all about gula

50
komposisi tebu Author: bambang wijanarko_n10 | Posted at: 01:00 | Filed Under: tebu Seperti diketahui, secara garis besar komposisi bahan baku (tebu)*) itu adalah terdiri dari 2 (dua) kelompok: - Air yang jumlahnya berkisar antara 73-76%. - Zat-zat padat yang jumlahnya berkisar antara 24-27%. Zat-zat padatnya sendiri terdiri dari : - zat-zat padat yang dapat larut, sekitar 10-16% dan - zat padat yang tak dapat larut, ialah sabut yang berkisar antara 11-16%. Zat-zat padat yang dapat larut terdapat dalam cairan yang disebut nira tebu. Jadi nira tebu atau lazim disebut nira itu merupakan suatu campuran dari air dan zat-zat padat yang dapat larut. Zat-zat padat yang dapat larut itu umumnya adalah: Zat-zat gula, yang terdiri dari: - sacharosa (sucrose), 70-88% - glukosa (glucose), 2-4% - fruktosa (fructose), 2-4% Zat-zat garam, yang terdiri dari: - asam non-organik, 1,5-4,5% - asam organik, 1,0-3,0% Zat-zat organik sendiri terdiri dari: - zat-zat asam carboxylic - zat-zat asam amino - Zat-zat organik bukan gula lainnya: - protein - starch (kanji) - gums (getah) - wax (lilin), fats (lemak), dsb. Zat-zat mineral, seperti: potassium, sulfat, chlorida, calsium,

Upload: dessy-christina-simorangkir

Post on 13-Aug-2015

65 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

analisis hasil perkebunan

TRANSCRIPT

Page 1: All About Gula

komposisi tebu

Author: bambang wijanarko_n10 | Posted at: 01:00 | Filed Under: tebu

Seperti diketahui, secara garis besar komposisi bahan baku (tebu)*) itu adalah terdiri dari 2 (dua) kelompok:- Air yang jumlahnya berkisar antara 73-76%.- Zat-zat padat yang jumlahnya berkisar antara 24-27%.

Zat-zat padatnya sendiri terdiri dari :- zat-zat padat yang dapat larut, sekitar 10-16% dan- zat padat yang tak dapat larut, ialah sabut yang berkisar antara 11-16%.

Zat-zat padat yang dapat larut terdapat dalam cairan yang disebut nira tebu.Jadi nira tebu atau lazim disebut nira itu merupakan suatu campuran dari air dan zat-zat padat yang dapat larut.

Zat-zat padat yang dapat larut itu umumnya adalah:Zat-zat gula, yang terdiri dari:- sacharosa (sucrose), 70-88%- glukosa (glucose), 2-4%- fruktosa (fructose), 2-4%Zat-zat garam, yang terdiri dari:- asam non-organik, 1,5-4,5%- asam organik, 1,0-3,0%Zat-zat organik sendiri terdiri dari:- zat-zat asam carboxylic- zat-zat asam amino- Zat-zat organik bukan gula lainnya:- protein- starch (kanji)- gums (getah)- wax (lilin), fats (lemak), dsb.Zat-zat mineral, seperti:potassium,sulfat,chlorida,calsium,magnesium,silika,phosphat,besi,carbonatdan lainnya.

Namun dalam perhitungan neraca bahan, kita akan membahasnya berdasarkan pandangan dari segi tehnik yang merupakan pengelompokkan dari zat-zat tersebut kedalam unsur-unsur penting yang terkandung dalam tebu.

Page 2: All About Gula

Sebagai bahan baku atau bahan dasar yang digiling adalah tebu.Hasil penggilingan atau peme-rahan adalah nira yang terperah dan ampas sebagai bahan yang tersisa.

Secara tehnis**) bahan-bahan itu dapat digolongkan komposisinya menjadi sebagai berikut:· Tebu, sebagai bahan dasar, dikenal sebagai terdiri dari nira dan sabut.· Nira, sebagai hasil pemerahan dan juga terdapat dalam tebu dan ampas, dikenal sebagai terdiri dari air dan Brix.· Ampas, sebagai sisa pemerahan, dikenal sebagai terdiri dari nira dan sabut.

Oleh karena nira dikenal sebagai terdiri dari air dan Brix seperti diutarakan diatas, berarti:· Ampas, juga dikenal sebagai terdiri dari air, Brix dan sabut.

