analisis kegiatan organisasi tua tui sejuta enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak di desa...
Post on 16-Apr-2017
278 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM
TERHADAP PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK
DI DESA KEPALA CURUP
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S.I )
Dalam Ilmu Tarbiyah
OLEH:
TATIK PRISNAMASARI
NIM: 12591140
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASYAH
IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) CURUP
2016
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala Puji dan syukur senantiasa tercurah hanya bagi Allah SWT. yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul: " Analisis Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap
Pendidikan (Iman Dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup,” sebagai sumbangsih
penulis terhadap Almamater, Agama, Bangsa, dan Negara.
Shalawat dan salam kita mohonkan kiranya selalu tercurahkan kepada
junjungan umat Nabi Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga hari akhir, Skripsi ini penulis susun sebagai tugas akhir untuk
meraih gelar (S1) Jurusan Tarbiyah pada program studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah STAIN Curup.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penyusun menyadari bahwa dalam
penyusunannya tidak dapat terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dorongan, dan do’a dari
semua pihak. Dengan ini penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Ketua STAIN Curup, Dr. Rahmat Hidayat, M.Ag dan segenap jajarannya.
2. Bapak Drs, Beni Azwar, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Curup atas
kesempatan yang diberikan kepada penyusun untuk belajar di STAIN Curup.
3. Ibu Dra. Susilawati, M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah (PGMI) STAIN Curup
vii
4. Bapak M. Taqiyuddin, M.Pd.I selaku pembimbing I dan Ibu Aida Rahmi
Nasution, M. Pd.I selaku pembimbing II, yang selalu memberikan bimbingan
pengarahan semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi sampai selesai seperti
sekarang ini.
5. Bapak Kurniawan, S.Ag. M.Pd selaku Penasehat Akademik yang telah
mengarahkan urusan perkuliahan.
6. Kepada segenap dosen dan karyawan di lingkungan STAIN Curup, yang telah
memberikan pengetahuan, kemudahan dan pelayanan prima kepada penyusun
dalam proses dalam setiap aktivitas perkuliahan hingga selesai.
Semoga amal baik mereka mendapat balasan yang setimpal dan dicatat di sisi
Allah SWT. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan dan
khazanah keilmuan. Amin
Curup Juli 2016
Penulis,
Tatik Prisnamasari
NIM. 12591140
viii
MOTTO
“ Hai manusia sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan
dunia memperdaya kamu dan sekali-kali janganlah syaitan pandai menipu, memperdaya kamu tentang Allah”.
(QS.Faathir:5) "Tindakan yang terarah, memiliki metode dan tujuan yang jelas adalah tindakan orang-orang cerdas"
(David Wesler Said) Keberhasilan itu tak akan tercapai tanpa diiringi usaha dan do’a
Hidup adalah perjuangan...
Cinta adalah tantangan...
Uang adalah kebutuhan...
Keluarga number one...
Teman adalah kesenangan...
Sukses ku adalah impian...
ix
PERSEMBAHAN Alhamdullilah kata pertama yang dapat terucap saat skripsi ini selesai,
terima kasih dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT
Kupersembahkan karya yang telah kuperjuangkan dengan percikan keikhlasan,
kesabaran, perasaan,logika, keringat, hingga air mata ini kepada :
1. Ayahanda (Sukirman) dan Ibunda (Nuriyal Hidayati) tercinta yang tak
pernah lelah mendoakanku dalam setiap waktu dan sholatnya demi
keberhasilan anaknya. Begitu banyak kasih sayang, pengorbanan,
nasihat, didikan yang beliau berikan padaku. Skripsi ini
kupersembahkan sebagai wujud baktiku karena beliau tak pernah lelah
memberikan perlindungan, bimbingan, kasih sayang, nasehat, doa serta
pengorbanan dengan penuh keiklasan. Kalian mengajarkanku tentang
arti kesungguhan dan pengorbanan. Ayahanda dan Ibunda, tanpa beliau
semua ini takkan bisa. Teruslah menjadi tauladan dan inspirasi bagiku.
Terima kasih tiada terkira dan semoga karya kecil ini sebagai bentuk
wujud baktiku.
2. Untuk Saudaraku tercinta (mbak Septi anggraini), (kakak ipar Widi
Jaurini), untuk keponakan ku Siva Ningtiyas dan keluarga besarku
(Damai Siregar dan Dawam) terima kasih atas doa, semangat, serta
dukungannya.
3. Untuk sahabat-sahabatku: Andy Setyawan, Reni Oktian, Ayu Novita
sari, Mita Riani, Nirawati, Retno putri, Mersiska suci, Retno suci.
x
4. Seluruh teman-teman seperjuanganku PGMI E angkatan 2012, dan
orang-orang yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi bagiku.
5. Almamaterku.
xi
ABSTRAK
Tatik Prisnamasari (12591140) “Analisis Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam Terhadap Pendidikan (Iman Dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup”.
Permasalahan yang terjadi ketika orang tua bergabung dalam kegiatan
organisasai Tua-Tui Sejuta Enam, orang tua kurang menanamkan nilai-nilai pendidikan
iman dan akhlak kepada anak seperti, anak tidak dituntut untuk belajar mengaji,
melaksanakan sholat, dan mengerjakan puasa serta anak pula kurang menghormati orang
yang lebih tua. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta di desa Kepala Curup, mengetahui bagaimana persepsi
masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua) dalam menanamkan
nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak pada anak di desa Kepala Curup dan adakah
implikasi organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap pendidikan (iman dan akhlak) anak
di desa Kepala Curup.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yang
bersifat deskriftif kualitatif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari
teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis yang berupa reduction/
reduksi data atau kegiatan mengikhtiarkan hasil pengumpulan data selengkap mungkin
dan memilahnya kedalam suatu konsep tertentu, kategori, dan tema tertentu,
display/penyajian data dan verification/menarik kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa, 1) bentuk kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta Enam adalah memenuhi undangan ditempat hajatan (acara pernikahan
atau sunatan) mengadakan perlombaan joged terheboh, mengadakan acara minum-
minum tuak (mabuk-mabukan), dan membentuk arisan, 2) Persepsi masyarakat terhadap
organisasi Tua-Tui Sejuta (orang tua) dalam menanamkan pendidikan iman dan akhlak
anak terdapat dua persepsi diantaranya persepsi positif dalam kegiatan lain seperti
kegiatan arisan ini menimbulkan sikap saling tolong menolong baik dalam segi tenaga
maupun biaya, mempererat silahtuhrahmi dan menambah teman baru, persepsi negatif
mereka berjoged yang sudah melebihi batas layaknya seorang biduan, meminum-
minuman keras (mabuk-mabukan), tidak menutupi auratnya dengan memakai pakaian
ketat ( pakaian sexy)Sedangakan 3) Implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
terhadap pendidikan (iman dan akhlak) diantaranya dampak negatif dalam pendidikan
iman seperti anak tidak lagi diajarkan untuk belajar sholat, mengaji, dan berpuasa ketika
bulan ramadhan, dampak negatif dalam pendidikan akhlak seperti, anak suka
membantah ketika diperintah orang tua, anak suka mengambil barang yang bukan hak
miliknya, adapun dampak positif terhadap pendidikan akhlak seperti menjalin hubungan
persaudaraan dan silatuhrami dan memuliakan tetangga seperti berbuat baik kepada
tetangga, membantu tetangga ketika ia sedang mengalami musibah atau ingin
mengadakan sebuah hajatan.
Kata Kunci:Organisasi Masyarakat (Tua-Tui Sejuta Enam) dan Pendidikan Anak.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI ..................................................................................... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ viii
ABSTRAK ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 7
C. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 8
E. Manfaat Penelitaan ....................................................................... 8
BAB II PERSPEKTIF TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Organisasi Masyarakat .................................................................. 10
1. Pengertian Organisasi Masyarakat........................................... 10
2. Ciri-Ciri Organisasi Kemasyarakatan ...................................... 14
3. Fungsi Organisasi Masyarakat ................................................. 16
4. Peran Organisasi Masyarakat Dalam Pendidikan ................... 20
B. Pendidikan Anak .......................................................................... 24
1. Deskripsi Pendidikan Anak dalam Islam ................................. 24
2. Pengembangan Nilai-Nilai pendidikan Iman ........................... 28
3. Pengembangan Nilai-Nilai pendidikan Akhlak ....................... 30
xiii
C. Implikasi Kegiatan Organisasi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Anak................................................................................................. 34
D. Penelitian Yang Relevan ................................................................ 38
BAB III METODOLOGI PENENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 42
C. Sumber data ............................................................................. 43
D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 44
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 48
F. Uji Keabsahan Data ................................................................... 50
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Kondisi Objektif ................................................................... 52
B. Sejarah Tua-Tuai Sejuta Enam .............................................. 53
C. Hasil Penelitian...................................................................... 56
D. Pembahasan ........................................................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 81
B. Saran ..................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... .................. 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ................................... 53
2. Tabel 2. Struktur Kegiatan Organisasi Tua-Tui ................................................ 55
3. Tabel 3. Struktur Kegiatan Organisasi Sejuta Enam ......................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.1 Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut akan
diwariskan pada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam kehidupan yang
terjadi sebagai proses pendidikan.
Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam secara kaffah, orang tua secara kodrati
bertanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi serta
membimbing anak dalam jalan kebaikan. Dalam lingkungan keluarga orang tua
(ayah dan ibu) memiliki kedudukan dan tanggung jawab yang sama dalam
mendidik dan mengasuh anak secara konstisten.
Menanamkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak sejak dini dapat
memelihara kestabilan jiwa anak terhadap agama sebagai proses dasar
pembentukan mental dan tingkah laku yang baik secara berkesinambungan.
1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 2.
2
Maka sebagai orang tua sudah seharusnya dapat menjalankan dan memahami
peran tersebut sehingga anak menjadi prioritas yang harus diperhatikan.
Menurut Rasullulah SAW, fungsi dan peran orang tua dapat membentuk
arah keyakinan anak terhadap agama. Menurut beliau, setiap bayi yang
dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan
agama yang dianut anak sepenuhnya bergantung pada bimbingan, pemeliharaan,
dan pengaruh kedua orang tua mereka.2
Dalam Islam peran orang tua dalam mendidik, membimbing dan
memelihara anak diperjelas sebagai mana sabda Nabi Muhammad Saw :
ءن ابً ىر ٌر ة ر ضً ا هلل عنو قال قال ا لنبً صلً ا هلل علٍو ً سلم كل مٌ لٌد
رً ا ه ا لبخا ر ي ٌٌ لذعلى ا لفطر ة فابٌ ا ه ٌيٌ دا نو ا ً ٌنصر ا نو ا ً ٌمجسا نو Dari Abi Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda:”Setiap anak
lahir dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak itu beragama Yhudi, Nasrani atau Majusi.
(H.R Al-Bukhariy).3
Berdasarkan hadist diatas, maka orang tua merupakan satu-satunya yang
bertanggung jawab terhadap perkembangan potensi anak dan memberikan corak
sesuai yang dikehendaki orang tuanya. Kenyataan diatas menyebutkan bahwa
kehidupan seorang anak benar-benar bergantung pada kedua orang tuanya.
Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap anak, maka
tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa dipikulkan kepada orang
lain, sebab guru dan pemimpin umat misalnya, dalam memikul tanggung jawab
pendidikan hanya merupakan keikut sertaan.
2 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Bandung : CV Pustaka Setia , 2008), h.55.
3 Yusefri, Telaah Tematik Hadist Tarwabi, (Curup:LP2 STAIN Curup,2011), h. 37.
3
Didalam seruan untuk memikul tanggung jawab, Islam telah membebani
para bapak dan ibu (orang tua) suatu tanggung jawab yang sangat besar di dalam
mendidik dan mempersiapkan mereka dengan persiapan yang sempurna untuk
menanggung beban hidup mereka. Islam juga telah mengancam mereka dengan
azab yang berat, jika melakukan pengkhianatan dan menyepelekan tanggung
jawab mereka,4 sebagaiman dalam firman Allah pada surah At-Tahrim:6.
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa
yang diperintahkan.”5
Ayat diatas menjelaskan diantara faktor yang banyak berpengaruh bagi
timbulnya kenakalan anak, rusaknya akhlak dan hilangnya kepribadian mereka
adalah keteledoran orang tua dalam memperbaiki diri anak, mengarahkan dan
mendidiknya. Kita tidak boleh melupakan peran seorang ibu di dalam memikul
amanah dan tangung jawab terhadap anak-anak berada di bawah pengawasannya.
Dialah yang mendidik, mempersiapkan dan mengarahkan mereka menuju pribadi
yang sempurna, manusia yang cerdas secara akal, fisik, maupun perbuatan
(akhlak).
4 Ibid., h. 147.
5 Al-Quran Al- Karim Dan Terjemahannya, ( Semarang: CV Toha Putra,1996), h. 447.
4
Jika seorang ibu meremehkan kewajiban akan pendidikan anak karena
sibuk dengan karier dan teman-temannya, menerima tamu dan sering keluar
rumah serta tergabung dalam sebuah organisasi masyarakat, sedangkan di lain
pihak bapak juga menyepelekan tanggung jawabnya untuk mengarahkan dan
mendidik anak-anaknya, dan hanya sibuk mempergunakan waktu luang untuk
pergi ke tempat-tempat bermain dan minum-minuman kopi bersama teman-
temannya serta tergabung dengan sebuah organisasi masyarakat seperti kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, maka sudah barang tentu anak akan tumbuh
dewasa sebagai anak-anak yang kurang terdidik dalam keutamaan iman dan
akhlak padahal kehidupan anak seutuhnya bergantung pada orang tua. Bahkan
secara tidak langsung mereka akan merasa terasing dengan orang tua dan dapat
menjadi generasi muda yang menyebabkan kerusakan umat jika tidak diawasi,
dibimbing sejak anak-anak.
Situasi seperti ini akan semakin memburuk jika kedua orang tua
mempergunakan seluruh waktunya untuk melakukan maksiat, bergelimang
dalam hawa nafsu dan kelezatannya, serta terjerumus di dalam perbuatan-
perbuatan menghalalkan segala cara. Karenanya, tidak diragukan lagi bahwa
anak akan lebih nakal dan lebih berbahaya.
Berdasarkan observasi awal, peneliti melihat bahwa orang tua yang
bergabung dalam organisasi masyarakat seperti kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam
kurang memperhatikan pendidikan anak. Hal ini dibuktikan dengan seringnya
orang tua keluar rumah menghadiri acara hajatan dan berkumpul dengan anggota
5
Tua-Tui Sejuta Enam. Karena bentuk dari kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam
mengadakan perlombaan joged terheboh, minum-minuman keras (mabuk-
mabukan), dan membentuk arisan. Bahkan pola berpakaian mereka yang
seharusnya menjadi penutup aurat berubah menjadi trend moderisasi. Karena
saat orang tua tergabung dalam kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam mereka ingin
berkompetisi dengan gaya berpakiaan ala kebarat-baratan, sehingga sangat
memberikan dampak yang negatif bagi anak-anak.
Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan suatu tradisi yang
telah turun menurun dikalang masyarakat Lembak di desa Kepala Curup dan
sudah menjadi suatu kebiasaan masyarakat. Bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam yaitu mengadakan pesta hampir di setiap lokasi hajatan warga
setempat. Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam bertujuan untuk saling
membantu dan meringankan beban anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
yang akan melakukan acara hajatan seperti pesta pernikahan, atau sunatan
biasanya bantuan yang diberikan berupa tenaga dan biaya (uang).
Faktanya Orang tua yang tergabung dalam organisasi masyarakat seperti
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam kurang menanamkan pendidikan iman
dan akhlak kepada anak. Contohnya orang tua tidak mengajak bahkan
mengajarkan sholat, puasa, dan mengaji kepada anak, selain itu anak kurang
patuh dan membatah saat diperintahkan orang tua mereka.
