all about akpem

84
Studi ini dikatakan pendahuluan karena hanya didasarkan kepada fakta-fakta yang diungkap oleh media massa . Studi ini perlu untuk memotret masalah-masalah terkini terkait pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Studi pendahuluan ini rencananya akan menjadi titik awal bagi riset-riset saya selanjutnya di bidang akuntansi sektor publik. Berikut ini adalah fakta substantif yang disarikan dari beberap berita dan simpulan seminar yang dipublikasikan melalui media (saya masih sedang melengkapinya): Kualitas laporan keuangan pemerintah ternyata masih sangat rendah, baik di tingkat pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini tercermin dari masih banyaknya hasil audit BPK atas laporan keuangan kementerian dan lembaga dengan opini selain wajar tanpa pengecualian. Berdasarkan, audit atas 293 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2008 dan satu LKPD tahun 2007 oleh BPK ternyata menghasilkan 8 LKPD mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), 217 LKPD Wajar Dengan Pengecualian (WDP), 21 LKPD Tidak Wajar (TW) dan 47 LKPD Disclaimer. Rendahnya kualitas laporan keuangan tersebut disebabkan oleh aparat pemerintah yang resisten terhadap reformasi pengelolaan keuangan negara. Mental korup juga masih kuat di pemerintahan. Kemampuan pemerintah dalam menyusun dan melaporkan keuangan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan juga masih terbatas. Hal ini sebagian disebabkan oleh tidak memadainya SDM yang menangani pengelolaan dan pelaporan keuangan di pemerintah. Sementara itu, pendidikan akuntansi di perguruan tinggi selama ini hanya menekankan akuntansi sektor bisnis (private). Akuntansi sektor publik, termasuk di dalamnya akuntansi pemerintahan, masih belum diperhatikan secara memadai.

Upload: dolphinzegers

Post on 03-Aug-2015

88 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Studi ini dikatakan pendahuluan karena hanya didasarkan kepada fakta-fakta yang diungkap oleh media massa. Studi ini perlu untuk memotret masalah-masalah terkini terkait pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Studi pendahuluan ini rencananya akan menjadi titik awal bagi riset-riset saya selanjutnya di bidang akuntansi sektor publik.

Berikut ini adalah fakta substantif yang disarikan dari beberap berita dan simpulan seminar yang dipublikasikan melalui media (saya masih sedang melengkapinya):

Kualitas laporan keuangan pemerintah ternyata masih sangat rendah, baik di tingkat pusat maupun pemerintah daerah. Hal ini tercermin dari masih banyaknya hasil audit BPK atas laporan keuangan kementerian dan lembaga dengan opini selain wajar tanpa pengecualian. Berdasarkan, audit atas 293 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2008 dan satu LKPD tahun 2007 oleh BPK ternyata menghasilkan 8 LKPD mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), 217 LKPD Wajar Dengan Pengecualian (WDP), 21 LKPD Tidak Wajar (TW) dan 47 LKPD Disclaimer.

Rendahnya kualitas laporan keuangan tersebut disebabkan oleh aparat pemerintah yang resisten terhadap reformasi pengelolaan keuangan negara. Mental korup juga masih kuat di pemerintahan.

Kemampuan pemerintah dalam menyusun dan melaporkan keuangan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan juga masih terbatas. Hal ini sebagian disebabkan oleh tidak memadainya SDM yang menangani pengelolaan dan pelaporan keuangan di pemerintah.

Sementara itu, pendidikan akuntansi di perguruan tinggi selama ini hanya menekankan akuntansi sektor bisnis (private). Akuntansi sektor publik, termasuk di dalamnya akuntansi pemerintahan, masih belum diperhatikan secara memadai.

Akuntansi Pemerintahan di IndonesiaDesember 30, 2008 in peduli bangsa

Catatan : Tulisan ini pernah dimuat dalam Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung, Edisi Mei 2008.

Abstract

Indonesian people more critical after reformation in Indonesia. One of criticized object is accountability and transparency in government financial management. Government Accounting Standard is one of tool that can measure of government financial management performance. This Paper would like to explain several aspect that relate to government accounting in Indonesia, that is : financial management, challenges, comparison between government accounting and commercial accounting, unique case of government accounting, development strategy, and career opportunity for accountant in government organization.

Keyword : Government Accounting.

1. Pendahuluan

Bukan suatu yang sulit ketika kita mencari orang yang faham mengenai akuntansi. Akuntansi memang sudah diajarkan sejak di SMA, bahkan ada yang mendapatkan materi akuntansi sejak SMP dalam pelajaran keterampilan jasa. Ditingkat perguruan tinggi, jurusan akuntansi juga bukan jurusan yang sulit ditemukan. Namun, jika kita melihat kurikulum akuntansi saat ini, kurikulum yang diadopsi dalam pendidikan akuntansi diberbagai tingkat, baru mengakomodir materi-materi akuntansi komersial, sedikit sekali porsi yang diberikan untuk mata kuliah akuntansi pemerintahan.

Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi keilmuan, Baswir (1995) mengelompokan akuntansi menjadi 3 bidang, yaitu : akuntansi perusahaan, akuntansi nasional dan akuntansi pemerintahan. Sedangkan Kusnadi, dkk (1999) mengelompokan akuntansi menjadi 11 bidang, yaitu : Akuntansi Keuangan, Pemeriksaan, Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen, Akuntansi Perpajakan, Sistem Akuntansi, Akuntansi Anggaran, Akuntansi Internasional, Akuntansi Non Profit, Akuntansi Sosial, Instruksi Akuntansi.Berapapun banyaknya pembagian konsentrasi akuntansi, sebenarnya hanya bermuara pada 2 kelompok akuntansi, yaitu akuntansi komersial dan akuntansi pemerintahan. Sebagian orang mengelompokkannya sebagai akuntansi sektor publik, tetapi untuk konsistensi bahasa dalam artikel ini penulis hanya akan menyebutnya dengan istilah akuntansi pemerintahan.

Akuntansi komersial memang lebih beruntung, kurikulum yang ada sekarang mendukung penuh lestarinya keilmuan akuntansi komersial. Berbeda dengan akuntansi pemerintahan yang hanya dipelajari 3 sks dari 144 sks wajib, itupun dengan silabus yang belum terstruktur dengan baik, karena sampai dengan tahun 2005, Pemerintah Indonesia belum pernah menerbitkan Standar

Akuntansi Pemerintahan, oleh sebab itu materi yang diberikan dibangku kuliah diadopsi dari materi akuntansi pemerintahan di Amerika Serikat, yang tentu saja belum tentu cocok digunakan di Indonesia.

Hawa segar mulai muncul ketika akhirnya diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, tulisan ini mencoba membahas berbagai aspek yang berhubungan dengan akuntansi pemerintahan.

2. Pembahasan2.1. Pengelolaan Keuangan Negara di Indonesia

Mungkin ada yang tidak percaya bahwa selama 60 tahun Indonesia merdeka, keuangan negara ini dikelola dengan sebuah aturan yang diterbitkan oleh Belanda pada tahun 1864. Tidak perlu heran, karena memang begitulah kenyataannya, selama ini keuangan negara dikelola berdasarkan Indonesische Comptabiliteitswet Stbl. 1864 No. 106, dan diundangkan lagi teks nya yang telah diperbaharui untuk ketiga kalinya terakhir dalam Stbl. 1925 No. 448 selanjutnya diubah dan diundangkan dalam Lembara Negara 1954 No. 6, 1955 Np. 49 dan terakhir Undang-undang No.9 tahun 1968.

Dalam perjalanannya memang terjadi beberapa kali perubahan, tetapi pada dasarnya peraturan yang dipakai adalah peraturan produksi Belanda, oleh karena itu istilah Stbl 1925 sangat populer dikalangan pengelola keuangan pemerintah sampai dengan era millenium baru. Begitu kuatnya peraturan ini dibenak para pengelola keuangan pemerintah, sehingga ketika akhirnya terbit peraturan baru yang mengatur hal yang sama, “sifat-sifat” bawaan dari Stbl 1925 masih agak sulit dihilangkan.

Walaupun saat itu belum ditetapkan SAP, bukan berarti dalam pengelolaan keuangan negara tidak dilakukan pencatatan sama sekali, selama ini pencatatan transaksi keuangan dilakukan dengan metode pencatatan tunggal (single entry) sebagaimana yang dahulu banyak dianut oleh negara-negara kontinental (Eropa), maklum saja karena peraturannyapun diadopsi dari sana (Belanda).

Jadi, meskipun tidak secara resmi dikatakan sebagai SAP, Indonesia sebenarnya sudah memiliki Sistem Akuntansi Pemerintahan sejak dulu, hanya saja sistem yang digunakan pada saat itu dapat dikatakan sebagai ‘akuntansi tradisional’ yang hanya menghasilkan laporan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja. Perhitungannya cukup sederhana, pendapatan berapa ? belanja berapa ? sisanya adalah surplus atau defisit.Ada lagi yang paling “khas” jika kita berbicara mengenai pengelolaan keuangan negara. Selama masa orde baru, negara kita dapat dikatakan tidak pernah mengalami surplus atau defisit, karena pemerintahan saat itu menganut sistem anggaran berimbang, namun demikian istilah berimbang itu sendiri memiliki arti semu, karena defisit yang terjadi selalu ditutupi dengan hutang luar negeri, yang dikemudian hari menjadi bumerang bagi pemerintah itu sendiri.

Reformasi yang dimulai tahun 1998, telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Bidang yang menjadi sorotan utama dalam penyelenggaraan reformasi adalah bidang birokrasi pemerintahan,

termasuk didalamnya mengenai hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah, yang kemudian melahirkan sebuah ‘produk’ fenomenal yang dinamai otonomi daerah.

Perbaikan-perbaikan dalam bidang birokrasi akhirnya menyentuh juga pada bidang pengelolaan keuangan negara, baik yang dikelola pemerintah pusat atau pemerintahan daerah. Halim (2004) memberikan beberapa poin penting reformasi pengelolaan keuangan negara, diantaranya :

1. Anggaran Tradisional Menjadi Anggaran KinerjaAnggaran tradisional disusun dengan pendekatan inkremental dan line item dengan penekanan pada pertanggungjawaban setiap input yang dialokasikan. Dengan anggaran kinerja, pertanggungjawaban tidak hanya pada input tetapi juga pada output dan outcome.

2. Pengendalian Audit Keuangan dan KinerjaSebelum reformasi audit keuangan dan kinerja memang sudah dilakukan, tetapi karena sistem anggaran belum memasukan kinerja, maka proses audit kinerja tidak bisa berjalan dengan baik. Saat ini, karena sistem penganggaran yang menggunakan sistem penganggaran kinerja maka pelaksanaan pengendalian dan audit keuangan dan kinerja menjadi lebih baik.

3. Menerapkan Konsep Value for MoneyKonsep Value for Money atau lebih dikenal dengan 3E (Ekonomis, Efisisien dan Efektif) mulak dilakukan dalam pengelolaan keuangan negara, sehingga baik pusat maupun daerah dituntut untuk selalu menerapkan 3E dalam pengelolaan keuangannya.

4. Penerapan Pusat PertanggungjawabanPenerapan pusat pertanggungjawaban ditujukan untuk memudahkan pengukuran kinerja setiap unit organisasi, misalnya pusat pendapatan adalah Dinas Pendapatan, Pusat Biaya adalah Bagian Keuangan, Pusat labab dan investasi adalah BUMD atau Perusahaan Daerah.

5. Perubahan Sistem Akuntansi PemerintahanUntuk mendukung perubahan-perubahan yang akan dilakukan, maka perlu juga dilakukan perubahan dalam sistem akuntansi. Jika selama ini digunakan sistem pencatatan tunggal (single entry system), maka harus diubah dengan sistem pencatatan ganda (Double Entry System). Selain itu pencatatan atas dasar basis kas harus diubah pula dengan basis akrual.

2.2. Jalan Panjang Menuju Standar Akuntansi Pemerintahan

Meskipun lembaga pemerintahan bukanlah organisasi yang memiliki tujuan menghasilkan laba, tetapi dalam aktivitasnya lembaga pemerintahan ternyata melakukan transaksi pengeluaran dan menerima pendapatan, maka dari itu lembaga pemerintahan juga memerlukan akuntansi untuk menghasilkan informasi keuangan yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Wacana untuk menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebenarnya sudah cukup lama mengemuka, tetapi untuk menerbitkan SAP yang mendekati sempurna memang bukanlah pekerjaan yang ringan. Dengan perjalanan yang cukup panjang, akhirnya pemerintah menerbitkan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Terbitnya PP ini sekaligus juga membuka sejarah baru dalam pengelolaan keuangan negara, karena untuk pertama kalinya Indonesia memiliki SAP.

Penyusunan SAP sendiri dipicu oleh semakin berkembangnya akuntansi komersial, dengan diterbitkannya standar akuntansi keuangan (SAK) oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada tahun 1994. Terpacu oleh hal itu, Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) Departemen Keuangan RI mulai memprakarsai penyusunan SAP. Bergulirnya reformasi di Indonesia semakin menambah kuat dorongan untuk segera disusunnya SAP, hal ini sejalan dengan tuntutan masyarakat Indonesia yang menginginkan transparansi dan akuntanbilitas pengelolaan keuangan negara.

Diterbitkannya PP Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah adalah salah satu peraturan yang menjadi tonggak perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia, didalamnya secara jelas dikatakan tentang perlunya standar akuntansi pemerintahan dalam pertanggunjawaban keuangan daerah. Kemudian pada tahun 2002 Menteri Keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang ditugaskan untuk menyusun Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Daerah.

Setelah itu kembali terbit peraturan lainnya yang semakin menguatkan untuk segera diterbitkannya SAP, yaitu UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa laporan pertanggungjawaban APBN/APBD harus disusun sesuai dengan standar akuntansi Pemerintahan, dan standar tersebut disusun oleh suatu komite standar yang indenden dan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Kemudian Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara kembali mengamanatkan penyusunan laporan pertanggungjawaban pemerintah pusat dan daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, bahkan mengamanatkan pembentukan komite yang bertugas menyusun standar akuntansi pemerintahan dengan keputusan presiden.

Penyusunan SAP sendiri akhirnya dilakukan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang dibentuk oleh Menteri Keuangan yang kemudian ditetapkan kembali dengan sebuah Keputusan Presiden sesuai dengan amanat UU Nomor 1 Tahun 2004. KSAP melakukan penyusunan SAP atas dasar konsep-konsep yang berlaku umum dan berlaku secara internasional yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia.

Atas koordinsi berbagai unsur terkait, akhirnya SAP ditetapkan dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang ditetapkan pada tanggal 13 Juni 2005, yang terdiri dari 11 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), yaitu :

PSAP 01 : Penyajian Laporan Keuangan;PSAP 02 : Laporan Realisasi Anggaran;PSAP 03 : Laporan Arus Kas;PSAP 04 : Catatan atas Laporan Keuangan;PSAP 05 : Akuntansi Persediaan;PSAP 06 : Akuntansi Investasi;PSAP 07 : Akuntansi Aset Tetap;PSAP 08 : Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan;PSAP 09 : Akuntansi Kewajiban;PSAP 10 : Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa:PSAP 11 : Laporan Keuangan Konsolidasian.

PP SAP kemudian menjadi pedoman dalam penyusunan laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah, berupa : Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Dalam SAP tidak ada Laporan Perubahan Modal seperti halnya dalam akuntansi komersial, karena kepemilikan modal dalam pemerintahan adalah modal publik yang tidak bisa dideteksi kepemilikannya, sehingga keberadaanya hanyalah sebagai penyeimbang antara aset dan hutang.

Lebih jauh dari itu, penetapan SAP diharapkan dapat menjadi tonggak lahirnya transparansi, partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga diperlukan langkah-langkah strategis yang perlu segera diupayakan dan diwujudkan bersama dalam rangka implementasi Standar akuntansi Pemerintahan.

Salah satu usaha untuk mewujudkan sistem akuntansi yang mengacu pada SAP adalah dengan diterbitkannya peraturan turunan sebagai penjabaran dari PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP. Ditingkat pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Sedangkan untuk pemerintahan daerah telah terbit PP Nomr 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang kemudian dijabarkan oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomr 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Penerapan SAP ternyata bukan tanpa tantangan, menurut Simanjuntak ada beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan, yaitu :

1. Komitmen dari pimpinanDukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Diundangkannya tiga paket keuangan negara serta undang undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Yang menjadi ujian sekarang adalah bagaimana penerapan dari perubahan akuntantansi pemerintahan dalam pencatatan dan pelaporan oleh Departemen/Lembaga di pemerintah pusat dan Provinsi/Kabupaten/Kota untuk pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan, nampaknya penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan Departemen/Lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota didaerah.

2. Tersedianya SDM yang kompetenLaporan keuangan diwajibkan untuk disusun secara tertib dan disampaikan masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatnya 3 (tiga) bulan setelah tahun anggaran

berakhir. Selanjutnya, selambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK tadi diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPRD. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi untuk masa awal penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari perguruan tinggi tidak kalah pentingnya untuk memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.

3. Resistensi terhadap perubahanSebagai layaknya untuk setiap perubahan, bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan dan dilakukan berbagai sosialisasi sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat berjalan dengan baik.

4. Lingkungan/masyarakatApresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan keuangan pemerintah sehingga dapat mengetahui dan memahami penggunaan atas penerimaan pajak yang yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif dari masyarakat akan mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan pemerintahan.

2.3. Perbandingan Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Komersial

Akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial memiliki persamaan dan perbedaan yang menurut BPKP (2002 : 40) persamaan akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial adalah :1. Memberikan informasi mengenai posisi keuangan dan hasil operasi.2. Mengikuti prinsip-prinsip dan standar akuntansi yang diterima secara umum.3. Merupakan bagian terpadu dari sistem ekonomi yang sama dan juga menggunakan sumber daya yang langka untuk mencapai tujuan.4. Menggunakan dan mengkonversi sumber daya yang langka yang akan diolah untuk menghasilkan barang dan jasa dalam bentuk yang lebih berguna ;5. Menghasilkan laporan keuangan.6. Laporan keuangan yang dihasilkan merupakan informasi yang sangat bergunan bagi proses pengambilan keputusan.7. Memerlukan informasi yang akurat.Sedangkan perbedaan akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial menurut BPKP (2002 : 41) adalah sebagai berikut :

Perbedaan Akuntansi Pemerintahan dengan Akuntansi Komersial

Akuntansi Pemerintahan Akuntansi Komersial

1.          Tujuannya adalah peningkatan pelayanan 1.       Tujuannya adalah laba atau keuntungan.

dan kesejahteraan masyarakat2.          Terdapat akuntansi untuk anggaran

(Budgetary Accounting)2.        Tidak mengenal akuntansi anggaran.

3.          Mendahulukan aturan daripada substansi kejadian.

3.        Mendahulukan substansi kejadian daripada bentuk formalnya.

4.          Tidak mengenal modal pemilik, ekuitas dana adalah merupakan selisih antara asset dan hutang, yang fungsinya hanya sebagai penyeimbang.