Kemudian kita juga mengenal:· Zat kering dalam ampas, yang diartikan sebagai terdiri dari sabut dan Brix.

Sehingga:· Ampas, juga dikenal sebagai terdiri dari air dan zat kering.

Selanjutnya dikenal pula:· Kadar air dalam ampas yang lazim disebut 'moisture' (kebasahan).· Air tebu bebas brix, dalam perhitungan neraca bahan yang lengkap ini tidak ada.

*) Irvine, James E. (1977). Mead-Chen, Cane Sugar Handbook, Tenth Edition, John Wiley & Sons.**) Disarikan dari Murry, C.R. & Holt, J.E. (1967). The Mechanic of Crushing Sugar Cane, Elsevier. About The Authorhttp://dasanusantara.blogspot.com/2010/04/komposisi-tebu.html

Komposisi Nira Tebu dan Pengaruhnya dalam Proses Pengolahan Gula

November 29th, 2011 | Author: risvank

Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman penghasil gula yang telah lama dibudidayakan di Indonesia khususnya Pulau Jawa. Gula Kristal yang kita konsumsi diproses dari sukrosa yang terbentuk di batang tebu. Kadar sukrosa yang ada dalam batang tebu bervariasi antara 8 – 13 % pada tebu segar yang mencapai kemasakan optimal. Sukrosa adalah senyawa disakarida dengan rumus molekul C12H22O11. Sukrosa terbentuk melalui proses fotosintesis yang ada pada tumbuh-tumbuhan. Pada proses tersebut terjadi interaksi antara karbon dioksida dengan air didalam sel yang mengandung klorofil. Bentuk sederhana dari persamaan tersebut adalah :

            6 CO2  +  6 H2O     C6H12O6  +  6 O2

Page 3: All About Gula

Gula tebu adalah disakarida, gula tersebut dapat dibuat dari gabungan dua gula yang sederhana yaitu glukosa dan fruktosa (monosakarida). Penggabungan dari dobel unit karbon monosakarida menjadi  :  C12H22O11 yang selanjutnya dinamakan sukrosa atau saccharose. Selain sukrosa didalam batang tebu terdapat zat-zat lain. Dalam proses produksi gula zat – zat ini harus dihilangkan sehingga dihasilkan gula yang berkualitas. Berikut adalah komponen nira tebu berdasarkan zat yang terlarut.

Komposisi Nira Tebu % Zat terlarut

Gula

     Sukrosa

     Glukosa

     Fruktosa

Garam

Asam Organik

Protein

Starch / Pati

Gums

Zat lilin

Zat warna dan komponen minor

75 – 92

70 – 88

2.0 – 4.0

2.0 – 4.0

3.0 – 4.5

1.5 – 5.5

0.5 – 0.6

0.001 – 0.05

0.3 – 0.6

0.05 – 0.15

3.0 – 5.0

sumber : “Principle of Sugar Technology”, P. Honig

Sukrosa merupakan komponen terbesar pada zat yang terlarut dalam nira. Pada kondisi larutan dengan brix rendah dapat mengalami dekomposisi oleh berbagai sebab :

1.      Hidrolisis

Dalam larutan yang mengandung asam, sukrosa mengalami hidrolisis menghasilkan D – Glukosa dan D – Fruktosa. Sukrosa murni memutar bidang polarisasi ke kanan (+), sedangkan hasil hidrolisis berupa campuran senyawa yang memutar bidang polarisasi ke

Page 4: All About Gula

kiri (-), sehingga proses ini disebut inversi. Kehilangan gula akibat hidrolisi harus diperhatikan terutama pada pH rendah dan suhu yang tinggi. Kehilangan gula dapat menimbulkan kerugian bagi pabrik.

2.      Dekomposisi dalam suasana basa

Dalam suasana basa sukrosa dapat terdekomposisi, yaitu bila dipanaskan dengan adanya ion OH-. Proses dekomposisi diawali dengan pembentukan asam organic (asam laktat) diikuti senyawa kompleks yang akhirnya dapat menghasilkan warna coklat. Kerugian dari dekomposisi ini adalah kehilangan gula dan juga timbulnya zat warna yang dapat merusak warna kristal gula. Untuk mengurangi dekomposisi basa maka penambahan kapur pada proses defekasi harus diawasi jangan sampai berlebihan.

