ............................................... 22
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ..................................... 22
3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis .................................... 22
3.1.2 Aspek Kelayakan Bisnis ................................. 23
3.1.2.1 Aspek Pasar ........................................ 24
3.1.2.2 Aspek Teknis ...................................... 25
3.1.2.3 Aspek Manajemen ............................. 25
3.1.2.4 Aspek Hukum ..................................... 25
3.1.2.5 Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan .... 26
3.1.2.6 Aspek Finansial ................................... 26
3.1.3 Teori Biaya dan Manfaat .................................. 27
3.1.4 Analisis Kelayakan Investasi ........................... 28
3.1.4.1 Net Present Value (NPV) ................... 29
3.1.4.2 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ........ 30
3.1.4.3 Internal Rate of Return (IRR) ............ 30
3.1.4.4 Payback Period (PP) .......................... 31
3.1.4.5 Analisis Sensitivitas ........................... 31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .............................. 31
IV METODE PENELITIAN .................................................... 34
4.1 Lokasi dan Waktu ...................................................... 34
4.2 Desain Penelitian ........................................................ 34
xii
4.3 Data dan Instrumentasi ................................................. 34
4.4 Metode Pengumpulan Data ........................................ 35
4.5 Metode Pengolahan Data ........................................... 35
4.5.1 Analisis Kelayakan Aspek Non Finansial ....... 36
4.5.2. Analisis Kelayakan Aspek Finansial ................. 36
4.5.2.1 Laporan Laba Rugi .............................. 36
4.5.2.2 Arus Kas .............................................. 37
4.5.2.3 Net Present Value (NPV) .................... 38
4.5.2.4 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ....... 39
4.5.2.5 Internal Rate of Return (IRR) ............ 40
4.5.2.6 Payback Period (PP) ........................... 40
4.5.2.7 Analisis Sensitivitas .......................... 40
4.6 Asumsi Dasar yang Digunakan .................................. 41
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................. 44
5.1 Kondisi Geografis ...................................................... 44
5.2 Keragaan Umum Perusahaan ..................................... 45
5.2.1 Sejarah dan Perkembangan Usaha .................. 45
5.2.2 Organisasi .......................................................... 47
5.2.3 Fasilitas dan Kegiatan ....................................... 48
5.2.4 Paket Wisata ...................................................... 53
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 55
6.1 Aspek Non Finansial .................................................. 55
6.1.1 Aspek Pasar ..................................................... 55
6.1.1.1 Potensi Pasar ....................................... 55
6.1.1.2 Segmenting, Targeting, dan
Positioning .......................................... 59
6.1.1.3 Bauran Pemasaran .............................. 61
6.1.1.4 Hasil Analisis Aspek Pasar ................. 68
6.1.2 Aspek Teknis ................................................... 69
6.1.2.1 Lokasi Usaha ...................................... 69
6.1.2.2 Fasilitas, Skala, dan Operasional
Usaha ................................................. 71
6.1.2.3 Penggunaan Teknologi ...................... 76
6.1.2.4 Hasil Analisis Aspek Teknis .............. 77
6.1.3 Aspek Manajemen ........................................... 78
6.1.3.1 Struktur Organisasi ............................. 78
6.1.3.2 Tenaga Kerja ...................................... 80
6.1.3.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen ...... 81
6.1.4 Aspek Hukum ................................................. 82
6.1.4.1 Bentuk dan Izin Badan Usaha............. 82
6.1.4.2 Hasil Analisis Aspek Hukum ............. 83
6.1.5 Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan ................ 84
6.1.5.1 Analisis Aspek Sosial ......................... 84
6.1.5.2 Analisis Aspek Ekonomi ................... 85
6.1.5.3 Analisis Aspek Lingkungan ................ 85
xiii
6.1.5.4 Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi
Lingkungan ........................................ 86
6.2 Aspek Finansial .......................................................... 86
6.2.1 Analisis Aspek Finansial Skenario I ............... 86
6.2.1.1 Arus Penerimaan (Inflow) ................... 87
6.2.1.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ............... 89
6.2.1.3 Analisis Kelayakan Finansial ............ 95
6.2.1.4 Analisis Sensitivitas ............................ 97
6.2.2 Analisis Aspek Finansial Skenario II ............... 98
6.2.2.1 Arus Penerimaan (Inflow) ................... 98
6.2.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ............... 99
6.2.2.3 Analisis Kelayakan Finansial ............ 101
6.2.2.4 Analisis Sensitivitas ............................ 103
6.2.3 Manfaat Tambahan dengan Skenario II ............ 104
VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 105
7.1 Kesimpulan ................................................................ 105
7.2 Saran ........................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 108
LAMPIRAN ...................................................................................... 112
DOKUMENTASI .............................................................................. 143
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata dan
Kontribusinya terhadap PDB Nasional Tahun 2001-2008 ... 3
2. Perkembangan Wisatawan yang berkunjung ke
Obyek Wisata di Kabupaten Bogor tahun 2002 – 2009 ........ 5
3. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke
Kampung Budaya Sindang Barang Tahun 2007-2009 .......... 6
4. Perbandingan Penelitian Terdahulu ..................................... 21
5. Perhitungan Laporan Laba Rugi ............................................ 37
6. Penyusunan Arus Kas ............................................................ 38
7. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke
Agrowisata Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 (orang) ..... 56
8. Proyeksi Jumlah Wisatawan Tahun 2010 Berdasarkan
Bulan ...................................................................................... 59
9. Harga Produk berdasarkan Jenis Produk Toko
Cinderamata ........................................................................... 66
10. Gaji per Bulan Tenaga Kerja Tetap Kampung
Budaya Sindangbarang .......................................................... 81
11. Gaji per Hari Tenaga Kerja Tidak Tetap
Kampung Budaya Sindangbarang.......................................... 81
12. Pendapatan Kunjungan Wisatawan Kampung
Budaya Sindangbarang .......................................................... 87
13. Pendapatan Konsumsi Wisatawan Kampung
Budaya Sindangbarang .......................................................... 88
14. Dana Sumbangan Usaha Kampung Budaya Sindangbarang . 88
15. Nilai Sisa Investasi Usaha Kampung
Budaya Sindangbarang .......................................................... 89
16. Biaya Investasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang .... 90
17. Biaya Reinvestasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang . 91
18. Rincian Biaya Tetap Usaha Kampung
Budaya Sindangbarang ......................................................... 92
19. Gaji per Tahun Tenaga Kerja Tidak Tetap ............................ 93
20. Biaya Bahan Bakar Genset per Tahun .................................. 93
21. Biaya Konsumsi Wisatawan per Tahun ................................. 94
xv
22. Biaya Pembelian Ikan per Tahun ........................................... 94
23. Biaya Pembelian Padi dan Bibit Padi per Tahun ................... 95
24. Biaya Pajak per Tahun .......................................................... 95
25. Rekapitulasi Laba-Rugi Usaha Skenario I ............................. 96
26. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I ...................... 96
27. Hasil Analisis Switching Value Skenario I ............................ 98
28. Pendapatan Toko Cinderamata .............................................. 99
29. Biaya Modal Toko Cinderamata ............................................ 100
30. Tambahan Arus Pengeluaran (Outflow)
Analisis Finansial Skenario II ................................................ 101
31. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II............. 101
32. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario II .................... 102
33. Hasil Analisis Switching Value Skenario II ........................... 103
34. Perbandingan Nilai Kriteria Kelayakan Finansial
dan Sensitivitas Skenario I dan II .......................................... 104
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009 . 1
2. Perkembangan Jumlah Devisa yang Dihasilkan Sektor
Pariwisata Tahun 2004-2009 ................................................. 2
3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional .................... 33
4. Logo Kampung Budaya Sindangbarang ................................ 48
5. Rumah Pangiwa ..................................................................... 49
6. Rumah Pasangrahan ............................................................... 49
7. Rumah Besar .......................................................................... 50
8. Pangsa Pasar Usaha Agrowisata di Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2009 ................................................................... 58
9. Alur Operasional Kegiatan Usaha ......................................... 74
10. Bagan Struktur Organisasi Kampung
Budaya Sindangbarang .......................................................... 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang ............................. 113
2. Perhitungan Pendapatan Kunjungan Wisatawan ................... 114
3. Rincian Biaya Investasi Bangunan ........................................ 116
4. Perhitungan Beberapa Komponen Biaya Investasi ................ 117
5. Perhitungan Beberapa Komponen Biaya Tetap ..................... 119
6. Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario I ................................... 121
7. Arus Kas Usaha Skenario I .................................................... 123
8. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan
Switching Value (Penurunan Jumlah Wisatawan 28,25 %)
pada Skenario I ...................................................................... 126
9. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan
Switching Value (Penurunan Harga Paket Wisata 30,44 %)
pada Skenario I ...................................................................... 129
10. Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II .................................. 132
11. Arus Kas Usaha Skenario II ................................................... 134
12. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan
Switching Value (Penurunan Jumlah Wisatawan 31,75 %)
pada Skenario II ..................................................................... 137
13. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan
Switching Value (Penurunan Harga Paket Wisata 33,50%)
pada Skenario II ..................................................................... 140
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia, dan World
Tourism Organization (WTO) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut
kegiatan sosial dan ekonomi.1 Wardiyanta (2006) juga menegaskan bahwa dalam
dekade terakhir, pariwisata menjadi sangat popular di hampir seluruh kalangan
masyarakat. Pendapat ini juga diperkuat oleh Brau et al. (2008) yang
menyebutkan bahwa jumlah perjalanan wisata internasional mengalami
pertumbuhan yang pesat dari 25 juta perjalanan wisata di tahun 1950 menjadi 842
juta perjalanan wisata di tahun 2006.
Indonesia merupakan salah satu negara tujuan wisata dunia dan memiliki
sektor pariwisata yang mempunyai potensi dan prospek yang cerah untuk
dikembangkan. Potensi tersebut didukung oleh kekayaan sumberdaya alam, seni
budaya, dan adat istiadat yang dimiliki Indonesia. Pada perkembangannya,
Indonesia selalu diramaikan oleh kunjungan wisatawan mancanegara. Jumlah
kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia mengalami peningkatan pada
periode 2006-2009 (Gambar 1).
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Jumlah Wisatawan
Mancanegara (Orang)
Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2004-2009.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)
1 http://www.kolom.pacific.net/kondisi pariwisata internasional [11 Maret 2010]
2
Sektor pariwisata juga mempunyai peranan penting dalam menunjang
perekonomian nasional. Peranan tersebut ditunjukkan oleh perolehan devisa yang
dihasilkan oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia (Gambar
2).
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
7000
8000
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun
Penerimaan Devisa (Juta USD)
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Devisa yang Dihasilkan Sektor Pariwisata
Tahun 2004-2009.
Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)
Kontribusi pariwisata terhadap perekonomian Indonesia lewat devisa yang
dihasilkannya cenderung fluktuatif. Tahun 2004 – 2006 devisa yang dihasilkan
sektor pariwisata mengalami penurunan yang disebabkan penurunan jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Penurunan tersebut
disebabkan oleh adanya isu terorisme, sehingga terjadi penurunan minat
wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke Indonesia.
Devisa yang dihasilkan sektor pariwisata kembali meningkat di tahun
2006. Seiring dengan gencarnya pemerintah Indonesia dalam melestarikan budaya
nasional dan pariwisata melalui program pemerintah yaitu Visit Indonesia 2008,
jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mulai mengalami
peningkatan. Devisa yang dihasilkan sektor pariwisata juga kembali meningkat
sampai tahun 2008 dengan jumlah USD 7.377,39 juta. Pada tahun 2009 jumlah
wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia kembali meningkat,
namun penurunan rata-rata lama tinggal dari 8,58 hari di tahun 2008 menjadi 7,69
hari di tahun 2009 menyebabkan perolehan devisa kembali menurun menjadi
USD 6.297,27 juta (BPS 2010).
3
Peranan sektor pariwisata dalam membangun perekonomian nasional juga
dapat dilihat pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang dihasilkannya serta
kontribusinya dalam pembentukan PDB Nasional. Dalam dekade terakhir
pembangunan pariwisata Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus
meningkat (Tabel 1). Dengan perolehan PDB pariwisata dan kontribusinya
terhadap PDB Nasional yang terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, sektor
pariwisata mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian Indonesia.
Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Pariwisata dan Kontribusinya Terhadap
PDB Nasional Tahun 2001-2008
Tahun
PDB Pariwisata
Atas Dasar Harga Berlaku (triliun Rp)
Kontribusi terhadap
PDB Nasional (%)
2001 49,10 3,53
2002 75,25 5,41
2003 81,34 5,85
2004 88,61 6,38
2005 101,69 7,32
2006 118,67 8,54
2007 134,89 9,71
2008 153,25 11,03
Sumber : Biro Pusat Statistik (2009)
Laporan yang dikeluarkan WTO tahun 1990 menunjukkan adanya
kecenderungan dan perkembangan baru dalam dunia kepariwisataan yang mulai
muncul pada tahun 1990-an.2 Kecenderungan ini ditandai oleh berkembangnya
gaya hidup dan kesadaran baru akan penghargaan yang lebih terhadap nilai-nilai
hubungan antar manusia dengan lingkungan alamnya. Perkembangan baru
tersebut secara khusus ditunjukkan melalui bentuk- bentuk keterlibatan wisatawan
dalam kegiatan-kegiatan di luar lapangan (out-door), kepedulian akan
permasalahan ekologi dan kelestarian alam, kemajuan ilmu pengetahuan dan
pendidikan, serta penekanan dan penghargaan akan nilai-nilai masyarakat.
Perubahan kecenderungan wisatawan asing untuk mengunjungi obyek daya tarik
wisata alam ini sesuai dengan The International Ecotourism Society yang
2 http://www.geocities.com/ariyanto eks79/home.htm [11 Maret 2010]
4
memprediksikan bahwa pertumbuhan dari wisatawan yang berkunjung ke obyek
ekowisata berkisar antara 10-30 persen tiap tahunnya di seluruh dunia.3
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian
Indonesia, namun kinerja sektor pertanian masih under value (Kusnadi dan Jahroh
2009). Untuk itu, Departemen Pertanian Indonesia menilai perlu adanya suatu
usaha diversifikasi yang harus dilaksanakan secara terpadu, serasi, dan merata
disesuaikan dengan kondisi tanah, air dan iklim, dengan tetap memelihara
kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta memperhatikan pola
kehidupan masyarakat setempat. Sejalan dengan kebijaksanaan umum tersebut,
terlihat bahwa antara pariwisata dan pertanian dapat saling mengisi dan
menunjang dalam meningkatkan daya saing produk pariwisata dan pertanian
Indonesia. Salah satu jalan untuk menghubungkan potensi pariwisata dan
pertanian adalah dengan mengembangkan agrowisata.
Agrowisata merupakan suatu diversifikasi produk agribisnis yang
menggabungkan konsep kepariwisataaan bernuansa alam (ekowisata) dengan
pertanian. Agrowisata tidak hanya merupakan usaha di bidang jasa yang
menawarkan jasa pemenuhan kebutuhan konsumen terhadap pemandangan indah
dan segar, tetapi juga dapat menjadi media promosi produk pertanian,
memberikan sinyal bagi peluang pengembangan diversifikasi produk agribisnis,
media pendidikan masyarakat, serta dapat menjadi andalan pada sektor pertanian
dan pariwisata.4 Posisi agrowisata dalam agribisnis terdapat di dalam processing
subsystem (Nainggolan 2005).
Indonesia memiliki berbagai provinsi dengan potensi agrowisata yang
sangat besar, salah satunya adalah Jawa Barat. Kabupaten Bogor merupakan salah
satu daerah tujuan wisata primadona di Jawa Barat. Dilihat dari kondisi
geografisnya, Kabupaten Bogor merupakan daerah potensi penyebaran wisatawan
karena letaknya yang berdekatan dengan ibukota negara Indonesia, DKI Jakarta.
Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Bogor tiap tahunnya selalu ramai dikunjungi
wisatawan mancanegara maupun nusantara (Tabel 2).
3 http://www.ecotourism.org [11 Maret 2010]
4 http://www.database.deptan.go.id/../viewfitur.asp [5 Juli 2010]
5
Tabel 2. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di
Kabupaten Bogor Tahun 2002 – 2009
Tahun
Wisatawan
Mancanegara (orang)
Wisatawan
Nusantara (orang)
Jumlah
Wisatawan (orang)
2002 42.515 1.793.720 1.836.235
2003 1.504 1.788.774 1.790.278
2004 18.028 1.498.321 1.516.349
2005 23.397 1.747.584 1.770.981
2006 122.100 1.688.861 1.810.961
2007 24.055 2.009.371 2.033.426
2008 25.263 2.077.039 2.102.302
2009 22.007 2.339.148 2.361.155
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor (2010)
Kondisi pariwisata Kabupaten Bogor yang semakin positif menyebabkan
bertumbuhnya obyek wisata yang ada di Kabupaten Bogor. Hingga saat ini ada 43
obyek wisata yang tersebar di empat bagian zona wisata Kabupaten Bogor.
Beberapa obyek wisata yang terkenal diantaranya adalah Taman Safari Indonesia,
Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Mekarsari dan Curug Nangka. Jumlah
wisatawan yang berkunjung ke empat obyek wisata tersebut merupakan yang
terbesar di Kabupaten Bogor. Dengan potensi sumberdaya alam dan pertanian
yang melimpah serta kondisi alam yang mendukung, di masa yang akan datang
obyek wisata di Kabupaten Bogor termasuk agrowisata diprediksi akan terus
bertambah seiring dengan pengembangan potensi pariwisata yang direncanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Bogor di tahun 2010.5 Kecenderungan positif
terhadap iklim pariwisata dan rencana pengembangan pariwisata yang
dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor menjadikan daya tarik bagi
investor dalam berusaha di bidang pariwisata khususnya agrowisata.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan salah satu usaha agrowisata
yang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.
Kampung Budaya Sindangbarang menawarkan fasilitas penginapan dan
kunjungan sehari dengan nuansa pedesaan, keindahan alam, kesejukan udara,
edukasi pertanian, kebudayaan sunda, serta peninggalan sejarah. Wisatawan yang
5 http://www.kompas.com/pemkab bogor serius garap pariwisata [11 Maret 2009]
6
berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang dapat menikmati sajian kesenian
gamelan khas sunda, mendapatkan pendidikan pertanian dengan fasilitas belajar
menanam padi, menumbuk padi dan menangkap ikan, serta pengenalan situs-situs
sejarah yang terletak di sekitar lokasi usaha. Di luar kegiatan usahanya, Kampung
Budaya Sindangbarang juga dikenal masyarakat luas karena setiap satu tahun
sekali mengadakan upacara Serentaun, yaitu upacara musim panen raya yang
diperingati sebagai bentuk rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas hasil
panen yang diperoleh masyarakat Kecamatan Tamansari. Upacara Serentaun ini
melibatkan masyarakat sekitar dan menimbulkan daya tarik dan apresiasi dari
berbagai pihak baik wisatawan maupun pemerintah yang diwakili oleh Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Semua daya tarik tersebut
membuat Kampung Budaya Sindangbarang dari sejak berdirinya pada September
2007, selalu diramaikan oleh wisatawan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perkembangan Wisatawan yang Berkunjung ke Kampung Budaya
Sindangbarang Tahun 2007-2009
Tahun
Jumlah Wisatawan
Nusantara (orang)
Jumlah Wisatawan
Mancanegara (orang)
Jumlah wisatawan
(orang)
2007 496 10 506
2008 5.429 52 5.481
2009 5.135 144 5.279
2010* 2.909 34 2.943
*) sampai bulan Juli 2010
Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang 2010 (diolah)
Mayoritas wisatawan yang datang adalah rombongan anak sekolah dan
karyawan perusahaan yang berasal dari Jabodetabek. Hal ini dikarenakan
kebutuhan wisatawan yang ingin menikmati suasana pedesaan dan alam yang
indah setelah lelah dengan rutinitas di daerah perkotaan. Selain itu, wisatawan
mancanegara juga kerap mengadakan kunjungan ke Kampung Budaya
Sindangbarang dengan tujuan berwisata dan mengenal kebudayaan dan kehidupan
masyarakat pedesaan Indonesia.
7
1.2. Perumusan Masalah
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan badan usaha perseorangan,
dan pendiriannya berasal dari modal pemilik dan dana bantuan (grants) dari
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Pemerintah kemudian melepas sepenuhnya tanggung jawab kelangsungan usaha
kepada pemilik. Setiap keputusan usaha, diserahkan sepenuhnya kepada pihak
manajemen agar usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat berjalan mandiri.
Kampung Budaya Sindangbarang melakukan suatu keputusan usaha
dengan membangun toko cinderamata di tahun 2010. Sebenarnya toko
cinderamata telah ada dari tahun kedua usaha, namun toko cinderamata yang ada
masih bersifat non-permanen. Besarnya potensi toko cinderamata yang ada pada
masa lalu menyebabkan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang menilai
perlu untuk membangun toko cinderamata secara permanen. Manajemen
Kampung Budaya Sindangbarang menilai ada beberapa manfaat yang dihasilkan
dengan dibangunnya toko cinderamata yaitu meningkatkan pendapatan,
memberdayakan potensi masyarakat sekitar, memberikan alternatif kepada
wisatawan, dan meningkatkan citra perusahaan di mata wisatawan.
Keputusan usaha manajemen Kampung Budaya Sindangbarang yang telah
memasuki tahap kemandirian memerlukan penilaian terhadap aspek usaha baik
aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, maupun
finansial. Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan pada
usaha yang baru dibentuk atau apabila terjadi pengembangan usaha yang
membutuhkan investasi baru (Kasmir dan Jakfar 2003). Studi kelayakan usaha
juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu
keputusan usaha, baik menolak atau menerima rencana usaha, dan
mempertahankan atau menghentikan usaha yang sudah ada (Nurmalina et al.
2009). Oleh karena itu, diperlukan studi kelayakan untuk melihat kelayakan dan
kelangsungan usaha Kampung Budaya Sindangbarang yang telah mandiri dalam
menghadapi ketidakpastian risiko dunia bisnis.
Usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang dapat dibagi menjadi
dua skenario usaha yaitu, skenario I berupa usaha yang sedang dijalankan tanpa
membangun toko cinderamata dan skenario II berupa pengembangan usaha
8
dengan membangun toko cinderamata. Penilaian terhadap dua skenario usaha,
baik dari aspek non-finansial maupun finansial, ditujukan untuk melihat manfaat
tambahan yang dihasilkan dengan dibangunnya toko cinderamata.
Jumlah kunjungan wisatawan dan harga paket wisata merupakan dua
faktor yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha Kampung Budaya
Sindangbarang. Berdasarkan wawancara dengan pihak manajemen Kampung
Budaya Sindangbarang, penurunan kunjungan wisatawan dapat mempengaruhi
pendapatan usaha. Kampung Budaya Sindangbarang juga beberapa kali
menurunkan harga paket wisata untuk meningkatkan jumlah kunjungan
wisatawan. Untuk itu, analisis sensitivitas diperlukan untuk mengakomodasi unsur
ketidakpastian kondisi usaha di masa yang akan datang terhadap penurunan
jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimana kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dilihat dari
aspek non-finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan?
2) Bagaimana kelayakan aspek finansial usaha Kampung Budaya Sindangbarang
dalam dua skenario usaha, yaitu skenario I dengan menjalankan usaha yang
sudah ada tanpa melakukan pengembangan usaha dan skenario II yaitu
melakukan pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata?
3) Bagaimana sensitivitas usaha Kampung Budaya Sindangbarang apabila
terjadi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1) Menganalisis kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang dilihat dari
aspek non-finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.
2) Menganalisis kelayakan aspek finansial usaha Kampung Budaya
Sindangbarang dalam dua skenario, yaitu skenario I dengan menjalankan
9
usaha yang sudah ada tanpa melakukan pengembangan usaha dan skenario II
yaitu melakukan pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata.
3) Menganalisis sensitivitas usaha Kampung Budaya Sindangbarang apabila
terjadi penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1) Sebagai bahan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan daya saing
guna mempertahankan posisi perusahaan pada tempat yang kompetitif dalam
industri pariwisata.
2) Sebagai bahan informasi bagi pelaku bisnis dan pemerintah dalam
mengembangkan usaha sejenis.
3) Sebagai bahan referensi atau informasi untuk penelitian selanjutnya mengenai
studi kelayakan usaha khususnya di bidang agrowisata.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini terbatas hanya mengkaji tentang kelayakan usaha Kampung
Budaya Sindangbarang dengan menganalisis aspek non-finansial dan finansial.
Aspek non-finansial yang akan dianalisis yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan. Analisis aspek
finansial menggunakan kriteria kelayakan usaha yaitu Net Present Value, Net B/C,
Internal Rate of Return, Payback Period, dan analisis sensitivitas dengan
menggunakan metode switching value pada penurunan jumlah wisatawan dan
harga paket wisata.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pariwisata
2.1.1. Definisi Pariwisata
WTO mendefinisikan pariwisata sebagai aktifitas seseorang untuk
melakukan perjalanan dan menetap di suatu tempat di luar dari lingkungan
biasanya dalam waktu tidak lebih dari satu tahun berturut-turut dengan tujuan
untuk kesenangan, bisnis, dan tujuan lainnya.8 Arti luas pariwisata didefinisikan
Damanik dan Weber (2006) sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk
melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain.
Pariwisata juga dapat diartikan sebagai perpindahan temporer dari orang-
orang di luar tempat mereka bekerja dan menetap, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan selama mereka berada di tempat tujuan, dan kemudahan yang
diberikan dalam melayani kebutuhan mereka (Wall 1982, diacu dalam
Mahaputriana 2006). Pengertian yang hampir serupa juga dikemukakan oleh
Schneider (1993) bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan
oleh seseorang menuju suatu tempat di luar lokasi pekerjaan dan tempat
tinggalnya, dengan tujuan menikmati aktivitas dan fasilitas yang diperoleh dari
tempat tujuannya tersebut. Sedangkan Suwantoro (1997), diacu dalam Islamiarani
(2008) mendefinisikan wisata adalah suatu proses berpergian sementara dari
seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya dengan
berbagai kepentingan antara lain untuk berlibur dan rekreasi, pendidikan dan
penelitian, keagamaan, kesehatan, minat terhadap kebutuhan dan kesenangan
ataupun keputusan publik.
Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2010 tentang kepariwisataan
dijelaskan hal-hal sebagai berikut :
1) Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
2) Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
8 http://www.budpar.go.id [11 Maret 2010]
11
3) Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4) Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan
pengusaha.
5) Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan,
dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil
buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
2.1.2. Penggolongan Pariwisata
Menurut Bruun (1995), diacu dalam Islamiarani (2008), jenis wisata dapat
dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
1) Ecotourism, green tourism atau alternative tourism, merupakan wisata yang
berorientasi pada lingkungan untuk menjembatani jurang antara kepentingan
wisata bagi industri komersial dan perlindungan alam. Salah satu jenis wisata
ini adalah agrowisata.
2) Wisata budaya, menggambarkan wisata yang berhubungan dengan monumen-
monumen budaya atau tempat-tempat bersejarah dengan penekanan tertentu
pada aspek pendidikan atau pengamatan spiritual.
3) Wisata alam, merupakan aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman
terhadap kondisi alam atau bukan pada kondisi urban.
Penggolongan jenis pariwisata menurut motif tujuan perjalanan dapat
digolongkan menjadi enam kategori (Spillane 1991, diacu dalam Mudana 2007),
yaitu :
1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism).
Tujuan perjalanan ini adalah untuk berlibur, mencari udara segar,
mengendorkan ketegangan syarafnya, melihat sesuatu yang baru, menikmati
keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan
ketenangan dan kedamaian di luar kota maupun menikmati hiburan di kota-
kota besar.
12
2) Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism).
Dilakukan oleh orang dengan tujuan untuk beristirahat, memulihkan
kesegaran jasmani dan rohaninya, yang biasanya mereka tinggal di daerah
pantai, pegunungan, dan pusat-pusat peristirahatan atau kesehatan dan tinggal
lebih lama.
3) Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism).
Tujuannya untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari
adat-istiadat dan cara hidup negara lain, mengunjungi monumen dan
peninggalan bersejarah, pusat-pusat kesenian, keagamaan, serta ikut dalam
festival-festival seni musik, teater, tarian rakyat.
4) Pariwisata untuk olahraga (sports tourism).
Jenis ini dibagi dua, yaitu big sports events (peristiwa olah raga besar seperti
Olympiade Game dan kejuaraan dunia lainnya) dan sporting tourism of the
practitioners (berupa latihan olah raga, berburu, memancing, dan mendaki
gunung).
5) Pariwisata untuk urusan usaha dagang (business tourism).
Jenis ini sering disebut sebagai professional travel atau perjalanan yang ada
kaiatannya dengan pekerjaan atau usaha dagang.
6) Pariwisata untuk berkonvensi (convention tourism).
Tujuannya untuk mengikuti berbagai konvensi atau konferensi baik bersifat
nasional maupun bertaraf internasional.
Suwantoro (1997), diacu dalam Agustina (2009) mengungkapkan bahwa
daya tarik wisata atau obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Daerah tujuan wisata
merupakan suatu daerah yang memiliki daerah-daerah wisata yang ditunjang oleh
sarana dan prasarana pariwisata serta masyarakat. Pengusahaan obyek wisata
dapat dikelompokan menjadi :
1) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata alam, merupakan bentuk kegiatan
wisata yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam dan lingkungan, seperti
air terjun, air panas, kawah, dan gejala alam lainnya.
13
2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata budaya, merupakan salah satu
bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi budaya daerah setempat,
seperti peninggalan sejarah, tari-tarian, perkampungan adat dan lain-lain.
3) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata minat khusus, meupakan bentuk
perjalanan wisata yang aktif, dimana wisatawan terlibat secara fisik dan
emosional dalam suatu kegiatan tertentu, bukan sekedar perjalan pasif. Jenis
perjalan wisata ini juga bertujuan untuk memperkaya wawasan pengetahuan.
2.1.3. Manfaat Pariwisata
Damanik dan Weber (2006) mengungkapkan bahwa bisnis pariwisata
melibatkan banyak pelaku pariwisata. Meskipun peran mereka berbeda-beda
tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengembangan
pariwisata. Pelaku pariwisata tersebut adalah wisatawan, industri penyedia jasa
pariwisata, pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga
swadaya masyarakat. Kepariwisataan dapat memberikan manfaat bagi pelaku
pariwisata baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat pengembangan
pariwisata menurut Windiyarti et al. (1993) adalah :
1) Makin luasnya kesempatan usaha.
2) Makin luasnya lapangan kerja.
3) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.
4) Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.
5) Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup.
6) Terpeliharanya keamanan dan ketertiban.
7) Mendorong peningkatan dan pertumbuhan pada sektor lain.
8) Memperluas wawasan nusantara, memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa serta menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Schneider (1993) bahwa
pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat. Secara lebih spesifik,
manfaat tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Manfaat ekonomi. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat
ekonomi yaitu profit yang dinikmati oleh pelaku usaha, terbukanya lapangan
pekerjaan, dan meningkatnya devisa negara.
14
2) Manfaat sosial. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat sosial
yaitu terjadinya pertukaran kebudayaan dan ide untuk memajukan kondisi
sosial daerah tujuan wisata, memberikan rasa bangga terhadap kebudayaan
yang dimiliki, dan menambah pengetahuan baik bagi wisatawan maupun
pelaku usaha wisata.
3) Manfaat lingkungan. Pengembangan pariwisata dapat memberikan manfaat
bagi lingkungan yaitu menjaga kelestarian alam, hewan, kebudayaan, dan
sejarah.
2.2. Agrowisata
2.2.1. Definisi Agrowisata
Agrowisata merupakan gabungan dari dua kata yaitu agro dan wisata. Kata
agro berasal dari kata agriculture yang berarti pertanian, sedangkan wisata adalah
suatu kegiatan perjalanan singkat yang dilakukan dengan sukarela untuk
menikmati objek wisata.9 Berdasarkan definisi tersebut, agrowisata dapat
didefinisikan sebagai suatu kegiatan perjalanan singkat yang dilakukan dengan
sukarela untuk menikmati objek wisata yang berbasis pada pertanian.
Agrowisata juga dapat didefinisikan sebagai perpaduan antara pariwisata
dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun atau peternakan
untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, melakukan berbagai kegiatan,
makan dan melewatkan malam bersama di suatu daerah perkebunan atau taman.
