all about taekwondo
Post on 22-Jun-2015
104 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Tae Kwon Do adalah olahraga beladiri modern yang berakar pada bela diri tradisional
Korea. Tae Kwon Do mempunyai banyak kelebihan, tidak hanya mengajarkan aspek fisik
semata, seperti keahlian bertarung, melainkan juga sangat menekankan pengajaran aspek
disiplin mental. Dengan demikian, Tae Kwon Do akan membentuk sikap mental yang
kuat dan etika yang baik bagi orang yang secara sungguh-sungguh mempelajarinya
dengan benar. Tae Kwon Do mengandung aspek filosofi yang mendalam sehingga
dengan mempelajari Tae Kwon Do, pikiran, jiwa, dan raga kita secara menyeluruh akan
ditumbuhkan dan dikembangkan.
Tae Kwon Do yang terdiri dari 3 kata: tae berarti kaki/menghancurkan dengan teknik
tendangan, kwon berarti tangan/menghantam dan mempertahankan diri dengan teknik
tangan, serta do yang berarti seni/cara mendisiplinkan diri.
Maka jika diartikan secara sederhana, Tae Kwon Do berarti seni atau cara mendisiplinkan
diri/seni beladiri yang menggunakan teknik kaki dan tangan kosong.
Tiga materi terpenting dalam berlatih Tae Kwon Do adalah Poomse, Kyukpa dan
Kyoruki.
Poomse atau rangkaian jurus adalah rangkaian teknik gerakan dasar serangan dan
pertahanan diri, yang dilakukan melawan lawan yang imajiner, dengan mengikuti
diagram tertentu. Setiap diagram rangkaian gerakan poomse didasari oleh filosofi yang
menggambarkan semangat dan cara pandang bangsa Korea.
Kyukpa atau teknik pemecahan benda keras adalah latihan teknik dengan
memakai sasaran/obyek benda mati, untuk mengukur kemampuan dan ketepatan
tekniknya. Obyek sasaran yang biasanya dipakai antara lain papan kayu, batu bata,
genting, dan lain-lain. Teknik tersebut dilakukan dengan tendangan, pukulan, sabetan,
bahkan tusukan jari tangan.
1
Kyoruki atau pertarungan adalah latihan yang mengaplikasikan teknik gerakan
dasar atau poomse, dimana dua orang yang bertarung saling mempratekkan teknik
serangan dan teknik pertahanan diri.
Mempelajari Tae Kwon Do tidak dapat hanya menyentuh aspek ketrampilan teknik
beladirinya saja, namun harus meliputi aspek fisik, mental, dan spritualnya. Untuk itu,
seseorang yang berlatih atau mempelajari Tae Kwon Do sudah seharusnya menunjukkan
kondisi fisik yang baik, mental yang kuat dan semangat yang tinggi. Namun, hal itu harus
mampu ditunjukkan dalam sikap dan tindakan sehari-hari yang baik dan didasari jiwa
yang luhur. Dengan begitu barulah seseorang dapat dikatakan berhasil dalam berlatih Tae
Kwon Do.
Tae Kwon Do dapat dipelajari siapa saja tanpa tergantung jenis kelamin, umur, dan status
social. Sekarang ini, Tae Kwon Do telah tersebar dan dipraktekkan oleh lebih dari 40 juta
orang diseluruh penjuru dunia. Kepopuleran Tae Kwon Do mencapai puncaknya saat Tae
Kwon Do dipertandingkan sebagai cabang olahrag resmi di Olympiade Sidney 2000.
Di Indonesia diperkirakan lebih dari 200.000 anggota aktif mempraktekkan olahraga
beladiri ini, di berbagai dojang (sebutan untuk tempat berlatih) yang tersebar luas di
seluruh propinsi di Indonesia, dan terutama diminati oleh kaum muda. Tae Kwon Do
telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi dalam PON (Pekan Olahrag
Nasional). Tae Kwon Do Indonesia sendiri telah mencatat prestasi yang cukup
membanggakan, di arena multi-sport event seperti SEA GAMES, ASIAN GAMES
bahkan OLYMPIC GAMES 1992 di Barcelona, seain pada tingkat kejuaraan tingkat
internasional di lingkungan Tae Kwon Do sendiri.
Tae Kwon Do seharusnya tidak hanya dikembagkan sebagai olahraga prestasi saja,
melainkan sebagai seni beladiri yang dapat membentuk dan mendidik manusia-manusia
yang sehat dan berkarakter kuat, guna membangun nusa bangsa Indonesia tercinta.
2
SEJARAH TAEKWONDO
Taekwondo yang kita kenal sekarang , mempunyai sejarah yang sangat panjang seiring
dengan perjalanan sejarah Bangsa Korea , dimana beladiri ini berasal. Sebutan
Taekwondo sendiri baru dikenal sejak tahun 1954, merupakan modifikasi dan
penyempurnaan dari berbagai beladiri tradisional Korea.
Latar belakang sejarah perkembangan Taekwondo dpt dibagi dalam 4 kurun waktu,
yaitu : Pada masa kuno, masa pertengahan , masa modern dan masa sekarang.
1. Pada Masa Kuno
Asal Mula Taekwondo
Pada dasarnya manusia mempunyai insting untuk selalu melindungi diri dan hidupnya,
hal ini secara disengaja maupun tidak akan memacu aktivitas fisiknya sepanjang waktu.
Manusia dalam tumbuh dan berkembang tidak dapat lepas dari kegiatan / gerakan
fisiknya , tanpa menghiraukan waktu dan tempat. Pada masa kuno manusia tidak punya
pikiran lain untuk mempertahankan dirinya kecuali dengan tangan kosong, hal ini secara
alamiah mengembangkan teknik - teknik bertarung dengan tangan kosong. Pada saat
kemampuan bertarung secara tangan kosong dikembangkan sebagai suatu cara untuk
menyerang dan bertahan, digunakan pula untuk membangun kekuatan fisik seseorang,
bahkan dijadikan pertunjukan dalam acara ritual. Manusia mempelajari teknik - teknik
bertarung didapat dari pengalaman nya melawan musuh - musuhnya. Inilah yang diyakini
menjadi dasar seni beladiri Taekwondo yang kita kenal sekarang, dimana pada masa
lampau dikenal sebagai 'Subak" , "Taekkyon", " Takkyon" , maupun beberapa nama
lainnya. Pada asal mula sejarah Semenanjung Korea , ada 3 suku bangsa / kerajaan yang
mempertunjukan kontes seni beladiri pada acara ritualnya. Ketiga kerajaan ini saling
bersaing satu sama lain, ketiganya adalah Koguryo, Paekje dan Silla, semuanya melatih
para ksatria untuk dijadikan salah satu kekuatan negara, bahkan para ksatria yang
tergabung dalam militer saat itu, menjadi warga negara yang mempunyai kedudukan
yang sangat terpandang. Menurut catatan , kelompok ksatria muda yang terorganisir
seperti " Hwarangdo" di Silla dan "Chouisonin " di Koguryo, semuanya menjadikan
latihan seni beladiri sebagai salah satu subyek penting yang harus dipelajari. Sebuah buku
3
tentang seni beladiri yang disebut " Muye Dobo Tongji " menyebutkan : " ( Taekwondo)
Seni pertarungan tangan kosong adalah dasar dari seni beladiri , yang membangun
kekuatan dengan melatih tangan dan kaki hingga menyatu dengan tubuh agar dapat
bergerak bebas leluasa, sehingga dapat digunakan saat menghadapi situasi yang kritis,
berarti ( Taekwondo ) dapat digunakan setiap saat ".
Koguryo's 'sonbae' dan Taekkyon
Koguryo yang berdiri pada 57 tahun seblem masehi di semenanjung Korea bagian utara,
membentuk kesatuan para ksatria tangguh yang disebut 'Sonbae', yang artinya laki - laki
yang bersifat baik dan tak pernah takut dalam bertarung / perang . Dalam buku sejarah
disebutkan bahwa saat Dinasti Chosun Kuno memerintah , tanggal 10 Maret setiap
tahunnya pada hari raya Koguryo, masyarakat merayakan nya dengan acara - acara
kontes tarian pedang, memanah, subak ( Taekkyon ) dan sebagainya. Kontes Subak
( Taekyon ) sebutan untuk Seni beladiri Taekwondo pada masa itu adalah salah satu
kegiatan yang sangat populer. Penemuan beberapa lukisan dinding makam pada masa
Koguryo, yang menggambarkan 2 orang yang saling bertarung dalam sikap Takkyon
( Taekwondo ), membuktikan bahwa seni beladiri yang sekarang kita kenal sebagai
Taekwondo telah dipraktekan sejak 2000 tahun yang lalu di Semenanjung Korea.
Gambar di atas adalah lukisan dinding yang ditemukan pada langit - langit kuburan
kerajaan Muyong - chong jaman dinasti Koguryo, yang menggambarkan 2 orang yang
sedang mempraktekkan beladiri ( Taekwondo kuno )
Shilla's 'Hwarang" dan Taekkyon
Kerajaan Shilla berdiri pada tahun 57 sebelum masehi di tenggara semenanjung Korea,
secara geografis tidak terancam dari luar, tetapi dengan berdirinya Kerajaan Pakje disisi
4
barat dan awal serbuan dari Koguryo dari utara maka Kerjaan Shilla mempersenjatai diri
dengan meningkatkan dengan kemampuan seni beladiri yang berkembang saat itu. "
Hwarangdo" adalah tipe beladiri dari Shilla yang merupakan asimilasi dari sistem beladiri
" Sonbae " dari Koguryo. Anggota - anggota Hwarang berlatih keras dengan
semboyannya yang terkenal yaitu bakti kepada orang tua, setia pada negara & bangsa,
pantang mundur dlm perang. Kim Yu Sin dan Kim Chun Chu adalah orang - orang yang
memberikan sumbangan besar bagi penyatuan 3 kerajaan di Semennajung Korea. Dalam
catatan peristiwa dari Chosun melukiskan kehidupan para Hwarang , sebutan bagi para
ksatria yang mempelajari Hwarangdo, para hwarang diseleksi oleh kerajaan , dan
setelahnya mereka hidup dan berkumpul dalam kelompok menurut yang mereka pelajari,
seperti Subak ( bentuk dari Taekwondo kuno ), bermain pedang, berkuda dan bermain "
Sirum" / gulat gaya Korea. Diwaktu damai, hwarang bekerja melayani masyarakat,
membantu keadaan darurat dan membangun jalan & benteng, siap mengorbankan
hidupnya saat berperang. Hwarang sangat dipengaruhi oleh disiplin agama Budha, dapat
dilihat di Kyonju Museum sangat jelas ditunjukan bahwa seni beladiri ini dipraktekan di
kuil - kuil, digambarkan dengan adegan laki - laki yang tampak kuat dalam sikap
menyerang dan bertahan dengan tangan kosong. Sikap yang ditampilkan sangat menarik
adalah sikap Kumgang Yoksa yang sama dengan sikap pada beladiri Taekwondo
sekarang . Ini membuktikan bahwa pada masa kerajaan Shilla " Subak" dan "Taekkyon"
tampak / muncul bersamaan , dan keduanya menandakan bahwa teknik - teknik tangan
dan kaki tersebut dipakai dalam Taekwondo sekarang ini.
Gambar di atas adalah patung 2 ksatria yang sedang dalam pose / sikap beladiri
Kumgang
5
Yoksa, yang terdapat pada gua Sokkuram di Kyongju, yang berasal dari abad ke 7.