4.        Mengenal adanya modal pemilik, dan setiap perubahannya mencerminkan perubahan kekayaan pemiliknya.

5.          Ekuitas dana tidak dapat dibagikan kepada pemiliknya.

5.        Modal pemilik dapat diambil sewaktu-waktu oleh pemiliknya.

Meskipun memiliki perbedaan, pada dasarnya fungsi akuntansi dalam bidang apapun adalah sama yaitu menyajikan informasi bagi berbagai pihak tentang kejadian-kejadian ekonomi sebagai dasar pengambilan keputusan . Namun selain fungsi umum, menurut Kusnadi, dkk (1999 : 20) akuntansi pemerintahan memiliki fungsi khusus, yaitu :1. Menghitung layanan yang dicapai oleh pemerintah2. Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban pemerintah khususnya dari segi ukuran finansial.3. Memberikan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang berkepentingan.4. Mengukur efektifitas dan efisiensi kinerja eksekutif di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Pendapat lain dikemukakan oleh BPKP (2002 : 39-40), yang menyebutkan bahwa fungsi dari akuntansi pemerintahan adalah :1. PertanggungjawabanAkuntansi pemerintahan bertujuan memberikan informasi keuangan yang lengkap, cermat dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan unit-unit pemerintahan.2. ManajerialAkuntansi pemerintahan juga harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan serta penilaian kinerja pemerintah.3. PengawasanAkuntansi pemerintahan harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.Dari 2 pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi akuntansi pemerintahan adalah untuk memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa pemerintahan berjalan dalam koridor yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.4. Contoh Kasus Perbedaan Akuntansi Pemerintahan dan Akuntansi Komersial

Akuntansi pemerintahan memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan akuntansi komersial. Salah satu keunikannya terletak pada perlakuan kepada setiap transaksi yang harus mengakomodir kebutuhan 2 laporan utama dari akuntansi pemerintahan, yaitu Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran. Berikut ini satu contoh kasus keunikan akuntansi pemerintahan jika dibandikan dengan akuntansi komersial.

Misalnya, Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan pembelian alat angkutan darat berupa mobil dengan cara tunai senilai Rp. 5.000.000.000, yang diperuntukan sebagai kendaraan dinas bagi para anggota DPRD. Tansaksi dilakukan pada tanggal 5 Mei 2008, maka jurnal yang biasa dilakukan dalam akuntansi komersial adalah :

Tanggal Uraian Debet Kredit

5 Mei 2008 Aset Tetap : Mobil 5.000.000.000,- -  Kas - 5.000.000.000,-

Jurnal diatas tidak bisa dilakukan dalam akuntansi pemerintahan, karena jurnal tersebut hanya akan mengakomodir akun-akun yang ada pada neraca, padahal mobil dibeli dari anggaran yang terdapat dalam APBN/D, sehingga pembelian mobil harus dilaporkan juga dalam Laporan Realisasi Anggaran. Dalam akuntansi pemerintahan pembelian mobil diatas harus dijurnal dengan cara sebagai berikut :

Tanggal Uraian Debet Kredit

5 Mei 2008 Belanja Modal :  Mobil 5.000.000.000,- -  Kas - 5.000.000.000,-       5 Mei 2008 Aset Tetap : Mobil 5.000.000.000,- -  Diinvestasikan dalam Aset Tetap - 5.000.000.000,-

Jurnal diatas dikenal dengan istilah jurnal korolari. Dengan model jurnal tersebut pengeluran kas akan tercatat dalam neraca sedangkan dalam Laporan Realisasi Anggaran akan tercatat bahwa pemerintah telah melakukan Belanja Modal berupa pengadaan mobil. Keberadaan mobil juga diakui sebagai aset tetap dalam neraca dan sebagai penambah Ekuitas dalam akun “diinvestasikan dalam aset tetap”.

2.5. Strategi Pengembangan Akuntansi Pemerintahan

Seperti yang sudah dibahas dalam pendahuluan diatas, bahwa akuntansi pemerintahan tidak seberuntung akuntansi komersial yang terus mengalami perkembangan. Mata kuliah akuntansi pemerintahan seolah hanya pelengkap transkrip nilai untuk menggenapkan jumlah sks wajib ditempuh oleh seorang mahasiswa jurusan akuntansi. Objektif dari pembelajarannya tidak terlalu jelas, sehingga timbul pertanyaan dari sebagian mahasiswa, untuk apa sebenarnya mata kuliah ini diajarkan ? toh sebagian besar mahasiswa jurusan akuntansi bercita-cita setelah lulus kuliah akan bekerja sebagai akuntan publik, akuntan manajemen, auditor atau menjadi dosen, hal ini pulalah yang menyebabkan ketertarikan mahasiswa terhadap mata kuliah akuntansi pemerintahan sangat minim.

Selain itu, tidak adanya standar pengajaran yang menjadi acuan seorang dosen untuk mengajar materi akuntansi pemerintahan juga menyulitkan transfer ilmu dari dosen ke mahasiswanya. Sebelum terbitnya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, walaupun tidak sebanyak buku-buku akuntansi komersial, sebenarnya ada juga beberapa buku akuntansi pemerintahan yang disusun oleh kalangan akademisi di Indonesia, tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada para penyusunnya, buku-buku itu cenderung hanya berisi aspek-

aspek pengelolaan keuangan negara, aspek akuntansinya sendiri sedikit sekali dibahas. Akuntansi pemerintahan disuatu negera sangat tergantung pada peraturan yang berlaku di negara tersebut, sehingga akuntansi permerintahan di Indonesia sangat mungkin berbeda dengan akuntansi pemerintahan di negara lain. Jadi walaupun kondisinya demikian, sangat bisa dimengerti karena memang pada saat itu tidak ada peraturan yang menjadi acuan para penyusun buku dalam mengembangkan materinya.

Menurut penulis, pengembangan akuntansi pemerintahan jangan berhenti pada pembentukan KSAP dan menerbitkan Peraturan Pemerintah beserta peraturan turunannya, tetapi harus diiringi dengan tindakan-tindakan strategis lainnya, seperti :

1. Para akademisi terutama yang aktif menyusun buku, untuk turut serta mengembangkan akuntansi pemerintahan lewat tulisan-tulisannya. Dengan demikian, keilmuan akuntansi pemerintahan di Indonesia dapat disampaikan dengan sebagaimana mestinya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. KSAP bekerjasama dengan Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas untuk mengembangkan kurikulum akuntansi pemerintahan, misalnya dengan menyususun kurikulum dan silabus mata kuliah akuntansi pemerintahan menjadi mata kuliah wajib dengan jenjang Akuntansi Pemerintahan Dasar, Akuntansi Pemerintahan Menengah dan Akuntansi Pemerintahan Lanjutan yang masing-masing berbobot 3 sks, sehingga lulusan sarjana akuntansi setidaknya pernah belajar akuntansi pemerintahan dengan bobot 9 sks.

3. Lebih jauh dari sekedar mewajibkan 9 sks mata kuliah pemerintahan, Perguruan Tinggi dapat juga bisa menawarkan konsentrasi akuntansi pemerintahan sebagai konsentrasi alternatif dari konsentrasi yang sudah ada. Dalam konsentrasi akuntansi pemerintahan dapat diajarkan mata kuliah seperti : Sistem Pengendalian Pemerintahan, Audit Lembaga Pemerintahan, Manajemen Keuangan Pemerintahan, Sistem Informasi Akuntansi Pemerintahan. Mengenai bahan ajarnya tentu saja kembali ke poin 1, ini menjadi tugas para akademisi untuk mengembangkan cabang-cabang ilmu dari akuntansi pemerintahan tersebut.

4. Sebuah peraturan disusun tentu saja bukan untuk menjadi pajangan dilemari kaca, tetapi harus diketahui oleh khalayak umum, sehingga sosialisasi SAP yang intensif adalah sesuatu yang mutlak. Hal inilah yang masih dirasakan kurang sampai saat ini, sehingga penerapan SAP di Indonesia masih pada tahap jalan ditempat.

5. Penyelenggaran Training of Trainer SAP juga bernasib sama dengan sosialisasi SAP, frekuensinya masih sangat kurang, sehingga kuantitas tenaga pengajar yang siap untuk mentransfer keilmuan akuntansi pemerintahan masih sangat terbatas. Dengan demikian penambahan jumlah trainer bersertifikat juga harus menjadi perhatian serius.Mungkin masih banyak ide-ide strategis lainnya yang keluar dari para peminat akuntansi pemerintahan, hal ini menjadi tugas pemerintah untuk menampung, mengolah dan mengembangkan ide-ide tersebut sehingga menjadi suatu hal yang bermanfaat bagi perkembangan keilmuan akuntansi pemerintahan di Indonesia.

2.6. Peluang Karir Lulusan Akuntansi di Lembaga Pemerintahan

Sawarjuwono dalam Se Tin (2007) menyampaikan bahwa banyak sarjana akuntansi yang meniti karir pada sektor publik, yang didukung oleh kebutuhan akuntansi yang sangat tinggi di sektor ini. Pendapat Sawarjuwono tersebut memang bukan sekedar omong kosong, ini adalah kenyataan bahwa saat ini kebutuhan sarjana akuntansi di lembaga-lembaga pemerintahan memang sangat tinggi. Jika kebetulan anda membaca koran dan kebetulan sedang ada musim rekrutmen Pegawai Negeri Sipil, silakan amati formasi yang dibutuhkan oleh setiap lembaga pemerintahan, maka anda akan menemukan nyaris disetiap lembaga yang membuka penerimaan PNS, membutuhakan sarjana akuntansi untuk bekerja dilembaganya.

Cukup banyak peluang karir bisa ditempuh oleh seorang lulusan akuntansi di lembaga pemerintahan, diantaranya :

1. Ditingkat pemerintah pusat, lulusan akuntansi bisa menempuh karir pada Inspektorat Jenderal (Irjen) yang ada di setiap departemen di Indonesia, selain itu bisa juga menjadi auditor pada BPK atau BPKP.

2. Ditingkat pemerintahan daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota, lulusan akuntansi bisa menempuh karir sebagai auditor di Badan Pengawasan Daerah (Bawasda), bisa juga menjadi akuntan di setiap unit kerja Pemda, karena saat ini setiap unit kerja di pemda diwajibkan menyelenggarakan pengakuntansian sendiri.

3. Menjadi pengajar atau instruktur pada diklat-diklat yang diselenggarakan pemerintah, yang dikalangan pemerintahan profesi ini dikenal dengan istilah widyaiswara.

4. Pekerjaan lainnya yang membutuhkan skill seorang sarjana akuntansi. Lembaga pemerintahan memiliki banyak kecabangan tugas yang membutuhkan seorang sarjana akuntansi terlibat didalamnya, sehingga sampai saat ini kebutuhan tersebut belum dapat terpenuhi semua.Banyaknya peluang karir bagi sarjana akuntansi dilembaga pemerintahan tentu saja harus dipandang sebagai peluang, baik oleh para penyelengara pendidikan tinggi maupun oleh para mahasiswa untuk mengasah kemampuannya dibidang akuntansi pemerintahan sejak dibangku kuliah.

3. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan :

1. Belakangan ini sudah terjadi pembenahan-pembenahan pengelolaan keuangan negara kearah yang lebih baik yang ditandai dengan penerbitan beberapa peraturan perundang-undangan yang mendukung terwujudnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara ;

2. Terbitnya PP Nomror 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjadi tonggak perubahan sistem akuntansi pemerintahan di Indonesia. Namun demikian masih ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi para peminat akuntansi pemerintahan baik dikalangan akademisi maupun praktisi ;

3. Terdapat persamaan dan perbedaan antara akuntansi pemerintahan dan akuntansi komersial, tetapi intinya fungsinya hampir sama, yaitu menyediakan informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan ;

4. Diperlukan tindakan-tindakan strategis untuk lebih mengembangkan akuntansi pemerintahan, yang salah satunya dengan memperkuat dunia pendidikan tinggi akuntansi dengan kurikulum dan silabus akuntansi pemerintahan yang disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

5. Terdapat banyak peluang karir bagi lulusan sarjana akuntansi yang berminat meniti karir dilembaga pemerintahan. Hal ini harus dilihat sebagai peluang oleh para penyelenggara pendidikan tinggi dan para sarjana akuntansi untuk memupuk kemampuan akuntansi pemerintahan sejak dibangku kuliah.

Daftar Pustaka

Baswir, Revrisond. (1995). Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta : BPFE.

BPKP. (2002). Modul Pelatihan Dasar-Dasar Akuntansi 1. Jakarta : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Kusnadi, dkk. (1999). Akuntansi Keuangan (Prinsip, Prosedur dan Metode). Malang : Universitas Brawijaya Malang.

Halim, Abdul. (2004). Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.

Se Tin. 2007. Pertimbangan dalam Merancang Kurikulum Strata 1 Akuntansi : Sebuah Pandangan. Bandung : Jurnal Ilmiah Akuntansi Universitas Maranatha Vol. 6 No. 2.

Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.

www.ksap.org. Simanjuntak, Binsar. Artikel 7, Menyongsong Era Baru Akuntansi Pemerintahan di Indonesia.

Gambaran Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Dasar Hukum Penyelenggaraan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 8 menyatakan bahwa ”dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas antara lain menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.”

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa ”Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya.”

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 ayat (2) menyatakan bahwa ”Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya.”

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 7 ayat (20) menyatakan bahwa “Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan Negara.”

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (1) menyatakan bahwa “Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya.”

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 51 ayat (2) menyatakan bahwa “Menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi pendapatan dan belanja yang berada dalam tanggung jawabnya.”

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (1) menyatakan bahwa “Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.”

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat (2) menyatakan bahwa “dalam menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi

Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangan Badan Layanan Umum pada kementerian negara/Lembaga masing-masing.”

Penjelasan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menyatakan bahwa “agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga.”

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun Anggaran 2005 Pasal 17 ayat (1) menyatakan bahwa “setelah Tahun Anggaran 2005 berakhir, Pemerintah menyusun Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2005 berupa Laporan Keuangan.”

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Pasal 60 ayat (1) menyatakan bahwa “Menteri/Pimpinan Lembaga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban penggunaan dana bagian anggaran yang dikuasainya berupa laporan realisasi anggaran dan neraca Kementerian Negara/Lembaga bersangkutan kepada Presiden melalui Menteri Keuangan. Keputusan Presiden tersebut telah diubah dengan Keputusan Presiden No. 72 tahun 2004 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.”

Ruang Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAAP) adalah “serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Pusat.” (Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal. 1)

Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAAP) berlaku untuk seluruh unit organisasi Pemerintah Pusat dan unit akuntansi pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi dan/atau Tugas Pembantuan serta pelaksanaan Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan.(Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal. 4) Tidak termasuk dalam ruang lingkup SAPP adalah :a. Pemerintah Daerah (sumber dananya berasal dari APBD)b. Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah yang terdiri dari :c. Perusahaan Perseroan, dand. Perusahaan Umum.e. Bank Pemerintah dan Lembaga Keuangan Milik Pemerintah

Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

(Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal. 2) Sistem Akuntansi Pemerintahan Pusat (SAPP) bertujuan untuk :a. Menjaga aset Pemerintah Pusat dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yan

diterima secara umum;b. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan Pemerintah Pusat, baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas;c. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan Pemerintah Pusat secara keseluruhan;d. Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.

Ciri-ciri Pokok Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

(Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal 3) Ciri-ciri pokok sistem akuntansi pemerintah pusat antara lain :a. Basis AkuntansiCash toward Accrual. Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca. Basis Kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi atau peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas ata setara kas diterima atau dibayar.b. Sistem Pembukuan BerpasanganSistem Pembukuan Berpasangan didasarkan atas persamaan dasar akuntasi yaitu : Aset = Kewajiban + Ekuitas Dana. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebet sebuah perkiraan dan mengkredit perkiraan yang terkait.c. Dana TunggalKegiatan akuntansi yang mengacu kepada UU-APBN sebagai landasan operasional. Dana tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan sebagai kesatuan tunggal.d. Desentralisasi Pelaksanaan AkuntansiKegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan di instansi dilaksanakan secara berjenjang oleh unit-unit akuntansi baik di kantor pusat instansi maupun di daerah.e. Bagan Perkiraan StandarSAPP menggunakan perkiraan standar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang berlaku untuk tujuan penganggaran maupun akuntansi.f. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)SAPP mengacu pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dalam melakukan pengakuan, penilaian, pencatatan, penyajian, dan pengungkapan terhadap transaksi keuangan dalam rangka penyusunan laporan keuangan.

Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR, laporan keuangan pemerintah pusat tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK.(Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal 3) Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari:

a. Laporan Realisasi AnggaranKonsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian Negara/Lembaga yang telah direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan anggaran dalam satu periode.b. Neraca PemerintahNeraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah pusat berkaitan dengan aset, utang dan ekuitas dana pada tanggal/tahun anggaran tertentu.c. Laporan Arus KasLaporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus Kas dari seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggarand. Catatan atas Laporan KeuanganMerupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos yang tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Klasifikasi Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat

(Modul Sistem Akuntansi Instansi : Hal 5) Sistem akuntansi pemerintah pusat terdiri dari :a. Sistem Akuntansi Pusat (SiAP);Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan ( Ditjen PBN) dan terdiri dari:.i. SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara) yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca Kas Umum Negara (KUN);.ii. SAU (Sistem Akuntansi Umum) yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU.Pengolahan data dalam rangka penyusunan laporan keuangan SAU dan SAKUN, dilaksanakan oleh unit-unit Ditjen PBN yang terdiri dari:i. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);ii. Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan (Kanwil Ditjen PBN);iii. Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.b. Sistem Akuntansi Instansi (SAI).Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dilaksanakan oleh kementerian negara/lembaga. Kementerian negara/lembaga melakukan pemrosesan data untuk menghasilkan Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan.Dalam pelaksanaan SAI, kementerian negara/lembaga membentuk unit akuntansi keuangan (SAK) dan unit akuntansi barang (SABMN).Unit akuntansi keuangan terdiri dari:i. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA);ii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Eselon1 (UAPPA-E1);iii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W);iv. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) ;Unit akuntansi barang terdiri dari:

i. Unit Akuntansi Pengguna Barang (UAPB);ii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon1 (UAPPB-E1);iii. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Wilayah (UAPPB-W);iv. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB).c. Jenis-jenis Laporan KeuanganLaporan-laporan keuangan yang dapat dihasilkan dari proses komputerisasi SAPP adalah:(Modul Sistem Akuntansi Instansi )

http://abusyadza.wordpress.com/2008/05/07/gambaran-umum-sistem-akuntansi-pemerintah-pusat/

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN PUSATPenerapan system akintansi pemerintahan dari suatu negara akan sangat bergantung kepada

peraturan perundang-undangan yang beraku pada negara yang bersangkutan. Cirri-ciri terpenting atau persyaratan dari system akuntansi pemerintah ( menurut United Nations/ PBB dalam bukunya A Manual forgoverment accounting, dikutip dari buku akuntansi pemerintahan yang disusun oleh Sonny Loho dan Sugyanto ), antaralain disebutkan bahwa :

1.      System akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan kanstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu Negara.

2.      System akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan auditable ( artinya dapat dipertanggung jawabkan dan diaudit).

3.      System akuntansi pemerintah harus menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk penyusunan rencana / program dan efaluasi plaksanaan secara fisik dan keuangan.

System akuntasi pemerintah pusat adalah system akuntansi yang mngolah semua transaksi keuangan, asset, kewjiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan imformasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapt diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan diluar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkan menejemen oleh pemeritahan pusat.

A.    AKUNTANSI PEMERINTAHAN BARUPerkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia sanngat lamban unuk merespon tututan

perkembangan jaman. Akuntansi pemerintahan di Indonesia juga belum berperanan sebagai alat untuk meningkatkan kinerja birokrasi pemerintah dalam memberikan pelynan publik kepada masyarakat. Pada periode lama, output yang dihasilkan oleh akuntansi pemerintahan da Indonesia sering tidak akurat, terlambat dan tidak informaif, sehingga tidak dapat diandalkan dalam pengambilan keputusan. Malah, segala kekurngan yang ada dalam akuntansi pemerintahan pada periode tersebut sering menjadi ldang yang subur untuk tumbuhny praktek-pratek KKN.

Namun demikian, pada dasawarsa terakhir yang berkulminasi dengan diundangkannya tiga paket keuangan Negara, terdapat dorongan yang sangat kuat untuk memperbaharui akuntansi pemerintahan di Indonesia. Beberapa fakor penting yang menjadi pendorong tumbuh pesatnya perkembangan akuntansi pemerintahan di Indonesia akhir-akhir ini antara lain adalah:

1.      Diterapknnya tiga paket UU yang mengatur keuangan Negara pasal 32 (1) UU no 17 tahun 2003 tentang kuangan Negara mengmatkan bahwa laporan pertanggungjwban pelaksnaan APBN/APBD berupa laporan keungan yang disusun dan disajikan sesuai dengan standar akkuntansi pemerintahan.

