abstrak · web viewfaktor yang menyebabkan rendahnya kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah,...
Post on 01-Aug-2019
236 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
IDENTIFIKASI FLORA NORMAL MULUT PADA ANAK
SEKOLAH DASAR DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
Disusun oleh:
FIQA TINFITRIYA ALKASIE
NPM 1102015080
Skripsi penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan tugas akhir
pendidikan Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2018
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi dari:Nama : Fiqa Tinfitriya AlkasieNPM : 1102015080Fakultas : Kedokteran UmumUniversitas : Universitas YARSITingkat : Pendidikan Sarjana IJudul : Identifikasi Flora Normal pada Anak Sekolah Dasar dan
Tinjauannya menurut IslamPembimbing Skripsi : Dr. Drh. Hj. Titiek DjannatunDiajukan untuk memenuhi persyaratan tugas akhir pendidikan sarjana
Jakarta, 15 Desember 2018.
Mengetahui,
Peneliti, Dosen Pembimbing Agama,
Fiqa Tinfitiriya Alkasie H. Irwandi M.Zen, Lc, MA NPM. 1102015080 NIK. 531101196016
Dosen Pembimbing Klinis,
Dr. Drh. Hj. Titiek Djannatun
NIK. 531111189049
ii
IDENTIFIKASI FLORA NORMAL MULUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
Fiqa Tinfitriya Alkasie1, Titiek Djannatun2, Irwandi M.Zen3
ABSTRAK
Latar Belakang: Flora normal adalah mikroorganisme yang hidup pada kulit dan mukosa manusia. Flora normal mulut mepunyai peran penting dalam mempertahankan kesehatan. Namun, keseimbangan flora normal pada rongga mulut harus dijaga karena pertumbuhan berlebihan dari flora normal mulut dapat menyebabkan karies gigi. Karies gigi adalah penyakit yang paling sering diderita anak usia sekolah dasar.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran morfologi koloni dan morfologi sel agar dapat mengidentifikasi flora normal mulut pada anak sekolah dasar Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional. Populasi dalam penelitian adalah murid kelas 5 SDN Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat. Penentuan sampel menggunakan metode Multistage sampling dengan jumlah sampel 90 subjek. Alat pengumpulan data berupa sampel dari swab pada mukosa buccal. Analisis data dengan menggunakan distribusi frekuensi. Hasil: Hasil penelitian flora normal mulut pada anak sekolah dasar di SDN Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat, memiliki pertumbuhan 2 – 4 jenis koloni pada masing-masing individu. Mikroorganisme yang paling dominan memiliki morfologi koloni bentuk bulat, jernih, α hemolisa, smooth, 0.1-2 mm dengan morfologi sel bulat, ungu, berantai, gram (+) sebanyak 82 koloni (35,5%).Simpulan: Flora normal mulut pada anak sekolah dasar di SDN Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat memiliki pertumbuhan koloni yang sedikit dan didominasi oleh genus Streptococcus sp dan Staphylococcus sp. Saran: Anak sekolah dasar sebaiknya melakukan pembatasan asupan sukrosa, pembatasan asupan karbohidrat dan menjaga kebersihan mulut dengan sering menyikat gigi.
Kata Kunci: Identifikasi, Flora Normal Mulut, Karies gigi1Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas YARSI2Staf pengajar bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI3Staf pengajar bagian Agama Islam Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
iii
THE IDENTIFICATION OF NORMAL ORAL FLORA AMONG ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN AND THE OVERVIEW OF ISLAM
Fiqa Tinfitriya Alkasie1, Titiek Djannatun2, Irwandi M.Zen3
ABSTRACT
Background: Normal flora are microorganisms that live on the skin and human mucosa. Normal oral flora have an important role in maintaining health. However, the balance of normal flora in the oral cavity must be maintained because overgrow of normal oral flora can caused dental caries. Dental caries is the most common disease among elementary school children. Objective: This study aimed to describe the morphology of colony and cell of in order to identify normal oral flora among elementary school children.Methods: This study was an descriptive observastional. The study population was 5th grade students of Cempaka Putih Barat 01 Elementary School. Study sample were obtained using multistage sampling technique; the study involved 90 subjects. Sampel of swab buccal mucous were used as an instruments for data collection. Data analysis was conducted using frequency distribution. Results: This study found 2 – 4 types of normal oral flora colonies among elementary school children. The morphology colony of microorganism that the most dominant is round, clear, colony morphology α hemolysis, smooth, 0.1 – 2 mm with round, purple, chain cell, gram (+) genus Streptococcus sp. 82 colonies (35.5%).Conclusion: The growth of flora oral normal in students of Cempaka Putih Barat 01 Elementary School is dominated by genus Streptococcus sp. and Staphylococcus sp. In Islam, parents have the responsibility for commendable moral education in matters of worship, including of maintaining oral hygine by educate good habits to children.Recommendation: Elementary school children should limit sucrose intake, limit carbohydrate intake and maintaining the oral hygiene by frequently brushing teeth.
Keywords: Identification, Normal Oral Flora, Dental Caries
1Student, Faculty of Medicine YARSI University2Lecturer, Dapartement of Microbiology, Faculty of Medicine YARSI University3Lecturer, Dapartement of Islamic Religion, Faculty of Medicine YARSI University
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Alhamdulillahirabil’alamin, Puji dan syukur penulis ucapakan kepada Allah
SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menyadari tidak sedikit kesulitan dan
hambatan yang dialami sehingga tidak luput dari kesalahan dan kekurangan
mengingat keterbatasan penulis dalam hal pengetahuan, kemampuan, pengalaman
dan juga waktu. Namun berkat dukungan, doa, dorongan, dan semangat dari
berbagai pihak, penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Identifikasi
Flora Normal Mulut pada Anak Sekolah Dasar dan Tinjauannya Dalam Agama
Islam”. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ungkapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar – besarnya kepada :
1. dr. Hj. Rika Yuliwulandari, M.Hlt.Sc, Ph.D, Dipl.DK selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI beserta jajarannya.
2. dr. H. Zwasta Pribadi Mahardika, M.MedEd selaku Ka. Prodi Akademik
Kedokteran Umum Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
3. dr. H. Lilian Batubara, M.Kes. selaku ketua komisi skripsi yang telah
menyetujui judul skripsi ini.