Taekkyon dari Koguryo ke Shilla
Seni bela diri Taekkyon yang populer di Koguryo, ternyata tertulis juga di Shilla,
dibuktikan dengan : i. "Hwarang " ( Sonrang ) di Shilla mempunyai arti kata yang sama
dengan "Sonbae" di Koguryo jika ditinjau dari sudut etymology. ii. Keduanya memiliki
sistem organisasi dan hirarki yang sama. iii. Menurut catatan sejarah, Sonbae di Koguryo
digunakan dalam kompetisi Taekkyon saat perayaan nasional, hwarang di Shilla juga
memainkan Taekkyon ( Subak,dokkyoni, atau taekkoni ) dalam perayaan seperti
"palkwanhoe" dan "hankawi", hal ini menunjukkan perkembangan secara sistematis
teknik beladiri kuno ke Taekkyon / Sonbae yang menjadi dasar seni beladiri di Korea
sekitar 200 tahun sesudah masehi. Mulai abad ke 4 sesudah masehi seni beladiri ini
makin memasyarakat dan berkembang melalui sekolah / perguruan seni beladiri dengan
berbagai kelompok teknik tangan kosong dan kaki.
2. Masa Pertengahan
Pada Dinasti Koryo ( 918 sampai 1392 Masehi ) yang mana penyatuan Semenanjung
Korea setelah Shilla, Taekkyon berkembang sangat sistematis dan merupakan mata ujian
penting untuk seleksi ketentaraan. Teknik Taekkyon tumbuh menjadi senjata yang efektif
untuk membunuh. Pada permulaan Dinasti Koryo, kemampuan beladiri menjadi
kualifikasi untuk merekrut personel ketentaraan sebab kerajaan membutuhkan
kemampuan pertahanan yang kuat setelah penaklukan seluruh semenanjung Korea.
Kemampuan dalam beladiri Taekkyon sangat menentukan pangkat seseorang dalam
ketentaraan. Raja - raja pada dinasti Koryo sangat tertarik pada kontes Taekkyon yang
disebut "Subakhui", yang populer juga dimasyarakat dan dijadikan ajang perekrutan
tentara. Namun pada akhir pemerintahan Dinasti Koryo ketika penggunaan senjata api
mulai dikenal , membuat dukungan terhadap kemajuan beladiri berkurang jauh.
3. Masa Modern
Pada masa modern Korea , saat Dinasti Chosun ( Yi ) pada tahun 1392 sampai 1910,
Kerajaan Korea dan Jaman penjajahan Jepang sampai tahun 1945, Subakhui dan
6
Taekkyon, sebutan Taekwondo pada saat itu mengalami kemunduran dan tidak mendapat
dukungan dari pemerintah yang memodernisasi tentaranya dengan senjata api. Dinasti Yi
yang didirikan dalam ideologi Konfusius , lebih mementingkan kegiatan kebudayaan
daripada seni beladiri. Kemudian , saat raja Jungjo setelah invasi oleh Jepang pada tahun
1952, pemerintah kerajaan membangun kembali pertahanan yang kuat dengan
memperkuat latihan ketentaraan dan praktek seni beladiri. Seputar periode ini, terbit
sebuah buku tentang ilustrasi seni bela diri yang diber judul Muyedobo - Tonji, yang
memuat gambar - gambar dan ilustrasi yang mirip / menyerupai bentuk / sikap ( Poomse )
dan Gerakan Dasar ( Basic Movement ) Taekwondo sekarang, namun tentunya hal ini tak
dapat diperbandingkan begitu saja dengan Taekwondo saat ini yang telah dimodernisasi
dengan penelitian yang berdasarkan ilmu pengetahuan modern ( Scientific Studies). Akan
tetapi , saat penjajahan Jepang semua kesenian rakyat dilarang termasuk Taekkyon, untuk
menekan rakyat Korea. Seni beladiri Taekkyon hanya diajarkan secara sembunyi oleh
para master beladiri sampai masa kemerdekaan pada tahun 1945.
4. Masa Sekarang
Seiring dengan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, konsep baru tentang
kebudayaan dan tradisi mulai bangkit. Banyak para ahli seni beladiri mendirikan
sekolah / perguruan beladiri . Dengan meningkatnya populasi dan hubungan kerjasama
yang baik antar perguruan beladiri, akhirnya diputuskan menyatukan berbagai nama seni
beladiri mereka dengan sebutan : Tae Kwon Do, pada tahun 1954. Pada 16 September
1961 sempat berubah menjadi Taesoodo namun kembali menjadi Taekwondo dengan
organisasi nasionalnya bernama Korea Taekwondo Association ( KTA ) pada tanggal 5
Agustus 1965, dan menjadi anggota Korean Sport Council. Pada era tahun 1965 sampai
1970 an , KTA banyak menyelenggarakan berbagai acara pertandingan dan demonstrasi
untuk berbagai kalangan pada skala nasional. Taekwondo berkembang dan menyebar
dipelbagai kalangan, hingga diakui sebagai disiplin / program resmi oleh Pertahanan
Nasional Korea , menjadi olahraga wajib bagi tentara dan polisi. Tentara Korea yang
berpartisipasi dalam perang Vietnam dibekali keahlian Taekwondo, pada saat itulah
Taekwondo mendapatkan perhatian besar dari dunia. Nilai lebih ini menjadikan
Taekwondo dinyatakan sebagai olahraga nasional Korea. Pada tahun 1972, Kukkiwon
7
didirikan, sebagai markas besar Taekwondo, hal ini menjadi penting bagi pengembangan
Taekwondo keseluruh dunia. Kejuaran dunia Taekwondo yang pertama diadakan pada
tahun 1973 di Kuk Ki Won,Seoul ,Korea Selatan, sampai saat ini kejuaraan dunia rutin
dilaksanakan setiap 2 tahun sekali. Disamping itu , untuk meningkatkan kualitas
Instruktur Taekwondo diseluruh dunia, Kukkiwon membuka Taekwondo Academy, yang
mulai tahun 1998 telah membuka Program pelatihannya bagi Instruktur Taekwondo dari
seluruh dunia. Kuk Ki Won, sebagai markas besar Taekwondo Dunia, disinilah pusat
penelitian dan pengembangan Taekwondo, Pelatihan para Instruktur , sekretariat promosi
ujian tingkat internasional. Pada 28 Mei 1973, The World Taekwondo Federation
( WTF ) didirikan, dan sekarang telah mempunyai 156 negara anggota dan Taekwondo
telah dipraktekan oleh lebih dari 50 juta orang diseluruh penjuru dunia, dan angka ini
masih terus bertambah seiring perkembangan Taekwondo yang makin maju dan populer.
Taekwondo telah dipertandingkan diberbagai pertandingan multi even diseluruh dunia ,
dan Taekwondo telah dipertandingkan sebagai ekshibisi pada Olympic Games 1988
Seoul dan telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di Olympic Games 2000,
Sydney.
Kukkiwon , World Taekwondo Headquaters
Seoul , Korea Selatan
Sejarah Singkat Taekwondo Indonesia
8
Taekwondo mulai berkembang di Indonesia pada tahun 70-an , dimulai aliran
Taekwondo yang berafiliasi ke ITF ( International Taekwondo Federation ) yang pada
waktu itu bermarkas besar di Toronto Kanada, aliran ini dipimpin dan dipelopori oleh
Gen. Choi Hong Hi, kemudian berkembang juga aliran Taekwondo yang berafiliasi ke
WTF ( The World Taekwondo Federation ) yang berpusat di Kukkiwon, Seoul, Korea
Selatan dgn Presiden Dr. Un Yong Kim .
Pada waktu itu, di Indonesia kedua aliran ini yang masing - masing mempunyai
organisasi ditingkat nasional yaitu Persatuan Taekwondo Indonesia ( PTI ) yg
berafiliasi ke ITF dipimpin oleh Letjen. Leo Lopolisa dan Federasi Taekwondo
Indonesia ( FTI ) yg berafiliasi ke WTF dipimpin oleh Marsekal Muda Sugiri .
Melihat prospek perkembangan didunia olahraga International dan Nasional , maka
Tanggal 28 maret 1981 terjadi penyatuan kedua organisasi Taekwondo tersebut, menjadi
organisasi baru yang disebut Taekwondo Indonesia dan dipimpin oleh Leo Lopolisa
sebagai Ketua Umumnya, sedangkan struktur organisasi ditingkat nasionalnya disebut
PBTI ( Pengurus Besar Taekwondo Indonesia ) dan berpusat di Ibukota negara Jakarta.
Munas Taekwondo Indonesia I pada Tanggal 17 - 18 September 1984 menetapkan
Letjen. Sarwo Edhie Wibowo ( Alm. ) sebagai Ketua Umum Taekwondo Indonesia
periode 1984 - 1988, maka era baru Taekwondo Indonesia yang bersatu dan kuat dimulai.
Selanjutnya Taekwondo Indonesia sempat dipimpin oleh Bpk.Soeweno,
Bpk.Harsudiyono Hartas, Bpk.Suharto dan sekarang Bapak Letjen TNI ( Purn.) Erwin
Sudjono,SH.
Kini Taekwondo Indonesia telah berkembang di seluruh propinsi di Indonesia dan diikuti
oleh lebih dari 500.000 anggota yang sebagian besar masih aktif berlatih di dojang –
dojang. Taekwondo telah dipertandingkan sebagai cabang olahraga resmi di arena PON
dan banyak atletnya yang pernah berjaya membela negara serta mengharumkan nama
bangsa di berbagai event International.
Arti Lambang Tae Kwon Do Indonesia
9
ARTI LAMBANG TAEKWONDO INDONESIA
PERISAI BULAT
melambangkan kebulatan tekad dan keteguhan hati untuk membela persatuan dan
kesatuan yang utuh dan bulat dari Taekwondo Indonesia .
Kepalan tangan dengan lima jari – jemarinya
melambangkan semangat perjuangan, keuletan dan ketekunan serta pantang menyerah.
Warna hitam
melambangkan suatu kekuatan atau ketahanan.
Warna kuning
melambangkan kemuliaan dan kesejahteraan.
Warna Merah Putih
melambangkan kedaulatan Republik Indonesia
STUDENT'S OATH
1. I shall observe the tenets of Taekwondo
2. I shall respect the instructor and seniors
3. I shall never misuse Taekwondo
4. I shall be a champion of freedom and justice
5. I shall build a more peaceful world
Janji Siswa
Saya akan menjalankan azas-azas Taekwondo.
10
Saya akan menghomati Instruktur dan para Senior.
Saya tidak akan menyalahgunakan Taekwon-Do
Saya akan menjadi pembela kebenaran dan keadilan.
Saya akan membangun dunia lebih damai.
THE TENETS OF TAEKWON-DO
Taekwon-Do Jungshin
Azas-Azas Taekwon-Do
TAEKWON-DO AIMS TO ACHIEVE
Taekwon-Do bertujuan untuk meraih :
Courtesy - Ye Ui – Budi Pekerti
Integrity - Yom Chi - Kejujuran
Perseverance - In Nae - Kesabaran
Self-Control - Guk Gi – Pengendalian Diri
Indomitable Spirit - Baekjul Boolgool – Semangat Pantang Menyerah
JANJI TAEKWONDO INDONESIA
Kami Taekwondo Indonesia Berjanji :
1 Menjunjung Tinggi Nama Bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
2. Mentaati Azas-azas Taekwondo Indonesia
3. Menghormati Pengurus, Pelatih, Senior, dan Sesama Taekwondoin dalam
Mengembangkan Taekwondo Indonesia
4. Selalu Berlaku Jujur dan Bertanggung Jawab, didalam Menjaga Nama Baik
Taekwondo Indonesia
5. Menjadi Pembela Keadilan dan Kebenaran
AZAS – AZAS TAEKWONDO
Filosofi Taekwondo, mungkin dapat disimpulkan dengan baik melalui filosofi Hongik-
Ingan; cinta damai, semangat integritas, membela kebenaran dan rasa tanggung jawab
11
yang tinggi. Filosofi ini, terwakili dalam Azas Taekwondo, yang didasarkan pada prinsip-
prinsip Hwarang-Do.
KESOPANAN / COURTESY (Ye ui) : Bersikap Sopan dan Menghormati
Kesopanan, mengedepankan saling pengertian, keharmonisan, kedamaian, kerendah-
hatian, kerjasama, hormat-menghormati, dan rasa keadilan. Kesopanan (Courtesy) dapat
terlihat pada :
Politeness (Sopan Santun) : mengucapkan “tolong” dan “terimakasih”, membuka
/menutup pintu bagi orang lain, dan meminta tolong ketimbang menyuruh.