3.      Dekomposisi termal

Sukrosa dalam bentuk kristal mengalami dekomposisi yang cepat pada suhu diatas titik lelehnya (2000 C). Pada suhu ini akan terbentuk campuran senyawa berwarna coklat yang larut dalam air yang disebut senyawa caramel.

4.   Dekomposisi oleh Mikroba

Dekompisisi sukrosa dapat dikatalis oleh enzim tertentu yang dihasilkan oleh mikroba. Salah satunya adalah enzim invertase yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Larutan sukrosa yang encer (nira) merupakan media yang disukai oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang. Salah satu mikroba yang terdapat pada nira dengan kualitas tebuh yang rendah adalah Leuconostoc mesentroides atau bakteri pembentuk dekstran. Bakteri tersebut selain memakan sukrosa dalam nira juga memproduksi dekstran. Dekstran adalah polisakarida yang terbentuk dari molekul D-glukosa. Dekstran yang mempunyai berat molekul tinggi sangat merugikan bagi proses di pabrik gula. Kerugian tersebut terjadi karena dekstran menyebabkan gangguan di berbagai bagian proses di pabrik gula. Diantaranya adalah proses pengendapan terganggu, masakan viskositasnya tinggi, proses pemutaran berat, tetes banyak mengandung gula, dll.

Asam Organik dalam Nira

Asam AconitatAsam aconitat merupakan asam yang terbanyak terdapat dalam nira sekitar 0.15 % (Honig, 1953). Pada proses pemurnian nira hanya sebagian saja asam aconitat yang dapat diendapkan, sisanya terbawa ke blotong dan tetes. Asam ini juga berperan dalam pembentukan kerak di evaporator yang dapat merugikan proses penguapan. Tetapi asam aconitat juga dapat direcovery sehingga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi.

Asam MalicAsam ini terdapat dalam jumlah kecil dalam nira sekitar 0.000077 % volume. Asam ini

Page 5: All About Gula

berpengaruh terhadap perhitungan pol dalam tetes, sedangkan dalam perhitungan pol nira dapat diabaikan.

Asam OksalatAsam ini terdapat dalam jumlah kecil didalam nira. Pada proses pemurnian nira asam oksalat dapat dihilangkan dengan penambahan susu kapur sehingga terbentuk endapan. Endapan ini akan terbawa ke nira kotor. Tetapi ada sebagian yang tidak larut dan terbawa ke proses penguapan. Larutan kapur yang terbawa akan mengendap di dinding pipa evaporator dan membentuk kerak. Hal ini dapat menimbulkan kerugian karena penurunan koefisien heat transfer dari evaporator.

Asam SitratAsam sitrat terdapat dalam jumlah kecil sekitar 0.00006 % volume nira.

Asam Organik LainAsam yang terbentuk karena adanya perpecahan gula reduksi yang terjadi pada suasana alkalis (pH tinggi) dan suhu yang tinggi, misalnya asam purivat dan juga asam asetat yang terbentuk karena fermentasi dari gula reduksi. Disamping itu juga terdapat asam-asam yang terbentuk karena aktivitas jasad renik yang menguraikan glukosa menghasilkan asam laktat, asam propionat dsb.

Pengaruh Asam Organik Dalam ProsesAsam-asam organik yang disebabkan karena perpecahan gula reduksi pada suhu yang tinggi menyebabkan timbulnya zat warna pada nira. Selain itu juga dapat menyebabkan overliming pada proses pemurnian karena sifat buffernya.

 

 

Air

Sukrosa

Monosakarida

Asam organik non nitrogen

Senyawa Organik kompleks

Senyawa Nitrogen

Senyawa In Organik

75 – 85 %

10 – 12 %

0.5 – 1.5 %

0.15 %

11 – 19 %

0.03 – 0.05 %

0.5 – 1.5 %

Page 7: All About Gula

Species

Saccharum arundinaceumSaccharum bengalenseSaccharum eduleSaccharum officinarumSaccharum procerumSaccharum ravennaeSaccharum robustumSaccharum sinenseSaccharum spontaneum

Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.

Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas.

Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit listrik.

Di beberapa daerah air perasan tebu sering dijadikan minuman segar pelepas lelah, air perasan tebu cukup baik bagi kesehatan tubuh karena dapat menambah glukosa. salah satu tempat yang menjual es tebu yatu di seputaran Jember.