2.      Diterapkannya UU tentang pemerintahan daerah dan UU tentang perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Pasal 184 ayat (1) UU No,32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah bahwa laporan keuangan  disusun dan disajikan sesuain dengan setandar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

3.      Profesi akuntansi.Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah lama menginginkan adanya standar akuntansi di sector public sebagai hal yang parallel dengan telah adanya lebi dahulu standar akuntansi di sektor komersil. Keterlibatan IAI nampak dari dorongan oleh IAI untuk terbentuknya suatu komite standar di sektor publik, keikutsertaan ketua Umum DPN IAI dalam komite konsultatif komite sandar akuntansi pemerintahan, keikutsertaan anggota IAI dalam komite kerja komite standar akuntansi pemerintahan, dibentuknya IAI kompartemen Akuntan Sektor Publik, dan berbagai seminar, diskusi, dan worsof yang diselenggarakan oleh IAI kompartemen Akuntan Sektor Publik.

4.      Birokrasi.Pemerintahan merupakan penyusun dan sekaligus pemakai yang sangat berkepentingan akan adanya suatu akuntansi yang handal. Dengan di undangkannya tiga paket keuangan Negara maupun undang – undang yang terkait dengan pemerintahan daerah mmendorong instansi pemerintah baik pusat dan daerah untuk secara serius menyiapkan sumber daya dalam pengembangan laporan keuangan pemerintah. Selain itu, ketua asusiasi pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota, masing – masing secara ex officio ikut duduk sebagai anggota komite konsultatif komite standar akuntansi pemerintahan.

5.      Masyarakat (LSM dan wakil rakyat).Masyarakat melalui LSM dan wakil rakyat di DPR , DPD, dan DPRD juga menaruh perhatian terhadap praktik good governance pada pemerintaha Indonesia. Ditetapkannya undang – undang yang menyangkut tiga paket keuangan Negara dan pemerinntahan daerah merupakan cerminan dari kontribusi aktif para wakil rakyat di DPR. Disamping itu, pertanggung jawaban atas pelaksanaan APBN/APBD memerlukan persetujuan dari DPR/DPRD.

6.      Sektor swasta.Perhatian dari sector swasta mungkin tidak terlalu siknifikan karena akuntansi pemerintahan tidak terlalu dampak secara langsung atas kegiatan dari sector swasta. Namun, penggunaan teknologi dan pangembangan system informasi berbasis akuntansi akan mendorong sebagian pelaku bisnis si sector swasta untuk ikut menekuninya.

7.      Akademisi.Akademisi terutama di sector akuntansi menaruh perhatian yang cukup besat atas perkembangan pengetahuan di bidang akuntansi pemerintahan. Perhatian ini sangat erat kaitannya dengan penyiapan SDM yang menguasai kemampuan di bidang akuntansi pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan tenaga operasional dan manajer akuntansi di pemerintahan. Beberapa anggota komite standar akuntansi pemerintahan saat ini berasal dari perguruan tinggi. Di samping itu, jurusan akuntansi pada perguruan tinggi sudah lama memberikan kepada Mahasiawa S1 mata kuliah akuntansi pemerintahan. Beberapa pergurua tinggi sudah mulai menawarkan spesialisasi akuntansi sector public pada program magister akuntansinya.

8.      Dunia Internasional (Lender dan Infestor).World Bank, ADB, dan JBIC, merupakan lembaga internasional (leder), yang iku berkepentingan untuk berkembangnya akuntansi sector public yang baik di Indonesia. Perkembangan akuntansi tadi diharapkan dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dari proyek pembangunan yang di danai oleh lembaga tersebut. Lembaga ini, baik langsung maupun secara tidak langsung, akut berperan ikut mendorong terwujudnya standar akuntansi pemerintahan yang menopang perubahan akuntansi pemerintahan di Indonesia.

9.      Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).UU No. 17 tahun 2003 dan UU No. 15 tahun 2004 menyebutkan bahwa pertanggung jawaban pelaksanaan APBM dan APBD diperiksa oleh BPK. Untuk dapat memberikan opininya, BPK memerlukan suatu standar akuntansi pemerintahan yang diterima secara umum. Perhatian BPK terhadap pengembangan akuntansi pemerintahan sangat besar antara lain di tandai dengan parisipasi dari lembaga ini dalam pembahasan tiga paket UU dengan DPR, keikutsertaan BPK dalam berbagai workshop dan seminar tentang akuntansi pemerintahan, dan dibentuknya tim teknis yang di bentuk pleh ketua BPK untuk mendiskusikan aspek peknis standar akuntansi pemerintahan dengan komite kerja komite standar akuntansi pemerintahan. Selain itu, pasal 32 (2) UU No. 17 tahun 2003 mengamanatkan bahwa standar akuntansi pemerintahan ditetapkan dengan peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari BPK. Untuk

penyusunan draf standar akuntansi pemerintahan yang saat ini sedang dalam proses penetapan peraturan pemerintahannya, BPK telah memberikan pertimbangan kepada pemerintah melalui surat ketua BPK yang ditujukan kepada Presiden pada tanggal 17 januari 2005 yang isinya meminta presiden agar segera mengesahkan standar akuntansi pemerintah.

10.  Aparat Pengawas Intern Pemerintah.APIP yang meliputi bawasda, irjen, dan BPKP merupakan auditor intern pemerintahan yang berperan untuk membantu pinpinan untuk terwujudnya sietem pengendalian intern yang baik sehingga dapat mendorong peningkatan kinerja instansi pemerintah skaligus mencegah praktek - praktek KKN. Akuntansi pemerintahan sangat erat kaitan dan dampaknya terhadap system pengendalian intern sehingga auditor intern mau tidak mau harus memiliki kemampuan di bidang akuntansi pemerintahan sehingga dapat berperan untuk mendorong penerapan akuntansi pemerintahan yang sedang di kembangkan.

B.     PENGEMBANGAN SYSTEM AKUNTANSI PEMERINTAHPengembangan System Akuntansi Pemerintah sudah beberapa kali dilakukuan perubahan dan

penyempurnaan dengan beberapa kali dikeluarkannya perauran-peraturan pemerintah khususnya keputusan Menteri Keuangan. Pengembangan dan implementasi Sistem Akuntansi  Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei 1991 tentang System Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang System Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

System Akuntansi Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tahun 1991 tersebut, tahap pertama telah dilaksanakan mulai tahun anggaran 1991/1992 dan selanjutnya dilaksanakan secara bertahap, serta direncanakan pada akhir tahun anggaran 1999/2000 seluruh Departemen/Lembaga di seluruh propinsi dapat di cakup. Sebelum System Akuntansi Pemerintah di laksanakan secara penuh, system yang saat ini sedang di gunakan dinyatakan masih tetap berlaku.

Sejarah teori dan praktek akuntansi di Indonesia menunjukkan bahwa sebelum pendidikan akuntanssi di perkenalkan di Indonesia pada tahun 1950-an, pada masa itu hanya di kenal tata buku warisan Belanda yang disebut system Kontinental. Akibat perubahan hubungan politik dengan belanda, banyak guru besar berkebangsaan Belanda kembali ke negerinya. Hal ini berakiba adanya perubahan kurikulum pendidikan akuntansi dan system continental ke sisten Anglo Saxis (system Amerika).

Perkembangan selanjutnya, ternyata akuntansi keuangan untuk sector awasta maju pesat, sedangkan akuntansi di sector pemerintah masih mengikuti konsep-konsep yang di terapkan sejak zaman belanda. Meskpun ada perbaikan dalam akuntansi pemerintah, penyempurnaan yang bersifat mendasar belum pernah di lakukan, sedangkan sistem tersebut mempunyai kelemahan yaitu:

1.      Pada Pemerintah, sebagian aktivitasnya di biayai melalui anggaran yang setiap tahun di tetapkan dengan undang-undang. Pencatatan pelaksanaan anggaran tersebut terpisah-pisah dan tidak terpadu karena berdasarkan sistem tata buku tunggal (single entry bookeping). Akuntansi yang terpisah-pisah tersebut semakin mengakibatkan pelaporannya menjadi tidak bersesuaian satu dengan yang lain Karena tidak menggunakan bagan perkiraan yang standar.

2.      Pengelompokan perkiraan yang digunakan pemerintah dirancang hanya untuk memantau dan melaporkan realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran saja; idak dirancang untuk menganalisis efekifitas pembiayaan suatu program atau memberikan informasi  yang cukup untuk pengendalian pengeluaran suatu program.

3.      Pada akuntansi aset tetap, kelemahannya selain tidak terintegrasi dengan keuangannya juga dalam perencanaan maupun pelaksanaan anggaran tidak dibedakan secara tegas antara belanja modal dan belanja operasional.

4.      Penyusunan pertanggungjawaban pemerintah atas pelaksnaan APBN yang dituangkan dalam bentuk perhitungan anggaran Negara (PAN) semula berdasarkan sumbangan perhitungan anggaran / SPA dari seluruh departemen atau lembaga.

5.      Tidak ada standard an prinsip akuntansi pemerintah untuk menjaga kewajaran dan keseragaman perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah.

6.      Khusus dalam pengolahan keuangan Negara, senakin tahun jumlah APBN yang harus dikelola semakin besar dan masalah yang harus ditangani pemerinah semakin kompleks dan beragam, sedangkan dalam system akuntansi pemerintah yang lama tersebut terdapat berbagai kelemahan. Hal ini berakibat pada praktek akuntansi pemerintah yang belum mampu memberikan informasi yang sesuai dengan peningkatan transaksi keuangan Negara yang semakin kompleks. Praktek akuntansi pemerintah hanya dapat memenuhi tujuan pertanggung jawaban, namun tidak menyediakan informasi yang cukup untuk kepentingan manajerial.

Berdasarkan pertimbangan atas keadaan tersebut, maka dilakukan pengembangan system akuntansi pemerintah pusat dengan tujuan utama untuk:

1.      Merancang system akuntansi pemerintah yang baru,2.      Menyusun standard dan prinsip akuntansi pemerintah, dan3.      Membentuk pusat akuntansi di Departemen Keuangan

Dari tujuan utama di atas, penyusunan system akuntansi pemerintah pusat telah dilaksanakan dan dilakukan implementasi secara bertahap. Penyusunan standard an prinsip telah dilakukan seiring dengan penyusunan system akuntansi dan pementukan pusat akuntansi juga telah terselenggara dengan diresmikannya Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN) pada Departemen Keuangan RI berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 35/1992 tanggal 7 juli 1992. Untuk mengembangkan usaha yang telah ada, maka dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 295/KMK.012.2001 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pembukuan dan Pelaporan Keuangan pada Departemen/Lembaga dan diimplementasikan tahun 2001.

Penjualan untuk mereformasi akuntansi keperintahan sebenarnya sudah dimualai oleh Departemen Keuangan di sekkitar tahun 1975-1980 dengan rencana sebuah studi modernisasi system akuntansi pemerintah. Pada saat itu, system administrasi pemerintahan masih dilakukan secara manual dan system komputerisasi masih utopia. Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang merupakan pertanggung jawaban keuangan pemerintah kepada DPR pad waktu itu disajikan berdasarkan sumbangan PAN dari Deparemen/Lembaga yang disusun secara manual dan single entry, sehingga penyampaian laporan PAN oleh pemerintah kepada DPR dilaksanakan dalam waktu 2-3 tahun. Studi modernisasi akuntansi pemerintah baru terlaksana pada tahun 1982, tetapi Term of Refence (TOR) yang disetujui dan dibiayai Bank Dunia baru terbatas pada pengembangan system pembukuan berpasangan secar manual.

Desain pengembangan Sistem Akuntansi Pusat dan Sistem Akuntansi Instansi selesai pada bulan Mei 1986 dengan mengusulkan disusunnya bagian perkiraan standard dan standar akuntansi pemerintahan serta pembentukan unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan yang memegang fungsi akuntansi dan pelaporan. System yang di usulkan dan disetujui Departemen Keuangan pada saat adalah menyudun alokasi anggaran, proses penerimaan dan pengeluaran melaui kantor pelayanan perbendaharaan Negara (KPPN), pembuktian bukti jurnal dan daftar transaksi sebagai dasar pembukuan dalam buku besar secara manual.

Pada 1987/1988 mulai dilakukan simulasi system manual tersebut pada departemen pekerjaan umum, social, perdagangan dan pada wilayah Jakarta, medan, dan Surabaya. Pada saat bersamaan, timbul pemikiran pengguaan computer untuk proses akuntansi dan pada tahun 1989 usulan pengembangan system akuntansi pemerintah berbasis computer disetujui Departemen keuangan dan bank Dunia dalam bentuk Proyek pengembangan system akuntansi pemerintah tahap1, tetapi system fungsional masih berdasar pada disain manual sebelumnya, belum sampai proses yang menyeluruh yang dapat menghasilkan laporan keuangan.

Pada tahun 1992, pembentukan badan akuntansi keuangan Negara ( bakun ) yang mempunyai fungsi sebagai central accounting office, yang bukan sekedar “membuku” namun memerlukan adanya setandar akuntansi pemerintahan dan selanjutnya melaksanakan inpelmentasi system yang telah dirancang. Dalam tahun 1994 mulai digunakan format daftar isian proyek ( DIP) baru dan saat ini di sebut daftar isian pelaksanaan anggaran (DIFA) dan penggunaan bagan perkiraan standar khusus untuk pendapatan dan belanja pada APBN saja.

Meski sudah ada BAKUN, pelaksanaan implementasi system dimaksud bukannya tidak mengalami hambatan. Karena tak ada kewajiban dari perauran perundang – undangan, maka system akuntasi pemerintah pusat, departemen dan non departemen masih menggunakan system pembukuan yang dalam banyak hal sulit dipertanggung jwabkan kwalitasnya. Dalam dinia akuntansi, system yang lebih dapat dipertanggung jawabkan adalah system akuntansi berpasangan yang mewajibkan semua catatan akuntansi dimulai dengan tehnologi penjualan debet kredit selalu seimbang berpasangan.

Patut dicatat, pada kebanyakan pandangan pakar akuntansi, system pembukuan tunggal belum pantas disebut sebagai suatu akuntansi. Yang disebut laporan keuangan berfokus hanya pada laporan realisasi anggaran semata. Catatan pemerintah pusat tentang infestasi jangka panjang dan utang dilakukan secara tak terstruktur atau informal. Di dalamnya termasuk catatan pengeluaran yang  menggunakan dana luar Negeri, seperti bantuan, hibah dan utang. Karena standar akuntansi kepemerintahan RI saat itu belum ada, praktek akuntansi pemerintah juga belum sesuai prinsip akunansi kepemerintahan yang berlaku umum, kode rekening akuntansi baku dan berlaku bagi semua departemen atau lembaga belum ada, serta neraca tak mungkin disusun apalagi di tertipkan.

Pada tahun 1995, sebagai lanjutan dari pinjaman bank dunia dikembangkan lagi system akuntansi pemerintah berbasis computer yang open system melalui proyek pengembangan system akuntansi pemerintah tahap 2 dan implementasinya dilaksanakan secara bertahap. Pada tahun 1999 telah dilakuakan impementasi system akuntansi instansi untuk seluruh departemen atau lembaga yang dapat menghasilkan laporan realisasi anggaran dan neraca. Namun demikian masih menghadapi masalah inforcement-nya, karea pada saa itu belum ada ketentuan perundangan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan yang lengkap.

Paket bantuan IMF tahun 1997/1998 berisi persaratan good governance umumnya, reformasi manajemen keuangan kususnya, lebih kusus lagi tentang reformasi pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintahan mendapat momentumnya dengan terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara yang mewajibkan adanya suatu standar akuntansi pemerintahan sebagai basis penyusunan lapotan keuangan instansi pemerintah, lalu diperkuat dengan UU pemeriksaan keuangan Negara. UU tersebut menyebabkan kebutuhan terdesak akan standar akuntansi sebagia basis penyusunan dan audit laporan keuangan instansi pemerintah oleh BPK. Tanpa standar, BPK tidak dapat menerbitkan opini audit.

UU pembendaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal kerja amat ketat dan bersangsi. Bentuk bertanggung jawaban APBN atau APBD adalah laporan keuangan

yang harus sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Reformasi akuntansi pemerintahan mendapat momentumnya dengan terbitnya UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mewajibkan suatu Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai basis penyusunan laporan keuangan instansi pemerintah, lalu diperkuat dengan UU Pemeriksaan Keuangan Negara. UU tersebut menyebabkan kebutuhan mendesak akan Standar Akuntansi sebagai basis penyusunan dan audit laporan keuangan instansi  pemerintahan oleh BPK. Tanpa standar, BPK tidak dapat menerbitkan opini audit.

UU Perbendaharaan Negara Nomor 1 tahun 2004 mempunyai implikasi jadwal kerja amat ketat dan bersanksi. Bentuk pertanggungjawaban APBN/APBD adalah laporan keuangan yang harus sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah. Agar dalam penyusunan standar akuntansi pemerintahan objektif, maka dalam tahun 2002 (sebelum disahkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) menteri keuangan membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Hasil dari komite tersebut setelah dimintakan pertimbangan kepada BPK dan disarankan untuk disempurnakan penetapan keanggotaannya dengan keputusan Presiden dan hasilnya harus ditetapkan dengan PP. Melalui proses panjang, ditetapkan Keputusan Presiden Nomor 84 Tahun 2004 tentang Komite Standar Akuntansi Pemerintahan yang tugasnya me-review dan menyempurnakan draf publikasian Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ynag dihasilkan oleh komite lama yang dibentuk Menteri Keuangan dan setelah dimintakan pertimbangan dari BPK diusulkan kembali melalui Menkundang dan disetujui oleh Presiden dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005.

Menurut ketentuan UU No. 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara, Menteri  atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran wajib menyusun laporan keuangan dan disampaikan paling lambat 2 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Menteri Keuangan menyusun laporan keuangan pemerintah pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam 3 bulan setelah tahun anggaran yang lalu berkhir. Presiden/Gubernur/Bupati/Wali kota harus menyampaikan laporan keuangan kepada BPK untuk diperiksa paling lambat 3 bulan setelah tahun anggaran lalu berakhir. Jadwal audit BPK amat ketat, yakni hanya 2 bulan dan laporan keuangan yang telah diperiksa BPK diajukan Presiden/Gubernur/Bupati/Walikota kepada DPR/DPRD dalam 6 bulan setelah tahun anggaran yang lalu berakhir, setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi APBN, neraca, laporan aruskas dan catatan atas laporan keuangan yang dilampiri laporan keuangan perusahaan Negara/daerah dan badan lain. Selanjutnya, BPK membuat laporan hasil pemeriksaan atas alporan keuangan dilengkapi dengan opinni seperti umumnya dilakukan audito eksternal.

C.    DASAR HUKUM SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Penyelenggaraan system akuntansi pemerintah pusat yang berbasis double entry memiliki dasar hokum sebagai berikut:

1.      Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2000, khususnya Bab VI tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran

2.      Keputusan Menteri Keuangan Nomor 476/KMK.01/1991 tanggal 24 Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah.

3.      Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1135/KMK.01/1992 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN)

4.      Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-984/KMK.018/1992 perihal Pengesahan Daftar Perkiraan Sistem Akuntansi Pemerintah

D.    TUJUAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

Tujuan SAPP adalah untuk menyediakan informasi keuuangan yang diperlakukan dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pemerintah dan sebagai upaya untuk memperccepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

Disamping itu, SAPP juga di rancang untuk mendukung transparansi laporan Keuangan Pemerintahan dan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah dalam mencapai pemerintahan yang baik, yang meliputi Akuntabilitas, Manajerial dan Transparansi.

Akuntabilitas yang dimaksud adalah meningkatkan kualitas akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemerintah atas pelaksanaan anggaran. Dalam hal Manejerial adalah menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambilan keputusan dan penilaian kinerja pemerintah. Sedangkan menyakut transparansi adalah memberikan keterbukaan pelaksanaan kegiaan pemerintah kepada rakyat untuk mewujudkan pemerintahan yang baik.