Dasar-dasar keimanan ialah, segala sesuatu yang ditetapkan melalui
pemberitaan secara benar, berupa percaya dan yakin adanya Allah Swt. Yang
6
dimaksud dengan rukun Islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani maupun
materi, yaitu salat, puasa, zakat, dan haji bagi orang yang mampu melakukannya.
Dan yang dimaksud dengan dasar- dasar syariat adalah segala yang berhubungan
dengan sistem atau aturan Ilahi dan ajaran- ajaran Islam, berupa akidah, ibadah,
akhlak, perundang- undangan, peraturan, dan hukum.
Oleh karena itu penting penanaman pendidikan terhadap anak sejak dini,
karena secara otomatis tercipta anak akan tumbuh dalam kebaikan, terbina
secara akhlak dan tumbuh dalam keimanan. Demikian sebaliknya, anak tumbuh
dalam kenakalan dan berjalan di jalan kufur, fusuq dan maksiat, jika hal tersebut
tidak lepas dari pengaruh orang tua.
Karena orang tua yang memberikan teladan yang baik dalam pandangan
Islam merupakan metode pendidikan yang paling membekas pada anak. Ketika
anak menemukan pada diri orang tuanya suatu teladan yang baik dalam segala
hal, maka ia telah meneguk prinsip-prinsip kebaikan dalam jiwanya akan
membekas berbagai etika Islam. Ketika kedua orang tua menginginkan anak
tumbuh dalam kejujuran, amanah, menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak
diridhai agama, kasih sayang, maka hendaklah kedua orang tua memberikan
teladan, misalnya dalam berbuat kebaikan, menjauhi kejahatan, meninggalkan
kehinaan, mengikuti yang hak, dan meninggalkan yang batil.6
6 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 2, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),
h.178.
7
Berangkat dari permasalahan diatas maka dalam hal ini mendorong
penulis untuk melakukan penelitian di Desa Kepala Curup dengan mengangkat
Judul “ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM
TERHADAP PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA
KEPALA CURUP”.
B. Fokus Penelitian
Mengingat banyaknya masalah-masalah pada kegiatan organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam khususnya pada pendidikan anak dan keterbatasan yang
dimiliki oleh peneliti baik dari segi biaya, waktu, serta kemampuan, maka
peneliti memfokuskan tentang bagaimana kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam sebagai salah satu organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan elaborasi diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini:
1. Bagaimana bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala
Curup?
2. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
orang tua) dalam menanamkan pendidikan iman dan akhlak anak di desa
Kepala Curup?
8
3. Adakah implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap
pendidikan ( iman dan akhlak) anak di desa Kepala Curup?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam di desa Kepala Curup.
2. Untuk deskripsikan bagaimana persepsi masyarakat terhadap kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dalam menanamkan pendidikan iman dan
akhlak anak di desa Kepala Curup.
3. Untuk elaborasi dan melihat adakah implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam terhadap pendidikan anak di desa Kepala Curup.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan kajian lebih lanjut dan referensi untuk penelitian lebih
lanjut.
b. Untuk menambah pengetahuan penulis dan kontribusinya untuk dijadikan
tambahan referensi atau bahan pustaka bagi perpustakaan Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Curup.
2. Manfaat Praktis
9
a. Memberikan informasi tentang perhatian orang tua terhadap pendidikan
anak bagi orang tua yang mengikuti kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam.
b. Bagi penulis sendiri sebagai ajang latihan pengembangan ilmu
pengetahuan dan menambah wawasan untuk mendalami sebagai
pendidik.
10
BAB II
PERSPEKTIF TEORITIS DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Organisasi Masyarakat
1. Pengertian Organisasi Masyarakat
Dalam lembaga masyarakat pasti miliki tata kelakuan dan hubungan
yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-
kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.1 Dalam
masyarakat terdapat istilah asosiatif yakni bentuk-bentuk organisasi sosial
dengan tujuan yang spesifik.2
Organisasi secara bahasa berasal dari bahasa yunani “Organon”
yang berarti alat atau instrumen, karena memang sebenarnya organisasi
digunakan oleh manusia untuk mencapai tujuan. Karena kebutuhan
manusia sangat banyak dan beraneka ragam, sehingga pada dasarnya
manusia tidak dapat terlepas dari organisasi.3
Menurut studi organisasi Universitas Washington sebagaimana
dikutip Alo Liliweri mendefinisikan bahwa organisasi merupakan
sekelompok orang dengan tujuan bersama, yang memiliki struktur relasi,
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.
171. 2 Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h. 23.
3 Siswanto dan Agus Sucipto, Teori & Perilaku Organisasi, ( Malang: UIN Malang Press, 2008),
h. 54.
11
kekuasaan, peranan, aktivitas, komunikasi, dan berbagai faktor lain yang
seharusnya ada ketika seseorang melakukan kerja sama.4
Menurut Robbins, berpendapat bahwa organisasi merupakan
kesatuan sosial yang dikoordinasi dengan sadar, dengan sebuah batasan-
batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang
relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan.5
Berdasarkan pendapat diatas maka menurut penulis organisasi
merupakan alat yang digunakan oleh sekumpulan orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, serta memiliki struktur pengorganisasian dan
desain organisasi.
Istilah masyarakat dalam bahasa Inggrisnya society, sedangkan
istilah komunitas dalam bahasa Inggrisnya comunity. Dalam konteks
keseharian, sering terjadi kesalahan pemahaman antara society, dan
comunity. Dua istilah tersebut sering ditafsirkan secara sama, padahal
sangat berbeda artinya. Society atau masyarakat berbeda komunitas
(comunity) atau masyarakat setempat.6
Menurut Harton dan Hunt sebagaimana dikutip Eli M. Setiadi
dalam berpendapat “a society is a relatively indefendents, self-
4 Alo Liliweri, Sosiologi & Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Askara, 2013), h. 52.
5 Siswanto, Op. Cit.
6 Eli M. Setiadi, et al, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Fajar Interpratama, 2006), h.80.
12
perpentuating human group who occupy territory, share a culture, and
have most of their associations within this group.”7
Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Harton dan Hunt
adalah:
1) Kelompok manusia.
2) Sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal.
3) Menempati suatu kawasan.
4) Memiliki kebudayaan.
5) Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan.
Sedangakan menurut H. Fuad Ihsan unsur-unsur pokok dalam
masyarakat, adalah:
a) Adanya unsur kelompok manusia yang bertempat tinggal di
daerah tertentu.
b) Mempunyai tujuan yang sama.
c) Mempunyai nilai-nilai dan aturan yang ditaati bersama
d) Mempunyai perasaan suka maupun duka.
e) Mempunyai organisasi yang ditaati.8
Berdasarkan unsur-unsur pokok masyarakat demikian,
karakteristik dari masyarakat itu terutama terletak pada kelompok manusia
yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu, memiliki
7 Ibid., h. 82.
8 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h.93.
13
kebudayaan serta terjalin dalam suatu hubungan di antara anggota-
anggotanya.
Menurut, R. Linton seorang ahli Antropologi sebagaimana dikutip
Ihsan Nul Hakim, mengatakan bahwa masyarakat adalah sekelompok
manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga mereka
itu dapat mengorganisasikan dan berfikir tentang dirinya sebagai kesatuan
sosial dengan batas-batas tertentu.9
Menurut J. L. Gillin dan J. P. Gillin sebagaimana dikutip Abu
Ahmadi, mengatakan bahwa masyakarat adalah kelompok manusia yang
tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan dan
persatuan yang sama. Masyarakat meliputi pengelompokan-
pengelompokan yang lebih kecil.10
Berdasarkan pendapat diatas, jadi masyarakat merupakan
kumpulan-kumpulan individu yang bertempat tinggal cukup lama disuatu
wilayah tertentu, mempunyai aturan-aturan dan tujuan bersama, serta telah
melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif
lama.
Sedangkan pengertian organisasi masyarakat adalah alat yang
digunakan oleh sekumpulan individu disuatu wilayah tertentu, untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta memiliki struktur
9 Ihsan Nul Hakim,et al, Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya Dasar, (Curup:
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Curup, 2009), h. 94. 10
Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.106.
14
pengorganisasian dan desain organisasi. Dengan adanya organisasi di
dalam masyarakat maka terjadilah hubungan timbal-balik diantaranya dan
menjadi wadah bagi masyarakat untuk berkumpul dan saling berinteraksi.
Dalam penelitian ini organisasi masyarakat yang dimaksud oleh
peneliti adalah sebuah organisasi kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam yang ada
wilayah Lembak tepatnya di desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang
dimana organisasi kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam merupakan suatu tradisi
yang telah turun menurun dikalangan masyarakat suku Lembak. Kegiatan
ini merupakan suatu organisasi masyarakat karena memiliki struktur
organisasi dan memiliki tujuan tertentu
2. Ciri-Ciri Organisasi Kemasyarakatan
Organisasi kemasyarakatan merupakan struktur sosial beserta
perlengkapannya, yang dengan struktrur sosial ini masyarakat mampu
mengatur, mengarahkan dan melaksanakan berbagai kegiatan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Di dalam
organisasi/lembaga kemasyarakatan terdapat istilah asosiasi, adalah
bentuk-bentuk organisasi sosial dengan tujuan-tujuan yang spesifik.
Menurut John Lewis Gillin dan John Gillin ada lima ciri
organisasi/lembaga kemasyarakatan/sosial sebagaimana dikutip Ary. H.
Gunawan, yaitu:
1) Lembaga sosial mempunyai taraf kekalan tertentu.
15
2) Lembaga sosial mempunyai satu atau lebih tujuan
3) Lembaga sosial mempunyai berbagai sarana untuk menempati
tujuannya.
4) Lembaga sosial mempunyai lambang/simbol yang khas.
5) Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisi
rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk yang mengikuti lembaga
tersebut.11
Dari ciri-ciri diatas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan sebuah bentuk lembaga
kemasyarakatan/sosial karena di dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam tersebut mempunyai beberapa ciri-ciri dari lembaga
kemasyarakatan/sosial.
Diantaranya mempunyai satu atau lebih tujuan, adapun tujuan
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam adalah untuk saling membantu
dan meringankan beban anggota Tua-Tui Sejuta Enam yang akan
melakukan kegiatan keluarga seperti pesta pernikahan, sunatan maupun
musibah, dimana kelompok ini saling membantu baik dalam bentuk tenaga
maupaun biaya.
Selanjutnya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
mempunyai lambang/simbol yang khas Sejuta Enam” dengan ciri khas baju
warna merah dan bertuliskan kalimat Sejuta Enam atau 1 JT 6
11
Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h.28-29.
16
dipunggungnya serta kelompok ini juga akan selalu ada di hajatan warga,
bila diundang. Dimana kalimat Sejuta mengibaratkan banyaknya kaum
hawa di daerah Lembak, selanjutnya angka 6 berarti enam orang pendiri
yang saat ini menjadi koordinator kelompok, yakni yang terdiri dari ketua,
wakil, sekretaris, bendahara, koordinator, dan perlengkapan. Serta
mempunyai tradisi lisan maupun tulisan yang berisi rumusan tujuan, sikap,
tindakan yang mengikuti lembaga tersebut. Seperti kegiatan rutin mereka
adalah arisan, menabung, dan bersilatuhrami, serta berjoget dan bernyanyi
diatas panggung.12
3. Fungsi Organisasi Masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu cenderung
berorganisasi. Tujuan manusia berorganisasi antara lain: ingin mendapat
rasa aman, ingin memperoleh status, ingin mendapatkan keberartian hidup
dan memenuhi kebutuhan persahabatan dan hubungan sosial.
Ada beberapa alasan mengapa manusia perlu berorganisasi,
menurut Robbins berpendapat bahwa manusia berorganisasi untuk
memperoleh:13
a) Rasa Aman
12
Masrizal, Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang
Lebong.Kupabengkulu@gmail.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016 13
Siswanto dan Agus Sucipto, Teori & Perilaku Organisasi, ( Malang: UIN Malang Press,
2008), h.58-59.
17
Rasa aman merupakan kebutuhan dasar manusia. Perasaan aman
dapat berupa sesuatu yang bersifat material atau non material, selain itu
manusia juga memerlukan kepuasan dibidang spriritual.14 Dengan
berorganisasi kebutuhan tersebut akan terpenuhi. Dapat dibayangkan
bagaimana seseorang hidup sendiri tidak bersosialisasi, maka ia akan
merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
b) Harga Diri
Dengan masuk dalam organisasi akan muncul harga diri
seseorang. Perasaan itu muncul karena dalam interaksi dengan
organisasi terdapat ketergantungan. Hubungan saling ketergantungan
tersebut terwujud dalam bentuk kerjasama diantara anggota organisasi.
c) Afiliasi
Setiap manusia memiliki kecenderungan untuk berafiliasi. Afiliasi
itu dapat terjadi karena memiliki latar belakang, kepribadiaan,
kecenderungan, hobi dan kesenangan.
d) Status
Manusia memiliki sifat dasar ingin dipuji, diperhatikan dan diakui
keberadaannya. Dengan berorganisasi kebutuhan tersebut akan
diperolehnya. Misalnya, kalau orang menyanyi, dia memerlukan reaksi,
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h.
155.
18
entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian merupakan
dorongan bagi tindakan-tindakan selajutnya.15
e) Kekuatan
Manusia memiliki kemampuan yang terbatas dan kelemahan yang
dimiliki dapat ditutupi dan mendapat dukungan dari orang lain,
misalnya lewat sebuah organisasi.
f) Pencapaian Tujuan
Melalui organisasi, tujuan akan mudah dicapai. Sebagai sarana
dan alat, organisasi dapat digunakan untuk mempercepat proses tujuan
bersama.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dengan
adanya sebuah organisasi di dalam masyarakat, manusia akan merasa
bahagia karena saat mereka dalam kesulitan ada anggota organisasi lain
yang siap membantu. Selain itu dengan adanya organisasi manusia
dapat meluapkan semua emosinya lewat hobi atau kesenangan mereka.
Seperti halnya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, tujuan
mereka tak lain untuk saling membantu dan meringankan beban
anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam yang akan melakukan
kegiatan keluarga seperti pesta pernikahan, atau sunatan bahkan saat
15
Abu Hamadi, Psikologi Sosial, ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 87.
19
ada musibah.16 Dimana bentuk bantuan yang diberikan biasa berupa
tenaga maupaun biaya, selain itu kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam membentuk arisan, menabung dan silatuhrami.17
Selain itu fungsi organisasi masyarakat dalam pendidikan adalah
sebagai; Pertama, perubahan sosial dimana pendidikan akan
mempengaruhi kebudayaan masyarakat sehingga mengakibatkan
perubahan sosial. Kedua, memindahkan nilai-nilai budaya (trasformasi
kebudayaan) dalam pendidikan dirumuskan sebagai proses kegiatan
yang direncanakan untuk memindahkan pengetahuan, sikap, nilai-nilai
serta kemampuan-kemampuan mental lainnya dari satu generasi ke
generasi lebih muda. Ketiga, mengembangkan hubungan-hubungan
sosial, fungsi ini membentuk anak lebih mengetahui, memahami dan
mengerti kelompok-kelompok sosial mereka.18
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dalam proses pendidikan
masyarakat juga mempengaruhi pengembangan secara akademis, serta
dilingkungan masyarakat juga merupakan pendidikan informal karena
merupakan suatu proses sepanjang hayat bagi invididu yang terkait
dengan masalah pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan yang
16
Masrizal, HarianRakyatBengkulu.com, Kelompok Sejuta Enam Justru Pupuk Budaya Gotong
Royong. Rakyat Bengkulu. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016 17
Masrizal, Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang
Lebong.Kupabengkulu@gmail.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016. 18
Bimo Seno, MakalahTugasmu.blogspot.com, Makalah Dampak Terhadap Pendidikan, diakses
pada 24 april 2016.
