analisis efektivitas pencairan tunggakan …karyailmiah.narotama.ac.id/files/analisis efektivitas...
Post on 04-Mar-2018
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANALISIS EFEKTIVITAS PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK
DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK PRATAMA SURABAYA RUNGKUT
MOCHAMAD FARID MAZIDI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA
ABSTRACT
This study aims to determine how much the contribution of tax collection by The
Reprimand Letter and The Force Letter to the disbursement of tax arrears in Tax
Service Office Primary of Surabaya Rungkut. Model analysis of the data used in
this research is descriptive statistical analysis to test and give you an idea how big
and effective contribution tax collection by The Reprimand Letter and The Force
Letter to the disbursement of tax arrears since 2010 until 2014 in Tax Service
Office Primary of Surabaya Rungkut. Based on the results of data analysis using
SPSS 18 shows that the results of partial hypothesis test (t-test) and
simultaneously (F-test) proves the tax collection by The Reprimand Letter and
The Force Letter to have a significant effect on the disbursement of tax arrears.
The coefficient of determination showed 0.895 or 89.5%, which means 89.5%
disbursement of tax arrears is influenced by the number of The Reprimand Letter
and The Force Letter published. While the remaining 10.5% disbursement of tax
arrears is influenced by other factors beyond of this study. Based on the
measurement of the level of effectiveness, proved that the number of The
Reprimand Letter and The Force Letter published forcibly quite effective to the
disbursement of tax arrears in Tax Service Office Primary of Surabaya Rungkut.
Key words: Effectiveness, Tax Collection, Reprimand Letter, Force Letter,
Disbursement Tax Arrears.
2
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penagihan
pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak
di KPPP Surabaya Rungkut. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis statistik deskriptif untuk menguji dan memberikan gambaran
seberapa besar kontribusi dan efektif penagihan pajak dengan Surat Teguran dan
Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak mulai tahun 2010-2014 di KPPP
Surabaya Rungkut. Berdasarkan hasil analisis data dengan bantuan SPSS 18,
menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial (t-test) maupun simultan (F-
test) membuktikan penagihan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak.
Koefisien determinasi menunjukkan 0.895 atau 89.5% yang artinya 89.5%
pencairan tunggakan pajak dipengaruhi oleh jumlah Surat Teguran dan Surat
Paksa yang diterbitkan. Sedangkan sisanya 10,5% pencairan tunggakan pajak
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar pembahasan ini. Berdasarkan
pengukuran tingkat efektivitas, dibuktikan bahwa jumlah Surat Teguran dan Surat
Paksa yang diterbitkan cukup efektif terhadap pencairan tunggakan pajak di KPPP
Surabaya Rungkut.
Kata kunci: Efektivitas, Penagihan Pajak, Surat Teguran, Surat Paksa, dan
Pencairan Tunggakan Pajak.
3
PENDAHULUAN
Peran pajak dinilai begitu penting bagi sumber penerimaan negara
karena penerimaan minyak dan gas bumi sudah tidak mampu lagi menyokong
belanja pemerintah. Semua pihak menaruh perhatian terhadap besarnya peranan
pajak sebagai sumber penerimaan negara, karena sebuah bangsa dinilai mandiri
apabila mampu menyerap pandapatan pajak yang tinggi guna membiayai
pembangunan bangsa.
Tabel 1.1. Peranan Pajak dalam Penerimaan Dalam Negeri
Tahun 2011 s.d. Tahun 2014
Tahun Penerimaan Pajak
(Rp Triliun)
Penerimaan Dalam Negeri
(Rp Triliun)
Peran Pajak
(%)
2011
2012
2013
2014
873,82
980,17
1.077,00
1.143,00
1.210,60
1.338,00
1.429,50
1.537,20
72,18
73,25
75,34
74,35
Sumber: Perhitungan Anggaran Negara dan Nota RAPBN, diolah
Pada Tabel 1.1. terlihat bahwa peranan pajak dalam APBN mengalami
peningkatan setiap tahun rata-rata 2% per tahun, kecuali tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 1% dari tahun sebelumnya. Tuntutan untuk meningkatkan
penerimaan dan pelayanan dalam pemakaian uang pajak merupakan hal yang
harus segera direalisasikan guna menciptakan kepatuhan Wajib Pajak jangka
panjang. Pemerintah berusaha mencapai target penerimaan pajak secara optimal
dengan memperbaharui kebijakan perpajakan, administrasi perpajakan, dan
undang-undang perpajakan.