E.     PERKEMBANGAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH PUSATBerdasrkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 476/KMK.01/1991 tentang Sistem

Akuntansi Pemerintah, system akuntansi pemerintah pusat telah dikembangkan dan di implementsikan secara bertahap. Tahap pertama dilaksanakan mulai tahun anggaran 1993/1994, dan di ikuti dengan tahap – tahap berikutnya, dan yang pada tahun anggaran 1999/2000, implementasi SAPP telah mencakup seluruh Departemen/Lembaga diseluruh propinsi.

Berbagai perubahan dan penyempurnaan terus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka pengembangan system akuntansi pemerintah pusat. Pada tahun 2005, pemerintah dalam hal ini Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Pertimbangan peraturan ini dikelurkan bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf o Undang – undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang menetapkan system akuntansi dan pelaporan keuangan Negara sehingga perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Penerapan Sistem Akuntanasi Pemerintah Pusat (SAPP) adalah untuk unit-unit organisasi pemerintah pusat yang keuangan dikelola langsung oleh pemerintah pusat, seperti lembaga tertinggi Negara (MPR), lembaga tinggi Negara (DPR, DPA, MA), departemen atau lembaga nondepartemen. Sedangkan SAPP tidak diterapkan untuk pemerintah daerah, BUMN/BUMD, bank pemerintah, dan lembaga keuangan milik pemeintah.

Terdapat tujuan cirri-ciri Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat yaitu:1.      Sistem yang terpadu;2.      Akuntansi Anggaran dan Akuntansi Dana;3.      System tata buku berpasangan;4.      Basis kas untuk pendapatan dan belanja;5.      Standar dan prinsip akuntansi;6.      Dsentralisasi pelaksanaan akuntansi;7.      Perkiraan standar yang seragam

1.      System yang terpaduDalam penyusunan system digunakan pendekatan bahwa keseluruhan Pemerintah Pusat

merupakan kesatuan akuntansi dan ekonomi unggal dengan Presiden sebagai pengelola utama dan DPR sebagai badan yang bertugas menelaah dan mengevaluasi pelaksanaannya. Dengan dasasr kesatuan tunggal, maka system akuntansi dan pelaporan keuangan dikembangkan dengan yang terpadu, yang terdiri dari berbagai subsistem. Subsistem-subsistem ini masing-masing merupakan bagian yang integral adri system yang menyeluruh.

2.      Akuntansi anggaran dan akuntansi danaUndang-undang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara (UU-APBN) digunakan sebagai

landasan operasional keuangan tahunan Pemerintah Pusat dan dengan disahkannya UU-APBN maka pelaksanaan telah dapat dilaksanakan. Untuk itu diperlukan akuntansi yang membukukan anggaran serta realisasinya, dengan demkian pertanggungjawaban dapat cepat dan tepat serta mudah dalam pengawasannya.

Akuntansi Dana yang dilaksanakan adalah Dana Umum sebagai Dana Tunggal ini merupakan tempat dimana Pendapatan dan Belanja Pemerintah dipertanggungjawabkan laporan dan menemukan selisih pembukuan yang terjadi.

3.      System tata buku berpasanganSystem Akuntansi Pemerintah ini menggunakan system tata buku berpasngan (double entry

bookeping) untuk mengatasi kelemahan system tata buku tunggal. Dengan tata buku berpasangan antara lain akan lebih mudah menyusun laporan dan menemukan selisih pembukuan yang terjadi.

4.      Basis kas untuk pendapatan dan belanjaPenggunaan basis kas ini sesuai dengan Undang-undang Perbendaharaan Indonesia dan

Kepres Nomor 16 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.5.      Standar dan prinsip akuntansi

Standar dan prinsip akuntansi adlah norma atau aturan dalam praktek yang dapat diterima oleh profesi, dunia usaha, dan departemen/lembaga pemerintah yang berkepentingan dengan laporan keuangan.

6.      Desentralisasi pelaksanaan akuntansSystem dirancang agar pelaksanaan akuntansi dilakukan secara berjenjang dan dimulai pada

sumber data di daerah atau propinsi dan digunakan sebagai pedoman penyusunan unit-unit akuntansi baik di tingkat wilayah maupun tingkat pusat.

7.      Perkiraan standar yang seragamPerkiraan yang digunakan unit akuntansi dan mata anggaran pada unit operasional anggaran

dan pelaksanaan anggaran sama, baik klasifikasi maupun istilahnya agar dapat memastikan bahwa anggaran dan laporan realisasinya menggunakan istilah yang sama, serta meningkatkan kemampuan system akuntansi untuk memberikan informasi/laporan yang relevan, berarti, dan dapat diandalkan. Selain itu dapat digunakan untuk memudahkan pengawasan atas ketaatan dengan pagu yang ditentukan dalam UU-APBN dan dalam dokumen allotment (DIK/DIP/SKO), serta memungkinkan perbandingan data laporan keuangan, baik dalam satu laporan maupun antarlaporan.

System Akuntansi Pemerinth Pusat, yang selanjutnya disebut SAPP, adalah serangkaian  prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan; pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah pusat. SAPP terdiri dari Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. SiAP memproses data transaksi Kas

Umum Negara dan Akuntansi Umum, sedangkan SAI memproses data transaksi keuangan dan barang yang dilaksanakan ole kementrian Negara/lembaga.

F.     RUANG LINGKUP SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH

Sistem Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi 2 sistem utama yang mempunyai hubungan data atau informasi akuntansi timbale balik yaitu:

1.      System Akuntansi Pusat ( SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen keuangan cq Ditjen perbedaharaanSubsistem Sistem Akuntansi Pusat (SiAP) terdiri dari:

         System Akuntansi Umum (SAU). Sistem menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU

         System Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)System ini menghasilkan menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca KUN . pada tingkat

wilayah, kedua subsistem di atas dilaksanakan oleh Kanwil Ditjen perbendaharaan dan seluruh KPPN di wilayah kerjanya selaku Kuasa BUN.

2.      System Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementrian/lembaga.Subsistem Akuntansi Instansi (SAI) terdiri dari:

a.          System Akuntansi Keuangan (SAK). System ini menghasilkan Laporan Keuangan Instsnsib.         Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). System ini menghasilkan Laporan Barang

Milik Negara

1.         System Akuntansi PusatSystem Akuntansi Pusat, yang selanjutnya disebut SiAP, adalah serangkaian prosedur

manual maupun yang terkompurerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

SiAP terdiri dari SAKUN dan SAU. Sistem Akuntansi Kas Umum Negara, yang selanjutnya disebut SAKUN, adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan Arus Kas dan Neraca Kas Umum Negara yang selanjutnya disebut Neraca KUN. Sistem Akuntansi Umum, yang selanjutnya disebu SAU, adalah sub-SiAP yang menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat dan Neraca.

Dalam rangka pelaksanaan SiAP sebagimana dimaksud pada ayat (1):a.       Kantor Pelayanan Perbendaharaan SiAP Negara (KPPN) memproses data transaksi penerimaan

dan pengeluaran;b.      KPPN Khusu memproses data transaksi pengeluaran yang berasal dari Bantuan Luar Negeri

(BLN);c.       Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) memproses data transaksi penerimaan dan

pengeluaran Bedahara Umum Negara (BUN) melalui kantor pusat; dand.      Direktorat informasi dan Akuntansi memperoleh data APBM, serta melakukan verifikasi dan

akunansi untuk data tran saksi penerimaan dan pengeluaran BUN melalui kantor pusat.

2.         System Akuntansi InstansiSystem Akuntansi Instnsi, yang selanjutnya disebut SAI, adalah serangkaian prosedur

manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran

sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementrian Negara/Lembaga. Setiap Kementrian Negara/Lembaga wajib menyelenggarakan SAI untuk menghasilkan laporan keuangan termasuk Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Untuk melaksanakan SAI sebagaimana dimaksud ayat(1) dibentuk Unit Akuntansi Keuangan terdiri dari:

a.       Unit Akuntansi Pengguna AnggaranUnit Akuntansi Pembantu Anggaran, yang selanjutnya disebut UAPA, adalah unit akuntansi

instansi pada tingkat Kementrian Negara/lembaga (pengguna anggaran) yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keaungan maupun barang seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya.

b.      Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon IUnit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya disebut UAPPA-

E1, adalah unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabngan laporan, baik keuangan seluruh UAPPA-W yang berada di wilayah kerjanya serta UAKPA yang langsung berada di bawahnya.

c.       Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran WilyahUnit Akuntansi Pembantu Anggaran Wilayah, yang selanjutnya disebut UAPPA-W, adalah

unit akuntansi instansi yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik keuangan maupun barang seluruh UAKPA yang berada dalam wilayah kerjanya

d.      Unit Akuntansi Kuasa Pengguna AnggaranUnit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disebut UAKPA, adalah unit

akuntansi dan pelaporan tingkat satuan kerja.

3.         System Akuntansi Barang Milik NegaraSistem Akuntansi Barang Milik Negara, yag selanjutnya disebut SABMN, adalah subsistem

dari SAI yang meripakan serngkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk menyusun neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan ynag belaku.

SABMN merupakan subsistem dari SAI. Untuk melaksanakan SABMN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kementrian Negara/Lembaga membentuk Unit Akuntansi  Barang sebagai berikut:

a.       Unit kuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut UAPBA, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Kementrian Negara/Lembaga yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-E1, yang penanggung jawabnya adalah Menteri/Pimpinan Lembaga.

b.      Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selannjutnya disebut UAPPB-E1, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat Eselon I yang melakukan kegiatan penggabungan laporan BMN dari UAPPB-W, dan UAKPB yang langsung berada di bawahnya yang penanggung jawabnya adalah pejabat Eselon I

c.       Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Wilayah, yang UAPPB-W, adalah unit akuntansi BMN pada tingkat wilayah yang ditetapkan sebagai UAPPB-W dan melakukan kegiatan Penggabungan BMN dari UAKPB, penanggung jawabnya adalah Kepala Kantor Kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UAPPB-W

d.      Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disebut satuan kerja/kuasa pengguna barang yang memiliki wewenang menggunakan BMN.

G.    IKHTISAR

System Akuntansi Pemerintah Pusat dalah system akuntansi yang mengolah semua transaksi keuangan, asset, kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada pemerintah pusat.

Pengembangan dan implementasi Sistem Akuntansi Pemerintah dapat kita telusuri sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 476/KMK.01/1991 pada tanggal 21 Mei 1991 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah, sampai pada tahun 2005, Menteri Keuangan mengeluarkan Peraturan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Tujuan SAPP sendiri adlah untuk menyediakan informasi keuangan yang diperlukan dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penata usahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan dan penilaian kinerja pemerintah dan sebagai upaya untuk mempercepat penyajian Perhitungan Anggaran Negara (PAN), serta memudahkan pemeriksaan oleh aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

System Akuntansi Pemerintah terbagi menjadi dua system utama yaitu:1)      System Akuntansi Pusat (SiAP) yang dilaksanakan oleh Departemen Keuangan cq Ditjen

Perbendaharaan, terdiri dari: Sistem Akuntansi Umum(SAU), system ini menghasilkan Laporan Realisasi Anggaran dan Neraca SAU; Sistem Akuntansi Kas Umum Negara (SAKUN)

2)      System Akuntansi Instansi (SAI) yang dilaksanakan oleh kementrian/lembaga, terdiri dari Sistem Akuntansi Keuangan (SAK), yang menghasilkan Laporan Keuangan Instansi; dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) yang menghasilkan Lporan Barang Milik Negara.

AKUNTANSI ORGANISASI NIRLABAA.    ORGANISASI NIRLABA

Organisasi nirlaba atau organisasi yang tidak bertujuan memupuk keuntungan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.      Sumber daya entitas bersal dari para peyumbang yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi  yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2.       Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuanmemupuk laba, dan kalau suatu entitas menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak pernah di bagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas tersebut .

3.      Tidak ada kepemilikan seperti  lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organisasi nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut  tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuidasi atau pembubaran entitas.

Organisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan entitas nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dan sukarelawan, pemerinta, anggota organisasi dan karyawan organisasi nirlaba. Para pengurus organisasi ini yang terseleksi secara ideal mempunyai tujuan tulus untuk mendukung organisasi, guna mencapai tujuannya, walau pada kenyataannya tidak selalu demikian.

Bagi stakeholder, akuntansi dan laporan keuangan bertugas meminta pertanggungjawaban pengurus. Para karyawan profesional organisasi nirlaba di asumsikan ingin diperlakukan setara dengan karyawan profesional organisasi komersial dalam hal imbalan, karir, jabatan, dan masa depan. Bagi mereka , akutansi bertugas menginformasikan kesinambungan hidup organisasi sebagai tempat berkarier.Para anggota diasumsikan secara serius ikut serta dalam suatu organisai nirlaba untuk mencapai suatu visi dan misi tertentu organisasi bersangkutan yang sejalan dengan aspirasinya. Maka laporan keuangan diharapkan memberikan informasi berkala, guna memberikan gambaran, apakah visi misi tersebut direalisasikan.

Para pelanggan atau pihak yang menjadi sasaran akan di untungkan serta berharap  untuk memperoleh manfaat yang di janjikan organisasi, juga perlu mendapat informasi mengenai sasaran yang berhasil diraih organisasi tersebut. Maka laporan keuangan perlu menampilkan manfaat atau hasil yang diraih yang apabila mungkin didenominasikan dalam besaran uang.

Bagi pemerintah, organisasi nirlaba nonpemerintah harus mematuhi ketentuan undang-undang, serta diharapkan memberi sumbangan positif bagi kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya nasional serta memberi citra baik bagi bangsa. Di sini, laporan keuangan berfungsi sebagai umpan balik kepada pemerintah. Apabila ada berbagai harapan dan kepentingan yang berbenturan, maka laporan keuangan secara seimbang memberi informasi bagi berbagai pihak yang berkepentingan itu,

Sasaran organisasi nirlaba, harapan anggotanya, dan keinginan pemerintah dan masyarakat akan kinerjanya tak selalu dapat didenominasikan dalam satuan mata uang, sehingga sumbangsih atau manfaat organisasi ini tidak selalu terakomudasi oleh laporan keuangan. Sebagai kesimpulan, sasran utama laporan keuangan entitas nirlaba adalah menyajikan informasi kepada penyedia sumber daya, yang ada pada masa berjalan dan pada saat yang akan datang, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk mengambil keputusan rasional dalam pengalokasian sumber daya kepada entitas nirlaba.

Di samping pemerintah dan entitas komersial, masa depan bangsa dan masyarakat dipengaruhi secara langsung oleh masyarakat sipil (civi society), termasuk Non-Government Organization (NGO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi sosial keagamaan. Tugas pemerintah adalah mendirikan dan/atau mendorong pembentukan organisasi lembaga publik nirlaba dan organisasi komersial

B.     DASAR PEMIKIRAN AKUNTANSI NIRLABADi amerika serikat(AS),Financial Accounting Standard Board (FASB) telah menyusun

standar untuk laporan yang ditujukan bagi para pemilik entitas atau pemegang saham, kreditor, dan pihak lain yang tidak secara aktif terlibat dalam manajemen entitas bersangkutan namun mempunyai kepentingan. FAFB juga berwenang untuk menyusun standar akuntansi bagi entitas nerlaba nonpemerintah, sementara US Government Acounting Standard Board (GASB) menyusun standar akuntansi dan pelaporan keuangan untuk pemerintah pusat dan federal AS.

Di indonesia, Departemen Keuangan RI membentuk Komite Standar Akuntansi Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Organisasi penyusun standar untuk pemerintah itu di bangun terpisah dari FASB di AS atau Komite Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

di Indonesia karena karakteristik entitasnya berbeda. Entitas pemerintah tidak mempunyai pemegang saham atau semacamnya, memberi pelayanan masyarakat tanpa mengharapkan laba, dan mampu memaksa pembayar pajak untuk mendukung keuangan pemeritah tanpa peduli bahwa imbalan bagi pembayar pajak tersebut memadai atau tidak memadai.

International Federation of Accountant (IFAC) membentuk IFAC Public Sector Committe (PSC) yang bertugas menyusun International Public Sector Acounting Standard (TIPSAS). Istilah public sector disini berarti pemerintah nasional, pemerintah ragional (misalnya negara bagian, daerah otonum, provinsi, derah istimewa), pemerintah lokal (misalnya kota mandiri) dan entitas pemerintah terkait (misalnya perusahaan negara, komisi khusus). Dengan demikian PSC tidak menyusun standar akuntansi sektor publik nonpemerintah.

Organisasi komersial dan nirlaba sering rancu, karena pembagiannya di dasarkan atas jenis kegiatan atau bentuk legalnya. sesungguhnya istilah nonkomersial lebih tepat dari istilah nirlaba. Istilah Not For Profit Organization (NFPO)teleh menggeeser istilah nonprofit organization karena menawarka resolusi bahwa itikat atau tujuan pendirian organisasi bersangkutan bukan untuk mencari laba. Seluruh kegiatannya tidak di tujukan untuk mengumpulkan laba,namun dalam perjalanannya organisasi nirlaba ternyata secara legal bernasib keuangan yang baik yakni dapat mengalami surplus karna aliran kas masuk melebihi aliran kas luar. Dengan demikian, walaupun sama-sama memperoleh sisa laba, surplus yang setara laba netto setelah pajak, baik organisasi komersial maupun organisasi nirlaba tetap pada jati dirinya.

Surplus diperlukan organisasi nerlaba untuk memper besar skala kegiatan pengabdiannya dan memperbaharui sarana yang uzur dan rusak.Sebaliknya,apabila surplus tersebut di nikmati oleh para pengurus dalam bentuk tantiem,gratifikasi gaji,bonus,tunjangan perjalanan dinas,pinjaman bagi pendiri/pengurus(setara dividen dalam entitas komersial) atau kenikmatan (mobil mewah,rumah tinggal, keanggotaan golf dan sebagainya),maka organisasi nerlaba menjadi berhakikat entitas komersial.

Entitas nerlaba dapatb berbentuk aliensi negara (misalnya PBB,dengan suborganisasinya seperti WTO,INF,Bank Dunia ),suatu pemerintah negara yang terdiri atas kumpulan enditas enditas lembaga tinggi negara, kepresidena, departemen atau kementerian, negara federal atau provinsi, daerah otonom atau tidak otonom, dan sebagainya, dan organisasi nirlaba yang memberi pelayanan publik, beserta komunitas-komunitas dan enditas nirlaba lain.

Manajemen nirlaba bertugas melaksanakan misi organisasi, mencapai sasaran jangka panjang dan jangka pendek organisasi, memberi manfaat bagi kelompok masyarakat yang diuntungkan oleh misi organisasi, memuaskan stakeholder daan para anggota organisasi yanng bertujuan mencapai cita-cita pribadinya melalui organisasi tersebut.Dalam akuntansi  organisasi  nirlaba,laporan laba rugi seringkali tidak  lazim,mengingat maksud pendirian,sasaran,dan raihan berupa tercapainya sasaran organisasi sering sulit didenominasikan ke dalam satuan mata uang. Karena itulah,rumusan visi, misi, dan sasaran kongret (terutama bila bukan dalam satuan keuangan) diperlukan sebagai hal yang ingin diketahui oleh stakeholder.Bagi sebagian orang, eksistensi entitas nirlaba melalui munculnya organisasi yang bervisi dan bermisi mulia, meski tanpa melihat sumbangsihnya, sudah merupakan keuntungan bagi stakeholder.

Organisasi nirlaba seringkali memfokuskan sumber dayanya kepada pelayanan tertentu, dengan inti yang ber lapis dari dalamkeluar, berturut-turut melalui: (1) falsafah pelayanan, (2)budaya pelayanan,(3)citra pelayanan yang dirangkum menjadi(4)manajemen pelayanan; manajemen pelayanan meliputi(5)  alasan pelayanan,(6)siapa yang dilayani,(7)apa bentuk pelayanan, di mana ,kapan, dan bagaimana cara melayani,

Organisasi nirlaba pada umumnya memilih pengurus,pemimpin,atau penanggung jawab yang menerima amar dari para anggotanya, sehingga terkait dengan konsep akuntabilitas dan agency theory.Dengan demikian, akutansi sebagai salah satu sarana akuntabilitas merupakan bagian integral dan organisasi,dan pemahaman terhadap akuntansi suatu entitas selalu menuju kepada pemahaman yang lebih dalam tentang entitas tersebut.