20
dipeoleh dalam pengalaman hidup sehari-hari yang bersumber dari
lingkungan masyarakat.
4. Peran Organisasi Masyarakat Dalam Pendidikan
Sebagaimana yang dikemukan terdahulu, bahwa masyarakat
merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, setelah keluarga
dan sekolah. Dalam konteks penyelengaraan kemajuan itu sendiri
masyarakat besar sekali perannya. Bagaimana kemajuan dan keberadaan
suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat
yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat, jangan diharapkan
pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana yang diharapkan.19
Di lingkungan masyarakat, terdapat lingkungan yang paling kecil
yakni lingkungan keluarga, dimana di dalam keluarga orang tua
meletakkan dasar-dasar pendidikan dirumah, kemudian dilanjutkan dan
dikembangakn dengan berbagai materi pendidikan di sekolah. Selanjutnya
pendidikan di lingkungan masyarakat itu pula berperan serta mengontrol,
menyalurkan dan membina serta meningkatkannya. Hal ini berlangsung
karena masyarakat adalah lingkungan pemakai atau the user dari produk
pendidikan yang diberikan oleh rumah tangga dan sekolah.20
19
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.100 20
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h.90.
21
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
adalah salah satu unsur pelaksanaan asas pendidikan seumur hidup.
Pendidikan yang diberikan di lingkungan keluarga dan sekolah sangat
terbatas, di masyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir
hidupnya. Segala pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di
lingkungan pendidikan keluarga dan sekolah akan dapat berkembangan dan
dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.21
Antara masyarakat dengan pendidikan mempunyai keterkaitan dan
saling berperan. Apalagi pada zaman sekarang, setiap orang selalu
menyadari pentingnya peranan dan nilai pendidikan. Oleh karena itu,
setiap warga masyarakat, bercita-cita dan aktif berpartisipasi untuk
membina pendidikan.
Berikut ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap
pendidikan (sekolah):
1) Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai
pendidikan (sekolah).
2) Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap
membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
3) Masyarakatlah yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti
gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung keseniaan,
kebun binatang, dan sebaginya.
21
Ibid., h.58.
22
4) Masyarakatlah yang menyediakan berbagai sumber untuk pendidikan
(sekolah). Mereka dapat diundang kesekolah untuk memberikan
keterangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari
anak didik.
5) Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratoruim tempat
belajar.22
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran masyarakat sangatlah
besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Untuk itu masyarakat dapat
dijadikan sumber pengetahuan yang baik dengan alasan sebagai berikut:
a) Dengan melihat apa yang terjadi masyarakat anak,akan mendapatkan
pengalaman langsung (first hand experience) sehingga mereka dapat
memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat.
b) Pendidikan membina anak-anak yang berasal dari masyarakat, dan akan
kembali kemasyarakat.
c) Kenyataan menunjukan bahwa masyarakat membutuhkan orang-orang
yang terdidik dan anak didik pun membutuhkan masyarakat.23
Dari pernyataan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di
lingkungan masyarakat anak mendapat pendidikan secara tidak langsung.
Karena di dalam masyarakat anak berinteraksi langsung dengan anggota
masyarakat yang beraneka ragam (heterogen). Ia memperoleh pendidikan
22
Ibid., h. 100-101. 23
Ibid.
23
nonformal berupa pengalaman hidup, karena setiap masyarakat
meneruskan kebudayaan kepada generasi penerusnya melalui pendidikan
dan interaksi sosial.
Dalam masyarakat (pendidikan nonformal), kepribadian anak
dapat tumbuh dan berkembang sesuai situasi dan kondisi yang dilandasi
sikap yang selektif berdasarkan rasio, idealisme, dan falsafah hidupnya.24
Karena kepribadian seseorang terbentuk melalui gejala sosial yang erat
hubungannya dengan kebudayaan dilingkungannya.
Misalnya anak yang hidup dalam lingkungan orang-orang
akademisi, maka anak akan cenderung suka belajar. Selain itu, anak yang
hidup di lingkungan religius, akan cenderung menjadi anak yang tekun
beribadah. Namun sebaliknya anak yang hidup dilingkungan yang kurang
akademisi atau kurang mengajarkan bahkan menanamkan nilai-nilai
pendidikan pada anak terutama pendidikan iman dan akhlak, maka anak
akan cenderung menjadi menjadi anak yang kurang taat pada agama
bahkan anak dapat menjadi berjiwa “preman” (freeman) dan sebagainya.
Pada kenyataan anak-anak yang hidup di lingkungan yang
memiliki sebuah organisasi masyarakat misalnya kegiatan organisasi Tui-
Tui Sejuta Enam, maka akan cenderung mencontoh kegiatanyan yang ada
di dalamnya, seperti bernyanyi, berjoget secara berlebihan diatas panggung
dan sebagianya. Maka anak-anak akan mudah mengingat dan mendapat
24
Ari H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2010), h.58.
24
pengamalan langsung dari apa yang mereka lihat dari kegiatan itu. Maka
dari itu dalam memilih lingkungan hidup sebagai orang tua harus cermat
menciptakan lingkungan sosial yang menguntungkan untuk perkembangan
individu (anak).
B. Pendidikan Anak
1. Deskripsi Pendidikan Anak Dalam Islam
Pendidikan menurut bahasa berasal dari bahasa Arab adalah
“tarbiyah”, yang berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada
fase-fase awal kehidupannya yakni tahapan perkembangan masa bayi dan
kanak-kanak. Dalam sebuah Kamus Arab-Inggris Modern sebagaimana
dikutip oleh Muhibbin Syah, disebutkan kata rabb, dan rabbana dan
tarabbal walada memiliki arti yang sama yakni memelihara atau
mengasuh.25
Jadi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan pendidik dalam mendidik, mengajarkan dan memberitahu atau
memberi pengetahuan kepada si terdidik.
Sedangkan Pendidikan menurut istilah berarti bimbingan
pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia
menjadi dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang
dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa
25
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 32.
25
atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti
mental.
Menurut Ahmad D. Marimba sebagaimana dikutip Hasbullah,
mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara
sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.26
Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum pendidikan
dapat dipahami sebagai suatu proses pemberian bimbingan, pengajaran,
serta pembentukan perkembangan jasmani dan rohani anak sebagai proses
pendewasan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa.
Menurut pandangan Islam, anak adalah amanah yang dititipkan
kepada orang tuanya.27 Pandangan ini menyiratkan ada keterkaitan anak
dengan khaliknya. Amanah yang diberikan kepada orang tua berarti
memberikan kesejahteraan lahir dan batin berlandasan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, terutama memberikan pendidikan agama
sejak dini agar anak tumbuh dan menjadi anak yang saleh.
Menurut Ibnu Hasan Najafi dkk, mengatakan bahwa anak adalah
kekayaan kita. Merekalah warisan, penjaga sejarah, pemelihara filosofis
kehidupan dan kebudayaan, serta pelindung pengorbanaan leluhur kita dan
26
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 3. 27
Muhibbin Syah, Op. cit., h. 33.
26
tindakan berwibawa mereka. Lebih dari itu, mereka adalah cahaya masa
depan mulia, bermartabat dan cemerlang.28
Menurut Romlah, anak juga dapat diartikan sebagai manusia
yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam pertumbuhan
dan perkembangannya. Sebuhungan dengan itu, maka anak
didik bukan hanya dalam pengasuhan dan pengasihan orang
tuanya, bukan pula hanya pada usia sekolah, akan tetapi lebih
dari itu.29
Berdasarkan pendapat diatas maka, dalam membicarakan anak
manusia tidak lepas dengan membicarakan hakikat manusia sebagai
mahluk Tuhan, mahluk individu, mahluk sosial, mahluk yang harus didik
dan selanjutnya dapat mendidik. Secara tidak langsung gambaran selintas
akan keberadaan anak didik merupakan bagian dari mahluk hidup yang
paling tinggi dibanding dengan mahluk lainnya di muka bumi.
Bertolak dari beberapa definisi di atas, secara umum anak dapat
dipahami sebagai anugerah Allah SWT yang diberikan kepada orang tua,
dimana orang tua berkewajiban mendidik serta memberikan kesejahteraan
lahir dan batin berlandasan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Dalam Islam pengasuhan dan pendidikan anak terutama di
lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada penanaman nilai-nilai
28
Ibnu Hasan Najafi, et al, Pendidikan & Psikologi Anak, (Jakarta: Cahaya, 2006), h. 24-25 29
Romlah, Psikologi Pendidikan, (Malang: : UMM Malang, 2010), h. 114.
27
keagamaan, pembentukan sikap perilaku (akhlak) yang diperlukan agar
anak mampu mengembangkan dirinya secara optimal.30
Bahkan dalam sebuah proses pendidikan, diperbolehkan
menggunakan metode hukuman (punishman).31 Pemberiaan hukuman yang
diberikan pada hakikatnya memberikan kesan derita bila menyimpang dari
jalan yang benar atau untuk menyadarkan si anak akan kesalahannya dan
kembali ke jalan yang benar. Begitupun hukuman berupa pukulan yang
tidak membahayakan, bahkan menurut Rasullulah Saw jika pada usia 10
tahun anak belum mau melaksanakan ibadah, orang tua dibolehkan
memberikan hukuman “pukul” pada anak, tetapi pukulan tidak
memberikan bekas terhadap fisik anak.
Hal ini sejalan dengan tujuan utama pendidikan Islam ialah
pembentukan akhlak dan budi pekerti.32 Selain itu menurut Ahmad
sebagaimana dikutip Heri Gunawan bahwa salah satu tujuan pendidikan
Islam adalah pembentukan rohani dan agama.33 Maka dari itu sudah
sepatutnya sebagai pendidik pertama, orang tua harus terlebih dahulu
membiasakan anak untuk menanamkan nilai-nilai agama dan akhlak pada
anak sejak usia anak-anak.
30
Maria Ulfa Ashar, et al, Pendidikan & Pengasuhan Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005), h. 39. 31
Yusefri, Telaah Tematik Hadist Tarwabi, (Curup:LP2 STAIN Curup,2011), h. 21. 32
Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2003), h. 113. 33
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 11.
28
2. Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Iman
Pendidikan iman adalah mengikat anak dengan dasar-dasar
keimanan, dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat.34 Untuk
pengembangan nilai-nilai pendidikan iman dapat dilihat sebagai berikut:
a. Pengembangan Dasar-Dasar Keimanan
Dasar-dasar keimanan ialah segala sesuatu yang ditetapkan
melalui pemberitaan secara benar, berupa hakikat keimanan dan
masalah gaib, misalnya tentang rukun iman (iman kepada Allah Swt,
malaikat, Rasul, kibat, hari kiamat, qada dan qadar).
Dalam pembinaan beriman kepada Allah, sebaiknya orang tua
mulai menanamkan keyakinan ini sejak usia dini, sehingga anak
memiliki keimanan yang mantap dan dalam pikirnya telah tertanam
dalil-dalil tauid secara mendalam. Maka ketika anak tumbuh dewasa
para perusak akan merasa sulit untuk mempengaruhi hati dan pikiran
mereka yang sudah matang, dan mencapai tingkat keimanan yang
mantap, keyakinan yang mendalam dan pikiran yang sempurna tentang
Allah.
b. Pengembangan Dasar-Dasar Syariat
Dasar-dasar syariat adalah segala yang berhubungam dengan aturan
Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah. Dalam Penanaman nilai-nilai
34
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 1, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),
h.165.
29
ibadah baik diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tata cara
shalat, mengajarkan/mengenalkan anak berpuasa dibulan ramadhan dan
bacaan al-Qur’an. Maka sebagai orang tua sudah sepatutnya
memberikan contoh teladan yang baik, misalnya untuk mengajarkan
anak sholat, puasa maka terlebih dahulu orang tua harus melaksanakan
sholat dan puasa.35
Begitu juga dalam mendidik anak untuk mencintai al-Qur’an, maka
orang tua harus mengajarkan anak belajar mengaji sejak usia kanak-
kanak, tetapi terlebih dahulu orang tua harus membaca dan mencintai
al-Qur’an.36 Jika orang tua tidak mampu mengajarnya sendiri, maka
orang tua bisa menyerahkannya kepada seorang pendidik
(ustad/ustazah). Dengan mengajarkan anak mengaji, maka lisan mereka
menjadi lurus, semangat mereka menjadi tinggi, hati mereka menjadi
tenang dan iman serta keyakinan akan meresap di dalam jiwa mereka.
Sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan
terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur
kepada-Nya, berpegang teguh kepada-Nya, bersandar kepada-Nya, dan
berserah kepada-Nya. Disamping itu juga anak anak mendapatkan
kesucian rohani, kesehatan jasmani, perkataan, dan perbuatan di dalam
ibadah-ibadah ini.
35
Maria Ulfa Ashar, et al, Pendidikan & Pengasuhan Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005), h. 41. 36
Ibid.., h.41.
30
Berbicara tentang menanamkan pendidikan iman orang tua
hendaknya bercermin pada wasiat-wasiat Rasullah Saw, seperti membina
anak agar beriman kepada Allah, menyuruh anak untuk beribadah ketika
memasuki usia tujuh tahun, serta mendidik anak untuk mencintai al-
Qur’an.37
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, Rasulullah
Saw. sangat memperhatikan pengajaran dasar-dasar iman dan hukum
syariat, kepada anak sejak masa pertumbuhannya. Sehingga anak akan
terdidik dengan iman secara sempurna dan jika ia telah tumbuh dewasa,
maka ia tidak akan tergoyahkan oleh idiologi atheis dan tidak akan
terpengaruh oleh kaum kafir yang sesat.
3. Pengembangan Nilai-Nilai Pendidikan Akhlak
Didalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar
akhlak bagi anak, yang biasanya tercemin dalam sikap dan perilaku orang
tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Dimana yang dimaksud
dengan akhlak ialah sikap menimbulkan kelakuan baik atau buruk, bisa
juga diartikan sebagai perangai, sikap, perilaku, watak dan budi pekerti.38
37
Ibid., h. 167-168. 38
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013), h.
135.
31
Dalam pembentukan akhlak bisa diawali dengan membiasakan anak
untuk mentaati ibu bapak, membiasakan anak berbuat baik kepada siapa
saja dan menghidari perbuatan tercela.39
Akhlak yang dituntut dalam Islam mencakup tiga aspek utama,
yakni akhlak kepada Allah secara vertikal, akhlak kepada sesama manusia
serta alam lingkungan secara horizontal.40
Menurut hadist di atas, bahwa orang yang paling sempurna imanya
adalah orang yang paling baik akhlaknya. Oleh sebab itu aklak karimah
menjadi tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. Ini berarti akhlak dapat
dibentuk melalui proses pendidikan dan pembinaan secara terus menerus
dan intensif. Dengan demikan berarti pengetahuan tentang baik dan buruk
perlu diajarkan kepada anak sejak usia dini;
a. Akhlak Baik (Mahmudah/Karimah)
Adapun bentuk akhlak baik (mahmudah/karimah) seperti akhlak
terhadap sesama manusia yakni terhadap keluarga dan masyarakat.41
Contohnya anak harus berbakti kepada ibu bapak (Al-Birr Al-Walidain)
yakni mempergunakan kata-kata lemah lembut saat berbicara dan tidak
boleh berbicara kasar kepada orang tua, apabila orang tua memerintah
sesuatu maka anak harus mematuhi, selama tidak memerintahkan
39
Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2003), h. 121. 40
Yusefri, Telaah Tematik Hadist Tarwabi, (Curup:LP2 STAIN Curup,2011), h. 44. 41
Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2013), h.
135.