Mampu membawa diri dalam urutan Tingkatan Sabuk (Distinction of Roles) :
Cara kita berbicara atau bertindak kepada senior, orang tua atau Guru; dan juga
cara kita menyayangi dan peduli kepada junior.
Memikirkan orang lain( Consideration of Others) : Selalu berusaha untuk peduli
bagaimana perasaan orang lain atau bagaimana pendapat orang lain dalam ucapan
maupun tindakan kita. Dan memperlakukan orang lain dengan baik dan sopan.
Memberi pujian atau menghormati orang lain (Compliment/Honor Others)
Memaafkan orang lain / memaafkan kesalahan yang tidak berarti.
Rasa Hormat (Deference) : Mendahulukan orang lain, jika hal itu akan sangat
menolong orang tersebut, dan juga menunjukkan rasa hormat kita.
Kebaikan (Generosity) : Memberi sesuatu kepada orang lain dengan atau tanpa
diminta.
INTEGRITAS / INTEGRITY (Yom Chi) Selalu menegakkan Kebenaran
Dalam Taekwondo, kita harus dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
dan kita harus mempunyai kesadaran akan kedua hal tersebut. Kita harus selalu
mengikuti kata hati dan nilai-nilai yang ada dalam diri dan juga dalam lingkungan tempat
tinggal kita dengan tindakan yang konsisten. Jika kita menerapkan integritas dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam pergaulan dengan orang lain, orang-orang akan belajar
12
menghargai diri kita sebagai orang yang dapat diandalkan, bertanggungjawab, dan jujur.
Integritas dapat dilihat pada :
Kejujuran (Honesty) : Jujur pada diri sendiri dan orang lain
Konsisten (Consistency) : Konsisten dalam ucapan maupun tindakan dalam
kehidupan sehari-hari
Kesetiaan (Loyalty) : Setia kepada orang lain, baik itu keluarga, teman, senior,
junior, Negara dan lain-lain.
Taat kepada nilai- nilai yang berlaku (Adherence to a standard of Values) : Selalu
membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Belajar dari kesalahan (Learning from mistakes) : Menggunakan kesalahan yang
telah kita buat sebagai alat untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.
KETEKUNAN ATAU KEKERASAN HATI /PERSEVERANCE (In Nae)
Ketekunan adalah syarat yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan. Sukses
mendatangi mereka yang tidak pernah menyerah. Ketekunan membutuhkan banyak usaha
didalam mencapai sesuatu yang besar. Sejumlah besar kepuasan pribadi dapat diperoleh
melalui pertumbuhan, penguasaan, dan pengetahuan yang didapatkan dari banyaknya
latihan serta komitmen untuk mencapai tujuan. Ketekunan dapat dilihat pada :
Kesabaran (Patience) : Kemampuan untuk bersikap tenang ketika situasi menjadi
sulit / keras.
Fokus pada Tujuan (Focus on goals) : Menanamkan pada pikiran kita apa yang
akan kita capai.
Mengatasi Hambatan (Overcoming Obstacles) : Selalu berusaha mengatasi
halangan / rintangan yang ada dalam mencapai tujuan ketika situasi yang sulit
datang.
Mengikuti Keyakinan (Following your Convictions) : Mengetahui dan melakukan
apa yang kita yakini kebenarannya.
PENGENDALIAN DIRI/SELF CONTROL (Guk Gi)
13
Hilangnya pengendalian diri didalam latihan dapat mengakibatkan cidera bagi diri sendiri
dan orang lain. Kemampuan kita untuk beradaptasi terhadap lingkungan dan mengenali
kemampuan kita juga dapat disebut pengendalian diri (Self Control). Ketidakmampuan
untuk hidup dengan kemampuan yang kita miliki menunjukkan kurangnya pengendalian
diri, contoh : sewaktu sparring (kyorugi), seseorang tidak dapat mengontrol tendangannya
kearah muka, tetapi tetap melakukannya, hal ini dapat mengakibat konsekuensi yang
berbahaya. Jika kita dapat mengendalikan diri kita (dalam hal ini teknik) maka kita tidak
perlu mengucapkan kata “Maaf, tadi saya salah” kepada orang lain. Self Control dapat
dilihat pada :
Pengendalian (Restraint) : Cara kita mengontrol tindakan kita ketika kesal atau
marah.
Disiplin (Discipline) : Kemampuan untuk tetap focus dan konsisten pada tujuan,
dan konsisten dengan tindakan dalam mencapai tujuan.
Penguasaan Diri (Self-Mastery) : Kontrol terhadap kata-kata dan tindakan
Kebijaksanaan (Discretion) : Tidak berbicara atau bertindak yang dapat menyakiti orang
lain.
Kekuatan Kemauan (Will Power) : Mempunyai kekuatan, keinginan dan sikap
untuk melakukan sesuatu bahkan dalam situasi yang sulit sekalipun.
Martabat / Kehormatan (Dignity) : Menjaga Martabat diri sendiri.
SEMANGAT PANTANG MENYERAH (Baekjul Boolgol)
Semangat pantang menyerah juga dapat berarti berani menegakkan keadilan, tanpa
mempedulikan apa kata orang lain. Dapat juga berarti mempunyai keberanian untuk
menjadi diri sendiri setiap waktu, dan melakukan apa yang menurut kita benar dengan
mengabaikan tekanan dari orang lain yang berusaha menghalangi.
Semangat pantang menyerah ini juga berarti kita mempunyai semangat yang kuat, yang
tidak dapat dihancurkan atau disingkirkan oleh kesengsaraan / kesusahan atau halangan
yang merintangi
14
POOMSE TAE GEUK
APAKAH POOMSE ITU?
Poomse berasal dari dua kata, yaitu poom dan se, yang berarti rangkaian bentuk gerakan.
Poomse adalah sistem metode latihan taekwondo dalam praktek menyerang dan bertahan
menghadapi lawan yang imajiner. Poomse terdiri dari variasi berbagai bentuk sikap kuda-
kuda, tendangan, pukulan, tangkisan, dan sebagainya yang didasari oleh prinsip-prinsip
filososfi timur yang mendalam. Poomse merupakan pelajaran pokok dalam latihan
TaeKwonDo yang dibagi dua, yaitu poomse yang diperuntukkan bagi yang belum
mencapai tingkatan sabuk hitam (Tae Geuk I s.d VIII) dan poomse bagi tingkatan sabuk
hitam (Koryo s.d Ilyo).
GARIS DIAGRAM DAN GERAKAN POOMSE TAE GEUK
Dalam mempelajari dan mempratekkan poomse, kita harus mengetahui diagram dan arah
gerakannya. Garis diagram dan arah gerakan Poomse Tae Geuk berasal dari simbol-
simbol filosofi timur yang disebut Pal Gwe (diagram segi delapan atau Pat Kwa atau
Octagon), sehingga Poomse Tae Geuk berjumlah delapan, mewakili setiap sisi dari Pal
Gwe.
TUJUAN DAN MANFAAT MEMPELAJARI POOMSE
Pal Gwe yang menjadi dasar diagram dan arah gerakan mempunyai perbedaan arti pada
setiap sisinya. Demikian pula halnya dengan poomse. Setiap poomse mengandung
perbedaan teknik gerakan serangan dan pertahanan serta menggambarkan filosofi
kehidupan yang berbeda-beda. Saat mempratekkan poomse, kita mempelajari bagaimana
mengontrol pernapasan, keseimbangan, keluwesan, dan kelenturan, ketangkasan serta
pengaturan tenaga. Selain itu, kita harus mampu memusatkan pikiran dan konsentrasi
pada setiap gerakan. Poomse, jika dipelajari dengan baik dan benar, akan sangat
15
bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan gerak dan otot, kondisi tubuh, juga
menimbulkan semangat serta rasa percaya diri yang kuat.
PEDOMAN UNTUK MEMPELAJARI DAN MEMPRATEKKAN POOMSE
a. Gerakan dimulai dan berakhir pada titik atau posisi yang sama. Untuk itu diperlukan
ketepatan posisi badan, langkah, arah, dan gerakan agar dapat kembali ke posisi awal.
b. Kontrol ditunjukan pada penyaluran dan pengerahan tenaga secara benar karena ada
berbagai perbedaan pengerahan tenaga.
c. Perhatikan perbedaan kecepatan pada setiap gerakan, tidak semua gerakan dilakukan
dengan cepat.
d. Setiap langkah harus dilakukan dengan kostan (tetap), baik keseimbangan, lebar dan
panjang langkah.
e. Pelajari dengan benar pengaturan napas dan teriakan (kihap)
f. Lakukan setiap teknik gerakan setepat mungkin dan bayangkan seperti menghadapi
lawan yang sesungguhnya.
g. Pelajari dulu satu poomse dengan baik, barulah mempelajari poomse yang lain.
Latihlah setiap poomse setiap hari, sehingga anda semakin mahir.
POOMSE TAEGEUK
Poomse Tae Geuk adalah poomse dasar dalam TaeKwonDo. Tae Geuk mewakili filfasat
timur yang mendalam pandangannya terhadap alam semesta dan kehidupan.
Tae berarti “keagungan” dan Geuk berarti “keabadian”. Dengan demikian, tae geuk tidak
berbentuk, tanpa permulaan dan akhir. Sekalipun demikian, segala sesuatu berawal dari
keagungan dan keabadian (tae geuk). Poomse Tae Geuk terdiri dari delapan poomse,
yang masing-masing mewakili watak atau karakter manusia, unsur-unsur yang ada di
dunia, dan prinsip-prinsip filosofi timur yang terdapat dalam Buku Perubahan. Kedelapan
unsur (Pal Gwe) tersebut adalah keon, tae, ri, jin, seon, gam, gan, dan gon, yang mewakili
berbagai unsur yang ada di alam semesta, yaitu surga dan atau langit, air yang tenang dari
16
telaga, air yang mengalir, api, matahari, cahaya, guntur dan kilat, angin, kayu, gunung
dan bukit, serta bumi. Pal Gwe juga mewakili delapan penjuru mata angin serta pengaruh
lima elemen, yaitu logam, air, kayu, api, dan tanah (bumi). Diyakini bahwa setiap unsure
tersebut berkaitan dengan proses pembentukan dan penghancuran muka bumi. Tae Geuk
mengikuti hukum alam yang disebut Teori Ying-Yang (Im-Yang), atau di korea dikenal
dengan nama Um-Yang.
1. Keon mewakili prinsip Taegeuk-1
2. Tae mewakili prinsip Taegeuk-2
3. Rhi mewakili prinsip Taegeuk-3
4. Jhin mewakili prinsip Taegeuk-4
5. Seon mewakili prinsip Taegeuk-5
6. Gham mewakili prinsip Taegeuk-6
7. Ghan mewakili prinsip Taegeuk-7
8. Ghon mewakili prinsip Taegeuk-8
Pal Gwe mewakili berbagai unsur yang ada di alam semesta, yaitu :
1. Surga/Langit
2. Air (yang tenang seperti telaga)
3. Air (yang mengalir)
4. Api
5. Matahari
6. Cahaya
7. Guntur & Kilat
8. Angin
9. Kayu
10. Gunung & Bukit
11. Bumi
Palgwe juga mewakili “Delapan penjuru Mata angin” serta pengaruh lima elemen, yaitu :
1. Logam
17
2. Air
3. Kayu
4. Api
5. Tanah (Bumi)
Taegeuk mengikuti hukum alam yang disebut Teori “Ying-Yang (Im-Yang). Atau di
Korea dikenal dengan nama Um-Yang.
LAMBANG DAN BENTUK DIAGRAM PAL GWE
Simbol keselarasan alam semesta. Keselarasan tercipta karena keseimbangan antara dua
kekuatan yang berlawanan, yaitu Um-Yang.
Taegeuk 1 Jang
Taegeuk 1 Jang represents the symbol of “Keon”, one of the 8 Kwaes (divination signs),
which means the heaven and “yang”. As the “Keon” symbolizes the beginning of the
creation of all things in the universe, so does the Taegeuk 1 Jang in the training of
Taekwondo. This poomsae is characterized by its easiness in practicing, largely
consisting of walking and basic actions, such as arae-makki, momtong-makki, momtong-
jireugi, and ap-chagi. The 8th Kup-grade trainees practice this poomsae.