Pembangunan  koordinasi dan pengendalian akan terkait pada tiga bagian taksonomi penggambaran karakteristik orgnisasi apa pun ,yaitu (1) pengukuran kinerja dan sistem evaluasi,(2) sistem imbalan dan hukuman,(3)sistem pembagian hak pengambilan keputusan di antara partisipan organisasi.Bagi organisasi nirlaba,akuntansi diminta untuk memberikan sumbangan pada butir yang pertama. Akuntansi sebagai media komunikasi dengan technologi isyarat non verbal berpengaruh pada efekifitas sumber. Makin tinggi pula dampak wibawa dan tingkat bandel informasi atau pesan.

Entitas komersial atau nirlaba sering diidentifikasi melalui bentuk legal dan bentuk kegiatan. Contoh entitas legal adalah :

1.        Entitas komersial, terbagi atas entitas komersial yang dikelola pemerintah, seerti BUMN persero; Entitas komersial swasta, misalnya PT, CV, NV, firma, usaha peroangan, UD;

2.        Entitas nirlaba, terbagi atas entitas nirlaba pemerintah, enitas nirlaba swsta, misalnya yayasan, prtai politik, lembaga swadaya masyarakat.Pembagian entitas komersial dan nirlaba berdasarkan bidang usaha sangat tidk disarankan. Rumah sakit dan museum pemerintah pada umumnya nirlaba, namun rumah saki dan museum swasta mungkin nirlaba atau komersial. Selama 20 tahun terkhir pemerintah berupaya merubah klasifikasi BUMN, dari perusahaan Negara, Perjan, dan Perum menjdi persero (komersial). Langkah selanjutnya adalah memprivaisasi persero melalui emisi perdana di pasar modal.

C.     TUJUAN LAPORAN KEUANGAN ORGANISASI NIRLABATerdapa beberapa alasan mengapa perlu dibua laporan keuangan. Diliha dari sisi menejemen perusahaan, laporan kauangan merupakan alat pengendalian dan evaluasi kenirja menejerial dan organisasi. Sedangkan dari sisi pemakai eksternal, laporan keuangan merupakan salah sau bentuk mekanisme pertanggung jawaban dan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Pada sector public, organisasi sector public diwajibkan untuk membuat laporan keuangan dan laporan tersebut perlu diaudit untuk menjamin telah dilakukannya true and fair presentation (mardi asmo, 2002:160-161).             Organisasi sector public dituntut untuk dapat membut laporan keuangan eksternal yang meliputi laporan keuangan formal, seperti laporan surplus/devisit, laporan realisasi anggaran, laporan rugi laba, laporan alirn kas, neraca, serta laporan kinerja yang dinyatakan dalam ukuran financial dan nonfinansial. Bentuk laporan keuangan sector public pada dasarnya dapat diadaptasikan dari laporan kauangan pada sector swasta yang disesuaikan dengan sifa dan karakteristik sector public serta mengakomudasi kebutuhan pemakai laporan keuangan sector public. Namun demikian, laporan keuangan sector public tidak dapat begitu saja diersamakan dengan laporan keuangan disektor swasta baik format maupun elemennya. Hal ini disebabkan organisasi sector public memiliki batas-batas berupa pertimbngan non moneter, seperti pertimbngan social dan poitik (mardi asmo, 2002:160).             Sebagai bagian dari usaha untuk membua kerangka konseptual, finansil accounting standar board (FASB, 1980) mengeluarkan statemen of financial accounting konsep no. 4 (SFAC 4) mengenai tujuan laporan kuangan untuk organisasi nonbisnis tu nirlaba (abjectif of financial reporing by non buseness organisation). Tujuan laporan keuangan orgaisasi nirlaba dalam SRAC 4 tersebut adalah (mardi asmo, 2002:167) :

1.      Laporan keuangan organisasi nonbisnis hendaknya dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumbr daya serta pemakai dan calon pemakai lainnya dakam pembuatan keputusan yang rasional mengenai alokasi simbersaya organisasi.

2.      Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia smber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan yang di berika oleh organisasi non bisnis serta kemampuannya untuk melanjutkan member pelayanan tersebut.

3.      Membrikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja menejer organisasi non bisnis atau pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta asprk kinerja linnya.

4.      Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan bersih, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kewajiban ekonomi yang mengubah sumber daya kepentingan sumber daya terebut.

5.      Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode. Pengukuran secara periodic atas perubahan jumlah dan keadaan atau kondisi sumber kekayaan bersih organisasi nonbisnis serta informs mengenai usaha dan hasil pelayanan organisasi secara bersama-sama yang dapat menunjukkan informasi yng berguna untuk menilai kinerja.

6.      Memberikan informasi mengenai bgaimana organisasi memperoleh dan membelanjakan kas atau sumber daya kas, mengenai utang dan pembayaran kembali utang, dan mengenai factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi liquiditas organisasi.

7.      Memberikan penjelasan dan interprestasi untuk mmbantu pemakaian dalam memahami informasi keuangan yang diberikan.D.                PERYATAAN SETANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ( PSAK ) NOMOR 45

PSAK No. 45 tentang pelaporan kauangan organisasi nirlaba diterbitkn oleh ikatan akuntansi Indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba non pemerintah. Diluar itu, PSAK dapat menyuun standar khusus nirlaba, misalnya akuntansi untuk entitas koperasi. sumber daya utama (aset), penyumbangan bukan pemilik entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

Entitas  nirlaba juga dapat berutang dan memungkinkan memperoleh pendapatan daari jsa yang diberikan kepada public, walaupun pendapatannya tidak dimaksud untuk memperoleh laba. Dengan demkian, enitas nirlaba tak pernah membagi laba dalam bentuk apapun kepada pendiri pemilik entitas. Laporan keuangan entia nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas. Laporan kuangan entitas nirlaba bertugas mengukur jasa atau manfaat entitas dan menjadi saran pertanggungjawaban pengelola entatas dalam bentuk pertanggung jawaban harta hutang (neraca), pertanggung jawaban kas (laporan arus kas) dan laporan aktifitas.

Neraca diharapkan member sinyal kelanjutan hidup entitas dimasa depan. Laporn utama adalah laporan pposisi keuangan, laporan aktifitas, laporan arus kas, catatan atas laporan perubahan aktiva bersih serta ekuitas, bila merujuk PSAK 1 laporan keuangan revisi 1998. Sasaran utama laporan keuangan itu adalah para penyumbang (donatur), anggota organisasi, reditur, dan pemberi sumberdya yang lain (misalnya suka relawan). Bagi penyumbang, laporan keuangan misalkan asset terikat dan dibatasi syarat-syarat khusus oleh penyumbang bila ada, yang menyiratkan keterbukaan,pertanggung jawaban dan kepauhan kepada penyumbang. Hl ini penting karena organisasi nirlaba berdasarkan moral, yang sering bertujuan memperbaiki kualitas kehidupan di sau pihak, ketika kepuasan penyandang dana atas laporan keuangan berpengaruh langsung pada sumbangan dimasa depan, sehingga beroengaruh pila kepada kesinambungan entitas di lain pihak.

Laporan perubahan aktiva bersih mmbagi transaksi yang mengubah jumlah ktiva bersih, transaksi yang mengubah sifat atau golongan aktifa bersih, dan peristiwa yang mengubah jumlah aktiva bersih. Laporan aktifitas menjelaskan penggunaan sumber daya untuk memberi jasa sesuai misi di masa depan, dan menjadi pertanggung jawaban menejemen entitas.

Berbeda dengan organisasi komersial yang memberi manfaat bagi diri sendiri berupa laba, organisasi nirlaba member keunungan bagi pihak lain (antara lain anggotanya aatau bukan anggota) dari (a) kinerja menejemen, (b) dampak suatu program, (c) kluaran tertentu, bahkan (d) eksistensi organisasi itu sendiri. Pendapatan nirlaba ada yang terikat dan tidak terikat, terkait pada aktiva bersih terikat dan tidak terikat. Beban dan kerugian investasi adalah pengurang aktiva bersih tak terikat, sementara sumbangan adalah penambah aktiva bersih tidak terikat, terikt temporer atau permanen, dan hasil investasi atau hasil asset lain adalah penambah aktiva bersih tidak terikat.

Terikat dengan misi entits, maka pendapatan utama di sajikan gruto, sedang pendapatan investasi disajikan secara nitosetelah dikurangi beban investasi. Informasi tervapainya program amat penting dalam laporan keuangan, yang menggambarkan efektifitas beban dan mnfaa yang dirasakan penikmat jasa utama entitas. Arus kas amat penting menggambarkan kualitas pertanggung jawaban menejemen keuangan dimata para donator.

Bagitu pentingnya donator sehingga sumbangan bukan ks perlu dipaparkan dalam catatan atas laporan keuangan (CALK), yang member harkat khusus CALK dlam laporan keuangan nirlaba serta dengan neraca dan laporan kegiatan.E.              ORGANISASI PARTAI POLITIK

Partai politik dan pemilu yang sehat, bersih, adil, jujur, dan transparan merupakan modal dasar untuk membangun berkredibilitas. Demokrasi berkredibilitas merupkan modal dasar bagi pemerintah yang solid dan berwibawa, yang pada gilirannya akan memberi peluang bagi upaya pembangunan bangsa selanjutnya.

Salah satu ukuran kesehatan parti politik yang disepkati oleh wakil-wakil partai politik (ParPol) di lembaga tinggi Negara (MPR/DPR) adalah adanya akuntansi partai politik, auditing, dan peraturannya, serta prosedur dan transparansi untuk dana sumbangan pemilu bagi parpol. Aspek keuangan dan akuntansi parpol dijelaskan dalam UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, antara lain sebagai berikut:

1.    Melaksanakan pendidikan politik, kesadaran atas hak dan kewajiban berakuntansi (gagasan pasal 7a).

2.    Keuangan partai politik, (pasal 12), iuran, sumbangan, usaha lain yang sah, bantuan tahunan dari APBN/APBD (penjelasan Pasal 12 Ayat 2), akuntanbilitas asal sumbangan diterima (asing dilarang, pasal 12 dan 16 b), dan dan sumbangan diberikan kepada asing (pasal 16c) yang dapat merugikan bangsa/Negara.

3.    Tidak mendirikan badan usaha atau memiliki saham suatu badan usaha (komersial, pasal 13) dengan sanksi pencabutan hak ikut pemilu (pasal 18, 2, dan 3)

4.    transparansi dan akuntanbilitas sumbangan (pasal 14 dan 16) terbuka untuk (spesial) audit sumbangan oleh akuntan public dan atau general audit saja dengan sanksi pencabutan hak ikut pemilu (pasal 18, 2, dan 3)

5.    menyampaikan daftar sumbangan dan laporan keuangan. tiap akhir tahun takwim, 15 hari sebelum pemilu, 30 hari setelah pemilu kepada mahkamah agung ri (pasal 15) dengan sanksi penghentian dari appbn (pasal 18).

6.    laporan keuangan sewaktu-waktu (berarti tidak harus atau tidak selalu) dapat diaudit akuntan publik yang ditunjuk ma.

aspek keuangan dan akuntansi parpol dalam uu no.3 tahun 1999 dalam pemilu menyebutkan, antara lain:

1.    dana kampanye pemilu diaudit oleh akuntan publik, dilaporkan oleh partai ke kpu 15 hari sebelum pemilu dan 25 hari setelah pemilu (pasal 49). Daftar sumbangan dan laporan keuangan dilaporkan ke MA, mungkin harus dilengkapi laporan auditan dana kampanye pemilu ( yang dilaporkan kepada KPU, pasal 49 UU No. 3 tahun 1999 tentang pemilu) agar dapat direnkosiliasi dan laporan bukan keuangan, misalnya sesuai dengan pasal 39 UU No. 3 tahun 1999 tentang syarat keikutsertaan dalam Pemilu.

2.    Apabila belum ada standar khusus, partai menggunakan PSAK 45 entitas nirlaba.Keuntungan bagi partai politik menyusun akuntansi dan laporan keuangan yang baik serta menerima opini WTP dari auditor eksternal, antara lain sebagai berikut:

a.    Menunjukkan pada stakeholder bahwa cooperate governance telah berjalan baik dalam politi tersebut. Cooperate governance berinti keadilan, transparansi dan akuntanbilitas, akan member cirri luhur serupa bagi partai politik tersebut.

b.    Stake holder yang ragu memilih diantara beberapa partaiyang disukainya menjadi mantap dan memilih partai yang telah berhasil mencapai butir pertama tersebut.

c.    Paratai menjadi lahan latihan bagi para kader partai, untuk membiaskan diri ber-coorperate governance, sehingga bila suatu  hari nantimenjadi birokrat  (pejabat tinggi pemerintah), ia dapat diharapkan menjadi agen pembaharuan menuju Indonesia Baru.

d.   Partai apapun yang memenangkan pemilu tertarik untuk berkolaborasi dalam kabinet baru dengan partaai-partai yang telah berhasil menjalankan partainya. Partai pemenang pemilu tentu saja akan menjaga dan membangun legitimasinya dengan cabinet yang professional dan solid. Bila partai pemenang suara terbanyak  dan pemilu telah berhasil juga menjalankan coorperate governance dalam partainya, dapat diharapkan oleh para stakeholder, termasuk bukan pemilihnya, bahwa partai tersebut dapat mendirikan clean and strong governance. Hal ini amat penting, apabila suatu hari nanti Indonesia memilih presiden secara langsung. Manajemen keuangan dan akuntansi  partai politik adalah sarana ujian bagi pemimpin bangsa yang menjadi pemenang pemilu. Masyarakat boleh berharap pertanggungjawabannya  sebagai presiden RI nanti akan serapi  pertanggungjawaban keuangan partai yang dipimpinnya.

e.    Dukungan nasional dan internasional, sponsor dan donator  tidak ragu mengalirkan dana ke partai tersebut, yang dinilai transparan dan bertanggung jawab dalam manajemen keuangan partai.

f.     Tak ada kasus-kasuskeuangan timbul dalam partai yang dikelola dengan baik, sehingga dikemudian hari menimbulkan presiden buruk, kasus, skandal, isu, rumor yang mennggoyang legitimasi kader partaiyang menduduki jabatan lembaga tinggi atau pejabat tinggi birokrasi.

g.    Perpecahan pengurus partai secara teoritis dapat pula disebabkan oleh kepengurusan financial sebagi pengurus parrtai yang hengkng dan mendirikanpartai baru, dilatarbelakangi aroma  KKN dalam partai. Deikian akuntansi berfungsi sebagai sarana kerukunan dan pemersatu.

h.    Tak ada bukti statistic, namun boleh diduga ada korelasi kuat kualitas para simpatisan partai dengan kualitas manajemen dan coorperate governance partai tersebut.

Dalam rangka pesta demokrasi perlu tidaknya suatu pertanggung jawaban keuangan dialamatkan ke partai politik maupun peserta pemilu. Idealnya mereka harus transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan dana publik yang besar tanggung jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Parpol harus mempertanggung jawabkan sumber daya keuangan yang digunakan kepada para konstituennyadan juga sebagai bentuk kepatuhan kepada Undang-Undang. Bentuk pertanggunngjawaban pengelolaan keuangan para

peserta pemilu, adalah dengan menyampaikan laporan dana kampanye (semua peserta pemilu) serta laporan keuangan (khusus untuk parpol), yang diaudit oleh akuntan public dan disampaikan ke KPU serta terbuka untuk diakses public.            Pada kenyataannya, sebagian besar partai politik peserta politik  di Indonesia belum menyusun laporan keuangan dengan baik. Berdasarkan UU No.31 tahun 2002, parpol memilki kewajiban untuk membuat pembukuan,memelihara daftar penyumbang, dan jumlah sumbangan yang diterima yang terbuka untuk diketahui oleh masyarakat dan pemrintah, membuat laporan keuangan secara berkala satu tahun sekali, dan dilporkan paling lambat 6 (enam) bulan setelah tutup buku kepada komisi pemilihan umum setelah diaudit oleh akuntan public. Partai politik juga berkewajiban untuk memilki rekening khusus dana kampanye pemilihan umum dan menyerahkan lporan dana kampanye setelah diaudit akuntan public kepada komisi  pemilihan umum paling lambat 97 hari setelah hari pemungutan suara.            Sebagaimana kita tahu bersama bahwa parpol memerlukan dana yang besar untuk menyukseskan program-progrmnya, terutama untuk memperoleh kemenangan dalam pemilu. Sumber dana yang utama berasal dari sumbangan para simpatisan.Banyak kelompok tertentu baik secara individual maupun dalam bentuk entitas bisnis melakukan pendekatan kepada suatu partai politik dengan cara memberikan sumbangan dalam jumlah besar (signifikan). Hal itu dilakukan agar kepentingan merka dapat diakomodasi oleh partai politik tersebut. Bentuk akomodasi kepentingan tertentuyang di dalmnya ada unsure vested interst tercermin dalam perumusan kebijakan yang menyangkut kepentingan public. Untuk menjaga agar partai politik tidak berpihak pada sekelompok kepentigan tertentu, maka diperlukan pembatasan-pembatasan dalam hal pemberian sumbangan, baik oleh maupun organisasi tertentu.            Parpol sebagai entitas nirlaba mempunyai batasan-batasan yangn secara ketat diatur dalam undang-undang. Sehingga dalam menjalankan sisi operasiaonalnya baik rutin maupun kampanye harus selalu berada dalalam koridor undang-undang. Suatu aturan pembatasan merupakan salah satu upaya menjaga netralitas parpol dalam mempertahankan idealisme memperjuangkan kepentingan rakyat.            Sebagai contoh parpol dilarang menerima sumbangan dari pihak asing pihak yang tidak jelas identitasnya, BUMN, dan BUMD. Parpol juga di larang memilki kepentingan suatu usaha bisnis yaitu larangan untuk mendirikan badan usaha dan mempunyai kepemilikan terhadap suatu badan usaha (saham).Selain itu sumbangan individu maksimal sebesar 200 juta rupiah per tahun,sedangkan sumbangan Badan Usaha sebesar 800 juta rupiah per tahun.            Sementara itu sumbangan individu untuk kampanye  parpol maksimal sebesar 100 juta rupiah, sedangkan sumbangan badan usaha untuk kegiatan kampanye parpol dibatasi sebesar maksimal 750 juta rupiah. Pelanggaran terhadap keteneuan-ketentuan tersebut dikenai sanksi pidana berupa hukuman kurungan maupun denda uang.1`.        Penyusunan Tata Administrasi Keuangan Parpol            Indonesia telah memasuki babak baru dalam penciptaan tata kelola keuangan parpol yang semakin transparan ke publik. Penjabaran aspek pertanggungjawaban keuangan UU parpol/UU No. 31 tahun 2002, UU Pemilu legislatife/UU No. 12 Tahun 2003 dan UU Pilpres/UU No.23 Tahun 2003 ditandai dengan penerbitan SK KPU No.676 tahun 2003. Pengesaha KPU dilakukan pada tanggal 3 desember 2003.            Penyusunan SK KPU tersebut beserta lampiran-lampirannya adalah hasil dari MOU antara KPU dengan IAI ditandatangani pada tanggal 7 agustus 2003.melalui SK KPU No.676 memberikan pedoman standart bagi para parpol untuk tata kelola administrasi yang baik meliputi 3 hal pokok, sebagai lampiran SK tersebut yaitu:

1. Tata Administrasi Keuangan Peserta Pemilu (Buku I)2. Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan Partai Politik (Buku II)3. Pedoman Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilu (Buku III)2.         Laporan Keuangan Parpol

Laporan keuangan parpol disajikan sebagai bentuk akkuntabilitas dari dana-dana public yang telah mereka gunakan dan sebagai bentuk compliance terhadap ketentuan UU (UU No.31 Tahun 2002). Hal khusus berkaitan dengan akuntansi keuangan parpol adalah  form over substance, bukan substance over form.berdasarkan ketentuan form over substance, maka parpol harus mencatat transaksi keuangan berdasrkan ketentuan yang dibuat oleh KPU, tetapi jika ada hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan KPU maka akuntansi parpol dilandaskan pada standar akuntansi yang berlaku umum.            Dasar penyusunan Pedoman Sistem Akuntansi Keuangan parpol adalah PSAK 45 tentang Pelaporan KeuanganOrganisasi Nirlaba. PSAK 45 sementara ini adalah merupakan standar/acuan bagi akuntansi partai politik sebelum di tetapkannya standar akuntansi khusus yang berlaku untk partai politik.            Susunan lengkap dari lporan keuangan partai politik terdiri dari:1. laporan posisi keuangan.2. laporan aktivitas.3. laporan arus kas.4. catatan atas laporan keuangan.            Susunan lengkap dari laporan keuangan parpol harus mencakup keseluruhan informasi yang dipersyaratkan oleh PSAK 45 maupun PSAK selain 45 yang berlaku umum untuk semua jenis usaha. Dengan demikian PSAK-PSAK yang  yang lain akan applicable sepanjang hal-hal tertentu belum diatur dalam PSAK 45.            Untuk mengetahui lebih mendalam tentang bagaimana sistem akuntansi parpol dapat dilihat dalam lampiran SK KPU No. 676 tahun 2003 yaitu lampiran II mengenai pedoman sistem akuntansi keuangan partai politik. Dalam pedoman tersebut telah dibuat ketentuan mengenai urutan secara kronologis tata cara parpol dalam membukukan  dan menyusun laporan keuangan.            Seperti yang dipersyaratkan dalam buku pedoman tersebut bahwa pedoman tersebut sebagai suatu acuan sistem yang sifatnya minimal bagi parpol dalam rangka akuntabilitas keuangan mereka. Persyaratan minimal yaitu bahwa minimal  sistem yang ada di parpol seperti apa yang tertera dalam buku pedoman tersebut, dengan demikian pengembangan sistem yang lebih komprehensif tetunya menjadi suatu harapan bagi parpol.            Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan keuangan partai politik harus mengacu pada buku pedoman sistem akuntansi keuangan parpl tersebut. Klausul dari ketentuan KPU No. 676 menyatakan bahwa parpol masih dapat menggunakan sistem yang telah merka susun sebelumnnya atau yang telah berjalan untuk menyusun laporan keuangan tahun sebelum ditetapkannya pedoman tersebut. Untuk tahun berikutnya maka parpol harus menggunakan sistem yang mereka desain sendiri tetapi dengan syarat bahwa sistem yang mereka miliki harus lebih komprehensif,penyimpangannya tidak terlalu jauh, dan telah memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan dalam buku pedoman.