Gula Daftar pabrik gula di Indonesia

GULA MERAH KITA

Gula merah tradisional berbahan baku tebu banyak diusahakan oleh pengrajin pada sentra

sentra produksi di wilayah Kediri, Blitar, Tulung Agung Madiun, Rembang, Pati dan dibeberapa

daerah lainnya

Page 8: All About Gula

Teknologi tradisional yang telah dikuasai secara turun temurun tanpa ada pengembangan

membuat  produksi yang dihasilkan kurang mempunyai daya saing (kwalitas, harga dll).

Rendahnya daya saing tersebut akibat hal hal sbb:

1.Kwalitas / mutu rendah

Dicirikan oleh warna yang gelap coklat kehitam hitaman, kadar air yang tidak terukur, kadar

kotoran masih tinggi,  bentuk padatan yang bervariasi, ditambah lagi dengan pemberian bahan

kimia sebagai pemucat agar warna gula kekuning kuningan dengan dosis yang membahayakan

kesehatan, juga akibat proses penguapan dengan api langsung mengakibatkan proses tidak

terkendali baik waktu maupun temperature proses kesemuanya mengakibatkan rendahnya

mutu gula yang dihasilkan.

Kotoran terikut masih banyak, hanya kotoran mengapung diambil dengan serok.

Page 9: All About Gula

Kwalitas produk rendah dan heterogen

Penambahan bahan pemucat diatas ambang batas.

2.Rendemen gula rendah , efisiensi bahan bakar rendah.

Page 10: All About Gula

Kehilangan gula selama proses cukup tinggi, bermuara pada rendahnya rendemen, kehilangan

gula terbesar terjadi di proses pemerahan (karena hanya dilakukan satu kali giling tanpa

tambahan air 

Kehilangan gula sangat tinggi karena masih terikut di ampas.

Page 11: All About Gula

Efisiensi bahan bakar rendah, Perlu subtitusi bahan bakar lain (daduk, sekam padi dll).

GULA MERAH DI LUAR NEGERI.

Dinegara lain gula merah dikenal dengan nama yang lebih keren “ JAGGERY”, “RASPADURA”, “DEMEARA” atau “ EVAPORATED CANE JUICE” yang justru diperkenalkan dengan berbagai kelebihannya dibanding dengan gula Kristal putih  dan harganya ?

Page 14: All About Gula

KITA TINGKATKAN DAYA SAING GULA MERAH KITA.

Gula merah lebih sehat ?

Berepa artikel dapat dibaca bahwa gula merah (evaporated cane juice ) memiliki beberapa kelebihan dibanding gula putih , micro nutrient yang lebih lengkap dll

Gula merah tebu dengan proses yang memenuhi GMP ( GOOD Manufacture Practice) atau CPMB (Cara Pembuatan Makanan yang Baik) - insa allah akan menaikkan posisi Gula Merah kita disamping perbaikan beberapa kelemahan kelemahan diatas.

1. Memperhatikan kebersihan , sanitasi dan standart tempat kerja.Sebagai industri makanan yang produknya dapat langsung dikonsumsi tentulah sangat penting memperhatikan kriteria GMP, setidaknya memperhatikan sanitasi dan kebersihan tempat kerja, penyimpanan hasil, pengemasan dll.

Dengan biaya yang tidak terlalu mahal kebersihan, pengemasan, dll perlu mendapat perhatian. meskipun idealnya syarat CPMB dengan lantai keramik, dengan tempat kerja yang bebas dari serangga dan tikus, dengan penyediaan tempat cuci tangan dll yang tentu perlu biaya yang relatif mahal - ya setidaknya memperhatikan kebersihan dan kebersihan lingkungan.

Page 15: All About Gula

2. Meningkatkan tingkat pemerahan.

Dengan dey crushing dan dilakukan satu kali giling akan terjadi tingkat kehilangan gula yang cukup besar diampas, pengrajin tahu akan hal ini bagi mereka dengan tanpa tambahan air imbibisi saja kebutuhan bahan bakar untuk penguapan sudah tidak dapat tercukupi dengan ampas , apalagi kalau diberi tambahan imbibisi ringan (hanya 100% fibre), pemebrian imbibisi harus diikuti dengan peningkatan thermal effisiensi penguapan.

Model five roll lebih baik dari three roll, tetapi belum ada dijual di Indonesia.

.

Page 16: All About Gula

Peningkatan efisiensi pemerahan dapat dilakukan dengan memasang dua gilingan secara

serie sehingga proses berubah dari dry crushing ke wet crushing, akan terjadi kenaikan dalam

kisaran 15%, agar bahan bakar mencukupi system penguapan dengan jedi di rubah dengan

model yang lebih effisien penggunaan bahan bakarnya.