Sementara definisi lain mengatakan agrowisata adalah sebuah alternatif untuk
meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi
petani kecil dan masyarakat pedesaan. 10
Departemen Pertanian Indonesia mendefinisikan agrowisata sebagai
sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis)
sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman,
rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan
agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan,
diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber
9 http://www.pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/ [1 Agustus 2010]
10 http://www.farmstop.com [25 Mei 2010]
15
daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous
knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya. 11
Lobo (2001), diacu dalam Che et al. (2003) mendefinisikan agrowisata
sebagai suatu kunjungan ke berbagai kegiatan pertanian, hortikultur, ataupun
agribisnis dengan tujuan kesenangan, menambah pengetahuan, atau terlibat secara
aktif di dalam kegiatan tersebut. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Maetzold
(2002), diacu dalam Che et al. (2003) yang mendefinisikan agowisata sebagai
suatu bentuk kegiatan alternatif yang menghubungkan nilai tambah, produksi
pertanian modern, atau pemasaran dengan berwisata ke lahan pertanian. Brandth
dan Haugen (2007) menegaskan hal serupa bahwa agrowisata merupakan sebuah
kegiatan yang dapat mentransformasikan budaya bertani dari produksi pertanian
primer menjadi industri jasa melalui kepariwisataan. Secara umum, agrowisata
dapat didefinisikan sebagai setiap kegiatan pertanian yang dapat menyediakan
produksi pertanian secara langsung kepada masyarakat melalui sistem penjualan
eceran dan penyediaan jasa terhadap berbagai produk pertanian yang secara
langsung didapatkan di lokasi produksinya (Che et al. 2003).
2.2.2. Tujuan, Asas, dan Manfaat Agrowisata
Menurut Indriawati (1997), diacu dalam Mahaputriana (2006), agrowisata
memiliki beberapa tujuan. Tujuan pokok agrowisata adalah meningkatkan devisa
bagi negara Indonesia. Sedangkan tujuan-tujuan lainnya adalah sebagai berikut :
1) Mengamankan dan melestarikan keberadaan citra produk pertanian Indonesia
sebagai salah satu diversifikasi produk wisata Indonesia.
2) Menciptakan iklim berusaha yang baik kepada para pengusaha atau pemilik
di bidang pariwisata dalam penyelenggaraan dan pelayanan agrowisata.
Lebih lanjut Ferdiansyah (1999), diacu dalam Mahaputriana (2006)
mengungkapkan bahwa pemanfaatan agrowisata sebagai sektor yang dapat
menghasilkan devisa yang cukup bagi negara, perlu mempunyai koridor yang
dapat menjadi asas dalam pengusahaan agrowisata tersebut. Asas-asas tersebut
adalah :
11
http://database.deptan.go.id/Agrowisata Meningkatkan Pendapatan Petani/ [25 Mei 2010]
16
1) Asas manfaat, artinya penyelenggaraan program agrowisata diarahkan agar
dapat saling memberikan manfaat dan dampak positif baik bagi ekonomi,
politik, sosial, budaya, maupun lingkungan.
2) Asas pelestarian, artinya dalam penyelenggaraan program agrowisata
diarahkan agar berperan dalam peningkatan pelestarian plasma nutfah sebagai
sumberdaya utama bagi kelestarian alam dan lingkungan.
Melalui penerapan asas-asas tersebut diharapkan agrowisata dapat
memberikan manfaat secara luas yang dapat dirasakan tidak hanya bagi
pengusaha tetapi juga masyarakat sekitar. Secara spesifik, Tirtawinata dan
Fachruddin (1999) menjelaskan bahwa agrowisata dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1) Meningkatkan konservasi lingkungan.
2) Meningkatkan nilai estetika.
3) Memberikan nilai rekreasi
4) Meningkatkan kegiatan ilmiahdan pengembangan ilmu pengetahuan.
5) Mendapatkan keuntungan ekonomi.
2.2.3. Unsur dan Potensi Agrowisata
Pengembangan agrowisata di setiap lokasi selalu merupakan
pengembangan yang terpadu antara pengembangan masyarakat desa, alam terbuka
yang khas, pemukiman desa, budaya dan kegiatan pertaniannya serta sarana
pendukung wisata seperti transportasi, akomodasi dan komunikasi (Betrianis
1996). Spillane (1991), diacu dalam Mudana (2007) menyebutkan bahwa untuk
dapat mengembangkan suatu kawasan menjadi kawasan pariwisata termasuk
agrowisata, ada lima unsur yang harus dipenuhi yaitu :
1) Attractions atau atraksi. Dalam konteks pengembangan agrowisata, atraksi
yang dimaksud adalah, hamparan kebun atau lahan pertanian, keindahan
alam, keindahan taman, budaya petani tersebut serta segala sesuatu yang
berhubungan dengan aktivitas pertanian tersebut.
2) Facilities atau fasilitas. Fasilitas yang diperlukan seperti penambahan sarana
umum, telekomunikasi, hotel dan restoran pada sentra-sentra pasar.
3) Infrastructure atau infrastruktur. Infrastruktur yang dimaksud dalam bentuk
sistem pengairan, jaringan komunikasi, fasilitas kesehatan, terminal
17
pengangkutan, sumber listrik dan energi, sistem pembuangan kotoran atau
pembuangan air, jalan raya dan sistem keamanan.
4) Transportation atau transportasi. Transportasi yang dimaksud dalam bentuk
transportasi umum, terminal bis, sistem keamanan penumpang, sistem
informasi perjalanan, tenaga kerja, kepastian tarif, peta kota atau objek
wisata.
5) Hospitality atau keramah-tamahan. Keramah-tamahan masyarakat dan akan
menjadi cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik.
Syamsu (2001) menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang
berhubungan dengan keberhasilan suatu agrowisata dalam kaitannya dengan
atraksi yang ditawarkan sebagai objek wisata. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kelangkaan. Jika wisatawan melakukan wisata di suatu kawasan agrowisata,
wisatawan mengharapkan suguhan hamparan perkebunan atau taman yang
mengandung unsur kelangkaan karena tanaman tersebut sangat jarang
ditemukan pada saat ini.
2) Kealamiahan. Kealamiahan atraksi agrowisata, juga akan sangat menentukan
keberlanjutan dari agrowisata yang dikembangkan. Jika objek wisata tersebut
telah tercemar atau penuh dengan kepalsuan, pastilah wisatawan akan merasa
sangat tertipu dan tidak mungkin berkunjung kembali.
3) Keunikan. Keunikan dalam hal ini adalah sesuatu yang benar-benar berbeda
dengan objek wisata yang ada. Keunikan dapat saja berupa budaya, tradisi,
dan teknologi lokal dimana objek wisata tersebut dikembangkan.
4) Pelibatan tenaga kerja. Pengembangan agrowisata diharapkan dapat
melibatkan tenaga kerja setempat, setidak-tidaknya meminimalkan
tergusurnya masyarakat lokal akibat pengembangan objek wisata tersebut.
5) Optimalisasi penggunaan lahan. Lahan-lahan pertanian atau perkebunan
diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, jika objek agrowisata ini
dapat berfungsi dengan baik.
6) Keadilan dan pertimbangan pemerataan. Pengembangan agrowisata
diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat secara
keseluruhan, baik masyarakat petani atau desa, penanam modal atau investor,
18
regulator dengan melakukan koordinasi didalam pengembangan secara detail
dari input-input yang ada.
7) Penataan kawasan. Agrowisata pada hakekatnya merupakan suatu kegiatan
yang mengintegrasikan sistem pertanian dan sistem pariwisata sehingga
membentuk objek wisata yang menarik.
Kegiatan pengembangan agrowisata diarahkan pada terciptanya
penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk
pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam
upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata (Deasy 1998, diacu dalam Masang
2006). Arah pengembangan agrowisata tersebut nantinya diharapkan dapat
menggali potensi-potensi yang ada dalam pengembangan agrowisata. Secara jelas
Alikodra (1990), diacu dalam Mahaputriana (2006) mengungkapkan bahwa
potensi tersebut dapat dilihat dari tiga aspek yaitu :
1) Potensi objek wisata. Indonesia mempunyai sumberdaya pertanian yang
melimpah.
2) Potensi pasar. Peranan agrowisata dalam pariwisata masyarakat adalah
meningkatkan keanekaragaman objek dan lamanya kunjungan (dari segi
penawaran) dan mempengaruhi peningkatan minat berwisata dengan semakin
banyak objek wisata yang ditawarkan (dari segi permintaan).
3) Kondisi dan perkembangan sarana pendukungnya. Perkembangan agrowisata
yang ditentukan oleh aspek ini, antara lain transportasi, telekomunikasi,
akomodasi, kemudahan memasuki Indonesia, dan jaminan keamanan.
2.3. Studi Kelayakan Pariwisata
Menurut Damanik dan Weber (2006) studi kelayakan penting dilakukan
untuk membantu perencana melihat dan memahami kondisi-kondisi minimal yang
dibutuhkan untuk merencanakan suatu proyek dan untuk mengetahui gambaran
awal tentang sejauh mana proyek tersebut kelak dapat memberikan hasil yang
optimal di dalam suatu perencanaan pariwisata. Tujuan umum studi kelayakan
menurut Kalahari Management Inc. (1999), diacu dalam Damanik dan Weber
(2006) adalah untuk menentukan kelayakan keanekaragaman dan perluasan
atraksi dan infrastruktur wisata. Tujuan khusus studi kelayakan pariwisata adalah :
1) Melakukan penilaian potensi pasar terhadap produk wisata
19
2) Menentukan sumberdaya yang tersedia atau yang dapat dikembangkan untuk
mendukung aktivitas wisata.
3) Mengevaluasi fasilitas dan infrastruktur wisata yang tersedia dan
kesesuaiannya dengan permintaan pasar.
4) Mengidentifikasi produk wisata yang paling tepat dikembangkan sesuai
dengan basis sumberdaya dan potensi pasar terbesar.
5) Melakukan perkiraan dampak ekonomi yang potensial dari kegiatan wisata.
6) Menyusun rencana implementasi pengembangan dan pemasaran produk
wisata.
7) Mengidentifikasi masalah-masalah yang terkait dengan pengembangan
produk.
8) Mengidentifikasi sumberdaya yang potensial bagi pembiayaan proyek.
Suyitno (2001), diacu dalam Mahaputriana (2006) berpendapat bahwa
perencanaan kawasan wisata dapat memberikan berbagai manfaat. Manfaat
tersebut adalah :
1) Sebagai pedoman penyelenggaraan wisata.
2) Sebagai sarana untuk memprediksi kemungkinan timbulnya hal-hal di luar
dugaan sekaligus alternatif pemecahannya.
3) Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaraan wisata sehingga dapat
mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan efisien.
4) Sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata sebagai upaya pengawasan atau
evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata
selanjutnya.
Menurut Damanik dan Weber (2006), inti dari perencanaan wisata adalah
kelayakan. Kelayakan menunjuk pada kepatutan secara ekonomi, sosial, budaya,
dan teknologi. Proyek wisata hanya dapat dikatakan layak dikerjakan apabila
mampu memberikan hasil yang diharapkan dan menguntungkan.
2.4. Penelitian Terdahulu
Buana (2009) meneliti tentang analisis kelayakan pengembangan usaha
pemancingan Tirta Salak. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa kelayakan
usaha pemancingan sangat peka terhadap kenaikan harga input dan penurunan
jumlah volume penjualan. Kenaikan harga input dan penurunan volume penjualan
20
dalam batas tertentu dapat menyebabkan usaha pemancingan tidak layak untuk
dikerjakan dan mengancam keberlangsungan usaha. Berdasarkan hal ini maka
pihak manajemen usaha pemancingan disarankan agar melakukan efisiensi biaya
jika ingin melakukan pengembangan terhadap usahanya.
Penelitian Buana (2009) menghasilkan kesimpulan bahwa kelayakan usaha
pemancingan sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga input dan penurunan jumlah
wisatawan. Menarik untuk diteliti apakah kelayakan usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang juga dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan.
Penelitian tentang studi kelayakan dilakukan oleh Setyadi (2009) dengan
judul Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan Rakyat
Koperasi Hutan Jaya Lestari. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kelayakan usaha pada pengelolaan hutan rakyat dan kontribusi
pendapatan petani terhadap pendapatan total di Konawe Selatan, Sulawesi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara finansial pengusahaan hutan rakyat tidak
layak dijalankan. Usaha pengelolaan hutan rakyat dapat menjadi layak apabila
terjadi kenaikan harga kayu. Kontribusi pendatan petani terhadap pendapatan total
secara umum dinilai tidak signifikan.
Penelitian Setyadi (2009) menghasilkan kesimpulan bahwa usaha hutan
rakyat tidak layak dijalankan. Kampung Budaya Sindangbarang merupakan usaha
agrowisata yang kegiatan operasionalnya juga dilaksanakan oleh masyarakat
sekitar. Menarik untuk diteliti apakah usaha yang dijalankan oleh masyarakat
sekitar usaha dapat layak untuk dijalankan dalam kasus usaha agrowisata
Kampung Budaya Sindangbarang.
Penelitian tentang studi kelayakan agrowisata juga dilakukan oleh
Mahaputriana (2006). Mahaputriana (2006) meneliti tentang kelayakan finansial
Taman Agrowisata Bukit Ganjau Riau. Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk menganilisis secara finansial kelayakan usaha Taman Agrowisata Bukit
Ganjau Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha Taman Agrowisata
Bukit Ganjau Riau layak untuk dijalankan. Analisis sensitivitas menunjukkan
bahwa kelayakan usaha Taman Agrowisata Bukit Ganjau Riau cenderung tidak
terpengaruh terhadap penurunan jumlah wisatawan.
21
Penelitian Mahaputriana (2006) menghasilkan kesimpulan bahwa
kelayakan usaha agrowisata relatif tidak terpengaruh dengan penurunan jumlah
wisatawan. Menarik untuk diteliti apakah kelayakan usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang dipengaruhi oleh penurunan jumlah wisatawan.
Perbandingan penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Perbandingan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Tujuan Penelitian Alat
Analisis
Hasil Penelitian
1. Buana Analisis
Kelayakan
Pengembangan
Usaha
Pemancingan
Tirta Salak
Menganalisis
kelayakan usaha
pemancingan
Tirta Salak pada
aspek finansial
dan non-finansial
serta
menganalisis
sensitivitas
usaha.
Analisis
Kelayakan
Investasi
(NPV,
IRR, Net
B/C) dan
Analisis Pendapatan
Usaha pemancingan layak
dijalankan.
Kenaikan harga input dan
penurunan jumlah wisatawan
mempengaruhi kelayakan
usaha pemancingan.
2. L.
Bintang
Setyadi
Analisis
Kelayakan
Usaha dan
Kontribusi
Pengelolaan
Hutan Rakyat
Koperasi
Hutan Jaya
Lestari
Mengetahui
kelayakan usaha,
mempelajari
sistem
pengelolaan
hutan rakyat, dan
melihat
kontribusi petani
terhadap
pendapatan total.
Analisis
Kelayakan
Investasi
(NPV,
IRR, Net
B/C) dan
Analisis Pendapatan
Usaha pengelolaan hutan
rakyat tidak layak dijalankan.
Kontribusi pendapatan petani
terhadap pendapatan total
tidak signifikan.
3. Mahapu
triana
Analisis
Kelayakan
Finansial
Taman
Agrowisata
Bukit Ganjau,
Kabupaten
Kampar,
Propinsi Riau
Menganalis
kelayakan usaha
secara finansial
Analisis
Kelayakan
Investasi
dan
Analisis Sensitivitas
Taman Agrowisata Bukit
Ganjau secara finansial layak
untuk dijalankan. Penurunan
jumlah pengunjung tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kelayakan
usaha.
22
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan
usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber daya untuk memperoleh
keuntungan atau manfaat. Proyek pertanian biasanya diartikan sebagai kegiatan
investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital
yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat-manfaat setelah beberapa
periode waktu.
Soeharto (1997) berpendapat bahwa kegiatan proyek dapat diartikan
sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas,
dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas
yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Tugas tersebut dapat berupa
membangun pabrik, membuat produk baru atau melakukan penelitian dan
pengembangan. Sementara itu, bisnis merupakan usaha yang berkesinambungan
sehingga tidak mempunyai batasan waktu untuk berakhir.
Studi kelayakan adalah penelitian yang mendalam terhadap suatu ide
bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk dilaksanakan. Studi
kelayakan bila diletakkan pada objek pendirian sebuah usaha baru disebut studi
kelayakan proyek. Namun, jika objeknya adalah pengembangan usaha (usaha
sudah berjalan, namun direncanakan ada pengembangan) maka disebut studi
kelayakan bisnis (Subagyo 2007).
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang
tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasikan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal
untuk waktu yang ditentukan (Herlianto dan Pujiastuti 2009). Pendapat yang sama
dikemukakan oleh Jumingan (2009), bahwa studi kelayakan bisnis merupakan
penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek dilaksanakan dengan berhasil.
Sedangkan Kasmir dan Jakfar (2003) berpendapat bahwa studi kelayakan bisnis
adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha
23
atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya
usaha tersebut dijalankan.
Menurut Nurmalina et al. (2009) tujuan dilakukannya studi kelayakan
bisnis adalah :
1) Mengetahui secara pasti tingkat manfaat yang dicapai dalam suatu bisnis.
2) Memilih alternatif bisnis yang paling menguntungkan.
3) Menentukan prioritas investasi dari berbagai alternatif bisnis yang paling
menguntungkan.
4) Mengurangi pemborosan sumberdaya.
Tujuan dari studi kelayakan bisnis adalah untuk menilai apakah suatu
proyek dapat memberikan manfaat bagi pihak yang akan melaksanakan proyek
tersebut (Jumingan 2009). Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Damanik
dan Weber (2006) bahwa studi kelayakan memuat analisis tentang masalah yang
mungkin terjadi jika suatu proyek akan dijalankan dan kemungkinan untuk
mengatasinya secara efektif.
Warnell (1999), diacu dalam Damanik dan Weber (2006) mengemukakan
bahwa studi kelayakan dilakukan untuk maksud berikut ini :
1) Mengevaluasi kondisi nyata suatu produk atau layanan.
2) Mengevaluasi peluang pengembangan produk dan jasa.
3) Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru.
4) Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek.
Subagyo (2007) berpendapat bahwa tujuan dari studi kelayakan adalah
untuk mengetahui apakah suatu proyek akan mendatangkan keuntungan atau
kerugian. Dengan kata lain, untuk memperkecil tingkat risiko kerugian dan
memastikan bahwa investasi yang akan dilakukan memang menguntungkan.
3.1.2. Aspek Kelayakan Bisnis
Aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis secara umum
meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial
ekonomi lingkungan, dan aspek finansial. Masing-masing aspek ini tidak berdiri
sendiri tapi saling berkaitan. Bila salah satu aspek bisnis kurang memenuhi
kriteria kelayakan, maka perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang
diperlukan (Nurmalina et al. 2009).
24
3.1.2.1. Aspek Pasar
Pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan
jasa, sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi. Pengkajian aspek pasar
penting untuk dilakukan karena tidak ada proyek yang berhasil tanpa adanya
permintaan atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh proyek tersebut (Subagyo
2007). Aspek pasar mempelajari tentang :
1) Permintaan.
Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh daya beli atau akses untuk
membeli. Artinya, permintaan akan terjadi apabila didukung oleh daya
kemampuan yang dimiliki konsumen untuk membeli serta adanya akses untuk
memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan. Hal ini pula yang sangat
menentukan permintaan itu sendiri. Secara umum, faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan suatu barang dan jasa antara lain, harga barang itu
sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan substitusi atau
komplementer, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan akses untuk
memperoleh barang atau jasa yang ditawarkan (Kasmir dan Jakfar 2003).
2) Penawaran.
Penawaran adalah junlah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada
berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Faktor yang mempengaruhi
penawaran suatu barang dan jasa antara lain, harga komoditi itu sendiri, harga
komoditi lain yang memiliki hubungan substitusi atau komplementer,
teknologi, harga input, tujuan perusahaan, atau akses (Kasmir dan Jakfar
2003).
3) Penjualan industri dan penjualan perusahaan (market share).
Penjualan industri merupakan permintaan konsumen yang dapat dipenuhi
oleh kelompok industri. Sedangkan penjualan perusahaan adalah bagian dari
potensi pasar yang dapat diraih oleh salah satu perusahaan dalam kelompok
industri atau disebut dengan market share perusahaan (Suratman 2002).
4) Segmenting, targeting, dan positioning
Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi pasar menjadi beberapa
kelompok pembeli yang berbeda yang mungkin memerlukan produk atau
bauran pemasaran yang berbeda pula. Targeting adalah kegiatan
25
mengevaluasi keaktifan setiap segmen, kemudian memilih salah satu dari
segmen pasar atau lebih untuk dilayani. Sedangkan positioning adalah
kegiatan menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar
(Kasmir dan Jakfar 2003).
5) Bauran pemasaran.
Bauran pemasaran dalam produk yang merupakan gabungan barang dan jasa
meliputi tujuh aspek bauran pemasaran (marketing mix) yaitu, produk
(product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion), personil
(people), bukti fisik (physical evidence), proses (process) (Umar 2001).
3.1.2.2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun (Nurmalina et al. 2009). Penentuan kelayakan teknis atau operasi
perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi,
sehingga jika tidak dianalisis dengan baik, maka akan berakibat fatal bagi
perusahaan di kemudian hari (Kasmir dan Jakfar 2003). Aspek ini mengkaji hal-
hal yang berkaitan dengan teknis atau operasi yaitu lokasi bisnis, skala
operasional dan luas produksi, layout dan tata letak alur produksi, serta pemilihan
jenis teknologi dan peralatan (Nurmalina et al. 2009).
3.1.2.3. Aspek Manajemen
Konsep dasar manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian suatu aktiviyas yang bertujuan untuk
mengalokasikan sumber daya, sehingga mempunyai nilai tambah (Suratman
2002). Aspek manajemen dalam studi kelayakan bisnis memfokuskan diri pada
analisis organisasi dan sumberdaya manusia (Subagyo 2007). Aspek manajemen
mempelajari tentang bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur
organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan,
dan penentuan anggota direksi dan tenaga-tenaga inti (Nurmalina et al. 2009).
3.1.2.4. Aspek Hukum
Menurut Kasmir dan Jakfar (2003), aspek hukum membahas masalah
kelengkapan dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-
26
izin yang dimiliki. Kelengkapan dokumen usaha sangat penting, karena
merupakan dasar hukum yang harus dipegang apabila di kemudian hari timbul
masalah.
3.1.2.5. Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan
Analisis aspek sosial digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
yang ditimbulkan jika proyek tersebut berjalan. Pengaruh tersebut terutama
terhadap ekonomi secara luas serta dampak sosialnya terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Analisis aspek lingkungan akan melihat dampak proyek yang
dijalankan terhadap lingkungan sekitar, baik terhadap air, darat, udara, yang pada
akhirnya akan berdampak terhadap kehidupan manusia, binatang, dan tumbuhan
(Kasmir dan Jakfar 2003).
3.1.2.6. Aspek Finansial
Subagyo (2007) menyebutkan bahwa analisis aspek finansial adalah suatu
analisis yang menentukan layak atau tidaknya suatu usaha berdasarkan data biaya
dan manfaat setelah dilakukan kajian terhadap aspek non-finansial. Penelitian
dalam aspek finansial dilakukan untuk menilai biaya-biaya yang akan dikeluarkan
dan meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika usaha dijalankan
(Kasmir dan Jakfar 2003). Hal-hal yang diteliti dalam aspek ini adalah :
1) Biaya kebutuhan investasi.
Investasi dilakukan dalam berbagai bentuk yang dugunakan untuk membeli
aset-aset yang dibutuhkan usaha tersebut. Aset-aset ini biasanya berupa aset
tetap yang dibutuhkan perusahaan mulai dari pendirian hingga dapat
dioperasikan. Karena itu, dalam melakukan investasi dibutuhkan biaya
investasi yang digunakan untuk membeli berbagai kebutuhan yang berkaitan
dengan investasi tersebut. Biaya kebutuhan investasi biasanya disesuaikan
dengan jenis usaha yang akan dijalankan. Secara umum, komponen biaya
terdiri atas biaya prainvestasi, biaya pembelian aktiva, dan biaya operasional
(Kasmir dan Jakfar 2003).
2) Sumber-sumber dana.
Dana yang dibutuhkan dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada
seperti, dari modal sendiri, modal pinjaman, atau gabungan keduanya.
27
Pemilihan apakah menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman atau
gabungan keduanya tergantung dari jumlah modal yang dibutuhkan dan
kebijakan pemilik usaha. Sumber-sumber dana yang utama terdiri dari modal
sendiri yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau penerbitan saham, dan
modal pinjaman yang berasal dari kredit bank, pinjaman dari lembaga
keuangan, dan pinjaman dari perusahaan non-bank (Kasmir dan Jakfar 2003).
3) Arus kas (cash flow).
Cash flow merupakan arus kas atau aliran kas yang ada di perusahaan dalam
suatu periode tertentu. Cash flow menggambarkan berapa uang yang masuk
ke perusahaan dan jenis pemasukan tersebut. Cash flow juga menggambarkan
berapa uang yang keluar serta jenis-jenis biaya yang dikeluarkan (Kasmir dan
Jakfar 2003). Aliran kas yang berhubungan dengan suatu usaha dapat
dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu, aliran kas permulaan (initial cash
flow), aliran kas operasional (operational cash flow), dan aliran kas terminal
(terminal cash flow). Pengeluaran-pengeluaran untuk investasi pada awal
periode merupakan aliran kas permulaan. Aliran kas yang timbul selama
operasi usaha disebut aliran kas operasional, sedangkan aliran kas terminal
adalah aliran kas yang diperoleh ketika usaha berakhir (Kasmir dan Jakfar
2003).
3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat
Tujuan-tujuan analisis dalam analisis usaha harus disertai dengan definisi
biaya-biaya dan manfaat-manfaat. Biaya dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang mengurangi suatu tujuan. Manfaat dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Definisi lain dari biaya adalah
pengeluaran atau korbanan yang dapat menimbulkan pengurangan terhadap
manfaat yang diterima. Gittinger (1986) berpendapat bahwa biaya yang
diperlukan suatu usaha dapat dikategorikan sebagai berikut :
1) Biaya modal. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang
penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan, pabrik,
mesin.
28
2) Biaya operasional. Biaya operasional merupakan kebutuhan dana yang
diperlukan pada saat usaha mulai dilaksanakan, seperti biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja.
3) Biaya lainnya, seperti pajak bunga, dan pinjaman.
Manfaat juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat menimbulkan
kontribusi terhadap suatu usaha. Menurut Gittinger (1986), manfaat usaha dapat
dibedakan menjadi :
1) Manfaat langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara langsung
dapat diukur dan dirasakan sebagai akibat dari investasi, seperti peningkatan
pendapatan dan kesempatan kerja.
2) Manfaat tidak langsung. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara
nyata diperoleh dengan tidak langsung dari usaha dan bukan merupakan
tujuan utama dari suatu usaha. Contoh manfaat tidak langsung adalah manfaat
yang didapatkan dari kegiatan rekreasi.
Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar dari persetujuan atau
penolakan suatu usaha yang dilaksanakan adalah kriteria investasi. Dasar
penilaian investasi adalah perbandingan antara jumlah nilai yang diterima sebagai
manfaat dari investasi tersebut dengan manfaat-manfaat dalam situasi tanpa usaha.
Nilai perbedaannya adalah berupa tambahan manfaat bersih yang akan muncul
dari investasi dengan adanya usaha (Gittinger 1986).
3.1.4. Analisis Kelayakan Investasi
Analisis kelayakan investasi diukur berdasarkan ukuran kriteria-kriteria
investasi. Kriteria investasi digunakan untuk mengukur manfaat yang diperoleh
dan biaya yang dikeluarkan dari suatu proyek (Gittinger 1986). Menurut Kasmir
dan Jakfar (2003), kriteria investasi sangat bergantung pada kebutuhan masing-
masing usaha dan metode yang digunakan. Setiap metode yang digunakan
mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam penilaian kelayakan
suatu usaha hendaknya digunakan beberapa metode sekaligus agar dapat
memberikan hasil yang lebih sempurna.
Gittinger (1986) menyebutkan bahwa pengukuran manfaat suatu usaha
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan menggunakan perhitungan
berdiskonto dan tidak berdiskonto. Perbedaannya terletak pada konsep time value
29
of money yang diterapkan pada perhitungan berdiskonto. Perhitungan diskonto
merupakan suatu teknik yang dapat menurunkan manfaat yang diperoleh pada
masa yang akan datang dan arus biaya menjadi nilai biaya pada masa sekarang.
Perhitungan tidak berdiskonto memiliki kelemahan umum, yaitu ukuran-ukuran
tersebut belum mempertimbangkan secara lengkap mengenai lamanya arus
manfaat yang diterima.
Firdaus (2008) menyebutkan bahwa konsep time value of money
menyatakan bahwa nilai sekarang (present value) adalah lebih baik dari nilai yang
sama pada masa yang akan datang (future value). Konsep tersebut didasari oleh
tiga alasan. Pertama adanya tingkat inflasi yang dapat menurunkan nilai uang.
Kedua adalah konsumsi yang menyatakan bahwa sejumah uang yang sama
apabila dikonsumsi sekarang akan memberi tingkat kepuasan yang lebih besar
daripada jika dikonsumsi di masa yang akan datang. Ketiga adalah risiko
penyimpanan yang membutuhkan kompensasi jumlah uang yang lebih besar di
masa yang akan datang. Nurmalina et al. (2009) menambahkan alasan keempat
yaitu produktivitas yang menyatakan bahwa uang yang diinvestasikan (baik
deposito maupun bisnis) memiliki kemungkinan untuk berlipat ganda
dibandingkan dengan bila uang tersebut disimpan saja.
Nurmalina et al. (2009) juga menambahkan bahwa besarnya perbedaan
nilai uang yang sekarang dengan nilai uang di masa yang akan datang tergantung
dari biaya yang timbul pada waktu menentukan keputusan investasi dengan
meninggalkan investasi lain yang menjadi alternatif pilihan (opportunity cost).
Opportunity cost of capital atau biaya imbangan dari modal yang akan
diinvestasikan dalam bisnis merupakan dasar dalam penentuan tingkat bunga.
Kasmir dan Jakfar (2003) mengungkapkan bahwa, analisis finansial dapat
menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur usaha dengan
membandingkan antara biaya dan manfaat. Analisis finansial terdiri dari Net
Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP), dan analisis sensitivitas.
3.1.4.1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) menunjukkan manfaat bersih yang diterima
proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. NPV juga dapat
30
diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi
(Kasmir dan Jakfar 2003). Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku
bunga yang relevan. Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :
1) NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan
2) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
digunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya tidak
dilaksanakan.
3) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial oppurtunity cost faktor produksi normal. Dengan kata lain
proyek tersebut tidak untung maupun tidak rugi.
3.1.4.2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) menyatakan besarnya pengembalian
terhadap setiap satu satuan biaya yang telah dikeluarkan selama umur proyek. Net
B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang
positif dengan present value yang negatif (Kasmir dan Jakfar 2003). Kriteria
investasi berdasarkan Net B/C adalah :
1) Net B/C > 0, maka proyek dikatakan menguntungkan.
2) Net B/C < 0, maka proyek dikatakan merugikan.
3) Net B/C = 0, maka proyek dikatakan tidak untung maupun tidak rugi.
3.1.4.3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat bunga yang menyamakan
present value kas keluar yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk
yang diharapkan, atau dapat juga didefinisikan sebagai tingkat bunga yang
menyebabkan Net Present Value (NPV) sama dengan nol (Kasmir dan Jakfar
2003). Gittinger (1986) berpendapat bahwa IRR adalah tingkat rata-rata
keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan
dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.
Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
31
bunga yang berlaku. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga
yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dijalankan.
3.1.4.4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
periode jangka waktu pengembalian modal. Bila nilai PP lebih kecil dibandingkan
dengan jangka waktu umur ekonomi proyek maka investasi yang ditanamkan
layak, begitu juga sebaliknya (Suratman 2002).
3.1.4.5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisis kelayakan
proyek yang telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruh yang akan
terjadi apabila keadaan berubah. Hal ini merupakan suatu cara untuk menarik
perhatian pada masalah utama proyek yaitu, proyek selalu menghadapi
ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diramalkan
(Gittinger 1986).
Gittinger (1986) lebih lanjut mengungkapkan bahwa suatu variasi dari
analisis sensitivitas adalah analisis nilai pengganti (switching value). Analisis nilai
pengganti mencoba melihat kondisi kelayakan yang terjadi apabila dilakukan
perubahan-perubahan dalam biaya dan manfaat. Analisis nilai pengganti
dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana perubahan yang terjadi dapat
ditoleransi untuk dilaksanakan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya aktivitas pariwisata
dunia. Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata juga mengalami efek
positif tersebut. Aktifitas pariwisata yang meningkat diiringi dengan selera
wisatawan yang juga meningkat. Wisatawan tidak hanya ingin memuaskan
kebutuhan berekreasi, namun juga mempertimbangkan aspek pendidikan, alam,
dan kebudayaan dari obyek wisata yang menjadi tempat tujuan. Peningkatan
aktivitas pariwisata dan selera wisatawan tersebut menyebabkan semakin
bervariasinya obyek wisata dalam memenuhi kebutuhan wisatawan. Salah satu
obyek wisata yang menjadi tren dewasa ini adalah agrowisata.