32
berbuat maksiat. Menjalin hubungan persaudaraan dan silatuhrami (Al-
Ikhwah wa Al-Shilah Al-Rahim), dan memuliakan tetangga (Ikram
Jarah) seperti berbuat baik kepada tetangga, membantu tetangga ketika
ia sedang mengalami musibah atau ingin mengadakan sebuah hajatan.
b. Akhlak Yang Buruk (Madzmumah)
Adapun bentuk akhlak yang buruk (madzmumah) seperti sombong
(Al-Takabur), menggunjing (Al-Gibah), zhalim, dan sebagianya.42
Contoh dari sikap sombong terhadap manusia, yakni tidak mau
mematuhi orang lain, ingin selalu diatas orang lain, meremehkan dan
merendahkan orang lain. Contah suka menggunjing, yakni suka
menceritakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan orang yang
diceritakan. Serta contoh zhalim terhadap sesama manusia, yakni suka
mengambil hak orang lain tanpa izin, membuat keonaran, ingkar janji
dan sebaginya.
Oleh karena itu filosof-filosof Islam mengharapkan agar setiap
pendidik hendaknya berhias dengan akhlak yang baik, mulia dan
menghindari setiap perbuatan yang tercela.43 Dalam hubungan ini, menurut
Hasbullah bahwa “Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain persaan dan
kedaaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk berlansungnya
pendidikan, teristimewah pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam
42
Yusefri, Op.Cit., h.37-159. 43
Abdullah Zakiy Al-Kaaf, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2003), h. 118.
33
hidup keluarga dalam sifat yang kuat dan murni, sehingga tak dapat pusat-
pusat pendidikan lainnya menyamainya”.44
Berdasarkan pendapat diatas, memang biasanya tingkah laku, cara
berbuat, dan berbicara akan ditiru oleh anak. Teladan ini melahirkan gejala
identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru, dan hal
ini penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian anak.
Selanjutnya, menurut teori Al-Ghazali seperti yang dikutip
sebagaimana dikutip Abdullah Zakiy Al-Kaaf menyatakan bahwa melatih
anak-anak adalah amanah tangan ibu bapaknya, hatinya masih suci ibarat
permata yang mahal harganya.45 Maksudnya jika anak dibiasakan pada
sesuatu yang baik ia akan tumbuh dengan sifat-sifat baik serta akan
berbahagia dunia akhirat.
Jadi berdasarkan pendapat diatas maka penulis menyimpulkan, jika
seorang anak mendapat pendidikan keluarga yang baik, dibesarkan dalam
lingkungan sosial yang saleh serta iklim pendidikan yang kondusif, maka
anak akan tumbuh besar dengan landasan iman yang kuat, berakhlak mulia
dan berpendidikan yang baik.
Sebaliknya jika anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang
morat-marit, belajar dilingkungan keluarga yang sesat dan bergaul dengan
masyarakat yang rusak, maka sudah barang tentu akan meyerap kerusakan
44
Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 42. 45
Zakiy Al-Kaaf, Op. Cit., h. 123.
34
itu dan anak akan menerima didikan yang sesat.46 Disamping itu anak akan
mudah menerima dasar-dasar kekufuran dan kemudian ia mengubah
kebahagian menjadi kesengsaraan. Jika semua ini terjadi maka sangat sulit
mengembalikan kepada kebenaran dan kepribadian yang benar.
C. Implikasi Kegiatan Organisasi Masyarakat Terhadap Pendidikan Anak
Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki
identitas atau karakteristik tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar
belakang sosial ekonominya. Misalnya dengan adanya sebuah organisasi di
dalam masyarakat sedikit banyak berpengaruh terhadap pendidikan. Pengaruh
tersebut baik dalam proses orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses
pendidikan itu sendiri.
Dengan adanya sebuah organisasi masyarakat maka orang tua
menjadi kurang fokus dalam mengenalkan bahkan menanamkan nilai-nilai
pendidikan pada anak terutam penanaman nilai-niali iman dan akhlak. Mereka
akan sibuk dengan organisasi yang mereka ikuti, dan mengabaikan pendidikan
anak, tanpa memberi pengawasan dan bimbingan kepada anak. Orang tua yang
seperti ini biasanya disebut sebagai orang tua uninvolved, merupakan gaya
pengasuhan dimana orang tua sering terlalu larut dalam kehidupan mereka
46
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam 1, (Jakarta: Pustaka Amani, 2007),
h.170.
35
sendiri sehingga tidak bisa memberikan respon yang memadai bagi anak-anak
mereka dan sering tak peduli pada mereka.47
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perubahan-perubahan ini terjadi
karena interaksi pertumbuhan biologis dan lingkungan tempat tinggal si anak.
Dimana masa anak-anak merupakan periode yang barang kali banyak mendapat
pengaruh kultural dan lingkungan dibanding periode-periode lain dalam rentang
hidup manusia. Cara tumbuh kembang masa anak-anak pada jalur yang sama
adalah bukti dari kemampuan untuk meraih hasil-hasil positif yang menjelaskan
survival sekaligus mensosialisasikan anak ke dalam budaya dimana mereka
hidup.48
Maka dari itu pendidikan tidak dapat lepas dari efek-efek luar yang
saling mempengaruhi keberadaannya, terutama masyarakat sekitarnya, yang
mempunyai hubungan saling ketergantungan. Ada yang mengatakan bahwa
pendidikan merupakan lembaga investasi manusia/tenaga yang sangat penting
untuk kebutuhan dan kemajuan masyarakat.
Menurut Hasbullah, adapun pengaruh masyarakat terhadap
pendidikan (sekolah) adalah sebagai berikut:
1) Terhadap orientasi dan tujuan pendidikan
Suatu masyarakat dengan segala dinamikanya senatiasa membawa
pengaruh terhadap orientasi dan tujuan pendidikan pada lembaga sekolah.
47
David Matsutomo, Pengantar Psikologo Lintas Budaya, (Yogyakrta:Pustaka Belajar, 2008),
h.123. 48
Ibid., h. 102.
36
Ini wajar dan dapat dimengerti karena sekolah merupakan lembaga yang
dilahirkan dari, oleh dan untuk masyarakat. Karena arah program
pendidikan biasanya berkembang di dalam masyarakat, baik dilihat dari
kacamata makro ataupun mikro. Realitasnya tidak pernah terdapat
kurikulum pendidikan yang berlaku permanen, karena akan selalu dinilai,
disempurnakan serta disesuaikan dengan tuntunan perkembangan
masyarakat yang terjadi.
2) Terhadap Proses Pendidikan
Pengaruh masyarakat di bidang sosial budaya dan partisipasinya
adalah sesuatu yang jelas membawa pengaruh terhadap berlangsungnya
proses pendidikan. Dalam realitasanya pengaruh sosial budaya masyarakat
biasanya tercemin di dalam proses belajar mengajar, baik menyangkut pola
aktivitas pendidik maupun anak didik di dalam proses pendidikan.
Tentu disadari atau tidak bahwa nilai-nilai budaya yang terdapat di
masyarakat terkadang dapat bersifat positif dan mendukung, tetapi bisa
juga berdampak negatif dan menghambat terhadap proses pendidikan.
Dalam hal ini maka dalam upaya pembaharuan terhadap proses pendidikan,
pengaruh sosial budaya dari masyarakat lingkungannya mesti
diperhitungkan.
Selain itu, pengaruh masyarakat yang positif terhadap pendidikan
antara lain perubahan tujuan dan wawasan pendidikan dan perubahan
37
pelaksanaan/proses pendidikan.49 Yang dimaksud dengan perubahan tujuan dan
wawasan pendidikan adalah jika identitas dan dinamika masyarakat berubah
maka berbagai perubahan sering terjadi pada pendidik baik wawasan, tujuan
dan lain-lain. Sedangakan yang dimaksud perubahan pelaksanaan/proses
pendidikan jika proses pendidikan tidak sesuai dengan apa yang harap maka
proses yang dijalan pula akan berubah.
Maka dari itu, keterkaitan masyarakat dengan pendidikan sangat erat
saling mempengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat
yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang di dalamnya ditemukan suatu
tingkat pendidikan yang baik, maju, dan modern pula dalam mewujudkan
lembaga-lembaga maupun jumlah dan tingkat orang terdidik. Dengan kata lain
suatu masyarakat maju karena pendidikan yang maju, pendidikan modern hanya
akan ditemukan di dalam masyarakat yang modern pula. Sebaliknya,
masyarakat yang kurang memperhatikan pembinaan pendidikan akan tetap
terbelakang, tidak hanya segi intelektual, tetapi juga dari segi sosial kultural.
Jika di dalam lingkungan masyarakat terdapat organisasi yang kurang
mendidik seperti kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam. Maka secara tidak
langsung akan berpengaruh terhadap pendidikan anak, dimana akhlak anak
akan rusak, anak tidak lagi diajakan tentang ilmu-ilmu agama. Karena di dalam
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam bentuk kegiatanya adalah berjoget,
bernyanyi secara berlebih di atas panggung, serta membuat perlombaan joged
49
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h.103-104.
38
terheboh dan pemenangnya akan mendapatkan hadiah, membentuk arisan,50
minum-minuman keras (mabuk-mabukan) dan memberikan uang saweran
kepada biduan. Akibatnya membuat orang tua (ibu bapak) kurang menanamkan
bahkan mengajarkan nilai-nilai pendidikan kepada anak terutama pada aspek
iman dan akhlak.
Dengan demikian sangatlah jelas bahwa jika dalam lingkungan
masyarakat terdapat sebuah organisasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap
pendidikan anak terutama pendidikan iman dan akhlak, jika di dalam
lingkungan masyarakat terdapat suatu organisasi yang baik, seperti kegiatan
pengajian ibu-ibu atau pengajian bapak-bapak, serta kegiatan RISMA (remaja
masjid). Maka secara tidak langsung akan baik pula lah pendidikan anak di
dalam masyarakat tersebut, terutama pendidikan iman dan akhlak anak. Karena
melalui pendidikan terbentuklah kepribadiaan dan perkembangan masyarakat
dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya. Jadi Pendidikan dan
masyarakat harus berkembang secara timbal balik, seirama, dan terpadu.
D. Penelitian Yang Relevan
Untuk mencapai hasil penelitian yang ilmiah diharapakan data yang
digunakan dalam penyusunan penelitian menjawab semua permasalahan yang
ada secara konprehensif. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi duplikasi karya
50
Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang
Lebong.Kupabengkulu@gmail.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016
39
ilmiah atau pengulangan penelitian yang sudah pernah diteliti oleh pihak lain
dengan permasalahan yang sama. Adapun beberapa tulisan memiliki
signifikasi/hubungan dengan skripsi ini, antara lain;
Yani Tri Prasetyoningtyas dalam skripsinya yang berjudul:” Peran
Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Anak Usia Dini (Paud) (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo
Surabaya)”. Berdasarkan hasil Penelitian, maka penelitian ini memfokuskan
bagaimana peran lembaga swadaya masyarakat dalam meningkatkan
pendidikan anak usia dini.51 Jadi hasil penelitian membuktikan bahwa peran
lembaga swadaya masyarakat dalam meningkatkan pendidikan anak usia
dini di PAUD Tunas Kreatif di Kelurahan Wonorejo Surabaya telah
terselenggara dengan baik. Hal itu terbukti dengan terlaksanannya seluruh
peran LSM yaitu peran fasilitatif, peran edukasional, peran representasional,
dan peran teknis oleh LMI (Lembaga Manajemen Infaq).
Priska Novaliah dalam skripsinya yang berjudul: “Penanaman Nilai-
Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di Lingkungan Keluarga (
Studi di Lingkungan Keluarga Desa Tabeak Dipoa Lebong Sakti)”.
Berdasarkan hasil Penelitian, maka penelitian ini memfokuskan adakah
bagaimana peran dan metode keluarga dalam menanamkan nilai-nilai
keagamaan pada anakusia sekolah dasar. Jadi hasil penelitian membuktikan
51
Yani Tri Prasetyoningtyas, Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (Lsm) Dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) (Studi di PAUD Tunas Kreatif Kelurahan Wonorejo
Surabaya), (Surabaya: VETERAN,2010).
40
bahwa keluarga sangat berperan penting dalam pendidikan terutama pendidikan
agama, karena di dalam keluarga anak mendapat pendidikan pertamanya,
dimana keluarga mulai menyajarkan tentang syariat yaitu tentang ibadah seperti
sholat, puasa, mengahafal ayat-ayat pendek dan akhlak yaitu tentang perilaku
baik kepada sesama manusia.52
Roudlotiyyukhbarun dalam skripsinya yang berjudul “Perhatian
Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Anak Dalam
Pengembangan Agama Islam (Studi Pada Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad
Babalan Kecamatan Wedung Demak T.A 2010/2011).” Berdasarkan hasil
Penelitian, maka penelitian ini memfokuskan tentang perhatian orang tua
terhadap perkembangan hasil belajar anak.53 Jadi hasil penelitian membuktikan
bahwa adanya pengaruh perhatian terhadap hasil belajar anak dalam
pengembangan agama Islam Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad Babalan
Demak.
Dari ketiga judul yang berbeda pembahasan diatas, peneliti merasa
perlu untuk menjadikan rujukan dalam penulisan penelitian yang ingin penulis
bahas yaitu tentang Analisis Kegiatan Organiasai Tua-Tui Sejuta Enam
Terhadap Pendidikan (Iman dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup.
52
Priska Novaliah, “Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Di
Lingkungan Keluarga ( Studi di Lingkungan Keluarga Desa Tabeak Dipoa Lebong Sakti)”, ( Curup:
STAIN Curup, 2011). 53
Roudlotiyyukhbarun, Perhatian Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Anak
Dalam Pengembangan Agama Islam (Studi Pada Siswa Kelompok B RA Nurul Ittihad Babalan
Kecamatan Wedung Demak T.A 2010/2011), (Semarang:IAIN Semarang, 2011).
41
Penelitian ini lebih menekankan kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
sebagai salah satu organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak.
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari segi jenis penelitian dan analisis datanya maka penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif juga
diartikan penelitian yang dilakukan dalam bentuk setting tertentu yang ada dalam
real (alamiah) dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena.
Penelitian kualitatif ini merupakan suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan
masalah manusia untuk mendapatkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis
maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.1
Jadi dalam penelitian, maka peneliti memfokuskan tentang bagaimana
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam sebagai salah satu organisasi
masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anak mencakup aspek
pendidikan iman dan akhlak di desa Kepala Curup.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan selama 3 bulan yaitu pada bulan April-Juli
tahun 2016.
1 Sukarman, Syarnubi, Metodologi Penelitian Kunatitatif dan Kualitatif, ( Curup: LP2 STAIN
CURUP, 2011), h. 164
43
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di desa Kepala Curup, Kecamatan
Binduriang, Kabupaten Rejang Lebong.
C. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari
mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
sumber data yaitu :
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti dari sumber pertamanya.2 Adapun sumber data primer yang
diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari para informan yaitu ketua
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, anggota kegiatan organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam, dan masyarakat di desa Kepala Curup yang dapat diambil
informasinya. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai informan yaitu
anggota kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala Curup.
Data-data dalam penelitian akan diperoleh dengan cara wawancara.
Sedangkan observasi langsung dilakukan oleh peneliti di desa Kepala Curup,
kec. Binduriang, Kab. Rejang Lebong.
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:PT Asdi
Mahasatya, 2002), h. 129.
44
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga dikatakan
data yang tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen. Dalam penelitian
ini, data sekunder diperoleh dari literatur-literatur atau dokumen-dokumen
sebagai data penunjang untuk memperkuat hasil penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.3
Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Pengumpulan data dapat menggunakan
data primer dan data sekunder. Data primer adalah sumber data yang secara
langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan sumber data
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.4 Data
dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi:
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2012), h. 308 4 Ibid.
45
1. Observasi
Metode Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan
pengamatan melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu oleh panca
indra yang lain. Metode observasi juga dapat diartikan metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan pengindaraan.5 Pengunaan metode observasi ini dimaksudkan agar
peneliti dapat merasakan kondisi real pada saat penelitian dan dapat
langsung melakukan pencatatan terhadap semua penomena dari obyek yang
diteliti tanpa ada pertolongan alat lain untuk kepentingan tersebut.