4. Dr. Drh. Hj. Titiek Djannatum selaku dosen pembimbing yang bersedia
membimbing dan telah banyak memberikan arahan, masukan, semangat serta
saran selama penyusunan skripsi ini.
5. Bapak H. Irwandi M.Zen, Lc, MA selaku dosen pembimbing agama yang
bersedia membimbing dan telah banyak memberikan arahan, masukan serta
saran selama penyusunan skripsi ini.
6. dr. Riyani Wikaningrum, DMM, MSc, selaku dosen penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk menguji skripsi ini serta memberikan masukan
dalam ajuan penelitian.
v
7. Drg. Audiawati Surachmin, Sp.PM, Selaku dosen Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Yarsi Jakarta yang telah Bersedia meluangkan waktu dalam
membimbing dan memberi masukan guna penyelesaian skripsi ini.
8. Staf Laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI Luis
Bastian dan Jevi yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membimbing
dan membantu proses penelitian.
9. Dosen-dosen pengajar Fakultas Kedokteran Universitas YARSI atas ilmu dan
pengetahuan serta bimbingan yang telah diberikan kepada Penulis.
10. Kepala dan Staf P2K, Tata Usaha, serta Kepala dan Staf Perpustakaan
Universitas YARSI atas bantuan yang telah diberikan kepada Penulis.
11. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Suradi, S.E, M.M, dan ibunda Dra.
Mulyati serta adik – adik saya M. Ardy, Shafa Shaomi dan Dimas Ahmed
tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan, serta semangat kepada
penulis dan selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dalam
membuat skripsi ini.
12. Sahabat satu tim penelitian Eka Heriyanti, Anggriani Rahayu, Farah atsilla,
dan Khairifa Adlina yang selalu membantu dan menyemangati serta bekerja
sama untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
13. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas YARSI angkatan 2015, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu.
14. Sahabat - sahabat penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang selalu
memberikan doa, semangat, dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat
selesai tepat pada waktunya.
15. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas dukungan dan doa
yang diberikan selama penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir.
Demikian ucapan terima kasih yang penulis berikan. Semoga Allah
senantiasa membalas semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang di ridhai-
Nya. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan baik segi materi maupun bahasa yang
disajikan. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan, serta
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
vi
Semoga skripsi ini dapat turut serta memajukan ilmu pengetahuan dan
memberikan manfaat bagi penulis,civitas akademika Universitas YARSI, dan
masyarakat.
Akhir kata, Mohon maaf apabila ada kata – kata yang kurang berkenan di
hati. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Jakarta, 14 Desember 2018
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................x
DAFTAR BAGAN.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................11.1 Latar Belakang Masalah..............................................................................11.2 Perumusan Masalah....................................................................................31.3 Pertanyaan Penelitian..................................................................................31.4 Tujuan Penelitian........................................................................................31.5 Manfaat Penelitian......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSAKA................................................................................42.1 Kajian Pustaka.............................................................................................42.2 Kerangka Teori...........................................................................................82.3 Kerangka Konsep........................................................................................92.4 Definisi Operasional.................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................113.1 Jenis Penelitian..........................................................................................113.2 Rancangan Penelitian................................................................................113.3 Populasi.....................................................................................................113.4 Sampel.......................................................................................................113.5 Cara Penetapan Sampel.............................................................................113.6 Penetapan Besar Sampel...........................................................................123.7 Jenis Data..................................................................................................123.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data.................................................123.9 Alur Penelitan...........................................................................................153.10 Jadwal Penelitian.......................................................................................16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................174.1 Hasil penelitian.........................................................................................174.2 Pembahasan...............................................................................................23
BAB V IDENTIFIKASI FLORA NORMAL MULUT PADA ANAK SEKOLAH DASAR DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM ........................................26
5.1 Flora Normal Mulut dan Kebersihan Mulut.............................................265.2 Kebersihan Mulut pada Anak Sekolah Dasar...........................................33
BAB VI..................................................................................................................366.1 SImpulan...................................................................................................36
viii
6. 2 Saran..........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
ANGGARAN PENELITIAN................................................................................42
BIODATA PENELITI...........................................................................................43
LAMPIRAN...........................................................................................................44
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Oprasional........................................................................10
Tabel 3.1 Rencana Kegiatan Penelitian ........................................................16
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Flora Normal Mulut pada Anak Sekolah
Dasar ..............................................................................................................17
Tabel 4.2 Distribusi Morfologi Koloni......................................................... 18
Tabel 4.3 Distribusi Morfologi Sel................................................................19
Tabel 4.4 Identifikasi Flora Normal Mulut pada Anak Sekolah Dasar..........21
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori.......................................................................................8
Bagan 2.2 Kerangka Konsep...................................................................................9
Bagan 3.1 Alur Penelitian.....................................................................................15
xi
DAFTAR GAMBARGambar 4.1 Morfologi koloni bulat, jernih, α hemolisa, smooth.........................20
Gambar 4.2 Morfologi sel bulat, ungu, berantai, Gram (+).................................20
Gambar 4.3 Morfologi koloni bulat, putih, γ hemolisa, smooth...........................21
Gambar 4.4 Morfologi sel bulat, ungu, bergerombol, Gram (+)..........................21
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit
dan selaput lendir/mukosa manusia yang sehat maupun sakit. Adanya flora normal
pada bagian tubuh tidak selalu menguntungkan, dalam kondisi tertentu flora
normal dapat menimbulkan penyakit, misalnya bila terjadi perubahan substrat atau
berpindah dari habitat yang semestinya (Brooks et al., 2013).
Flora normal dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
flora residen dan flora transien. Flora residen memiliki populasi yang konstan dan
tidak bisa dihilangkan secara permanen dan dapat mencegah kolonisasi permanen
dari organisme lain, sedangkan flora transien tidak bersifat permanen dalam tubuh
dan memiliki populasi yang bervariasi atau berbeda dari waktu ke waktu
(Vasanthakumari, 2007).
Pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh
salah satunya melalui rongga mulut, mikroorganisme masuk bersama makanan
atau minuman. Komposisi flora normal mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti pola makan dan penggunaan antibiotik. Faktor lain yang mempengaruhi
keseimbangan populasi bakteri di mulut adalah kebersihan mulut, penyakit
sistemik, penyakit periodontal, dan berbagai lesi di dalam mulut (Ajami et al.,
2015 dan Arbaningsih et al., 2018 ).
Saliva pada rongga mulut berperan sebagai sistem buffer melindungi
mulut, yaitu mencegah kolonisasi mikroorganisme patogen dan menetralkan asam
yang dihasilkan oleh mikroorganisme lain. aliva memiliki peranan penting dalam
meningkatkan pH asam pada rongga mulut (Almeida et al.,2008).
Rongga mulut memiliki flora normal, seperti Streptococcus,
Corynebacterium, Neisseria, Candida, dan lainnya. Namun, pada kondisi tertentu
flora normal tersebut dapat menjadi patogen. Salah satu spesies bakteri yang
dominan dalam rongga mulut yaitu bakteri Streptococcus mutans. Streptococcus
mutans merupakan bakteri penyebab utama timbulnya karies gigi (Pratiwi, 2008).
1
Karies gigi dapat terjadi akibat pengaruh dari asam yang dihasilkan dari peragian
bakteri flora normal khususnya Streptococcus mutans. Penimbunan asam ini
menyebabkan penurunan pH dan mengakibatkan demineralisasi email gigi yang
berdekatan sehingga menimbulkan karies (Brooks et al., 2013).
Anak pada umumnya mempunyai risiko terkena karies. Penilaian risiko
karies terbagi atas risiko karies tinggi, sedang dan rendah berdasarkan indikator
yang meliputi kondisi klinis, karakteristik lingkungan dan kondisi kesehatan
umum (Anggela, 2005).
Kesehatan mulut merupakan salah satu kesehatan umum yang sangat
penting bagi kualitas hidup. Penyakit gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang
dapat memengaruhi kesehatan secara umum. National Institution of Health di
Amerika Serikat melaporkan bahwa karies gigi menjadi penyakit kronis yang
paling sering diderita anak umur 5 – 17 tahun (WHO, 2012).
Faktor yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies salah
satunya adalah kebersihan gigi dan mulut. Faktor yang menyebabkan rendahnya
kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah, antara lain adalah perilaku menyikat
gigi yang masih belum baik (Alhamda, 2011).
Agama Islam memberikan kedudukan tinggi terhadap kebersihan.
Sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan mensucikan atau membersihkan diri” QS. Al Baqarah: 222
(Departemen Agama RI, 2010). Sebagaimana Nabi Muhammad shallaalahu
‘alaihi wa sallam apabila tidak khawatir memberatkan ummatnya, maka beliau
akan mewajibkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak melaksanakan solat.
Hendaknya sebagai ummat Nabi Muhammad shallaalahu ‘alaihi wa sallam juga
meneladani sunnah dalam menjaga dan memelihara kebersihan dan kesehatan
mulut kita. (Mansur, 2013).
Penelitian mengenai identifikasi flora normal mulut pada anak dan
tinjauannya dalam Islam diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
flora normal mulut dengan kebersihan mulut. Sehingga diharapkan dapat memberi
masukan untuk meningkatkan kebersihan mulut pada anak.
2
1.2 Perumusan Masalah
Rongga mulut adalah pintu gerbang masuknya mikroorganime ke dalam
Flora normal tersebut dapat menjadi patogen. Misalnya, karies gigi dapat terjadi
akibat pengaruh dari asam yang dihasilkan dari peragian bakteri flora normal
khususnya Streptococcus mutans. Salah satu faktor yang mendukung proses
terjadinya karies adalah kurangnya kebersihan gigi dan mulut. Pada umumnya,
anak sekolah mempunyai risiko terkena karies karena perilaku menyikat gigi yang
masih belum baik sehingga kebersihan mulut anak rendah dan mempengaruhi
flora normal yang terdapat pada rongga mulut.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran morfologi koloni dan sel flora normal mulut
yang ada pada anak?
2. Bagaimana pandangan Islam tentang identifikasi flora normal mulut
pada anak ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.1.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi flora normal mulut pada anak dan tinjauannya dalam
Islam.
1.1.2 Tujuan Khusus
2. Mengetahui gambaran morfologi koloni dan sel flora normal mulut
pada anak.
3. Mengetahui pandangan Islam mengenai kebersihan mulut pada anak
dan pengaruhnya terhadap flora normal mulut.
3.1 Manfaat Penelitian
Manfaat penilitian ini adalah sebagai refrensi untuk penelitian keterkaitan
flora normal mulut dengan kebersihan mulut pada anak dan tinjauannya dalam
Islam, sehingga dapat memberi masukan untuk perbaikan kebersihan mulut pada
anak.
3
BAB IITINJAUAN PUSAKA
2.1 Kajian Pustaka2.1.1 Flora Normal
Flora normal adalah populasi mikroorganisme yang menghuni kulit dan
membrane mukosa manusia yang berperan sebagai lini pertahanan pertama
menghadapi patogen mikroba, membantu pencernaan, berperan dalam degradasi
toksin, berkontribusi dalam pematangan sistem imun (Brooks et al., 2013).
Flora normal dalam tubuh manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
(1) Flora residen yaitu tipe mikroorganisme yang relatif menetap yang biasa
ditemukan di area tertentu dan tidak bisa dihilangkan secara permanen. Flora
residen dapat berfungsi mencegah kolonisasi atau invasi dari mikroorganisme
patogen, menghasilkan endotoksin sebagai mekanisme pertahan tubuh ,
memproduksi antibody dan meningkatkan sistem imun tubuh untuk melawan
patogen penyebab penyakit saat memasuki tempat yang bukan habitatnya seperti
Escherica coli yaitu bakteri komensal normal pada usus bisa menyebabkan infeksi
saluran kemih atas. (Vasanthakumari, 2007). (2) Flora transien terdiri dari
mikroorganisme non-patogen atau potensial patogen. Flora transien berasal dari
lingkungan luar tubuh, tidak menimbulkan penyakit, dan tidak menetap secara
permanen pada tubuh. Fungsi dari flora transien secara umum sedikit bila flora
residen normal tetap utuh. Namun, jika flora residen terganggu, mikroorganisme
transien dapat berkolonisasi, proliferasi, dan menimbulkan penyakit (Brooks et
al., 2013).