32
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan salah satu jenis usaha
agrowisata yang memiliki nuansa sejarah dan kebudayaan sunda. Dalam
perkembangannya, usaha Kampung Budaya Sindangbarang telah memasuki tahap
kemandirian setelah pendiriannya dibantu oleh pemerintah. Selain itu, ada suatu
keputusan usaha manajemen Kampung Budaya Sindangbarang yang telah
memasuki tahap mandiri di tahun 2010, yaitu keputusan untuk melakukan
pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata.
Studi kelayakan usaha digunakan untuk menganalisis kelayakan pada
usaha yang baru dibentuk atau apabila terjadi pengembangan usaha yang
membutuhkan investasi baru. Studi kelayakan juga dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan usaha, baik menolak atau
menerima rencana usaha, dan mempertahankan atau menghentikan usaha yang
sudah ada. Oleh karena itu studi kelayakan sangat diperlukan dalam menilai
kelayakan usaha Kampung Budaya Sindangbarang yang telah mandiri, baik usaha
yang sedang dijalankan saat ini, maupun pengembangan usaha yang direncanakan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha, baik usaha
yang sudah ada maupun rencana pendirian toko cinderamata, dari aspek non-
finansial dan finansial. Aspek non-finansial terdiri dari aspek pasar, teknis,
manajemen, hukum, dan sosial ekonomi lingkungan. Aspek finansial
menggunakan kriteria kelayakan investasi dalam penilaian kelayakannya. Kriteria
kelayakan investasi yang digunakan adalah NPV, IRR, Net B/C, Payback Period,
dan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value. Melalui penelitian
ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi bagi Kampung Budaya
Sindangbarang dan menilai tambahan manfaat yang dihasilkan dengan pendirian
toko cinderamata. Diagram alir kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada
Gambar 3.
33
Gambar 3. Diagram Alir Kerangka Pemikiran Operasional
Skenario I :
Melakukan usaha yang sudah ada
tanpa membangun toko cinderamata
Skenario II :
Membangun toko cinderamata
pada usaha yang sudah ada.
Layak Tidak Layak
Rekomendasi dan penilaian
tambahan manfaat yang dihasilkan
Rekomendasi perbaikan usaha
Kampung Budaya yang telah
memasuki tahap kemandirian
dalam usahanya.
Analisis aspek non-finansial (pasar, teknis, hukum,
manajemen, dan sosial ekonomi lingkungan) dan
finansial (NPV, Net B/C, IRR, PP, dan sensitivitas)
Rencana pengembangan usaha
dengan membangun toko
cinderamata
Analisis Kelayakan Usaha
Kampung Budaya Sindangbarang
sebagai salah satu agrowisata yang
memiliki nuansa sejarah dan
kebudayaan sunda
Meningkatnya aktivitas pariwisata
dan selera wisatawan dalam
melakukan perjalanan wisata
Obyek wisata semakin bervariasi
dalam memenuhi permintaan
wisatawan
34
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir
Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan usaha Kampung
Budaya Sindangbarang yang telah memasuki tahap kemandirian, serta adanya
rencana manajemen Kampung Budaya Sindangbarang untuk melakukan
pengembangan usaha. Analisis kelayakan usaha diperlukan dalam memberikan
rekomendasi dan menilai tambahan manfaat yang dihasilkan dengan pendirian
toko cinderamata. Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Mei – Juli 2010.
4.2. Desain Penelitian
Desain penelitian menggunakan metode studi kasus. Subyek yang akan
diteliti yaitu Kampung Budaya Sindangbarang dengan tujuan untuk memperoleh
gambaran kelayakan usahanya melalui aspek non-finansial dan finansial. Analisis
aspek finansial dilakukan dalam dua skenario usaha yaitu, skenario I adalah usaha
yang sedang dilakukan saat ini tanpa melakukan pengembangan usaha. Skenario
II adalah pengembangan usaha dengan membangun toko cinderamata. Analisis
finansial kemudian dilanjutkan dengan analisis sensitivitas (metode switching
value) apabila usaha dikategorikan layak.
4.3. Data dan Instrumentasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan manajemen
Kampung Budaya Sindangbarang. Data primer yang didapat mencakup biaya-
biaya yang dikeluarkan selama umur usaha, terdiri dari biaya investasi, biaya
operasional dan biaya pajak, serta penerimaan dari kunjungan wisatawan,
sumbangan dana pemerintah, konsumsi wisatawan, dan penjualan produk toko
cinderamata. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari
studi literatur berbagai buku, skripsi, tesis, jurnal, internet, laporan keuangan dan
jumlah kunjungan dari manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, serta
35
instansi terkait yaitu Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor,
Biro Pusat Statistik, dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar
pertanyaan bagi manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, pemerintah Desa
Pasir Eurih, pemerintah Kecamatan Tamansari, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Bogor, dan masyarakat di sekitar lokasi usaha Kampung Budaya
Sindangbarang guna mendapatkan informasi yang relevan. Instrumentasi
pendukung lainnya adalah komputer sebagai alat pencarian literatur dari internet
serta pencatat dan perekam data yang didapatkan.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dari tahap penyusunan proposal sampai
tersusunnya skripsi selama bulan Januari - Juli 2010. Lokasi kegiatan
pengumpulan data yaitu lokasi usaha Kampung Budaya Sindangbarang.
Narasumber yang diperlukan dalam pengumpulan data untuk analisis aspek pasar,
teknis, manajemen, hukum, sosial ekonomi lingkungan, dan finansial yaitu
manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, pemerintah Desa Pasir Eurih,
pemerintah Kecamatan Tamansari, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Bogor, dan masyarakat di sekitar lokasi usaha Kampung Budaya Sindangbarang.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara langsung dengan
instrumentasi daftar pertanyaan.
4.5. Metode Pengolahan Data
Data kuantitatif dan informasi yang telah dikumpulkan diolah dengan
menggunakan program komputer Microsoft Excel 2003 dan disajikan dalam
bentuk tabulasi. Data kuantitatif meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan Kampung
Budaya Sindang Barang mencakup biaya investasi, biaya operasional, dan biaya
pajak serta penerimaan dari kunjungan wisatawan, penjualan produk toko
cinderamata, dana sumbangan, konsumsi wisatawan, dan nilai sisa investasi.
Sedangkan data kualitatif disajikan dalam bentuk intrepetasi deskriptif.
Analisis kualitatif digunakan untuk menilai kelayakan usaha Kampung
Budaya Sindangbarang berdasarkan aspek non-finansial yaitu aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.
36
Sedangkan analisis kuantitatif digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha
Kampung Budaya Sindangbarang dari sisi finansial. Metode yang digunakan
dalam analisis kuantitatif adalah kriteria kelayakan investasi dan analisis
sensitivitas dengan metode switching value.
4.5.1. Analisis Kelayakan Aspek Non-Finansial
Analisis kelayakan aspek non-finansial akan mengkaji kelayakan usaha
dari berbagai aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen, hukum dan sosial
ekonomi lingkungan. Pada aspek pasar, variabel-variabel yang akan dianalisis
meliputi potensi pasar, permintaan dan penawaran, penerapan segmenting,
targeting, dan positioning, serta bauran pemasaran. Pada aspek teknis, variabel-
variabel yang dianalisis meliputi lokasi usaha, fasilitas, skala usaha, layout usaha,
alur kegiatan operasional usaha, serta penggunaan teknologi. Pada aspek
manajemen, variabel-variabel yang akan dianalisis adalah struktur organisasi,
wewenang dan tanggung jawab, perolehan tenaga kerja, serta sistem penggajian
tenaga kerja. Dalam aspek hukum, hal yang akan dianalisis adalah bentuk badan
usaha dan izin usaha. Sedangkan untuk analisis aspek sosial ekonomi lingkungan
digunakan untuk mengkaji dampak yang ditimbulkan usaha Kampung Budaya
Sindangbarang terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan.
4.5.2. Analisis Kelayakan Aspek Finansial
Analisis kelayakan aspek finansial Kampung Budaya Sindangbarang
menggunakan analisis laporan laba rugi dan arus kas. Dasar penilaian kriteria
kelayakan finansial menggunakan metode kriteria kelayakan investasi yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio
(Net B/C) dan Payback Period (PP). Selain itu analisis sensitivitas dengan metode
switching value juga digunakan untuk melihat kondisi kelayakan finansial usaha
jika terjadi penurunan jumlah pengunjung dan harga paket wisata.
4.5.2.1. Laporan Laba Rugi
Jumingan (2009) mendefinisikan laporan laba rugi sebagai daftar laba rugi
yang diproyeksi berdasarkan seluruh perkiraan pengeluaran dan penerimaan dari
suatu usaha. Adanya proyeksi laba rugi akan memudahkan dalam menentukan
besarnya aliran kas tahunan. Selain itu laporan laba rugi juga dapat dijadikan
37
dasar untuk penyusunan anggaran kas dari suatu usaha. Dari laporan laba rugi
dapat dilihat kondisi keuangan perusahaan apakah terdapat keuntungan atau
kerugian di dalam suatu periode usaha. Format laporan laba rugi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah marginal contribution format. Dalam format ini
komponen biaya dipisahkan ke dalam biaya variabel dan biaya tetap (Jumingan
2006). Penyusunan laporan laba rugi laba rugi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perhitungan Laporan Laba Rugi
No. Uraian Keterangan
1 Pendapatan A = B + C
Pendapatan Usaha B
Pendapatan dari Luar Usaha C
2 Biaya Variabel D
3 Kontribusi Marjinal E = A - D
4 Biaya Tetap F
5 Pendapatan Usaha G = E- F
5 Bunga H
6 Laba Bersih Sebelum Pajak I = G – H
7 Pajak J
8 Laba Bersih K = I – J
Keterangan : A = total pendapatan yang didapatkan usaha, berasal dari dalam dan luar usaha
B = pendapatan yang berasal dari dalam usaha
C = pendapatan yang berasal dari luar usaha
D = biaya yang secara totalitas berubah-ubah secara proporsional dengan perubahan volume
produksi atau penjualan.
E = perbedaan antara total penghasilan dengan biaya variabel. Jumlah laba yang disediakan
untuk menutupi biaya tetap, bunga, dan pajak.
F = biaya yang secara totalitas tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi atau
penjualan.
G = perolehan sebelum dikurangi bunga dan pajak.
H = beban bunga dari dana yang dipinjam
I = perolehan setelah dikurangi dengan bunga
J = biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak
K = perolehan bersih usaha
Sumber : Jumingan (2006)
4.5.2.2. Arus Kas
Kasmir dan Jakfar (2003) mendefinisikan arus kas sebagai jumlah uang
yang masuk dan keluar dalam suatu usaha mulai dari investasi dilakukan sampai
38
dengan berakhirnya investasi tersebut. Dalam arus kas, semua data pendapatan
yang akan diperoleh dan biaya yang akan dikeluarkan baik jenis, maupun
jumlahnya diestimasi sedemikian rupa. Hal ini ditujukan agar arus kas dapat
menggambarkan kondisi pemasukan dan pengeluaran di masa yang akan datang.
Penyusunan arus kas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Penyusunan Arus Kas
No. Uraian Keterangan
1 Arus Kas Masuk : A = B + C + D
- Penerimaan Usaha B
- Penerimaan Lainnya C
- Nilai Sisa D
2 Arus Kas Keluar : E = F + G + H + I + J
- Biaya Pra Operasi F
- Biaya Investasi G
- Biaya Operasional H
- Tambahan Biaya I
- Pajak J
3 Arus Kas Bersih K = A – E
Keterangan :
A = arus kas masuk
B = penerimaan dari kegiatan usaha
C = penerimaan yang bukan dari kegiatan usaha
D = nilai sisa dari aset investasi
E = arus kas keluar
F = biaya yang dikeluarkan selama persiapan usaha
G = biaya yang digunakan untuk mendapatkan aset investasi
H = biaya yang digunakan untuk kegiatan operasional usaha, terdiri dari biaya tetap dan variabel
I = tambahan biaya lainnya di luar biaya pra operasi, investasi, dan operasional
J = biaya pajak yang dibayarkan usaha
K = hasil pengurangan arus kas masuk dengan arus kas keluar
Sumber : Kasmir dan Jakfar (2003)
4.5.2.3. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) suatu proyek atau usaha adalah selisih antara
nilai sekarang (present value) manfaat dengan arus biaya. NPV juga dapat
diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi.
Dalam menghitung NPV perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan
(Kasmir dan Jakfar 2003). Rumus menghitung NPV adalah sebagai berikut :
39
Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = jumlah tahun
i = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
1) NPV = 0, artinya proyek tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial opportunities cost faktor produksi normal. Dengan kata lain,
proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.
2) NPV > 0, artinya suatu proyek sudah dinyatakan menguntungkan dan dapat
dilaksanakan.
3) NPV < 0, artinya proyek tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan. Dengan kata lain, proyek tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
4.5.2.4. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang
bernilai negatif (Kasmir dan Jakfar 2003). Rumus untuk menghitung Net B/C
adalah :
Keterangan :
Bt = manfaat yang diperoleh tiap tahun
Ct = biaya yang dikeluarkan tiap tahun
N = jumlah tahun
I = tingkat bunga (diskonto)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah:
1) Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi.
2) Net B/C > 0, maka NPV > 0, proyek menguntungkan.
3) Net B/C < 0, maka NPV < 0, proyek merugikan.
40
4.5.2.5. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan intern
tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan
persen (Gittinger 1986). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumberdaya yang digunakan.
Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku
bunga yang berlaku, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk
menghitung IRR adalah:
Keterangan :
i = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i’ = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV = NPV yang bernilai positif
NPV’ = NPV yang bernilai negatif
4.5.2.6. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
periode jangka waktu pengembalian modal. Bila nilai PP lebih kecil dibandingkan
dengan jangka waktu umur ekonomi proyek maka investasi yang ditanamkan
layak, begitu juga sebaliknya (Suratman 2002). Rumus yang digunakan untuk
menghitung jangka pengembalian investasi adalah :
Keterangan :
I = besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
4.5.2.7. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan
yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis. Tujuan analisis ini adalah untuk
41
melihat kembali hasil analisis suatu kegiatan investasi atau aktivitas ekonomi,
apakah ada perubahan dan apabila terjadi kesalahan atau adanya perubahan di
dalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan
karena dalam kegiatan investasi, perhitungan didasarkan pada proyeksi yang
mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan
datang (Gittinger 1986).
Gittinger (1986) mengatakan bahwa suatu variasi pada analisis sensitivitas
adalah nilai pengganti (switching value). Pada analisis sensitivitas secara langsung
memilih sejumlah nilai yang dengan nilai tersebut dapat dilakukan perubahan
terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan kemudian dapat
menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. Dalam
penelitian ini, digunakan analisis sensitivitas apabila terjadi perubahan pada
penurunan jumlah wisatawan dan harga paket wisata.
4.6. Asumsi Dasar yang Digunakan
Asumsi dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Modal usaha berasal dari modal sendiri dan grants (dana sumbangan)
pemerintah.
2) Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
Bank Indonesia pada saat penelitian yaitu tingkat suku bunga deposito Bank
Indonesia bulan Mei 2010 sebesar 6,5 persen.
3) Penilaian present value menggunakan dua metode. Metode compounding
untuk tahun pertama hingga ketiga, dan metode discounting pada tahun
keempat hingga ke-10.
4) Umur proyek adalah 10 tahun, didasarkan pada umur investasi terlama.
5) Dalam satu bulan terhitung 30 hari kerja sehingga dalam satu tahun adalah
360 hari (12 bulan).
6) Harga yang diberikan konstan setiap tahunnya.
7) Harga paket wisata terdiri dari tiga paket, yaitu:
a) Paket Mulih ka Lembur (paket kunjungan sehari) dengan harga :
i) Pelajar / Mahasiswa : Rp 55.000 per orang.
ii) Umum / Domestik : Rp 60.000 per orang.
iii) Wisatawan Asing : Rp 90.000 per orang.
42
iv) Anak-anak dibawah 5 tahun : Rp 35.000 per orang.
b) Paket Saweungi di Kampung Budaya (paket menginap) dengan harga :
i) Menginap di Rumah Panengen : Rp 800.000 per rumah (menginap
saja) atau Rp 1.600.000 per rumah (menginap dan menikmati
kegiatan).
ii) Menginap di Rumah Pangiwa : Rp 800.000 per rumah (menginap
saja) atau Rp 1.600.000 per rumah (menginap dan menikmati
kegiatan).
iii) Menginap di Rumah Pasangrahan : Rp 1.250.000 per rumah
(menginap saja) atau Rp 2.500.000 per rumah (menginap dan
menikmati kegiatan).
c) Paket kunjungan sehari dengan berbagai pilihan kegiatan, dengan harga
Rp 75.000 per orang.
7) Harga produk cinderamata diperoleh dari harga beli ditambah dengan nilai
tambah yang diharapkan oleh manajemen Kampung Budaya Sindangbarang.
8) Proyeksi jumlah wisatawan tahun 2010 berdasarkan jumlah kunjungan yang
diharapkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang. Kampung Budaya
Sindangbarang mengharapkan akan terjadi peningkatan sebesar 14.91 persen
dibandingkan tahun sebelumnya.
9) Proyeksi jumlah wisatawan digunakan untuk bulan Agustus-Desember 2010.
Agar tidak terjadi estimasi jumlah wisatawan yang berlebihan, jumlah
wisatawan tahun berikutnya hingga tahun berakhirnya usaha diasumsikan
sama dengan tahun 2010.
10) Nilai total pendapatan kunjungan wisata merupakan jumlah paket wisata yang
diambil oleh wisatawan selama satu tahun dikalikan dengan harga jualnya.
11) Pendapatan toko cinderamata didapatkan dari harga jual produk cinderamata
dikalikan dengan kuantitasnya.
12) Diasumsikan setiap wisatawan yang berkunjung ke Kampung Budaya
Sindangbarang membeli satu paket makanan tradisional.
13) Nilai total pendapatan konsumsi wisatawan adalah harga paket makanan
dikalikan dengan jumlah wisatawan.
43
14) Biaya yang dikeluarkan untuk usaha terdiri dari biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya
reinvestasi dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang telah habis umur
ekonomisnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.
15) Nilai sisa dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga
beli dibagi dengan umur ekonomis. Sedangkan untuk harga tanah
diasumsikan harga beli sama dengan harga jual pada akhir umur proyek.
16) Dalam analisis sensitivitas, penurunan jumlah wisatawan akan menyebabkan
penurunan jumlah paket wisata yang diambil oleh wisatawan, pendapatan
konsumsi wisatawan, biaya konsumsi wisatawan, gaji tenaga kerja tidak
tetap, pembelian bibit padi, padi dan ikan secara proporsional. Penurunan
harga paket wisata tidak menyebabkan perubahan terhadap jumlah wisatawan
yang berkunjung.
17) Terdapat dua pajak yang dibebankan, yaitu ajak daerah dan pajak
penghasilan. Pajak daerah dibebankan selama umur usaha, sedangkan pajak
penghasilan dibebankan dimulai pada tahun keempat usaha. Hal ini
dikarenakan Kampung Budaya Sindangbarang yang telah memasuki tahap
kemandirian pada tahun keempat usaha.
18) Pajak yang dibebankan adalah pajak daerah yang tertera dalam surat tagihan
pajak daerah Kampung Budaya Sindangbarang dengan Nomor Pokok Wajib
Pajak Daerah (NPWPD) P/2000/3740/34/411 sebesar Rp 100.000,- setiap
bulannya.
19) Pajak penghasilan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan
keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
yaitu :
a) Pasal 17 ayat 1 b.
Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar
28% (dua puluh delapan persen).
b) Pasal 17 ayat 2 a.
Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi 25% (dua
puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak 2010.
44
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Kondisi Geografis
Kampung Budaya Sindangbarang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor. Desa Pasir Eurih berada pada ketinggian 500
meter di atas permukaan laut dan merupakan kawasan yang berbukit di kaki
Gunung Salak. Kondisi ini menyebabkan udara yang sejuk dengan suhu rata-rata
230C – 300C. Desa Pasir Eurih terdiri dari 14 Rukun Warga (RW) dan 52 Rukun
Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk mencapai kurang lebih 12.000 jiwa.
Letak Desa Pasir Eurih berjarak lima kilometer dari Kota Bogor serta 60
kilometer dari Ibukota Jakarta. Mata pencaharian sebagian besar penduduk adalah
pengrajin sepatu dan sendal serta petani. Penduduknya mayoritas beragama Islam
dan masih memegang sistem kekeluargaan yang sangat tinggi dalam kehidupan
sehari-harinya.
Kecamatan Tamansari merupakan kawasan resapan air dan kawasan hijau
dengan melestarikan tanaman tahunan dan mengadakan rehabilitasi lahan kritis
dengan penanaman pohon. Komoditas pertanian yang dihasilkan Kecamatan
Tamansari adalah jagung, talas, singkong, kacang-kacangan, pepaya, durian,
rambutan sirsak, dan mentimun. Kecamatan Tamansari juga dikenal sebagai
sentra tanaman hias karena pemasarannya telah memasuki pangsa lokal, regional,
dan mancanegara.
Kecamatan Tamansari memiliki batas wilayah sebagai berikut :
1) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Bogor Selatan.
2) Sebelah selatan berbatasan dengan Gunung Salak.
3) Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tenjolaya dan Dramaga.
4) Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk.
Jaringan transportasi di Kecamatan Tamansari cukup baik, kondisi jalan
relatif baik, sebagian besar telah beraspal dan seluruh wilayah dapat dilalui oleh
kendaraan roda empat sepanjang tahun. Pelayanan jaringan listrik dari Perusahaan
Listrik Negara (PLN) telah menjangkau seluruh wilayah yang dimanfaatkan untuk
pemukiman, perkantoran, industri, perdagangan, dan jasa. Penerangan Jalan
Umum (PJU) cukup baik dan setiap tahunnya dilakukan penambahan PJU demi
meningkatkan sarana umum listrik. Sarana komunikasi masyarakat dilayani oleh
45
PT. Telkom dan telepon selular yang dimiliki masyarakat. Akses internet yang
dinikmati oleh masyarakat Kecamatan Tamansari umumnya berasal dari warnet.
5.2. Keragaan Umum Perusahaan
5.2.1. Sejarah dan Perkembangan Usaha
Kampung Budaya Sindangbarang didirikan oleh H. Achmad Mikami
Sumawijaya pada bulan Maret 2007 dan diresmikan pada bulan September 2007
oleh Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan. Achmad Mikami yang lebih
dikenal dengan panggilan Bapak Maki sendiri adalah tokoh masyarakat sekaligus
ketua kelompok kesenian sunda setempat yang bernama Sundagiripura. Ide awal
untuk mendirikan Kampung Budaya Sindangbarang bermula dari acara Serentaun
di tahun 2006 yang dipelopori oleh Bapak Maki sendiri. Serentaun merupakan
acara panen tahunan dalam kebudayaan sunda yang dilakukan untuk
mengapresiasikan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil panen
yang diperoleh. Serentaun 2006 sukses mendapatkan apresiasi baik dari
masyarakat maupun pemerintah. Upacara Serentaun 2006 merupakan upacara
Serentaun yang pertama diadakan sejak 32 tahun yang lalu.
Kesuksesan tersebut membuat Bapak Maki dikenal sebagai pelopor
sekaligus pelestari kebudayaan sunda baik oleh masyarakat setempat maupun
pemerintah. Keberhasilannya dalam menghidupkan lagi budaya sunda setempat
membuat beliau diundang dalam acara seminar kebudayaan nasional tahun 2006
yang diadakan oleh pemerintah Jawa Barat dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Jawa Barat. Dalam acara tersebut Bapak Maki bertemu dengan tokoh kebudayaan
sunda H. Anis Djatisunda. Mereka kemudian melakukan diskusi dan kemudian
menghasilkan ide untuk membentuk Kampung Budaya Sindangbarang.
Ide tersebut didukung baik oleh pemerintah. Dukungan tersebut
direalisasikan dengan bantuan modal yang diberikan untuk pendirian Kampung
Budaya Sindangbarang baik dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Konsep obyek wisata yang dibentuk adalah
agrowisata yang memiliki unsur dan nilai kebudayaan dan kehidupan masyarakat
sunda. Konsep tersebut akhirnya direalisasikan dengan pendirian Kampung
Budaya Sindangbarang di lahan seluas 8600 m2
milik Bapak Maki sendiri. Bapak
46
Maki berpendapat bahwa usaha Kampung Budaya Sindangbarang ini tidak hanya
untuk mencari keuntungan semata namun juga ikut berpartisipasi dalam
memelihara kebudayaan sunda dan melibatkan masyarakat setempat dalam
kegiatan usahanya.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan agrowisata yang unik karena
memadukan konsep edukasi pertanian dengan kebudayaan sunda. Wisatawan
yang berkunjung tidak hanya dapat menikmati fasilitas edukasi pertanian beserta
keindahan alamnya, tetapi juga dapat menikmati pertunjukkan kesenian sunda
serta melihat situs purbakala. Nuansa kebudayaan sunda sangat terlihat dan
direfleksikan oleh seluruh bangunannya yang memiliki arsitektur khas sunda.
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki tenaga kerja yang ahli dalam
menceritakan, mempertunjukan, dan memainkan kesenian dan sejarah sunda.
Kegiatan pertunjukan kesenian sunda yang menjadi salah satu daya tarik
Kampung Budaya Sindangbarang dipentaskan oleh tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang dan kelompok kesenian Sundagiripura.
Lokasi Kampung Budaya Sindangbarang yang berada di kaki Gunung
Salak memberikan udara yang sejuk dan pemandangan alam yang indah serta
menciptakan suasana pedesaan yang asri. Hamparan sawah yang dapat dilihat di
sekitar lokasi usaha juga semakin menambah suasana yang nyaman, indah, dan
asri.
Keunikan yang lain dari Kampung Budaya Sindangbarang adalah
tersebarnya situs sejarah di sekitar lokasi usaha. Fasilitas unik yang ditawarkan
oleh Kampung Budaya Sindangbarang kepada wisatawan adalah pengenalan situs
sejarah. Situs sejarah ini berupa menhir, dolmen, punden berundak, ataupun lokasi
bersejarah peninggalan dari Kerajaan Pajajaran. Salah satu situs sejarah yang
terkenal adalah Sumur Jalatunda dan Taman Sri Baginda. Kampung Budaya
Sindangbarang terlibat aktif di dalam melestarikan keberadaan situs sejarah ini
dan bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dalam
melakukan penelitian, dokumentasi dan menyelenggarakan seminar sejarah.
Sejak awal didirikannya, mayoritas wisatawan Kampung Budaya
Sindangbarang adalah rombongan pelajar TK sampai dengan SMA baik dari
Bogor maupun luar Bogor seperti Jakarta. Pada umumnya wisatawan ini ingin
47
menikmati suasana pedesaan yang masih asri sekaligus terlibat aktif di dalam
kegiatannya seperti menanam padi, menangkap ikan, dan menumbuk padi. Hal ini
tidak bisa mereka temukan pada daerah asalnya. Tidak sedikit juga wisatawan
yang datang merupakan rombongan keluarga inti dan rombongan karyawan dari
suatu perusahaan. Biasanya mereka ingin menikmati suasana pedesaan yang
masih asri dengan melakukan kegiatan gathering di Kampung Budaya Sindang
Barang.
Kampung Budaya Sindangbarang juga mengadakan acara dan kegiatan
yang lain di luar kegiatan bisnisnya. Acara yang paling terkenal adalah Upacara
Serentaun yang diadakan satu tahun sekali oleh Kampung Budaya Sindangbarang.
Sebagian pendapatan usaha yang diterima oleh Kampung Budaya Sindangbarang
disisihkan untuk mengadakan kegiatan ini. Upacara Serentaun telah menjadi
kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Kampung Budaya Sindangbarang
dan masyarakat Kecamatan Tamansari. Upacara ini merupakan rangkaian
kegiatan, dimulai dari iring-iringan penduduk setempat yang membawa hasil
panennya untuk kemudian dikumpulkan di alun-alun Kampung Budaya
Sindangbarang dan dilanjutkan dengan pertunjukan berbagai kesenian tradisional.
Upacara Serentaun mendapatkan apresiasi yang tinggi, tidak hanya dari
masyarakat Bogor namun juga daerah di luar Bogor. Banyak wartawan yang
meliput acara ini dan memberitakannya, baik di media massa maupun internet.
Dampaknya dirasakan oleh Kampung Budaya Sindangbarang yang semakin
terkenal di mata wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Lokasi usaha
Kampung Budaya Sindangbarang juga beberapa kali dijadikan lokasi shooting
acara televisi diantaranya adalah Good Morning in the Weekend dan Jelajah dari
salah satu stasiun televisi swasta Trans TV.
5.2.2. Organisasi
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan obyek wisata berkonsep
agrowisata dengan bentuk badan usaha perseorangan. Kampung Budaya
Sindangbarang mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari ketua (pemilik
usaha), wakil ketua, divisi hubungan masyarakat dan pemasaran, divisi
kesejarahan, divisi kesenian, divisi keagamaan, dan divisi keamanan. Dalam
48
melaksanakan kegiatannya, ketua dibantu wakil ketua yang membawahi setiap
divisi.
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki motto dengan menggunakan
bahasa Sunda yaitu “Budaya Urang Sadayana” yang berarti “budaya kita semua”.
Sesuai dengan motto yang dimiliki, Kampung Budaya Sindangbarang
menawarkan suatu konsep agrowisata yang unik dengan memasukkan nuansa
kebudayaan Sunda dalam usahanya dan dapat dinikmati oleh semua kalangan.
Konsep agrowisata yang memiliki unsur kebudayaan sunda juga tergambar
dalam logo perusahaan. Gambar bangunan tradisional sunda pada logo perusahaan
menunjukkan arsitektur bangunan yang ada di Kampung Budaya Sindangbarang
yang seluruhnya bernuansa tradisional sunda. Warna hijau dalam tulisan
“Kampung” menunjukkan unsur pertanian sesuai dengan konsep agrowisata yang
dijalankan. Warna merah dalam tulisan “Budaya” menggambarkan unsur
keterlibatan masyarakat dalam kegiatan usaha. Logo perusahaan dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Logo Kampung Budaya Sindangbarang Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang (2010)
5.2.3. Fasilitas dan Kegiatan
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki berbagai fasilitas yang dapat
dibagi menjadi bangunan, fasilitas lainnya, dan kegiatan. Untuk bangunan,
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki 28 bangunan bernuansa tradisional
sunda. Bangunan tersebut adalah sebagai berikut :
49
1) Rumah pangiwa, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda yang
memiliki dua kamar tidur dengan kapasitas delapan orang (Gambar 5).
Rumah pangiwa berjumlah tiga unit dan digunakan untuk tempat tinggal
wisatawan yang menginap di Kampung Budaya Sindangbarang.
Gambar 5. Rumah Pangiwa
2) Rumah panengen, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda yang
memiliki dua kamar tidur dengan kapasitas delapan orang. Rumah panengen
berjumlah empat unit dan digunakan untuk tempat tinggal wisatawan yang
menginap di Kampung Budaya Sindangbarang.
3) Rumah pasangrahan, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda
yang memiliki empat kamar tidur dan satu kamar mandi dengan kapasitas 15
orang (Gambar 6). Rumah pasangrahan berjumlah satu unit dan digunakan
untuk tempat tinggal wisatawan yang menginap di Kampung Budaya
Sindangbarang.
Gambar 6. Rumah Pasangrahan
50
4) Rumah girang serat, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda
yang memiliki dua kamar tidur dan satu kamar mandi dengan kapasitas
delapan orang. Rumah girang serat berjumlah satu unit dan digunakan untuk
kegiatan administrasi. Rumah girang serat juga dapat berfungsi sebagai
tempat tinggal wisatawan yang menginap di Kampung Budaya
Sindangbarang apabila rumah yang lainnya sedang digunakan.
5) Rumah besar, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda yang
memiliki tiga kamar tidur dan satu kamar mandi dengan kapasitas delapan
orang. Rumah besar berjumlah satu unit dan digunakan untuk tempat tinggal
ketua (pemilik usaha) Kampung Budaya Sindangbarang (Gambar 7). Rumah
besar juga dapat berfungsi sebagai tempat tinggal wisatawan yang menginap
di Kampung Budaya Sindangbarang apabila rumah yang lain sedang
digunakan.
Gambar 7. Rumah Besar
6) Toilet, merupakan toilet dengan arsitektur tradisional sunda. Toilet berjumlah
enam unit.
7) Bale pangriungan, merupakan aula besar dengan arsitektur tradisional sunda.
Bale pangriungan berjumlah satu unit dengan kapasitas 150 orang. Bale
pangriungan digunakan sebagai tempat berkumpulnya rombongan wisatawan
yang berjumlah besar. Wisatawan dapat melakukan kegiatan yang
membutuhkan tempat luas seperti rapat, mendengarkan penuturan cerita
sejarah sunda, ataupun berlatih tari tradisonal sunda.
51
8) Musholla, merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat ibadah
muslim. Musholla berjumlah satu unit dengan kapasitas 60 orang.