Taegeuk 1 Jang mewakili simbol "Keon", salah satu dari 8 Kwaes (ramalan tanda-tanda),
yang berarti surga dan "yang". Sebagai "Keon" melambangkan awal penciptaan segala
sesuatu di alam semesta, demikian juga Taegeuk 1 Jang dalam pelatihan
Taekwondo. Poomsae ini dicirikan oleh kemudahan dalam berlatih, sebagian besar terdiri
dari berjalan dan tindakan dasar, seperti arae-makki, momtong-makki, momtong-jireugi,
dan ap-chagi. Kup-8 / sabuk Kuning Strip mempraktekkan poomsae ini.
Taegeuk 2 Jang
Taegeuk 2 Jang symbolizes the “Tae”, one of the 8 divination signs, which signifies the
inner firmness and the outer softness. An introduction of the olgul jireugi is a new
development of Taegeuk poomsae. The ap chagi actions appear more frequently than in
Taegeuk 1 Jang. The 7th Kup-grade trainees practice this poomsae.
18
Taegeuk 2 Jang melambangkan "Tae", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang berarti
ketegasan batin dan kelembutan luar. Pengantar dari olgul jireugi adalah perkembangan
baru Taegeuk poomsae. Gerakan ap chagi muncul lebih sering daripada dalam Taegeuk 1
Jang. Kup-7 / sabuk Hijau mempraktekkan poomsae ini.
Taegeuk 3 Jang
Taegeuk 3 Jang symbolizes the “Ree”, one of the 8 divination signs, which represents
“hot and bright”. This is to encourage the trainees to harbor a sense of justice and ardor
for training. A successful accomplishment of this poomsae will give the trainees a
promotion to a blue belt. New actions are sonnal mok chigi, sonnal makki and the
dwitkubi stance. This poomsae is characterized by successive makki and jireugi, chagi
and continued jireugi. Emphasis is laid on the counterattacks against the opponent’s
attack. The 6th Kup-grade trainees can practice this poomsae.
Taegeuk 3 Jang melambangkan "Ree", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang
mewakili "panas dan terang". Hal ini untuk mendorong peserta pelatihan untuk menaruh
rasa keadilan dan semangat untuk pelatihan. Pencapaian sukses poomsae ini akan
memberikan peserta pelatihan promosi ke sabuk biru. Gerakan baru seperti sonnal mok
chigi, sonnal makki dan sikap dwitkubi. Poomsae ini dicirikan oleh berturut-turut makki
dan jireugi, chagi dan berturut-turut jireugi. Penekanan diletakkan pada serangan balasan
terhadap serangan lawan. Kup-6 / sabuk Hijau strip dapat berlatih poomsae ini.
Taegeuk 4 Jang
Taegeuk 4 Jang symbolizes the “Jin”, one of the 8 divination signs, which represents the
thunder, meaning great power and dignity. New techniques are sonnal momtong makki,
pyonsonkkeut tzireugi, jebipoom mok chigi, yop chagi, momtong bakkat makki,
deungjumeok olgul apchigi. It is characterized by various movements in preparation for
the kyorugi and lots of dwitkubi seogi cases. The 5th Kup-grade trainees practice this
poomsae.
Taegeuk 4 Jang melambangkan "Jin", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang
mewakili guntur, yang berarti kekuatan besar dan bermartabat. Teknik baru seperti sonnal
momtong makki, pyonsonkkeut tzireugi, jebipoom mok chigi, yop chagi, momtong
bakkat makki, deungjumeok olgul apchigi. Hal ini ditandai oleh berbagai gerakan dalam
19
persiapan untuk kyorugi dan banyak kasus dwitkubi seogi. Kup-5 / sabuk Biru
mempraktekkan poomsae ini.
Taegeuk 5 Jang
Taegeuk 5 Jang symbolizes the “Son”, one of the 8 divination signs, which represents the
wind, meaning both mighty force and calmness according to its strength and weakness.
New movements are mejumeok naeryochigi, palkup dollyochigi, palkup pyojeokchigi and
such stances as kkoaseogi, wenseogi and oreunseogi. This is characterized by the
successive makki such as araemakki and momtongmakki and also the chigi by tumbling
after jumping. The 4th Kup-grade trainees practice this poomsae.
Taegeuk 5 Jang melambangkan "Son", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang
mewakili angin, yang berarti kedua kekuatan perkasa dan ketenangan sesuai dengan
kekuatan dan kelemahan. Gerakan-gerakan baru mejumeok naeryochigi, palkup
dollyochigi, palkup pyojeokchigi dan posisi kuda-kuda seperti kkoaseogi, wenseogi dan
oreunseogi. Hal ini ditandai oleh Makki berturut-turut seperti araemakki dan
momtongmakki dan juga Chigi yang jatuh setelah melompat. Kup-4 / sabuk Biru strip
mempraktekkan poomsae ini.
Taegeuk 6 Jang
Taegeuk 6 Jang symbolizes the “Kam”, one of the 8 divination signs, which represents
water, meaning incessant flow and softness. New movements are hansonnal olgul bitureo
makki, dollyo chagi, olgul bakkat makki, arae hecho makki, and batangson momtong
makki. One should be careful to make the kicking foot land on the ground correctly after
dollyo chagi and to lower the hand by a palm’s length at the time of delivering a
batangson momtong makki lower than in the palmok makki. This is practiced by the 3rd
Kup-graders.
Taegeuk 6 Jang melambangkan "Kam", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang
mewakili air, yang berarti mengalir terus-menerus dan kelembutan. Gerakan-gerakan
baru yang hansonnal olgul bitureo makki, dollyo chagi, olgul bakkat makki, arae hecho
makki, dan batangson momtong makki. Peserta latihan harus berhati-hati untuk membuat
kaki menendang dan mendarat tanah dengan benar setelah dollyo chagi dan untuk
menurunkan telapak tangan pada saat melakukan batangson momtong makki lebih rendah
daripada di palmok makki. Poomsae ini dilakukan oleh Kup-3 / sabuk Merah.
20
Taegeuk 7 Jang
Taegeuk 7 Jang symbolizes the “Kan”, one of the 8 divination signs, which represents
the mountain, meaning ponderosity and firmness. New movements are sonnal araemakki,
batangson kodureomakki, bojumeok kawimakki, mureupchigi, momtong hechomakki,
dujumeok jeocho jireugi, arae otkoreo makki, deungjumeok bakkat chigi, pyojeok chagi,
yop jireugi and such stances as beomseogi and juchumseogi. Smooth connection of
movement is important for training. The 2nd Kup-graders practice this poomsae.
Taegeuk 7 Jang melambangkan "Kan", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang
mewakili gunung, yang berarti berat dan tegas. Gerakan-gerakan baru sonnal araemakki,
batangson kodureomakki, bojumeok kawimakki, mureupchigi, momtong hechomakki,
dujumeok jeocho jireugi, arae otkoreo makki, deungjumeok bakkat chigi, pyojeok chagi,
yop jireugi dan berbagai sikap seperti beomseogi dan juchumseogi. Sambungan halus
gerakan sangat penting untuk pelatihan. Kup-2 / sabuk Merah strip mempraktekkan
poomsae ini.
Taegeuk 8 Jang
Taegeuk 8 Jang symbolizes the “Kon”, one of the 8 divination signs, which represents
“Yin” and earth, meaning the root and settlement and also the beginning and the end.
This is the last of the 8 Taegeuk poomsaes, which may enable the trainees to undergo the
Dan (black belt) promotion test. New movements are dubal dangseong apchagi, momtong
kodureo bakkatmakki, arae kodureo makki, twiochagi, and palkup dollyochigi. Emphasis
must be laid on the accuracy of stepping and the difference between jumping-over kick
and dubal dangseong (alternate jumping kick in the air). The 1st Kup-grade trainees
practice this poomsae.
Taegeuk 8 Jang melambangkan "Kon", salah satu dari 8 ramalan tanda-tanda, yang
mewakili "Yin" dan bumi, yang berarti akar dan penyelesaian dan juga awal dan
akhir. Ini adalah yang terakhir dari 8 Taegeuk poomsae, yang dapat memungkinkan
peserta pelatihan untuk menjalani tes promosi Dan (sabuk hitam). Gerakan baru Dubal
dangseong apchagi, momtong kodureo bakkatmakki, arae kodureo makki, twiochagi, dan
palkup dollyochigi. Penekanan harus diletakkan pada keakuratan melangkah dan
perbedaan antara tendangan melompat dan Dubal dangseong (bergantian melompat
menendang di udara). Kup-1 / sabuk Merah strip dua mempraktekkan poomsae ini.
21
Poomsae Koryo
Koryo poomsae symbolizes “Seonbae”,which means a learned man, who is
characterized by a strong martial spirit as well as a righteous learned man’s spirit. The
spirit had been inherited through the ages of Koguryo, Palhae and down to Koryo, which
is the background of organizing the Koryo poomsae. The new techniques appearing in
this poomsae are kodeup-chagi, sonnal bakkat-chigi, hansonnal arae-makki, khaljaebi,
mureup kkukki, momtong hecho-makki, jumeok pyojeok-jireugi, pyonsonkkeut jeocho-
tzireugi, batangson nullo-makki, palkup yop-chagi, mejumeok arae pyojeok-chigi, etc,
which only black-belts can practice. The junbi-seogi is the tongmilgi which requires
mental concentration by positioning the hand between the upper abdomen and the lower
abdomen where “sin” (divine) and “jeong” (spirit) converge. The line of poomsae
represents the Chinese letter which means “seonbae” or “seonbi”, a learned man or a
man of virtue in the Korean language.
Koryo poomsae melambangkan "Seonbae", yang berarti orang terpelajar, yang dicirikan
oleh semangat juang yang kuat serta semangat terpelajar yang benar. Semangat tersebut
telah diwarisi selama berabad-abad dari Koguryo, Palhae dan turun ke Koryo, yang
merupakan latar belakang penyelenggaraan poomsae Koryo. Teknik baru yang muncul di
poomsae ini adalah kodeup-chagi, sonnal bakkat-chigi, hansonnal arae-makki, khaljaebi,
mureup kkukki, momtong hecho-makki, jumeok pyojeok-jireugi, pyonsonkkeut jeocho-
tzireugi, batangson nullo-makki, palkup yop-chagi, mejumeok arae pyojeok-Chigi, dll,
yang hanya sabuk hitam dapat berlatih. Junbi-seogi yang digunakan adalah tongmilgi
yang memerlukan mental konsentrasi dengan posisi tangan antara perut atas dan perut
bagian bawah di mana "sin" (ilahi) dan "jeong" (roh) menyatu. Garis poomsae mewakili
huruf Cina yang berarti "seonbae" atau "seonbi", seorang terpelajar atau seorang laki-laki
kebajikan di bahasa Korea.
Poomsae Keumgang
Keumgang (meaning diamond) has been significance of “hardness” and “ponderosity”.
The Mt. Keumgang on the Korean peninsula, which is regarded as the center of national
spirit, and the “Keumgang yoksa” (Keumgang warrior) as named by Buddha, who
represents a mightiest warrior, are the background of denominating this poomsae. New
techniques introduced in this poomsae are batangson teokchigi, hansonnal momtong
22
anmakki, Keumgangmakki, santeulmakki, kheundoltzeogi (large hinge), etc., and the
hakdariseogi. The poomsae line symbolizes a mountain displayed by the Chinese letter.
The movements should be powerful and well-balanced so as to befit black-belts’ dignity.