Jika kehidupan flora normal yang hidup komensal terganggu, maka dapat
menyebabkan terjadinya infeksi opoturnistik (Soedarto, 2015). Misalnya,
Streptococus mutans dapat memasuki aliran darah setelah tindakan pembedahan
gigi geligi dan mengkolonisasi katup jantung yang rusak atau katup buatan,
potensial untuk menyebabkan endocarditis infektif fatal (Harvey et al., 2015).
Obat-obatan anti bakterial dapat menimbulkan dua akibat pada flora
normal, yaitu membunuh sebagian atau seluruh flora normal dan terjadinya
resistensi flora normal terhadap obat-obatan tersebut. Jika flora normal menurun
atau hilang, maka dapat menimbulkan superinfeksi. Contohnya apabila pada
4
mulut maka dapat menimbulkan pertumbuhan yang berlebihan dari Candida
albicans sehingga dapat terjadi sariawan (thrush) di mulut.
Resistensi yang terjadi pada flora normal misalnya streptococci yang ada
di rongga mulut resistensi terhadap penisilin, dapat menimbulkan endokarditis
yang sulit diobati. Ketidakseimbangan flora normal juga dapat terjadi jika terdapat
perubahan lingkungan tempat flora normal tersebut misalnya, perubahan pada pH
(Soedarto, 2015)
2.1.2 Flora Normal MulutMembran mukosa mulut dan faring sering steril saat lahir tetapi dapat
terkontaminasi saat melewati jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir,
streptococcus viridans dapat ditemukan sebagai anggota flora residen yang paling
menonjol dan tetap demikian seumur hidup. Organisme tersebut kemungkinan
berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang yang hadir saat persalinan. (Jawetz
et al., 2013).
Pada awal kehidupan, staphylocuccous aerob dan anaerob, diplokokus
gram negatif (Neisseria, Moraxela catarrhalis), difteroid, dan kadang-kadang
terdapat lactobacillus. Ketika gigi mulai erupsi, spiroketa anaerob, spesies
prefotella (terutama P melaninogenica), spesies fusobakterium, spesies rothia, dan
spesies capnocytophaga tumbuh dengan sendirinya, bersama dengan beberapa
vibrio anaerob lactobacillus. Spesies actinomycetes secara normal terdapat dalam
jaringan tonsilar dan gingiva orang dewasa, dan juga terdapat berbagai protozoa.
Fungi (spesies candida) terdapat dalam mulut (Jawetz et al., 2013).
Mikroba yang paling sering ditemukan adalah Corynebacterium aerob, S.
aureus, dan S.epidermidis, selain itu pada gigi dan jaringan gusi disekitarnya
dikolonisasi oleh spesies Streptococus mutans. Streptococcus mutans adalah
organisme yang paling sering terlibat dalam pembentukan plak dan menjadi
bagian dari materi plak lalu menghilangkan lapisan mineral permukaan gigi
(Cornelissen et al., 2015).
Streptococcus mutans memiliki tiga serotype yaitu c, e dan f. S. mutans
termasuk dalam Genus Streptococcus yaitu gram-positif cocci berbentuk rantai,
tidak bergerak, biasa bertempat di permukaan berfibril, berkapsul, anaerob
5
fakultatif, dan alfa-haemolisis paling sering pada medium selektif mitis salivarius
agar (MSA) (Samaranayake, 2006).
Bakteri Streptococcus mutans merupakan spesies yang penting di rongga
mulut, karena tumbuh pada plak (lapisan biofilm yang terdapat pada permukaan
gigi) dan memiliki kemampuan memfermentasi gula dari sisa makanan di mulut
menjadi asam laktat yang bisa megikis permukaan email gigi. Selain itu, bakteri
ini juga mampu mensekresi glukan, yang merupakan penyusun plak. Hal ini bisa
mengakibatkan karies gigi (Arbaningsih et al., 2018).
Apabila terjadi ketidakseimbangan dalam flora normal, maka sifat flora
normal dapat berubah menjadi merugikan. Jika flora normal terganggu maka
dapat terjadi sumber infeksi. Hal ini dapat terjadi pada kasus-kasus pengobatan.
Obat-obatan anti bakterial dapat menimbulkan dua akibat pada flora normal, yaitu
membunuh sebagian atau seluruh flora normal sehingga terjadinya resistensi flora
normal terhadap obat-obatan tersebut. Jika flora normal menurun atau tidak ada,
maka dapat menimbulkan superinfeksi. Contohnya apabila pada mulut maka dapat
menimbulkan pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans sehingga dapat
terjadi sariawan (thrush) di mulut (Soedarto, 2015).
2.1.3 Kebersihan Mulut AnakPenyakit gigi dan mulut yang sering menyerang manusia adalah karies gigi
(gigi berlubang), sebanyak 98% dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Di
Indonesia karies gigi masih menjadi masalah paling sering terjadi pada penyakit
gigi dan mulut. Angka kejadian karies gigi berkisar antara 85-99% (Nismal et al.,
2018).
Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat
salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut. Hal tersebut dilandasi kurangnya pengetahuan akan kepentingan
pemeliharaan gigi dan mulut. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menyatakan 98% masyarakat Indonesia salah dalam menyikat giginya.
Menurut Harfindo (2018) masalah kesehatan gigi dan mulut tersebut dapat
dicegah selain mungkin dengan merawat gigi dan mulut dengan benar, dengan
cara : (a) Menyikat gigi dilakukan 30 menit setelah sarapan dan sebelum tidur .
6
pilihlah sikat yang berbulu halus, lama menyikat 2-3 menit, dan menyikat seluruh
bagian gigi, liah dan langit-langit mulut sebab tempat bakteri bersarang. (b)
Membersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi halus (dental floss). (c)
Mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis. (d) Periksa Kesehatan ke
dokter gigi secara teratur setiap enam bulan sekali.