9) Saung lisung, merupakan bangunan yang digunakan untuk kegiatan
menumbuk padi. Saung lisung berjumlah satu unit.
10) Leuit, merupakan bengunan yang digunakan sebagai tempat menyimpan padi
yang telah dipanen. Leuit berjumlah delapan unit.
11) Saung talu, merupakan aula kecil yang digunakan sebagai tempat
pertunjukkan kesenian sunda. Saung talu berjumlah satu unit dengan
kapasitas 50 orang.
Selain bangunan, Kampung Budaya Sindangbarang juga memiliki
beberapa fasilitas yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Fasilitas
tersebut adalah :
1) Sawah, merupakan lahan yang digunakan wisatawan untuk belajar menanam
padi.
2) Kolam menangkap ikan, merupakan lahan yang digunakan wisatawan untuk
belajar menangkap ikan.
3) Tempat penyimpanan alat masak tradisonal, merupakan tempat yang
digunakan wisatawan untuk mengenal dan mempelajari penggunaan alat
masak tradisional sunda.
4) Alun-alun, merupakan lapangan besar yang digunakan sebagai tempat
berkumpulnya wisatawan dengan jumlah besar dan lahan bermain.
5) Free Wi-fi, Kampung Budaya Sindangbarang memiliki koneksi internet yang
terhubung dengan wi-fi. Wisatawan dapat menikmati internet gratis di dalam
area Kampung Budaya Sindangbarang.
Kampung Budaya Sindangbarang menawarkan berbagai kegiatan yang
dapat dinikmati oleh wisatawan. Kegiatan-kegiatan tersebut adalah :
1) Belajar menanam padi. Wisatawan dapat menikmati sarana edukasi pertanian
dengan belajar menanam padi yang dipandu oleh tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang. Bibit padi yang digunakan diperoleh dari petani
sekitar. Cara tanam padi yang digunakan biasanya disebut dengan nandur
yaitu menanam padi dengan tangan dan dilakukan sambil melangkah ke
52
belakang. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh rombongan wisatawan dari
kalangan pelajar dan anak-anak.
2) Belajar menangkap ikan. Wisatawan dapat menikmati sarana edukasi
pertanian dengan belajar menangkap ikan yang dipandu oleh tenaga kerja
Kampung Budaya Sindangbarang. Jenis ikan yang digunakan adalah ikan mas
yang diperoleh dari petani ikan sekitar. Ikan mas disebar ke dalam kolam ikan
dan wisatawan belajar menangkap ikan dengan tangan. Kegiatan ini biasanya
dilakukan oleh rombongan wisatawan dari kalangan pelajar dan anak-anak.
3) Belajar menumbuk padi. Wisatawan dapat menikmati sarana edukasi
pertanian dengan belajar menumbuk padi yang dipandu oleh tenaga kerja
Kampung Budaya Sindangbarang. Padi yang digunakan diperoleh dari petani
sekitar yang kemudian disimpan di leuit. Kegiatan yang dilakukan di Saung
Lisung ini dilakukan dengan cara menumbuk padi hasil panen agar beras
yang masih menempel di padi terlepas. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh
rombongan wisatawan kalangan pelajar dan anak-anak.
4) Belajar kesenian tradisional sunda. Wisatawan dapat mempelajari kesenian
tradisional Sunda seperti tari tradisional sunda dan memainkan alat musik
tradisional Sunda. Kegiatan belajar tari tradisional dilakukan di Bale
Pangriungan, sedangkan kegiatan belajar memainkan alat musik tradisional
dilakukan di Saung Talu. Kegiatan ini dipandu oleh tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang.
5) Pertunjukan kesenian tradisional sunda. Wisatawan dapat menikmati
pertunjukan kesenian tradisional sunda seperti drama tradisional dan
pertunjukan musik tradisional. Kegiatan ini dilakukan di Saung talu.
6) Pengenalan alat masak tradisional. Wisatawan dapat mengenal alat masak
tradisional sunda yang dipandu oleh tenaga kerja Kampung Budaya
Sindangbarang. Biasanya, pengenalan alat masak tradisional ini dipandu
langsung oleh wakil ketua karena pengetahuannya terhadap budaya sunda
setempat. Alat masak yang dikenalkan adalah hawu yang menggunakan kayu
bakar sebagai bahan bakarnya.
7) Penuturan sejarah Kampung Budaya Sindangbarang. Wisatawan dapat
mengetahui sejarah Kampung Budaya Sindangbarang dan adat kebudayaan
53
sunda setempat. Kegiatan ini dipandu langsung oleh wakil ketua karena
pengetahuannya terhadap budaya Sunda setempat. Kegiatan ini biasanya
dilakukan di Bale Pangriungan dan menjadi acara pembuka bagi wisatawan
yang datang.
8) Mandi di sungai. Wisatawan dapat menikmati kegiatan mandi di sungai
seperti kebanyakan masyarakat pedesaan. Sungai yang digunakan adalah
sungai Ciapus yang terletak tidak jauh dari area Kampung Budaya
Sindangbarang. Tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang membimbing
wisatawan dalam melakukan tracking dari Kampung Budaya melewati
hamparan sawah dan perumahan penduduk desa sekitar sampai ke sungai
Ciapus untuk melakukan kegiatan mandi di sungai..
9) Pengenalan dan pendampingan ke situs sejarah. Di sekitar Kampung Budaya
Sindangbarang tersebar berbagai situs sejarah. Situs sejarah tersebut berasal
dari peninggalan kerajaan sunda Padjajaran berupa menhir, dolmen, punden
berundak, ataupun lokasi bersejarah. Wisatawan dapat didampingi untuk
menuju lokasi dan melihat secara langsung situs-situs sejarah tersebut.
5.2.4. Paket Wisata
Seluruh kegiatan dikemas ke dalam paket wisata. Wisatawan dapat
memilih paket yang sesuai dengan keinginannya dalam kunjungannya ke
Kampung Budaya Sindangbarang. Paket tersebut adalah sebagai berikut :
1) Paket Mulih ka Lembur (paket kunjungan sehari)
Merupakan paket kunjungan sehari tanpa menginap. Dalam paket ini
wisatawan dapat menikmati kegiatan penuturan sejarah Kampung Budaya
Sindangbarang, belajar menanam padi, belajar menangkap ikan, belajar
menumbuk padi, belajar kesenian tradisional, pengenalan alat masak
tradisional, mandi di sungai, pengenalan dan pendampingan ke situs sejarah,
dan menikmati pertunjukan kesenian. Harga yang ditawarkan pada paket ini
adalah sebagai berikut :
a) Pelajar / Mahasiswa : Rp 55.000 per orang dengan jumlah minimal 40
orang.
b) Umum / Domestik : Rp 60.000 per orang dengan jumlah minimal 30
orang.
54
c) Wisatawan asing : Rp 90.000 per orang dengan jumlah minimal 30
orang.
d) Anak-anak usia dibawah lima tahun : Rp 35.000 per orang dengan jumlah
minimal 30 orang.
2) Paket Saweungi di Kampung Budaya (Paket Menginap)
Merupakan paket kunjungan menginap. Dalam paket ini wisatawan dapat
memilih antara menginap saja atau menginap dengan menikmati kegiatan
penuturan sejarah Kampung Budaya Sindangbarang, belajar menanam padi,
belajar menangkap ikan, belajar menumbuk padi, belajar kesenian tradisional,
pengenalan alat masak tradisional, mandi di sungai, pengenalan dan
pendampingan ke situs sejarah, dan menikmati pertunjukan kesenian Sunda.
Khusus untuk paket menginap, disediakan konsumsi makanan sebanyak 3
kali dengan menu makanan tradisional sunda. Harga yang ditawarkan dalam
paket ini adalah sebagai berikut :
a) Menginap di Rumah Panengen : Rp 800.000 per rumah (menginap saja)
atau Rp 1.600.000 per rumah (menginap dan menikmati kegiatan).
b) Menginap di Rumah Pangiwa : Rp 800.000 per rumah (menginap saja)
atau Rp 1.600.000 per rumah (menginap dan menikmati kegiatan).
c) Menginap di Rumah Pasangrahan : Rp 1.250.000 per rumah (menginap
saja) atau Rp 2.500.000 per rumah (menginap dan menikmati kegiatan).
3) Paket Tentatif
Kampung Budaya Sindangbarang juga menyediakan paket tentatif bagi
wisatawan yang ingin menikmati kegiatan di luar paket yang ditawarkan.
Harga paket dinegosiasikan dengan manajemen Kampung Budaya
Sindangbarang berdasarkan pemilihan kegiatan wisata. Paket tentatif yang
pernah diambil oleh wisatawan sampai tahun 2010 adalah paket dengan
beberapa kegiatan pilihan yaitu belajar menanam padi, berlatih kesenian, dan
makan bersama di malam hari dengan harga Rp 75.000,- per orang.
55
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Aspek Non-Finansial
Aspek non-finansial merupakan aspek studi kelayakan tanpa
memperhitungkan sisi finansial suatu usaha. Aspek finansial yang dibahas dalam
penelitian ini mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, dan aspek sosial ekonomi lingkungan.
6.1.1. Aspek Pasar
Aspek pasar digunakan untuk mengkaji potensi pasar usaha agrowisata
baik dari sisi permintaan, penawaran, pangsa pasar, penerapan segmenting,
targetting, dan positioning, serta strategi pemasaran yang diterapkan oleh
perusahaan menyangkut bauran pemasaran (marketing mix) yaitu produk, harga,
tempat, promosi, personil, bukti fisik, dan proses.
6.1.1.1. Potensi Pasar
Potensi pasar dari usaha agrowisata sangat tinggi. Hal ini didasarkan pada
kecenderungan wisatawan dewasa ini yang semakin peduli terhadap
lingkungannya. Dalam melakukan perjalanan wisata, wisatawan tidak hanya
sekedar ingin memuaskan kebutuhan berekreasi, tetapi juga mempertimbangkan
aspek pendidikan, alam, dan kebudayaan yang dimiliki obyek wisata tujuan.
Agrowisata dipandang sebagai bentuk alternatif obyek wisata yang ramah
lingkungan serta menyediakan fasilitas edukasi pertanian, dimana hal ini sesuai
dengan perubahan pola konsumsi wisatawan dewasa ini.
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata, Kabupaten Bogor hingga tahun
2009 tercatat memiliki 11 obyek wisata agrowisata. Obyek wisata tersebut adalah
Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Riung Gunung, Wisata Agro Kapol,
Taman Wisata Matahari, Wisata Desa Kampung Bambu, Kampung Wisata
Cinangneng, Kebun Wisata Pasir Mukti, Taman Wisata Mekarsari, Taman Bunga
Melrimba, Kampung Budaya Sindangbarang, dan Warso Farm. Permintaan
terhadap agrowisata dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke
obyek wisata agrowisata tersebut. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek
wisata agrowisata mengalami peningkatan hingga 37,57 persen dengan jumlah
56
total 905.604 wisatawan di tahun 2009. Hal ini menggambarkan bahwa
permintaan terhadap obyek wisata agrowisata mengalami peningkatan. Data
perkembangan jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata agrowisata di
Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Perkembangan Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Agrowisata
Kabupaten Bogor Tahun 2008-2009 (orang)
No Nama Agrowisata
Tahun Persentase
Peningkatan (%) 2008 2009
1 Wisata Agro Gunung Mas 313.446 275.222 -12,19
2 Taman Wisata Riung Gunung 19.388 12.990 -33,00
3 Wisata Agro Kapol 1.489 5.985 301,95
4 Taman Wisata Matahari 12.900 113.819 782,32
5 Wisata Desa Kampung Bambu 2.256 10.010 343,71
6 Kampung Wisata Cinangneng 3.260 5.830 78,83
7 Kebun Wisata Pasir Mukti 73.474 31.518 -57,10
8 Taman Wisata Mekarsari 166.720 306.734 83,98
9 Taman Bunga Melrimba 59.850 60.810 1,60
10 Kampung Budaya Sindangbarang 5.481 5.279 -3,69
11 Warso Farm 0 77.407
Jumlah Total 658.264 905.604 37,57
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor (2010), diolah
Penawaran usaha agrowisata dapat digambarkan dengan perkembangan
jumlah usaha agrowisata. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor
mencatat bahwa jumlah usaha agrowisata yang berada di Kabupaten Bogor
mengalami peningkatan. Tahun 2002 tercatat hanya 5 agrowisata yang ada di
Kabupaten Bogor yaitu Wisata Agro Gunung Mas, Taman Wisata Riung Gunung,
Taman Bunga Melrimba, Taman Buah Mekarsari, dan Wisata Inagro. Jumlah ini
terus mengalami peningkatan. Hingga tahun 2009, jumlah agrowisata yang ada di
Kabupaten Bogor meningkat menjadi 11 obyek wisata. Hal ini menggambarkan
bahwa penawaran usaha agrowisata mengalami peningkatan.
Permintaan dan penawaran usaha agrowisata mengalami peningkatan. Hal
ini menyebabkan terjadinya persaingan yang ketat antar para pelaku usaha
57
agrowisata untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang semakin meningkat.
Pelaku usaha agrowisata dituntut untuk memiliki ciri khas dan inovatif terhadap
kebijakan pengembangan usaha agrowisatanya.
Dewasa ini usaha agrowisata semakin bervariatif. Perkembangan
agrowisata di Kabupaten Bogor bermula dari Wisata Agro Gunung Mas yang
mengandalkan kebun teh sebagai daya tarik wisata, Taman Wisata Mekarsari yang
mengandalkan kebun buah sebagai daya tarik wisatanya, ataupun Taman Bunga
Melrimba yang mengandalkan kebun bunga sebagai daya tarik wisatanya. Usaha
agrowisata kemudian berkembang ditandai dengan menjamurnya usaha
agrowisata yang tidak hanya mengandalkan komoditas pertanian primer sebagai
daya tarik wisatanya, tetapi juga suasana pedesaan, keindahan alam, dan edukasi
pertanian di dalamnya. Kampung Wisata Cinangneng dan Wisata Desa Kampung
Bambu merupakan salah satu usaha agrowisata yang mengandalkan hal tersebut.
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan usaha agrowisata yang
memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Kampung Budaya Sindangbarang
selain menawarkan edukasi pertanian, juga menawarkan suasana alam pedesaan
yang indah dan kebudayaan sunda. Hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh
Kampung Budaya Sindangbarang sebagai daya tarik wisatanya sehingga dapat
menghadapi persaingan usaha agrowisata yang semakin ketat dan meningkatkan
pangsa pasar yang didapatkan. Ketatnya persaingan usaha agrowisata dapat
dipetakan pada pangsa pasar yang diperoleh.
Pada tahun 2008, Kampung Budaya Sindangbarang mendapatkan pangsa
pasar sebesar 0.83 persen dari total wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata
agrowisata di Kabupaten Bogor. Seiring dengan menurunnya jumlah wisatawan
pada tahun selanjutnya, pangsa pasar yang diperoleh di tahun 2009 juga
mengalami penurunan menjadi 0.58 persen dari total wisatawan yang berkunjung
ke obyek wisata agrowisata di Kabupaten Bogor. Penurunan jumlah wisatawan
tersebut merupakan hal yang wajar dialami suatu usaha pada tahun-tahun awal
usaha. Pangsa pasar dari usaha agrowisata yang ada di Kabupaten Bogor dapat
dilihat pada Gambar 8.
58
Gambar 8. Pangsa Pasar Usaha Agrowisata di Kabupaten Bogor Tahun 2008-
2009 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Bogor (2010), diolah
Kampung Budaya Sindangbarang menargetkan akan terjadi peningkatan
jumlah wisatawan di tahun 2010. Seiring dengan mulai stabilnya usaha dan
meningkatnya kemampuan manajemen dalam mengoperasionalkan usaha, serta
adanya rencana membangun toko cinderamata, jumlah wisatawan diprediksi akan
mengalami peningkatan sebesar 14.91 persen dibanding tahun sebelumnya dengan
total sebesar 6.066 wisatawan. Target ini juga didasarkan pada kecenderungan
permintaan terhadap agrowisata yang meningkat. Proyeksi jumlah kunjungan
wisatawan bulan Agustus-Desember 2010 dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tahun 2008
313,446, 47%
166,720, 25%
59,850, 9%
19,388, 3%
12,900, 2%
73,474, 11%
5,481, 0.83% 10,481, 2%
Wisata Agro Gunung Mas Taman Wisata Mekarsari Taman Bunga Melrimba Taman Wisata Riung Gunung Taman Wisata Matahari Kebun Wisata Pasir Mukti Kampung Budaya Sindangbarang
Lainnya
Tahun 2009
275,222; 30%
306,734; 33%
113,819; 13%
31,518; 3%
60,810; 7%
77,407; 9%
5,279; 0.58% 34,815; 4%
Wisata Agro Gunung Mas
Taman Wisata Mekarsari
Taman Wisata Matahari
Kebun Wisata Pasir Mukti
Taman Bunga Melrimba
Warso Farm
Kampung Budaya Sindangbarang
Lainnya
59
Tabel 8. Proyeksi Jumlah Wisatawan Tahun 2010 Berdasarkan Bulan
No. Bulan Proyeksi Jumlah Wisatawan (Orang)
1 Agustus 2010 615
2 September 2010 678
3 Oktober 2010 445
4 November 2010 675
5 Desember 2010 710
Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang (2010)
Pasar produk toko cinderamata merupakan wisatawan yang berkunjung ke
Kampung Budaya Sindangbarang. Dengan adanya toko cinderamata, Kampung
Budaya Sindangbarang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan yang ingin
memiliki produk cinderamata khas Kampung Budaya Sindangbarang sebagai
kenang-kenangan. Pada tahun sebelumnya, wisatawan yang berkunjung ke
Kampung Budaya Sindangbarang seringkali meminta Kampung Budaya
Sindangbarang untuk menyediakan produk-produk cinderamata seperti kerajinan
kayu dan kulit khas Kecamatan Tamansari. Dengan tingginya permintaan
wisatawan di masa lalu, maka produk cinderamata yang nantinya dijual melalui
toko cinderamata sangat potensial untuk dipasarkan.
6.1.1.2. Segmenting, Targeting, dan Positioning
Inti dari konsep pemasaran adalah menempatkan kebutuhan pelanggan di
dalam kebijakan pemasaran dari suatu perusahaan. Berdasarkan konsep tersebut,
Kampung Budaya Sindangbarang harus melakukan identifikasi terhadap segmen
pasar yang diinginkan, target pasar yang diinginkan, serta positioning produk
yang dihasilkan di pasar agar kebijakan pemasaran perusahaan berjalan efektif.
1) Segmenting
Segmentasi pasar dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu,
segmentasi geografis, segmentasi demografis, segmentasi psikografis, serta
segmentasi perilaku. Penerapan segmentasi geografis yang dilakukan
Kampung Budaya Sindangbarang adalah wilayah Jabodetabek (Jakarta,
Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi) dan wisatawan mancanegara.
Segmentasi dengan wilayah Jabodetabek dilakukan karena lokasi usaha
60
Kampung Budaya Sindangbarang terletak di Kabupaten Bogor, dekat dengan
kawasan Jabodetabek. Selain itu, wilayah Jabodetabek merupakan wilayah
perkotaan sehingga cocok dengan konsep agrowisata yang menawarkan
keindahan alam, udara yang segar, serta edukasi pertanian yang tidak bisa
didapatkan di wilayah perkotaan. Sedangkan untuk segmentasi wisatawan
mancanegara dilakukan karena Kabupaten Bogor merupakan salah satu
daerah tujuan wisata di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan
mancanegara. Nilai unik yang dimilki Kampung Budaya Sindangbarang yaitu
ciri khas kebudayaan sunda juga diharapkan menjadi daya tarik tersendiri
bagi wisatawan mancanegara.
Penerapan segmentasi demografis yang dilakukan Kampung Budaya
Sindangbarang adalah pelajar, keluarga, dan karyawan. Sejak didirikannya,
wisatawan yang berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang kebanyakan
berasal dari kalangan pelajar mulai dari TK sampai dengan SMA. Biasanya,
kalangan ini berkunjung karena ingin mendapatkan edukasi pertanian dan
bermain di dalam suasana alam pedesaan, serta mempelajari kehidupan sosial
masyarakat pedesaan. Kalangan keluarga melakukan kunjungan karena ingin
menghabiskan waktu liburan bersama keluarga, sedangkan kalangan
karyawan biasanya berkunjung karena acara gathering yang diadakan oleh
suatu perusahaan.
Penerapan segmentasi psikografis yang dilakukan oleh Kampung Budaya
Sindangbarang adalah wisatawan yang memiliki gaya hidup peduli dengan
lingkungan dan kekayaan budaya. Sebagai salah satu usaha agrowisata,
Kampung Budaya Sindangbarang mengetahui perubahaan pola konsumsi
masyarakat dewasa ini. Seiring dengan meningkatnya isu pemanasan global,
konsumen semakin peduli terhadap alam dan lingkungannya. Agrowisata
yang ditawarkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang merupakan obyek
wisata yang ramah lingkungan sehingga cocok dengan wisatawan yang
memiliki kondisi psikografis tersebut. Sedangkan untuk segmentasi perilaku,
Kampung Budaya Sindangbarang tidak menerapkannya. Hal ini dikarenakan
Kampung Budaya Sindangbarang ingin mendapatkan pasar luas yang tidak
61
terbatasi oleh manfaat, status konsumen, loyalitas, kesempatan, pemakaian
dan sikap konsumen terhadap produk.
2) Targeting
Target pasar yang diinginkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang adalah
wisatawan domestik dan mancanegara. Untuk wisatawan domestik,
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki target khusus yaitu kalangan
pelajar, keluarga, dan karyawan yang tinggal di daerah perkotaan seperti
kawasan Jabodetabek. Walupun tidak menjadi prioritas utama, wisatawan
mancanegara juga menjadi target pasar bagi Kampung Budaya
Sindangbarang. Hal ini ditunjukkan dengan adanya paket wisata bagi
wisatawan mancanegara. Kampung Budaya Sindangbarang dapat dikenal
oleh wisatawan mancanegara karena sering mengadakan acara dan seminar
yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam rangka
memelihara kebudayaan Indonesia, Kampung Budaya Sindangbarang lewat
sanggar seninya Sundagiripura seringkali mengisi acara yang diadakan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata. Acara tersebut diantaranya adalah penampilan
tari jaipong dan drama adu jaten. Acara ini seringkali dikunjungi oleh
wisatawan manacanegara sehingga dalam kesempatan tersebut, Kampung
Budaya Sindangbarang dapat mempromosikan usahanya.
3) Positioning
Produk yang dihasilkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang adalah
gabungan barang dan jasa yang menitikberatkan pada jasa. Produk tersebut
terdiri dari berbagai kegiatan yang ditawarkan dalam paket wisata yang
dimiliki Kampung Budaya Sindangbarang. Penempatan produk yang
ditawarkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang adalah sebagai usaha
agrowisata yang tidak hanya menawarkan fasilitas edukasi pertanian tetapi
juga memiliki nuansa kebudayaan dan kehidupan masyarakat sunda di
dalamnya.
6.1.1.3. Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran merupakan bagian dari strategi pemasaran yang
dijalankan oleh suatu usaha atau pemasaran. Dalam bidang jasa, bauran
pemasaran dikenal dengan strategi “7P”, yaitu Product (produk), Price (harga),
62
Place (distribusi), Promotion (promosi), People (personil), Physical Evidence
(bukti fisik), dan Process (proses).
1) Produk
Produk yang dihasilkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang berupa
gabungan antara barang dan jasa yang menitikberatkan pada jasa. Produk
tersebut terdiri dari :
a) Belajar menanam padi. Wisatawan dapat menikmati edukasi pertanian
dengan belajar menanam padi yang dipandu oleh tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang. Bibit padi yang digunakan diperoleh dari petani
sekitar. Cara tanam padi yang digunakan biasanya disebut dengan nandur
yaitu menanam padi dengan tangan dan dilakukan sambil melangkah ke
belakang.
b) Belajar menangkap ikan. Wisatawan dapat menikmati edukasi pertanian
dengan belajar menangkap ikan yang dipandu oleh tenaga kerja
Kampung Budaya Sindangbarang. Jenis ikan yang digunakan adalah ikan
mas yang diperoleh dari petani ikan sekitar. Ikan mas disebar ke dalam
kolam ikan, kemudian wisatawan belajar menangkap ikan dengan tangan.
c) Belajar menumbuk padi. Wisatawan dapat menikmati edukasi pertanian
dengan belajar menumbuk padi yang dipandu oleh tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang. Padi yang digunakan diperoleh dari petani
sekitar yang kemudian disimpan di leuit. Kegiatan yang dilakukan di
Saung Lisung ini dilakukan dengan cara menumbuk padi hasil panen
agar beras yang masih menempel di padi terlepas.
d) Belajar kesenian tradisional sunda. Wisatawan dapat mempelajari
kesenian tradisional sunda seperti tari tradisional sunda dan memainkan
alat musik tradisional sunda. Kegiatan belajar tari tradisional dilakukan
di Bale Pangriungan, sedangkan kegiatan belajar memainkan alat musik
tradisional dilakukan di Saung Talu. Kegiatan ini dipandu oleh tenaga
kerja Kampung Budaya Sindangbarang.
e) Pertunjukan kesenian tradisional sunda. Wisatawan dapat menikmati
pertunjukan kesenian tradisional sunda seperti drama tradisional dan
pertunjukan musik tradisional. Kegiatan ini dilakukan di Saung Talu.
63
f) Pengenalan alat masak tradisional. Wisatawan dapat mengenal alat
masak tradisional sunda dengan dipandu oleh tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang. Biasanya, pengenalan alat masak tradisional ini
dipandu langsung oleh wakil ketua karena pengetahuannya terhadap
budaya sunda setempat. Alat masak yang dikenalkan adalah hawu yang
menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakarnya.
g) Penuturan sejarah Kampung Budaya Sindangbarang. Wisatawan dapat
mengetahui sejarah Kampung Budaya Sindangbarang dan adat
kebudayaan sunda setempat. Kegiatan ini dipandu langsung oleh wakil
ketua karena pengetahuannya terhadap budaya sunda setempat. Kegiatan
ini biasanya dilakukan di Bale Pangriungan dan menjadi acara pembuka
bagi wisatawan yang datang.
h) Mandi di sungai. Wisatawan dapat menikmati kegiatan mandi di sungai
seperti kebanyakan masyarakat pedesaan. Sungai yang digunakan adalah
sungai Ciapus yang terletak tidak jauh dari area Kampung Budaya
Sindangbarang. Tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang
membimbing wisatawan dalam melakukan tracking dari Kampung
Budaya melewati hamparan sawah dan perumahan penduduk desa sekitar
sampai ke sungai Ciapus untuk melakukan kegiatan mandi di sungai.
i) Pengenalan dan pendampingan ke situs sejarah. Di sekitar Kampung
Budaya Sindangbarang tersebar berbagai situs sejarah. Situs sejarah
tersebut berasal dari peninggalan kerajaan sunda Padjajaran berupa
menhir, dolmen, punden berundak, ataupun lokasi bersejarah. Wisatawan
dapat didampingi untuk menuju lokasi dan melihat secara langsung situs-
situs sejarah tersebut.
j) Makanan tradisional sunda. Kampung Budaya Sindangbarang juga
menyediakan paket makanan tradisional sunda kepada wisatawan. Menu
paket makanannya adalah nasi putih, ayam goreng, sayur asam, tahu dan
tempe goreng, serta ikan asin.
k) Free wi-fi. Kampung Budaya Sindangbarang memiliki koneksi internet
yang terhubung dengan wi-fi. Wisatawan dapat menikmati internet gratis
di dalam area Kampung Budaya Sindangbarang.
64
l) Toko cinderamata. Kampung Budaya Sindangbarang berencana untuk
membangun toko cinderamata pada tahun 2010, dan mengoperasikannya
pada tahun berikutnya. Produk yang akan dijual pada toko cinderamata
adalah tas bulu domba, kujang, sandal Kampung Budaya Sindangbarang,
kaos dan baju pangsi, gantungan kunci kujang, gantungan kunci biasa,
gelang, majalah Balebat, ikat kepala, dan wadah korek api.
2) Harga
Seluruh produk wisata tersebut dikemas ke dalam paket kunjungan.
Wisatawan dapat memilih paket yang sesuai dengan keinginannya dalam
kunjungannya ke Kampung Budaya Sindangbarang. Paket tersebut adalah
sebagai berikut :
a) Paket Mulih ka Lembur (Paket Kunjungan Sehari). Paket ini merupakan
paket kunjungan sehari tanpa menginap. Dalam paket ini wisatawan
dapat menikmati kegiatan penuturan sejarah Kampung Budaya
Sindangbarang, belajar menanam padi, belajar menangkap ikan, belajar
menumbuk padi, belajar kesenian tradisional, pengenalan alat masak
tradisional, mandi di sungai, pengenalan dan pendampingan ke situs
sejarah, dan menikmati pertunjukan kesenian sunda. Selain itu,
wisatawan juga dapat memperoleh paket makanan tradisional sunda
dengan harga Rp 20.000,- per paket. Harga yang ditawarkan pada paket
Mulih ka Lembur adalah sebagai berikut :
i) Pelajar / Mahasiswa : Rp55.000 per orang dengan jumlah minimal 40
orang.
ii) Umum / Domestik : Rp 60.000 per orang dengan jumlah minimal
30 orang.
iii) Wisatawan asing : Rp 90.000 per orang dengan jumlah minimal
30 orang.
iv) Anak-anak usia dibawah 5 tahun : Rp 35.000 per orang dengan
jumlah minimal 30 orang.
b) Paket Saweungi di Kampung Budaya (Paket Menginap). Paket ini
merupakan paket kunjungan menginap. Dalam paket ini wisatawan dapat
memilih antara menginap saja atau menginap dengan menikmati kegiatan
65
penuturan sejarah Kampung Budaya Sindangbarang, belajar menanam
padi, belajar menangkap ikan, belajar menumbuk padi, belajar kesenian
tradisional, pengenalan alat masak tradisional, mandi di sungai,
pengenalan dan pendampingan ke situs sejarah, dan menikmati
pertunjukan kesenian. Khusus untuk paket menginap, disediakan
konsumsi makanan sebanyak 3 kali dengan menu makanan tradisional
Sunda. Harga yang ditawarkan dalam paket ini adalah sebagai berikut :
i) Menginap di Rumah Panengen : Rp 800.000 per rumah (menginap
saja) atau Rp 1.600.000 per rumah (menginap dan menikmati
kegiatan).
ii) Menginap di Rumah Pangiwa : Rp 800.000 per rumah (menginap
saja) atau Rp 1.600.000 per rumah (menginap dan menikmati
kegiatan).
iii) Menginap di Rumah Pasangrahan : Rp 1.250.000 per rumah
(menginap saja) atau Rp 2.500.000 per rumah (menginap dan
menikmati kegiatan).
c) Paket Tentatif. Kampung Budaya Sindangbarang juga menyediakan
paket tentatif bagi wisatawan yang ingin menikmati kegiatan di luar
paket yang ditawarkan. Harga paket dinegosiasikan dengan manajemen
Kampung Budaya Sindangbarang berdasarkan pemilihan kegiatan wisata.
Paket tentatif yang pernah diambil oleh wisatawan sampai tahun 2010
adalah paket dengan beberapa kegiatan pilihan yaitu belajar menanam
padi, berlatih kesenian, dan makan bersama di malam hari dengan harga
Rp 75.000,- per orang.
Harga produk toko cinderamata memiliki nilai yang berbeda-beda pada setiap
jenis produknya. Harga produk toko cinderamata dapat dilihat pada Tabel 9
berikut.
66
Tabel 9. Harga Produk berdasarkan Jenis Produk Toko Cinderamata
No. Jenis Produk Toko Cinderamata Harga Produk Satuan (Rp)
1 Tas Bulu Domba 150.000,00
2 Kujang 75.000,00
3 Sendal KBS 10.000,00
4 Kaos dan Baju Pangsi 150.000,00
5 Gantungan Kunci Kujang 12.500,00
6 Gantungan Kunci Biasa 7.000,00
7 Gelang 2.000,00
8 Majalah Balebat 10.000,00
9 Ikat Kepala 25.000,00
10 Wadah Korek Api 5.000,00
Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang (2010)
3) Distribusi
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan usaha agrowisata yang
menawarkan produk jasa. Dalam melakukan kegiatan usahanya, setiap
produk jasa yang ditawarkan dinikmati oleh konsumen langsung di lokasi
usaha. Oleh karena itu distribusi yang digunakan oleh Kampung Budaya
Sindangbarang adalah distribusi langsung, yaitu proses distribusi produk dari
produsen ke konsumen tanpa distributor, dimana konsumen melakukan
kegiatan konsumsinya di lokasi usaha produsen berada.