4
Dalam rangka kemandirian, pemerintah berupaya meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi
pemungutan pajak. Upaya tersebut dilakukan seiring dengan makin dominannya
penerimaan pajak dalam RAPBN maupun APBN Indonesia beberapa tahun
terakhir. Dalam data pokok APBN tahun 2011 dari target penerimaan perpajakan
sebesar 878,7 triliun. Namun realisasi penerimaan perpajakan hanya mencapai
62% dari target 878,7 triliun atau sekitar 544,8 triliun. Dari data tersebut bisa
dilihat bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak (tax compliance) dalam memenuhi
kewajiban perpajakan masih sangat rendah.
Beberapa upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan penerimaan pajak, antara lain dengan melakukan reformasi pajak
(tax reform). Menurut Nasucha dalam Satriyo (2011), tujuan dari reformasi pajak
ialah untuk tercapainya tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, tercapainya
kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan tercapainya
produktivitas aparat perpajakan yang tinggi.
Dalam reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan pajak
telah mengalami perubahan yang cukup signifikan yaitu official assesment system
menjadi self assesment system. Berbeda dengan official assesment system, dalam
self assesment system, Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung,
menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya (Mardiasmo, 2011:7).
Pemerintah juga melakukan pembaharuan yang menyangkut kebijakan
perpajakan, administrasi perpajakan, dan undang-undang perpajakan yang saling
berhubungan satu sama lain untuk mencapai target penerimaan pajak secara
optimal. Negara juga memberi tanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Pajak
5
untuk bertindak sebagai law enforcement agent, yaitu tindak penegakan hukum
yang meliputi pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan (Rusjdi, 2007:10). Ini
merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk meningkatkan
penerimaan pajak selain setoran pembayaran pajak secara sukarela. Namun
optimalisasi penerimaan pajak masih terbentur pada berbagai kendala. Dalam
jangka pendek, salah satu kendalanya adalah tingginya angka tunggakan pajak,
baik yang murni penghindaran pajak (tax avoidance) maupun ketidakmampuan
membayar utang pajak.
Untuk mengatasi berbagai kendala perlu dilaksanakan tindakan
penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa. Tindakan penagihan
meliputi pemberitahuan Surat Teguran, penagihan seketika dan sekaligus,
pemberitahuan Surat Paksa, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, serta menjual barang yang telah disita berdasarkan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19
Tahun 2000.
Tindakan penagihan merupakan wujud upaya untuk mencairkan
tunggakan pajak, namun dalam pelaksanaan penagihan haruslah memperhatikan
prinsip keseimbangan antara biaya penagihan dengan penerimaan yang
didapatkan karena pelaksanaan penagihan dalam rangka pencairan tunggakan
pajak mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Dari beberapa upaya penagihan
pajak yang telah diuraikan di atas, ada satu tahapan yang tidak perlu
mengeluarkan lebih banyak biaya dan lebih banyak waktu untuk memprosesnya,
yaitu dengan Surat Teguran dan Surat Paksa. Berdasarkan gambaran
6
permasalahan pada latar belakang di atas maka permasalahan yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah seberapa besar kontribusi penagihan pajak dengan
Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui seberapa besar kontribusi penagihan pajak dengan Surat
Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surabaya Rungkut.