Kelompok anak usia sekolah dasar termasuk kelompok rentan untuk
terjadinya masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyikatan gigi pada anak dengan
frekuensi yang tidak optimal menyebabkan anak tidak mempunyai kesadaran dan
motivasi untuk memelihara kesehatan gigi dan mulutnya, keadaan tersebut
memudahkan gigi anak terkena resiko penyakit gigi dan mulut. Sebanyak 89%
anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut (Gopdianto
et al., 2015)
Tindakan pencegahan yang bisa dilakukan adalah membersihkan mulut
dengan menyikat gigi, flossing, dan pemeriksaan gigi secara teratur ke dokter gigi.
Dari data Departemen Kesehatan RI tahun 2004 sebesar 61,5 % penduduk yang
menyikat gigi tidak sesuai anjuran yaitu menyikat gigi hanya satu kali setelah
bangun tidur, bahkan masih 16,5% penduduk tidak menyikat gigi, sedangkan
yang sesuai anjuran program yaitu menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum
tidur hanya 21,9% (Tirahiningrum et al., 2012)
7
2.2 Kerangka Teori
Pola membersihkan gigi Asupan makanan
Kebersihan mulut anak
Elektrolit BufferpH
Saliva
IgA
Mikroorganisme Flora Normal Mulut
8
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian Identifikasi Flora Normal Mulut pada Anak.
9
2.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
Bag 2.2 Kerangka konsep Penilitan Identifikasi Flora Normal Mulut pada Anak
Mikroorganisme Flora Normal mulut
Transient Menetap
: Variable yang diteliti
: Variable yang tidak diteliti
10
2.4 Definisi OperasionalTabel 2.1 Definisi Oprasional Penelitian Identifikasi Flora Normal Mulut pada
Anak.
No Istilah Definisi
Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Skala
1. Flora
Normal
Mulut
Populasi
mikroorganisme
bakteri yang hidup
di membran
mukosa mulut.
Media
pembenihan
bakteri
sampel
swab
mukosa
buccal
pewarnaan
gram
Nominal
11
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif.
3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasional dengan
melakukan pengumpulan data, yaitu melihat flora normal pada mulut dengan
pengambilan sampel swab mukosa buccal murid-murid SD Cempaka Putih Barat
1 kelas 5 pada tahun 2018 di Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan
dalam jangka waktu kurang lebih dua bulan.
3.3 Populasi
Anak murid SD Cempaka Putih Barat 1 kelas 5 pada tahun 2018 di
Cempaka Putih, Jakarta Pusat
3.4 Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang akan diambil adalah anak murid yang
bersekolah di SD Cempaka Putih Barat 1 kelas 5 pada tahun 2018 di Cempaka
Putih, Jakarta pusat. Sampel digunakan untuk beberapa penelitian.
3.5 Cara Penetapan Sampel
Sampel berasal dari SD Cempaka Putih Barat 1 kelas 5 pada tahun 2018 di
Cempaka Putih yang ada di wilayah Jakarta Pusat. Sampel ditentukan dengan
teknik multistage sampling, yakni:
1. Stage 1; satu wilayah dari lima wilayah DKI Jakarta: Jakarta Pusat.
2. Stage 2; satu kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di wilayah Jakarta
Pusat: Cempaka Putih.
3. Stage 3; satu sekolah dasar yang ada di wilayah Cempaka Putih: SD
Cempaka Putih Barat 1.
12
3.6 Penetapan Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus
slovin, yaitu sebagai berikut :
n = N
1+ ( N x e2)
Dimana :
n = jumlah elemen / anggota sampel
N = jumlah elemen /anggota populasi
e = error level
Berdasarkan populasi 116 Siswa kelas 5 di SD Cempaka Putih Barat 1 pada tahun
2018 di Cempaka Putih, dengan tingkat kesalahan 5% atau 0,05 maka besarnya
sampel pada populasi adalah :
n (Murid Kelas 5 SD Cempaka Putih Barat 1) =116
1+(116 x 0,052)
n (Murid Kelas 5 SD Cempaka Putih Barat 1) = 89,92 dibulatkan menjadi 90.
Penetapan sampling sebesar 90 sampel anak murid di SD Cempaka Putih Barat 1
kelas 5 pada tahun 2018 di Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
3.7 Jenis Data
Jenis data adalah data primer, yakni data kuantitatif yang diperoleh melalui
pengukuran isolasi bakteri dari swab mukosa buccal anak normal untuk melihat
morfologi sel dan koloni bakteri.
3.8 Cara Pengumpulan dan Pengukuran Data
3.8.1 Sampel
Sampel bahan yang digunakan adalah swab mukosa buccal.
3.8.2 Alat dan Bahan
13
Alat :
1. Tabung perbenihan transport Carry Blair/Struat
2. Object glass
3. Mikroskop
4. Lampu Bunsen
5. Otoklaf
6. Sabun
7. Alkohol 70%
8. Rak tabung
9. Oese
Bahan :
1. Lidi kapas/ swab steril
2. Sel pewarnaan Gram
3. Masker
4. Handscoon
5. Spirtus
6. Korek api
7. Sabun
8. Alkohol
9. Agar darah Plate (ADP)
10. Agar darah Tabung (ADT)
11. Nutrient Agar TAbung (NAT)
12. Kaldu BHI
13. NaCl fis
3.8.4 Cara Kerja
3.8.4.1 Pengambilan Swab Mukosa Buccal
Alat dan bahan berupa alkohol 70%, lampu Bunsen, handscoon, masker,
rak tabung, lidi kapas steril, dan media transport steril (Cary-Blair/Stuart)
disiapkan. Kemudian subjek penelitian diminta untuk duduk dan membersihkan
14
mulut dengan cara berkumur air putih bersih terlebih dahulu. Lalu peneliti
menggunakan handscoon dan masker sebelum mengambil sampel dan
menjelaskan prosedur penelitian yang akan dilakukan kepada subjek peneliti.
Selanjutnya subjek diminta persetujuan terlebih dahulu. Setelah itu subjek
diminta untuk membuka mulutnya dan pengambilan sampel dilakukan dengan
cara swab pada mukosa buccal secara aseptik dengan menggunakan lidi kapas
gerakan dari posterior ke anterior. Kemudia hasil swab dimasukkan ke dalam
medium transport steril (Cary Blair/Stuart) dan setiap tabungnya diberi identitas
subjek, tanggal, dan jam pengambilan sampel untuk selanjutnya dibawa ke
laboratorium (Cheesebrough, 1984).