Keumgang (berarti berlian) telah diartikan "kekerasan" dan "berat". Gunung Keumgang
di semenanjung Korea, yang dianggap sebagai pusat semangat nasional, dan "Keumgang
yoksa" (pahlawan Keumgang) sebagaimana disebutkan oleh Buddha, yang mewakili
prajurit yang paling hebat, adalah latar belakang penamaan poomsae ini. Teknik-teknik
baru diperkenalkan dalam poomsae ini adalah batangson teokchigi, hansonnal momtong
anmakki, Keumgangmakki, santeulmakki, kheundoltzeogi (sendi besar), dll, dan
hakdariseogi. Garis poomsae yang melambangkan gunung yang ditampilkan oleh huruf
Cina. Gerakan harus kuat dan seimbang sehingga pantas dengan martabat sabuk hitam.
Poomsae Taebaek
Taebaek is the name of a mountain with the meaning of “bright mountain”, where
Tangun, the founder of the nation of Korean people, and the bright mountain symbolizes
sacredness of soul and Tangun’s thought of “hongik ingan” (humanitarian ideal). There
are numerous sites known as Taebaek, but Mt. Paektu, which has been typically know as
the cradle of Korean people, is the background of naming the Taebaek poomsae. New
techniques introduced in this poomsae are sonnal arae hechomakki, sonnal opeojapki
(grabbing), japhin sonmokppaegi (pulling out the caught wrist), Keumgang momtong-
makki, doltzeogi (hinge), etc. The line of poomsae is like a Chinese letter, which
symbolizes the bridge between the Heaven and the earth, signifying human beings
founded a nation by the Heaven’s order. The poomsae movements are largely composed
of momtongmakki and chigi.
Taebaek adalah nama sebuah gunung dengan arti "gunung terang", di mana Tangun,
pendiri bangsa orang Korea, dan gunung yang cerah melambangkan kesucian jiwa dan
pikiran Tangun dari "hongik ingan" (kemanusiaan yang ideal). Ada banyak tempat yang
dikenal sebagai Taebaek, tapi Gunung Paektu, yang telah biasanya dikenal sebagai
tempat lahir orang-orang Korea, adalah latar belakang penamaan Taebaek
poomsae. Teknik-teknik baru diperkenalkan pada poomsae ini adalah sonnal arae
hechomakki, sonnal opeojapki (menyambar), japhin sonmokppaegi (mencabut
23
menangkap pergelangan tangan), Keumgang momtong-Makki, doltzeogi (engsel), dll.
Garis poomsae seperti huruf Cina, yang melambangkan jembatan antara surga dan bumi,
yang menandakan manusia mendirikan sebuah bangsa oleh perintah Surga. Gerakan
poomsae ini sebagian besar terdiri dari momtongmakki dan chigi.
Poomsae Pyongwon
“Pyongwon” means a plain which is a vast stretched-out land. It is the source of life for
all the creatures and the field where the human beings live their life. The poomsae
Pyongwon was based on the idea of peace and struggle resulting from the principles of
origin and use. The new techniques introduced in this poomsae are palkup ollyochigi,
olgul kodureo yop-makki, dangkyo teokchigi, meongyechigi, hechosanteulmakki, etc. The
junbiseogi is the moaseogi wenkyopson (left over-lapping hands), which requires
concentration of force in the lower abdomen, the source of body strength, as the land is
the beginning and source of human life. The line of poomsae means the origin and
transformation of the plain.
"Pyongwon" berarti sebuah dataran yang terbentang luas. Ini adalah sumber kehidupan
untuk semua makhluk dan lapangan di mana manusia menjalani kehidupan.Poomsae
Pyongwon yang didasarkan pada gagasan perdamaian dan perjuangan yang dihasilkan
dari prinsip-prinsip asal-usul dan penggunaan. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan
dalam poomsae ini adalah palkup ollyochigi, olgul kodureo yop-makki, dangkyo
teokchigi, meongyechigi, hechosanteulmakki, dll. Junbiseogi adalah moaseogi
wenkyopson (tangan kiri berpangku di atas tangana kanan), yang membutuhkan kekuatan
konsentrasi di perut bagian bawah,sumber kekuatan tubuh, seperti tanah adalah awal dan
sumber kehidupan manusia. Garis poomsae berarti asal-usul dan transformasi dataran.
Poomsae Sipjin
The word “Sipjin” was derived from the thought of 10 longevity, which advocates there
are ten creatures of long life, namely, sun, moon, mountain, water, stone, pine tree, herb
of eternal youth, tortoise, deer and crane. They are two heavenly bodies, 3 natural
resources, two plants and 3 animals, all giving human being faith, hope and love. The
poomsae Sipjin symbolizes those things. The new techniques introduced in this poomsae
are hwangso-makki, sonbadak kodureo makki, bawimilgi(rock pushing), sonnaldeung
momtong hechomakki, kklyeolligi (lifting up), chetdarijireugi (fork shape jireugi), sonnal
24
otkereo araemakki, sonnaldeung momtongmakki, which counts 10. The Chinese letter
meaning ten is form of the poomsae line, which signifies an infinite numbering of the
decimal system and ceaseless development.
Kata "Sipjin" berasal dari pikiran dari 10 umur panjang, yang mana para pendukung ada
sepuluh makhluk hidup ber-umur panjang, yaitu, matahari, bulan, gunung, air, batu,
pohon cemara, ramuan pemuda yang kekal, kura-kura, rusa dan burung bangau. Mereka
adalah dua benda-benda langit, 3 sumber daya alam, dua tumbuhan dan 3 hewan, semua
memberikan iman, pengharapan dan kasih manusia. Poomsae Sipjin melambangkan hal-
hal itu. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini hwangso-Makki, sonbadak
kodureo Makki, bawimilgi (mendorong karang), sonnaldeung hechomakki momtong,
kklyeolligi (mengangkat), chetdarijireugi (jireugi berbentuk garpu), araemakki otkereo
sonnal, sonnaldeung momtongmakki, yang berjumlah 10. Huruf Cina berarti sepuluh
adalah bentuk garis poomsae, yang berarti suatu penomoran yang tak terbatas dari sistem
desimal dan pengembangan terus-menerus.
Poomsae Jitae
The word “Jitae” means a man standing on the ground with the two feet, looking over
the sky. A man on the earth represents the way of struggling for human life, such as
kicking, treading and jumping on the ground. Therefore, the poomsae symbolizes various
aspects occuring in the course of human being’s struggle for existence. The new
techniques introduced in this poomsae are hansonnal olgul-makki, keumgang momtong
jireugi, anpalmok kodureo makki and mejumeok yop pyojeok chigi only, and the poomsae
line signifies a man standing on the earth to spring up toward the heaven.
Kata "Jitae" berarti seorang pria yang berdiri di tanah dengan kedua kaki, memandang ke
langit. Seorang pria di bumi merupakan cara berjuang untuk kehidupan manusia, seperti
menendang, menginjak dan melompat di atas tanah. Oleh karena itu, poomsae
melambangkan berbagai aspek yang terjadi dalam program perjuangan manusia untuk
eksistensi. Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini hansonnal olgul-
makki, keumgang momtong-jireugi, anpalmok kodureo makki dan mejumeok yop
pyojeok-chigi saja, dan garis poomsae menandakan seorang pria yang berdiri di bumi
untuk bertumbuh ke arah langit.
Poomsae Chonkwon
25
The word “Chonkwon” means the Heaven’s Great Mighty, which is the origin of all the
creature and itself the cosmos. Its infinite competence signifies the creation, change and
completion. Human beings have used the name of Heaven for all principal earthly shapes
and meanings because they felt afraid of the Heaven’s mighty. Over 9,000 years ago, the
founder of the Korean people, “Chonkwon”, was meant by the heavenly king. He settled
down in the heavenly town as the capital near the heavenly sea and heavenly mountain,
where the Han people as the heavenly race gave birth to the proper thought and actions
from which Taekwondo was originated. The new techniques introduced in this poomsae
are nalgae pyogi (wing opening), sosumjumeok sosumchigi (knuckle protruding fist
springing chigi), hwidullomakki (swinging makki), hwidullo jabadangkigi (swing and
drawing), sonnaldeung wesanteul makki, keumgang yopjireugi, taesanmilgi, etc.. and a
crouched walking manner.
The characteristics of movements are large actions and arm actions forming gentle
curves, thus symbolizing the greatness of Chonkwon thought. The poomsae line “T”
symbolizes a man coming down from the heaven, submitting to the will of Heaven, being
endowed power by the Heaven and worshipping the Heaven, which means the oneness
between the Heaven and human being.
Kata "Chonkwon" berarti kebesaran kuasa Surga, yang merupakan asal dari semua
makhluk dan kosmos itu sendiri. Kompetensi yang tak terbatas menandakan penciptaan,
perubahan dan penyempurnaan. Manusia telah menggunakan nama langit untuk semua
bentuk dan makna duniawi yang pokok karena mereka merasa takut dengan kebesaran
Surga. Lebih dari 9.000 tahun yang lalu, pendiri bangsa Korea, "Chonkwon", yang
dimaksudkan dengan raja surgawi. Dia duduk di kota surgawi sebagai ibukota dekat laut
surgawi dan gunung surgawi, di mana orang-orang Han sebagai ras surgawi melahirkan
pikiran dan tindakan yang tepat darimana Taekwondo berasal. Teknik-teknik baru yang
diperkenalkan di poomsae ini adalah nalgae pyogi (pembukaan sayap), sosumjumeok
sosumchigi (chigi buku jari tangan menonjol memancar), hwidullomakki (makki
berayun), hwidullo jabadangkigi (ayunan dan penarikan), sonnaldeung wesanteul makki,
keumgang yopjireugi, taesanmilgi, dll . dan cara berjalan merunduk.
Karakteristik gerakan adalah gerakan yang besar dan gerakan lengan membentuk kurva
lembut, sehingga melambangkan kebesaran pemikiran Chonkwon. Garis poomsae "T"
26
melambangkan seorang laki-laki turun dari langit, tunduk kepada kehendak Tuhan, yang
diberkahi kekuasaan oleh Surga dan menyembah Surga, yang berarti kesatuan antara
Tuhan dan manusia.
Poomsae Hansu
The word “Hansu” means water which is the source of substance preserving the life and
growing all the creatures. Hansu symbolizes birth of a life and growth, strongness and
weakness, magnanimity, harmony, and adaptability. Especially, “han” has the various
meanings, namely, the name of a country, numerous, largeness, evenness, longness, even
the heaven, and the root of everything among others. Above all, the nature of water
characterized by unbreakability and flexibility, in addition to all of the above
significances, is the background of organizing this poomsae.
The new techniques introduced in this poomsae are sonnaldeung momtong hecho makki,
mejumeok yangyopkuri (both flanks) chigi, kodureo khaljaebi, anpalmok arae pyojeok
makki, sonnal keumgang makki, etc., and also modumbal as a stance. Actions should be
practiced softly like water but continuously like a drop of water gathering to make the
ocean. The poomsae line symbolizes the Chinese letter which means water.
Kata "Hansu" berarti air yang merupakan sumber zat melestarikan kehidupan dan
pertumbuhan semua makhluk. Hansu melambangkan kelahiran hidup dan pertumbuhan,
kelebihan dan kelemahan, kemurahan hati, harmoni, dan penyesuaian. Terutama, "han"
memiliki berbagai arti, yaitu nama sebuah negara, banyak sekali, ukuran besar,
kemerataan, lama, bahkan langit, dan akar dari segala sesuatu antara lain. Di atas
segalanya, sifat air yang ditandai dengan tidak mudah dipecahkan dan fleksibilitas, di
samping semua signifikansi di atas, adalah latar belakang pengorganisasian poomsae ini.
Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini sonnaldeung momtong hecho
makki, mejumeok yangyopkuri (kedua panggul) chigi, kodureo khaljaebi, anpalmok arae
pyojeok makki, sonnal keumgang makki, dll, dan juga modumbal sebagai sebuah
sikap. Tindakan harus dilakukan dengan lembut seperti air, tapi terus menerus seperti
tetesan air yang berkumpul untuk membuat laut. Garis poomsae melambangkan huruf
Cina yang berarti air.
Poomsae Ilyeo
27
“Ilyeo” means the thought of a great Buddhist priest of Silla Dynasty, Saint Wonhyo,
which is characterized by the philosophy of oneness of mind (spirit) and body (material).