KERANGKA PENELITIAN
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
H1
H3
H2
Hipotesis Penelitian
Menurut Destriyatna (2014) dalam Jurnal Mahasiswa Perpajakan Vol. 3
No. 1, menjelaskan bahwa:
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas dari penagihan
pajak dengan Surat Teguran tergolong efektif, dengan Surat Paksa
tergolong tidak efektif, Surat Penyitaan tergolong tidak efektif.
Kontribusi penerimaan pajak dari penagihan pajak dengan Surat
Teguran, Surat Paksa, dan Surat Penyitaan untuk mengoptimalkan
penerimaan pajak pada KPPP Malang Selatan masih sangat rendah.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh efektivitas penerbitan Surat Teguran terhadap pencairan
tunggakan pajak.
Surat Paksa Pajak (X2)
Pencairan Tunggakan Pajak (Y)
Surat Teguran Pajak (X1)
7
Menurut Velayati (2013) dalam Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 2 No.
2, menjelaskan bahwa:
“Hasil penelitian dengan menggunakan rumus efektivitas menunjukkan
bahwa efektivitas Surat Teguran tergolong tidak efektif. Efektivitas
Surat Paksa dikategorikan sangat efektif. Penilaian tingkat kontribusi
dengan menggunakan Rasio Penerimaan Tunggakan Pajak (RPTP)
menunjukkan Surat Teguran dan Surat Paksa masuk kategori sangat
kurang.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Terdapat pengaruh efektivitas penerbitan Surat Paksa terhadap pencairan
tunggakan pajak.
Sedangkan menurut Sari (2010) dalam Jurnal PI 20207474,
menjelaskan bahwa:
“Hasil penelitian menunjukkan angka positif dalam Surat Teguran dan
Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak pada KPPP Jakarta
Tanah Abang Satu. Dengan kata lain, hipotesa penelitiannya terbukti
dan signifikan.”
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh efektivitas penerbitan Surat Teguran dan Surat Paksa
terhadap pencairan tunggakan pajak.
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dengan penekanan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Tempat penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya
Rungkut yang beralamat di Jl. Jagir Wonokromo No. 104, Surabaya. Populasi
penelitian ini adalah Wajib Pajak yang memiliki tunggakan pajak di Kantor
8
Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut. Sampel yang diambil oleh peneliti
adalah jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan dalam 1 bulan
selama 5 tahun terakhir (tahun 2010-2014) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surabaya Rungkut.
Sesuai dengan rumusan masalah, untuk melihat pengaruh penagihan
pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak
maka variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini melibatkan tiga
variabel yang terdiri atas dua variabel independen (bebas) dan satu variabel
dependen (terikat), yaitu:
a. Surat Teguran (X1)
Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh KPP untuk
menegur atau memperingatkan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang
pajaknya. Variabel Surat Teguran dilihat dari banyaknya jumlah lembar Surat
Teguran yang diterbitkan dalam 1 bulan selama 5 tahun (tahun 2010-2014).
b. Surat Paksa (X2)
Surat Paksa adalah surat perintah yang dikeluarkan oleh KPP dan
dilakukan oleh juru sita untuk memaksa Wajib Pajak melunasi utang pajak
dalam jangka waktu tertentu. Variabel Surat Paksa dilihat dari banyaknya
jumlah lembar Surat Paksa yang diterbitkan dalam 1 bulan selama 5 tahun
(tahun 2010-2014).
c. Pencairan Tunggakan Pajak (Y)
Pencairan tunggakan pajak adalah segala bentuk pencairan yang
berkaitan dengan tunggakan pajak yang disetorkan ke kas negara yang dapat
berupa pembayaran, penghapusan, pemindahbukuan, maupun keberatan.
9
Variabel pencairan tunggakan pajak dilihat dari banyaknya jumlah lembar
pembayaran atas pajak yang terutang dalam 1 bulan selama 5 tahun (tahun
2010-2014), yang didasarkan pada STP, SKP, SKPKB, SKPKBT.