Dalam hal ini, maka peneliti melakukan pengamatan secara langsung
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini metode
observasi digunakan untuk mengumpulkan data antara lain:
1) Mengamati kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala
Curup.
2) Observasi lokasi penelitian dan lingkungan yang ada di desa Kepala
Curup.
3) Mengamati cara orang tua dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan
anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak serta hal-hal yang
relevan dengan penelitian ini.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data yang secara
langsung terhadap objek penelitian, dalam penelitian observasi merupakan
5 Burhan Bugin, Metodelogi Kualitatif, (Jakarta:Kecana, 2014), h. 118.
46
metode pertama yang digunakan penulis dalam melakukan penelitian.
Dalam hal ini peneliti melakukan observasi di desa Kepala Curup,
Kecamatan Binduriang.
2. Wawancara
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan
arah dan tujuan yang telah ditentukan.6 Tujuan penelitian dengan cara tanya
jawab antar pewawancara dan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif
lama.7
Wawancara sebagai suatu proses tanya jawab lisan, berhadap-hadapan
secara fisik, merupakan teknik/metode pengumpulan data yang berlangsung
tentang data jenis data sosial, baik yang terpendam maupun manifes.
Dari penjelasan diatas maka menurut peneliti wawancara adalah proses
memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
dengan bertatap muka dengan orang yang diwawancarai dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara.
6 Anas sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2012), h.
82. 7 Burhan Bugin, Metodelogi Kualitatif, (Jakarta:Kecana, 2014), h.111.
47
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu maka dari
itulah peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang
bagaimana kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam sebagai salah satu
organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan anak
mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak di Desa Kepala Curup.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terpimpin dalam wawancara ini pertanyaan diajukan menurut daftar
pertanyaan atau pedoman wawancara yang telah disusun oleh peneliti.
wawancara ini ditujukan kepada ketua organisasi Tua-Tui Sejuta Enam,
orang tua (anggota) yang bergabung organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dan
masyarakat di desa Kepala Curup.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang
digunakan dalam metodologi penelitian sosial.8 Dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan,
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.9
Dalam penelitian kualitatif, dokumentasi dilaksanakan untuk
memperoleh data tambahan. Seperti data anggota Tua-Tui Sejuta Enam,
sejarah Tua-Tui Sejuta Enam, stuktur organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dan
8 Ibid., h. 124.
9 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2012), h. 329
48
dokumen-dokumen lainnya yang relevansinya dengan penelitian Tua-Tui
Sejuta Enam di Desa Kepala Curup.
E. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah selajutnya adalah
pengelolahan dan analisis data. Yang dimaksud Analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang mana akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahamin oleh diri sendiri maupun
orang lain.10
Penelitian ini merupakan analisis induktif, proses analisis data diawali
dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber baik
observasi, wawancara maupun dokemntasi. Analisis data dalam penelitian
kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah
selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap
jawaban yang diwawancarai. Dalam hal ini untuk memperoleh data dari awal
pengumpulan data sampai data terkumpul maka peneliti melakukan
10
Ibid., h. 334.
49
wawancara dengan ketua organisasi, anggota organisasi dan anak yang orang
tuanya tergabung dalam kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala Curup.
Adapun analisis kualitatif seperti yang dikemukan oleh Miles and Huberman
seperti yang dikutip oleh Sugiyono yang meliputi tiga komponen: Data
Reduction (Reduksi data), Data Display (Penyajian data) dan Verification
(penarik kesimpulan).11 Adapun langkah-langkahnya yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi data).
Setelah data terkumpul, kemudian diadakan reduksi data. Mereduksi
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak
diperlukan. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang jelas sehingga mempermudah peneliti melakukan
pengumpulan data selanjutnya.12
Data reduction (reduksi data) dapat juga diartikan data yang diperoleh
dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara rinci
dan teliti. Maka dalam hal ini data yang diperoleh peneliti dari kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam akan dijabarkan oleh peneliti secara rinci
dalam skripsi ini.
2. Data Display (Penyajian data)
11
Ibid., h. 337. 12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta,2012), h. 338.
50
Setelah data direkdusi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian adalah teks yang
bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan mempermudah
untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah difahami tersebut. 13
3. Verification (Penarikan kesimpulan)
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan penggambaran yang utuh
dari objek yang diteliti atau kogfigurasi dari penelitian. Proses penarikan
kesimpulan pada hubungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk
yang padu pada penyajian data.14
Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka teknik
analisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu
mendeskripsikan dan menganalisis semua yang menjadi sub fokus dalam
penelitian.
F. Uji Keabsahan Data
Setelah semua data dianalisis, maka langkah selanjutnya adalah
menguji keabsahan data. Dalam hal ini peneliti melakukan uji kredibilitas data
atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dengan
13
Ibid., h. 341. 14
Ibid., h. 345.
51
menggunakan peningkatan ketekunan dalam penelitian triangulasi dari hasil
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dimana triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagian
pengecekan data dari berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu.15 Dalam hal ini untuk menguji kredibilitas data maka peneliti
memfokuskan tentang bagaimana kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
sebagai salah satu organisasi masyarakat, dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan anak mencakup aspek pendidikan iman dan akhlak.
15
Ibid., h. 372.
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi objektif
1. Sejarah Desa Kepala Curup
Terbentuknya desa Kepala Curup pada tahun 1951, yang mana pada
saat itu desa Kepala Curup masih kecamatan Padang Ulak Tanding. Namun
setelah pemekaran maka menjadi kecamatan Binduriang, kabupaten Rejang
Lebong, provinsi Bengkulu. Binduriang adalah sebuah kecamatan di
Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, Indonesia. Binduriang berada di arah
utara kabupaten Rejang Lebong. Kecamatan Binduriang terdiri dari 5 desa,
yaitu desa Kepala Curup, desa Simpang Beliti, desa Kampung Jeruk, desa
Taba Padang dan desa Air Apo.1
Masyarakat yang tinggal di desa Kepala Curup, kecamatan
Binduriang mayoritasnya didominasi suku Lembak. Masyarakatnya
mempunyai ciri khas tertentu yang sesuai dengan sukunya, masyarakat
lembak yang dikenal dengan sifat yang keras yang artinya terang-terangan,
pembicaraannya atau tutur sapanya, dan tingkah lakunya karena sifat inilah
yang menyebabkan sebagian orang memandang, bahwa masyarakat lembak
itu berwatak keras dan kasar.
1 Wikipedia, http:// BinduriangRejangLebongWikipediabahasaIndonesia0ensiklopediabebas.htm,
diakses pada tgl 10 Mei 2015.
53
Jumlah penduduk dan jumlah jenis kelamin penduduk yang tinggal di
Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang berasal dari daerah yang
berbeda-beda, tetapi mayoritasnya paling dominan banyak berasal dari suku
lembak atau penduduk asli. Penduduknya mempunyai ciri khas tertentu yang
sesuai dengan sukunya yang dikenal dengan sifat keras yang artinya terang-
terangan, pembicaraanya dan tingkah lakunya.
Tabel.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis kelamin Jumlah jiwa
1 Laki-laki 587 jiwa
2 Perempuan 348 jiwa
Jumlah total 935 jiwa
Jumlah kepala keluarga 357 KK
Dokumentasi Desa Kepala Curup, Kecamatan Binduriang
B. Sejarah Tua-Tui Sejuta Enam
Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan sebuah kegiatan
yang ada di tengah-tengah masyarakat suku Lembak. Kegiatan Organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu masyarakat suku Lembak.
Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam mempunyai kesenangan dan hobi yang
sama yakni berjoged diatas panggung,2 minum-minuman keras (mabuk-
mabukan), memberi uang kepada biduan (menyawer). Kegiatan Organisasi Tua-
2 Bapak Jaka, Wawancara Dengan Anggota Organisasi Tua-Tui, 13 Mei 2016, Pukul 10:45
WIB.
54
Tui diikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu (suami-istri) masyarakat Lembak dan
acaranya dilaksanakan pada malam hari sedangkan Sejuta Enam hanya diikuti
oleh ibu-ibu acaranya dilaksanakan pada siang hari.
Kegiatan organisasi Sejuta Enam juga merupakan sebuah
kelompok/komunitas yang ada di lingkungan masyarakat Lembak yang sama
dengan kegiatan organisasi Tua-Tui. Kegiatan organisasi Sejuta Enam pertama
kali dibentuk pada Tahun 2010 oleh ibu Ida, yang diberi nama Sejuta Enam.
Dimana nama kelompok ini adalah “Sejuta Enam” dengan ciri khas baju warna
merah dan bertuliskan kalimat Sejuta Enam atau 1 JT 6 dipunggungnya. Ketua
Sejuta Enam, Merry bersama juru bicara kelompok, Fatimah atau Timot
mengungkapkan, sejuta menggambarkan banyaknya kaum hawa di daerah
Lembak. Bahkan, lanjut Timot, saat ini anggota mereka sudah berkembang ke
daerah Lubuk Linggau, Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Rawas.3
Selanjutnya, angka 6 berarti enam orang pendiri yang saat ini menjadi
koordinator kelompok, yakni yang terdiri dari ketua, wakil, sekretaris,
bendahara, koordinator, dan perlengkapan.4
Latar belakang mereka membentuk suatu kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam ini, karena mereka sama-sama mempunyai hobi berjoged diatas
panggung, karena banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang hobi berjoged tersebut,
3 Masrizal, KupasBengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang
Lebong.Kupabengkulu@gmail.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016. 4 Ibu Ida, Wawancara Dengan Organisasi Sejuta Enam, 14 Mei 2016, Pukul 10:00 WIB.
55
sehingga mereka mempunyai ide untuk membentuk suatu komunitas/kelompok
yang diberi nama Tua-Tui Sejuta Enam.
Adapun tujuan mereka dalam mengikuti kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam ini yakni bisa memiliki banyak teman, mempererat persaudaraan,
menyambung silahtuhrahmi, saling tolong menolong dan menghibur ditempat
hajatan. Selain berjoged diatas panggung kegiatan lain dari kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta Enam enam ini yaitu membentuk arisan. Arisan yang pertama
dilaksanakan dengan membayar satu minggu sekali, yang mana uang tersebut
dikumpulkan untuk memberi sumbangan pada orang yang melaksanakan acara
pernikahan atau sunatan, dan pada tahap kedua arisan dibayar perhari
dikumpulkan untuk memberi bantuan atau sumbangan apabila salah satu dari
anggota Tua-Tui Sejuta Enam mendapatkan musibah atau hal-hal lainnya, dan
untuk membuat baju seragam Tua-Tui Sejuta Enam.
Berikut ini bagan struktur organisasai Tua-Tui, dimana organisasi ini
ikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu (suami istri) masyarakat suku Lembak di desa
Kepala Curup dan acara ini dilaksanakan pada malam hari ketika ada anggota
organisasai Tua-Tui mengadakan acara hajatan (pernikahan atau sunnatan)
56
Tabel 2
Struktur Organisasi Tua-Tui
Dokumentasi dari anggota Tua-Tui.
Berikut ini struktur organisasi Sejuta Enam dimana organisasi ini
diikuti oleh ibu-ibu masyarakat Lembak di desa Kepala Curup dan acara ini
dilaksanakan pada siang hari ketika ada anggota organisasi Sejuta Enam
melakukan acara hajatan (pernikahan atau sunnatan).
Tabel 3
Struktur Organisasi Sejuta Enam
Dokumentasi dari ketua organisasi Sejuta Enam
Ketua
Saper
Wakil
Sulaima
n
Sekretaris
Mar
Bendahara
Sari
Koordinato
r
Zainal
Ketua
Ida
Wakil
Meri
Sekretaris
Lusi
Bendahara
Ema
Koordinator
Mis
57
C. Hasil Penelitian
1. Bentuk Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di Desa Kepala Curup
Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam merupakan perkumpulan
bapak-bapak dan ibu-ibu masyarakat Lembak yang mempunyai tujuan yang
sama serta memiliki sebuah struktur keanggotaan. Dapat didefinisikan bahwa
organisasi merupakan sekelompok orang dengan tujuan bersama, yang
memiliki struktur relasi, kekuasaan, peranan, aktivitas, komunikasi, dan
berbagai faktor lain yang seharusnya ada ketika seseorang melakukan kerja
sama.
Setelah membentuk suatu kegiatan organisasi yang diberi nama
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, bapak-bapak dan ibu-ibu ini
membentuk beberapa kegiatan-kegiatan diantaranya berjoged dan bernyayi
diatas penggung, mabuk-mabukan, dan membentuk arisan. Kegiatan
organisasi Tua-Tui biasa diikuti oleh bapak-bapak, ibu-ibu (suami istri) dan
dilakukan pada malam hari, sedangkan Sejuta Enam hanya ikuti oleh ibu-ibu
dan dilakukan pada siang siang hari. Akan tetapi memiliki kegiatan ataupun
tujuan yang sama. Sebagimana yang diungkapkan oleh ibu Lusi.
Menurut ibu Ida ada pun bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam memenuhi undangan ditempat pernikahan atau
sunnatan (hajatan), diacara tersebut anggota kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta Enam mengadakan perlombaan joged terheboh,
apabila ada yang bergoyang lebih heboh akan mendapatkan
hadiah karena telah menghidupkan dan meramaikan acara
pernikahan atau sunatan (hajatan) yang dilaksanakan. Dan
terkadang juga melakukan minum-minum tuak sedikit biar
jogednya semakin heboh, tetapi acara minum tuak ini lebih sering
58
dilakukan pada kegiatan Tua-Tui karena dilakukan pada malam
hari. Selain diacara pernikahan atau sunatan (hajatan) anggota
Tua-Tui Sejuta Enam juga memenuhi undangan pada acara
tepong kopek (akiqah anak).5
Selain itu tujuan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam antara lain; ingin
mendapat rasa aman, ingin memperoleh status, ingin mendapatkan
keberartian hidup dan memenuhi kebutuhan persahabatan dan hubungan
sosial diantara kelompok tersebut. Maka dari itu sebagai manusia yang hidup
ditengah-tengah masyarakat mereka ingin mendapat rasa aman dan berupa
sesuatu yang bersifat material atau non material.
Afiliasi dapat terjadi karena memiliki latar belakang, kepribadiaan,
kecenderungan, hobi dan kesenangan, serta mendapatkan status seperti ingin
diperhatikan dan diakui keberadaannya. Dengan berorganisasi kebutuhan
tersebut akan diperolehnya. Misalnya, kalau orang menyanyi, dia
memerlukan reaksi, entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian
merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selajutnya. Hal ini diperkuat
dengan pernyataan salah satu anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam yakni
ibu Emi Tigor:
Kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam membentuk arisan,
di dalam arisan ini dibagi dalam dua tahap, arisan yang
pertama dilaksanakan dengan mewajibkan sumbangan rutin
setiap anggota membayar satu minggu sekali, yang mana uang
tersebut dikumpulkan untuk memberi sumbangan pada orang
yang melaksanakan acara pernikahan atau sunnatan, dan pada
tahap kedua arisan dibayar perhari dikumpulkan untuk
memberi bantuan atau sumbangan apabila salah satu dari
5 Ibu Ida Wawancara Dengan Ketua Organisasi Sejuta Enam, 13 Mei 2016, Pukul 11:25 WIB.
59
anggota kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
mendapatkan musibah atau hal-hal lainnya.6
Pernyataan lain terkait dengan bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam dijelaskan sebagai berikut:
Menurut Ibu Lusi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
selain berjoged dan membentuk arisan, terkadang juga minum-
minuman keras (tuak) sebagai rutinitas dalam setiap kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam, tetapi jika kegiatan organisasi
Sejuta Enam jarang melakukan acara minum-minum.Yang
sering melakukan acara minum-minum itu pada acara kegiatan
organisasi Tua-Tui karena ikuti bapak-bapak lagi pula
dilaksanakan pada malam hari. Selain itu melakukan kegiatan
bermusyawarah atau brifing seminggu sekali dengan seluruh
bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengikuti kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta Enam tujuan bermusyawarah ini untuk saling
memberi arahan dan pendapat dalam menjalankan kegiatan ini,
misalnya membahas masalah baju seragam untuk kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam. Akan tetapi lebih sering ibu-
ibu melakukan kegiatan bermusyawarah atau brifing, sedang
bapak-bapak jarang melakukan kegiatan bermusyawarah atau
brifing.7
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bentuk dari kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam diantaranya, pertama organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam memenuhi undangan ditempat hajatan (acara pernikahan atau
sunatan), juga memenuhi undangan pada acara akiqah bayi (tepong kopek).