4) Promosi
Kampung Budaya Sindangbarang melakukan berbagai kegiatan promosi
dalam kegiatan usahanya. Kegiatan promosi dilakukan dengan tujuan agar
calon wisatawan dapat mengetahui keberadaan usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Kampung
Budaya Sindangbarang adalah :
a) Promosi ke sekolah-sekolah. Sesuai dengan target pasar yang ditetapkan,
kegiatan promosi Kampung Budaya Sindangbarang adalah melakukan
kegiatan presentasi dan penyebaran brosur ke berbagai sekolah di Bogor
dan Jakarta.
b) Promosi melalui berbagai acara dan kegiatan. Kampung Budaya
Sindangbarang seringkali diundang di berbagai acara kepariwisataan dan
67
kebudayaan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata seperti seminar pariwisata, pertunjukan kesenian, dan lain-
lain. Dalam kesempatan ini Kampung Budaya Sindangbarang melakukan
kegiatan promosinya dengan cara mempresentasikan dan menyebarkan
brosur.
c) Promosi melalui teknologi e-commerce. Teknologi e-commerce
merupakan kegiatan promosi produk berbasis internet. Kampung Budaya
Sindangbarang memilki website yaitu www.kp-sindangbarang.com.
Website tersebut secara umum berisi tentang profil perusahaan, kegiatan
dan fasilitas yang ditawarkan, acara yang diadakan, serta pemesanan
paket wisata.
d) Promosi melalui pemasangan iklan di media cetak. Kampung Budaya
Sindangbarang melakukan kegiatan promosinya salah satunya melalui
melalui media cetak. Media cetak yang pernah memuat iklan Kampung
Budaya Sindangbarang adalah Radar Bogor dan Jurnal Bogor.
e) Promosi melalui papan jalan. Terdapat dua papan jalan yang digunakan
selain sebagai papan penunjuk jalan, juga sebagai media promosi. Papan
jalan tersebut terletak di Jalan Raya Ciapus dan jalan masuk Kampung
Budaya Sindangbarang. Orang-orang yang melihat papan tersebut dapat
mengetahui usaha Kampung Budaya Sindangbarang.
5) Personil
Personil didefinisikan sebagai penggunaan sumberdaya manusia dalam
melakukan dan menunjang kegiatan pemasaran. Tenaga kerja yang ada di
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan orang-orang yang mempunyai
pengetahuan di dalam mengoperasikan kegiatan yang ditawarkan Kampung
Budaya Sindangbarang. Kegiatan edukasi pertanian yaitu belajar menanam
padi, belajar menangkap ikan, dan belajar menumbuk padi dipandu oleh
tenaga kerja yang mengerti tentang cara melakukan kegiatan tersebut. Tenaga
kerja Kampung Budaya juga memahami cara menampilkan kesenian Sunda
serta mengetahui sejarah Sunda dan situs-situs sejarah. Tenaga kerja yang ada
di Kampung Budaya Sindangbarang juga diwajibkan untuk memakai pakaian
adat Sunda dalam menyambut dan melayani wisatawan. Hal tersebut
68
dilakukan agar wisatawan tidak hanya mendapatkan kepuasan dari produk
jasa yang ditawarkan, tetapi juga dari personil yang menyampaikannya.
6) Bukti Fisik
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki 28 bangunan dengan arsitektur
tradisional sunda. Bangunan tersebut ditata sedimikian rupa menyerupai suatu
pedesaan sehingga memberikan suasana layaknya pedesaan yang asri, indah,
dan nyaman. Selain itu, lokasi usaha langsung berbatasan dengan alam
terbuka dengan pemandangan sawah dan pegunungan yang semakin
menambah kesan pedesaan yang nyata bagi wisatawan yang datang.
7) Proses
Kampung Budaya Sindangbarang mengatur urutan produk jasanya agar dapat
dinikmati oleh wisatawan secara maksimal. Urutan kegiatan yang akan
dilakukan oleh wisatawan dimulai dari penuturan sejarah Kampung Budaya
Sindangbarang, menanam padi, menumbuk padi, pengenalan alat masak
tradisional, menangkap ikan, pengenalan situs sejarah, mandi di sungai, dan
yang terakhir adalah pengenalan dan pertunjukan kesenian sunda. Kegiatan
tersebut dilakukan secara berurutan satu demi satu agar setiap alur kegiatan
dapat diikuti, dinikmati dan dipahami secara nyaman oleh wisatawan.
6.1.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar
Penentuan kelayakan usaha dari aspek pasar dapat dilihat dari indikator
kelayakan aspek pasar. Indikator kelayakan aspek pasar adalah tingginya
permintaan terhadap usaha agrowisata yang berarti peluang untuk mendapatkan
pangsa pasar yang lebih besar. Walaupun penawaran usaha agrowisata juga
meningkat dan pangsa pasar yang didapat mengalami penurunan, Kampung
Budaya Sindangbarang mampu untuk bersaing dengan usaha agrowisata yang
lainnya karena mampu menetapkan segmentasi pasar dan pangsa pasar, serta
menempatkan produknya dalam persaingan usaha dengan baik. Rencana pendirian
toko cinderamata juga layak untuk dijalankan karena tingginya permintaan
terhadap produk cinderamata oleh wisatawan.
69
6.1.2. Aspek Teknis
Aspek teknis digunakan untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan
teknis atau operasi yaitu lokasi usaha, fasilitas, skala usaha, layout usaha, alur
kegiatan operasional usaha, serta penggunaan teknologi. Tujuan analisis aspek
teknis adalah menilai ketepatan teknis dari Kampung Budaya Sindangbarang
dalam menciptakan produk jasa yang sesuai dengan pasar sasaran.
6.1.2.1. Lokasi Usaha
Kampung Budaya Sindangbarang terletak di Desa Pasir Eurih, Kecamatan
Taman Sari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas lahan mencapai 8600 m2.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi usaha adalah :
1) Kondisi geografis
Lokasi usaha Kampung Budaya Sindangbarang terletak pada kawasan
berbukit di kaki Gunung Salak dengan ketinggian 500 meter di atas
permukaan laut. Kondisi ini didukung oleh udara udara yang sejuk dengan
suhu rata-rata 230C – 300C. Di sekitar lokasi usaha terdapat hamparan sawah
yang luas serta pemukiman penduduk desa. Letak lokasi usaha Kampung
Budaya Sindangbarang cukup strategis karena dekat dengan Kota Bogor dan
Jakarta dengan jarak lima kilometer dari Kota Bogor serta 60 kilometer dari
Kota Jakarta. Kondisi geografis tersebut mendukung usaha agrowisata yang
dijalankan oleh Kampung Budaya Sindangbarang.
2) Fasilitas jalan dengan kondisi cukup baik
Kondisi jalan di Kecamatan Tamansari cukup baik. Sebagian besar telah
beraspal dan seluruh wilayah dapat dilalui oleh kendaraan roda empat
sepanjang tahun. Dengan kondisi seperti ini, akses wisatawan yang ingin
berwisata ke Kampung Budaya Sindangbarang relatif mudah.
3) Ketersediaan bahan baku
Dalam usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang yang sebagian
besar produknya berupa jasa, bahan baku yang digunakan dalam usaha ini
relatif mudah untuk didapatkan. Bahan baku yang digunakan adalah bibit padi
untuk keperluan belajar menanam padi, padi untuk keperluan belajar
menumbuk padi, dan ikan mas untuk keperluan belajar menangkap ikan. Bibit
70
padi, padi, dan ikan mas dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lokasi
usaha, karena kebanyakan penduduk sekitar berprofesi sebagai petani.
4) Dukungan dari pemerintah
Pendirian usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang didukung oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
Kampung Budaya Sindangbarang memperoleh bantuan modal untuk
pendirian usaha. Selain itu, Kampung Budaya Sindangbarang juga diresmikan
oleh Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan.
5) Ketersediaan listrik dan air
Kampung Budaya Sindangbarang tidak memiliki kesulitan dalam
mendapatkan listrik dan air. Di lokasi usaha, instalasi listrik PLN sudah ada
sehingga Kampung Budaya Sindangbarang tidak perlu menyediakan listrik
sendiri. Untuk kebutuhan air, lokasi usaha yang berada di kaki gunung
membuat air mudah untuk diperoleh.
6) Supply tenaga kerja
Kampung Budaya Sindangbarang tidak memiliki kesulitan dalam
memperoleh tenaga kerja. Tenaga kerja dapat diperoleh dari penduduk
sekitar. Alasan Kampung Budaya Sindangbarang untuk menggunakan tenaga
kerja dari penduduk sekitar agar usaha yang ada dapat mensejahterakan
penduduk sekitar. Selain itu, jasa yang ditawarkan oleh Kampung Budaya
Sindangbarang sebagian besar sangat berhubungan dengan kebudayaan
masyarakat setempat, sehingga tenaga kerja yang digunakan untuk
penyampaian jasa wisata akan lebih baik jika menggunakan penduduk sekitar
yang paham tentang kebudayaan setempat.
7) Hukum dan peraturan yang berlaku
Usaha yang dilakukan oleh Kampung Budaya Sindangbarang masih berada
dalam koridor hukum dan peraturan yang berlaku sehingga tidak ada
hambatan hukum dan peraturan lokal yang melarang kegiatan usaha ini.
Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar juga tidak ada yang menentang
kegiatan usaha ini.
71
8) Rencana untuk pengembangan usaha
Kampung Budaya Sindangbarang berencana untuk melakukan pengembangan
usaha dengan membangun toko cinderamata. Toko cinderamata ini
direncanakan akan menjual berbagai macam produk kerajinan tangan.
Pasokan produk kerajinan tangan ini sebagian diperoleh dari usaha kerajinan
masyarakat sekitar yang sebagian besar berprofesi sebagai pengrajin. Hal ini
memudahkan Kampung Budaya Sindangbarang dalam merealisasikan
rencana pengembangan usahanya.
6.1.2.2. Fasilitas, Skala, dan Operasional Usaha
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki berbagai fasilitas yang dapat
dibagi menjadi bangunan dan fasilitas lainnya. Untuk bangunan, Kampung
Budaya Sindangbarang memiliki 28 bangunan bernuansa tradisional sunda.
Bangunan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Rumah pangiwa, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda yang
memiliki dua kamar tidur dengan kapasitas delapan orang. Rumah pangiwa
berjumlah tiga unit dan digunakan untuk tempat tinggal wisatawan yang
menginap di Kampung Budaya Sindangbarang. Rumah pangiwa berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 8 x 10 meter.
2) Rumah panengen, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda yang
memiliki dua kamar tidur dengan kapasitas delapan orang. Rumah panengen
berjumlah empat unit dan digunakan untuk tempat tinggal wisatawan yang
menginap di Kampung Budaya Sindangbarang. Rumah panengen berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 8 x 10 meter.
3) Rumah pasangrahan, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda
yang memiliki empat kamar tidur dan satu kamar mandi dengan kapasitas 15
orang. Rumah pasangrahan berjumlah satu unit dan digunakan untuk tempat
tinggal wisatawan yang menginap di Kampung Budaya Sindangbarang.
Rumah pasangrahan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 12 meter.
4) Rumah girang serat, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda
yang memiliki dua kamar tidur dan satu kamar mandi dengan kapasitas
delapan orang. Rumah girang serat berjumlah satu unit dan digunakan untuk
kegiatan administrasi usaha. Rumah Girang Serat juga dapat berfungsi
72
sebagai tempat tinggal wisatawan yang menginap di Kampung Budaya
Sindangbarang apabila rumah yang lainnya sedang digunakan. Rumah girang
serat berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 x 12 meter.
5) Rumah besar, merupakan rumah dengan arsitektur tradisional sunda yang
memiliki tiga kamar tidur dengan kapasitas delapan orang. Rumah Besar
berjumlah satu unit dan digunakan untuk tempat tinggal ketua (pemilik usaha)
Kampung Budaya Sindangbarang. Rumah besar juga dapat berfungsi sebagai
tempat tinggal wisatawan yang menginap di Kampung Budaya
Sindangbarang apabila rumah yang lain sedang digunakan. Rumah besar
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 10 x 15 meter.
6) Toilet, merupakan toilet dengan arsitektur tradisional sunda. Toilet berjumlah
enam unit. Toilet berbentuk persegi dengan ukuran 1 x 1 meter.
7) Bale pangriungan, merupakan aula besar dengan arsitektur tradisional sunda.
Bale pangriungan berjumlah satu unit dengan kapasitas 150 orang. Bale
pangriungan digunakan sebagai tempat berkumpulnya wisatawan yang
berjumlah besar. Wisatawan dapat melakukan kegiatan yang membutuhkan
tempat luas seperti rapat, mendengarkan penuturan cerita sejarah sunda,
ataupun berlatih tari tradisional sunda. Bale pangriungan berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 15 x 17 meter.
8) Musholla, merupakan bangunan yang digunakan sebagai tempat ibadah umat
muslim. Musholla berjumlah satu unit dengan kapasitas 60 orang. Musholla
berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 x 10 meter.
9) Saung Lisung, merupakan bangunan yang digunakan untuk kegiatan
menumbuk padi. Saung Lisung berjumlah satu unit dengan ukuran 1 x 2
meter.
10) Leuit, merupakan bengunan yang digunakan sebagai tempat menyimpan padi
yang telah dipanen. Leuit berjumlah delapan unit. Leuit berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 1 x 4 meter.
11) Saung talu, merupakan aula kecil yang digunakan sebagai tempat
pertunjukkan kesenian sunda. Saung talu berjumlah satu unit dengan
kapasitas 50 orang. Saung talu berbentuk persegi panjang dengan ukuran 8 x
10 meter.
73
12) Toko cinderamata, merupakan bangunan untuk menjual produk cinderamata.
Bangunan toko cinderamata menyerupai saung terbuka dengan ukuran 2 x 3
meter.
Kampung Budaya Sindangbarang juga memiliki beberapa fasilitas yang
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Fasilitas tersebut adalah :
1) Sawah, merupakan lahan seluas 150m2 yang digunakan wisatawan untuk
belajar menanam padi.
2) Kolam menangkap ikan, merupakan lahan seluas 150m2 yang digunakan
wisatawan untuk belajar menangkap ikan.
3) Tempat penyimpanan alat masak tradisional, merupakan tempat yang
digunakan wisatawan untuk mengenal dan mempelajari penggunaan alat
masak tradisional Sunda. Tempat penyimpanan alat masak tradisional terletak
di sebelah rumah besar dengan ukuran 2 x 5 meter. Alat masak yang
diperkenalkan kepada wisatawan adalah hawu yang berjumlah tiga unit.
4) Alun-alun, merupakan lapangan besar yang digunakan sebagai tempat
berkumpulnya wisatawan dengan jumlah besar dan lahan bermain.
Wisatawan yang merupakan pelajar dan anak-anak dapat bermain permainan
tradisional Sunda seperti enggrang dan bakiak di alun-alun. Alun-alun
berbentuk persegi dengan ukuran 20 x 20 meter.
5) Menara pemancar Wi-fi, merupakan alat untuk memancarkan sinyal wi-fi
dengan koneksi internet. Wisatawan dapat mengakses internet secara gratis di
Kampung Budaya Sindangbarang.
6) Genset, merupakan alat penghasil listrik dengan bahan bakar solar. Untuk
menjaga kenyamanan wisatawan saat listrik padam, Kampung Budaya
Sindang Barang memiliki genset.
7) Alat permainan tradisional. Kampung Budaya Sindangbarang memiliki alat
permainan tradisional berupa enggrang dan bakiak yang digunakan
wisatawan untuk bermain. Enggrang berjumlah lima unit dan bakiak
berjumlah lima unit.
Berdasarkan bangunan dan fasilitas yang dimiliki oleh Kampung Budaya
Sindangbarang, skala usaha selanjutnya dapat ditentukan. Untuk wisatawan yang
menginap, maksimal wisatawan adalah sebanyak 87 orang per hari, dengan
74
alokasi 24 orang menginap di empat unit Rumah Pangiwa, 32 orang menginap di
tiga unit Rumah Panengen, 15 orang menginap di satu unit Rumah Pasangrahan, 8
orang menginap di satu unit rumah Girang Serat, dan 8 orang menginap di satu
unit Rumah Besar. Sedangkan untuk wisatawan yang hanya menikmati kegiatan
tanpa menginap, jumlah maksimal wisatawan adalah 150 orang per hari. Layout
Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Kampung Budaya Sindangbarang mengemas produk jasanya dengan alur
kegiatan yang dirancang. Perancangan alur kegiatan ini dilakukan dengan tujuan
agar wisatawan dapat menikmati kegiatan dengan lengkap dan menyeluruh serta
dapat memahami makna setiap kegiatan yang ditawarkan. Alur operasional
kegiatan dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Alur Operasional Kegiatan Usaha Sumber : Data Primer (2010)
Penyambutan Pengunjung
Penuturan Sejarah Kampung
Budaya dan Penjelasan Bangunan
Belajar Menanam Padi
Belajar Menumbuk Padi
Pengenalan Alat Masak Tradisional
Belajar Menangkap Ikan
Pengenalan Situs Sejarah
Mandi di Sungai
Pengenalan dan Pertunjukan
Kesenian Sunda
Reservasi Kunjungan Sehari Menginap
Kegiatan Hari Pertama
Penuturan Sejarah Kampung
Budaya dan Penjelasan
Bangunan
Pengenalan dan Pertunjukan
Kesenian Sunda
Belajar Menanam Padi
Kegiatan Hari
Kedua
Pengenalan Alat Masak Tradisional
Belajar Menangkap Ikan
Pengenalan Situs Sejarah
Mandi di Sungai
Belajar Menumbuk Padi
75
Wisatawan yang ingin mengadakan kunjungan ke Kampung Budaya
Sindangbarang melakukan kegiatan reservasi terlebih dahulu lewat telepon,
datang langsung, atau website. Setelah menentukan hari kunjungan, wisatawan
dapat berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang. Wisatawan yang datang
akan disambut oleh tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang di alun-alun.
Kegiatan dipandu oleh wakil ketua Kampung Budaya Sindangbarang. Kemudian
kegiatan dilanjutkan dengan penuturan sejarah Kampung Budaya Sindangbarang
dan penjelasan bangunan yang ada di Kampung Budaya Sindangbarang. Setelah
kegiatan ini selesai, wisatawan akan dibagi dalam beberapa kelompok
berdasarkan jumlah wisatawan. Hal ini dilakukan agar menghemat waktu
kunjungan. Setiap kelompok akan didampingi oleh satu orang tenaga kerja
Kampung Budaya Sindangbarang. Setelah dibagi kelompok, masing-masing
kelompok akan melakukan kegiatan terpisah yaitu belajar menanam padi, belajar
menumbuk padi, belajar menangkap ikan, dan pengenalan alat masak tradisional.
Kegiatan dilanjutkan dengan menikmati fasilitas edukasi pertanian yaitu
belajar menanam padi. Kegiatan ini akan dipandu oleh satu orang tenaga kerja
Kampung Budaya Sindangbarang. Untuk keperluan belajar menanam padi, bibit
padi disiapkan sebanyak 2-3 kilogram. Bibit padi didapatkan dari petani sekitar
dengan harga Rp 3.000 – 4.000 per kilogram. Bibit yang sudah digunakan
kemudian disimpan kembali untuk persiapan kunjungan berikutnya. Setelah
belajar menanam padi, kegiatan selanjutnya adalah belajar menumbuk padi. Padi
yang digunakan didapatkan dari petani sekitar dengan harga Rp 1.500 – 2.000 per
kilogram. Jumlah padi yang dibutuhkan adalah 1-2 kilogram padi. Kegiatan
belajar menumbuk padi didampingi oleh satu orang tenaga kerja Kampung
Budaya Sindangbarang.
Kegiatan selanjutnya adalah pengenalan alat masak tradisional. Kegiatan
ini dipandu oleh wakil ketua Kampung Budaya Sindangbarang. Alat masak yang
dikenalkan adalah hawu yaitu alat masak dengan bahan bakar kayu bakar. Setelah
itu, kegiatan selanjutnya adalah belajar menangkap ikan. Jenis ikan yang
digunakan adalah ikan mas yang diperoleh dari pasar atau petani ikan sekitar. Ikan
yang digunakan sebanyak 5-12 kilogram, tergantung jumlah wisatawan yang
76
datang, dengan harga Rp 20.000 per kilogram. Kegiatan ini dipandu oleh satu
orang tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang.
Kelompok wisatawan kemudian disatukan kembali dan dikumpulkan di
alun-alun untuk persiapan kegiatan pengenalan situs sejarah, setelah mengikuti
kegiatan belajar menangkap ikan. Wisatawan akan diberi pengarahan terlebih
dahulu sebelum melakukan perjalan ke situs sejarah. Kegaiatan pengenalan situs
sejarah dipandu oleh 4-5 orang tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang.
Lokasi situs sejarah terdekat adalah sekitar satu jam perjalanan. Di lokasi situs
sejarah, tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang akan menjelaskan sejarah
situs sejarah tersebut. Setelah melihat situs sejarah, sebelum kembali ke lokasi
Kampung Budaya Sindangbarang wisatawan akan dipandu menuju Sungai Ciapus
untuk melakukan kegiatan mandi di kali. Setelah mandi di kali, wisatawan
kemudian kembali ke Kampung Budaya Sindangbarang.
Wisatawan akan diberi kesempatan untuk mengganti pakaian yang basah
setelah melakukan kegiatan mandi di kali. Setelah mengganti pakaian, wisatawan
kemudian berkumpul di saung talu untuk belajar kesenian tradisional sunda dan
menikmati pertunjukan kesenian Sunda. Pertunjukan kesenian sunda ini
dipentaskan oleh 5-6 orang tenaga kerja Kampung Budaya Sindangbarang.
Pertunjukan kesenian ini terdiri dari drama cerita tradisional sunda dan tari
jaipong. Rangkaian kegiatan kemudian diakhiri dengan pengucapan terima kasih
kepada wisatawan yang sudah berkunjung ke Kampung Budaya Sindangbarang.
Rangkaian kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dapat
dinikmati wisatawan melakukan kunjungan sehari. Untuk wisatawan yang
menginap, kegiatan dibagi menjadi dua hari. Hari pertama, wisatawan akan
menikmati kegiatan penuturan sejarah dan bangunan Kampung Budaya
Sindangbarang, belajar kesenian tradisional Sunda, dan pertunjukan kesenian
Sunda. Hari kedua, wisatawan akan menikmati kegiatan belajar menanam padi,
menumbuk padi, menangkap ikan, pengenalan alat masak tradisional, pengenalan
situs sejarah, dan mandi di sungai.
6.1.2.3. Penggunaan Teknologi
Teknologi yang digunakan di Kampung Budaya Sindangbarang adalah
kombinasi teknologi sederhana dan modern. Teknologi yang sederhana dapat
77
dilihat dari bangunan dan kegiatan yang ada di Kampung Budaya Sindangbarang.
Semua bangunan bernuansa tradisional sunda. Kegiatan seperti belajar menanam
padi, menumbuk padi, menangkap ikan, pengenalan alat masak tradisional
dilakukan dengan menggunakan teknologi yang sederhana. Sedangkan kegiatan
pengenalan situs sejarah dan mandi di sungai Ciapus tidak menggunakan
teknologi karena kegiatan ini merupakan kegiatan pendampingan saja.
Kegiatan yang berhubungan dengan kesenian yaitu belajar kesenian dan
pertunjukan kesenian sunda menggunakan alat-alat kesenian tradisional yang
terdiri dari seperangkat gamelan. Alat tambahan untuk menunjang kegiatan ini
adalah satu set sound system yang terdiri dari microphone dan speaker. Sound
system ini selain digunakan untuk pertunjukan kesenian Sunda, juga digunakan
untuk kegiatan penuturan sejarah dan bangunan Kampung Budaya Sindangbarang.
Kampung Budaya Sindangbarang juga menggunakan teknologi modern
untuk mendukung kegiatan usahanya. Kampung Budaya Sindangbarang
membangun satu unit alat pemancar wi-fi dengan tujuan agar wisatawan dapat
mengakses internet secara gratis. Selain itu, Kampung Budaya Sindangbarang
memiliki satu unit netbook yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan
operasional dan melakukan controlling terhadap website yang dimiliki. Kampung
Budaya Sindangbarang juga memiliki satu unit genset untuk pasokan listrik saat
terjadi pemadaman listrik. Hal ini dilakukan agar wisatawan tetap nyaman
walaupun terjadi pemadaman listrik oleh PLN.
6.1.2.4. Hasil Analisis Aspek Teknis
Penentuan kelayakan usaha dari aspek teknis dapat dilihat dari indikator
kelayakan aspek teknis. Indikator kelayakan aspek teknis adalah lokasi usaha yang
mendukung untuk melanjutkan usaha yang sedang dijalankan. Bangunan dan
fasilitas Kampung Budaya Sindangbarang dibangun dan ditata sesuai dengan
konsep usaha yaitu agrowisata yang memiliki nuansa kebudayaan dan kehidupan
masyarakat sunda. Teknologi yang digunakan merupakan teknologi yang tepat
guna, yaitu gabungan antara teknologi sederhana dan modern Dalam
pengoperasiannya tidak terdapat kesulitan yang berarti sehingga penggunaan
teknologi tersebut mampu dimaksimalkan. Dari keseluruhan aspek teknis yang
78
dianalisis, Kampung Budaya Sindangbarang mampu menciptakan produk jasa
sesuai dengan target pasar yang diinginkan.
6.1.3. Aspek Manajemen
Aspek manajemen digunakan untuk menganalisis hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen yaitu struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab,
perolehan tenaga kerja, serta sistem penggajian tenaga kerja yang digunakan oleh
suatu usaha. Aspek manajemen perlu dianalisis untuk melihat apakah sistem
manajemen yang digunakan dalam Kampung Budaya Sindangbarang sudah cukup
baik, sehingga sistem manajemen yang ada layak untuk terus digunakan.
6.1.3.1. Struktur Organisasi
Kampung Budaya Sindangbarang mempunyai struktur organisasi yang
terdiri dari ketua (pemilik usaha), wakil ketua, divisi hubungan masyarakat dan
pemasaran, divisi kesejarahan, divisi kesenian, divisi keagamaan, dan divisi
keamanan. Secara lengkap bagan struktur organisasi Kampung Budaya
Sindangbarang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Bagan Struktur Organisasi Kampung Budaya Sindangbarang Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang (2010)
Berdasarkan struktur organisasi tersebut, setiap divisi memiliki wewenang
dan tanggung jawab masing-masing. Wewenang dan tanggung jawab dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Ketua (pemilik usaha), terdiri dari satu orang yaitu Bapak Maki. Wewenang
dan tanggung jawab seorang pemilik usaha adalah :
Ketua
(pemilik usaha)
Divisi
Kesejarahan
Wakil Ketua
Divisi
Kesenian
Divisi
Keamanan
Divisi
Humas dan
Pemasaran
Divisi
Keagamaan
79
a) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan dan mengkoordinir semua
bagian.
b) Merumuskan kebijakan bisnis perusahaan.
c) Mengkoordinasi manajemen untuk pengembangan dan kebijakan bisnis.
d) Melakukan monitoring dan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja
perusahaan secara berkala.
2) Wakil ketua, terdiri dari dua orang tenaga kerja. Wewenang dan tanggung
jawab seorang wakil ketua adalah :
a) Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan harian perusahaan.
b) Mengimplementasikan kebijakan bisnis yang dirumuskan oleh pemilik
dan mensosialisasikannya kepada manajemen.
c) Melakukan monitoring dan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja harian
perusahaan.
3) Divisi hubungan masyarakat dan pemasaran, terdiri dari satu orang tenaga
kerja. Wewenang dan tanggung jawab seorang tenaga kerja divisi hubungan
masyarakat dan pemasaran adalah :
a) Melayani wisatawan dalam reservasi kunjungan.
b) Bertanggung jawab terhadap kegiatan promosi perusahaan.
c) Bertanggung jawab terhadap kegiatan rekruitmen pekerja baru.
d) Bertanggung jawab terhadap keuangan perusahaan.
e) Menjadi operator website Kampung Budaya Sindangbarang.
4) Divisi kesejarahan, terdiri dari dua orang tenaga kerja. Wewenang dan
tanggung jawab seorang tenaga kerja divisi kesejarahan adalah :
a) Bertanggung jawab terhadap informasi dan pelayanan di bidang sejarah.
b) Bertanggung jawab terhadap fasilitas yang berkaitan dengan kesejarahan
seperti situs sejarah dan cerita sejarah sunda.
5) Divisi kesenian, terdiri dari dua orang tenaga kerja. Wewenang dan tanggung
jawab seorang tenaga kerja divisi kesenian adalah :
a) Bertanggung jawab terhadap informasi dan pelayanan di bidang
kesenian.
b) Bertanggung jawab terhadap fasilitas yang berkaitan dengan kesenian
seperti penampilan pertunjukan kesenian.
80
6) Divisi keagamaan, terdiri dari satu orang tenaga kerja. Wewenang dan
tanggung jawab seorang tenaga kerja divisi keagamaan adalah :
a) Bertanggung jawab terhadap informasi dan pelayanan di bidang agama
Islam.
b) Bertanggung jawab terhadap fasilitas yang berkaitan dengan agama Islam
seperti mengadakan sholat berjamaah di mushola.
7) Divisi keamanan, terdiri dari satu orang tenaga kerja. Wewenang dan
tanggung jawab seorang tenaga kerja divisi keamanan adalah :
a) Bertanggung jawab terhadap informasi dan pelayanan di bidang
keamanan.
b) Bertanggung jawab terhadap fasilitas yang berkaitan dengan keamanan
seperti penjagaan kendaraan di tempat parkir.
6.1.3.2. Tenaga Kerja
Kegiatan operasional harian Kampung Budaya Sindangbarang dilakukan
oleh wakil ketua, divisi hubungan masyarakat dan pemasaran, divisi kesejarahan,
divisi kesenian, divisi keagamaan, dan divisi keamanan. Pemilik usaha biasanya
berkunjung satu atau dua minggu sekali untuk mengontrol kelangsungan
usahanya. Divisi hubungan masyarakat dan pemasaran kemudian bertanggung
jawab terhadap kegiatan dan pembiayaan operasional serta melaporkannya kepada
pemilik usaha baik secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan e-mail.
Berdasarkan sistem manajemen yang digunakan, pemilik usaha bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap keuntungan maupun kerugian yang ditanggung oleh
usaha.
Tenaga kerja yang digunakan oleh Kampung Budaya Sindangbarang
dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak tetap. Tenaga
kerja tetap berjumlah sembilan orang yang terdiri dari dua orang wakil ketua, satu
orang tenaga kerja divisi hubungan masyarakat dan pemasaran, dua orang tenaga
kerja divisi kesenian, dua orang tenaga kerja divisi kesejarahan, satu orang tenaga
kerja divisi keagamaan, dan satu orang divisi keamanan. Semua tenaga kerja
merupakan penduduk sekitar dan memiliki tingkat pendidikan terakhir SD,
kecuali tenaga kerja divisi humas dan pemasaran dengan tingkat pendidikan
terakhir SMA. Pemilik usaha sendiri memiliki tingkat pendidikan terakhir Sarjana.
81
Setiap tenaga kerja tetap memiliki gaji pokok yang telah ditentukan. Gaji
per bulan tenaga kerja tetap Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Gaji per Bulan Tenaga Kerja Tetap Kampung Budaya Sindangbarang
No. Divisi Jumlah Satuan
Gaji
(rupiah)
Total Gaji
(rupiah)
1 Wakil Ketua 2 Orang 700.000 1.400.000
2 Humas dan Pemasaran 1 Orang 1.000.000 1.000.000
3 Kesenian 2 Orang 500.000 1.000.000
4 Kesejarahan 2 Orang 500.000 1.000.000
5 Keagamaan 1 Orang 300.000 300.000
6 Keamanan 1 Orang 300.000 300.000
Sumber : Data Primer (2010)
Setiap divisi yang ada di Kampung Budaya Sindangbarang dibantu oleh
tenaga kerja tidak tetap yang sifatnya hanya diperlukan jika ada kunjungan
wisatawan. Kebutuhan tenaga kerja biasanya disesuaikan dengan banyaknya
wisatawan yang datang. Upah harian yang diperoleh oleh tenaga kerja tidak tetap
bervariasi tergantung dari spesialisasi dan keahlian yang dimiliki. Gaji per hari
tenaga kerja tidak tetap Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat pada Tabel
11.
Tabel 11. Gaji per Hari Tenaga Kerja Tidak Tetap Kampung Budaya
Sindangbarang
No. Jenis Pekerjaan Gaji
(rupiah)
1 Pemandu belajar menanam padi 15.000
2 Pemandu belajar menumbuk padi 15.000
3 Pemandu belajar menangkap ikan 15.000
4 Penari pertunjukan kesenian 30.000
5 Pemain alat kesenian 30.000
6 Pemandu pengenalan situs sejarah dan mandi di sungai 30.000
7 Penjaga Toko Cinderamata 30.000
Sumber : Data Primer 2010
6.1.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen
Penentuan kelayakan usaha dari aspek manajemen dapat dilihat dari
indikator kelayakan aspek manajemen. Indikator kelayakan aspek manajemen
adalah adanya pembagian tugas yang jelas dalam struktur organisasi. Peran dari
masing-masing divisi juga jelas dan mampu dijalankan secara maksimal.