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya
Rungkut, antara lain:
1) Kecamatan Rungkut
Kecamatan Rungkut terdiri dari enam kelurahan, yaitu:
a) Kelurahan Kali Rungkut
b) Kelurahan Kedung Baruk
c) Kelurahan Medokan Ayu
d) Kelurahan Penjaringan Sari
e) Kelurahan Rungkut Kidul
f) Kelurahan Wonorejo
2) Kecamatan Tenggilis Mejoyo
Kecamatan Tenggilis Mejoyo terdiri dari lima kelurahan, yaitu:
a) Kelurahan Kendangsari
b) Kelurahan Kutisari
c) Kelurahan Panjang Jiwo
d) Kelurahan Prapen
e) Kelurahan Tenggilis Mejoyo
3) Kecamatan Gunung Anyar
Kecamatan Gunung Anyar terdiri dari empat kelurahan, yaitu:
10
a) Kelurahan Gunung Anyar
b) Kelurahan Gunung Anyar Tambak
c) Kelurahan Rungkut Menanggal
d) Kelurahan Rungkut Tengah
Jumlah Wajib Pajak di KPPP Surabaya Rungkut
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut memiliki 63.172 Wajib Pajak
terdaftar dan hanya 49.841 Wajib Pajak yang aktif hingga akhir tahun 2014,
dengan rincian sebagaimana dipaparkan dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1. Jumlah Wajib Pajak di KPPP Surabaya Rungkut
Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Tahun Wajib Pajak
Terdaftar Aktif
2010
2011
2012
2013
2014
47.542
52.507
56.364
59.760
63.172
34.531
39.332
43.110
46.442
49.841
Total 279.345 213.256
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPPP Surabaya Rungkut
11
Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPPP Surabaya Rungkut
Tabel 4.2. Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPPP
Surabaya Rungkut Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Tahun Rencana Penerimaan Pajak
(Rp)
Realisasi Penerimaan Pajak
(Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
368.220.013.221
445.199.448.866
550.055.926.560
728.670.844.590
765.190.236.484
325.441.039.602
447.631.773.071
520.545.105.680
589.748.878.226
761.451.472.732
Sumber: Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPPP Surabaya Rungkut
Kondisi Piutang Pajak di KPPP Surabaya Rungkut
Berikut adalah data mengenai kondisi tunggakan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut yang disajikan dalam tahun 2010
sampai dengan 2014:
Tabel 4.3. Kondisi Piutang Pajak di KPPP Surabaya Rungkut
Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Tahun Jumlah Piutang Pajak
(Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
22.281.732.746
23.068.576.494
23.200.518.524
123.018.145.785
181.694.439.562
Sumber: Seksi Penagihan KPPP Surabaya Rungkut
12
Jumlah Piutang Pajak Per 31 Desember 2014 sebesar Rp
181.694.439.562. Jumlah tersebut merupakan piutang negara kepada Wajib Pajak
berupa pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku, tetapi sampai dengan 31 Desember 2014 belum mendapat pelunasan.
Deskripsi Data
Sebelum melakukan pengolahan data dan pengujian hipotesis, terlebih
dahulu akan dijabarkan data yang akan diolah mengenai jumlah surat teguran dan
jumlah surat paksa yang diterbitkan serta pencairan tunggakan pajak yang dilihat
dari jumlah pembayaran atas pajak yang terutang yang didasarkan pada STP,
SKP, SKPKB, dan SKPKBT di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya
Rungkut dari tahun 2010 sampai 2014.