Mereka menghadiri undangan bukan hanya di lingkungan desa Kepala Curup
tetapi juga di daerah lain seperti di Taba Tinggi, Padang Ulak Tanding, Air
6 Ibu Emi Tigor, Wawancara Dengan Anggota Tua-Tui Sejuta Enam, 14 Mei 2016, Pukul 09:30
WIB. 7 Ibu Lusi, Wawancara Dengan Sekretaris Organisasi Sejuta Enam, 13 Mei 2016, Pukul 11:25
WIB.
60
Rapo, Lubuk Linggau, Musi Rawas Utara (Muratara) dan Musi Rawas dan
lain-lain. Bentuk kegiatan mereka mengadakan perlombaan joged terheboh,
apabila ada yang bergoyang lebih heboh akan mendapatkan hadiah karena
telah menghidupkan hajatan (acara pernikahan atau sunatan/khitanan) dan
yang dilaksanakan. Adapun kriteria joged terheboh adalah seluruh tubuh ikut
bergoyang, terkadang sampai meminta uang waseran kepada tua rumah
(orang yang mengadakan hajatan) layaknya seorang biduan. Maka dari itu tua
rumah (orang yang mengadakan hajatan) harus menyiapkan hadiah untuk
para anggota Tua-Tui Sejuta Enam, hadiah yang diberikan biasanya ½ lusin
gelas atau piring (perkakas rumah tangga).
Kedua kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam juga mengadakan
acara minum-minum tuak (mabuk-mabukan). Akan tetapi acara minum tuak
ini lebih sering dilakukan pada saat kegiatan organisasi Tua-Tui karena pada
saat malam hari ibu-ibu dan bapak-bapak (suami istri) ini datang secara
bersamaan ketika diundang diacara hajatan. Mereka bebas berjoged diatas
panggung, karena terlalu banyak minum tuak (mabuk) membuat mereka pula
diri dan tidak tau lagi mana istri/suami mereka dan mana istri/suami orang
lain. Mereka berjoget memenuhi panggung, dimana kaum suami biasanya
berjoged sambil mengeluarkan uang saweran dan para bapak/ibu (orang tua)
ini bergojed hingga larut malam biasanya kurang lebih hingga pukul 01:00
WIB. Akan tetapi acara minum-minum (mabuk-mabuk) ini jarang dilakukan
61
pada kegiatan Sejuta Enam, karena kegiatan ini lebih banyak diikuti oleh ibu-
ibu dan dilaksanakan pada siang hari.
Ketiga membentuk arisan, arisan ini dibagi dalam dua tahap, pertama
arisan dilaksanakan dengan membayar satu minggu sekali, yang mana uang
tersebut dikumpulkan untuk memberi sumbangan pada orang yang
melaksanakan acara hajatan (acara pernikahan atau sunatan) dan pada tahap
kedua arisan dibayar perhari dikumpulkan untuk memberi bantuan atau
sumbangan apabila salah satu dari anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
mendapatkan musibah atau hal-hal lainnya, dan untuk membuat baju seragam
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam. Selain itu, anggota kegiatan organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam juga mengadakan acara pertemuan atau brifing yang
biasanya dilaksanakan setiap satu minggu sekali, kegiatan ini diadakan untuk
musyawarah atau hanya sekedar kumpul-kumpul.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (Orang
Tua) Dalam Menanamkan Pendidikan Iman Dan Akhlak Anak
Sebagaimana Islam memandang, bahwa anak adalah amanah yang
dititipkan kepada orang tuanya. Maka orang tua berkewajiban memenuhi
kebutuhan anaknya secara lahir dan batin dan salah satunya dengan
menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,
sehingga anak memahami nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan secara utuh
sejak dini sehingga anak tumbuh dan menjadi anak yang saleh.
62
Hal ini sesuai dengan konsep Islam, pendidikan yang berfungsi untuk
menanamkan nilai-nilai kesadaran terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak menuju terbentuknya kepribadian yang utama maka pengasuhan
dan pendidikan anak terutama di lingkungan keluarga lebih diarahkan kepada
penanaman nilai-nilai keagamaan, pembentukan sikap perilaku (akhlak) yang
baik sesuai dengan syariat Islam agar anak mampu mengembangkan dirinya
secara optimal. Persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam (orang tua) penanaman nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak anak
dapat diklasifikasikan berdasarkan persepsi positif diantaranya:
Munculnya persepsi yang positif terhadap kegiatan organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam ini, karena selain berjoged, mabuk-mabukan kegiatan dalam
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini juga didasarkan pada aspek sosial di
dalam masyarakat. Dalam kegiatan ini adanya sikap saling tolong menolong
,memiliki banyak teman, mempererat persaudaraan, menyambung
silahtuhrahmi, dan menghibur ditempat hajatan. Karena kelompok manusia
tersebar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan dan persatuan
yang sama. Serta manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu
cenderung berorganisasi.
Tujuan manusia berorganisasi antara lain: ingin mendapat rasa aman,
ingin memperoleh status, ingin mendapatkan keberartian hidup dan
memenuhi kebutuhan persahabatan dan hubungan sosial. Maka dari itu
akhlak yang baik biasanya tercemin dalam sikap dan perilaku orang tua
63
sebagai teladan yang dapat dicontoh anak, sebagaimana pernyataan bapak
Jaka.
Menurut bapak Jaka, bapak-bapak dan ibu-ibu yang mengikuti
kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini rata-rata suami istri.
Menurut beliau bapak-bapak dan ibu-ibu tidak dilarang untuk
membentuk suatu perkumpulan seperti kegiatan Tua-Tui
Sejuta Enam, karena dengan membentuk kegiatan Tua-Tui
Sejuta Enam ini, mereka bisa saling tolong menolong, mencari
teman, mempererat silahtuhrahmi dan bisa memberi bantuan
baik dari segi tenaga maupu biaya.8
Maka sejalan dengan hal ini orang tua yang tergabung dalam
kegiatan Tua-Tui Sejuta enam juga memberikan contoh akhlak yang baik
kepada sesama manusia seperti yang diungkapkan oleh ibu Epi.
Menurut ibu Epi Beliau sering melihat kegiatan Tua-Tui Sejuta
Enam ini hadir diacara pernikahan atau sunatan. Dimasyarakat
desa Kepala Curup ini sudah menjadi kebiasaan bapak-bapak
dan ibu-ibu yang senang dan hobi berjoged di acara pernikahan
ataupun sunatan. Dan saya setuju apabila mereka membentuk
organisasi ini, karena selain meramaikan diacara hajatan
(pernikahan atau sunatan) mereka juga bisa mempererat
silahtuhrahmi, mencari teman, saling tolong menolong dan
peduli terhadap sesama, apabila ada salah satu dari mereka
mendapat musibah, mereka beramai-ramai datang kerumahnya
turut belasungkawa dan memberi sumbangan baik itu berupa
materi dan tenaganya.9
Dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan dalam pembentukan
akhlak bisa diawali dengan membiasakan anak untuk mentaati ibu bapak,
membiasakan anak berbuat baik kepada siapa saja dan menghindari
8 Bapak Jaka, Wawancara Dengan Anggota Tua-Tui, 15 Mei 2016, Pukul 14:00 WIB.
9 Ibu Epi, Wawancara Dengan Anggota Tua-Tui Sejuta Enam, 16 Mei 2016, Pukul 13:00 WIB.
64
perbuatan tercela. Karena di dalam keluarga juga merupakan penanaman
utama dasar-dasar akhlak bagi anak, yang biasanya tercemin dalam sikap
dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Jika
orang tua berperilaku baik secara tidak langsung maka anak pula akan
mencontoh perilaku baik dari orang tua tersebut.
Namun sebaliknya jika orang tua memberikan contoh akhlak/perilaku
yang buruk maka akan buruk pula lah akhlak/perilaku anak tersebut.
Karena dengan melihat apa yang terjadi masyarakat anak akan
mendapatkan pengalaman langsung (first hand experience) sehingga
mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah diingat
Selain itu, adapun bentuk akhlak baik terhadap sesama manusia anak
harus berbakti kepada ibu bapak, menjalin hubungan persaudaraan dan
silatuhrami dan memuliakan tetangga, seperti berbuat baik kepada
tetangga, membantu tetangga ketika ia sedang mengalami musibah atau
ingin mengadakan sebuah hajatan
Selanjutnya menurut bapak Mail orang tua yang tergabung
dalam organisasai Tua-Tui Sejuta Enam selalu mengajarkan
contoh perilaku yang baik pada, misalnya saat ada tetangga
yang melaksanakan acara hajatan atau terkena musibah maka
mereka diajarakn untuk saling membantu baik dalam materi
ataupun tenaga.10
Dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan orang tua yang
tergabung dalam kegiatan organisasai Tua-Tui Sejuta Enam, dalam
10
Bapak Mail, Wawancara Dengan Masyarakat di Desa Kepala Curup, 14 Mei 2016, Pukul
09:30 WIB.
65
penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak sudah mulai diterapkan
walaupun belum sepenuhnya seperti mengajarkan anak untuk berbuat
baik terhadap sesama seperti menjalin hubungan persaudaraan dan
silatuhrami dan manusia memuliakan tetangga, menjalin hubungan
persaudaraan dan silatuhrami sudah mereka ajarkan. Akan tetapi orang
tua masih belum bisa menghidari perbuatan tercela seperti orang tua
masih berjoget secara berlebih diatas panggung dan mabuk-mabukan. Hal
seperti ini merupakan contoh akhlak tercela yang akan dicontoh oleh
anak-anak mereka. Karena di dalam masyarakat anak berinteraksi
langsung dengan anggota masyarakat yang beraneka ragam (heterogen).
Ia memperoleh pendidikan nonformal berupa pengalaman hidup, karena
setiap masyarakat meneruskan kebudayaan kepada generasi penerusnya
melalui pendidikan dan interaksi sosial.
Selain persepsi positif, terdapat juga persepsi negatif masyarakat
terhadap kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua)
menanamkan nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak anak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Adanya persepsi yang negatif terhadap kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam, karena kegiatan ini lebih banyak mudaratnya daripada
positifnya, sehingga memberikan contoh akhlak yang kurang baik bagi
anak. Karena mereka berjoged sudah melebihi batas layaknya seorang
biduan, meminum-minuman keras, tidak menutupi auratnya dengan
66
memakai pakaian ketat, dan tidak lagi menjalankan dasar-dasar syariat
seperti aturan Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah. Seharusnya bapak-
bapak dan ibu-ibu kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam mengikuti pengajian di
masjid dan menutup auratnya dan menjaga akhlak nya sebagai wanita
muslimah. Sehingga dapat menjadi teladan yang baik untuk anak.
Sebagaimana hal tersebut telah diungkapkan bapak Jalal beliau
mengatakan.
Menurut bapak Jalal, beliau tidak menyetujui dengan adanya
kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam karena kegiatan itu banyaklah
mudaratnya daripada positifnya, yang mereka lakukan itu
tidak mencerminkan akhlak yang baik sebagai wantia
muslimah,berjoged yang sudah melebihi batas, memakai
pakaian ketat. Mereka lebih bangga dan senang mengikuti
kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini daripada ikut pengajian
bapak-bapak dan ibu-ibu dimasjid. Pemikiran mereka tentang
agama sangat berkurang sekali dan itu sudah memberikan
contoh yang kurang baik untuk anak-anaknya dan generasi
selanjutnya.11
Selain itu dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam para ibu-
ibu tidak memberikan contoh akhlak yang baik kepada anak seperti
menggunakan pakaian yang tidak menutup aurat, sedangkan dalam Islam
Allah Swt berfirman dalam surah An-Nur:31.
11
Bapak Jalal. Wawancara Dengan Masyarakat di Desa Kepala Curup, 16 Mei 2016, Pukul
15:00 Wib.
67
Artinya:” Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan
hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau
putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara
lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka
miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Ayat diatas menjelaskan, bahwa aurat seorang wanita tidak boleh
diperlihat kepada orang yang bukan mahrohmannya, wanita itu boleh
nampak auratnya kepada mahromnnya seperti; ayahnya, suaminya, anak
laki-laki mereka dan orang-orang yang haram untuk dinikahi. Tetapi
bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam sangat berbanding
68
terbalik dengan ajaran Islam, seperti memperlihatkan aurat mereka bukan
kepada mahrohnya, karena mereka menggunakan pakaian ketat atau seksi
saat menghadiri acara hajatan (pernikahan atau sunnatan) dan acara aqikah
bayi.
Hal ini juga dikuatkan oleh bapak sunar beliau menyatakan:
Bahwa kegiatan kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini sudah
diketahui dan sering melihatnya. Kegiatan ini tidak baik
untuk dilanjutkan, karena kegiatan ini sudah tidak pantas
untuk dicontoh, karena akhlak bapak-bapak dan ibu-ibu yang
mengikuti kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam ini sudah
menyimpang ajaran-ajaran Islam karena orang tua tidak lagi
mengajarkan anak sholat, mengaji bahkan berpuasa dibulan
ramadhan. Mereka lebih senang berjoged yang sudah
melebihi batas dan tidak menutup auratnya dengan memakai
pakaian ketat, meminum-minuman keras (mabuk-mabukan).
Sehingga memberikan contoh yang tidak baik untuk anak-
anak khususnya kaum wanita, agar mereka tidak terjerumus
dan mengikuti alur yang menyimpang ajaran Islam dan bisa
menjaga akhlak yang baik sebagai wanita muslimah.12
Islam menjelaskan bahwa minum-minuman keras (mabuk-mabukan)
sangat dilarang dalam agama, sebagaimana Allah berfirman dalam surah
Al-Maidah ayat:39.
12
Bapak Sunar. Wawancara Dengan Masyarakat di Desa Kepala Curup, 17 Mei 2016, Pukul
11:00 Wib.
69
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan.”
Ayat diatas menjelaskan, bahwa melakukan mimum khamar atau
biasa disebut minum tuak pada kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
sangatlah dilarang oleh Islam, bahkan hukumnya haramnya. Selain banyak
mudarat dari pada positifnya dari kegiatan minum-minum tuak (mabuk-
mabukan) juga tidak menyehatkan tubuh.
Dari hasil wawancara yang telah dilaksanakan, orang tua yang
bergabung dengan kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dalam
menanamkan nilai-nilai pendidikan iman terkadang hanya sekedar
memerintah saja, akan tetapi orang tua tidak melaksanakannya terlebih
dahulu. Sebaiknya jika orang tua memerintah anak untuk sholat, puasa dan
mengaji maka orang tualah yang harus terlebih dahulu melaksanakan
sholat, puasa dan mengaji (membaca al-Qur’an).
Karena dalam keluarga proses pembiasaan dan keteladanan, orang
tua merupakan pusat perhatian utama bagi anak-anaknya, maka dari itu
orang itualah yang harus memberikan teladan yang baik, misalnya
melaksanankan sholat berjamaah di rumah/ di masjid, setelah
melaksanakan sholat maka semua anggota keluarga membaca al-Qur’an,
meskipun hanya beberapa ayat saja.