       Berkaitan dengan sistem akuntansi parpol adalah bahwa berdasarkan ketentuan dari KPU tersebut yang di muat dilampiran (buku II), ditetapkan bahwa parpol harus seragam dalam membukukan dan mencata transasinya. Keseragaman ini leibh lanjut adalah sebagai upaya agar setiap laporan keuangan parpol meiliki daya banding yang tinggi.bentuk keseragaman ada pada

perlakuan akuntansi, sisdur serta format baku laporan keuangannya. Hal-hal khusus akuntansi parpol adalah sebagai berikut:

1. unit pelaporan adalah tunggal (bukan sebagai multiple intities).2. laporan keuangan terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan aktvitas, laporan arus kas, dan

catatan atas laporan keuangan.3. laporan keuangan parpol adalah laporan keuangan gabungan dari seluruh struktur kepengurusan

parpol.4. akuntansi parpol tidak bertujuan untuk mengukur laba/profit, dengan demikian aspek kineja

keuangan parpol yang dinilai adalah dari segi bagaimana parpol tersebut dapat menghasilkan uang untuk mendanai kegiatannya dan bagaimana transparansi dan akuntabilitas keuangan parpol terhadap para resource/penyumbang sumber daya keuangan dan publik.

5. Asumsi dasar :basis akrual.6. Sistem pencatatan double entry system.7. sudah mulai di perkenalkan segregation of fungtion dimana unit uit pencatatan, pembukuan dan

custody sudah dipisahkan dalam fungsi-fungsi parpol.8. Tahun pelaporan (tahun kawin 1 januari sampai 31 desember) tetapi khusus untuk tahun 2003

tahun pelaporan adalah dari sejak di tetapkan sebagai badan hukum sampai 31 desember 2003. (pasal 6 ayat 2, SK KPU No. 676 tahun 2003)

9. Penanggung jawab utama laporan keuangan parpol adalah ketua umum parpol yang bersangkkutan, tanggung jawab ini di nyatakan dalam suatu management representation letter. Laporan keuangan harus ditandatangani  minimal ooleh bendahara umum dan ketua umum parpol.

10. parpol harus menjalankan pengendalian intern seperti  yang dipersyaratkan dalam lampiran I SK KPU No. 676 tahun 2003 yaitu mengenai petunjuk pelaksanaan tata administrasi keuangnan parpol dan peserta pemilu.

11. segala kekayaan parpol harus terpisah dari kekayaan pengurusnya.12. diharapkan bahwa semua transaksi keuangan parpol baik transaksi dana kampanye dilakukan

melalui mekanisme perbankan.3.   Pelaporan Dana Kampanye

Laporan dana kampanye dmaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban peserta pemilu dalam hal pengelolaan dana kampanye yang meliputi sumber-sumber perolehan dan penggunaannya. Laporan dana kampanye sebagaimana tersaji dalam buku III berisi informasi tentang semua penerimaan kas dan nonkas serta pengeluaran kas dan nonkas peserta pemilu.

Laporan dana kampenye menyajikan sisi sumber dan penggunaan dana kampanye parpol. Laporan ini disajikan oleh parpol yang mengikuti pemilihan umum sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan tahunan,dan hanya disajikan pada periode tahun yang ada pemlihan umum di dalamnya.

4.   Jenis Laporan Dana KampanyeLaporan dana kampanye yang disusun oleh peserta pemilihan umum terdiri atas:

a.       Laporan Dana Kampannnye Pesesrta Pemilu (berisi sumber dan penggunaan dana kampanye).b.      Catatan atas Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilu, yang berisi keterangan mengenai item-

item dalam Laporan Dana Kampanye.c.       Informasi Tambahan, yang meliputi :         Daftar Sumbangan Dana Kampanye Peserta Pemilu di Atas Rp. 5.000.000,00, yaitu daftar yang

berisi informasi mengenai nama-nama penyumbangan yang memberikan sumbanagan baik kas maupun nonkas untuk Dana Kampanye dengan nilai sumbangan melebihi Rp. 5.000.000,00.

         Ringkasan Sumbangan Dana Kampanye Peserta Pemilu per Klasifikasi, yaitu daftar yang memuat rincian jumlah sumbangan berdasarkan klasifikasi penyumbang dan bentuk sumbangan dan bentuk sumbangan yang diperoleh Dana Kampanye.

         Daftar Aktiva Eks-Kampanye Peserta Pemilu, yaitu daftar yang memuat rincian aktiva yang dimiliki oleh peserta Pemilu pada saat kampanye selesai. Aktiva ini merupakan aktiva yang digunakan oleh pserta Pemilu untuk kegiatan kampanye.

         Daftar Sumbangan Tak Berindentitas, yaitu daftar yang memuat rincian sumbangan yang diperoleh Dana Kampanye yang berasal dari sumber-sumber yang tidak jelas atau tidak dapat diketahui idrentitas lengkapnya.

         Daftar Sumbangan Berupa Utang, yaitu daftar yang memuat rincian sumbangan berupa utang pihak ketiga kepada Dana Kampanye.

Hak krusial yang terdapat dalam Pelaporan Dana Kampanye Pemilu peserta Pemilu (buku III) adalah keberadaan Rekening Khusus Dana Kampanye (RKDK). RKDK dibentuk sejak saat ditetapkannya partai politik menjadi peserta Pemilu oleh Komisi Pekilihan Umum (KPU) dan ditutup satu hari setelah masa kampanye beeerakhir. Masa kampanye berlangsung selama tiga minggu dan berakhir tiga hari sebelum pemungutan suara. Sumbanga-sumbangan yang ditujukan untuk keperluan kampanye sebelum dibukanya rekening khusus Dana Kampanye dikelompokkan oleh partai politik sebagai sumbangan terikat temporer dan dialihkan menjadi saldo awal pada saat rekening khusus Dana Kampanye dibentuk. Demikian pula pengeluaran-pengeluaran untuk kepeerluan kampanye yang terjadi sebelum dibukanya rekening khusus, dicatat dalam pembukuan partai polotik.

Dengan adanya RKDK ini maka lalu lintas keuangan dana kampanye harus dilakukan melalui rekening ini. Sebagai bentuk transparansi maka rekening tersebut harus terbuka dan dapat diakses oleh publik yang membutuhkan informasi mengenai keuangan parpol.

F.      ORGANISASI ZAKATOrgannisasi zakat adalah salah satu jenis organisasi nirlaba. Cukup banyak organisasi zakat

yang bermunculan di Indonesia. Persoalan yang cukup mendasar adalah bagaimana agar organisasi zakat dapat diaudit dengan benar, sehingga akuntabilitas dan transparasinya terjamin. Apalagi sampai saat ini belum ada standar akuntansi zakat yang sah dan diakui Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), sebagai pihak yang mempunyai keabsahan untuk mengaudit.      Agar pencatatan dan pelaporan keuangan bisa dilakukan dengan baik dan memudahkan pengauditan, Forum Zakat (FOZ) merancang draf pedoman akuntansi bagi organisasi pengelolah zakat. Penyusunan ini dilakukan karena semakin besarnya tuntutan masyarakat akan akuntabilitas organisasi pengelolah zakat.      Akuntabilitas organisasi pengelolah zakat ditunjukkan dengan la[poran keuangan serta audit terhadap laporan keuangan tersebut. Namun banyak pemekai laporan keuangan dan auditor tidak mangetahui dasar acuan yang digunakan untuk membaca, mengnalisis atau melakukan pemeeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut. Pasalnya, setiap organisasi pengelolah zakat memiliki acuan yang beragam dalam membuat laporan keuangannya.      Adanya pedoman akuntansi diharapkan akan memudahkan para pengguna laporan keuangan bagi pemakai laporan keuangan tersebut. Tak hanya itu, pedoman akuntansi yang sama akan melahirkan tingginya tingkat komparasi antarorganisasi pengelola zakat yang satu dengan yang lainnnya dalam penghimpunan, pengelolaan dan penyaluran dana.      Draft pedoman akuntansi zakat masih dalam rangka sosialisasi untuk mendapatkan tanggapan dan masukan. Telah  ada berbagai masukan seperti dewan syariah nasional (DSN) maupun ikatan akuntan indonesia (IAI), baik dari aspek – aspek syariah maaupun teknnis

akuntansi baik berupa nama – nama akun maupun format penyajiannyyaa. Masukan tersebut akan diselaraskan dengan susunan draft yang telah ada. Selanjutnya, susunan draft ini menjadi pedoman akuntansi zakat yang berlaku umum maka akan ada dua review yang ditempuh pihaknya,baik melalui SDN maupun IAI.

Seyogianya pedoman akuantansi zakat mengacu pada standar yang ditetapkan oleh IAI yang tertuang dalam Standar Akuntansi Keuangan. Untuk menyiasati persoalan di atas, organisasi zakat dapat menggunakan standar akuntansi untuk nirlaba, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 45 tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba.

Berdasarka PSAK 45 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2000, maka organisasi zakat harus membuat Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktifitas, Laporan Arus Kas, dan Pernyataan atas Laporan Keuangan. Teten Kustiawan dan Institut Manajemen Zakat (IMZ) menembahkan satu laporan yaitu Laporan Dana Termanfaat. Tambahan ini diperlukan, kerena dalam lampiran PSAK 45 disebutkan bahwa dana yang digunakan organisasi zakat untuk hal yang tidak habis, misalnya untuk komputer, maka tidak perlu dimasukkan sebagai pengeluaran. Ini sangat riskan untuk diterapkan organisasi zakat.

G.    ORGAANISASI PENDIDIKAN TINGGI ( UNIVERSITAS )

Pada umumnya suatu universitas berdiri dalam naungan suatu yayasan. Dalam hal keuangan, seluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan. Pengelolaan dana universitas tersebut dilakukan oleh Rektor, yang selanjutnya di audit oleh kantor akuntan publik yang ditunjuk yayasan. Pada akhirnya, pertanggungjawaban Rektor kepada yayasan khususnya dalam hal pengelolaan keuangan harus di lakukan setiap tahun.

1.      System Laporan dan Pertanggungjawaban Keuangan UniversitasPada bahasan berikut ini, akan dipaparkan suatu sistemm pelaporan pengelolaan keuangan

dan pertanggungjawaban suatu universitas yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi system akuntansi suatu perguruan tinggi. System ini sudah dicoba di terapkan dalam pengelolaan keuangan suatu universitas di Indonesia. Dalam hal pembuatan laporan keuangan pihak universitas mencoba untuk melakukan standarisasi dengan mengacu pada PSAK Nomor 45.

2.      Karakteristik Pengelolaan Keuangan UniversitasSeluruh keuangan yang dikelola universitas pada hakikatnya adalah milik yayasan. Keuangan

universitas bersumber pada:a.       Uang penyelenggaraan pendidikan dan uang sumbangan pendidikan yang diperoleh dari

mahasiswa;b.      Usaha – usaha lain yang sah terkait dengan tridharma perguruan tinggi;c.       Subsidi pemerintah, sumbangan, dan bantuan lain baik dari dalam negeri maupun lur negeri,

yang tidak mengikat;d.      Hasil usaha yayasan.

Pengelolaan dana universitas dilakukan oleh rector dan pada akhirnya pengelolaan dana diaudit oleh kantor akuntan public yang ditunjuk oleh yayasan. Yayasan melakuakan pengawasan secara bekala dan sewaktu – waktu terhadap pengelolaan keuangan universitas.

Tahun anggaran yang digunakan dimulai dari tanggal 1 September sampai dengan 31 Agustus tahun berikutnya. Setiap tahun anggaran, rector dengan pertimbangan dan persetujuan senat universitas, mengejukan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas kepada yayasan guna mendapat persetujuan dan pengesahan.

Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas yang telah disetujui yayasan, menjadi panduan dan acuan seluruh subsistem universitas dalam menjalankan kegiantannya. Pada tiap pertengahan tahun anggaran, rector dengan pertimbangan senat universitas dan persetujuan yayasan dapat melakukan perubahan/revisi rencana Anggaran Pendapatan dan belanja universitas yang sedang berjalan. Selambat – lambatnya tiga bulan setelah berakhirnya setiap tahun anggaran, rekor harus sudah menyampaikan laporan pelakasanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Universitas tahun yang lalu kepada yayasan untuk disahkan, setelah mendapat pertimbangan senat universitas.

3.      Acuan Penyusunan Laporan Keuangan Universitas

Laporan keuangan Universitas mengacu kepada laporan keuangann organisasi nirlaba seperti yang telah distandarkan dalam PSAK 45. Laporan Keuangan terdiri dari:

a.       Laporan Posisi Keuangan.b.      Laporan Aktivitas.c.       Laporan Arus Kas.d.      Catatan Atas Laporan Keuangan.

a.      Laporan Posisi KeuanganSisi sebelah kiri meyajikan kekayaan (aktiva) universitas. Penyajian diurutkan berdasarkan

tingkat likuiditas dari yang peling likuid yaitu Kas dan Setara Kas sampai dengan yang idak likuid yaitu Aktiva Tetap.

Sisi sebelah kanan menyajikan kewajiban (utang) dan Aktiva bersih universitas. Kewajiban disajikan sesuai dengan urutan jatuh temponya. Sedangkan aktiva bersih disajikan sesuai dengan urutan tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen.

UNIVERSITAS...........LAPORAN POSISI KEUANGANPER 31 AGUSTUS(dalam rupiah)AKTIVA KEWAJIBAN DAN  AKTIVA BERSIH

Catatan

catatan

1.1.

aktiva lancar2.1. kewajiban lancar:

            kas dan setandar kas 2b. 3

xxxxbiaya yang masih harus dibayar 13

xxxx

            investasi jangka pendek 2c. 4

xxxxjaminan yang di terima 2k. 14

xxxx

           piutang akademik2d. 5

xxxxpendapatan yang diterima dimuka 15

xxxx

           piutang non-akademik 2c. 6

xxxxhutang pajak 2l. 16

xxxx

           perlengkapan2e. 7

xxxxhutang kepada lembaga keuangan

2m. 17

xxxx

jumlah aktifa lancar xxxxjumlah kewajiban lancar

xxxx

1.2.

aktiva terikat untuk investasi: 2f. 8

2.2.

kewajiban jangka panjang:

bangunan xxxxtunjangan hari tua 2n. 18

xxxx

peralatan xxxxjumlah kewajiban

xxxx

prabot xxxxkoleksi kepustakan xxxx 3 aktiva bersih: 2o. 19jumlah aktiva terikat untuk inves

xxxxtidak terikat

xxxx

terikat sementaraxxxx

1.3.

aktiva tetap:2g. 9 terikat permanen

xxxx

tanah xxxxjumlah aktiva bersih

xxxx

bangunan xxxxtaman xxxxinstalasi xxxxkendaraan xxxxperalatan xxxxprabot xxxxkoleksi kepustakaan xxxxjumlah aktiva tetap xxxx

1.4.

aktiva lain-lain

            aktiva dalam penyelesaian 2h. 10

xxxx

         hak atas kekayaan intelektual (HaKI) 2i. 11

xxxx

jaminan pada pihak ktiga 2j. 12 xxxxjumlah aktiva lain-lain xxxx

TOTAL AKTIVA xxxxTOTAL KEWAJIBAN DAN AKTIVA BERSIH

xxxx

b. Laporan AktivitasSisi pendapatan menyajikan seluruh penerimaan universitas dari sumber akdemik dan

nonakademik. Sisi pengeluaran menyajikan seluruh pengeluaran universitas dalm satu periode akuntansiyang terdiri dari pengeluaran akademik dan akademik. Perbedaan pendapatan dan pengeluaran merupakan perubahan aktivitas bersih pada periode tersebut.

UNIVERSITAS........................

LAPORAN AKTIVITAS

untuk tahun yang berakhir  tanggal 31 agustus 20x1

(dalam rupiah)

catatan

tidak terikat

terikat sementara

terikat permanen

total

PENDAPATAN 2p. 20

pendapatan akademik:

uang penyelenggaraan pendidikan (UPP) xxxx

uang sumbangan pendidikan (USP) xxxx

uang kuliah semester pendek xxxx

sumbangaan dan hibah xxxx xxxx

akademik lainnya xxxx

total pendapatan akademik xxxx xxxx

pendapatan non-akademik: 2p. 21

jasa pelatihan dan konsultasi xxxxxxxx

sumbangan dan hibah xxxx xxxx xxxxxxxx

non-akademik lainnya xxxxxxxx

total pandapatan non-akademik xxxxxxxxxxxx

TOTAL PENDAPATAN xxxx xxxx xxxxxxxx

PENGELUARAN 2q. 22

pengeluaran akademik:

tenaga akademik xxxxxxxx

kemahasiswan xxxxxxxx

penelitian dan pengabdian masyarakat xxxxxxxx

pengembangan pembelajaran xxxx xxxx xxxxxxxx

adminitrasi akademik xxxxxxxx

akademik lainnya xxxxxxxx

total pengeluaran akademik xxxx xxxx xxxxxxxx

pengeluaran non-akademik: 2q. 23

pengeluaran tenaga non- akademik xxxxxxxx

pengembangan kelembagaan xxxx xxxx xxxxxxxx

adminitrasi dan umum xxxxxxxx

non-akademik lainnya xxxxxxxx

total pengeluaran non-akademik xxxx xxxx xxxxxxxx

TOTAL PENGELUARAN xxxx xxxx xxxxxxxx

SELISIH PENDAPATA ATAS PENGELUARAN xxxx xxxx xxxx

xxxx

kenaikan atas aktiva bersih xxxx xxxx xxxxxxxx

aktiva bersih awal xxxx xxxx xxxxxxxx

aktiva bersih ahkir xxxx xxxx xxxxxxxx

c. Laporan Arus KasArus Kas opersional universitas menyajikan Kas masuk dan Kas keluar untuk operasional

universitas. Diklarifikasikan sebagai Arus Kas akademik dan nonakademik.Arus kas investasi menyajikan Arus Kas Keluar untuk ivesatasi ( pembelian dan

pembangunan aktiva tetap ).Arus Kas pendanaan menyajikan Arus Kas aktivitas pendanaan ( sumabangan dsb.).