82
Klasifikasi tenaga kerja dilakukan berdasarkan keahlian merupakan metode yang
tepat dalam menjalankan kegiatan operasional usaha. Berdasarkan hasil analisis
manajemen, maka dapat disimpulkan bahwa usaha agrowisata Kampung Budaya
Sindangbarang layak untuk dijalankan.
Meskipun sistem manajemen yang digunakan Kampung Budaya
Sindangbarang layak dan mampu mengoperasikan setiap kegiatan dengan baik,
namun terdapat beberapa kekurangan. Sistem pelatihan dan pengembangan
sumberdaya manusia tidak ada dalam sistem manajemen yang digunakan. Dalam
jangka pendek, sumberdaya manusia yang ada mampu mengoperasikan setiap
kegiatan dengan baik, namun dalam jangka panjang atau apabila terjadi
pengembangan usaha secara massive, mutlak diperlukan suatu sistem pelatihan
dan pengembangan sumberdaya manusia dengan tujuan meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia yang ada.
6.1.4. Aspek Hukum
Aspek hukum digunakan untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan
legalitas perusahaan. Hal yang akan dianalisis di dalam aspek hukum adalah
bentuk badan usaha dan izin usaha.
6.1.4.1. Bentuk dan Izin Badan Usaha
Bentuk badan usaha yang digunakan oleh Kampung Budaya
Sindangbarang adalah badan usaha perseorangan. Sesuai dengan ciri-ciri badan
usaha perseorangan, modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang yaitu
pemilik perusahaan. Modal yang digunakan untuk membangun usaha adalah
modal sendiri dengan tambahan grants dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Grants tersebut merupakan bentuk
dukungan pemerintah terhadap usaha agrowisata Kampung Budaya
Sindangbarang. Pada usaha perseorangan, keuntungan dan kerugian perusahaan
menjadi tanggungan oleh pemilik sepenuhnya.
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki surat kepemilikan tanah dan
izin mendirikan bangunan serta keberadaannya sudah terdaftar sebagai objek
wisata di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. Namun, bentuk
badan usaha perseorangan Kampung Budaya Sindangbarang tidak memiliki surat
83
ataupun izin tertulis berbentuk sertifikat usaha sehingga dalam menjalankan
usahanya, Kampung Budaya Sindangbarang tidak dikenai pajak penghasilan
badan usaha tetap. Kampung Budaya Sindangbarang hanya dikenai pajak daerah
(nomor NPWPD/2000/3740/34/411) dengan jumlah sebesar Rp 100.000 per
bulan.
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki rencana untuk mengubah
bentuk badan usaha yang sekarang digunakan menjadi persekutuan komanditer
(CV). Kampung Budaya Sindangbarang menilai ada beberapa keuntungan yang
akan didapatkan dalam perubahan bentuk badan usaha selain mendapatkan
keabsahan secara hukum. Pemilik perusahaan dapat dibagi menjadi dua yaitu
sekutu aktif dan sekutu pasif. Melihat kenyataan yang ada sekarang, pemilik
perusahaan sangat jarang terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan,
sehingga perusahaan menilai akan lebih baik jika pemilik yang ada sekarang ini
menjadi sekutu pasif sementara sekutu aktif yang nantinya akan memimpin
kegiatan operasional perusahaan.
Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang berpendapat bahwa dengan
tidak adanya izin usaha tertulis, kegiatan promosi perusahaan juga dapat
terhambat. Biasanya, suatu objek wisata yang terdaftar dan mempunyai sertifikat
usaha akan dipromosikan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten
Bogor. Oleh karena itu, perubahan bentuk badan usaha Kampung Budaya
Sindangbarang dinilai perlu oleh perusahaan agar kegiatan promosi dapat
dimaksimalkan.
6.1.4.2. Hasil Analisis Aspek Hukum
Penentuan kelayakan usaha dari aspek hukum dapat dilihat dari indikator
kelayakan aspek hukum. Indikator kelayakan aspek hukum adalah adanya bentuk
badan usaha yang jelas serta keberadaan usahanya diketahui dan diakui oleh
pemerintah setempat. Kampung Budaya Sindangbarang memiliki bentuk badan
usaha yaitu badan usaha perseorangan dan keberadaannya telah terdaftar dan
diakui oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, Pemerintah
Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor. Namun Kampung
Budaya Sindangbarang belum memiliki izin usaha yang tertulis, sehingga dengan
84
kapasitas usahanya yang tergolong besar, maka usaha Kampung Budaya
Sindangbarang belum dapat dikategorikan layak secara hukum.
Rencana Kampung Budaya Sindangbarang untuk mengubah bentuk usaha
menjadi CV merupakan keputusan yang baik dari segi hukum. Dengan
berubahnya bentuk badan usaha menjadi CV, maka Kampung Budaya
Sindangbarang mendapatkan izin usaha tertulis. Selain itu, kegiatan promosi juga
dapat meningkat lewat kegiatan promosi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bogor terhadap objek wisata yang terdaftar dan memiliki izin usaha
tertulis. Keputusan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang mampu
menjadikan usaha agrowisata yang dijalankan layak secara hukum jika
direalisasikan.
6.1.5. Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan
Aspek sosial ekonomi lingkungan digunakan untuk mengkaji dampak
yang ditimbulkan oleh usaha terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan. Aspek
sosial membahas mengenai dampak berdirinya usaha terhadap kehidupan sosial
masyarakat secara umum. Aspek ekonomi membahas mengenai dampak
berdirinya usaha terhadap kondisi ekonomi baik masyarakat maupun pemerintah.
Sedangkan aspek lingkungan membahas mengenai dampak berdirinya usaha
terhadap lingkungan sekitar.
6.1.5.1. Analisis Aspek Sosial
Pendirian usaha Kampung Budaya Sindangbarang secara umum
menimbulkan dampak positif terhadap kehidupan sosial masyarakat, terutama
masyarakat setempat. Berdirinya usaha Kampung Budaya Sindangbarang tidak
menganggu kehidupan sosial masyarakat setempat. Sebaliknya dengan adanya
usaha Kampung Budaya Sindangbarang, sebagian masyarakat setempat
mendapatkan pekerjaan dengan menjadi tenaga kerja di Kampung Budaya
Sindangbarang. Kampung Budaya Sindangbarang juga ikut berpartisipasi aktif
dalam memelihara dan menjaga kebudayaan masyarakat setempat. Hal ini dapat
dilihat dari konsep pembangunan Kampung Budaya Sindangbarang yang
memiliki nuansa kebudayaan sunda dan terlibat aktif dalam melestarikan situs
sejarah.
85
Kampung Budaya Sindangbarang mengadakan kegiatan Upacara
Serentaun yang dilakukan satu tahun sekali dengan melibatkan masyarakat
setempat, di luar kegiatan usahanya. Selain menjaga nilai budaya dan sosial,
kegiatan ini juga bermanfaat dalam menambah rasa harmonis masyarakat
Kecamatan Tamansari dan menambah rasa kebanggaan terhadap kebudayaan dan
potensi wisata daerahnya. Selain Upacara Serentaun, Kampung Budaya
Sindangbarang juga merencanakan untuk menyisihkan sebagian pendapatannya
untuk memfasilitasi beberapa sekolah dasar di Desa Pasir Eurih dalam mengakses
internet gratis lewat pemancar wi-fi yang dimiliki. Hal ini akan menimbulkan
dampak yang positif terhadap kehidupan sosial masyarakat setempat.
6.1.5.2. Analisis Aspek Ekonomi
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki tenaga kerja yang seluruhnya
berasal dari masyarakat setempat. Dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat
setempat, Kampung Budaya Sindangbarang memberi dampak positif terhadap
kehidupan ekonomi masyarakat setempat. Masyarakat setempat memiliki peluang
untuk dapat bekerja di Kampung Budaya Sindangbarang guna meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan kehidupannya.
Dampak positif adanya usaha Kampung Budaya Sindangbarang tidak
hanya dirasakan oleh masyarakat setempat, namun juga pemerintah daerah. Lewat
pajak daerah yang dibebankan kepada Kampung Budaya Sidangbarang setiap
bulannya, Kampung Budaya Sindangbarang turut serta dalam membangun
perekonomian daerah. Dapat diambil kesimpulan bahwa secara ekonomi, adanya
usaha Kampung Budaya Sindangbarang memiliki dampak positif terhadap
kesejahteraan ekonomi masyarakat dan meningkatkan perekonomian daerah.
6.1.5.3. Analisis Aspek Lingkungan
Kampung Budaya Sindangbarang merupakan usaha di bidang agrowisata
yang ramah lingkungan. Lahan yang digunakan ditata namun dibiarkan alami
sesuai dengan konsep agrowisatanya. Penggunaan teknologi yang ada juga tidak
menimbulkan dampak yang berbahaya bagi lingkungan. Usaha Kampung Budaya
Sindangbarang tidak menimbulkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan
sehingga masyarakat setempat tidak terganggu dengan keberadaan usaha ini.
86
Sebaliknya dengan adanya usaha ini, Kampung Budaya Sindangbarang mampu
memanfaatkan lahan yang tadinya tidak terpakai menjadi lahan produktif namun
tetap menjaga kelestarian lingkungan.
6.1.5.4. Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi Lingkungan
Penentuan kelayakan usaha dari aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
dapat dilihat dari indikator kelayakan aspek tersebut. Indikator kelayakan aspek
sosial adalah pendirian Kampung Budaya Sindangbarang memiliki dampak positif
terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dari segi ekonomi, adanya Kampung
Budaya Sindangbarang mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat
sekitar dan meningkatkan pendapatan daerah. Sedangkan dari segi lingkungan,
usaha Kampung Budaya Sindangbarang mampu memanfaatkan lahan yang tidak
terpakai menjadi lahan yang produktif dengan tetap melestarikan lingkungan. Dari
hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan.
6.2. Aspek Finansial
Aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha agrowisata
Kampung Budaya Sindangbarang dari sisi finansial yang terbagi menjadi dua
skenario usaha. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan
prinsip time value of money dimana nilai uang saat ini tidak sama dengan nilai
uang di masa yang akan datang. Tujuan analisis kelayakan finansial adalah untuk
melihat apakah usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang
menguntungkan secara finansial untuk dijalankan dan menjadi sumber informasi
bagi perusahaan dalam memilih skenario usaha yang tepat untuk dijalankan.
Analisis kelayakan finansial dilakukan menggunakan kriteria-kriteria penilaian
investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net
Benefit Cost Rasio (Net B/C) dan Payback Period (PP).
6.2.1. Analisis Aspek Finansial Skenario I
Analisis aspek finansial skenario I merupakan analisis finansial usaha
agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang yang sedang dijalankan saat ini
tanpa adanya pengembangan usaha. Analisis ini digunakan untuk menilai kembali
usaha yang telah dijalankan oleh Kampung Budaya Sindangbarang.
87
6.2.1.1. Arus Penerimaan (Inflow)
Arus penerimaan dalam analisis aspek finansial skenario I dibagi menjadi
empat bagian yaitu pendapatan kunjungan wisatawan, pendapatan konsumsi
wisatawan, dana sumbangan, dan nilai sisa. Pendapatan kunjungan wisatawan
adalah pendapatan yang diperoleh dari kunjungan wisatawan. Perhitungan
pendapatan kunjungan wisatawan tahun pertama hingga tahun ketiga usaha
merupakan pendapatan yang diperoleh berdasarkan data jumlah kunjungan
wisatawan di tahun 2007-2009 dikalikan dengan harga paket wisatanya.
Perhitungan pendapatan kunjungan wisatawan pada tahun keempat
menggunakan data jumlah kunjungan wisatawan bulan Januari-Juli 2010.
Sedangkan untuk bulan Agustus-Desember menggunakan proyeksi berdasarkan
tingkat kunjungan yang diharapkan oleh manajemen Kampung Budaya
Sindangbarang. Pendapatan kunjungan wisatawan tahun kelima hingga ke-10
diasumsikan sama dengan tahun keempat.
Perhitungan pendapatan untuk paket Saweungi di Kampung Budaya dan
paket tentatif diperoleh dari jumlah wisatawan yang mengambil paket tersebut
dikalikan dengan harga paket. Sedangkan perhitungan untuk paket Mulih ka
Lembur diperoleh dari jumlah rombongan wisatawan yang mengambil paket
tersebut dikalikan dengan harga paket. Perhitungan pendapatan kunjungan
wisatawan dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan jumlah pendapatan
kunjungan wisatawan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Pendapatan Kunjungan Wisatawan Kampung Budaya Sindangbarang
Tahun
Jumlah Wisatawan
(orang)
Pendapatan Kunjungan Wisatawan
(rupiah)
1 506 32.300.000,00
2 5.481 331.780.000,00
3 5.279 313.605.000,00
4-10* 6.066* 376.160.000,00*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen arus penerimaan selanjutnya adalah pendapatan konsumsi
wisatawan. Pendapatan konsumsi wisatawan adalah pendapatan yang diterima
dari hasil penjualan paket makanan tradisional sunda kepada wisatawan yang
88
berkunjung. Perhitungan pendapatan konsumsi wisatawan adalah jumlah
wisatawan yang berkunjung dikalikan dengan harga paket makanan. Berdasarkan
hasil wawancara dengan manajemen Kampung Budaya Sindangbarang, mayoritas
rombongan wisatawan memesan paket makanan sesuai dengan jumlah anggota
yang dibawanya saat melakukan reservasi, sehingga asumsi dasar yang digunakan
adalah setiap wisatawan membeli satu paket makanan. Pendapatan konsumsi
wisatawan dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pendapatan Konsumsi Wisatawan Kampung Budaya Sindangbarang
Tahun
Jumlah Wisatawan
(orang)
Harga Paket
Makanan (rupiah)
Pendapatan Konsumsi
Wisatawan (rupiah)
1 506 20.000,00 10.120.000,00
2 5.481 20.000,00 109.620.000,00
3 5.279 20.000,00 105.580.000,00
4-10* 6.066* 20.000,00* 121.320.000,00*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen arus penerimaan yang ketiga adalah dana sumbangan. Dana
sumbangan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari pihak luar secara hibah dan
tidak ada kewajiban untuk mengembalikannya. Dana sumbangan yang diperoleh
Kampung Budaya Sindangbarang berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor pada saat pendirian usaha di tahun
pertama. Rincian dana sumbangan Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat
pada Tabel 14.
Tabel 14. Dana Sumbangan Usaha Kampung Budaya Sindangbarang
No. Komponen Dana Sumbangan Jumlah (rupiah)
1 Sumbangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat 750.000.000,00
2 Sumbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor 75.000.000,00
Total 825.000.000,00
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen arus penerimaan yang terakhir adalah nilai sisa. Nilai sisa
adalah penerimaan yang diperoleh dari komponen investasi yang belum habis
umur ekonomisnya di tahun berakhirnya suatu usaha. Seluruh penyusutan
komponen investasi menggunakan metode garis lurus, kecuali lahan yang
diasumsikan nilai pada awal tahun sama dengan nilai di tahun berakhirnya usaha.
89
Nilai sisa investasi dalam usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat
pada Tabel 15.
Tabel 15. Nilai Sisa Investasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang
No Uraian Nilai Awal
(Rp)
Umur
Ekonomis
(tahun)
Penyusutan per
tahun (Rp)
Nilai Sisa (Rp)
1 Lahan 860.000.000 0 0 860.000.000
2 Bangunan 637.000.000 10 42.466,666.67 0
3 Sawah 300.000 10 20.000 0
4 Kolam Ikan 300.000 10 20.000 0
5 Alat Kesenian 15.000.000 10 1.500.000 0
6 Plang Penunjuk
Jalan
1.000.000 5 200.000 0
7 Pompa Air 2.000.000 5 400.000 0
8 Peralatan
Pertanian
155.000 1 155.000 0
9 Peralatan
Kebersihan
100.000 1 100.000 0
10 Genset 12.000.000 5 2.400.000 0
11 Kincir Angin 100.000 1 100.000 0
12 Mesin Pemotong
Rumput 3.000.000
5 600.000 0
13 Peralatan Tukang 150.000 1 150.000 0
14 Menara Wireless 15.000.000 10 1.000.000 0
15 Motor 11.000.000 5 2.200.000 0
16 Netbook 5.000.000 3 1.666.666,67 3.333.333.33
17 Televisi 4.800.000 3 1.200.000 3.200.000
18 Perabotan Rumah 12.000.000 5 2.400.000 0
19 Kasur 11.200.000 3 3.733.333,33 7.466.666,67
20 Sound System 9.000.000 3 3.000.000 6.000.000
21 Pagar Kayu 300.000 1 300.000 0
22 Tape Player 500.000 3 166.666 333.333,33
23 Baju Adat Tenaga
Kerja 2.000.000
1 2.000.000 0
24 Alat Masak dan
Permainan
Tradisional 425.000
1
425.000
0
Total Nilai Sisa 880,333,333.33
Sumber : Data Primer (2010)
6.2.1.2. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran pada analisis finansial skenario I terdiri dari tiga macam
biaya yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pajak. Biaya investasi
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama proyek. Biaya
investasi dalam usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat
pada Tabel 16. Perincian biaya investasi bangunan dapat dilihat pada Lampiran 3.
90
Sedangkan Perhitungan biaya investasi terhadap komponen alat masak dan
permainan tradisional, perabotan rumah, peralatan tukang, peralatan kebersihan,
peralatan pertanian, pembuatan jalan masuk, biaya penataan lahan, alat kesenian,
pembuatan kolam ikan, dan pembuatan sawah dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 16. Biaya Investasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang
No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
1 Lahan 8,600 meter 100.000 860.000.000
2 Biaya Penataan Lahan 1 proyek 10.000.000 10.000.000
3 Bangunan 1 kompleks 637.000.000 637.000.000
4 Pembuatan Sawah 1 unit 300.000 300.000
5 Pembuatan Kolam Ikan 1 unit 300.000 300.000
6 Alat Kesenian 1 set 15.000.000 15.000.000
7 Pagar Kayu 1 set 300.000 300.000
8 Pembuatan Jalan Masuk 1 proyek 100.000 100.000
9 Plang Penunjuk Jalan 2 unit 500.000 1.000.000
10 Pemasangan Listrik,
Air, dan Telepon
1 proyek 5.000.000 5.000.000
11 Pompa Air 1 set 2.000.000 2.000.000
12 Peralatan Pertanian 1 set 155.000 155.000
13 Peralatan Kebersihan 1 set 100.000 100.000
14 Genset 1 unit 12.000.000 12.000.000
15 Kincir angin 1 unit 100.000 100.000
16 Mesin Pemotong
Rumput 1 unit 3.000.000
3.000.000
17 Peralatan Tukang 1 set 150.000 150.000
18 Pemasangan Wireless 1 unit 15.000.000 15.000.000
19 Motor 1 unit 11.000.000 11.000.000
20 Netbook 1 unit 5.000.000 5.000.000
21 Televisi 4 unit 1.200.000 4.800.000
22 Perabotan Rumah 10 set 1.200.000 12.000.000
23 Kasur 28 unit 400.000 11.200.000
24 Sound System 1 set 9.000.000 9.000.000
25 Tape Player 1 unit 500.000 500.000
26 Baju Adat Tenaga Kerja 20 unit 100.000 2.000.000
27 Alat Masak dan
Permainan Tradisional 1 set 425.000
425.000
Total Biaya 1,617,430,000
Sumber : Data Primer (2010)
Biaya reinvestasi dikeluarkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang
apabila terdapat komponen pada biaya investasi yang dikeluarkan telah habis
umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi, hanya
beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur usaha. Biaya
91
reinvestasi yang dikeluarkan oleh Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat
pada Tabel 17.
Tabel 17. Biaya Reinvestasi Usaha Kampung Budaya Sindangbarang
No Uraian Biaya
(Rp)
Umur Ekonomis
(tahun)
Tahun ke-
1 Plang Penunjuk Jalan 1,000,000 5 6
2 Pompa Air 2,000,000 5 6
3 Peralatan Pertanian 155.000 1 Setiap tahun
4 Peralatan Kebersihan 100.000 1 Setiap tahun
5 Genset 12.000.000 5 6
6 Kincir Angin 100.000 1 Setiap tahun
7 Mesin Pemotong Rumput 3.000.000 5 6
8 Peralatan Tukang 150.000 1 Setiap tahun
9 Motor 11.000.000 5 6
10 Netbook 5.000.000 3 4,7,dan 10
11 Televisi 4.800.000 3 4,7,dan 10
12 Perabotan Rumah 12.000.000 5 6
13 Kasur 11.200.000 3 4,7,dan 10
14 Sound System 9.000.000 3 4,7,dan 10
15 Tape Player 500.000 3 4,7,dan 10
16 Pagar Kayu 300.000 1 Setiap tahun
17 Baju Adat Tenaga Kerja 2.000.000 1 Setiap tahun
18 Alat Masak dan Permainan
Tradisional 425.000
1 Setiap tahun
Sumber : Data Primer (2010)
Kampung Budaya Sindangbarang membutuhkan dana untuk membiayai
kegiatan operasional yang dinamakan dengan biaya operasional. Biaya
operasional dapat dibagi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
merupakan biaya yang dibayarkan setiap tahunnya dan jumlahnya tidak
tergantung terhadap variabel lain. Biaya tetap yang dikeluarkan pada analisis
finansial skenario I adalah gaji tenaga kerja tetap, transportasi, promosi, listrik dan
telepon, pupuk kompos, pemeliharaan bangunan, pemeliharaan sawah,
pemeliharaan alat kesenian, pemeliharaan situs sejarah, pemeliharaan kolam ikan,
wireless internet, perlengkapan kantor dan administrasi, komunikasi, perawatan
kendaraan, perawatan genset dan mesin pemotong rumput. Perincian biaya tetap
usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat pada Tabel 18. Perhitungan
biaya transportasi, promosi, listrik dan telepon, pemeliharaan bangunan,
pemeliharaan alat kesenian, pemeliharaan situs sejarah, pemeliharaan kolam ikan,
92
wireless internet, perlengkapan kantor dan administrasi, komunikasi, perawatan
kendaraan, dan perawatan mesin pemotong rumput dan genset dapat dilihat pada
Lampiran 5.
Tabel 18. Rincian Biaya Tetap Usaha Kampung Budaya Sindangbarang
No Uraian Biaya per
Bulan (Rp)
Biaya per Tahun
(Rp)
1 Gaji Tenaga Kerja Tetap 5.000.000 60.000.000
2 Transportasi 300.000 3.600.000
3 Promosi 2.000.000 24.000.000
4 Listrik dan Telepon 850.000 10.200.000
5 Pupuk Kompos 10.000 120.000
6 Pemeliharaan Bangunan 3.500.000 42.000.000
7 Pemeliharaan Sawah 83.333,33 1.000.000
8 Pemeliharaan Alat Kesenian 416.666,67 5.000.000
9 Pemeliharaan Situs Sejarah 400.000 4.800.000
10 Pemeliharaan Kolam Ikan 83.333,33 1.000.000
11 Wireless Internet 1.500.000 18.000.000
12 Perlengkapan Kantor dan Administrasi 500.000 6.000.000
13 Komunikasi 200.000 2.400.000
14 Perawatan Kendaraan 60.000 720.000
15
Perawatan Genset dan Mesin
Pemotong Rumput 41.666,67
500.000
Total 14.945.000 179.340.000
Sumber : Data Primer (2010)
Selain biaya tetap, biaya operasional juga terdiri dari biaya variabel. Biaya
variabel merupakan biaya yang jumlahnya tergantung dari variabel lain. Variabel
yang dapat mempengaruhi biaya variabel adalah kunjungan wisatawan. Biaya
variabel dalam usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang adalah gaji
tenaga kerja tidak tetap, bahan bakar genset, biaya konsumsi wisatawan,
pembelian ikan, dan pembelian bibit padi dan padi.
Gaji tenaga kerja tidak tetap adalah gaji yang harus dibayarkan Kampung
Budaya Sindangbarang kepada tenaga kerja tidak tetap. Gaji ini dibayarkan saat
adanya kunjungan wisatawan. Setiap kunjungan wisatawan, Kampung Budaya
Sindangbarang mempekerjakan sembilan orang tenaga kerja tidak tetap yaitu satu
orang pemandu belajar menanam padi, satu orang pemandu belajar menangkap
ikan, satu orang pemandu belajar menumbuk padi, tiga orang penari pertunjukan
kesenian, dua orang pemain alat kesenian, dan satu orang pemandu kunjungan ke
93
situs sejarah. Perhitungan gaji tenaga kerja tidak tetap adalah jumlah kunjungan
dikalikan dengan total gaji tenaga kerja tidak tetap per kunjungan wisatawan.
Rincian gaji tenaga kerja tidak tetap per tahun dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Gaji per Tahun Tenaga Kerja Tidak Tetap
Tahun
Gaji per Kunjungan
(Rp)
Jumlah
Kunjungan
Total Gaji per Tahun
(Rp)
1 225.000 15 3.375.000
2 225.000 125 28.125.000
3 225.000 88 19.800.000
4-10* 225.000* 118* 26.550.000*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen biaya variabel selanjutnya adalah bahan bakar genset.
Kampung Budaya Sindangbarang memiliki genset untuk menjaga kenyamanan
wisatawan saat terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Konsumsi bahan bakar genset
adalah diesel dengan harga Rp 4.500,- per liter. Jumlah konsumsi bahan bakar per
bulan adalah 22,22 liter. Jumlah ini cukup untuk memenuhi pasokan listrik jika
terjadi pemadaman listrik oleh PLN. Dengan asumsi bahwa setiap bulannya selalu
ada kunjungan wisatawan, maka perhitungan total biaya bahan bakar genset per
tahun adalah konsumsi bahan bakar per bulan dikalikan dengan harga bahan bakar
dan dikalikan lagi dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Rincian biaya bahan
bakar genset per tahun dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Biaya Bahan Bakar Genset per Tahun
Tahun
Konsumsi per
Bulan (liter)
Jumlah
Bulan Harga (Rp)
Total Biaya per tahun
(Rp)
1 22,22 4 4.500 400.000
2 22,22 12 4.500 1.200.000
3 22,22 12 4.500 1.200.000
4-10* 22,22* 12* 4.500* 1.200.000*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen biaya variabel ketiga adalah biaya konsumsi wisatawan. Biaya
konsumsi wisatawan adalah biaya yang diperlukan dalam pembuatan paket
makanan. Untuk menciptakan satu paket makanan diperlukan biaya sebesar
Rp15.000, sehingga perhitungan total biaya konsumsi wisatawan per tahun adalah
94
biaya untuk menciptakan satu paket makanan dikalikan dengan jumlah wisatawan
yang berkunjung. Rincian biaya konsumsi wisatawan per tahun dapat dilihat pada
Tabel 21.
Tabel 21. Biaya Konsumsi Wisatawan per Tahun
Tahun
Biaya per Paket
Makanan (Rp)
Jumlah Wisatawan
yang Berkunjung
(orang)
Total Biaya Konsumsi
Wisatawan per Tahun (Rp)
1 15.000 506 7.590.000
2 15.000 5.481 82.215.000
3 15.000 5.279 79.185.000
4-10* 15.000* 6.066* 90.990.000*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen biaya variabel yang keempat adalah biaya pembelian ikan.
Biaya pembelian ikan adalah biaya yang dibayarkan untuk mempersiapkan
kebutuhan ikan dalam kegiatan belajar menangkap ikan. Jenis ikan yang
digunakan adalah ikan mas dengan harga Rp 20.000 per kilogram. Jumlah rata-
rata ikan yang digunakan dalam setiap kunjungan adalah 10 kilogram, sehingga
perhitungan biaya pembelian ikan adalah biaya pembelian ikan per kunjungan
wisatawan dikalikan dengan jumlah kunjungan wisatawan. Rincian biaya
pembelian ikan dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Biaya Pembelian Ikan per Tahun
Tahun
Biaya Pembelian Ikan per
Kunjungan Wisatawan (Rp)
Jumlah
Kunjungan
Wisatawan
Total Biaya
Pembelian Ikan per
Tahun (Rp)
1 200.000 15 3.000.000
2 200.000 125 25.000.000
3 200.000 88 17.600.000
4-10* 200.000* 118* 23.600.000*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Komponen biaya variabel yang terakhir adalah biaya pembelian bibit padi
dan padi. Biaya pembelian bibit padi dan padi adalah biaya yang dibayarkan untuk
mendapatkan bibit padi dan padi dalam kegiatan belajar menanam padi dan
menumbuk padi. Kebutuhan bibit padi per kunjungan wisatawan adalah dua
95
kilogram bibit dengan harga Rp 3.000 per kilogram. Sedangkan kebutuhan padi
uuntuk kegiatan belajar menumbuk padi adalah dua kilogram padi dengan harga
Rp 2.000 per kilogram. Dengan asumsi harga konstan selama umur usaha, maka
perhitungan biayanya adalah biaya kebutuhan padi dan bibit padi per kunjungan
dikalikan dengan jumlah kunjungan wisatawan. Rincian biaya pembelian bibit
padi dan padi per tahun dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Biaya Pembelian Padi dan Bibit Padi per Tahun
Tahun
Biaya Pembelian Bibit
Padi dan Padi per
Kunjungan Wisatawan
(Rp)
Jumlah Kunjungan
Wisatawan
Total Biaya Pembelian
Bibit Padi dan Padi per
Tahun (Rp)
1 10.000 15 150.000
2 10.000 125 1.250.000
3 10.000 88 880.000
4-10* 10.000* 118* 1.180.000*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Jenis biaya yang terakhir adalah pajak. Jenis pajak yang dibebankan
kepada usaha Kampung Budaya Sindangbarang adalah pajak daerah. Sesuai
dengan surat tagihan pajak dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD)
P/2000/3740/34/411, besarnya pajak yang harus dibayar per bulannya adalah Rp
100.000,-. Perhitungan biaya pajak adalah besarnya pajak yang harus dibayar per
bulan dikalikan dengan jumlah bulan dalam satu tahun usaha. Rincian biaya pajak
dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Biaya Pajak per Tahun
Tahun
Pajak Daerah per
Bulan (Rp)
Jumlah
Bulan
Biaya Pajak per Tahun
(Rp)
1 100.000 4 400.000
2-10* 100.000 12 1.200.000
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
6.2.1.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial suatu usaha dapat dilihat berdasarkan
proyeksi laba-rugi usaha. Berdasarkan proyeksi laba-rugi usaha (Lampiran 6)
96
dapat dilihat bahwa usaha Kampung Budaya Sindangbarang memperoleh laba
positif setiap tahunnya selama berlangsungnya usaha. Hal ini menunjukkan bahwa
Kampung Budaya Sindangbarang mampu mempertahankan nilai komponen
pengeluaran selalu lebih kecil daripada nilai komponen penerimaan. Dana
sumbangan mampu menutupi komponen biaya variabel dan tetap di tahun pertama
usaha. Tahun berikutnya Kampung Budaya Sindangbarang mampu
mempertahankan laba positif yang diterimanya sehingga pada akhir tahun usaha,
total laba bersih yang didapatkan adalah sebesar Rp 579.552.500,00. Rekapitulasi
laba-rugi usaha Kampung Budaya Sindangbarang dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Rekapitulasi Laba-Rugi Usaha Skenario I
Tahun Laba Bersih Usaha (Rp)
1 -97.678.333,33
2 57.666.666,67
3 54.576.666,67
4-10* 80.712.500,00*
Total 579.552.500,00
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
Selain proyeksi laba-rugi, analisis kelayakan finansial dapat dinilai
berdasarkan nilai kriteria analisis kelayakan finansial yaitu NPV, Net B/C, IRR,
dan Payback Period. Arus kas (cashflow) sebagai dasar perhitungan nilai kriteria
kelayakan finansial dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan hasil kelayakan
finansial skenario I dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario I
No. Kriteria Kelayakan Finansial Nilai
1 Net Present Value Rp 597,264,637.59
2 Net Benefit Cost Ratio 1,60
3 Internal Rate of Return 15.13 %
4 Payback Period 9.12 tahun
Sumber : Data Primer (2010)
Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan nilai NPV sebesar Rp
597.264.637,59, artinya selama usaha Kampung Budaya Sindangbarang mampu
97
menghasilkan nilai manfaat bersih sebesar Rp 597.264.637,59. Nilai NPV yang
bernilai lebih dari nol mencerminkan bahwa usaha yang ada dapat memberikan
manfaat bersih positif sehingga usaha Kampung Budaya Sindangbarang yang
sudah ada layak untuk dijalankan.
Komponen penilaian kelayakan finansial selanjutnya adalah Net B/C. Nilai
Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,60 yang artinya setiap Rp 1,- yang dikeluarkan
untuk usaha, maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1,60. Nilai Net B/C
yang bernilai lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha Kampung Budaya
Sindangbarang yang sudah ada layak untuk dijalankan.