It teaches that a point, a line or a circle ends up after all in one. Therefore, the poomsae
Ilyeo represents the harmonization of spirit and body, which is the essence of martial art,
after a long training of various types of techniques and spiritual cultivation for
completion of Taekwondo practice.
The new techniques introduced in this poomsae are wesanteul yopchagi, dusonpyo (two
opened hands) bitureo jabadangkigi (twisting and pulling), twio yopchagi and the first
stance of ogeum (knee back) seogi. Junbiseogi is the bojumeok moaseogi (wrapped-up
fist moa-seogi), in which, as the last step of poomsae training, two wrapped-up fists are
placed in front of the chin, which has the significance of unification and moderation, so
that the spiritual energy can flow freely into the body as well as the two hands. The line
of poomsae symbolizes the Buddhist mark (swastika), in a commemoration of Saint
Wonhyo, which means a state of perfect selflessness in Buddhism where origin, substance
and service come into congruity.
"Ilyeo" adalah pemikiran tentang seorang pendeta Buddha Dinasti Silla yang besar, Saint
Wonhyo, yang dicirikan oleh filosofi kesatuan pikiran (roh) dan tubuh (jasmani). Ini
mengajarkan bahwa titik, garis atau lingkaran berakhir setelah semua dalam satu. Oleh
karena itu, poomsae Ilyeo merupakan harmonisasi dari roh dan tubuh, yang merupakan
esensi dari seni bela diri, setelah pelatihan panjang berbagai jenis teknik dan budidaya
spiritual untuk menyelesaikan latihan Taekwondo.
Teknik-teknik baru yang diperkenalkan di poomsae ini yopchagi wesanteul, dusonpyo
(dua tangan dibuka) bitureo jabadangkigi (memutar dan menarik), twio yopchagi dan
sikap pertama ogeum (belakang lutut) seogi. Junbiseogi adalah bojumeok moaseogi
(moa-seogi tinju membungkus), di mana, sebagai langkah terakhir pelatihan poomsae,
dua kepalan tangan dibungkus ditempatkan di depan dagu, yang memiliki arti penting
penyatuan dan moderasi, sehingga energi spiritual bisa mengalir bebas ke dalam tubuh
serta dua tangan. Garis poomsae melambangkan tanda Buddha (swastika), dalam
peringatan Santo Wonhyo, yang berarti keadaan tidak mementingkan diri yang sempurna
dalam Buddhisme yang mana asal-usul, substansi dan pelayanan datang ke harmoni.
28
Arti pada setiap Taegeuk
Poomsae
TAEGEUK-1
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Keon dari palgwe
Keon melambangkan sesuatu yang besar dan maha agung, yang menjadi asal dari
segala sesuatu. Keon merupakan permulaan segala sesuatu yang ada di bumi yang
menjadi sumber penciptaan dan kekuatan yang berasal dari langit. Langit pula yang
memberikan cahaya matahari dan hujan, yang membuat segala sesuatu tetap tumbuh dan
hidup. Taegeuk-1 bersifat sederhana namun dilakukan dengan penuh kekuatan dan
menampakkan keperkasaan sesuai wataknya.
TAEGEUK-2
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Tae dari palgwe.
Tae menggambarkan keteguhan hati dan kelemah lembutan. Dalam Tae, batin
seseorang tetap teguh namun gayanya tampak lemah lembut, mengatasi keadaan dengan
senyuman dan kebajikan. Untuk itu, Taegeuk ini harus dilaksanakan dengan lemah
lembut namun penuh kekuatan.
TAEGEUK-3
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Ri dari palgwe
Ri menggambarkan matahari dan api, dengan demikian Taegeuk 3 harus dilakukan
dengan penuh semangat dan daya yang variatif.
TAEGEUK-4
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Jin dari palgwe.
Jin menggambarkan guntur dan kilat yang menimbulkan panik dan ketakutan, namun
langit yang biru dan sinar matahari yang cerah akan muncul kembali. Prinsip ini
29
mengajarkan kepada kita bahwa dalam menghadapi bahaya dan ketakutan seharusnya
kita bersikap tenang dan berani. Begitu pula dalam Taegeuk 4 ada beberapa gerakan yang
sulit dan memerlukan ketenangan serta keseimbangan yang baik saat melakukannya.
TAEGEUK-5
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Seon dari palgwe.
Prinsip ini menggambarkan angin, yang pembawaan aslinya halus dan menghembus
sepoi-sepoi, namun dapat menjadi dahsyat seperti badai. Hal ini melambangkan sifat
kerendahan dan kebaikan hati. Di dalam taegeuk ini terlihat gerakan yang berulang-
ulang, dan ada gerakan yang terlihat monoton maupun yang sesekali menyentak dengan
kuat.
TAEGEUK-6
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gam dari palgwe.
Prinsip ini menggambarkan air, yang merupakan elemen yang paling fleksibel;
bentuknya dapat berubah-ubah namun tak merubah hakekatnya. Hal ini memberikan
pengertian bahwa berbagai kesulitan dan penderitaan yang kita alami dapat diatasi jika
kita tetap maju dan berbekal rasa percaya diri yang kuat.
TAEGEUK-7
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gan dari palgwe.
Gan melambangkan gunung, yang menjadi simbol kestabilan karena dianggap tidak
pernah bergerak, dan puncaknya mengingatkan kita untuk tahu kapan harus bertindak dan
kapan harus berhenti. Hal ini mengajarkan kita agar dalam setiap tindakan kita tidak
gegabah. Taegeuk ini dilakukan dengan penuh ketenangan, namun tetap terlihat kokoh
dan mantap.
TAEGEUK-8
30
Serangkaian aksi yang menerapkan prinsip Gon dari palgwe.
Gon melambangkan bumi, yang kokoh, kuat dan bertenaga. bumi merupakan sumber
kehidupan, dimana segala mahluk hidup dan tumbuh. Bumi dianggap sebagai ciptaan
kekuatan dari langit. Hal ini diharapkan dengan penuh ketenangan, namun kita tetap
dapat menjadi tempat tumbuhnya kekuatan dan pemikiran yang positif. Taegeuk-8
merupakan taegeuk yang terakhir, disini kita diharapkan dapat memperbaiki dan
memperkokoh dasar kita sebelum mencapai tingkatan DAN.
SYSTEMATIC DIAGRAM OF POOMSAE
Berikut jumlah Hitungan Komando, Gerakan dan Suara pada Poomsae
NO POOMSAEPOOM
(KOMANDO)
DONGJAK
(GERAKAN)
KIHAP
(SUARA)
1 Taegeuk 1 Jang 18 20 1
2 Taegeuk 2 Jang 18 23 1
3 Taegeuk 3 Jang 20 34 1
4 Taegeuk 4 Jang 19 29 1
5 Taegeuk 5 Jang 20 32 1
6 Taegeuk 6 Jang 19 31 1
7 Taegeuk 7 Jang 25 33 1
8 Taegeuk 8 Jang 27 38 2
9 Koryo 30 48 2
10 Keumgang 27 27 2
11 Taebaek 26 38 2
12 Pyongwon 21 25 2
13 Sipjin 28 31 3
14 Jitae 28 37 2
15 Chonkwon 26 27 1
31
16 Hansu 27 34 2
17 Ilyeo 23 27 2
NAMA – NAMA TEKNIK DASAR DALAM POOMSAE
I. SEOGI [STANCE | KUDA-KUDA]
1. Naranhi Seogi (Parallel Stance)
2. Ap Seogi (Forward Stance)
3. Ap kubi (Forward Inflection Stance)
4. Dwitkubi (Backward Inflection Stance)
5. Oreun(Wen) Seogi (Right/Left hand Stance)
6. Kkoa Seogi (Cross Stance)
a. Dwikkoa Seogi (Backward Cross Stance)
b. Apkkoa Seogi (Forward Cross Stance)
7. Beom Seogi (Tiger Stance)
8. Moa Seogi (Close Stance)
9. Juchum Seogi (Riding Stance)
10. Hakdari Seogi (Crane Stance)
11. Kyotdari Seogi (Assisting Stance)
12. Ogeum Seogi (Reverse Stance)
II. CHAGI [KICKING | TENDANGAN]
1. Ap Chagi (Front Kick)
2. Dollyo Chagi (Roundhouse Kick)
3. Yop Chagi (Side Kick)
III. MAKKI [BLOCKING | TANGKISAN]
1. Arae Makki (Low Blocking)
2. Arae Kodureo Makki
32
3. Momtong Makki (Body Blocking)
a. Momtong An Makki (Inner Body Blocking)
b. Momtong Bakkat Makki (Outer Body Blocking)
4. Olgul Makki (Face Blocking)
5. Sonnal Makki (Hand-blade Blocking)
IV. JIREUGI [PUNCHING | PUKULAN]
1. Baro Jireugi (Reverse Punch)
2. Bandae Jireugi (Regular Punch)
3. Jeocho Jireugi (Backward Punch)
4. Momtong Jireugi (Body Punch)
5. Olgul Jireugi (Face Punch)
6. Yop Jireugi (Side Punch)
V. CHIGI [HITTING/STRIKE | SERANGAN]
1. Ap Chigi (Back Fist Strike)
2. Olgul Bakkat Chigi (Outward Face Back Fist Strike)
3. Palkup Dollyo Chigi (Turning Elbow Strike)
4. Palkup Yop Chigi (Side Elbow Strike)
VI. TZIREUGI [THRUSTING | TUSUKAN]
1. Pyonsonkkeut Sewo Tzireugi (Open Hand Fingertips Thrust)
2. Pyonsonkkeut Upeo Tzireugi (Turned Over Open Hand Fingertips Thrust)
3. Pyonsonkkeut Jeocho Tzireugi (Upward Open Hand Fingertips Thrust)
Hitungan dan Urutan Angka dalam bahasa Korea
Hitungan / Angka
1. Hana
2. Dool
3. Set
4. Net
33
5. Tausut
6. Yausut
7. Ilgoop
8. Yaudool
9. Ahop
10. Yaul
Urutan
1. Ke-1 = IL
2. Ke-2 = i
3. Ke-3 = Sam
4. Ke-4 = Sah
5. Ke-5 = Oh
6. Ke-6 = Yuk
7. Ke-7 = Chil
8. Ke-8 = Pal
9. Ke-9 = Ku
10. Ke-10 = Ship
FILOSOFI
SERAGAM DAN SABUK TAEKWONDO
DO BOK
Do Bok / seragam latihan dan Sabuknya / Ti, adalah kelengkapan penting saat berlatih
TaeKwonDo. Seragam ini juga dipakai pula sebagai seragam resmi saat bertanding.
Model seragam ini diambil dari pakaian tradisional Korea yang disebut Han Dobok. Han
Dobok terdapat 3 unsur bentuk yaitu lingkaran (Won), persegi empat (Bang), dan segitiga
(Kak), yang masing-masing menyimbolkan Langit / Surga, Bumi dan Manusia yang
merupakan 3 unsur alam semesta (Samilshingo).
Selaras dengan teori Um-yang atau yang lebih dikenal dengan Yin-Yang,
menggambarkan Yin sebagai Bumi dan Yang sebagai Langit yang merupakan
Makrokosmos, dan Mikrokosmos adalah Manusia atau diri kita sendiri, jadi sesuai
dengan seragam latihan yang kita pakai, bahwa celana dan bajunya menggambarkan
34
bumi dan langit sedangkan sabuk yang kita ikatkan ke pinggang menunjukkan jati diri
kita.
Awalnya dobok hanya berwarna putih, namun sejak tahun 1970-an, dibedakan seragam
bagi penyandang Sabuk Hitam (Dan) dengan memakai krah leher hitam dan untuk Poom
(Sabuk Hitam Junior) memakai Krah Merah-Hitam.
Sesuai filosofinya, kita harus selalu menjaga/memakai seragam dengan rapi dan bersih,
karena mencerminkan bagaimana menjaga kehidupan kita sendiri di dunia.
Filosofi Sabuk pada TaeKwonDo
Sabuk/Ti
Sabuk merupakan terdiri dari berbagai warna perbedaan sabuk menunjukkan perbedaan
tingkatan, keahlian dan senioritas dalam TaeKwonDo.