70
Dalam penanaman dasar-dasar syariat, yang berhubungam dengan
aturan Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah dalam penanaman nilai-nilai
ibadah baik diawali dengan pengenalan simbol-simbol agama, tata cara
shalat, mengajarkan/mengenalkan anak berpuasa dibulan ramadhan dan
bacaan al-Qur’an. Maka sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan
contoh teladan yang baik, misalnya untuk mengajarkan anak untuk
melaksanakan sholat, puasa dan mengaji, maka orang tua lah yang terlebih
dahulu harus melaksanakan ibadah tersebut (sholat, puasa dan mengaji).
Sehingga ketika anak tumbuh dewasa, ia telah terbiasa melaksanakan
dan terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersandar
kepada-Nya, dan berserah kepada-Nya. Disamping itu juga anak anak
mendapatkan kesucian rohani, kesehatan jasmani, perkataan, dan perbuatan
di dalam ibadah-ibadah menjalankan ibadah-ibadah ini.
Jadi jika seorang anak mendapat pendidikan keluarga yang baik,
dibesarkan dalam lingkungan sosial yang saleh serta iklim pendidikan yang
kondusif, maka anak akan tumbuh dewasa dengan landasan iman yang
kuat, berakhlak mulia dan berpendidikan yang baik. Namun sebaliknya jika
anak tumbuh dalam lingkungan keluarga yang morat-marit, belajar
dilingkungan keluarga yang sesat dan bergaul dengan masyarakat yang
rusak, maka sudah tentu akan meyerap kerusakan terhadap anak bahkan
dapat membawa anak kepada kemaksiatan. Disamping itu anak akan
mudah menerima dasar-dasar kekufuran dan kemudian ia mengubah
71
kebahagian menjadi kesengsaraan. Jika semua ini terjadi maka sangat sulit
mengembalikan kepada kebenaran dan kepribadian yang benar.
3. Implikasi Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap
Pendidikan Anak
Selain masyarakat selalu tumbuh dan berkembang, ia memiliki
identitas atau karakteristik tersendiri sesuai dengan sosial budaya dan latar
belakang sosial ekonominya. Misalnya dengan adanya sebuah organisasi di
dalam masyarakat sedikit banyak berpengaruh terhadap pendidikan.
Pengaruh tersebut baik dalam proses orientasi dan tujuan pendidikan maupun
proses pendidikan itu sendiri.
Dalam realitasanya pengaruh sosial budaya masyarakat biasanya
tercemin di dalam proses belajar mengajar, baik menyangkut pola aktivitas
pendidik (orang tua) maupun anak di dalam proses pendidikan. Maka
Seharusnya organisasi masyarakat memiliki fungsi dalam menanamkan nilai-
nilai pendidikan dalam masyarakat dan sebagimana peran organisasi dalam
pendidikan masyarakat.
Implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap
pendidikan (iman dan akhlak) anak, hal ini dapat dilihat dari lingkungan
masyarakat sekitar karena lingkungan masyarakat menjadi cerminan dalam
menentukan kualitas generasi penerus (anak). Maka dari itu dalam memilih
72
lingkungan hidup sebagai orang tua harus cermat menciptakan lingkungan
sosial yang menguntungkan untuk perkembangan individu (anak).
Sebagaimana hal tersebut telah diungkapkan oleh salah seorang
warga desa Kepala Curup bapak Sunar, beliau mengatakan:
Menurut pandangan saya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam ini banyaklah negatifnya dari pada positifnya, kegiatan
ini sudah menyimpang dari ajaran Islam, kegiatan yang
mereka lakukan sudah melebihi batas, mereka berjoged yang
sudah tidak wajar,(berjoget seperti biduan) tidak bisa
menjaga etika dan akhlaknya yang baik sebagai wanita
muslimah, keluarganya menjadi tidak harmonis dan kacau,
bahkan terjadinya perceraian, karena bapak-bapak dan ibu-
ibu yang mengikuti kegiatan ini tidak bisa menjaga
keluarganya dengan baik, inilah yang membuat saya tidak
setuju dengan kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
karena memberikan contoh yang tidak baik untuk generasi
penerusnyaa.13
Hal yang sama dikemukakan oleh warga masyarakat desa Kepala
Curup bapak Mail, beliau menyatakan bahwa:
Kegiatan organisasai Tua-Tui Sejuta Enam ini memberikan
dampak yang negatif/buruk untuk anak-anak dan generasi
penerusnya. Apalagi kegiatan ini lebih banyak diminati ibu-
ibu rumah tangga daripada mengikuti pengajian ibu-ibu di
masjid, bahkan bapak-bapak pun sudah sangat jarang
melaksakan ibadah sholat jum’at apalagi membentuk
pengajian bapak-bapak. Mereka lebih senang berjoged yang
sudah melebihi batas diatas panggung daripada mengikuti
pengajian di masjid bahkan oramg tua pun sudang sangat
jarang melaksanakan ibadah seperti sholat, puasa, dan
membaca al-Quran. Sedangkan ibu-ibu lebih senang
13
Bapak Sunar Wawancara Dengan Warga Di Desa Kepala Curup, 17 Mei 2016, Pukul 09:30
WIB.
73
membuka auratnya dengan memakai pakaian ketat yang tidak
pantas untuk dilihat daripada memakai pakaian yang menutup
aurat dan tidak bisa menjaga akhlak yang baik sebagai wanita
muslimah.14
Berdasarkan pendapat diatas, keterkaitan masyarakat dengan
pendidikan sangat erat saling mempengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap
orang bahwa masyarakat yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang
di dalamnya ditemukan suatu tingkat pendidikan yang baik, maju, dan
modern pula dalam mewujudkan lembaga-lembaga maupun jumlah dan
tingkat orang terdidik. Dengan kata lain suatu masyarakat maju karena
pendidikan yang maju, pendidikan modern hanya akan ditemukan di dalam
masyarakat yang modern pula. Sebaliknya, masyarakat yang kurang
memperhatikan pembinaan pendidikan akan tetap terbelakang, tidak hanya
segi intelektual, tetapi juga dari segi sosial kultural.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa sangat jelas bahwa jika dalam lingkungan masyarakat
terdapat sebuah organisasi masyarakat yang kurang mendidik seperti
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam yang bentuk kegiatannya berjoget
secara berlebihan dan mabuk-mabukan maka akan sangat berpengaruh dan
berdampak negatif terhadap perkembangan pendidikan anak, terutama pada
aspek pendidikan iman dan akhlak. Dimana dampak negatif pada
14
Bapak Mail, Wawancara Dengan Warga Di Desa Kepala Curup, 16 Mei 2016, Pukul 09:30
WIB.
74
pendidikan iman terutama pada pengembangan dasar-dasar syariat, seperti
anak tidak lagi diajarkan untuk belajar sholat, mengaji, dan berpuasa ketika
bulan ramadhan. Serta dampak negatif dalam pendidikan akhlak terutama
akhlak baik (mahmudah/karimah) seperti akhlak terhadap sesama manusia
yakni terhadap keluarga, contohnya anak suka membantah ketika
diperintah orang tua, anak suka mengambil barang yang bukan hak
miliknya, dan lain-lain.
Selain itu dampak positif terhadap pendidikan akhlak dimana dalam
kegiatan ini orang tua mengajarkan akhlak yang baik terhadap sesama
manusia, seperti anak diajarkan untuk saling membantu, mempererat tali
silaturahmi dengan tetangga.
Untuk itu pendidikan dan masyarakat harus berkembang secara
timbal balik, seirama, dan terpadu serta pendidikan tidak dapat lepas dari
efek-efek luar yang saling mempengaruhi keberadaannya, terutama
masyarakat sekitarnya, yang mempunyai hubungan saling ketergantungan.
Ada yang mengatakan bahwa pendidikan merupakan lembaga investasi
manusia/tenaga yang sangat penting untuk kebutuhan dan kemajuan
masyarakat.
Jika di dalam lingkungan masyarakat terdapat suatu kegiatan
organisasi yang baik, seperti kegiatan pengajian ibu-ibu atau pengajian
bapak-bapak, dan kegiatan RISMA (remaja masjid). Maka secara tidak
langsung perkembangan pendidikan anak di dalam masyarakat akan baik
75
pula terutama perkembangan pendidikan iman dan akhlak anak. Karena
melalui pendidikan terbentuklah kepribadiaan dan perkembangan
masyarakat dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi di dalamnya.
Maka nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan baik dan sesuai dengan
nilai-nilai Islam, maka dapat dipastikan generasi penerus akan tumbuh
dalam kehidupan yang baik, tetapi sebaliknya jika nilai-nilai pendidikan
yang ditanamkan jelek maka generasi akan menjadi manusia yang tidak
memilik akhlak yang baik pula.
D. Pembahasan
1. Bentuk Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di Desa Kepala
Curup
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti maka
bentuk dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta adalah memenuhi undangan
apada acara hajatan ( pernikahan atau sunatan) dan acara aqikah bayi
(tepong kopek) serta melakukan acara berjoget diatas panggung, mengada
lomba joget terhebot dan mendapat hadiah, mengadakan acara minum-
minum tuak (mabuk-mabukan) dan membentuk sebuah arisan, dimana
arisan ini dibagi dalam dua tahap, pertama arisan dilaksanakan dengan
membayar satu minggu sekali, yang mana uang tersebut dikumpulkan untuk
memberi sumbangan pada orang yang melaksanakan acara hajatan (acara
pernikahan atau sunatan), dan pada tahap kedua arisan dibayar perhari.
76
Dengan tujuan untuk memberi sumbangan pada orang yang melaksanakan
acara hajatan (pernikahan atau sunnatan), dan untuk memberi bantuan atau
sumbangan apabila salah satu dari anggota kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam mendapatkan musibah.
2. Persepsi Masyarakat Terhadap Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
(Orang Tua) Dalam Menanamkan Pendidikan Iman Dan Akhlak Anak
Di Desa Kepala Curup.
Persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
(orang tua) penanaman nilai-nilai pendidikan iman dan akhlak anak dapat
diklasifikasikan berdasarkan persepsi positif diantaranya; munculnya
persepsi yang positif terhadap kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini,
karena selain berjoged, mabuk-mabukan dalam kegiatan organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam ini juga didasarkan pada aspek sosial di dalam masyarakat.
Dalam kegiatan lain seperti kegiatan arisan ini menimbulkan sikap saling
tolong menolong baik dalam segi tenaga maupun biaya, mempererat
silahtuhrahmi dan menambah teman baru.
Orang tua yang tergabung dalam organisasai Tua-Tui Sejuta Enam
juga mengajarkan contoh akhlak/perilaku yang baik pada, misalnya saat ada
tetangga yang melaksanakan acara hajatan atau terkena musibah maka
mereka diajarakn untuk saling membantu baik dalam materi ataupun tenaga.
77
Selain persepsi positif adapula persepsi negatif masyarakat terhadap
organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua) penanaman nilai-nilai
pendidikan iman dan akhlak anak dapat diklasifikasikan berdasarkan
persepsi positif diantaranya:
Adanya persepsi yang negatif terhadap kegiatan Tua-Tui Sejuta
Enam, karena kegiatan ini lebih banyak mudaratnya daripada positifnya,
sehingga memberikan contoh akhlak yang buruk bagi anak. Karena mereka
berjoged yang sudah melebihi batas layaknya seorang biduan, meminum-
minuman keras, tidak menutupi auratnya dengan memakai pakaian ketat,
dan tidak lagi menjalankan dasar-dasar syariat seperti aturan Ilahi dan
ajaran Islam berupa ibadah.
Seharusnya bapak-bapak dan ibu-ibu kegiatan Tua-Tui Sejuta Enam
mengikuti pengajian di masjid dan menutup auratnya dan menjaga akhlak
nya sebagai wanita muslimah. Sehingga dapat menjadi contoh teladan yang
baik untuk anak.
3. Implikasi Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap
Pendidikan Anak Di Desa Kepala Curup.
Implikasi organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap pendidikan (iman
dan akhlak) anak, dengan adanya kegiatan organisasai Tua-Tui Sejuta Enam
karena kegiatan itu banyaklah berdampak negatif dari pada positifnya. Hal
ini berpengaruh dan berdampak terhadap perkembangan pendidikan anak,
78
terutama pada aspek pendidikan iman dan akhlak anak, karena bentuk
kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini yang mereka lakukan itu tidak
mencerminkan akhlak yang baik sebagai wanita muslimah, berjoged yang
sudah melebihi batas, memakai pakaian ketat, mabuk-mabukan. Dimana
dampak negatif pada pendidikan iman terutama pada pengembangan dasar-
dasar syariat, seperti anak tidak lagi diajarkan untuk belajar sholat, mengaji,
dan berpuasa ketika bulan ramadhan.
Serta dampak negatif dalam pendidikan akhlak terutama akhlak baik
(mahmudah/karimah) seperti akhlak terhadap sesama manusia yakni
terhadap keluarga, contohnya anak suka membantah ketika diperintah orang
tua, anak suka mengambil barang yang bukan hak miliknya, dan lain-lain.
Selain itu dampak positif terhadap pendidikan akhlak dimana dalam kegiatan
ini orang tua mengajarkan akhlak yang baik, seperti menjalin hubungan
persaudaraan dan silatuhrami (Al-Ikhwah wa Al-Shilah Al-Rahim), dan
memuliakan tetangga (Ikram Jarah) seperti berbuat baik kepada tetangga,
membantu tetangga ketika ia sedang mengalami musibah atau ingin
mengadakan sebuah hajatan.
Pemikiran mereka tentang agama sangat berkurang sekali dan sudah
memberikan contoh yang kurang baik untuk anak-anaknya dan generasi
selanjutnya. Sehingga kegiatan bapak-bapak, ibu-ibu majelis taklim tidak
pernah aktif dan berjalan lagi, namun sebaliknya dalam kegiatan organisasai
Tua-Tui Sejuta Enam saat ini lebih aktif dan bertambah banyak minatnya.
79
Sehingga orang tua tidak bisa dijadikan contoh atau teledan dalam menanam
pendidikan terutama pada aspek pengembangan nilai-nilai iman dan akhlak
anak, karena melalui pendidikan terbentuklah kepribadiaan dan
perkembangan anak, hal ini dipengaruhi oleh sikap pribadi-pribadi atau
kepribadian orang tua.
Padahal kita ketahui bahwa orang tua merupakan orang pertama yang
melaksanakan pendidikan anak terutama dalam menanamkan nilai-nilai
pendidikan Islam, karena orang tua secara kodrati bertanggung jawab untuk
memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing anak dalam jalan
kebaikan. Dalam lingkungan keluarga orang tua (ayah dan ibu) memiliki
kedudukan dan tanggung jawab yang sama dalam mendidik dan mengasuh
anak secara konstisten.
Dari penjelsan tersebut, adapun solusi yang dapat diberikan untuk
para orang tua (ayah dan ibu), sebaiknya orang tua secara perlahan-lahan
mengurangi kebiasaan berjoget berlebih diatas panggung ketika ada acara
hajatan. Apalagi untuk ibu-ibu seharusnya memakai pakian yang longgar,
dan tidak menggunakan pakaian yang ketat. Karena hal-hal tersebut
dianggap memberikan contoh akhlak yang baik anak-anak.
Oleh sebab itu, orang tua seharusnya mengikuti kegiatan pengajian
ibu-ibu atau pengajian bapak-bapak di masjid. Maka secara tidak langsung
anak akan mencontoh apa yang dilakukan orang tuanya, misalnya dalam
penanaman nilai-nilai ibadah baik diawali dengan pengenalan simbol-simbol
80
agama, tata cara shalat, mengajarkan/mengenalkan anak berpuasa dibulan
ramadhan dan bacaan al-Qur’an.