Kriteria kelayakan finansial yang ketiga adalah IRR. Nilai IRR sebesar
15,13 persen, menunjukkan bahwa tingkat pengembalian internal investasi yang
ditanamkan usaha Kampung Budaya Sindangbarang adalah 15,13 persen. Jumlah
ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat discount rate yang digunakan (6,50
persen) sehingga sesuai dengan kriteria kelayakan IRR, nilai kelayakan IRR yang
lebih besar dari tingkat discount rate yang digunakan menunjukkan bahwa usaha
Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan.
Kriteria kelayakan finansial yang terakhir adalah PP. Nilai PP sebesar 9,12
tahun menunjukkan bahwa modal usaha Kampung Budaya Sindangbarang akan
kembali dalam waktu sembilan tahun satu bulan 13 hari. Waktu ini lebih cepat
daripada umur usaha yang diproyeksikan (10 tahun) sehingga usaha Kampung
Budaya Sindangbarang yang sudah ada layak untuk dijalankan.
6.2.1.4. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Ada dua hal
yang akan dianalisis yaitu penurunan jumlah wisatawan dan penurunan harga
paket wisata. Hal ini didasarkan pada kondisi usaha agrowisata yang sangat
dipengaruhi oleh jumlah wisatawan dan harga paket wisatanya. Arus kas yang
digunakan untuk menghitung sensitivitas usaha skenario I dapat dilihat pada
Lampiran 8 dan 9, sedangkan hasil switching value dapat dilihat pada Tabel 27.
98
Tabel 27. Hasil Analisis Switching Value Skenario I
No. Analisis Switching Value Nilai
1 Penurunan Jumlah Wisatawan 28.25 %
2 Penurunan Harga Paket Wisata 30.44 %
Sumber : Data Primer (2010)
Berdasarkan analisis sensitivitas dengan menggunakan switching value,
nilai pengganti untuk penurunan jumlah wisatawan adalah sebesar 28,25 persen.
Artinya jumlah maksimal penurunan wisatawan yang dapat ditoleransi adalah
sebesar 28,25 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa Kampung Budaya
Sindangbarang harus mempertahankan jumlah wisatawan yang datang, minimal
sebanyak 4.353 orang dari tahun keempat hingga ke-10. Jumlah wisatawan
dibawah 4.353 orang per tahun akan menyebabkan usaha agrowisata Kampung
Budaya Sindangbarang tidak layak untuk dijalankan.
Analisis switching value selanjutnya adalah penurunan harga paket wisata.
Nilai switching value menunjukkan angka sebesar 30,44 persen, artinya Kampung
Budaya Sindangbarang mampu menurunkan harga paket wisatanya sampai 30,44
persen. Penurunan harga paket wisata di atas jumlah ini akan menyebabkan usaha
agrowisata yang dijalankan Kampung Budaya Sindangbarang menjadi tidak layak.
6.2.2. Analisis Aspek Finansial Skenario II
Analisis aspek finansial skenario II merupakan analisis finansial rencana
pengembangan usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang dengan
mendirikan toko cinderamata. Toko cinderamata ini direncanakan akan
dioperasikan pada tahun 2011 dan saat ini bangunannya telah didirikan di lokasi
usaha Kampung Budaya Sindangbarang. Tujuan analisis aspek finansial skenario
II adalah untuk mengetahui apakah dengan didirikannya toko cinderamata dapat
menambah manfaat yang diterima oleh Kampung Budaya Sindangbarang secara
keseluruhan.
6.2.2.1. Arus Penerimaan (Inflow)
Arus penerimaan pada skenario II terdiri dari lima komponen yaitu
pendapatan kunjungan wisatawan, dana sumbangan, pendapatan konsumsi
wisatawan, nilai sisa, dan pendapatan toko cinderamata. Pendapatan kunjungan
99
wisatawan, dana sumbangan, pendapatan konsumsi wisatawan, dan nilai sisa
jumlahnya sama dengan hasil perhitungan pada skenario I.
Pendapatan toko cinderamata merupakan pendapatan yang diperoleh dari
penjualan produk toko cinderamata kepada wisatawan. Kampung Budaya
Sindangbarang memperoleh produk cinderamata melalui pembelian produk dalam
jumlah yang besar dari pengrajin dan toko grosir untuk kemudian dijual lagi
secara eceran kepada wisatawan. Pembelian ini direncanakan akan dilakukan
dalam waktu satu bulan sekali. Dengan asumsi bahwa jumlah persediaan sebulan
seluruhnya terjual habis dalam satu bulan usaha, maka perhitungan pendapatannya
adalah harga jual produk cinderamata dikalikan dengan jumlah persediaan selama
satu bulan. Rincian pendapatan toko cinderamata dapat dilihat pada Tabel 28.
Tabel 28. Pendapatan Toko Cinderamata
No.
Jenis Produk
Toko
Cinderamata
Jumlah
Persediaan
Satu Bulan
(unit)
Harga Jual
Satuan (Rp)
Pendapatan
per Bulan
(Rp)
Pendapatan
per Tahun
(Rp)
1 Tas Bulu Domba 20 150.000 3.000.000 36.000.000
2 Kujang 15 75.000 1.125.000 13.500.000
3 Sendal KBS 40 10.000 400.000 4.800.000
4
Kaos dan Baju
Pangsi 5 150.000 750.000 9.000.000
5
Gantungan
Kunci Kujang 30 12.500 375.000 4.500.000
6
Gantungan
Kunci Biasa 30 7.000 210.000 2.520.000
7 Gelang 150 2.000 300.000 3.600.000
8 Majalah Balebat 15 10.000 150.000 1.800.000
9 Ikat Kepala 30 25.000 750.000 9.000.000
10
Wadah Korek
Api 15 5.000 75.000 900.000
Total 7.135.000 85.620.000
Sumber : Data Primer (2010)
6.2.2.2. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran pada analisis finansial skenario II terdiri dari tiga
macam biaya yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pajak. Besarnya
biaya pajak tidak berbeda dengan skenario I. Biaya investasi yang akan
ditambahkan dalam analisis finansial skenario II adalah bangunan toko
cinderamata. Bangunan toko cinderamata berupa saung terbuka dengan arsitektur
tradisional sunda. Bangunan toko cinderamata bernilai Rp 1.000.000,- dengan
100
umur ekonomis selama enam tahun sehingga bangunan toko cinderamata tidak
memerlukan biaya reinvestasi dan tidak memiliki nilai sisa saat berakhirnya umur
usaha. Penyusutan per tahun bangunan toko cinderamata adalah sebesar Rp
166.666,67 per tahun. Bangunan toko cinderamata dibangun pada tahun keempat
usaha dan dioperasikan pada tahun kelima usaha..
Tambahan biaya operasional dalam skenario II adalah biaya pemeliharaan
bangunan toko cinderamata, biaya angkut, dan biaya administrasi dan pencatatan
pada komponen biaya tetap serta biaya modal toko cinderamata dan gaji tenaga
kerja toko cinderamata pada komponen biaya variabel. Biaya pemeliharaan toko
cinderamata dalam satu bulan adalah Rp 50.000,- sehingga biaya per tahunnya
adalah Rp 600.000,-. Biaya angkut dan biaya administrasi per bulannya
diproyeksikan secara berturut-turut sebesar Rp 100.000,- dan Rp 20.000, sehingga
biaya per tahunnya sebesar Rp 1.200.000,- dan Rp 240.000,-.
Tambahan komponen biaya operasional selanjutnya adalah biaya modal
toko cinderamata. Biaya modal toko cinderamata adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli produk cinderamata. Rincian biaya modal toko cinderamata dapat
dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Biaya Modal Toko Cinderamata
No.
Jenis Produk
Toko
Cinderamata
Jumlah
Persediaan Satu
Bulan (unit)
Harga Beli
Satuan (Rp)
Biaya Modal
per Bulan (Rp)
Biaya Modal
per Tahun (Rp)
1 Tas Bulu Domba 20 125.000 2.500.000 30.000.000
2 Kujang 15 65.000 975.000 11.700.000
3 Sendal KBS 40 5.000 200.000 2.400.000
4
Kaos dan Baju
Pangsi 5 135.000 675.000 8.100.000
5
Gantungan
Kunci Kujang 30 10.000 300.000 3.600.000
6
Gantungan
Kunci Biasa 30 5.000 150.000 1.800.000
7 Gelang 150 500 75.000 900.000
8 Majalah Balebat 15 8.000 120.000 1.440.000
9 Ikat Kepala 30 15.000 450.000 5.400.000
10
Wadah Korek
Api 15 3.000 45.000 540.000
Total 5.490.000 65.880.000
Sumber : Data Primer (2010)
Toko cinderamata direncanakan akan dijaga oleh satu orang tenaga kerja
tidak tetap dengan gaji per hari adalah Rp 30.000,-. Toko cinderamata hanya
101
beroperasi apabila ada kunjungan wisatawan ke Kampung Budaya Sindangbarang,
sehingga perhitungan gaji tenaga kerja toko cinderamata per tahun adalah gaji per
hari dikalikan dengan jumlah kunjungan wisatawan per tahun. Proyeksi jumlah
kunjungan tahun keempat sampai dengan tahun ke-15 adalah 118 kunjungan,
sehingga didapatkan gaji per tahun tenaga kerja toko cinderamata adalah Rp
3.540.000,-. Keseluruhan tambahan arus pengeluaran analisis finansial skenario II
dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Tambahan Arus Pengeluaran (Outflow) Analisis Finansial Skenario II
Tambahan Biaya Pada Skenario II
Tahun
4 5-10*
Biaya Investasi Bangunan (Rp) 1.000.000 0*
Biaya
Operasional
Gaji Tenaga Kerja (Rp) 3.540.000*
Biaya Modal (Rp) 85.620.000*
Biaya Angkut (Rp) 1.200.000*
Biaya Administrasi
dan Pencatatan (Rp) 240.000*
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
6.2.2.3. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan finansial skenario II usaha Kampung Budaya
Sindangbarang dapat dilihat berdasarkan proyeksi laba rugi usaha. Proyeksi laba
rugi usaha dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan proyeksi laba-rugi usaha,
dengan dioperasikannya toko cinderamata, maka keseluruhan usaha mampu
menghasilkan laba bersih sebesar Rp 642.863.409,09. Jumlah ini lebih besar Rp
63.310.909,09 dibandingkan dengan skenario I tanpa membangun toko
cinderamata. Rekapitulasi proyeksi laba-rugi dalam skenario II dapat dilihat pada
Tabel 31.
Tabel 31. Rekapitulasi Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II
Tahun Laba Bersih Usaha (Rp)
1 -97.678.333,33
2 57.666.666,67
3 54.576.666,67
4 80.712.500,00
5-10* 91.264.318,18*
Total 642.863.409,09
*) Rata-rata, dengan jumlah yang konstan.
Sumber : Data Primer (2010)
102
Analisis kelayakan finansial skenario II juga menggunakan kriteria nilai
NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period sebagai penentu kelayakan finansialnya.
Arus kas (cash flow) sebagai dasar perhitungan nilai kriteria kelayakan usaha
dapat dilihat pada Lampiran 11, sedangkan hasil kelayakan finansial skenario II
dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Skenario II
No. Kriteria Kelayakan Finansial Nilai
1 Net Present Value Rp 639.704.205,85
2 Net Benefit Cost Ratio 1,64
3 Investment Rate of Return 15,76 %
4 Payback Period 9,06 tahun
Sumber : Data Primer (2010)
Hasil analisis kelayakan finansial skenario II menunjukkan nilai NPV
sebesar Rp 639.704.205,85 artinya, usaha Kampung Budaya Sindangbarang
mampu menghasilkan nilai manfaat bersih sebesar Rp 639.704.205,85 dengan
melakukan pengembangan usaha yaitu membangun toko cinderamata. Nilai NPV
yang bernilai lebih dari nol menunjukkan bahwa skenario II layak untuk
dijalankan.
Komponen penilaian kelayakan finansial selanjutnya adalah Net B/C. Nilai
Net B/C yang dihasilkan sebesar 1,64 yang artinya setiap Rp 1,- yang dikeluarkan
untuk usaha, maka akan menghasilkan manfaat sebesar Rp 1,64. Nilai Net B/C
yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usaha tersebut layak untuk
dijalankan sehingga rencana Kampung Budaya Sindangbarang membangun toko
cinderamata adalah tepat.
Kriteria kelayakan finansial yang ketiga adalah IRR. Nilai IRR sebesar
15,76 persen menunjukkan bahwa tingkat pengembalian internal investasi yang
ditanamkan usaha Kampung Budaya Sindangbarang adalah 15,76 persen. Jumlah
ini lebih besar dibandingkan dengan tingkat discount rate yang digunakan (6,50
persen). Sesuai dengan kriteria kelayakan IRR, nilai kelayakan IRR yang lebih
besar dari tingkat discount rate yang digunakan menunjukkan bahwa usaha
skenario II yang direncanakan Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk
dijalankan.
103
Kriteria kelayakan finansial yang terakhir adalah PP. Nilai PP sebesar 9,06
tahun menunjukkan bahwa modal usaha Kampung Budaya Sindangbarang akan
kembali dalam waktu sembilan tahun 22 hari. Waktu ini lebih cepat daripada
umur usaha yang diproyeksikan (10 tahun), sehingga rencana mengembangkan
usaha dengan membangun toko cinderamata layak untuk dijalankan.
6.2.2.4. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menggunakan nilai pengganti
(switching value) sampai memperoleh nilai NPV yang mendekati nol. Sama
dengan skenario I, hal yang akan dianalisis dalam analisis sensitivitas ada dua hal
yaitu penurunan jumlah wisatawan dan penurunan harga paket wisata. Arus kas
yang digunakan untuk menghitung sensitivitas usaha skenario II dapat dilihat pada
Lampiran 12 dan 13, sedangkan hasil switching value dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33. Hasil Analisis Switching Value Skenario II
No. Analisis Switching Value Nilai
1 Penurunan Jumlah Wisatawan 31,75 %
2 Penurunan Harga Paket Wisata 33,50 %
Sumber : Data Primer (2010)
Berdasarkan analisis sensitivitas dengan menggunakan switching value,
nilai pengganti untuk penurunan jumlah wisatawan adalah sebesar 31,75 persen.
Artinya jumlah maksimal penurunan wisatawan yang dapat ditoleransi adalah
sebesar 31,75 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan dibangunnya toko
cinderamata, Kampung Budaya Sindangbarang harus mempertahankan jumlah
wisatawan yang datang, minimal sebanyak 4.140 orang dari tahun keempat hingga
ke-10. Jumlah wisatawan dibawah 4.140 orang akan menyebabkan skenario usaha
II agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang tidak layak untuk dijalankan.
Analisis switching value selanjutnya adalah penurunan harga paket wisata.
Nilai switching value menunjukkan angka sebesar 33,50 persen, artinya Kampung
Budaya Sindangbarang mampu menurunkan harga paket wisatanya sampai 33,50
persen. Penurunan harga paket wisata di atas jumlah ini akan menyebabkan
rencana pengembangan usaha Kampung Budaya Sindangbarang menjadi tidak
layak untuk dijalankan.
104
6.2.3. Manfaat Tambahan dengan Skenario II
Perbandingan terhadap dua skenario finansial bertujuan untuk mengetahui
manfaat tambahan dengan dijalankannya skenario II. Kedua skenario ini dapat
dibandingkan dengan membandingkan nilai kriteria kelayakan finansial dan
sensitivitas. Perbandingan nilai kriteria kelayakan finansial dan sensitivitas dapat
dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Perbandingan Nilai Kriteria Kelayakan Finansial dan Sensitivitas
Skenario I dan II
Uraian Skenario I Skenario II
Kriteria
Kelayakan
Finansial
NPV Rp 597,264,637.59 Rp 639.704.205,85
Net B/C 1,60 1,64
IRR 15.13 % 15,76 %
PP 9.12 tahun 9,06 tahun
Switching
Value
Penurunan Jumlah
Wisatawan 28,25 % 31,75 % Penurunan Harga
Paket Wisata 30,44 % 33,50 %
Sumber : Data Primer (2010)
Hasil perbandingan kelayakan finansial kedua skenario usaha
menunjukkan bahwa nilai tambahan manfaat bersih dengan dibangunnya toko
cinderamata adalah Rp 42.439.568,26 (NPV skenario II dikurangkan dengan NPV
skenario I). Net B/C yang diperoleh usaha dengan membangun toko cinderamata
meningkat dari 1,60 menjadi 1,62. Peningkatan juga dialami oleh nilai IRR yang
meningkat dari 15,13 persen menjadi 15,76 persen. Nilai PP yang menurun dari
9,12 tahun menjadi 9,06 tahun menunjukkan bahwa dengan didirikannya toko
cinderamata, maka pengembalian modal usaha menjadi lebih cepat. Nilai
switching value menunjukkan bahwa dengan dibangunnya toko cinderamata,
maka toleransi kelayakan usaha terhadap penurunan jumlah wisatawan dan harga
paket wisata lebih meningkat.
105
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan pada bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik demi menjawab tujuan
penilitian adalah :
1) Usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk dijalankan
dilihat dari aspek pasar, teknis, manajemen, dan sosial ekonomi lingkungan.
Usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang belum dapat dikatakan
layak secara hukum. Dalam aspek pasar, selama dua tahun terakhir Kampung
Budaya Sindangbarang mampu mendapatkan pangsa pasar ditengah
meningkatnya permintaan dan penawaran usaha agrowisata di Kabupaten
Bogor. Hal ini menunjukkan jasa wisata yang ditawarkan marketable.
Kampung Budaya Sindangbarang juga mampu menetapkan segmenting,
targeting, dan positioning serta bauran pemasaran dengan baik. Pada aspek
teknis, lokasi dan fasilitas yang digunakan mampu mendukung kegiatan
usaha. Kampung Budaya Sindangbarang juga menggunakan teknologi yang
tepat guna. Pada aspek manajemen, wewenang dan tanggung jawab yang
berasal dari struktur organisasi mampu diimplementasikan dengan baik oleh
setiap divisi, namun diperlukan sistem pelatihan dan pengembangan
sumberdaya manusia dalam jangka panjang. Pada aspek hukum, Kampung
Budaya Sindangbarang memiliki surat kepemilikan tanah dan izin mendirikan
bangunan serta mampu mematuhi aturan dengan membayar pajak daerah
setiap bulannya. Meskipun keberadaan usahanya telah diakui oleh
pemerintah, namun Kampung Budaya Sindangbarang belum memiliki izin
usaha tertulis. Pada aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan secara umum
keberadaan usaha Kampung Budaya Sindangbarang mampu memberikan
manfaat bagi masyarakat, pemerintah, dan lingkungan.
2) Skenario I dan II usaha Kampung Budaya Sindangbarang layak untuk
dijalankan secara finansial. Berdasarkan analisis kelayakan finansial dengan
melihat nilai NPV, Net B/C, IRR, dan PP, manfaat yang dihasilkan usaha
agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang bertambah dengan adanya
skenario II.
106
3) Analisis sensitivitas dengan menggunakan switching value menunjukkan
bahwa usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang lebih sensitif
dalam menghadapi penurunan jumlah wisatawan dibandingkan dengan
penurunan harga paket wisata. Dengan dibangunnya toko cinderamata, maka
kondisi usaha lebih menoleransi penurunan jumlah wisatawan dan harga
paket wisata.
7.2. Saran
Saran yang dapat diajukan demi perbaikan dan kemajuan usaha Kampung
Budaya Sindangbarang adalah :
1) Rencana manajemen Kampung Budaya Sindangbarang untuk merubah bentuk
usahanya mejadi CV disarankan agar segera direalisasikan. Hal ini bertujuan
agar Kampung Budaya Sindangbarang dapat memiliki izin usaha tertulis
sehingga layak secara hukum.
2) Keputusan pihak manajemen dalam mengembangkan usaha dengan
membangun toko cinderamata sudah tepat berdasarkan hasil analisis
kelayakan finansial, namun perlu strategi yang tepat untuk mempromosikan
produk cinderamata yang dijual. Kampung Budaya Sindangbarang dapat
melakukan survei terhadap wisatawan yang berkunjung untuk dapat
memahami keinginan wisatawan, agar nantinya dapat diketahui produk
seperti apa dan bagaimana yang diminati oleh wisatawan.
3) Hasil analisis kelayakan finansial didasarkan dari proyeksi, untuk itu
Kampung Budaya Sindangbarang perlu melakukan usaha yang tepat guna
mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung. Hal ini dapat dilakukan
dengan upaya seperti menambah kegiatan yang ditawarkan dalam paket
wisata agar lebih bervariasi, meningkatkan promosi usaha, menambah
fasilitas yang dimilki, dan membangun image usaha yang baik.
4) Kunjungan wisatawan merupakan faktor terpenting dalam usaha wisata
termasuk usaha agrowisata Kampung Budaya Sindangbarang. Salah satu cara
untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung adalah dengan kegiatan
promosi yang efektif. Salah satu kegiatan promosi yang efektif dalam usaha
wisata adalah menjalin kerja sama dengan agen perjalanan wisata. Di masa
107
yang akan datang, Kampung Budaya Sindangbarang sebaiknya
mempertimbangkan hal ini demi kelanjutan usaha yang lebih baik.
5) Disarankan agar membentuk sistem pelatihan dan pengembangan sumberdaya
manusia dalam sistem manajemen yang digunakan. Hal ini bertujuan agar
kualitas sumberdaya manusia dapat ditingkatkan.
6) Penelitian yang disarankan untuk dilanjutkan di Kampung Budaya
Sindangbarang adalah perilaku konsumen. Hal ini ditujukan agar Kampung
Budaya Sindangbarang dapat memahami karakteristik serta preferensi
wisatawan, sehingga nantinya Kampung Budaya Sindangbarang dapat
merumuskan strategi pemasaran yang baik demi mempertahankan
konsumennya.
108
DAFTAR PUSTAKA
Agustina VS. 2009. Analisis Persepsi dan Preferensi Pengunjung serta Dampak
Ekonomi Kegiatan Wisata Gunung Salak Endah [skripsi]. Bogor : Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Betrianis. 1996. Kajian Strategi Pengembangan Kawasan Agrowisata di Kantor
Sukabumi [tesis]. Bogor : Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor.
Biro Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Pariwisata Indonesia.
www.bps.go.id/pariwisata indonesia [11 Maret 2010]
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Berita Resmi Statistik : Perkembangan
Pariwisata dan Transportasi Nasional. www.bps.go.id. [11 Maret 2010]
Brandth B, Haugen MS. 2007. Gendered Work in Family Farm Tourism. Journal
of Comparative Family Studies Vol. 38 : 379-397.
Brau R, Lanza A, Usai S. 2008. Tourism and Sustainable Economic Development
: Macroeconomics Models and Empirical Methods. Cheltenham UK :
Edward Elgar Publishing Limited
Buana GG. 2009. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pemancingan Tirta
Salak Ciomas, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Che D, Veeck A, Veeck G. 2003. Sustaining Production and Strengthening the
Agritourism Product : Linkages among Michigan Agritourism
Destinations. Jurnal Ilmiah Proquest e-journal.
Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan Ekowisata : dari Teori ke Aplikasi.
Yogyakarta : Andi.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor. 2010. Perkembangan
Pariwisata Kabupaten Bogor. Bogor : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Bogor.
Firdaus M. 2008. Manajemen Agribisnis. Jakarta : PT Bumi Aksara.
109
Gittinger JP. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UI Press.
Herlianto D, Pujiastuti T. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Islamiarani. 2008. Analisis Kinerja Agrowisata dengan Pendekatan Balanced
Score Card di Kampung Wisata Cinangneng Kec. Ciampea Kabupaten
Bogor Propinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Jumingan. 2009. Studi Kelayakan Bisnis : Teori dan Pembuatan Proposal
Kelayakan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Ed ke-2. Jakarta : Kencana.
Kusnadi N, Jahroh S. 2009. Mencari Alternatif Pembiayaan Pertanian. Di dalam
Oktavianti R et al, editor. Orange Book : Pembangunan Ekonomi
Berkelanjutan dalam Menghadapi Krisis Ekonomi Global. Bogor : IPB
Press. Hlm 263-271.
Mahaputriana. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Taman Agrowisata Bukit
Ganjau, Kabupaten Kampar Propinsi Riau [skripsi]. Bogor : Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Masang L. 2006. Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman
Sringanis, Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Mudana IW. 2007. Dampak Pariwisata Terhadap Seni Patung Tradisional di Desa
Silakarang. Jurnal Seni Budaya Mudra Edisi September 2007 : 31-40
Nainggolan. 2005. Pertanian Indonesia Kini dan Esok. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor :
Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
110
Purnama H. 2009. Strategi Pemasaran Agrowisata Kebun Buah Plantera Fruit
Paradise, Kabupaten Kendal Jawa Tengah [skripsi]. Bogor : Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Rohman M. 2008. Analisis Strategi Promosi Agrowisata Kebun Wisata
Pasirmukti Citeureup, Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Schneider SS. 1993. Advantages and Disadvantages of Tourism to an Agricultural
Community. Journal of Economic Development Review Vol. 11 : 76-79.
Setyadi LB. 2009. Analisis Kelayakan Usaha dan Kontribusi Pengelolaan Hutan
Rakyat Koperasi Hutan Jaya Lestari [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan,
Institut Pertanian Bogor.
Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek : Dari Konseptual sampai Operasional.
Jakarta : Erlangga.
Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Suratman. 2002. Studi Kelayakan Proyek. Madyopuro : Proyek Peningkatan
Penelitian Pendidikan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
Syamsu. 2001. Penerapan Etika Perencanaan Pada Kawasan Wisata, Studi Kasus
di Kawasan Agrowisata Salak Pondoh, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmiah LP3M STP Tri Sakti Vol 5. No. 3
Maret 2001.
Tirtawinata R, Fachruddin LD. 1999. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata.
Bogor : Penebar Swadaya.
Umar H. 2001. Studi Kelayakan Bisnis : Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana
Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : Andi.
111
Windiyarti D, Gusman P, Da Costa E. 1993. Dampak Pengembangan Pariwisata
terhadap Kehidupan Sosial di Daerah Timor Timur. Timor Timur :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan.
LAMPIRAN
113
Lampiran 1. Layout Kampung Budaya Sindangbarang
Keterangan Warna :
Merah : Rumah Pasangrahan
Kuning : Rumah Pangiwa
Hijau Muda : Rumah Panengen
Biru Tua : Tempat Pengenalan Alat Masak Tradisional
Abu-abu : Leuit
Oranye : Saung Lisung
Merah Jambu : Toilet
Biru Muda (Lingkaran) : Kolam dan Taman
Biru Muda (Persegi Panjang) : Menara Wireless
Ungu : Toko Cinderamata
Hitam : Tangga
Coklat : Bale-bale
Sumber : Data Primer (2010)
Imah Gede Girang
Serat
Saung
Talu
Bale
Pangriungan
Mus
holla
Sawah Belajar
Menanam Padi
Kolam Ikan Belajar
Menangkap Ikan
Alun-alun
114
Lampiran 2. Perhitungan Pendapatan Kunjungan Wisatawan
Tahun 2007
No.
Paket
Wisata Sub Paket Wisata
Harga
(Rp)
Jumlah
Wisatawan
(orang)
Jumlah
Rombongan Pendapatan
(Rp)
1
Mulih ka
Lembur
Pelajar / Mahasiswa 55,000 255 5 14,025,000
Umum / Domestik 60,000 95 2 5,700,000
Wisatawan Mancanegara 90,000 10 1 900,000
Anak usia dibawah 5
tahun 35,000 105 2 3,675,000
2
Saweungi
di
Kampung
Budaya
Menginap di Rumah
Pangiwa / Panengen 800,000 0 0 0
Menginap di Rumah
Pasangrahan 1,250,000 0 0 0
Menginap dan Kegiatan
di Rumah Pangiwa /
Panengen 1,600,000 41 5 8,000,000
Menginap dan Kegiatan
di Rumah Pasangrahan 2,500,000 0 0 0
3
Paket
Tentatif 0 0 0
Total 506 15 32,300,000
Tahun 2008
No.
Paket
Wisata Sub Paket Wisata
Harga
(Rp)
Jumlah
Wisatawan
(orang)
Jumlah
Rombongan
Pendapatan
(Rp)
1
Mulih ka
Lembur
Pelajar / Mahasiswa 55,000 2567 48 141,185,000
Umum / Domestik 60,000 1326 17 79,560,000
Wisatawan Mancanegara 90,000 52 2 4,680,000
Anak usia dibawah 5
tahun 35,000 1233 20 43,155,000
2
Saweungi
di
Kampung
Budaya
Menginap di Rumah
Pangiwa / Panengen 800,000 0 0 0
Menginap di Rumah
Pasangrahan 1,250,000 47 6 7,500,000
Menginap dan Kegiatan
di Rumah Pangiwa /
Panengen 1,600,000 180 27 43,200,000
Menginap dan Kegiatan
di Rumah Pasangrahan 2,500,000 76 5 12,500,000
3
Paket
Tentatif 0 0 0
Total 5481 125 331780000
115
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tahun 2009
No. Paket Wisata Sub Paket Wisata
Harga
(Rp)
Jumlah
Wisatawan
(orang)
Jumlah
Rombongan
Pendapatan
(Rp)
1
Mulih ka
Lembur
Pelajar / Mahasiswa 55,000 2,720 31 149,600,000
Umum / Domestik 60,000 1,431 16 85,860,000
Wisatawan
Mancanegara 90,000 144 5 12,960,000
Anak usia dibawah 5
tahun 35,000 741 11 25,935,000
2
Saweungi di
Kampung
Budaya
Menginap di Rumah
Pangiwa / Panengen 800,000 5 1 800,000
Menginap di Rumah
Pasangrahan 1,250,000 40 5 6,250,000
Menginap dan
Kegiatan di Rumah
Pangiwa / Panengen 1,600,000 173 17 27,200,000
Menginap dan
Kegiatan di Rumah
Pasangrahan 2,500,000 25 2 5,000,000
3 Paket Tentatif 0 0 0
Total 5,279 88 313,605,000
Tahun 2010-2021
No. Paket Wisata Sub Paket Wisata
Harga
(Rp) Jumlah
Wisatawan
Jumlah
Rombongan
(orang)
Pendapatan
(Rp)
1
Mulih ka
Lembur
Pelajar / Mahasiswa 55,000 3,131 34 172,205,000
Umum / Domestik 60,000 1,265 20 75,900,000
Wisatawan
Mancanegara 90,000 104 6 9,360,000
Anak usia dibawah 5
tahun 35,000 1,137 14 39,795,000
2
Saweungi di
Kampung
Budaya
Menginap di Rumah
Pangiwa / Panengen 800,000 0 0 0
Menginap di Rumah
Pasangrahan 1,250,000 45 5 6,250,000
Menginap dan
Kegiatan di Rumah
Pangiwa / Panengen 1,600,000 234 25 40,000,000
Menginap dan
Kegiatan di Rumah
Pasangrahan 2,500,000 148 13 32,500,000
3 Paket Tentatif
Menginap dengan
Kegiatan Pilihan 75,000 2 1 150,000
Total 6,066 118 376,160,000
Sumber : Manajemen Kampung Budaya Sindangbarang dan Data Primer (2010)
116
Lampiran 3. Rincian Biaya Investasi Bangunan
No Uraian Jumlah Satuan Harga Satuan
(Rp)
Nilai (Rp) Umur
Ekonomis
(tahun)
1 Imah Gede 1 unit 77,000,000.00 77,000,000.00 15
2 Girang Serat 1 unit 52,000,000.00 52,000,000.00 15
3 Saung Talu 1 unit 10,000,000.00 10,000,000.00 15
4 Saung
Lisung
1 unit 1,000,000.00 1,000,000.00 15
5 Leuit 8 unit 1,500,000.00 12,000,000.00 15
6 Imah
Pasangrahan
1 unit 55,000,000.00 55,000,000.00 15
7 Imah
Panengen
4 unit 40,000,000.00 160,000,000.00 15
8 Musholla 1 unit 75,000,000.00 75,000,000.00 15
9 Imah
Pangiwa
3 unit 40,000,000.00 120,000,000.00 15
10 Toilet 6 unit 5,000,000.00 30,000,000.00 15
11 Bale
Pangriungan
1 unit 45,000,000.00 45,000,000.00 15
Total Biaya 637,000,000.00
Sumber : Data Primer (2010)
117
Lampiran 4. Perhitungan Beberapa Komponen Biaya Investasi
1) Alat masak dan permainan tradisional.
Alat masak berupa hawu. Estimasi nilai satu unit hawu adalah Rp. 25.000,-. Jumlah
hawu ada tiga unit sehingga nilai totalnya adalah Rp.75.000,-.
Alat permainan tradisional terdiri dari lima unit enggrang dan lima unit bakiak.
Estimasi nilai satu unit enggrang adalah Rp. 35.000,-. Estimasi nilai satu unit bakiak
adalah Rp. 35.000,-. Total nilai enggrang adalah Rp. 175.000,-. Total nilai bakiak
adalah Rp. 175.000,-. Nilai total alat permainan tradisional adalah Rp. 350.000,-
2) Perabotan rumah.
