activity based costing

8
ACTIVITY BASED COSTING PENGERTIAN ACTIVITY BASED COSTING Dalam Akuntansi Biaya kita mempelajari job order costing (metode biaya pesanan) dan process costing (metode biaya proses),dimana pembebanan biaya overhead pabrik dilakukan dengan satu cost pool (pusat biaya),maka dapat diketahui bahwa pembebanan dengan cara tersebut relatif mudah. Disisi lain,pembebanan dengan cara merata- ratakan atas suatu dasar tertentu tersebut,dapat menimbulkan adanya kelebihan dan kekurangan pembebanan biaya overhead pabrik terutama jika produk yang dihasilkan lebih dari satu. Pembebanan satu cost pool tersebut menggunakan SistemTradisional. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam pembebanan dengan metode tradisional,maka dikembangkanlah metode ABC (activity based costing). Konsep ABC dikembangkan di sektor manufaktur di Amerika Serikat pada tahun 1970-an dan 1980-an. Selama periode ini,Consortium for Advanced Management-International yang sekarang dikenal dengan nama CAM-I,memberikan peran dasar untuk mempelajari dan menyusun prinsip-prinsip yang ada pada akhirnya dikenal dengan nama Activity Based Costing. Douglas T.Hicks mendefinisikan sistem ABC sebagai berikut: ABC is a cost accounting concept based on the premise that product require an organization to perform activities and that those activities require an organization to incur cost. In ABC, system are designed so that any cost that cannot be attributed directly to a product flow into activities that make them necessary and that the cost of each activity then flow to the product(s) that make the activity necessary based on their 1

Upload: amouqe

Post on 29-Nov-2014

233 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Activity based costing

ACTIVITY BASED COSTING

PENGERTIAN ACTIVITY BASED COSTING

Dalam Akuntansi Biaya kita mempelajari job order costing (metode biaya pesanan)

dan process costing (metode biaya proses),dimana pembebanan biaya overhead pabrik

dilakukan dengan satu cost pool (pusat biaya),maka dapat diketahui bahwa pembebanan

dengan cara tersebut relatif mudah. Disisi lain,pembebanan dengan cara merata-ratakan

atas suatu dasar tertentu tersebut,dapat menimbulkan adanya kelebihan dan kekurangan

pembebanan biaya overhead pabrik terutama jika produk yang dihasilkan lebih dari satu.

Pembebanan satu cost pool tersebut menggunakan SistemTradisional. Untuk mengatasi

masalah-masalah yang timbul dalam pembebanan dengan metode tradisional,maka

dikembangkanlah metode ABC (activity based costing).

Konsep ABC dikembangkan di sektor manufaktur di Amerika Serikat pada tahun

1970-an dan 1980-an. Selama periode ini,Consortium for Advanced Management-

International yang sekarang dikenal dengan nama CAM-I,memberikan peran dasar untuk

mempelajari dan menyusun prinsip-prinsip yang ada pada akhirnya dikenal dengan nama

Activity Based Costing.

Douglas T.Hicks mendefinisikan sistem ABC sebagai berikut:

ABC is a cost accounting concept based on the premise that product require an

organization to perform activities and that those activities require an organization to incur

cost. In ABC, system are designed so that any cost that cannot be attributed directly to a

product flow into activities that make them necessary and that the cost of each activity

then flow to the product(s) that make the activity necessary based on their respective

consumption of that activity (T.Douglas Hicks,1992,Activity Based Costing for Small

and Mid-Sized Business: An Implementation Guide John Wiley & Sons,New

York,hal.43)

Activity Based Costing (ABC) adalah suatu sistem informasi akuntansi yang

mengidentifikasi berbagai aktivitas yang dikerjakan dalam suatu organisasi dan

mengumpulkan biaya dengan dasar dan sifat yang ada dan perluasan dari aktivitasnya.

ABC memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas untuk

1

Page 2: Activity based costing

memproduksi, mendistribusikan atau menunjang produk yang bersangkutan(Hubungan

timbal balik antara cost driver dan aktivitas).

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi

akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas

untuk menghasilkan produk secara akurat. Hal ini didorong oleh:

1. Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective

2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya

overhead pabrik dalam product cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.