Filosofi yang tercermin dari warna sabuk TaeKwonDo:
Putih melambangkan kesucian, awal/dasar dari semua warna, permulaan.
Kuning melambangkan bumi,disinilah mulai ditanamkan dasar-dasar TKD
dengan kuat. Sebelum naik sabuk hijau biasanya naik ke sabuk kuning strip hijau
terlebih dulu.
Hijau melambangkan hijaunya pepohonan, pada saat inilah dasar TKD mulai
ditumbuhkembangkan. Sebelum naik ke sabuk biru biasanya naik ke sabuk hijau
strip biru terlebih dulu.
Biru melambangkan birunya langit yang menyelimuti bumi dan seisinya,
memberi arti bahwa kita harus mulai mengetahui apa yang telah kita pelajari.
Sebelum naik sabuk merah biasanya naik ke sabuk biru strip merah terlebih dulu.
Merah melambangkan matahari; bahaya, artinya bahwa kita mulai menjadi
pedoman bagi orang lain dan mengingatkan harus dapat mengontrol setiap sikap
dan tindakan kita. Sebelum naik sabuk hitam, biasanya naik ke sabuk merah
strip satu dan merah strip dua dahulu.
Hitam melambangkan akhir; lawan dari putih; kedalaman hal ini melambangkan,
kematangan dalam berlatih dan penguasaan diri kita dari takut dan
“kegelapan”. Hitam memiliki tahapan dari Dan 1 hingga Dan 10.
35
Dengan filosofi tersebut maka, perubahan warna sabuk, harus memperlihatkan perubahan
menyeluruh sikap hidup kita.
JENJANG TINGKATAN SABUK
1. Geup 10 = Putih
2. Geup 9 = Kuning
3. Geup 8 = Kuning Strip Hijau
4. Geup 7 = Hijau
5. Geup 6 = Hijau Strip Biru
6. Geup 5 = Biru
7. Geup 4 = Biru Strip Merah
8. Geup 3 = Merah
9. Geup 2 = Merah Strip Hitam Satu
10. Geup 1 = Merah Strip Hitam Dua
POOM RED (Usia <15 tahun) & DAN 1-10 (Usia >15 tahun) = Hitam
ETIKET TAEKWONDO
Etiket adalah hal yang terpenting dalam Tae Kwon Do, namun kadang-kadang justru
tidak dilaksanakan dengan baik. Sangatlah menyedihkan, jika seorang Tae Kwon Do-in
tidak mampu menjalankan atau menunjukkan etiket yang baik, karena hal itu
mencerminkan tingkah laku dan sikap yang ada dalam hatinya. Hal ini penting
disampaikan di sini dengan harapan dapat diterapkan oleh setiap Tae Kwon Do-in.
Tae Kwon Do-in harus bertindak disiplin sesuai dengan standar tinggi yang telah
ditetapkan dan diberlakukan oleh organisasi Tae Kwon Do di mana pun diseluruh dunia.
Hal itu diterapkan untuk mengembangkan pemahaman nilai-nilai pada generasi muda,
guna menghasilkan tingkat kehormatan dan kesopanan yang tinggi, serta merupakan
dasar kuat bagi moralitas yang sangat diperlukan dewasa ini.
36
Tae Kwon Do mengembangkan tingkah laku yang rendah hati, saling menghargai,
kebersamaan, dan tata cara yang baik. Formalitas dalam Tae Kwon Do menghasilkan
sifat yang tidak egois, kebaikan, dan toleransi.
ETIKET/TATA CARA DALAM TAEKWONDO:
1. PEMBERIAN SALAM/HORMAT
Ada dua macam pemberian salam/hormat dalam Tae Kwon Do, yaitu dengan
berdiri dan dengan berlutut. Pemberian salam/hormat dengan berdiri dilakukan saat
seorang senior memasuki ruangan. Pemberian salam dengan berlutut dilakukan
setelah pemberian salam dengan berdiri atau jika senior tersebut duduk dilantai.
Pemberian salam dengan berdiri dilakukan dengan kaki rapat, lengan disamping,
jari-jari mengepal. Punggung lurus, kepala dan mata melihat kedepan. Salam
dilakukan dengan membungkuk;
Punggung diarahkan kedepan 15º , kepala diarahkan kedepan 45º. Setelah
membungkuk, kembali ke posisi tegak.
Pemberian salam dengan berlutut dilakukan dengan mengubah posisi menjadi
berlutut; lutut merapat, gerakan lengan ke depan dan bungkuk ke depan, letakkan
kepala pada tangan yang diletakan dilantai. Setelah itu, kembali ke posisi berlutut.
2. FORMALITAS GURU DAN MURID SELAMA LATIHAN
Sebelum penghormatan kepada senior dilakukan terlebih dahulu penghormatan
kepada bendera nasional atau lambang Tae Kwon Do, baru setelah itu, murid
dengan tingkat yang lebih rendah harus menghormati para senior dengan urutan
yang sesuai dengan tingkatannya.
37
Selama latihan, tingkah laku harus sangat dikontrol dan harus menunjukkan tingkat
kesopanan yang tinggi. Seragam murid harus dirawat dengan baik dan dalam
kondisi yang masih pantas digunakan. Saat berlatih TaeKwonDo, tingkatan dalam
suatu sistem harus didahulukan ketimbang rasa hormat kepada yang lebih tua,
namun di luar latihan, hormat yang lebih tua harus diutamakan.
3. TINGKAH LAKU DI LUAR LATIHAN.
Saat di rumah, ditempat kerja, atau pada saat melakukan fungsi sosial, sangat
penting bagi murid untuk menunjukkan standar moral yang tinggi, dan
menunjukkan rasa hormat serta perhatian kepada yang lain.
Seorang individu tidak boleh kehilangan integritas, akal, atau rasa humor yang
dimilikinya. Orang berbicara harus yakin telah menggunakan sebutan/nama jabatan
yang tepat dari orang yang di ajak berbicara. Sikap mendengarkan dan tetap
menunjukkan rasa hormat sangat penting dilakukan terhadap siapa saja.
Di tempat umum, sangat penting untuk menyadari penampilan kita, terutama saat
acara formal. Tae Kwon Do-in harus selalu memakai pakaian yang tepat. Tetap
menjaga aturan penampilan akan menghasilkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Banyak etiket lain yang perlu diperhatikan seperti saat kita makan, minum,
merokok, menelepon, berkunjung, berjalan/berpergian dengan orang lain, dan
sebagainya.
4. TINGKAH LAKU INSTRUKTUR
Instruktur TaeKwonDo harus menjadi contoh bagi para muridnya. Ia harus
membantu murid-muridnya untuk memecahkan masalah mereka. Ia tidak berbicara
kepada para muridnya seakan memberikan perintah seperti saat melatih, namun
memberi nasihat dan tulus hati. Ia harus menghindari kekerasan dan penampilan
seorang pencari kesenangan. Ia harus hidup secara bersih dan produktif, bebas dari
obat-obatan terlarang dan alkohol. Ia harus melibatkan dirinya dalam fungsi-fungsi
38
komunitas, menerapkan keadilan dann kebenaran, selalu berlaku jujur dan
bertanggung jawab serta tidak egois.
ETIKET SAAT BERLATIH DI DO JANG
Tempat latihan Tae Kwon Do (do jang) adalah tempat untuk mempelajari dan
mempratekkan seluruh aspek ilmu beladiri Tae Kwon Do secara menyeluruh. Untuk itu,
saat berada di tempat latihan, para murid harus mematuhi etiket dan peraturan yang
ditetapkan.
ETIKET/TATA CARA TERSEBUT ADALAH:
1. Hormati bendera nasional saat memasuki dan meninggalkan tempat latihan.
2. Hormat terlebih dahulu pada pelatih utama (master), pelatih, dan asisten
sesuai dengan urutan tingkatan dan kemudian kepada murid-murid yang lain.
3. Saat pelatih utama, dan atau pelatih memasuki tempat latihan, hentikan
semua aktivitas dan hormat kepada pelatih, seperti pada saat permulaan dan
pada akhir latihan.
4. Saat pelatih utama/pelatih memberikan sertifikat, medali, atau sejenisnya
kepada murid, maka murid tersebut harus berdiri di depan Pelatih memberi
hormat, menerima pemberian dengan sopan, dan kemudian mundur selangkah
ke belakang, memberi hormat dan kembali ke tempat semula.
5. Pelatih utama dan pelatih dapat menggunakan kata-kata yang keras kepada
para murid tanpa membedakan usia. Meskipun demikian, saat seragam tidak
dikenakan/di luar latihan, rasa hormat kepada yang lebih tua harus lebih
diutamakan.
6. murid harus memberi hormat sebelum berbicara kepada pelatih utama,
pelatih, atau senior dan harus menyebut dengan lengkap sebutannya serta
menggunakan kata-kata yang menunjukkan respek saat berbicara.
7. Saat melakukan meditasi atau berdoa, lakukan dengan khusuk dan hening.
39
8. Kerapian dan kebersihan seragam adalah hal yang sangat penting.
Seragam ini tidak boleh dipakai di luar tempat latihan. Pakaian olahraga yang
kurang sopan seperti celana pendek dan kaos kutung tidak diperkenakan
dalam latihan.
9. Jangan berbicara dengan suara keras, memaki, tertawa, terkikik,
mengunyah permen karet, merokok di tempat latihan/saat latihan Tae Kwon
Do.
10. Jangan terlambat memasuki kelas atau meninggalkan kelas terlebih dahulu
tanpa izin pelatih utama atau pelatih. Sebaiknya izin ke toilet dilakukan pada
saat istirahat atau sebelum latihan. Jika tidak hadir sebaiknya memberitahukan
secara tertulis; jika disampaikan secara tertulis; jika disampaikan secara verbal
atau melalui telepon sampaikanlah dengan sopan pada Pelatih.
11. Semua murid harus berjuang untuk menjaga semangat dan nama baik Tae
Kwon Do, mematuhi aturan tempat latihan, dan mematuhi pelatih utama,
pelatih, dan asisten sesuai dengan urutannya.
12. Jangan mendemonstrasikan Tae Kwon Do, melatih Tae Kwon Do, atau
berpatisipasi dalam aktivitas yang diselenggarkan oleh tempat latihan lain
tanpa seizin pelatih utama sendiri dan tempat latihan tersebut. Jangan
berpatisipasi dalam latihan individual atau kelompok tanpa seizin pelatih.
Jangan mengadakan aktivitas yang dapat menurunkan kode etik Tae Kwon Do
atau reputasi tempat latihan.
13. Tempat latihan akan berterima kasih dan bangga memajang trophy,
sertifikat penghargaan, medali yang dimenangkan para murid dalam
kompetensi/kejuaraan.
14. Kesehatan adalah tanggung jawab anda. Bersihkan seragam, kuku, dan
sebagainya. Begitu pula kebersihan tempat latihan.
15. Semua peralatan olah raga yang digunakan selama latihan harus
dikembalikan dengan rapi ke tempat semula setelah digunakan.
Para Tae Kwon Do-in harus mematuhi dan menjalankan aturan-aturan/etiket
Tae Kwon Do tersebut dengan penuh dedikasi dan disiplin, guna melatih
40
disiplin mental dan disiplin spiritual selain mengembangkan badan yang sehat
dan kuat. Tindakan disipliner akan diambil jika murid tidak mematuhi aturan-
aturan yang telah dibuat oleh tempat latihan dan hukuman akan bervariasi
menurut kebijakan do jang.
SIKAP MURID
Sikap para murid adalah aspek yang sangat penting dalam pelatihan mereka. Berikut ini
adalah panduan yang harus diterapkan dan terus-menerus ditingkatkan oleh setiap murid:
1. Murid harus berjuang untuk mematuhi untuk memahami secara lengkap
semua aspek Tae Kwon Do.
2. Murid harus selalu mempunyai pandangan yang tulus hati terhadap Tae
Kwon Do. Jika ada kesalahpahaman, murid tidak boleh berargumen dengan
pelatih atau guru, dan tidak boleh berbalik menentang prinsip-prinsip Tae Kwon
Do karenanya.