3. Melalui Proses Pemurnian.

Proses dilengkapi dengan pemurnian nira , meskipun sederhana sehingga akan didapatkan produk yang lebih bersih dengan dirt konten yang sangat rendah.

Nira kasar seharusnya melalui proses pemurnian nira, untuk membuang sebanyak mungkin ikutan non gula/

4. Peningkatan efisiensi bahan bakar.

Dengn dry crushing saja ampas sudah tidak mencukupi untuk proses penguapan sampai dengan pengentalan, masih dibutuhkan suplisi bahan bakar, agar tidak terjadi kekurangan bahan bakar karena jumlah nira yang diuapkan naik sebesar 20 sd 30% maka system penguapan harus diganti dengan yang lebih effisien.

Page 17: All About Gula

Penguapan dengan deretan jedi secara serie membutuhkan 0.5 kg ampas untuk menguapkan 1 kg air, dibutuhkan 2,5 kg ampas untuk memproduksi 1 kg gula merah, dari material balance

terlihat bahwa memang terjadi defisit energy.

Page 18: All About Gula

Model high effisiensi open pan  adalah konsep boiler pipa api horizontal yang terbuka, dengan model ini didapatkan effisiensi yang lebih tinggi , untuk menguapkan 1 kg uap diperlukan 0,25 kg bahan bakar, indikasi efisiensi dapat dilihat dari temperature gas buang yang dalam kisaran 200 Celsius.

Laju penguapan terukur 12 kg air diuapkan per jam per m2 heating surface dengan kendali temperature < 100 Celsius untuk mengeliminir kerusakan gula akibat inversi dan karamelisasi, pada model ini karena perbedaan panas kedua sisi system terjadi pengadukan secara alami, sehingga transfer panas akan lebih merata.

Page 19: All About Gula

Temperature gas buang terukur dalam kisaran 200 Celsius sd 275 celsius.

RESUME

Kita masih punya daya saing- lebih awal melangkah akan lebih cepat sampai -.

Diposkan oleh PABRIK GULA MINI di 17:22 Tidak ada komentar: Link ke posting ini

Jumat, 21 September 2012

MENGENAL GULA PALMA

Beberapa keluarga tanaman palma di Indonesia yang banyak diusahakan sebagai pemanis antara lain:

1. Kelapa (Cocos nucifera).

Page 21: All About Gula

Pohon aren/ enau  dan penderes.

3.Siwalan ( Borassus Flabellifer)

Pohon siwalan/ lontar dan penderes nira

4.Nipah ( Nypa  Fructians)

Page 23: All About Gula

Pilipina National Standart telah mempunyai standart nira kelapa sesuai tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 diatas.

Komposisi nira aren segar dan yang sudah tertahan akan berubah akibat aktivitas jasad renik dan ragi liar, ditandai dengan penurunan pH, bau yang agak masam, peningkatan kekeruhan dan busa, aktivitas jasad renik juga mempercepat kerusakan gula sucrose (disakarida) menjadi gula monosakarida( gula reduksi biasanya glucose dan fructose)

6.Manfaat Nira.

Dengan kandungan gula diatas baik disakarida maupun mono sakarida nira hasil sadapan telah dimanfaatkan sebagai bahan pemanis (gula cetak, gula semut dan gula cair) dan juga sebagai minuman baik minuman segar (legen) maupun beralkohol (tuak) atau minuman beralkohol hasil penyulingan.

Page 25: All About Gula

Hasil penyulingan nira aren (kategori miras).

Nira sebagai bahan pemanis.

Sebagai bahan pemanis nira kelapa dan aren bayak diusahakan oleh pengrajin tradisional, untuk kebutuhan rumah tangga dan juga industri, industri penyerap gula palma terbanyak adalah industri kecap. Daerah penghasil gula kelapa meliputi kab Banyuwangi, Lumajang, Blitar, Tulungagung, Pacitan, Banyumas, Banjar negara , Purworejo dll.

Page 26: All About Gula

Proses Pembuatan gula palma tradisional.

Biasanya untuk mendapat warna yang kekuningan pengrajin menambahkan bahan pemucat yaitu sodium metabisulphite, sehingga produk yang dihasilkan masih mengandung residu SO2 melebihi ambang batas aman 30 ppm, dan juga terasa gulanya terasa asin, tentu hal ini kurang baik bagi kesehatan.