13
Tabel 4.4. Jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang Diterbitkan
serta Pencairan Tunggakan Pajak di KPPP Surabaya
Rungkut Tahun 2010 s.d. Tahun 2014
Bulan
Jumlah Surat Teguran
yang Diterbitkan
(X1)
Jumlah Surat Paksa
yang Diterbitkan
(X2)
Pencairan Tunggakan
Pajak
(Y)
Januari (2010)
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
157
357
124
815
120
236
310
165
288
325
125
309
25
2
23
23
26
24
42
38
41
38
36
17
13
22
10
52
11
17
24
15
23
24
12
21
Sumber: Seksi Penagihan KPPP Surabaya Rungkut
14
Bulan
Jumlah Surat Teguran
yang Diterbitkan
(X1)
Jumlah Surat Paksa
yang Diterbitkan
(X2)
Pencairan Tunggakan
Pajak
(Y)
Januari (2011)
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
509
677
67
452
486
435
156
494
2344
257
634
2365
15
98
92
60
65
73
66
18
26
21
10
98
62
84
11
56
60
55
21
60
282
32
76
287
Sumber: Seksi Penagihan KPPP Surabaya Rungkut
15
Bulan
Jumlah Surat Teguran
yang Diterbitkan
(X1)
Jumlah Surat Paksa
yang Diterbitkan
(X2)
Pencairan Tunggakan
Pajak
(Y)
Januari (2012)
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
45
24
55
176
84
176
47
95
5
57
34
63
135
211
94
142
108
271
4
69
59
177
88
156
16
18
14
35
19
44
7
18
5
21
11
20
Sumber: Seksi Penagihan KPPP Surabaya Rungkut
16
Bulan
Jumlah Surat Teguran
yang Diterbitkan
(X1)
Jumlah Surat Paksa
yang Diterbitkan
(X2)
Pencairan Tunggakan
Pajak
(Y)
Januari (2013)
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
52
88
468
203
84
176
154
235
35
244
242
69
255
219
94
397
108
271
258
245
196
413
367
393
31
31
54
60
19
44
41
47
23
65
60
47
Sumber: Seksi Penagihan KPPP Surabaya Rungkut
17
Bulan
Jumlah Surat Teguran
yang Diterbitkan
(X1)
Jumlah Surat Paksa
yang Diterbitkan
(X2)
Pencairan Tunggakan
Pajak
(Y)
Januari (2014)
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
463
285
455
191
134
249
122
505
520
23
431
269
128
347
265
276
223
84
158
239
154
247
343
86
114
106
131
77
58
63
47
138
130
38
136
68
Sumber: Seksi Penagihan KPPP Surabaya Rungkut
Pengujian Hipotesis
Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif dari masing-masing variabel disajikan dalam
Tabel 4.5., sebagai berikut:
Tabel 4.5. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Surat Teguran Pajak 60 5 2365 312.75 424.975
Surat Paksa Pajak 60 2 413 137.62 115.795
Pencairan Tunggakan Pajak 60 5 287 53.10 55.068
Valid N (listwise) 60
Sumber: Output SPSS
18
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang
digunakan adalah sebanyak 60 sampel. Selain itu, dalam tabel di atas
menunjukkan:
a. Rata-rata jumlah surat teguran yang diterbitkan adalah 312.75 dengan standar
deviasi 424.975
b. Rata-rata jumlah surat paksa yang diterbitkan adalah 137.62 dengan standar
deviasi 115.795
c. Rata-rata jumlah pencairan tunggakan pajak adalah 53.10 dengan standar
deviasi 55.068
Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji
kelayakan atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun
pengujian asumsi klasik dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
a. Uji Normalitas
Pada penelitian ini menggunakan metode normal probability plot.
Untuk mendeteksi adanya normalitas, maka pada Gambar 4.3. di bawah ini
akan disajikan grafik hasil pengujian normalitas.
19
Gambar 4.3. Output Pengujian Normalitas
Sumber: Output SPSS
Pada Gambar 4.3. terlihat bahwa data (titik) menyebar di sekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal sehingga
dapat disimpulkan bahwa data yang diolah adalah data yang berdistribusi
normal yang artinya uji normalitas terpenuhi.