3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy.

MENENTUKAN JUMLAH COST DRIVER

Dalam ABC,dasar untuk mengalokasikan biaya overhead disebut pemicu biaya

(cost drivers).

Robin Cooper:

Jumlah minimum cost driver yang digunakan dalam sistem biaya tergantung pada

tingkat ketepatan yang ingin dicapai dalam perhitungan biaya produksi.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah cost driver

adalah:

1. Biaya pengukuran (cost of measurement)

2. Derajat korelasi (degree of correlation) antara pemicu biaya dan konsumsi

overhead aktualnya.

KLASIFIKASI AKTIVITAS DALAM ABC

Sistem ABC membagi aktivitas dalam dua kelompok:

Product Driven Activity

Product driven activity adalah aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan

merancang dan memproduksi suatu produk.

Customer Driven Activity

Costumer driven activity adalah aktivitas yang berhubungan dengan

kegiatan penawaran,pelayanan serta dukungan terhadap pelanggan atau

pasar perusahaan.

2

Page 3: Activity based costing

PRODUCT DRIVEN ACTIVITY

1. Unit Level

Biaya unit level adalah biaya yang pasti bertambah ketika sebuah unit

produk diproduksi yang sebanding dengan proporsi volume produk tersebut.

Contoh:biaya bahan baku langsung yang semakin bertambah dengan

bertambah jumlah produksi

2. Batch Level

Biaya batch level adalah biaya yang disebabkan oleh sejumlah batches

yang diproduksi dan terjual. Contoh:biaya setup mesin.

3. Product Sustaining Level

Biaya ini merupakan biaya yang digunakan untuk mendukung produk yang

berbeda. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh produksi dan penjualan satu atau

beberapa unit batch. Contoh:biaya desain

produk,pengembangan,prototipe,dan rekayasa produksi.

4. Facility Sustaining (Plant) Level

Biaya pada plant level merupakan biaya kapasitas pendukung pada tempat

dilakukannya produksi. Contoh:biaya sewa,depresiasi,pajak properti dan

asuransi bangunan pabrik.

CUSTOMER DRIVEN ACTIVITY

1. Order Level

Aktivitas ini berhubungan dengan order pelanggan. Biaya dibebankan

langsung kepada penjualan dan pesanan yang dilakukan pelanggan secara

individu. Contoh: biaya pengiriman pesanan,pengiriman serta tagihan.

2. Customer Level

Aktivitas ini tidak berhubungan dengan pesanan,tetapi biaya yang terjadi

dibebankan kepada pelanggan. Contoh:biaya tenaga penjualan,kredit dan

penagihan.

3. Market Level

Aktivitas ini dibutuhkan untuk memasuki atau mempertahankan pasar

tertentu. Contoh:biaya research & development (R&D),iklan,promosi dan

pemasaran.

4. Channel Level

3

Page 4: Activity based costing

Aktivitas ini dibutuhkan dalam saluran distribusi dan tidak ditentukan

berdasarkan pesanan pelanggan atau pelanggan tertentu. Contoh kampanye

promosi.

5. Enterprise Level

Aktivitas ini dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan dalam

bisnisnya,sedangkan biaya yang ditimbulkannya tidak dapat dibebankan

pada level yang lebih rendah. Contoh:lisensi,pajak,gaji direktur perusahaan.

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN SISTEM ABC

Kelebihan dari Sistem ABC adalah sebagai berikut:

Biaya produk lebih akurat,baik pada industri manufaktur maupun industri jasa

lainnya.

Biaya ABC memberikan perhatian pada semua aktivitas,sehingga semakin

banyak biaya tidak langsung yang dapat ditelusuri pada objek biayanya.

Sistem ABC mengakui bahwa aktivitas penyebab timbulnya biaya sehingga

manajemen dapat menganalisa aktivitas dan proses produksi tersebut

dengan lebih baik.

Sistem ABC mengakui kompleksitas dari diversitas proses produksi modem

yang banyak berdasarkan transaksi/transaction based dengan menggunakan

banyak pemicu biaya (multiple cost drivers).

Sistem ABC juga memberi perhatian atas variabel yang terdapat dalam biaya

tidak langsung.