UNIVERSITAS........................

LAPORAN ARUS KAS

untuk tahun yang berakhir  tanggal 31 agustus 20x1

(dalam rupiah)

arus kas dari peneriman ( yang dikeluarkan untuk )aktivitas akademik

uang penyelengaran pendidikan (UPP) xxxx

uang sumbangan pendidika (USP) xxxx

piutang akademik xxxx

kewajiban lancer (xxxx)

administrasi dan umum (xxxx)

kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas akademik xxxx

arus kas dari penerimaan (yang dikeluarkan untuk) aktivitas non-akademik

piutang non-akademik xxxx

sumbangan dan hibah xxxx

jasa pelatihandan konsultasi xxxx

bunga deposito xxxx

administrasi dan umum (xxxx)

utilitas (air, listrik, dan telephon) (xxxx)

pengembangan kelembagaan (xxxx)

pemeliharaan dan perbaikan aktiva tetap (xxxx)

kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas non-akademik xxxx

arus kas dari penerimaan (yang dikeluarkan untuk) aktivitas investasi

pelepaasan aktiva tetap xxxx

pembeliandan pembangunan aktiva tetap xxxx

kas bersih yang diterima (digunakan) untuk aktivitas investasi xxxx

arus kas dari penerimaan (yang dikeluarkan untuk) aktivitas pendanaan xxxx

kenaikan (penurunan) bersih dalam kas dan setara kas xxxx

kas dan setara kas awal tahun per 01 september 20x0 xxxx

kas dan setara kas akhir tahun per 31 agustus 20x1 xxxx

4. Kebijakan Akuntansi Universitas Berikut ini kebijakan –kebijakan akuntansi penting yang dapat digunakan universitas dalam

menyusun laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.a.      Dasar Penyusunan Laopran Keuangan

Laporan Keungan disusun dengan dasar akrual dan dinilai dengan harga perolehan. Periode laporan dari tanggal 1 September 20x0 hingga 31 Agustus 20x1 yang juga merupakan tahun Anggaran Universitas. Laporan keungan terdiri dari Laporan Posisi Keungan, Laporan Aktivitas, dan Laporan Arus Kas bersama dengan Catatan Atas laporan Keuangan yang tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan. Laporan aktivitas disusun berdasarkan klasifikasi tidak terikat, terikat sementara dan terikat permanen. Laporan Arus kas disusun aktivitas akademik, nonakademik, investasi, dan pendanaan denhgan menggunakan metode langsung.

b.      Transaksi dalam Mata Uang AsingKebijakan dalma transakasi mata uang asing ditetapkan menganut system kurs tengah Bank

Indonesia. Pengakuan transaksi dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam nilai Rupiah dengan menggunakan kurs yang berlaku saat transaksi terjadi.

Aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dikonversikan ke dalam Rupiah berdasarkan nilai tukar dari kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal laporan Posisi Keuangan.

Selisih lebih atau kurang yang timbul dari transaksi sepanjang tahun serta atas penjabaran aktiva dan kewajiban moneter pada akhir tahun diakui sebagai pendapatan atau pengeluaran nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.

c.       Investasi Jangka Pendek      Merupakan bentuk Deposito pada Bank, dicatat berdasarkan nilai uang yang didepositokan. Bunga yang diperoleh dari deposito diakui sebagai pendapatan nonakademik lainnya pada laporan aktivitas.

d.      Piutang Akademik dan Nonakademik      Piutang akademik dan nonakademik disajikan dalam jumlah yang dapat direalisasikan. Penghapusan piutang yang tak tertagih dilakukan setelah memperolaeh kepastian  bahwa piutang tersebut tidak akan dapat ditagih lagi dan diakui sebagai pengeluaran akademik dan nonakademik lainnya dalam laporan aktivitas.

e.       Perlengkapan      Perlengkapan merupakan barang habis dipakai yang dipergunakan dalam kegiatan akademik dan nonakademik. Perlengkapan yang dipergunakan sebagai bagian dari layanan akademik, terdiri atas alat tulis kantor dan bahan praktikum dinilai dengan harga perolehan. Perlengkapan yang digunakan untuk kegiatan ninakademik diakui sebagai pengeluaran administrasi dan umum

pada laporan aktivitas. Sedangkan pemakaian perlengkapan untuk kegiatan akademik dihitung dengan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.      Penilaian perlengkapan menggunakan metode rata-rata yang merupakan penyesuaian pada akhir tahun. Penyisihan dan perlengkapan yang using dan rusak ditentukan berdasarkan estimasi per jenis perlengkapan dari pengalaman pada tahu-tahun sebelumnya dan diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik pada laporan aktivitas.   

f.       Aktiva Terikat untuk Investasi      Akiva terikat untuk investasi adalah alokasi Kas dan setara Kas untuk akuisi aktiva ( cash restriced for assets acquisition ).

g.      Aktiva tetap      Aktiva tetap diakui dan dicatat berdasarkan harga perolehan  dan disajikan berdasarkan harga perolehan aktiva tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.      Pengeluaran setelah perolehan awal aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat ekonomis dalam bentuk  peningkatan kapasitas, mutu layanan atau peningkatan standar kerja dikapitalisasi pada aktiva yan bersangkutan.       Aktiva tetap yang diperoleh dari hibah atau sumbangan dinilai dari sebesar harga pasar wajar pada saat tanggal transaksi.      Koleksi kepustakaan sesuai dengan pemanfaatannnya secara ekonomis disusutkan sepanjang masa manfaat ekonomis selama 2 tahun denagn metode saldo menurun berganda. Kecuali untuk tanah seluruh aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat ekonomis dengan metode garis lurus dengan tariff sebagai berikut :

Masa Manfaat Tarif Per Tahun

Bangunan 15 tahun 5%

Taman 10 tahun 10%

Intalasi 5 tahun 20%

Kendaraan 5 tahun 20%

Peralatan 4 tahun 25%

Perabot 4 tahun 25%

      Alokasi penyusutan aktiva tetap sebagai pengeluaran administrasi akademik dan pengeluaran admistrasi dan umum ( nonakademik ) didasarkan pada analisis manfaat.      Aktiva tetap yang dilepas karena rusak, hilang, keusangan reknologi, atau sebab-sebab lainnya sebelum masa manfaat ekonomisnya berakhir dikeluarkan dari laporan keuangan sebesar buku. Selisih kurang yang timbul dari pelepasan ini dicatat dalam pengeluaran akademik lainnya pada laporan aktivitas. 

h.      Aktiva dalam PenyelesaianMerupakan penambahan bangunan beserta taman instalansi yang masih dalam tahap

pembangunan. Pembangunan tersebut bisa didanai dari pihak internal atau pihak ketiga, melalui uang sumbangan pendidikan (USP) yang diperoleh dari mahasiswa baru.

Pembangunan aktiva tetap yang didanai dari pihak internal atau pihak ketiga yang sudah selesai dibangun dan di serah terimakan dari panitia pembangunan kepada universitas, dipindahkan sebagai aktifa tetap dan mulai diperhitungkan penyusutannya.

i.        Hak Atas Kekayaan Intelektual ( HaKI)

HaKI merupakan perlindungan hukum yang diberikan secara ekslusif oleh pemerintah atas produk-produk yang dihasilkan dari aktifitas penelitian dan pengembangan kelembagaan universitas yang diatas namokan oleh universitas. HaKI diakui berdasarkan haga perolehannya dan di amortasikan secara perodik selama jangka waktu berlakunya HaKi atau selama-lamanya 20 tahun (5%) dengan metode garis lurus.

HaKi disajikan sebesar harga perolehannya di kurangi amortasi untuk aktiva tersebut. Ammortasi aktiva diakui sebagai pengeluaran administrasi akademik atau pengeluaran administrasi dan umum (non akademik) pada laporan aktivitas.

j.        Jaminan Kepada Pihak KetigaMerupakan surat jaminan (bank garansi) yang diberikan kepada dirjen dikti untuk pendirian

program studi baru dan akan di mitralisir apabila jaminan diterima kembali.Aktiva dicatat sebesar nilai jaminan yang diberikan dan dihapuskan dari laporan keuangan

saat berakhirnya masa jaminan tersebut.k.      Jaminan yang Diterima

Marupakan jaminan yang diterima dari mahasiswa yang mengikuti wisuda dan akan dikembalikan kepada mahasiswa yang bersangkutan setelah memenuhi kewajiban pengemblian toga. Kewajiban dicatat sebesar jaminan yang diterima pada tanggal transaksi.

l.        PerpajakanKebijakan yang terkait dengan penghasilan mengacu pada keputusan dirjen pajak no. KEP-

87/PJ/1995 tanggal 10 oktober 1995 tentang pengakuan penghasilan dan biaya atas dana pembangunan gedung dan prasarana pendudukan bagi yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang pendidikan.

Sedang kewajiban yang terkait dengan perpotogan pajak penghasilan (PPH) pasal 21 atas gaji karyawan tetap dan honorariyum tetap dilakukan sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang dan dilakukan penyetiran ke kas negara. Jumlah pajak ini yang belum dibayar di akui sebagai kewajiban dan di kompensasikan dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada periode ini dan sebelumnya.

m.    Utang Kepada Lembaga KeuanganMerupakan utang kepada bank yang dipergunakan unutk membiyayai kegiatan pembangunan

universitas. Pembayaran bunga atas kewajiban tersebut diakui sebagai pengeluaran non akdemik lainnya pada laporan aktifitas.

n.      Tunjangan Hari TuaMerupakan kewajiban yang berasal dari pemotongan gaji pegawai untuk tunjangan ari tua

yang belum di realisasikan selama karyawan yang bersangkutan masih aktif di universitas. Kewajiban di catat pada setiap akhir bulan saat pembayaran gaji karyawan. Realisasi dari pmbayaran tunjangan hari tua bagi karyawan yang telah pensiun diakui sebagai pengeluaran non akdemik lainnya pada laporan arus kas.

o.      Aktiva BersihMerupakan klisi dari aktiva terhadap kewajiban yang mencerminkan seluruh sumber daya

yang tersedia dan dimiliki secara independen pada suatu saat tertentu oleh organisasi tanpa terikat atau terikat sementara maupun permanen.

Aktiva bersih tifdak terikat adalah selisih dari aktiva terhadap kewaajiban yang pemanfaatan tidak dibatasi oleh syarat atau keweajiban tertentu dari pihak donor.

Aktiva bersih terikat sementara adalah selisih dari aktiva terhadap kewajiban pemanfaatannya dibatasi oleh syarat atau kewajiban dalam jangka waktu tertenti dari phak donor.

Aktiva bersih terikat permanen adalah selisih dari aktiva kepada kewajiban yang pemanfaatannya dibatasi secara permanen oleh ayarat atau kewajiban dari pihak donor.

p.      PendapatanMerupakan kenaikan manfaat ekonomi dimasa depan yang berkaitan dengan peningkatan

aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Pendapatan di klasifikasikan sbgai pendapatan akademik dan nn akademik. Pendapatan akadenik adalah pendapatan yang di terima dari aktifitas tridarma perguruan tinggi.

Pendapatan non akademik adalah pendapatan yang diterima di luar dari aktifitaas akademik.Pendapatan akademik yang diperoleh dari mahasiswa di akui secara proporsional pada saat

realisasi jasa. Sedangkan pendapatan yang berasal dari sumbangan dan hibah diaakui pada saat penerimaan sumbangan dan hibah.

Pendapatan non akademik yang berasal dari jasa pelatihan dan konsultasi diakui pada saat realisasi jasa telah terpenuhi sesui nilai kontrak atau perjanjian dengan pihak ketiga.

q.      PengeluaranMerupakan penurunan ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan penurunan aktiva atau

peningkatan kewajiban yang telah terjadi dan dapat di ukur dengan andal. Pengeluaran diklasifikasikan sebagai pengeluaran akdemik dan non akademik. Pengeluaran akademik adalah pengeluaran yang timbul dari aktifitas di luar akifitas akademik. Pengeluaran non akademik adalah pengeluaran yang aktifitas diluar aktifitas akademik.H. ORGANISASI GREJA (PAROKI)

Secara kelembagaan, domain publik antara lain meliruti badan-badan pemerintahan, perusahaan milik negara (BUMN dan BUMD), yayasan, organisasi politik dan organisasi masa, lembaga swadaya masyarakat (LSM), universitas dan organisasi nirlaba lainnya (Mardiyasmo, 2002:2). Menurut PSAK No. 45, Organisais nirlaba memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan para menyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi tersebut (Ikatan Akuntan Indonesia, 2004:45.1).

Paroki-paroki do kota yogyakarta dapat di kategorikan sebagai organisasi nirlaba karena memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas operasinya dari sumbangan para anggota (umat) dan para penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari Paroki tersebut. Jika dilihat dari sudut badan hukumnya, paroki-paroki di kota yogyakarta merupakan yayasan gerejawi karena didirikan berdasarkan stichtingbrief kerk en armbestuur / surat yayasan gerejawi atau oprichtingsbrief kerk en armbestuur/ surat pendiri gereja, yaitu atas nama pengurus  gereja dan papa miskin (PGPN). Karena Paroki merupakan organisasi nirlaba dan juga meruakan yayasan gerejawi, maka paroki termasuk organisasi sektor publik. Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dan fungsi laporan kauangan sektor publik, serta tujuan lapotan keuangan menurut SFAC No. 4.

1.      Keuangan parokiKeuangan paroki adalah uang dan harta benda paroki, yang berasal dari kolekte, amplop

persembahan, sumbangan , dan usaha-usaha lain yang halal sesuai dengan peraturan gereja yang berlaku, dimana tanggung jawab pengelolaannya berada langsung dan personal di tangan pastur kepala paroki, serta pengelolaannya dijalankan oleh pastur kepada paroki dengan dibantu oleh bendahara paroki.

Harta benda paroki diperoleh melalui pembelian, penghasilan, kolekte, amplop persembahan, derma, pemberian dan usaha-usaha lain yan halal sesuai dengan prinsip=prinsip kristiani dan peraturan gereja yang berlaku (kesukupan agung semarang, 1991: 8).tanggung jawab pengelolaan harta benda paroki berada ditangan pastur paroki. Hal ini dikarenakan reksa

pastoral paroki digerakkan oleh unskup di osesan kepadanya (raharso, 2005:120). Tanggung jawab tersebut bersifat langsung dan personal, yaotu tidak bisa ditolak atau diserahkan kepada orang lain. Tanggung jawab itu juga bersifat global, karena menyangkut semua kehidupan dan aktifitas paroki (raharso, 2005:124)

2.      Fungsi harta sebagai benda dalam gerejaMagisterium konsili fatikan II menegaskan bahwa gereja membutuhkan material resoulrices

untuk mengemban karya perutusannya didunia. Bahkan, kebutuhan akan dana itu sangat ensensial untuk menyelenggarakan peribadatan, membiyayai penghidupan yang layak bagi para klerekus, dan para petugas gerejawi lainnya, serta untuk karya karitatif bagi mereka yang berkekuranga.

Kanon 1954 ayat 1 menegaskan bahwa hak asli gereja untuk memperoleh, memiliki, mengelolah, dan mengalih milikikan harta benda dimasudkan semata-mata untuk mengejar tujuan-tujuan kahs gereja, terutama (i) untuk mengatur idadat ilahi (pembangunan dan pemeliharaan tempat-te,mpat peribadatan, menyelenggarakan perlengkapan peribadatan), (ii) memberi penghidupan yang layak bagi para klerikup serta pelayan lain lain yang mengapdikan hidupnya bagi pelayanan gereja, (iii) melaksanakan karya-karya kerosulan suci (kewartaan dan pendidikan) (iv) melaksanakan karya amal kasih, terutama bagi para miskin (keluarga miskin, rumah sakit, pantiasuhan, anak jalaan, para pengungsi). Tujuan-tujuan kahs ini jelas sekali menunjukkan bahwa pemilikan dan pengelolaan harta benda dalam greja semata-mata mempunyai fungsi instrumental dan sosial.

Fungsi instrumental berarti bahwa harta benda tidak pernah menjadi tujuan dalam diri nya sendiri, tetapi melulu sebagai sarana dan alat untuk mengejar tujuan-tujuan tertentu, yakni mengemban dengan setia dan murni perutusan kahs yang diberikan oleh prestus kepada greja. Fungsi sosial berarti bahwah pemilikan dan pengelolaan harta benda dalam greja ditujukan untuk menumbuh kembangkan kehidupan dan aktifitas paguyuban uman allah sendiri (proki, kusupkan, greja lokal, bahkan gereja universal), serta untuk melayani orang miskin.

Demi terwujudnya kedua fungsi itu, maka kalau ada dua sarana yang sama-sama efisien mengejar tjuan-tujuan khas gereja, hendaknya dipilih yang lebih ekonomis. Dengan demikian, disatu pihak gereja tidakmengabaikan tujuannya, dan di lain pihak ia dapat tetap memberikan kesaksian nyata akan semangat kemiskinannya. Selain itu, kiranya setiap paroki perlu membuat analisis atau peta kebutuhan umat serta rencana kegiatan partoral secara global, kemudian membuat anggaran pendapatan dan biaya untuk semua kebutuhan dan kegiatan tersebut. Kalau ada surplus  anggaran, hendaknya sebagian disumbangkan sebagaidana splidaritas bagi paroki atau keuskupan yang miskin.dengan demikian, bisa dihindarkan penumpukan harta diparoki-paroki kaya. Keadilan distributif dan destinasi unuversal setiap material recaouses bis diwujudkan. Paroki atau keuskupan yang mimkin tidak terhalang kegiatan paskoral dan misinernya hanya karena kekurangan dana.

3.      Memo keushupan agung semarang No. 177/A/VIII/5/99 tentang tata hubungan keuangan keushupan agung semarang standar pengelolaan dan pelaporan keuangan paroki di Yogyakarta

A.    Pengertian 1.      PKP KAS adalah pedoman keuangan paroki keuskupan agung semarang yang ditandatangani

oleh Mgr. Julius darma atmaja pada tahun 1991 2.      Ekonomat adalah bagian dalam sekretariat keuskupan agung semarang yang mengurusi harta

benda gereja di KAS dan di kepalai oleh ekonom KAS.

3.      Kavikepan adalah persekutuan umat beriman dalam batas-batas wilayah tertentu dalam lingkup keuskupan yang bersama-sama menggereja dan reksapastoralnya dipercayakan kepada vikaris episkoparis (Vikep), yang bersama-sama dengan Vikaris jendral (vikjen) memegang kuasa eksekutif di bawah otoritas uskup.

4.      Paroki adalah persekutuan umat beriman dalam batas-batas wilayah tertentu dalam lingkup keuskupan yang bersama-sama menggereja dan reksapastoralnya dipercayakan kepada pastur paroki dibawah otoritas uskup.

5.      Stasi adalah bagian dari paroki yang berada di luar kota membawai beberapa lingkungan atau kring.

6.      Pastoran adalah komunitas pastur baik pastur biosesan maupun pastur tarekat yang merupakan satu keluarga dalam suatu rumah, ddi pimpin oleh seorang pastur sebagai kepala keluarga dan bertanggung jawab kepada uskup atau pimpinan tarekat.