3. Semua murid harus mengabdikan diri mereka demi kemajuan Tae Kwon
Do.
4. Semua murid harus membangun tujuan jangka panjang bagi dirinya, dan
kelak mampu melatih Tae Kwon Do bagi yang lainnya.
5. Semua murid harus menunjukkan kedewasaan dan menjadi contoh yang
baik dari seni bela diri yang sebenarnya, serta mengembangkan sportivitas yang
baik dalam olahraga.
6. Pelatih harus memberikan contoh untuk diikuti, agar mengembangkan
sikap kompetitif dalam menerapkan etiket, peraturan, dan disiplin.
7. Dalam situasi tertentu, di mana seorang murid tidak mematuhi pelatih,
masalah tersebut akan ditangani dengan cara yang terkontrol.
8. Semua murid tidak boleh merasa sombong atau cepat merasa puas. Dan
dalam situasi apa pun, seorang murid tidak boleh menggunakan teknik Tae Kwon
Do untuk melawan orang lain tanpa alasan yang jelas, kecuali terpaksa karena
membela diri.
41
9. Murid tidak boleh kehilangan kepercayaan kepada tempat latihan, guru,
atau murid yang lain.
10. Dalam situasi tertentu, semua murid harus mengikuti semua aturan-aturan
etiket dan menjadi contoh bagi yang lain, baik di rumah, di sekolah, atau di
tempat umum yang lain.
11. Semua murid harus mempunyai tujuan untuk menjadi “penjaga kebajikan”
dan akan menunjukkan keberanian, serta mengontrol pikiran dan tubuh mereka.
(Disarikan secara bebas dari Etiket Korea TaeKwonDo Association, 1997)
Apa itu Taekwondo ?
Taekwondo adalah salah satu seni Korea yang paling sistematis dan ilmiah bela diri
tradisional, yang mengajarkan lebih dari keterampilan pertempuran fisik. Ini adalah
disiplin yang menunjukkan cara meningkatkan semangat kita dan hidup melalui pelatihan
tubuh dan pikiran kita. Hari ini, telah menjadi olahraga global yang telah mendapatkan
reputasi internasional, dan berdiri di antara game resmi di Olimpiade.
Mari kita lihat lebih dekat arti dari kata "Tae" "Kwon" "Jangan." Ini terdiri dari tiga
bagian seperti yang ditunjukkan dalam ejaan bahasa Inggris, meskipun satu kata dalam
bahasa Korea. "Tae" berarti "kaki," "kaki," atau "untuk menginjak"; "Kwon" berarti
"tinju," atau "melawan", dan "Do" berarti "jalan" atau "disiplin". Jika kita menempatkan
ketiga bagian bersama-sama, kita bisa melihat dua konsep penting di balik "Tae Kwon
Do".
Pertama, Taekwondo adalah cara yang tepat untuk menggunakan 'kepalan tangan dan
kaki,' Tae Kwon dan atau semua bagian tubuh yang diwakili oleh tinju dan kaki. Kedua,
itu adalah cara untuk mengendalikan atau tenang perkelahian dan menjaga perdamaian.
Konsep ini berasal dari arti Tae Kwon 'untuk menempatkan tinju di bawah kendali' [atau
'menginjak tinju']. Jadi Taekwondo berarti "cara yang benar menggunakan seluruh bagian
tubuh untuk menghentikan perkelahian dan membantu membangun dunia yang lebih baik
dan lebih damai." Taekwondo telah berkembang dengan sejarah panjang tahun 5000-
Korea, yang disebut dengan beberapa nama yang berbeda pada kursus. Di Korea,
42
Taekwondo mulai sebagai seni pertahanan bela diri yang disebut "Subak" atau
"Taekkyon," dan dikembangkan sebagai cara pelatihan tubuh dan pikiran dalam Kerajaan
Koguryo kuno, dengan nama "Sunbae." Pada periode Shilla, itu menjadi tulang punggung
Hwarangdo yang bertujuan untuk menghasilkan pemimpin negara.
Taekwondo saat ini mirip dengan seni bela diri di negara-negara Oriental lain dan saham
beberapa fitur dengan mereka, karena dalam proses evolusi itu telah mendapatkan
berbagai gaya yang ada dalam seni bela diri dari negara-negara sekitarnya Korea, seperti
Jepang dan Cina.
Tapi Taekwondo sangat berbeda dari banyak seni bela diri seperti oriental. Pertama,
secara fisik sangat dinamis dengan gerakan aktif yang meliputi keterampilan kaki
fatamorgana. Kedua, prinsip gerakan fisik berada di simpatico dengan pikiran dan
kehidupan secara keseluruhan. Ketiga, ia memiliki pose dinamis dari perspektif lain.
Taekwondo dapat dicirikan oleh kesatuan: kesatuan tubuh, pikiran, dan kehidupan, dan
kesatuan pose ["Poomsae"] dan konfrontasi, dan menindak. Ketika Anda melakukan
Taekwondo, Anda harus membuat pikiran anda damai dan sinkronisasi pikiran Anda
dengan gerakan Anda, dan memperluas harmoni ini untuk kehidupan Anda dan
masyarakat. Ini adalah bagaimana di Taekwondo prinsip gerakan fisik, prinsip melatih
pikiran, dan prinsip hidup menjadi satu dan sama. Di sisi lain, memimpin Poomsae kanan
ke kanan konfrontasi, yang pada akhirnya akan menghasilkan daya destruktif yang besar.
Bagaimana bisa kita mencapai seperti kesatuan dalam Taekwondo? Taekwondo adalah
cara hidup, seperti memiliki pekerjaan, membesarkan keluarga, berjuang untuk penyebab,
atau salah satu dari banyak raison d'etre. Apa yang membuat Taekwondo berbeda dari ini
adalah bahwa hal itu adalah kegiatan untuk bertahan hidup dalam situasi yang sangat
antagonis. Satu selalu harus mengatasi musuh yang sedang mencoba untuk menyebabkan
kerusakan. Tapi ternyata menang berkelahi tidak cukup untuk menjamin keselamatan
seseorang, karena musuh dapat memulihkan dan menyerang lagi. Selain itu, mungkin ada
musuh banyak daripada yang hanya dikalahkan. Seseorang tidak dapat pernah merasa
aman kecuali salah satu keuntungan perdamaian permanen. Untuk mencapai perdamaian
permanen atau abadi, orang perlu kesatuan. Inilah yang bertujuan untuk Taekwondo. Jika
Taekwondo akan tidak berbeda dengan keterampilan jalanan-pertempuran lainnya.
Taekwondo mengejar pertumbuhan yang harmonis dan perbaikan hidup melalui kegiatan
43
yang unik. Inilah sebabnya mengapa orang bisa mengatakan Taekwondo adalah cara
hidup. Untuk akhirnya mengaktifkan diri kita sendiri untuk memimpin hidup lebih
berharga, kita akan melakukan dengan baik dengan mencari prinsip-prinsip panduan
sangat tersembunyi dalam Taekwondo.
filsafat
Filosofi dari Taekwondo sangat istimewa, tapi apa yang membuatnya begitu istimewa?
Jika kita belajar filsafat dari buku, kita cenderung untuk melupakannya begitu kita
meninggalkan mereka, karena tidak berhubungan dengan kehidupan nyata kita. Tapi
karena Taekwondo dihubungkan dengan hidup kita seperti setiap gerakan kita ini, kita
tidak pernah bisa melupakan filsafat.
Artinya, filsafat adalah salah satu tindakan yang dapat dipelajari dari tindakan lainnya,
dan kegiatan sehari-hari kita. filosofi Taekwondo merupakan prinsip-prinsip perubahan
dan gerakan pada manusia. Ini juga merupakan prinsip hidup kita, karena hidup terdiri
dari gerakan kami. Oleh karena itu, kita dapat mengatakan Taekwondo adalah filsafat itu
sendiri. Kita dapat mengerti filosofi Taekwondo dengan melakukan Taekwondo, dan
pemahaman ini harus mengarah pada pemahaman yang lebih baik dan peningkatan
kehidupan kita. Prinsip-prinsip Taekwondo dapat dijelaskan dalam beberapa cara tetapi
di sini kita akan menjelaskan secara sederhana dengan prinsip "Sam Jae" [Tiga Unsur]
dan bahwa dari "Eum" [yang negatif atau Kegelapan] dan "Yang" [yang Positif atau
Kecerahan]. "Sam Jae" mengacu pada "Cheon" [Surga], "Ji" [Bumi], dan "Di" [Man] dan
prinsip-prinsip tentang mereka. Di negara-negara oriental, telah diakui sebagai prinsip
utama yang menjelaskan perubahan dari segala sesuatu di dunia. "Sam Jae" dan
perubahan dari "Eum" dan "Yang" merupakan "Delapan Trigram untuk Ramalan" dalam
"Kitab Perubahan." Prinsip Sam Jae telah ditekankan dalam negara-negara Timur,
khususnya di Korea. Jika Anda memahami prinsip Taekwondo, Anda bisa mengerti
semua keahlian dan kedalaman spiritual Taekwondo. Prinsip Eum dan Yang juga telah
ditekankan dalam negara-negara Timur sebagai prinsip utama kehidupan. Ia memelihara
segala sesuatu yang memiliki sisi yang berlawanan. Prinsip ini menjelaskan berbagai
bentuk perubahan, tetapi berasal dari "Taegeuk" [Agung Mutlak], yang merupakan klaim
tertinggi yang Eum dan Yang adalah satu hal yang sama. Jika kita memahami
Taekwondo menurut prinsip ini, kita akan menemukan solusi, dan dengan terus
44
mengubah keterampilan, kita tidak akan pernah terjebak, dalam situasi apa pun. Setelah
kita memahami prinsip-prinsip filosofis Taekwondo, kita dapat menemukan cara-cara
yang tepat untuk memahami dan mengembangkan kehidupan kita.
Apa filosofi dari Taekwondo?
Taekwondo berisi pikiran bahwa Han [Korea] orang telah dikembangkan melalui sejarah.
filsafat adalah mudah dijelaskan dengan Hongik-InGaN, Jaese-Ihwa, atau roh
Hwarangdo. Hongik-InGaN dan Jaese-Ihwa bukan hanya ideologi pondasi Tangun
Chosun, tetapi juga berpikir mendasar dari orang Han. Dengan waktu, ide-ide ini
berkembang menjadi semangat Hwarangdo dan saat ini filosofi Taekwondo. Sekarang,
mari kita lihat isi prinsip-prinsip filosofi.
Hongik-InGaN "berarti kesejahteraan universal umat manusia itu. Gagasan dasar nasional
oleh Tangun, dan semangat Taekwondo juga telah mewarisi gagasan Hongik-InGaN Hal
ini. Mudah dikonfirmasi dari kenyataan bahwa firman Taekwondo, sendiri berarti untuk
menekan pertempuran dan mendorong perdamaian Di satu sisi,. Jaese-Ihwa berarti bahwa
dunia ini dididik sesuai dengan alasan surga. Taekwondo adalah prinsip, bukan hubungan
yang sederhana dengan gerakan. Ini adalah seni bela diri tradisional Korea dicirikan oleh
trinitas dari tubuh, pikiran dan kehidupan demikian,. prinsipnya adalah alasan dari semua
ciptaan, dan karena itu mengacu pada alasan surga dalam Jaese-Ihwa. Oleh karena itu,
manusia dapat dididik sesuai dengan alasan surga melalui pelatihan yang benar
Taekwondo Itu. yang sangat makna Jaese-Ihwa Hongik-InGaN dan Jaese-Ihwa muncul.
jelas dalam mitos dasar Korea. Menurut itu, "Pada usia dini, Hwan-Wung, putra Surga
didirikan bangsa disebut Baedal [nama awal dari Korea]. Dia kemudian mengumumkan
tujuan yayasan nasional Jaese-Ihwa [mendidik dengan alasan surga] dan Hongik-InGaN
[kesejahteraan universal umat manusia].
45
46
top related