activity based costing
Post on 29-Nov-2014
234 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
ACTIVITY BASED COSTING
PENGERTIAN ACTIVITY BASED COSTING
Dalam Akuntansi Biaya kita mempelajari job order costing (metode biaya pesanan)
dan process costing (metode biaya proses),dimana pembebanan biaya overhead pabrik
dilakukan dengan satu cost pool (pusat biaya),maka dapat diketahui bahwa pembebanan
dengan cara tersebut relatif mudah. Disisi lain,pembebanan dengan cara merata-ratakan
atas suatu dasar tertentu tersebut,dapat menimbulkan adanya kelebihan dan kekurangan
pembebanan biaya overhead pabrik terutama jika produk yang dihasilkan lebih dari satu.
Pembebanan satu cost pool tersebut menggunakan SistemTradisional. Untuk mengatasi
masalah-masalah yang timbul dalam pembebanan dengan metode tradisional,maka
dikembangkanlah metode ABC (activity based costing).
Konsep ABC dikembangkan di sektor manufaktur di Amerika Serikat pada tahun
1970-an dan 1980-an. Selama periode ini,Consortium for Advanced Management-
International yang sekarang dikenal dengan nama CAM-I,memberikan peran dasar untuk
mempelajari dan menyusun prinsip-prinsip yang ada pada akhirnya dikenal dengan nama
Activity Based Costing.
Douglas T.Hicks mendefinisikan sistem ABC sebagai berikut:
ABC is a cost accounting concept based on the premise that product require an
organization to perform activities and that those activities require an organization to incur
cost. In ABC, system are designed so that any cost that cannot be attributed directly to a
product flow into activities that make them necessary and that the cost of each activity
then flow to the product(s) that make the activity necessary based on their respective
consumption of that activity (T.Douglas Hicks,1992,Activity Based Costing for Small
and Mid-Sized Business: An Implementation Guide John Wiley & Sons,New
York,hal.43)
Activity Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang
mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan
mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya.
ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk
1
memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan(Hubungan
timbal balik antara cost driver dan aktivitas).
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi
akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas
untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya
overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.
MENENTUKAN JUMLAH COST DRIVER
Dalam ABC,dasar untuk mengalokasikan biaya overhead disebut pemicu biaya
(cost drivers).
Robin Cooper:
Jumlah minimum cost driver yang digunakan dalam sistem biaya tergantung pada
tingkat ketepatan yang ingin dicapai dalam perhitungan biaya produksi.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah cost driver
adalah:
1. Biaya pengukuran (cost of measurement)
2. Derajat korelasi (degree of correlation) antara pemicu biaya dan konsumsi
overhead aktualnya.
KLASIFIKASI AKTIVITAS DALAM ABC
Sistem ABC membagi aktivitas dalam dua kelompok:
Product Driven Activity
Product driven activity adalah aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan
merancang dan memproduksi suatu produk.
Customer Driven Activity
Costumer driven activity adalah aktivitas yang berhubungan dengan
kegiatan penawaran,pelayanan serta dukungan terhadap pelanggan atau
pasar perusahaan.
2
PRODUCT DRIVEN ACTIVITY
1. Unit Level
Biaya unit level adalah biaya yang pasti bertambah ketika sebuah unit
produk diproduksi yang sebanding dengan proporsi volume produk tersebut.
Contoh:biaya bahan baku langsung yang semakin bertambah dengan
bertambah jumlah produksi
2. Batch Level
Biaya batch level adalah biaya yang disebabkan oleh sejumlah batches
yang diproduksi dan terjual. Contoh:biaya setup mesin.
3. Product Sustaining Level
Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung produk yang
berbeda. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu atau
beberapa unit batch. Contoh:biaya desain
produk,pengembangan,prototipe,dan rekayasa produksi.
4. Facility Sustaining (Plant) Level
Biaya pada plant level merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat
dilakukannya produksi. Contoh:biaya sewa,depresiasi,pajak properti dan
asuransi bangunan pabrik.
CUSTOMER DRIVEN ACTIVITY
1. Order Level
Aktivitas ini berhubungan dengan order pelanggan. Biaya dibebankan
langsung kepada penjualan dan pesanan yang dilakukan pelanggan secara
individu. Contoh: biaya pengiriman pesanan,pengiriman serta tagihan.
2. Customer Level
Aktivitas ini tidak berhubungan dengan pesanan,tetapi biaya yang terjadi
dibebankan kepada pelanggan. Contoh:biaya tenaga penjualan,kredit dan
penagihan.