B.    Hubungan ekonomat denga parokiHubungan keuangan ekonomat dengan paroki menggunaan prinsip berdikari, subsidiaritas,

solidaritas dan priorotas pada yang terlupakan dan menderita (PKP KAS pasal 6). Menurut PKP KAS pasal 6, prinsip-prinsip dasar setiap kegiatan di keuskupan agung semarang adalah:

a)      Berdikari : setiap paroki diharapkan sdapat mungkin berdikari dibidang keuangan. Tujuan yang ingin dicapai ialah terbentuknya umat allah yang melibatkan diri dalam tanggung jawab bersama atas hidup dan karya gereja atau paroki juga dibidang keuangan.

b)      Subsidiyaritras: kalau paroki tidak dapat berdikari sepenuhnya maka instansi yang lebih tinggi membantunya. Prinsip ini berarti bahwa bantuan hanya akan dberikan bila sudah berusaha semaksimal mungkin namun belum bisa mencapai tujuannya. Bantuan diberikan bukan untuk mematikan usaha tetapi untuk memacu atau mendorong usaha yang telah ada.

c)      solidaritas: paroki-paroki saling memperhatikan, saling membantu dan saling menolong dalam bidang keuangan. Prinsip solidaritas berarti rela membantu orang lain, tidak hanya memikirkan diri sendiri atau parorkinya, melainkan mereka ikut  bertanggung jawab terhadap kepentingan bersama yang lebih luas.

d)     Prioritas pada yang terlupakan dan menderita: mengusahakan terciptanya tatanan hidup demi kesejahteraan semua orang dengan mengutamakan saudara-saudara yang terlupakan dan menderita dalam bidang keuangan.

Agar prinsip berdikari bisa terlaksana , maka seluruh pembiayaan aroki, wajib diupayakan sendiri semaksimal mungkin oleh paroki maisng-masing, antara lain dengan menyusun anggaran pendapatan  dan belanja paroki yang benar dan realities.

Untuk mewujudkan prinsip solidaritas dan subsidaritas antara lain dibentuk dana solidaritas paroki ( PKP KAS pasal 12 ) dan dana yang terkumpul digunakan untuk mensubsidi paroki/lembaga karya yang membutuhkan. Menurut PKP KAS pasal 12, untuk membantu paroki-paroki yang kurang mampu dan untuk membantu pembiyaan kegiatan komisi-komisi di keuskupan agung semarang, diadakan dana solidaritas antara paroki.

Agar tercapai prinsip prioritas kepada yang terlupakan dan menderita maka:a.    Ekonomat bersama paroki wajib mengusahakan terciptanya tatanan hidup demi kesejah teraan

semua orang dengan mengutamakan yang terlupakan dan menderita.b.    Untuk mencapai maksud seperti dalam butir a tersebut, maka selruh proyeksi / kegiatan yang

melibatkan pendanaan di tingkat keuskupan harus terkoordinasi melalui roma paroki dan roma vikep; sedang proyek / kegiatan yang melibatkan pendanaan diluar keuskupan harus terkoordinasi melalui ekonom dan uskup.

c.    Apa bila dipandang perlu ekonomat dapat menarik sebagian harta yang ada di paroki baik yang berupa uang/kas atupun barang, untuk itu perlu ada seramgkaian pembicaraan terlebih dahulu.

C.    Dana solidaritas paroki keuskupan agung semarang.Paroki-paroki di keuskupan agung semarang wajib saling memperhatikan, saling membantu

dan saling menolong dibidang keuangan. Untuk melaksanakan maksud seperti tersebut dalam butir 1 tersebt, maka setiap paroki wajib mengirimkan dan mengakministrasikan dana solidaritas paroki KAS dan kolekte-kolekte kusus.

Dana solidaritas paroki KAS tiap bulan dikirimkan keekonomat melalui kevikepan atau langsung ke rekening bank keuskupan agung semarang pada awal bulan berikutnya. Kolekte-kolekte khusus dikirmkan ke ekonomat melalui kevikepan atua langsung ke rekening bank keuskupan agung semarng paling lambat dua minggu setelah jari pangumpulan.

D.    Pemberian subsidi 1.      Pemberian subsidi KAS oleh ekonomat di dasarkan pada laporan keuangan yang telah diterima

di ekonomat, and subsidi yang diberikan berupa : estitusi servis kendaraan, restitusi pengurusan surat-surat kendaraan, restitusi BBM,pengobatan Imam, dana living Imam, pembelian/pengurusan tanah, pembelian kendaraan serta pembangunan Gereja/Pastoran.

2.      Restitusi servis kendaraanRestitusi servis kendaraan diterapkan oleh Ekonom,setelah mempelajari nota/bon/kuintansi servis yang dikirim ke Ekonomat. Biaya servis kendaraan yang besar seperti biaya turun mesin, body repair, terlebih dahulu harus dikonsultasikan dengan Ekonom.Untuk menghindari pemborosan biaya servis kendaraan, dianjurkan untuk ditunjuk Bengkel Servis yang representative untuk dignakan oleh semua Paroki pada wilayah kevikepan masing-masing. Restitusi Biaya servis kendaraan bagi paroki miskin diberikan sesuai dengan tingkat kemandirian an kondisi keuangan Paroki.

3.      Resitusi pengurusan surat-surat kendaraanUntuk mendapatkan keringanan pajak kendaraan bermotor 50%, maka pengurusan pajak dan surat-surat kendaraan disentralkan di Ekonomt. Pengurusan pajak dan surat-surat kendaraan, setelah selesai biayanya akan dibebankan dan ditagihkan kepada Paroki pemakai. Bagi Paroki miskin akan diberikan subsidi atas beban biaya pajak dan pengurusan surat-surat kendaraan, yang besanya bertingkat sesuai tingkat kemandirian dan keadaan keuangan paroki.Pajak dan biaya pengurusan surat-surat kendaraan yang terlambat atas kelalaian pemakai sehingga berakibat dikenai denda, maka seluruh biaya dan denda di bebankan kepada pemakai tanpa ada subsidi. Untuk menghindari peristiwa seperti tersebut dalam butir c, maka dokumen-dokumen yang di perlukan dalam pengurusan pajak dan surat-surat kendaraan harus telah dikirim pemakai dan diterima ekonomat 4 hari sebelum jatuh tempo.

4.      Restitusi BBM Restitusi BBM untuk peroki miskin di ajukan kepada ekonomat pertriwulan dengan menyertakan nota/bon/kwitansi asli. Restitusi BBM untuk paroki miski diberikan sesuai dengan tingkat kemandirian dan keadaan keuangan miskin.

5.      Restitusi Pengobatan ImamBiaya pengobatan imam menjadi beban paroki sesuai dengan kemampuan yang ada, sedangkan kalau ada kekurangan atau ketidak kemampuan paroki ditanggung oleh keuskupan (PKP KAS pasal 33). Menurut pkp kas pasal 33, biaya pengobatan ke dokter dan rawat tinggal di rumah sakit bagi seorang imam, menjadi beba paroki sesuai dengan kemampuan yang ada, sedangkan kalau ada kekurangan atau ketidak mampuan paroki ditanggung oleh keuskupan.

Restitusi pengobatan imam untuk paroki miskin meliputi biaya yang dibayarkan oleh paroki yang bersangkutan dan biaya yang dibayarkan oleh ekonomat (biasanya rawat inap). Besarnya restitusi untuk masud butir b ditetapkan oleh ekonom sesuai dengan tingkat kemandirian dan keadaan keuangan paroki.Biaya pengobatan imam yang dibayar langsung oleh imam/paroki yang bersakutan, kwitansinya dikirim ke ekonomat untuk diperhitungkan restitusinya. Biaya pengobatan imam yang dibayar oleh ekonomat, setelah ditetapkan oleh ekonom berdasarkan tingkat kemandirian dan tingkat keadaan uang paroki, akan ditagihkan kepada paroki yang bersangkutan.

6.      Dana LivingDana living adalah sumbangan paroki untuk pastoran guna menjamin kehidupan yang layak bagi imam yang berkarya di paroki yang bersangkutan. Besarnya dana living ditetapkan bersama antara room paroki dan dewan paroki. Subsidi dana living bagi paroki miskin dna dari ekonomat ditetapkan oleh ekonom sesuai tingkat kemandirian dan keadaan keuangan paroki.

7.      Bantuan Pembelian/Pengurusan TanahBesarnya bantuan biaya pembelian/pengurusan tanah ditetapkan oleh kas dengan memperhatikan saran dari penasehat keuangan. Bantuan pembelian/pengurusan tanah oleh ekonomat bisa berupa pinjaman.

8.      Bantuan Pembelian KendaraanPembelian kendaraan oleh paroki harus disetujui terlebih dahulu oleh kas. Bantuan pembelian kendaraan paroki miskin ditetapkan oleh ekonom dengan memperhatikan saran penasehat keuangan. Bantuan pembelian kendaraan oleh ekonomat bisa berupa pinjaman.

9.      Bantuan Pembangunan Gereja, Panti Paroki dan PastoranSebelum pembangunan dimulai, gambar dan spesifikasi teknis terlebih dahulu harus di setujui Uskup Agung Semarang. Bantuan pembangunan gedung gereja, panti paroki dan pastoran untuk paroki miskin ditetapkan oleh kas dengan memperhatikan saran penasehat keuangan. Bantuan pembangunan gereja panti paroki dan pastoran, bisa berupa pinjaman

E.     prinsip penyelenggaraan penyimpanan keuangan

Penyelenggaraan penyimpanan keuangan berprinsipkan likuiditas artinya harus mengutamakan  kelancaran pembayaran dan lalu-lintas keuangan. Penyimpanan keuangan berprinsipkn keamanan dan administrative, artinya tidak mudah hilang atau diselewengkan dan dapat dipertanggungjawabkan secara administrative yang kontinyu. Penyimpnan keuangan berprinsipkan produktif dan efisien,artinya tidak membiarkan uang mandeg dan memakai biaya besar dalam pengurusannya. 

F.     tata cara penyimpanan uang

Pada prinsip kas (uang tunai ditangan) Paroki KAS hanya dipernankan menyimpan samapai dengan jumlah Rp. 2.000.000,00 (du juta rupiah). Kelebihan jumlah seperti tersebut dalam butir 1 harus di setor ke rekening Giro/tabungan masing-masing. Saldo rekening bank masing-masing Paroki KAS maksimum Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), kelebihan atas jumlah tersebut harus dititipkan di Ekonomat KAS atau didepositokan pada Bank.

Titipan Paroki KAS di Ekonomat KAS dalam jumlah tertentu akan diperhitungkan sebagai deposito dengan tingkat bunga yang sesuai dengan perkembangan keadaan ekonomi. Terhadap

masing-masing titipan Keuangan di Ekonomat KAS, Ekonomat KAS akan menerbitkan rekening Koran triwulanan dan akan dikirim kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

G.    Rekening giro dan deposito

Paroki KAS yang pendirinya sah dengan akta notarris sebagai Yayasan tersendiri maka rekening giro atau deposito harus dibuka atas nama yayasan tersebut dan kuasa pengambilan ada pada Romo Paroki atau Bendahara Yayasan tersebut.Paroki KAS yang pendirinya tidak disertai Akta Notaris sebagai Yayasan tersendiri, maka rekening Bank harus dibuka atas nama Keuskupan Agung Semarang Cq. Paroki KAS di mana kuasa pengambilan akan ditunjuk oleh Ekonom sesuai usulan Romo Paroki.

Mengenai kuasa pengambilan rekening giro/tabungan atau drposito,denagn tanpa mengurangi kelancaran pengurusan keuangan sebaiknya ditunjuk penandatanganannya melalui dua orang atau lebih.

H.    laporan keuanganParoki di Keuskupan Agung Semarang wajib menyelenggarakan administrasi keuangan

secara tertib dan kontinyu serta mengirimkan laporan keuangan untuk tiap-tiap bulan dan telah Ekonomat sebelum tanggal 10 bulan berikutnya . Laporan-laporan keuangan yang dikirim ke Ekonom KAS akan menjadi dasar penentuan pemberian subsidi/bantuan atau pencairan anggaran bulan berikutnya.

Laporan keuangan minimal terdiri dari laporan hasil-beban , laporan pemasukan-pengeluaran (perubahan kas/cash flo) serta neraca sederhana dalam format yang telah ditentukan. Laporan Keuangan ditandatangani oleh Bendahara dan Pastor Kepala Paroki.Paroki yang dalam tiga bulan berturut-turut tidak mengirimkan laporan keuangannya, akan diprioritaskan untuk disupervisi dan dipreiksa pengelolaan harta dan keuangannya (statute 144, Kan. 1276)

4.   Format Laporan Keuangan Paroki dan RAPB Paroki Keuskupan Agung SemarangSeperti telah dijelaakan sebelumnya, laporan keuangan yang harus dibuat oleh Paroki-

Paroki minimal terdiri dari laporan bulanan keuangan paroki yang berisi laporan pemasukan-pengeluaran (perubahan kas/cash flow), serta  laporan tahunan yang berisi laporan hasil-beban dan neraca sederhana  dalam format yang telah ditentukan oleh Keuskupan Agung Semarang. Selain itu, agar prinsip berdikari bisa terlaksana, maka seluruh pembiayaan Paroki, wajib diupayakan sendiri semaksimal mungkin oleh Paroki masing-masing, antara lain dengan menyusun Anggaran Pendpatan dan Belanja Paroki yang benar dan realistis. Berikut ini adalah contoh format laporan keuangan dan RAPB Paroki yang ditentukan oleh Keuskupan Agung Semarang. Format Neraca Paroki

PAROKI........................................

NERACA

PER 31 DESEMBER 20XX

AKTIVAKEWAJIBAN DAN AKTIVA

BERSIH

AKTIVA LANCAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK

catatan rupiah

catatan rupiah

10 kas dan bank xxxx 30 Hutang bank xxxx11 deposito dan surat berharga xxxx 31 hutang lembaga gereja xxxx12 titipan dana xxxx 32 hutang pengadaan harta tetap xxxx13 piutang xxxx 33 biaya/pajak ymh dibayar xxxx14

uang muka dan biaya dibayar dimuka xxxx 34 hutang lain-lain xxxx

15 pajak dibayar dimuka xxxx19 persediaan barang devosi xxxx

jumlah aktiva lancar xxxx jumlah kewajiban jangka pendek xxxx

INVESTASI/PENYERTAAN KEWAJIBAN JANGKA PANJANG20 investasi saham xxxx 35 hutang investasi bank xxxx

36  hutang pada lembaga gereja xxxx

37 hutang dana cinta kasih xxxx

jumlah kewajiban jangka panjang xxxx

HARTA TETAP AKTIVA BERSIH21 tanah xxxx

39.01 Aktiva bersih tidak terikat xxxx

22 bangunan dan prasarana xxxx

39.02 aktiva bersih terikat sementara xxxx

23 kendaraan xxxx

29.03 aktiva bersih terikat permanen xxxx

24 inventaris xxxx

29.04 aktiva bersih pembangunan xxxx

nilai perolehan harta tetap xxxx26 akuntansi penyusutan xxxx

nilai buku harta tetap xxxx jumlah aktiva bersih xxxx

AKTIVA LAIN-LAIN29

 harga tetap dalam proses pembangunan xxxx

JUMLAH AKTIVA xxxxJUMLAH KEWAJIBAN dan AKTIVA BERSIH xxxx

Format Laporan Aktivitas ParokiLAPORAN AKTIVITAS PAROKI.........................

UNTUK PERIODE 1 JANUARI s.d. 31 DESEMBER 20XX

CATATANABTT (Rp)

ABTS (Rp)

ABTP (Rp)

PENERIMAAN/PENDAPATAN

40 Penerimaan aktiva bersih tidak terikat (ABTT)

40.01             Kolekte umum xxxx

40.02             Persembahan umat xxxx

40.03             Sumbangan bebas xxxx

40.04             Administrasi xxxx

40.05             Devotionalia xxxx

40.06             Sumbangan pemakaian gedung xxxx

40.07             Penerimaan bunga dana cinta kasih xxxx

40.08             Penerimaan subsidi KAS xxxx

40.99             Penerimaan lain-lain xxxx

41 Penerimaan aktiva bersih terikat sementara (ABTS)

41.01            Kolekte/penerimaan khusus lampiran A xxxx

41.02            Intentio khusus lampiran H xxxx

42 Penerimaan aktiva bersih terikat permanen (ABTP)

42.01            Sumbangan dana abadi Xxxx

           JUMLAH PENERIMAAN/PENDAPATAN xxxx xxxx Xxxx

PENGELUARAN/BIAYA

Biaya aktiva bersih tidak terikat

50 Biaya program

50.01           Biaya bidang leitorgia lampiran B xxxx

50.02           Biaya bidang kerygma lampiran C xxxx

50.03           Biaya bidang koinonia lampiran D xxxx

50.04           Biaya bidang dikonia lampiran E xxxx

50.05           Biaya lit-bang lampiran F xxxx

50.06           Biaya kepanitiaan lampiran G xxxx

Biaya rutin

51           Biaya rumah tangga xxxx

52.01           Biaya pokok barang devosi xxxx

52.02           Biaya lilin devosi xxxx

52.03           Biaya buku misa xxxx

53.02           Biaya gedung serba guna xxxx

54           Biaya pengurus dewan paroki xxxx

55.01           Biaya penyusutan bangunan dan prasarana xxxx

55.02           Biaya penyusutan kendaraan xxxx

55.03           Biaya penyusutan inventaris xxxx

60 Beban aktiva bersih terikat sementara

60.01             Beban kewajiban khusus lampiran A xxxx

60.02             Sumbangan maksud tertentu lampiran H xxxx

70 Beban aktiva bersih terikat permanen

70.01             Beban sumbangan dana abadi xxxx

            JUMLAH PENGELUARAN/BIAYA xxxx xxxx xxxx

            Penambahan (pengurangan) aktiva bersih xxxx xxxx xxxx

39.01             Aktiva bersih tidak terikat s.d. Periode lalu xxxx

39.02             Aktiva bersih terikat sementara s.d. Periode lalu xxxx

39.03             Aktiva bersih terikat permanen s.d. Periode lalu xxxx

SALDO AKTIVA BERSIH xxxx xxxx xxxx

I.       IKHTISAROrganisasi nirlaba dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu entitas pemerintahan dan entitas

nirlaba nonpemerintah. Organisasi nirlaba dipandang amat berbeda dengan organisasi komersial oleh pelanggan, donatur dsn suka relawan, pemerintah, anggota organisasi dan karyawan organisasi nirlaba.Dalam rangka pertanggungjawaban, organisasi nirlaba sudah selayaknya membuat laporan pertanggungjawaban khususnya dalam hal penggunaan dana organisasi.

Pada umumnya organisasi nirlaba mengacukepada PSAK Nomor 45. PSAK No. 45 (untuk entitas nirlaba nonpemerintah) diterbitkan oleh ikatan akuntan indonesia untuk memfasilitasi seluruh organisasi nirlaba nonpemerintah. Di luar itu, PSAK dapat menyusun standart khusus nirlaba, misalnya akuntansi untuk entitas koperasi. Dalam PSAK 45, karakteristik entitas nirlaba ditandai dengan perolehan sumbangan untuk sumber daya utama (aset), penyumbang bukan pemilik entitas dan tak berharap akan hasil, imbalan, atau keuntungan komersial.

Masing – masinng entitas nirlaba memiliki karakteristik yang unik dan perlu dilakukan penyempurnaan berkaitan dengan standarisasi pelaporan keuangannya. Oleh karena itu laporan keuangan yang disjikan juga akan disesuaikan dengan karakteristik organisasi namun tetap mengacu kepada prinsip akuntansi berterima umum yang berlaku di indonesia.

http://muhshohibulrouf-pengetahuan.blogspot.com/2011/01/sistem-akuntansi-pemerintahan-pusat.html