3.8.4.2 Isolasi Bakteri
Sampel yang telah diambil menggunakan lidi kapas/ swab diusapkan pada
permukaan ADP (Agar Darah Plate) dengan cara streak method. Kemudian
sampel dimasukan ke dalam kaldu BHI steril dan diusapkan pada object glass
untuk dilakukan uji pewarnaan Gram. Sampel yang telah ditanam pada media
ADP dan kaldu BHI diinkubasi pada suhu 37 °C selama 18 – 24 jam
(Cheesebrough, 1984).
3.8.4.3 Identifikasi Morfologi Koloni
Hasil perbenihan yang ditanam pada media ADP diamati morfologi koloni
yang terdiri dari jumlah, bentuk, pigmen, tepi, dan zona hemolisa dari tiap koloni
yang ada (Cheesebrough, 1984).
3.8.4.4 Identifikasi Morfologi Sel
Selanjutnya koloni-koloni yang ada pada media ADP diambil untuk dilakukan
uji pewarnaan Gram, sampel diambil kemudian dioleskan pada object glass lalu
difiksasi tiga kali diatas api Bunsen. Setelah sediaan dingin kemudian diberikan
larutan Ungu K.
15
3.2 Alur Penelitan
Bag 3.1 Alur penelitian Identifikasi Flora Normal Mulut pada Anak Sekolah Dasar
3.3 Jadwal Penelitian
Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Penelitian Identifikasi Flora Normal Mulut Pada Anak Sekolah Dasar
Ujian Proposal
Penetapan Pembimbing
Pelaksanaan Bimbingan Proposal
Pengajuan Topik Skripsi
Pembentukan Kelompok Penelitian
Pendaftaran Skripsi
Mahasiswa Memenuhi Persyaratan
Izin Etik
Ujian Hasil
Pelaksanaan Penelitian dan Pengolahan Data
Melakukan Revisi
Penyerahan Laporan Penelitian dan manuskrip Publikasi
16
KEGIATANWAKTU
2017 2018
Bulan ke- 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bimbingan
proposal dengan
dosen pembimbing
Pendaftaran judul
penelitian
Pembuatan
proposal skripsi
Ujian proposal
skripsi
Revisi proposal
skripsi
Persiapan
penelitian
Pengambilan data
Pengolahan dan
analisis data
Penyusunan
laporan hasil
penelitian
Pendaftaran ujian
skripsi
Ujian skripsi
Revisi skripsi
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasil penelitian
Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016 di Laboratorium
Mikrobiologi Universitas Yarsi. Sedangkan pegambilan sampel dilakukan di SDN
Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat. Subjek penelitian berjumlah 99 orang
murid SDN Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat yang bersedia menjadi subjek
penelitian. Pada penelitian ini yang ingin diamati adalah flora normal pada anak
sekolah dasar.
4.1.1 Analisis Univariat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik variable
yang diteliti yaitu flora normal mulut yang dilihat baik secara morfologi koloni,
morfologi sel maupun keseluruhan melalui hasil pengambilan swab mulut pada
anak.
4.1.1.1 Distribusi Flora Normal Mulut Anak Sekolah Dasar
Hasil pemeriksaan laboratorium dari swab mulut anak sekolah dasar di
SDN Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat, terdapat hasil kultur yang terdeksi
tumbuh pada media Agar Darah Plate (ADP).
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Flora Normal Mulut pada Anak Sekolah Dasar
No
.
Flora Normal Mulut n Persentase (%)
1 2 Koloni 44 48,9
2 3 Koloni 41 45,6
3 4 Koloni 5 5,6
Total 90 100
ket: n=Jumlah
Ditemukan dua kategori untuk pembagian jumlah flora normal. Hasilnya,
sebanyak 44 subjek (48,9%) ditemukan memiliki dua jenis koloni flora normal
18
mulut, diikuti sebanyak 41 subjek (45,6%) memiliki tiga koloni dan sisanya lima
subjek (5,6%) memiliki (5,6%) memiliki dua subjek jenis koloni flora normal
mulut (Tabel 4.1).
Tabel 4.2 Distribusi Morfologi Koloni
No. Morfologi Koloni n Persentase (%)
1 Bulat, Jernih, α Hemolisa, Smooth, 0.1-2 mm 82 35,5
2 Bulat, Jernih, β Hemolisa, Smooth, 0.1 mm 3 1,3
3 Bulat, Jernih, γ Hemolisa, Smooth, 0.1-2 mm 5 2,2
4 Bulat, Putih, α Hemolisa, Smooth, 0.1-2 mm 35 15,2
5 Bulat, Putih, β Hemolisa, Smooth, 1-2 mm 17 7,4
6 Bulat, Putih, γ Hemolisa, Smooth, 1-2 mm 75 32,5
7 Bulat, Jernih, α Hemolisa, Rough, 0.1-2 mm 4 1,7
8 Bulat, Putih, α Hemolisa, Rough, 1 mm 8 3,5
9 Bulat, Putih, γ Hemolisa, Rough, 3 mm 2 0,9
Total 231 100
ket: n=Jumlah
Berikutnya dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
macam – macam morfologi koloni secara makroskopis yang tumbuh. Satu subjek
dapat ditemukan koloni yang tumbuh sebanyak 2 – 4 koloni, sehingga di dapatkan
jumlah morfologi koloni sebanyak 231. Dari 231 koloni tersebut dapat
dikelompokkan menjadi sembilan kategori (Tabel 4.2). Hasilnya morfologi koloni
terbanyak yaitu bulat, jernih, α hemolisa, smooth, 0.1-2 mm (Gambar 4.1)
sebanyak 82 koloni (35,5%). Dilanjutkan dengan morfologi koloni bulat, putih, γ
hemolisa, smooth, 1-2 mm sebanyak 75 koloni (32,5%). Morfologi bulat, putih, α
hemolisa, smooth, 0.1-2 mm sebanyak 35 koloni (15,2%). Selanjutnya, bulat,
putih, α hemolisa, smooth, 0.1-2 mm ditemukan sebanyak 17 koloni (7,4%).