Proses nira kelapa dengan penguapan vacuum.

Proses pembuatan syrup maupun gula dengan teknologi vacuum adalah untuk meningkatkan kwalitas produk sehingga  dihasilkan produks pemanis sehat tanpa tambahan bahan pemucat dll dan akan menaikan harga jualnya.

Alir proses sbb:

Page 27: All About Gula

Nira datang dari penderes.

Sesegera mungkin dipanaskan sd 105 celsius untuk inactivasi jasd renik, kemudian dilakukan ajust pH sd neutral dan diendapkan.

Page 28: All About Gula

Tangki pengendapan dari stainless steel untuk mengeliminasi sekecil mungkin kontaminasi.

Nira dipisahkan dari kotoran dan hanya nira jernih yang diproses lebih lanjut.

Page 30: All About Gula

Mendidih pada temperature 55 celsius, sehingga tidak terjadi karamelisasi dan  inversi sucrose terkendali.

Page 31: All About Gula

Semua  parameter proses sangat terkendali baik pH, waktu maupun temperature, berbeda dengan penguapan open pan dengan api langsung yang sangat sulit untuk melkukan proses

kontrol, semua pemanasan maupun penguapan dengan menggunakan uap dari ketel.

Produk syrup yang dihasilkan pada pendidihan temperature rendah.

Page 32: All About Gula

Sesuai permintaan pasar terkadang produk dikaramelkan 10%.

Manfaat syrup dan gula kelapa.

1. Glisemik indek rendah.

Beberapa produsen mencantumkan pemanis berbahan nira kelapa sebagai pemanis alami untuk penderita diabet. dengan glisemik index 35.

2. Nutrisi yang cukup lengkap.

Sesuai analisa diatas nutrisi pemanis berbahan nira kelapa cukup lengkap dengan micro nutrisi alami, utamanya kandungan Zn (zink) yang cukup sebagai mineral yang diperlukan untuk perkembangan mental dan kesehatan organ reproduktive ( kelenjar prostat ).

.

Diposkan oleh PABRIK GULA MINI di 05:59 Tidak ada komentar: Link ke posting ini

Page 33: All About Gula

Minggu, 25 Maret 2012

SWA SEMBADA GULA 2014 - KITA MEMANG PEMIMPI.

Seorang pemimpi sering sering membayangkan mendapat hadiah mobil baru dari gebyar sebuah bank, meskipun dia tidak punya rekening di Bank tersebut, seorang pemimpi membayangkan akan menikahi wanita yang sangat cantik dari hadiah undian diluar negeri meskipun dia tidak pernah tahu beli kuponnya dimana, itulah seorang pemimpi dan adalah hak semua insan untuk bermimpi - semua memang berawal dari mimpi dan impian akan terwujud apabila kita berusaha memenuhinya di jalur mimpi yang kita mimpikan, bagaimana seorang mimpi menjadi dokter kalau kuliahnya dibidang ekonomi, bagaimana berminpi menjadi insinyur kalau kulihnya dibidang hukum.

Saya lebih senang dengan menggunakan bahasa mimpi dan impian , sementara cendekiawan dan politisi menggunakan istilah wacana tanpa rencana, inilah gambaran  mimpi indah yang sempat memukau segenap rakyat Indonesia:

Tahun Pejabat

Target Swa

SembadaKebijakan

2003 Rini Suwandhi

Memperindag

2007 Target swa sembada gula

06/06/03

KOMPAS

28/07/04

S Harapan

Bungaran Saragih

Menteri Pertanian

Bungaran Saragih

Menteri Pertanian

2007

2008

Tidak perlu pabrik baru

Perluasan areal sd 400.000 ha.

Mundur dari target awal 2007

29/7/04

S Harapan

Megawati

Presiden

2008 Mundur dari target awal 2007

28/10/05

Suar merr

Anton Apriantono

Menteri Pertanian

2009 Pembangunan pabrik baru

02/07/07 Ahmad Manggabarani

Dirjenbun

2009 Dibentuk TKPPG 1 juta ton pada

Tahun 2009

Page 34: All About Gula

29/08/07

Antara

05/09/07

Antara

Ahmad Manggabarani

Dirjenbun

Ahmad Manggabarani

Dirjenbun

2009

2009

9 pabrik akan beroperasi 2009

4 milik BUMN yg lain swasta

Pabrik baru Jatim, Kalbar,Sumbar

2 lagi di Sulsel.