Satu set perabotan rumah terdiri dari dua buah kursi, satu buah meja, satu buah
dudukan televisi, satu buah cermin. Setiap rumah memiliki satu set perabotan rumah.
Jumlah rumah adalah 10 unit. Nilai satu set perabotan rumah adalah Rp. 1.200.000,-.
Total nilai perabotan rumah adalah Rp. 12.000.000,-
3) Peralatan tukang.
Satu set peralatan tukang terdiri dari seperangkat martil, obeng, sekrup, paku, dan
peralatan tukang lainnya. Estimasi nilai peralatan tukang adalah sebesar Rp. 150.000,-
4) Peralatan kebersihan.
Satu set peralatan kebersihan terdiri dari seperangkat sapu rumah, sapu lidi, dan
kemoceng. Estimasi nilai peralatan kebersihan adalah Rp.100.000,-.
5) Peralatan pertanian
Satu set peralatan pertanian terdiri dari dua unit cangkul, satu unit arit, dan tiga unit
kored. Cangkul bernilai Rp.35.000,-, arit bernilai Rp. 25.000,-, dan kored bernilai Rp
20.000,-. Total nilai peralatan pertanian adalah Rp. 155.000,-.
6) Pembuatan jalan masuk
Satu proyek pembuatan jalan masuk dinilai berdasarkan biaya pengerjaan proyek.
Satu proyek membutuhkan tiga pekerja harian. Upah tenaga kerja harian sebesar Rp.
30.000,- ditambah dengan biaya tambahan Rp. 10.000,-. Total biaya pembuatan jalan
masuk sebesar Rp. 100.000,-
7) Biaya penataan lahan.
Satu proyek penataan lahan membutuhkan sepuluh orang tenaga kerja harian. Proyek
membutuhkan waktu 20 hari. Upah tenaga kerja harian per orang adalah Rp. 50.000,-
sehingga total biaya penataan lahan sebesar Rp. 10.000.000,-
8) Alat kesenian.
Rincian nilai alat kesenian dapat dilihat pada tabel berikut.
No Jenis Nilai (Rp) Jumlah (Unit) Total (Rp)
1 kendang 100,000.00 10 1,000,000.00
2 bonang 200,000.00 15 3,000,000.00
3 angklung kecil 50,000.00 20 1,000,000.00
4 angklung sedang 100,000.00 15 1,500,000.00
5 angklung besar 200,000.00 17 3,400,000.00
6 kecapi 200,000.00 8 1,600,000.00
7 baju tradisional 250,000.00 10 2,500,000.00
8 Gong 500,000.00 2 1,000,000.00
Total Nilai Alat Kesenian (Rp) 15,000,000.00
118
Lampiran 4. (Lanjutan)
9) Pembuatan kolam ikan.
Pembuatan kolam ikan merupakan kegiatan mengubah lahan menjadi kolam ikan.
Kegiatan ini membutuhkan tiga orang tenaga kerja harian. Dibutuhkan waktu dua hari
pengerjaan. Upah per hari satu orang tenaga kerja harian adalah Rp. 50.000,-
sehingga total pembuatan kolam ikan adalah Rp. 300.000,-
10) Pembuatan sawah.
Pembuatan sawah merupakan kegiatan mengubah lahan menjadi sawah. Kegiatan ini
membutuhkan tiga orang tenaga kerja harian. Dibutuhkan waktu dua hari pengerjaan.
Upah per hari satu orang tenaga kerja harian adalah Rp. 50.000,- sehingga total
pembuatan kolam ikan adalah Rp. 300.000,-.
119
Lampiran 5. Perhitungan Beberapa Komponen Biaya Tetap
1) Transportasi.
Perhitungan biaya transportasi dinilai berdasarkan kebutuhan bensin untuk kendaraan
motor. Rata-rata dalam sebulan kebutuhan bensin mencapai Rp. 300.000,-.
2) Promosi.
Perhitungan biaya promosi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
Brosur. Biaya per satu kali cetak sebesar Rp. 3.000.000,-. Pencetakan brosur
dilakukan selama enam bulan sekali, sehingga dalam satu tahun biaya
percetakan brosur sebesar Rp. 6.000.000,-.
Biaya transportasi promosi. Biaya transportasi promosi mencakup biaya
bensin motor untuk kebutuhan promosi dan tiket perjalanan. Dalam sebulan
biaya transportasi mencapai Rp. 500.000,- sehingga dalam setahun mencapai
Rp. 6.000.000,-.
Biaya pemasangan iklan di internet dan surat kabar. Biaya ini membutuhkan
Rp. 1.000.000,- dalam setiap bulannya, sehingga dalam satu tahun kebutuhan
biaya ini mencapai Rp. 12.000.000,-.
3) Listrik dan telepon.
Rata-rata biaya listrik per bulan adalah Rp. 750.000,-. Rata-rata biaya telepon per
bulan adalah Rp. 100.000,-. Total biaya listrik dan telepon per tahun adalah Rp.
10.200.000,-.
4) Pemeliharaan bangunan.
Rata-rata biaya pemeliharaan bangunan adalah sebesar Rp. 3.500.000,- per bulan.
Biaya ini dikeluarkan untuk memperbaiki komponen bangunan yang rusak. Dalam
setahun biaya pemeliharaan bangunan mencapai Rp. 42.000.000,-
5) Pemeliharaan sawah.
Biaya pemeliharaan sawah dihitung berdasarkan biaya tenaga kerja harian pengurus
sawah. Dalam satu bulan, ada satu kali kegiatan pemeliharaan sawah. Upah tenaga
kerja harian pengurus sawah sebesar Rp. 75.000 dalam satu kali kerja. Dalam satu
tahun biaya pemeliharaan mencapai Rp. 900.000,-. Ditambah dengan biaya tambahan
Rp. 100.000,- per tahun sehingga total mencapai Rp. 1000.000,-.
6) Pemeliharaan alat kesenian.
Pemeliharaan alat kesenian mencakup biaya penggantian senar kecapi, penggantian
kulit kendang, penggosokan gong, penyeteman ulang kecapi dan bonang, dan
perawatan baju kesenian. Biaya pemeliharaan mencapai Rp. 2.500.000,- per enam
bulan. Dalam setahun, biaya pemeliharaan alat kesenian mencapai Rp. 5.000.000,-.
7) Pemeliharaan situs sejarah.
Biaya pemeliharaan situs sejarah dinilai dari upah tenaga kerja perawat situs sejarah.
Kampung Budaya Sindangbarang bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Bogor dalam merawat situs sejarah. Biaya untuk menyumbang
pemeliharaan situs sejarah adalah sebesar Rp. 1.200.000,- per tiga bulan. Dalam
setahun biaya pemeliharaan situs sejarah mencapai Rp. 4.800.000,-.
120
Lampiran 5. (Lanjutan)
8) Pemeliharaan kolam ikan.
Biaya pemeliharaan kolam ikan dihitung berdasarkan biaya tenaga kerja harian
pengurus kolam ikan. Dalam satu bulan, ada satu kali kegiatan pemeliharaan kolam
ikan. Upah tenaga kerja harian pengurus kolam ikan sebesar Rp. 75.000 dalam satu
kali kerja. Dalam satu tahun biaya pemeliharaan mencapai Rp. 900.000,-. Ditambah
dengan biaya tambahan Rp. 100.000,- per tahun sehingga total mencapai Rp.
1000.000,-.
9) Wireless internet.
Kampung Budaya Sindangbarang bekerja sama dengan PT. Jetcomm dalam
pengadaan wireless internet. Biaya wireless internet per bulan mencapai Rp.
1.500.000,-. Jumlah tersebut sudah termasuk servis dari PT. Jetcomm apabila terjadi
kerusakan atau gangguan.
10) Perlengkapan kantor dan administrasi.
Biaya perlengkapan kantor dan administrasi terdiri beberapa komponen, yaitu :
Biaya administrasi, berupa pembelian buku, nota, pulpen, spidol, dan tinta.
Jumlah biaya administrasi mencapai Rp. 150.000,- per bulan.
Perlengkapan tambahan, berupa penyemprot anti rayap sebesar Rp 100.000,-
per bulan.
Biaya penggantian lampu rumah dan pigura rumah adat sebesar Rp
1.500.000,- per enam bulan.
11) Komunikasi.
Biaya komunikasi dinilai dari biaya pulsa yang digunakan untuk divisi humas
pemasaran. Biaya ini mencapai Rp 200.000,- per bulan.
12) Perawatan kendaraan.
Biaya perawatan kendaraan dinilai berdasarkan biaya servis motor per bulan. Rata-
rata biaya servis per bulan adalah Rp. 60.000,-.
13) Perawatan genset dan mesin pemotong rumput.
Perawatan genset dan mesin pemotong rumput mencakup :
Biaya penggantian pisau pemotong rumput. Dalam satu tahun, terdapat satu
kali penggantian dengan biaya Rp 300.000,-.
Biaya perawatan, mencakup pelumasan motor genset dan mesin pemotong
rumput. Dalam satu tahun memerlukan biaya sebesar Rp. 200.000,- .
121
Lampiran 6. Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario I
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Total Penghasilan
Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00
Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00
Total Pendapatan 42,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00
B. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00
C. Kontribusi Marjinal 27,905,000.00 303,610,000.00 300,520,000.00 353,960,000.00 353,960,000.00 353,960,000.00 353,960,000.00 353,960,000.00 353,960,000.00 353,960,000.00
D. Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00
1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00
18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan
Administrasi 2,000,000.00
6,000,000.00
6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00
2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00
720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin
Pemotong Rumput 166,666.67
500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Penyusutan 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33
122
Lampiran 6. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Total Biaya Tetap 125,183,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33
E. Pendapatan Usaha -97,278,333.33 58,866,666.67 55,776,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67
D. Bunga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
E. Laba Bersih Sebelum Pajak -97,278,333.33 58,866,666.67 55,776,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67 109,216,666.67
F. Pajak Daerah 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
G. Pajak Penghasilan 0.00 0.00 0.00 27,304,166.67 27,304,166.67 27,304,166.67 27,304,166.67 27,304,166.67 27,304,166.67 27,304,166.67
H. Laba Bersih -97,678,333.33 57,666,666.67 54,576,666.67 80,712,500.00 80,712,500.00 80,712,500.00 80,712,500.00 80,712,500.00 80,712,500.00 80,712,500.00
Sumber : Data Primer (2010)
123
Lampiran 7. Arus Kas Usaha Skenario I
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00
2. Nilai Sisa 880,333,333.33
3. Sumbangan Dana 825,000,000.00
4. Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00
Total Inflow 867,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 497,480,000.00 1,377,813,333.33
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 860,000,000.00
Biaya Penataan Lahan 10,000,000.00
Bangunan 637,000,000.00
Pembuatan Sawah 300,000.00
Pembuatan Kolam Ikan 300,000.00
Alat Kesenian 15,000,000.00
Pagar Kayu 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00
Pembuatan Jalan Masuk 100,000.00
Plang Penunjuk Jalan 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemasangan Listrik, Air, dan Telepon 5,000,000.00
Pompa Air 2,000,000.00 2,000,000.00
Peralatan Pertanian 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00
Peralatan Kebersihan 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Genset 12,000,000.00 12,000,000.00
Kincir angin 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Mesin Pemotong Rumput 3,000,000.00 3,000,000.00
Peralatan Tukang 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
Pemasangan Wireless 15,000,000.00
Motor 11,000,000.00 11,000,000.00
Netbook 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
124
Lampiran 7. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Televisi 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Perabotan Rumah 12,000,000.00 12,000,000.00
Kasur 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00
Sound System 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00
Tape Player 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Baju Adat Tenaga Kerja 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00
Alat Masak dan Permainan Tradisional 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00
Total Biaya Investasi
1,617,430,000.0
0 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 44,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00
2. Biaya Operasional
2.1 Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong
Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
2.2. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00
125
Lampiran 7. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00
Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67 28,504,166.67
Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 385,094,166.67 354,594,166.67 395,594,166.67 385,094,166.67 354,594,166.67 354,594,166.67 385,094,166.67
Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 112,385,833.33 142,885,833.33 101,885,833.33 112,385,833.33 142,885,833.33 142,885,833.33 992,719,166.67
CF 6.5% 1.21 1.13 1.13
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 132,420,768.75 112,385,833.33 134,165,101.72 89,828,590.74 93,038,510.06 111,068,457.61 104,289,631.56 680,344,315.30
PV Negatif (996,202,095)
PV Positif 1,593,466,733
NPV 597,264,637.59
Net B/C 1.5995
IRR 15.13%
Payback Period 9.1221
Sumber : Data Primer (2010)
126
Lampiran 8. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Jumlah Wisatawan 28,25%)
pada Skenario I
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 267,252,008.33 267,252,008.33 267,252,008.33 267,252,008.33 267,252,008.33 267,252,008.33 267,252,008.33
2. Nilai Sisa 880,333,333.33
3. Sumbangan Dana 825,000,000.00
4. Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 87,047,100.00 87,047,100.00 87,047,100.00 87,047,100.00 87,047,100.00 87,047,100.00 87,047,100.00
Total Inflow 867,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 354,299,108.33 354,299,108.33 354,299,108.33 354,299,108.33 354,299,108.33 354,299,108.33 1,234,632,441.67
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 860,000,000.00
Biaya Penataan Lahan 10,000,000.00
Bangunan 637,000,000.00
Pembuatan Sawah 300,000.00
Pembuatan Kolam Ikan 300,000.00
Alat Kesenian 15,000,000.00
Pagar Kayu 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00
Pembuatan Jalan Masuk 100,000.00
Plang Penunjuk Jalan 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemasangan Listrik, Air, dan
Telepon 5,000,000.00
Pompa Air 2,000,000.00 2,000,000.00
Peralatan Pertanian 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00
Peralatan Kebersihan 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Genset 12,000,000.00 12,000,000.00
Kincir angin 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Mesin Pemotong Rumput 3,000,000.00 3,000,000.00
Peralatan Tukang 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
Pemasangan Wireless 15,000,000.00
Motor 11,000,000.00 11,000,000.00
127
Lampiran 8. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Netbook 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Televisi 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Perabotan Rumah 12,000,000.00 12,000,000.00
Kasur 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00
Sound System 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00
Tape Player 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Baju Adat Tenaga Kerja 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00
Alat Masak dan Permainan Tradisional 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00
Total Biaya Investasi
1,617,430,000.0
0 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 44,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00
2. Biaya Operasional
2.1 Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong
Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
2.2. Biaya Variabel
128
Lampiran 8. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 24,999,673.13 24,999,673.13 24,999,673.13 24,999,673.13 24,999,673.13 24,999,673.13 24,999,673.13
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 65,285,325.00 65,285,325.00 65,285,325.00 65,285,325.00 65,285,325.00 65,285,325.00 65,285,325.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 22,221,931.67 22,221,931.67 22,221,931.67 22,221,931.67 22,221,931.67 22,221,931.67 22,221,931.67
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,111,096.58 1,111,096.58 1,111,096.58 1,111,096.58 1,111,096.58 1,111,096.58 1,111,096.58
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 114,818,026.38 114,818,026.38 114,818,026.38 114,818,026.38 114,818,026.38 114,818,026.38 114,818,026.38
Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 294,158,026.38 294,158,026.38 294,158,026.38 294,158,026.38 294,158,026.38 294,158,026.38 294,158,026.38
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49 16,235,270.49
Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 344,123,296.86 313,623,296.86 354,623,296.86 344,123,296.86 313,623,296.86 313,623,296.86 344,123,296.86
Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 10,175,811.47 40,675,811.47 -324,188.53 10,175,811.47 40,675,811.47 40,675,811.47 890,509,144.80
CF 6.5% 1.21 1.13 1.13
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 132,420,768.75 10,175,811.47 38,193,250.21 -285,823.83 8,424,036.28 31,618,247.50 29,688,495.30 610,296,300.04
PV Negatif (996,487,919)
PV Positif 996,742,434
NPV 254,514
Net B/C 1.0003
IRR 6.37%
Payback Period 9.9996
Sumber : Data Primer (2010)
129
Lampiran 9. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Harga Paket Wisata 30,44%)
pada Skenario I
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 261,656,896.00 261,656,896.00 261,656,896.00 261,656,896.00 261,656,896.00 261,656,896.00 261,656,896.00
2. Nilai Sisa 880,333,333.33
3. Sumbangan Dana 825,000,000.00
4. Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00
Total Inflow 867,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 382,976,896.00 382,976,896.00 382,976,896.00 382,976,896.00 382,976,896.00 382,976,896.00 1,263,310,229.33
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 860,000,000.00
Biaya Penataan Lahan 10,000,000.00
Bangunan 637,000,000.00
Pembuatan Sawah 300,000.00
Pembuatan Kolam Ikan 300,000.00
Alat Kesenian 15,000,000.00
Pagar Kayu 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00
Pembuatan Jalan Masuk 100,000.00
Plang Penunjuk Jalan 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemasangan Listrik, Air, dan Telepon 5,000,000.00
Pompa Air 2,000,000.00 2,000,000.00
Peralatan Pertanian 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00
Peralatan Kebersihan 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Genset 12,000,000.00 12,000,000.00
Kincir angin 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Mesin Pemotong Rumput 3,000,000.00 3,000,000.00
Peralatan Tukang 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
Pemasangan Wireless 15,000,000.00
Motor 11,000,000.00 11,000,000.00
130
Lampiran 9. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Netbook 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Televisi 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Perabotan Rumah 12,000,000.00 12,000,000.00
Kasur 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00
Sound System 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00
Alat Masak dan Permainan Tradisional 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00
Baju Adat Tenaga Kerja 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00
Tape Player 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Total Biaya Investasi
1,617,430,000.0
0 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 44,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00
2. Biaya Operasional
2.1 Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong
Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
179,340,000.0
0
2.2. Biaya Variabel
131
Lampiran 9. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00 143,520,000.00
Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00 322,860,000.00
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00 16,229,224.00
Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 372,819,224.00 342,319,224.00 383,319,224.00 372,819,224.00 342,319,224.00 342,319,224.00 372,819,224.00
Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 10,157,672.00 40,657,672.00 -342,328.00 10,157,672.00 40,657,672.00 40,657,672.00 890,491,005.33
CF 6.5% 1.21 1.13 1.13
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 132,420,768.75 10,157,672.00 38,176,217.84 -301,816.66 8,409,019.54 31,604,147.27 29,675,255.65 610,283,868.44
PV Negatif (996,202,095)
PV Positif 996,350,657
NPV 148,561
Net B/C 1.0001
IRR 6.37%
Payback Period 9.9998
Sumber : Data Primer (2010)
132
Lampiran 10. Proyeksi Laba-Rugi Usaha Skenario II
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Pendapatan
Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00
Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00
Pendapatan Toko Cinderamata 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00
Total Pendapatan 42,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 497,480,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00
B. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00
Biaya Modal Toko Cinderamata 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00
Gaji Tenaga Kerja Toko Cinderamata 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00
Biaya Angkut 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00
C. Kontribusi Marjinal 27,905,000.00 303,610,000.00 300,520,000.00 353,960,000.00 368,960,000.00 368,960,000.00 368,960,000.00 368,960,000.00 368,960,000.00 368,960,000.00
D. Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00
1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00
18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00
6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
133
Lampiran 10. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Biaya Penyusutan 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,403,333.33 65,494,242.42 65,494,242.42 65,494,242.42 65,494,242.42 65,494,242.42 65,494,242.42
Pemeliharaan Toko Cinderamata 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Administrasi Toko Cinderamata 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00
Total Biaya Tetap 125,183,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 244,743,333.33 245,674,242.42 245,674,242.42 245,674,242.42 245,674,242.42 245,674,242.42 245,674,242.42
E. Pendapatan Usaha -97,278,333.33 58,866,666.67 55,776,666.67 109,216,666.67 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58
D. Bunga 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
E. Laba Bersih Sebelum Pajak -97,278,333.33 58,866,666.67 55,776,666.67 109,216,666.67 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58 123,285,757.58
F. Pajak Daerah 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
G. Pajak Penghasilan 0.00 0.00 0.00 27,304,166.67 30,821,439.39 30,821,439.39 30,821,439.39 30,821,439.39 30,821,439.39 30,821,439.39
H. Laba Bersih -97,678,333.33 57,666,666.67 54,576,666.67 80,712,500.00 91,264,318.18 91,264,318.18 91,264,318.18 91,264,318.18 91,264,318.18 91,264,318.18
Sumber : Data Primer (2010)
134
Lampiran 11. Arus Kas Usaha Skenario II
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00 376,160,000.00
2. Nilai Sisa 880,333,333.33
3. Sumbangan Dana 825,000,000.00
4. Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00
5. Pendapatan Toko Cinderamata 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00
Total Inflow 867,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 497,480,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 583,100,000.00 1,463,433,333.33
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 860,000,000.00
Biaya Penataan Lahan 10,000,000.00
Bangunan 637,000,000.00
Pembuatan Sawah 300,000.00
Pembuatan Kolam Ikan 300,000.00
Alat Kesenian 15,000,000.00
Pagar Kayu 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00
Pembuatan Jalan Masuk 100,000.00
Plang Penunjuk Jalan 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemasangan Listrik, Air, dan Telepon 5,000,000.00
Pompa Air 2,000,000.00 2,000,000.00
Peralatan Pertanian 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00
Peralatan Kebersihan 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Genset 12,000,000.00 12,000,000.00
Kincir angin 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Mesin Pemotong Rumput 3,000,000.00 3,000,000.00
Peralatan Tukang 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
Pemasangan Wireless 15,000,000.00
Motor 11,000,000.00 11,000,000.00
135
Lampiran 11. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Netbook 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Televisi 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Perabotan Rumah 12,000,000.00 12,000,000.00
Kasur 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00
Sound System 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00
Tape Player 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Baju Adat Tenaga Kerja 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00
Alat Masak dan Permainan Tradisional 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00
Bangunan Toko Cinderamata 1,000,000.00
Total Biaya Investasi 1,617,430,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 34,730,000.00 3,230,000.00 44,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00
2. Biaya Operasional
2.1 Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Pemeliharaan Toko Cinderamata 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
136
Lampiran 11. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Administrasi Toko Cinderamata 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00
2.2. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00
Biaya Modal Toko Cinderamata 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00
Gaji Tenaga Kerja Toko Cinderamata 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00
Biaya Angkut 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00
Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 322,860,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 28,504,166.67 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 28,504,166.67 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39 32,021,439.39
Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 386,094,166.67 429,571,439.39 470,571,439.39 460,071,439.39 429,571,439.39 429,571,439.39 460,071,439.39
Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 111,385,833.33 153,528,560.61 112,528,560.61 123,028,560.61 153,528,560.61 153,528,560.61 1,003,361,893.94
CF 6.5% 1.21 1.13 1.07
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 124,338,750.00 111,385,833.33 144,158,272.87 99,211,850.04 101,849,082.16 119,341,295.27 112,057,554.25 687,638,139.42
PV Negatif (996,202,095)
PV Positif 1,635,906,301
NPV 639,704,205.85
Net B/C 1.6421
IRR 15.76%
Payback Period 9.0697
Sumber : Data Primer (2010)
137
Lampiran 12. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Jumlah Wisatawan 31,75%)
pada Skenario II
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 254,215,325.00 254,215,325.00 254,215,325.00 254,215,325.00 254,215,325.00 254,215,325.00 254,215,325.00
2. Nilai Sisa 880,333,333.33
3. Sumbangan Dana 825,000,000.00
4. Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 82,800,900.00 82,800,900.00 82,800,900.00 82,800,900.00 82,800,900.00 82,800,900.00 82,800,900.00
5. Pendapatan Toko Cinderamata 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00
Total Inflow 867,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 337,016,225.00 422,636,225.00 422,636,225.00 422,636,225.00 422,636,225.00 422,636,225.00 1,302,969,558.33
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 860,000,000.00
Biaya Penataan Lahan 10,000,000.00
Bangunan 637,000,000.00
Pembuatan Sawah 300,000.00
Pembuatan Kolam Ikan 300,000.00
Alat Kesenian 15,000,000.00
Pagar Kayu 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00
Pembuatan Jalan Masuk 100,000.00
Plang Penunjuk Jalan 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemasangan Listrik, Air, dan Telepon 5,000,000.00
Pompa Air 2,000,000.00 2,000,000.00
Peralatan Pertanian 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00
Peralatan Kebersihan 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Genset 12,000,000.00 12,000,000.00
Kincir angin 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Mesin Pemotong Rumput 3,000,000.00 3,000,000.00
Peralatan Tukang 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
Pemasangan Wireless 15,000,000.00
138
Lampiran 12. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Motor 11,000,000.00 11,000,000.00
Netbook 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Televisi 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Perabotan Rumah 12,000,000.00 12,000,000.00
Kasur 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00
Sound System 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00
Tape Player 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Baju Adat Tenaga Kerja 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00
Alat Masak dan Permainan Tradisional 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00
Bangunan Toko Cinderamata 1,000,000.00
Total Biaya Investasi 1,617,430,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 34,730,000.00 3,230,000.00 44,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00
2. Biaya Operasional
2.1 Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
139
Lampiran 12. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemeliharaan Toko Cinderamata 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Administrasi Toko Cinderamata 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00
2.2. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 23,780,176.88 23,780,176.88 23,780,176.88 23,780,176.88 23,780,176.88 23,780,176.88 23,780,176.88
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 62,100,675.00 62,100,675.00 62,100,675.00 62,100,675.00 62,100,675.00 62,100,675.00 62,100,675.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 21,137,935.00 21,137,935.00 21,137,935.00 21,137,935.00 21,137,935.00 21,137,935.00 21,137,935.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,056,896.75 1,056,896.75 1,056,896.75 1,056,896.75 1,056,896.75 1,056,896.75 1,056,896.75
Biaya Modal Toko Cinderamata 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00
Gaji Tenaga Kerja Toko Cinderamata 3,170,690.25 3,170,690.25 3,170,690.25 3,170,690.25 3,170,690.25 3,170,690.25
Biaya Angkut 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 109,275,683.63 179,526,373.88 179,526,373.88 179,526,373.88 179,526,373.88 179,526,373.88 179,526,373.88
Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 288,615,683.63 359,706,373.88 359,706,373.88 359,706,373.88 359,706,373.88 359,706,373.88 359,706,373.88
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 13,300,135.34 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 13,300,135.34 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78 16,932,462.78
Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 336,645,818.97 379,868,836.66 420,868,836.66 410,368,836.66 379,868,836.66 379,868,836.66 410,368,836.66
Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 370,406.03 42,767,388.34 1,767,388.34 12,267,388.34 42,767,388.34 42,767,388.34 892,600,721.68
CF 6.5% 1.21 1.13 1.13
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 132,420,768.75 370,406.03 40,157,172.15 1,558,234.34 10,155,546.30 33,244,078.50 31,215,097.18 611,729,729.03
PV Negatif (996,202,095)
PV Positif 996,776,556
NPV 574,461
Net B/C 1.0006
IRR 6.38%
Payback Period 9.9991
Sumber : Data Primer (2010)
140
Lampiran 13. Arus Kas Analisis Sensitivitas dengan Menggunakan Switching Value (Penurunan Harga Paket Wisata 33,50%)
pada Skenario II
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Pendapatan Kunjungan 32,300,000.00 331,780,000.00 313,605,000.00 250,146,400.00 250,146,400.00 250,146,400.00 250,146,400.00 250,146,400.00 250,146,400.00 250,146,400.00
2. Nilai Sisa 880,333,333.33
3. Sumbangan Dana 825,000,000.00
4. Pendapatan Konsumsi 10,120,000.00 109,620,000.00 105,580,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00 121,320,000.00
5. Pendapatan Toko Cinderamata 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00 85,620,000.00
Total Inflow 867,420,000.00 441,400,000.00 419,185,000.00 371,466,400.00 457,086,400.00 457,086,400.00 457,086,400.00 457,086,400.00 457,086,400.00 1,337,419,733.33
Outflow
1. Biaya Investasi
Lahan 860,000,000.00
Biaya Penataan Lahan 10,000,000.00
Bangunan 637,000,000.00
Pembuatan Sawah 300,000.00
Pembuatan Kolam Ikan 300,000.00
Alat Kesenian 15,000,000.00
Pagar Kayu 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00 300,000.00
Pembuatan Jalan Masuk 100,000.00
Plang Penunjuk Jalan 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemasangan Listrik, Air, dan Telepon 5,000,000.00
Pompa Air 2,000,000.00 2,000,000.00
Peralatan Pertanian 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00 155,000.00
Peralatan Kebersihan 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Genset 12,000,000.00 12,000,000.00
Kincir angin 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00 100,000.00
Mesin Pemotong Rumput 3,000,000.00 3,000,000.00
Peralatan Tukang 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00 150,000.00
141
Lampiran 13. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemasangan Wireless 15,000,000.00
Motor 11,000,000.00 11,000,000.00
Netbook 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Televisi 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Perabotan Rumah 12,000,000.00 12,000,000.00
Kasur 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00 11,200,000.00
Sound System 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00 9,000,000.00
Tape Player 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
Alat Masak dan Permainan Tradisional 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00 425,000.00
Baju Adat Tenaga Kerja 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00
Bangunan Toko Cinderamata 1,000,000.00
Total Biaya Investasi 1,617,430,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 34,730,000.00 3,230,000.00 44,230,000.00 33,730,000.00 3,230,000.00 3,230,000.00 33,730,000.00
2. Biaya Operasional
2.1 Biaya Tetap
Gaji Tenaga Kerja Tetap 20,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00 60,000,000.00
Transportasi 1,200,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00 3,600,000.00
Promosi 8,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00 24,000,000.00
Listrik dan Telepon 3,400,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00 10,200,000.00
Pupuk Kompos 40,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00 120,000.00
Pemeliharaan Bangunan 14,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00 42,000,000.00
Pemeliharaan Sawah 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Pemeliharaan Alat Kesenian 1,666,666.67 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00
Pemeliharaan Situs Sejarah 1,600,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00 4,800,000.00
Pemeliharaan Kolam Ikan 333,333.33 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00 1,000,000.00
Wireless Internet 6,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00 18,000,000.00
Perlengkapan Kantor dan Administrasi 2,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00 6,000,000.00
Komunikasi 800,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00 2,400,000.00
Perawatan Kendaraan 240,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00 720,000.00
Perawatan Genset dan Mesin Pemotong Rumput 166,666.67 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00 500,000.00
142
Lampiran 13. (Lanjutan)
Uraian Tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pemeliharaan Toko Cinderamata 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00 600,000.00
Administrasi Toko Cinderamata 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00 240,000.00
Total Biaya Tetap 59,780,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 179,340,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00 180,180,000.00
2.2. Biaya Variabel
Gaji Tenaga Kerja Tidak Tetap 3,375,000.00 28,125,000.00 19,800,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00 26,550,000.00
Bahan Bakar Genset 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Biaya Konsumsi Wisatawan 7,590,000.00 82,215,000.00 79,185,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00 90,990,000.00
Pembelian Ikan 3,000,000.00 25,000,000.00 17,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00 23,600,000.00
Pembelian Bibit Padi dan Padi 150,000.00 1,250,000.00 880,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00 1,180,000.00
Biaya Modal Toko Cinderamata 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00 65,880,000.00
Gaji Tenaga Kerja Toko Cinderamata 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00 3,540,000.00
Biaya Angkut 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00
Total Biaya Variabel 14,515,000.00 137,790,000.00 118,665,000.00 143,520,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00 214,140,000.00
Total Biaya Operasional 74,295,000.00 317,130,000.00 298,005,000.00 322,860,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00 394,320,000.00
3. Biaya Lain-lain
Pajak 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 13,351,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00
Total Biaya Lain-lain 400,000.00 1,200,000.00 1,200,000.00 13,351,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00 16,891,600.00
Total Outflow 1,692,125,000.00 321,560,000.00 302,435,000.00 370,941,600.00 414,441,600.00 455,441,600.00 444,941,600.00 414,441,600.00 414,441,600.00 444,941,600.00
Net Benefit -824,705,000.00 119,840,000.00 116,750,000.00 524,800.00 42,644,800.00 1,644,800.00 12,144,800.00 42,644,800.00 42,644,800.00 892,478,133.33
CF 6.5% 1.21 1.13 1.13
DF 6.5% 1.00 0.94 0.88 0.83 0.78 0.73 0.69
Present Value -996,202,095.49 135,925,524.00 132,420,768.75 524,800.00 40,042,065.73 1,450,153.19 10,054,061.65 33,148,787.75 31,125,622.30 611,645,715.06
PV Negatif (996,202,095)
PV Positif 996,337,498
NPV 135,403
Net B/C 1.0001
IRR 6.37%
Payback Period 9.9998
Sumber : Data Primer (2010)
DOKUMENTASI
144
Dokumentasi 1. Kegiatan Belajar Menanam Padi
Dokumentasi 2. Kegiatan Belajar Menangkap Ikan
Dokumentasi 3. Kegiatan Bermain Alat Permainan Tradisional
145
Dokumentasi 4. Kegiatan Mandi di Sungai
Dokumentasi 5. Pertunjukan Kesenian Tradisional Sunda
Dokumentasi 6. Bangunan Rumah dengan Arsitektur Tradisional Sunda
top related