Maka sebagai orang tua sudah sepatutnya memberikan contoh
teladan yang baik, misalnya untuk mengajarkan anak sholat, puasa maka
terlebih dahulu orang tua harus melaksanakan sholat dan puasa. Begitu juga
dalam mendidik anak untuk mencintai al-Qur’an, maka orang tua harus
mengajarkan anak belajar mengaji sejak usia kanak-kanak, tetapi terlebih
dahulu orang tua harus membaca dan mencintai al-Qur’an.
Dalam pembentukan akhlak bisa diawali dengan membiasakan anak
untuk mentaati ibu bapak, membiasakan anak berbuat baik kepada siapa saja
dan menghidari perbuatan tercela. Sehingga anak akan terdidik dengan iman
secara sempurna dan jika ia telah tumbuh dewasa, maka ia tidak akan
tergoyahkan oleh idiologi atheis dan tidak akan terpengaruh oleh kaum kafir
yang sesat.
81
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian, dan pembahasan bab-bab terdahulu maka dapat
disimpulkan sebagi berikut:
1. Bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam memenuhi undangan
ditempat hajatan (acara pernikahan atau sunatan) mengadakan perlombaan
joged terheboh, mengadakan acara minum-minum tuak (mabuk-mabukan),
dan membentuk arisan, dimana arisan ini digunakan untuk membantu
meringankan beban anggota Tua-Tui Sejuta Enam yang sedang mengadakan
acara hajatan atau sedang terkena musibah.
2. Persepsi masyarakat terhadp organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua)
dalam menanamkan pendidikan iman dan akhlak anak. Ada beberapa
persepsi masyarakat terhadap organisasi Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua)
diantaranya: Persepsi positif dalam kegiatan lain seperti kegiatan arisan ini
menimbulkan sikap saling tolong menolong baik dalam segi tenaga maupun
biaya, mempererat silahtuhrahmi dan menambah teman baru. Persepi Negatif
mereka berjoged yang sudah melebihi batas layaknya seorang biduan,
meminum-minuman keras, tidak menutupi auratnya dengan memakai
pakaian ketat, dan tidak lagi menjalankan dasar-dasar syariat seperti aturan
Ilahi dan ajaran Islam berupa ibadah.
82
3. Implikasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dengan adanya kegiatan
organisasai Tua-Tui Sejuta Enam karena kegiatan itu banyaklah berdampak
negatif dari pada positifnya. Hal ini berpengaruh dan berdampak terhadap
perkembangan pendidikan anak, terutama pada aspek pendidikan iman dan
akhlak anak. Dimana dampak negatif pada pendidikan iman terutama pada
pengembangan dasar-dasar syariat, seperti anak tidak lagi diajarkan untuk
belajar sholat, mengaji, dan berpuasa ketika bulan ramadhan. Serta dampak
negatif dalam pendidikan akhlak terutama akhlak baik (mahmudah/karimah)
seperti akhlak terhadap sesama manusia yakni terhadap keluarga, contohnya
anak suka membantah ketika diperintah orang tua, anak suka mengambil
barang yang bukan hak miliknya, dan lain-lain. Adapun dampak positif
terhadap pendidikan akhlak dimana dalam kegiatan ini orang tua
mengajarkan akhlak yang baik, seperti menjalin hubungan persaudaraan dan
silatuhrami (Al-Ikhwah wa Al-Shilah Al-Rahim), dan memuliakan tetangga
(Ikram Jarah) seperti berbuat baik kepada tetangga, membantu tetangga
ketika ia sedang mengalami musibah atau ingin mengadakan sebuah hajatan.
B. Saran
1. Untuk organisasi Tua-Tui Sejuta Enam agar bisa mengurangi kegiatan
seperti berjoged yang berlebihan, menjaga akhlak yang baik dan menutup
aurat sebagai wanita muslimah, dan mengutamakan kegiatan-kegiatan yang
83
positif seperti pengajian bapak-bapak dan pengajian ibu-ibu dimasjid dan
kegiatan yang bernuansa Islami.
2. Untuk para anggota Tua-Tui Sejuta Enam (orang tua) agar lebih
memperhatikan masalah pendidikan anak terutama pada aspek iman dan
akhlak dan harus memberi teladan yang baik untuk anak seperti mengajak
untuk sholat berjamaah, belajar mengaji, belajar puasa dan bersikap baik
terhadap semua orang.
3. Untuk anak-anak (generasi penerusnya) yang ada di desa Kepala Curup
jangan sampai mengikuti hal-hal yang berdampak buruk, seperti memakai
pakaian yang sexy tidak menutup aurat, merokok, tidak bisa menjaga
etikanya dan hal-hal lain.
84
DAFTAR PUSTAKA.
Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Ali, Mohammad, Daud. 2013. Pendidikan Agama Islam. Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Al-Kaaf, Abdullah, Zakiy. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:PT
Asdi Mahasatya.
Arifin, Bambang, Syamsul. 2008. Psikologi Agama. Bandung : CV Pustaka Setia.
Ashar, Maria Ulfa, et al. 2005. Pendidikan & Pengasuhan Anak. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Bugin, Burhan. 2014. Metodelogi Kualitatif. Jakarta:Kecana.
Gunawan, Heri. 2014. Pendidikan Islam Kajian Teoretis dan Pemikiran Tokoh.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunawan, Ari H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Hakim, Ihsan Nul, et al. 2009. Ilmu Alamiah Dasar Ilmu Sosial Dasar Ilmu Budaya
Dasar. Curup: Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Curup.
Hasbullah. 2015. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ihsan, Fuad. 2013. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Indrakusuma, Amir Dalem. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. Malang:Usaha Nasional.
Kasmir, Moh. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang:UIN Malang.
Liliweri, Alo. 2013. Sosiologi & Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Askara.
Matsutomo, David. 2008. Pengantar Psikologo Lintas Budaya. Yogyakrta:Pustaka
Belajar.
Najafi, Ibnu, Hasan et al. 2006. Pendidikan & Psikologi Anak. Jakarta: Cahaya.
85
Nashih, Abdullah, Ulwan. 2007. Pendidikan Anak Dalam Islam Jilid 1. Jakarta: Pustaka
Amani
Novaliah Priska. 2011. Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan Pada Anak Usia Sekolah
Dasar Di Lingkungan Keluarga ( Studi di Lingkungan Keluarga Desa Tabeak
Dipoa Lebong Sakti). Skripsi. Curup: STAIN Curup.
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan, Malang: UMM Malang.
Roudlotiyyukhbarun. 2011. Perhatian Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil
Belajar Anak Dalam Pengembangan Agama Islam (Studi Pada Siswa Kelompok B
RA Nurul Ittihad Babalan Kecamatan Wedung Kabupaten Demak Tahun Ajaran
2010/2011). Skripsi. Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Walisongo Semarang.
Setiadi, Eli M. et al. 2006. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: Fajar Interpratama.
Siswanto dan Agus Sucipto. 2008. Teori & Perilaku Organisasi. Malang: UIN Malang
Press.
Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada.
Suhendi, Hendi dan Ramdani Wahyu. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga.
Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuntitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Syarnubi, Sukarman. 2011. Metodologi Penelitian Kunatitatif dan Kualitatif. Curup:
LP2 STAIN Curup.
Syah Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Ulandari, Septi. 2014, Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Prestasi
Belajar Siswa”. Skripsi. Fak. Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyajarta.
Yusefri. 2011. Telaah Tematik Hadist Tarwabi. Curup:LP2 STAIN Curup.
86
http://Kupasbengkulu.com, Ini Dia Asal Nama kelompok “Sejuta Enam”Rejang
Lebong.Kupabengkulu@gmail.com. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016.
http://harianrakyatbengkulu.com , Kelompok Sejuta Enam Justru Pupuk Budaya Gotong
Royong. Rakyat Bengkulu. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016.
http://BinduriangRejangLebongWikipediabahasaIndonesia0ensiklopediabebas.htm,
diakses pada tgl 10 Mei 2015.
87
L
A
M
P
I
R
A
N
88
89
90
91
92
ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP
PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
NO Variabel Aspek Sub Indikator Inti Pertanyaan No
Item
1. Kegiatan
Organisasi
Tua-Tui
Sejuta Enam
Kegiatan
organisasi Tua-
Tui Sejuta
Enam
Bentuk kegiatan
organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam
Bentuk kegiatan
organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam
2
Pelaksanan
kegiatan
organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam
Pelaksanan
kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta
Enam
4
Partisipasi
organisasi
masyarakat
terhadap
pendidikan
anak
Partisipasi dalam
bentuk bantuan
pembiayaan
Partisipasi
masyarakat dalam
bentuk bantuan
pembiayaan
1
Partisipasi dalam
bentuk Sarana dan
prasarana.
Partisipasi
masyarakat dalam
bentuk Sarana dan
prasarana.
2
Partisipasi dalam
bentuk
penggunaan
sumber pelajaran
Partisipasi
masyarakat dalam
bentuk penggunaan
sumber pelajaran
1
Program
organisasi Tua-
Tui Sejuta
Enam
Program unggulan Program kegiatan
organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam
3
Program
penunjang
Program penunjang
kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta
Enam
2
2.
Pendidikan
Anak
Pengembangan
nilai-nilai
pendidikan
iman
Penerapan nilai-
nilai ibadah
(sholat, mengaji
dan puasa)
Penerapan nilai-
nilai ibadah (sholat,
mengaji dan puasa)
3
Melaksananakan
bimbingan
Pelaksananakan
bimbingan
1
93
3.
Implikasi
organisasi
terhadap
pendidikan
anak
pendidikan agama
pada anak
pendidikan agama
pada anak
Pengembangan
nilai-nilai
pendidikan
akhlak
Kepribadian anak Cara pembinaan
Kepribadian anak
1
Akhlak terpuji
(perilaku kepada
sesama manusia)
Cara
mengembangkan
Akhlak terpuji
pada anak
3
Akhlak tercela
(perilaku kepada
sesama manusia)
Pengajaran akhlak
tercela
1
Implikasi
dalam proses
pendidikan
Dampak positif
organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam
Terhadap
pendidikan anak
Dampak positif
organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam
Terhadap
pendidikan anak
3
Dampak negatif
organisasi Tua-
Tui Sejuta Enam
Terhadap
pendidikan anak
Dampak negatif
organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam
Terhadap
pendidikan anak
2
94
Analisis Kegiatan Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam Terhadap Pendidikan (Iman
Dan Akhlak) Anak Di Desa Kepala Curup
LEMBAR OBSERVASI KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM
NO VARIABEL INDIKATOR YA TIDAK
1. Mengamati kegiatan
organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam
Orang tua sering berjoget
secara berlebih diatas
panggung
Orang tua selalu ada hadir
ketika ada acara hajatan
Orang tua lebih suka berada
diluar rumah
Orang tua memberi
sumbangan ketika setiap kali
ada orang hajatan
2. Observasi lokasi penelitian Masyarakat sering datang
kemasjid
Terdapat pengajian bapak-
bapak dan ibu-ibu
Masyarakat lebih suka
datang ke acara hajatan
Masyarakat suka dengan
adanya kegiatan organisasi
Tua-Tui Sejuta Enam
3. Mengamati cara orang tua
dalam menanamkan nilai-
nilai pendidikan iman dan
akhlak
Orang tua menanamkan
nilai-nilai ibadah (sholat,
mengaji, puasa) kepada anak
Orang tua mengajak untuk
pergi kemasjid
95
Orang tua mengajarkan anak
untuk berbuat baik/ kurang
baik kepada sesama manusia
Orang tua sering memberi
berbicara kasar pada anak
96
ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP
PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP
Pedoman Wawancara
Untuk ketua, pengurus Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam dan Masyarakat
1. Apa saja bentuk kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam?
2. Apakah kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam hanya dijadikan sebagai
hiburan atau hal lainnya?
3. Siapa saja yang tergabung dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam?
4. Apakah hanya orang tua yang boleh mengikuti kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam ini?
5. Berapa jumlah anggota organisasi Tua-Tui Sejuta Enam di desa Kepala Curup?
6. Apakah setiap kali ada warga masyarakat Lembak yang mengadakan acara
hajatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam ini di undang?
7. Apa saja bentuk partisipasi kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terhadap
pendidikan anak?
8. Apa tujuan dibentuknya kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam?
9. Apakah dalam kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam terdapat juga acara
minum-minum (mabuk-mabukan)?
10. Apakah hanya bapak-bapak yang melakukan acara minum-minum tuak (mabuk-
mabukan)?
11. Apakah ibu-ibu juga melakukan acara minum-minum tuak (mabuk-mabukan)?
12. Apakah kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam mempunyai struktur
keanggotaan?
13. Apa saja bentuk program unggulan dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam?
14. Apa saja bentuk program penunjang dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam
97
15. Apakah kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam nemanamkan nilai-nilai
pendidik pada anak?
16. Apakah organisasi Tua-Tui Sejuta Enam berdampak terhadap pendidikan iman
dan akhlak anak?
17. Menurut bapak/ibu apa dampak positif dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam terhadap pendidikan anak?
18. Menurut bapak/ibu adakah negatif dari kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
terhadap pendidikan anak?
19. Apakah bentuk pendidikan yang ditanamakan dalam kegiatan organisasi Tua-Tui
Sejuta Enam?
20. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang kegiatan organisasi Tua-Tui Sejuta
Enam?
98
ANALISIS KEGIATAN ORGANISASI TUA-TUI SEJUTA ENAM TERHADAP
PENDIDIKAN (IMAN DAN AKHLAK) ANAK DI DESA KEPALA CURUP
Pedoman Wawancara
Anggota (Orang tua) Organisasi Tua-Tui Sejuta Enam
1. Menurut bapak/ibu bagaimana cara mengajarkan tata cara sholat kepada anak?
2. Apakah bapak/ibu sendiri melaksanakan sholat lima waktu?
3. Bagaimana cara bapak/ibu memerintah anak agar melaksanakan sholat lima
waktu setiap harinya?
4. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak untuk membaca Al-Qur’an ?
5. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak untuk puasa ketika bulan Ramadhan?
6. Motivasi atau dorongan apa saja yang diberikan oleh bapak/ibu agar anak dapat
melaksanankan perintah puasa pada bulan ramadhan?
7. Apa yang sering dilakukan oleh bapak/ibu ketika ingin menciptakan suasana
rumah atau kondisi rumah yang lebih Islami?
8. Bagaimana metode atau cara yang diterapkan oleh bapak/ibu untuk mendidik
akhlak anak agar lebih baik, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat
serta metode agar dapat menjalankan nilai-nilai keimanan?
9. Hal-hal apa saja yang dilakukan orang tua dalam memberikan teladan yang baik
bagi anak?
10. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak agar lebih menghormati orang yang lebih
tua?
11. Apakah bapak/ibu mengajarkan anak agar membantu orang lain ketika sedang
dalam kesusahan?
12. Apa saja hambatan bapak/ibu dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan (iman
dan akhlak) tersebut?
13. Apakah bapak/ibu sering bebicara kasar pada anak?
14. Apakah orang tua menjalin komunikasi yang baik kepada anak?
15. Apakah bapak/ibu sering mengajak anak ketika menghadari acara hajatan?
99
16. Apakah bapak/ibu mengeluar uang sebagai uang seweran saat berada di dalam
acara hajatan?
100
101
102
103
BIOGRAFI PENULIS
Tatik Prisnamasari, S. Pd.
Lahir di Belitar Muka, tanggal 24 April 1994.
Pendidikan formal yang ditempuh mulai dari SD
Negeri 19 Belitar Muka (2006), SMP Negeri 01
Belitar Muka (2009) dan SMA Negeri 01 Binduriang
(2012). Gelar Sarjana S1 diperoleh pada Jurusan
Tarbiyah Prodi PGMI Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAIN) Curup.
Karya Ilmiah saya persembahkan untuk Ayah dan
Ibu. Terima kasih Allah swt, Ayah Ibu, para Bapak
Ibu dosen dan para sahabat. (Agustus 2016)
top related