26/06/07

Anttara

Agus Pakpahan

Deputy Meneg BUMN

2009 4 PG baru 2009

28/07/07 Fahmi Idris

Menteri Perindustrian

Membangun Pabrik Gula Merah Putih

(karya nasional).

19/01/08

Liputan 6

Yusuf Kalla

Wapres

2009 Menaikkan rendemen 2%

Revitalisasi pabrik lama dan tambah

pabrik baru.

Semua diatas adalah mimpi mimpi indah tetapi harus berani menempuh jalan berliku untuk mencapainya, mimpi terakhir adalah "SWA SEMBADA GULA 2014"  yang kabarnya Departemen terkait sudah saling membuat dan menyusun Road Map untuk mencapainya, meskipun dapat diduga apabila di anggap rakyat adalah penonton , sudah bia menduga bahwa para

Pembuatan gula tebu

Pemanenan

Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung dan ketika dewasa hampir seluruh daun-daunnya mengering, namun masih mempunyai beberapa daun hijau. Sebelum panen, jika memungkinkan, seluruh tanaman tebu dibakar untuk menghilangkan daun-daun yang telah kering dan lapisan lilin. Api membakar pada suhu yang cukup tinggi dan berlangsung sangat cepat sehingga tebu dan kandungan gulanya tidak ikut rusak.

Di beberapa wilayah, pembakaran areal tanaman tebu tidak diijinkan karena asap dan senyawa-senyawa karbon yang dilepaskan dapat membahayakan penduduk setempat. Meskipun demikian, tidak ada dampak lingkungan, karena CO2 yang dilepaskan sebenarnya memiliki proporsi yang sangat kecil dibandingkan dengan CO2 yang terikat melalui fotosintesis selama pertumbuhan. Besarnya areal tanam dan jumlah tanaman tebu dapat dikurangi jika ekstraksi gula dapat dilakukan semakin baik sehingga dapat memenuhi kebutuhan gula dunia.

Page 35: All About Gula

Pemanenan dapat dilakukan baik secara manual dengan tangan ataupun dengan mesin. Pemotongan tebu secara manual dengan tangan merupakan pekerjaan kasar yang sangat berat tetapi dapat mempekerjakan banyak orang di area di mana banyak terjadi pengangguran.Tebu dipotong di bagian atas permukaan tanah, dedauan hijau di bagian atas dihilangkan dan batang-batang tersebut diikat menjadi satu. Potongan-potongan batang tebu yang telah diikat tersebut kemudian dibawa dari areal perkebunan dengan menggunakan pengangkut-pengangkut kecil dan kemudian dapat diangkut lebih lanjut dengan kendaraan yang lebih besar ataupun lori tebu menuju ke penggilingan.

Pemotongan dengan mesin umumnya mampu memotong tebu menjadi potongan pendek-pendek. Mesin-mesin hanya dapat digunakan ketika kondisi lahan memungkinkan dengan topografi yang relatif datar. Sebagai tambahan, solusi ini tidak tepat untuk kebanyakan pabrik gula karena modal yang dikeluarkan untuk pengadaan mesin dan hilangnya banyak tenaga kerja kerja.

Ekstraksi

Tahap pertama pengolahan adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Di kebanyakan pabrik, tebu dihancurkan dalam sebuah serial penggiling putar yang berukuran besar. Cairan tebu manis dikeluarkan dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Di lain pabrik, sebuah diffuser digunakan seperti yang digambarkan pada pengolahan gula bit. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula.

Ekstraksi gula 

Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula, sekitar 50% air serta pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang terhitung sebagai “abu”. Sebuah tebu bisa mengandung 12 hingga 14% serat dimana untuk setiap 50% air mengandung sekitar 25 hingga 30 ton bagasse untuk tiap 100 ton tebu atau 10 ton gula.

Page 36: All About Gula

Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)

Pabrik dapat membersihkan jus dengan mudah dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran untuk kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.

Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih.

Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

Penguapan (Evaporasi)

Setelah mengalami proses liming, jus dikentalkan menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas dalam suatu proses yang dinamakan evaporasi. Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi.

Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk' (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

Pendidihan/ Kristalisasi

Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam panci yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam panci ini sejumlah air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.

Page 37: All About Gula

Sentifugasi gula (Sumber)

Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.