3. Market Level
Aktivitas ini dibutuhkan untuk memasuki atau mempertahankan pasar
tertentu. Contoh:biaya research & development (R&D),iklan,promosi dan
pemasaran.
4. Channel Level
3
Aktivitas ini dibutuhkan dalam saluran distribusi dan tidak ditentukan
berdasarkan pesanan pelanggan atau pelanggan tertentu. Contoh kampanye
promosi.
5. Enterprise Level
Aktivitas ini dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan dalam
bisnisnya,sedangkan biaya yang ditimbulkannya tidak dapat dibebankan
pada level yang lebih rendah. Contoh:lisensi,pajak,gaji direktur perusahaan.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM ABC
Kelebihan dari Sistem ABC adalah sebagai berikut:
Biaya produk lebih akurat,baik pada industri manufaktur maupun industri jasa
lainnya.
Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas,sehingga semakin
banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.
Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga
manajemen dapat menganalisa aktivitas dan proses produksi tersebut
dengan lebih baik.
Sistem ABC mengakui kompleksitas dari diversitas proses produksi modem
yang banyak berdasarkan transaksi/transaction based dengan menggunakan
banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).
Sistem ABC juga memberi perhatian atas variabel yang terdapat dalam biaya
tidak langsung.
Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai
objek biaya. Baik itu proses,pelanggan,area tanggung jawab manajerial,dan
juga biaya produk.
Kekurangan dari Sistem ABC adalah dengan adanya penerapan tersebut tidak
membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan kepada objek biayanya dengan
mudah,hal ini disebabkan biaya-biaya yang dikelompokkan bersifat arbiter.
Misalnya, biaya keamanan pabrik merupakan contoh dari sustaining level,ketika
membebankan hal tersebut pada objek biaya yang berupa produk,maka mungkin
digunakan pendekatan yang artiber,seperti berdasarkan jumlah jam kerja tenaga
kerja dengan alasan semakin lama proses maka membutuhkan jasa semakin
besar.
4
PERBEDAAN ANTARA ABC DAN TRADITIONAL COSTING
Traditional costing
Seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam satu
pengelompokan biaya (cost pool),kemudian seluruh total biaya tersebut
dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based)
kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya
berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar
biaya tidak langsung. Misalnya,jika biaya tidak langsung suatu perusahaan
didominasi oleh biaya overhead pabrik yang sangat otomatis
prosesnya,maka bisa saja dasar pengalokasian yang dipilih adalah jam kerja
mesin.
ABC (Activity Based Costing)
Pada ABC,seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam
beberapa pengelompokan biaya (cost pool) sesuai dengan aktivitas masing-
masing yang berhubungan,kemudian masing-masing kelompok biaya
tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas tersebut dan
dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing-masing. Pemilihan kelompok
biaya biasanya berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan hierarki biaya dan
hampir sama kegiatannya. Sedangkan untuk pemilihan dasar alokasi adalah
jumlah aktivitas dalam setiap kelompok biaya tersebut (cost drivers).
Dengan adanya perbedaan diatas maka dapat kita ketahui bahwa
akuntansi biaya tradisional (Traditional Costing) memiliki kelemahan yaitu:
Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi
biaya pada tahap produksi.
Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga
kerja langsung atau hanya dengan volume produksi.
Ada diversitas produk,dimana masing-masing produk mengkonsumsi
biaya overhead yang berbeda-beda.
5
TAHAPAN PENYUSUNAN HINGGA IMPLEMENTASI ABC
Tahap 1: Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan.
Tahap 2: Menentukan tujuan penerapan sistem ABC.
Tahap 3: Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada
beban tidak langsung/overhead.
Tahap 4: Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga
dapat dihitung tarif (rate) per unit untuk setiap dasar alokasi yang
digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung.
Tahap 5: Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap
objek biaya.
Tahap 6: Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya.
Tahap 7: Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan
perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan.
KESIMPULAN
Metode ABC merupakan sistem manajemen biaya yang lebih akurat dan
bermakna daripada metode alokasi biaya tradisional.
Alokasi biaya tradisional (Traditional Costing Alocation/TCA) tidak dapat
menghitung true cost sebuah produk.
Dapat memperbaiki biaya melalui perbaikan aktivitas-aktivitas.
Secara menyeluruh, metode ABC memberikan informasi bahwa aktivitas-
aktivitas dan bukan produk yang menentukan profit perusahaan.
6
top related