Sistem ABC cukup fleksibel untuk menelusuri biaya berdasarkan berbagai

objek biaya. Baik itu proses,pelanggan,area tanggung jawab manajerial,dan

juga biaya produk.

Kekurangan dari Sistem ABC adalah dengan adanya penerapan tersebut tidak

membuat seluruh biaya akan mudah dibebankan kepada objek biayanya dengan

mudah,hal ini disebabkan biaya-biaya yang dikelompokkan bersifat arbiter.

Misalnya, biaya keamanan pabrik merupakan contoh dari sustaining level,ketika

membebankan hal tersebut pada objek biaya yang berupa produk,maka mungkin

digunakan pendekatan yang artiber,seperti berdasarkan jumlah jam kerja tenaga

kerja dengan alasan semakin lama proses maka membutuhkan jasa semakin

besar.

4

Page 5: Activity based costing

PERBEDAAN ANTARA ABC DAN TRADITIONAL COSTING

Traditional costing

Seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam satu

pengelompokan biaya (cost pool),kemudian seluruh total biaya tersebut

dialokasikan dengan satu dasar pengalokasian (cost allocation based)

kepada suatu objek biaya. Pemilihan dasar pengalokasian biasanya

berdasarkan hubungan sebab akibat yang paling mewakili sebagian besar

biaya tidak langsung. Misalnya,jika biaya tidak langsung suatu perusahaan

didominasi oleh biaya overhead pabrik yang sangat otomatis

prosesnya,maka bisa saja dasar pengalokasian yang dipilih adalah jam kerja

mesin.

ABC (Activity Based Costing)

Pada ABC,seluruh biaya tidak langsung akan dikumpulkan dalam

beberapa pengelompokan biaya (cost pool) sesuai dengan aktivitas masing-

masing yang berhubungan,kemudian masing-masing kelompok biaya

tersebut dihubungkan dengan masing-masing aktivitas tersebut dan

dialokasikan berdasarkan aktivitasnya masing-masing. Pemilihan kelompok

biaya biasanya berdasarkan aktivitas yang sesuai dengan hierarki biaya dan

hampir sama kegiatannya. Sedangkan untuk pemilihan dasar alokasi adalah

jumlah aktivitas dalam setiap kelompok biaya tersebut (cost drivers).

Dengan adanya perbedaan diatas maka dapat kita ketahui bahwa

akuntansi biaya tradisional (Traditional Costing) memiliki kelemahan yaitu:

Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi

biaya pada tahap produksi.

Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga

kerja langsung atau hanya dengan volume produksi.

Ada diversitas produk,dimana masing-masing produk mengkonsumsi

biaya overhead yang berbeda-beda.

5

Page 6: Activity based costing

TAHAPAN PENYUSUNAN HINGGA IMPLEMENTASI ABC

Tahap 1: Memeriksa ulang seluruh informasi keuangan perusahaan.

Tahap 2: Menentukan tujuan penerapan sistem ABC.

Tahap 3: Menetapkan aktivitas utama yang menyebabkan perubahan pada

beban tidak langsung/overhead.

Tahap 4: Menghubungkan biaya tidak langsung dengan aktivitas sehingga

dapat dihitung tarif (rate) per unit untuk setiap dasar alokasi yang

digunakan untuk membebankan biaya tidak langsung.

Tahap 5: Menghitung biaya tidak langsung yang dibebankan pada setiap

objek biaya.

Tahap 6: Menghitung total biaya untuk setiap objek biaya.

Tahap 7: Menggunakan hasil perhitungan ABC tersebut untuk melakukan

perbaikan dan pengambilan keputusan yang relevan.

KESIMPULAN

Metode ABC merupakan sistem manajemen biaya yang lebih akurat dan

bermakna daripada metode alokasi biaya tradisional.

Alokasi biaya tradisional (Traditional Costing Alocation/TCA) tidak dapat

menghitung true cost sebuah produk.

Dapat memperbaiki biaya melalui perbaikan aktivitas-aktivitas.

Secara menyeluruh, metode ABC memberikan informasi bahwa aktivitas-

aktivitas dan bukan produk yang menentukan profit perusahaan.

6