akut lung odem
Post on 19-Jan-2016
58 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN “ AKUT LUNG OEDEM ”
KELOMPOK 3
ZARATULAINI
VINA NOVITA DWI PUTRI
I KADEK DEDI IRIAWAN
LISA FASTI NINGSI
PUTU SUDARSANA
MENI SAMBAYO
DEFINISI
Edema paru merupakan kondisi yang disebabkan oleh kelebihan cairan di paru-paru. cairan ini terkumpul dalam kantung-kantung udara di paru-paru banyak, sehingga sulit untuk bernapas. Dalam kebanyakan kasus, masalah jantung menyebabkan edema paru.
ETIOLOGI
Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:
Penurunan konsentrasi protein plasma Peningkatan permeabilitas dinding
kapiler Peningkatan tekanan vena Penyumbatan pembuluh limfe
menimbulkan edema
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, edema paru terbagi menjadi 2, kardiogenik dan non-kardiogenik. Hal ini penting diketahui oleh karena pengobatannya sangat berbeda. Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri apapun sebabnya. Edema Paru Kardiogenik yang akut disebabkan oleh adanya Payah Jantung Kiri Akut. Tetapi dengan adanya faktor presipitasi, dapat terjadi pula pada penderita Payah Jantung Kiri Khronik.
1) Cardiogenic pulmonary edema 2) Non-cardiogenic pulmonary edema
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam 3 stadium:
Stadium 1. Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.
Stadium 2. Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa interlobularis menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor inter-sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil, terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea. Meskipun hal ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan intersisial diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit perubahan saja.
Next…..
Stadium 3. Pada stadium ini terjadi edema alveolar.
Pertukaran gas sangat terganggu, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin hams digunakan dengan hati-hati (Ingram and Braunwald, 1988).
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan Fisik Sianosis sentral. Sesak napas dengan bunyi napas seperti mukus
berbuih. Ronchi basah nyaring di basal paru kemudian memenuhi hampir
seluruh lapangan paru, kadang disertai ronchi kering dan ekspirasi yang memanjang akibat bronkospasme sehingga disebut sebagai asma kardiale.
Takikardia dengan S3 gallop. Murmur bila ada kelainan katup. Elektrokardiografi. Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri atau fibrilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung. Gambaran infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa ditemukan.
Laboratorium Analisa gas darah pO2 rendah, pCO2 mula-mula rendah dan kemudian
hiperkapnia. Enzim kardiospesifik meningkat jika penyebabnya infark miokard. Darah rutin, ureum, kreatinin, , elektrolit, urinalisis, foto thoraks, EKG,
enzim jantung (CK-MB, Troponin T), angiografi koroner.
Next….. Gambaran Radiologi yang
ditemukan : Pelebaran atau penebalan hilus
(dilatasi vaskular di hilus) Corakan paru meningkat (lebih
dari 1/3 lateral) Kranialisasi vaskuler Hilus suram (batas tidak jelas) Interstitial fibrosis (gambaran
seperti granuloma-granuloma kecil atau nodul milier)
Ekokardiografi Pengukuran plasma B-type
natriuretic peptide (BNP) Pulmonary artery catheter (Swan-
Ganz)
Gambar 1 : Edema Intesrtitial
PENATALAKSANAAN Tujuan terapi pada edema paru yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas adalah untuk menghilangkan faktor penyebab perlukaan paru, perbaikan keadaan umum dan memberi kesempatan pada paru-paru untuk membaik, serta sejauh mungkin mengurangi tekanan yang menyebabkan pergeseran cairan melalui barrier yang terluka. Hal ini penting, karena terapi spesifik untuk perlukaan akut paru pada umumnya tidak ada (kecuali bila penyebabnya adalah infeksi), dan terapi suportif merupakan satu-satunya pilihan.
Penatalaksanaan MedisTujuan penatalaksanaan medis pada pasien dengan Edema Paru akut adalah mengurangi volume sirkulasi total untuk memperbaiki pertukaran gas pernapasan. Tujuan ini dapat dicapai dengan kombinasi terapi oksigen dan terapi medis.
- Oksigenasi- Farmakologi
Next….
Penatalaksanaan Keperawatan Posisi ½ duduk Infus emergensi. Monitor tekanan darah,
monitor EKG, oksimetri bila ada. Jika tidak memberi hasil memuaskan
maka dapat diberikan Nitroprusid IV
KOMPLIKASI
Pada pasien dengan Edema paru kemungkina untuk terjadi Gagal napas sangat tinggi jika tidak dilakukan penatalaksanaan dengan tepat.
PENGKAJIAN Sistem Integumen• Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
Sistem Pulmonal• Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng• Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,
Sistem Cardiovaskuler• Subyektif : sakit kepala• Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak teratur, suara jantung tambahan.
Next…. Sistem Neurosensori• Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang• Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi Sistem genitourinaria• Subyektif : • Obyektif : produksi urine menurun/normal, Sistem digestif• Subyektif : mual, kadang muntah• Obyektif : konsistensi feses normal/diare Studi Laboratorik :• Hb : menurun/normal• Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal• Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normalSistem
Musculoskeletal• Subyektif : lemah, cepat lelah• Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d intubasi, ventilasi, proses penyakit, kelemahan dan kelelahan
Gangguan pertukaran Gas b.d sekresi tertahan, proses penyakit, atau pengesetan ventilator tidak tepat
Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakeal
Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan selang endotrakeal.