Morfologi bulat, putih, α hemolisa, rough, 1 mm sebanyak delapan koloni (3,5%).
Selanjutnya, morfologi bulat, jernih, γ hemolisa, smooth, 0.1-2 mm sebanyak
lima koloni (2,2%). Morfologi bulat, jernih, α hemolisa, rough, 0.1-2 mm
19
sebanyak empat koloni (1,7%). Morfologi bulat, jernih, β hemolisa, smooth, 0.1
mm sebanyak tiga (1,3%). Dan terakhir morfologi yang paling sedikit ditemukan
adalah bulat, putih, γ hemolisa, Rough, 3 mm sebanyak dua koloni (0,9%).
Tabel 4.3 Distribusi Morfologi Sel
No. Morfologi Sel n Persentase (%)
1 Bulat, Ungu, Bergerombol, Gram (+) 103 44,6
2 Bulat, Ungu, Dua - dua, Gram (+) 15 6,5
3 Bulat, Ungu, Berantai, Gram (+) 101 43,7
4 Bulat, Ungu, Satu – satu, Gram (+) 3 1,3
5 Bulat, Merah, Dua – dua, Gram (-) 4 1,7
6 Batang, Ungu, Berantai, Gram (+) 1 0,4
7 Batang, Merah, Berantai, Gram (-) 2 0,9
8 Batang, Ungu, Satu – satu, Gram (+) 1 0,4
9 Bulat, Merah, Satu – satu, Gram (-) 1 0,4
Total 231 100
ket: n=Jumlah
Setelah didapatkan morfologi koloni, selanjutnya dilihat morfologi sel
secara mikroskopis secara pewarnaan Gram dari tiap koloni. Jumlah morfologi sel
sama dengan jumlah morfologi koloni yang ditemukan sebanyak 231 koloni,
tetapi dengan penggolongan kategori berbeda. Morfologi sel dapat dikatagorikan
sebanyak sembilan morfologi (Tabel 4.3). Dari sembilan morfologi tersebut,
morfologi sel terbanyak adalah bulat, ungu, bergerombol, gram (+) sebanyak 103
koloni (44,6%). Lalu terdapat morfologi bulat, ungu, berantai, gram (+) sebanyak
101 koloni (43,7%). Morfologi bulat, ungu, dua – dua, gram (+) sebanyak 15
koloni (15%). Selanjutnya, bulat, merah, dua – dua, gram (-) sebanyak 4 koloni
(1,7%) dan bulat, ungu, satu – satu, gram (+) sebanyak 3 (1,3%). Jumlah
morfologi yang paling sedikit sebanyak satu koloni (0,4%) antara lain batang,
ungu, berantai, gram (+); batang, ungu, satu – satu, gram (+) dan bulat, merah,
satu – satu, gram (-).
20
Gambar 4.1 Morfologi koloni bulat,
jernih, α hemolisa, smooth
Gambar 4.2 Morfologi sel bulat,
ungu, berantai, Gram (+)
Gambar 4.3 Morfologi koloni bulat,
putih, γ hemolisa, smooth
Gambar 4.4 Morfologi sel bulat,
ungu, bergerombol, Gram (+)
Berdasarkan dari keseluruhan perbedaan karakteristik morfologi koloni
dan morfologi sel diketahui hasil identifikasi flora normal dari mulut anak (Tabel
4.4) yang dominan memiliki morfologi bentuk bulat, jernih, α hemolisa, smooth,
0.1-2 mm (Gambar 4.1) dan bulat, ungu, berantai, gram (+) (Gambar 4.2)
sehingga diperkirakan flora normal tersebut termasuk dalam genus Streptococcus
sp. sebanyak 82 koloni (35,5%). Selanjutnya, flora normal mulut kedua yang
dominan adalah bulat, putih, γ hemolisa, smooth, 1-2 mm (Gambar 4.3) dan bulat,
21
ungu, bergerombol, Gram (+) (Gambar 4.4) dengan perkiraan genus
Staphylococcus sp. sebanyak 75 koloni (32,47%).
Tabel 4.4 Identifikasi Flora Normal Mulut pada Anak Sekolah Dasar
No. Morfologi Koloni Morfologi Koloni Genus n Persentase
(%)
1 Bulat, Jernih, α
Hemolisa, Smooth,
0.1-2 mm
Bulat, Ungu,
Berantai, Gram (+)
Streptococcus sp 82 35,50%
2 Bulat, Jernih, β
Hemolisa, Smooth,
0.1 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 1 0,43%
Batang, Ungu,
Berantai, Gram (+)
unidentified 1 0,43%
Bulat, Merah, Satu-
satu, Gram (-)
unidentified 1 0,43%
3 Bulat, Jernih, γ
Hemolisa, Smooth,
0.1-2 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 1 0,43%
Bulat, Ungu,
Berantai, Gram (+)
Streptococcus sp 2 0,87%
Bulat, Ungu, Satu-
Satu, Gram (+)
unidentified 2 0,87%
4 Bulat, Putih, α
Hemolisa, Smooth,
0.1-2 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 16 6,93%
Bulat, Ungu, Dua-
dua, Gram (+)
unidentified 6 2,60%
Bulat, Ungu,
Berantai, Gram (+)
Streptococcus sp 11 4,76%
Bulat, Ungu, Satu- unidentified 1 0,43%
22
Satu, Gram (+)
Batang, Merah,
Berantai, Gram (-)
Neisseria sp 1 0,43%
5 Bulat, Putih, β
Hemolisa, Smooth,
1-2 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 5 2,16%
Bulat, Ungu, Dua-
dua, Gram (+)
unidentified 5 2,16%
Bulat, Ungu,
Berantai, Gram (+)
Streptococcus sp 2 0,87%
Bulat, Merah, Dua-
dua, Gram (-)
Moraxella sp 3 1,30%
Batang, Merah,
Berantai, Gram (-)
Neisseria sp 1 0,43%
Batang, Ungu,
Satu-satu, Gram
(+)
unidentified 1 0,43%
6 Bulat, Putih, γ
Hemolisa, Smooth,
1-2 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 75 32,47%
7 Bulat, Jernih, α
Hemolisa, Rough,
0.1-2 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 2 0,87%
Bulat, Ungu, Dua-
dua, Gram (+)
unidentified 1 0,43%
Bulat, Ungu,
Berantai, Gram (+)
Streptococcus sp 1 0,43%
8 Bulat, Putih, α
Hemolisa, Rough,
1 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 2 0,87%
Bulat, Ungu, Dua- unidentified 2 0,87%
23
dua, Gram (+)
Bulat, Ungu,
Berantai, Gram (+)
Streptococcus sp 3 1,30%
Bulat, Merah, Dua-
dua, Gram (-)
Moraxella sp 1 0,43%
9 Bulat, Putih, γ
Hemolisa, Rough,
3 mm
Bulat, Ungu,
Bergerombol,
Gram (+)
Staphylococcus sp 1 0,43%
Bulat, Ungu, Dua-
dua, Gram (+)
unidentified 1 0,43%
Total 231 100%
ket: n=Jumlah
4.2 Pembahasan
Identifikasi flora normal mulut pada penelitian ini dilakukan dengan cara
melihat karakteristik morfologi koloni dan morfologi sel yang telah dikultur dari
sampel swab mucosa buccal. Selanjutnya, dilakukan penentuan genus dengan
metode review literature. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji biokimia
sehingga tidak bisa di identifikasi sampai tingkat spesies.