20
b. Uji Multikolinieritas
Untuk analisisnya dengan SPSS, disajikan output pada tabel 4.6.
berikut ini:
Tabel 4.6. Output Pengujian Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Surat Teguran Pajak .963 1.038
Surat Paksa Pajak .963 1.038
a. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Sumber: Output SPSS
Dalam menggunakan besaran tolerance (α) dan variance inflaction
factor (VIF) dapat dilihat bahwa VIF Surat Teguran dan Surat Paksa adalah
1.038 < 10 dan semua tolerance variabel bebas (0.963 = 96.3%) diatas 0.1
sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas tidak terjadi
multikolinieritas.
21
c. Uji Heteroskedastisitas
Berikut disajikan grafik hasil pengujian heteroskedastisitas:
Gambar 4.4. Output Pengujian Heteroskedastisitas
Sumber: Output SPSS
Analisis hasil output SPSS (gambar scatterplot) di atas didapatkan
titik-titik menyebar di bawah dan di atas sumbu Y dan tidak mempunyai pola
yang teratur.
Kesimpulan dari analisis di atas, yaitu variabel bebas di atas tidak
terjadi heteroskedastisitas atau bersifat homoskedastisitas.
22
d. Uji Autokorelasi
Pada tabel 4.7. dibawah ini akan disajikan hasil pengujian
autokorelasi:
Tabel 4.7. Output Pengujian Autokorelasi
Model Summaryb
Model Durbin-Watson
1 .989
a. Predictors: (Constant), Surat Paksa Pajak, Surat Teguran Pajak
b. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan hasil olah data di atas, ditemukan Durbin-Watson test
yaitu 0.989 dan DW berada diantara -2 dan 2 sehingga dapat disimpulkan
bahwa data tersebut tidak terjadi autokorelasi.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh signifikan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat
baik secara parsial maupun simultan. Berdasarkan hasil perhitungan melalui SPSS
diperoleh output sebagai berikut:
Tabel 4.8. Output Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -8.499 4.264 -1.993 .051
Surat Teguran Pajak .123 .006 .950 22.079 .000
Surat Paksa Pajak .168 .020 .353 8.200 .000
a. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Sumber: Output SPSS
23
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh persamaan regresi
berganda:
Y = -8.499 + 0.123X1 + 0.168X2 + e
Berdasarkan persamaan regresi tersebut, terlihat bagaimana pengaruh
Surat Teguran (X1) dan Surat Paksa (X2) terhadap Pencairan Tunggakan Pajak
(Y). Hasil di atas memberikan pemahaman bahwa jika tidak terjadi penerbitan
Surat Teguran dan Surat Paksa maka besarnya pencairan tunggakan pajak
diprediksi sebesar -8.499 berdasarkan nilai kostanta (a). Selanjutnya nilai
koefisien regresi Surat Teguran (b1) = 0.123 menunjukkan bahwa setiap
penambahan/penurunan satu satuan Surat Teguran maka akan
meningkatkan/menurunkan pencairan tunggakan pajak sebesar 0.123 satuan.
Demikian pula dengan nilai koefisien regresi Surat Paksa (b2) = 0.168
menunjukkan bahwa setiap penambahan/penurunan satu satuan surat paksa maka
akan meningkatkan/menurunkan pencairan tunggakan pajak sebesar 0.168 satuan.
Uji Parsial (t-test)
Uji parsial (individu) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual. Berikut ini
akan dijelaskan pengujian masing-masing variabel secara parsial.
a. Variabel Surat Teguran (X1)
Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Surat Teguran terhadap
pencairan tunggakan pajak.
24
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Surat Teguran terhadap
pencairan tunggakan pajak.
Pengambilan keputusan:
1) Membandingkan t hitung dengan t tabel
Berdasarkan tabel 4.8. diperoleh nilai t hitung < t tabel yaitu 22.079 >
2.001, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Berdasarkan tingkat signifikansi
Berdasarkan tabel 4.8. terlihat nilai signifikansi t hitung = 0.000 < 0.05
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti jumlah Surat Teguran
yang diterbitkan berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak.
b. Variabel surat paksa (X2)
Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Surat Paksa terhadap
pencairan tunggakan pajak.