Dalam sebuah pabrik pengolahan gula kasar (raw sugar) umumnya dilakukan tiga proses pendidihan. Pertama atau pendidihan “A” akan menghasilkan gula terbaik yang siap disimpan. Pendidihan “B” membutuhkan waktu yang lebih lama dan waktu tinggal di dalam panci pengkristal juga lebih lama hingga ukuran kristal yang dinginkan terbentuk. Beberapa pabrik melakukan pencairan ulang untuk gula B yang selanjutnya digunakan sebagai umpan untuk pendidihan A, pabrik yang lain menggunakan kristal sebagai umpan untuk pendidihan A dan pabrik yang lainnya menggunakan cara mencampur gula A dan B untuk dijual. Pendidihan “C” membutuhkan waktu secara proporsional lebih lama daripada pendidihan B dan juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuk kristal. Gula yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai umpan untuk pendidhan B dan sisanya dicairkan lagi.

Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut

Page 38: All About Gula

menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol. Inilah yang menyebabkan lokasi pabrik rum di Karibia selalu dekat dengan pabrik gula tebu.

Penyimpanan

Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

Afinasi (Affination)

Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (‘magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga pengotor dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum perlakuan berikutnya (karbonatasi).

Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

Karbonatasi

Tahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi. Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna. Selain karbonatasi, t eknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Page 39: All About Gula

Penghilangan warna

Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan.

Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

Pendidihan

Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

Pengolahan sisa (Recovery)

Cairan sisa baik dari tahap penyiapan gula putih maupun dari pembersihan pada tahap afinasi masih mengandung sejumlah gula yang dapat diolah ulang. Cairan-cairan ini diolah di ruang pengolahan ulang (recovery) yang beroperasi seperti pengolahan gula kasar, bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Seperti pada pengolahan gula lainnya, gula yang ada tidak dapat seluruhnya diekstrak dari cairan sehingga diolah menjadi produk samping: molase murni. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol.

Kimia Gula

Secara kimiawi gula sama dengan karbohidrat, tetapi umumnya pengertian gula mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut. Kata gula pada umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa (sukrosa). Pada bagian ini pengertian gula

Page 40: All About Gula

mengacu pada karbohidrat yang memiliki rasa manis, berukuran kecil dan dapat larut (dalam air).

Rasa manis yang biasa dijumpai pada tanaman terutama disebabkan oleh tiga jenis gula, yaitu sakarosa, fruktosa dan glukosa. Gula-gula ini berada secara sendiri-sendiri ataupun dalam bentuk campuran satu dengan yang lain. Madu merupakan larutan yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sakarosa dalam air, dengan komposisi sekitar 80% gula dan 20% air. Komposisi sesungguhnya sangat tergantung pada asal tanaman. Dalam pembuatan bir, pati (karbohidrat berukuran besar yang tidak manis) dari biji-bijian terpecah menjadi karbohidrat yang berukuran lebih kecil, salah satunya adalah gula malt (maltosa) yang memiliki sedikit rasa manis.

Satu-satunya gula utama yang dihasilkan oleh hewan adalah laktosa, yaitu gula yang terdapat dalam semua susu hewan. Seluruh gula yang dicerna oleh hewan akan diubah di dalam hati menjadi glukosa, oleh karena itu gula di dalam darah hewan (dengan kata lain di dalam daging) adalah glukosa. Karena laktosa memiliki tingkat kemanisan yang lebih rendah dibandingkan fruktosa dan sakarosa, susu tidak memiliki rasa manis, meskipun kadar gulanya cukup tinggi (4,5% pada susu sapi, 7% pada ASI).

Selain lima jenis gula utama ini, terdapat ratusan jenis karbohidrat berukuran kecil lainnya yang terdapat pada tanaman dan susu, tetapi tidak satupun yang berasa sangat manis dan menarik secara komersial.

 

Gula Struktur Tingkat kemanisan dibandingkan dengan sakarosa

Sakarosa (glukosa + fruktosa)

100%

Glukosa 74%

Page 41: All About Gula

Fruktosa 173%

Maltosa(glukosa + glukosa)

33%

Laktosa (galaktosa + glukosa)

16%

 

Lebih jauh tentang kimiawi karbohidrat dapat dilihat pada topik Karbohidrat (sedang dalam tahap penyusunan)

http://www.food-info.net/id/products/sugar/chemistry.htm