INTERVENSI Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d intubasi, ventilasi, proses
penyakit, kelemahan dan kelelahan Tujuan : Jalan nafas dapat dipertahankan kebersihannya Kriteria evaluasi : Suara nafas bersih, ronchii tidak terdengar pada seluruh lapang paru Rencana Intervensi
a) Auskultasi bunyi nafas tiap 2-4 jam
R/ Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
b) Lakukan hisap lendir bila ronchii terdengar
R/ Tekanan penghisapan tidak lebih 100-200 mmHg. Hiperoksigenasi dengan 4-5 kali pernafasn dengan O2 100 % dan hiperinflasi dengan 1 ½ kali VT menggunakan resusitasi manual atau ventilator. Auskultasi bunyi nafas setelah penghisapan
c) Monitor humidivier dan suhu ventilator
R/Oksigen lembab merangasang pengenceran sekret. Suhu ideal 35-37,8OC
d) Monitor status hidrasi klien
R/Mencegah sekresi kental
e) Monitor ventilator tekanan dinamis
R/Peningkatan tekanan tiba-tiba mungkin menunjukkan adanya perlengketan jalan nafas
f) Beri Lavase cairan garam faali sesuai indikasi
R/Memfasilitasi pembuangan secret
g) Beri fisioterapi dada sesuai indikasi
R/Memfasilitasi pengenceran dan penge-luaran sekret menuju bronkus utama
h) Beri bronkodilator
R/Memfasilitasi pengeluaran secret menuju bronkus utama
Gangguan pertukaran Gas b.d sekresi tertahan, proses penyakit, atau pengesetan ventilator tidak tepat
Tujuan : Pertukaran gas jaringan paru optimal Kriteria evaluasi : Gas Darah Arteri dalam keadaan normal Rencana Intervensi Periksa AGD 10-30 menit setelah pengesetan
ventilator atau setelah adanya perubahan ventilator
R/AGD diperiksa sebagai evaluasi status pertukaran gas; menunjukkan konsentrasi O2 & CO2 darah
Monitor AGD atau oksimetri selama periode penyapihan
R/Periode penyapihan rawan terhadap perubahan status oksigenasi
Kaji apakah posisi tertentu menimbulkan ketidaknyamanan pernafasan
R/Dalam berbagai kondisi, ketidak-nyamanan dapat mempengaruhi klinis penderita
Monitor tanda hipoksia dan hiperkapneaR/Hipoksia dan hiperkapnea ditandai adanya gelisah dan penurunan
kesadaran, asidosis, hiperventilasi, diaporesis dan keluhan sesak meningkat
Gangguan komunikasi verbal b.d pemasangan selang endotrakeal
Tujuan : Klien dan petugas kesehatan dapat berkomunikasi secara efektif selama pemasangan selang endotrakeal
Kriteria evaluasi : Klien dan perawat menentukan dan menggunakan metodayang
tepat untuk Rencana Intervensi Jelaskan lingkungan, semua prosedur, tujuan dan alat yang
berhubungan dengan klienR/Mengurangi kebingungan klien dan meminimalisasi adanya
komunikasi yang sulit antara klien dan perawat
Berikan bel atau papan catatan serta alat tulis untuk komunikasi
R/Sebagai media komunikasi antara klien dan perawat Ajukan pertanyaan tertutup
R/Menghindari komunikasi tidak efektif Yakinkan pasien bahwa suara akan kembali bila
endotrakela dilepas
R/Mengurangi kecemasan yang mungkin timbul akibat kehilangan suara
Resiko tinggi infeksi b.d pemasangan selang endotrakeal
Tujuan : Klien tidak mengalami infeksi nosokomial Kriteria evaluasi : Tidak terdapat tanda-tanda infeksi nosokomial Rencana Intervensi
Evaluasi warna, jumlah, konsistensi dan bau sputum tiap kali penghisapan
R/ Infeksi traktus respiratorius dapat mengakibatkan sputum bertambah banyak, bau lebih menyengat, warna berubah lebih gelap
Tampung spesimen untuk kultur dan sensitivitas sesuai indikasi
R/ Memastikan adanya kuman dalam sputum/jalan nafas Pertahankan teknis steril selama penghisapan lendir
R/ Mengurangi resiko infeksi nosokomial Ganti selang ventilator tiap 24 – 72 jam
R/ Mengurangi resiko infeksi nosokomial Lakukan oral higiene
R/ Mengurangi resiko infeksi nosokomial Palpasi sinus dan lihat membrana mukosa selama demam yang
tidak diketahui sebabnya
R/ Perubahan membrana mukosa dan adanya sinusitis mungkin menjadi indikasi adanya infeksi pernafasan
Monitor tanda vital terhadap tanda infeksi
R/ Infeksi dapat dilihat dari tanda umum/khusus organ
top related