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Surat Paksa terhadap pencairan
tunggakan pajak.
Pengambilan keputusan:
1) Membandingkan t hitung dengan t tabel
Berdasarkan tabel 4.8. diperoleh nilai t hitung > t tabel yaitu 8.200 >
2.001, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2) Berdasarkan tingkat signifikansi
Berdasarkan tabel 4.8. terlihat nilai signifikansi t hitung = 0.000 < 0.05
maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti jumlah Surat Paksa yang
diterbitkan berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak.
25
Uji Simultan (F-test)
Pengujian hipotesis secara bersama-sama dilakukan dengan
menggunakan Uji F. Uji F dilakukan untuk menguji hubungan signifikansi antara
variabel bebas dan variabel terikat secara keseluruhan. Untuk mendapatkan hasil
yang menyakinkan maka akan dilakukan pengujian F hitung dan F tabel dengan
tingkat signifikansi 0.05 atau 5%. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.9. Output Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 160727.750 2 80363.875 251.860 .000a
Residual 18187.650 57 319.082
Total 178915.400 59
a. Predictors: (Constant), Surat Paksa Pajak, Surat Teguran Pajak
b. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Sumber: Output SPSS
Berdasarkan output SPSS diperoleh nilai F hitung > F tabel (251.860 >
3.16) maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh antara Surat Teguran dan
Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak secara simultan. Selain itu dapat
dilihat nilai signifikansi = 0.000 < 0.05 maka H0 ditolak atau dapat dikatakan
koefisien regresi signifikan.
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa besar
peranan variabel bebas (independen) yaitu surat teguran dan surat paksa secara
bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel terikat
(dependen). Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:
26
Tabel 4.10. Output Pengujian Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .948a .898 .895 17.863
a. Predictors: (Constant), Surat Paksa Pajak, Surat Teguran Pajak
b. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak
Sumber: Output SPSS
Pada hasil perhitungan SPSS, diperoleh angka Adjusted R square (R2)
adalah 0.895 yang berarti 89.5% pencairan tunggakan pajak di KPPP Surabaya
Rungkut dijelaskan oleh variabel jumlah surat teguran dan surat paksa yang
diterbitkan. Sedangkan sisanya 10,5% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa pencairan
tunggakan pajak di KPPP Surabaya Rungkut dapat dijelaskan oleh faktor jumlah
Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan. Dimana koefisien determinasi
(R2) menunjukkan bahwa 89.5% pencairan tunggakan pajak dipengaruhi oleh
jumlah Surat Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan oleh KPPP Surabaya
Rungkut.
Untuk mengetahui tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi pencairan
tunggakan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa dapat diukur dari nilai
kontribusi Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak
yang dilihat pada nilai koefisien determinasi (R2) di atas dengan standar
klasifikasi tingkat efektivitas dan tingkat kontribusi yang ditetapkan oleh
Depdagri sesuai dengan Permendagri.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 89.5%, dengan hasil tersebut dapat diklasifikasikan bahwa Surat Teguran
27
dan Surat Paksa berkontribusi sangat baik terhadap Pencairan tunggakan pajak.
Tetapi Surat Teguran dan Surat Paksa cukup efektif terhadap Pencairan tunggakan
pajak. Ada beberapa alasan yang mendasari Surat Teguran dan Surat Paksa cukup
efektif terhadap Pencairan tunggakan pajak dalam penelitian ini, antara lain:
a. Realisasi pencairan tunggakan pajak mendekati dengan jumlah nominal
target/potensi pencairan tunggakan pajak, yang dicocokkan dengan standar
klasifikasi tingkat efektivitas yang ditetapkan Permendagri.
b. Meningkatnya kesadaran Wajib Pajak untuk memenuhi/membayar
kewajiban/utang pajaknya.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pencairan tunggakan
pajak, antara lain:
a. Intensitas pembinaan aparat pajak dengan melakukan penyuluhan dan
pemberian edukasi mengenai pentingnya pajak dan pemenuhan kewajiban
pajak bagi Wajib Pajak.
b. Kesadaran Wajib Pajak itu sendiri untuk memenuhi kewajibannya membayar
pajak.
c. Peningkatan jumlah Wajib Pajak, secara langsung akan mempengaruhi
jumlah tunggakan pajak, karena dengan peningkatan jumlah Wajib Pajak,
potensi tunggakan pajak juga akan semakin meningkat.
28
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan mengenai tingkat
efektivitas Pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa pada
KPPP Surabaya Rungkut, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil perhitungan uji simultan (F-test), dibuktikan bahwa jumlah
Surat Teguran dan jumlah Surat Paksa yang diterbitkan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Pencairan tunggakan pajak di KPPP
Surabaya Rungkut.
b. Berdasarkan uji parsial (t-test), dibuktikan bahwa jumlah Surat Teguran yang
diterbitkan berpengaruh signifikan terhadap Pencairan tunggakan pajak di
KPPP Surabaya Rungkut.
c. Berdasarkan uji parsial (t-test), dibuktikan bahwa jumlah Surat Paksa yang
diterbitkan berpengaruh signifikan terhadap Pencairan tunggakan pajak di
KPPP Surabaya Rungkut.
d. Berdasarkan pengukuran tingkat efektivitas, dibuktikan bahwa jumlah Surat
Teguran dan Surat Paksa yang diterbitkan cukup efektif terhadap Pencairan
tunggakan pajak di KPPP Surabaya Rungkut.
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Richard dan Wirawan B. Ilyas. (2013). Hukum Pajak. Jakarta: Salemba
Empat.
Fidel. (2010). Cara Mudah dan Praktis Memahami Masalah-Masalah
Perpajakan. Jakarta: Murai Kencana.
29
Ghozali, Imam. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM.
SPSS 19 (Edisi Kelima). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ilyas, Wirawan B. dan Rudy Suhartono. (2010). Perpajakan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Kurniawan, Anang Mury. (2011). Upaya Hukum Terkait Pemeriksaan,
Penyidikan dan Penagihan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Mardiasmo. (2011). Perpajakan Indonesia (Edisi Revisi). Jogjakarta: Andi.
Marduati, Andi. (2012). Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan
Surat Paksa terhadap Pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Makassar Barat. Skripsi. Makassar.
Pabuaran, Dian Victor. (2005). Analisa Pengaruh Jumlah Wajib Pajak,
Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Dengan Surat Paksa terhadap
Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Batu. Skripsi. Batu.
Rahmayanti, Fetty Nur. (2015). Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan PPh Non
Migas dan PPN terhadap Penerimaan Pajak Tahun 2011-2013 (Studi
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surabaya Rungkut). Skripsi.
Malang.
Rusjdi, Muhammad. (2007). Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah. Jakarta: PT. Indeks.
Satriyo, Andika. (2011). Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Setia Budi I.
Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Yogyakarta.
Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak (Edisi 5). Jakarta: Salemba Empat.
30
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung:
Alfabeta.
Suparmono dan Damayanti T. W. (2010). Perpajakan Indonesia-Mekanisme
Perhitungan. Yogyakarta: Andi Offset.
Waluyo. (2011). Perpajakan Indonesia (Edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.
Wijoyanto, Mayang. (2010). Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Mampang Prapatan. Jakarta.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2000.
Rizal. (2011). Sensus Pajak Nasional (Online). April 26, 2015.
http://www.hitungpajak.Wordpress.com/2011/10/07
Al, (2009). Beberapa Pengertian Efektif dan Efisien. April 28, 2015.
http://www.scribd.com/doc/22186682/Beberapa-Pengertian-Efektif-Dan-
Efisien
UAJY, (2011). Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis. Mei 1, 2015.
http://e-journal.uajy.ac.id/4431/3/2EA17579.pdf
top related