Mikroorganisme yang dapat dikultur di laboratorium dapat mewakili
sebagian dari flora residen normal (Carrol et al., 2018). Berdasarkan dari hasil
penelitian diatas, menunjukkan hanya ditemukan 2 – 4 jenis koloni flora normal
mulut pada anak sekolah dasar. Jumlah koloni yang ditemukan sedikit karena
menurut literatur prinsip identifikasi flora normal dengan cara kultur memiliki
kekurangan yaitu hanya 50% bakteri yang dapat tumbuh dan condong kearah
mikroorganisme yang dominan dan lebih cepat pertumbuhannya (Marsh et al,
2009).
Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 82 koloni (35,5%) flora normal
mulut yang paling dominan memiliki morfologi koloni dan morfologi sel bentuk
bulat, jernih, α hemolisa, smooth, 0.1 – 2 mm dan bulat, ungu, berantai, gram (+).
Berdasarkan literatur flora normal tersebut termasuk dalam genus Streptococcus
24
sp. hasil ini sesuai dengan literatur, bahwa flora normal mulut didominasi oleh
bakteri Streptococcus sesudah lahir dan tumbuh sebagai anggota flora residen
yang paling menonjol yang paling dominan sampai seumur hidup.
Sesuai literatur bahwa flora normal mulut didominasi oleh bakteri
Streptococcus dalam 4-12 jam sesudah lahir. Streptococcus viridans tumbuh
sebagai anggota flora residen yang paling menonjol yang paling dominan sampai
seumur hidup. Organisme ini mungkin berasal dari saluran napas ibu dan orang-
orang yang hadir disekitarnya. Kemudian, teradapat penambahan Staphylococcus,
Neiseria, Moraxella catarrhalis dan terkadang Lactobacillus. (Carrol et al., 2018).
Selanjutnya, flora normal mulut kedua yang dominan pada penelitian ini
memiliki morfologi koloni dan morfologi sel bulat, putih, γ hemolisa, smooth, 1-2
mm dan bulat, ungu, bergerombol, gram (+) sebanyak 75 koloni (32,47%). Sesuai
literatur flora normal tersebut termasuk dalam genus Staphylococcus sp. Hasil ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Jackson pada tahun 2000 didapatkan
Staphylococcus sp. sebanyak 92% terisolasi dari mulut anak yang sehat (Carrol et
al., 2018 dan Fan et al .,2005).
Dalam penelitian ini juga ditemukan flora normal lain seperti Moraxella
sp. dan Neisseria sp. Sesuai dalam penelitian yang dilakukan oleh Crielaard et al.,
2011 terdapat mikroorganisme Streptococcus, Neisseria dan Moraxella pada
sampel saliva anak dengan berbagai variasi satatus pertumbuhan gigi dan
kesehatan mulut.
Hasil penelitian flora normal mulut pada anak sekolah dasar di SDN
Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat, ditemukan genus Streptococcus sp,
Staphylococcus sp. Moraxella sp. dan Neisseria sp. hasil ini didukung oleh
literatur dan penelitian sebelumnya bahwa flora normal rongga mulut didominasi
oleh genus Streptococcus, Veillonella, Granulicatella, Gamella, Actinomyces,
Corynebacterium, Rothia, Fusobacterium, Porphyromonas, Prevotella,
Capnocytophaga, Haemophilis, Treponema, Lactobacterium, Eikenella,
Leptotrichia, Peptostreptococcus, Staphylococcus, Eubacteria,
Propionibacterium, dan Neisseria (Carrol et al., 2018; Bilk et al., 2010 dan Zarco
et al., 2012).
25
Anak pada usia sekolah sering mengonsumsi makanan manis yang
memiliki konsentrasi larutan gula tinggi dan memiliki kebersihan mulut yang
rendah karena perilaku menyikat gigi yang buruk. Sehingga, sisa makanan di
dalam mulut, asam hasil peragian bakteri dan saliva bercampur membentuk
substansi lengket (plak) dan melekat pada gigi. Plak gigi merupakan sebuah
biofilm kompleks yang terdiri atas bakteri yang berasal dari flora normal mulut
(Alhamda, 2011; Carrol et al., 2018; Liu et al., 2014; dan Nance, 2013).
Setelah terbentuknya biofilm, molekul Quorum sensing (QS) diproduksi
oleh bakteri yang terdapat pada biofilm. Quorum sensing (QS) adalah sistem
komunikasi populasi-dependen yang memungkinkan mikroorganisme untuk
mengkoordinasi perilaku kelompok sehingga memungkinkan mereka untuk
bertindak sebagai satu kesatuan multiseluler, sehingga bakteri lain dapat melekat
pada matriks dan terjadi pertumbuhan berlebih mikroorganisme pada biofilm.
Penumpukan produk asam organik dari karbohidrat oleh interaksi mikroba pada
biofilm terutama Streptococcus mutans dan spesies lainnya menyebabkan pH
menurun lalu terjadi demineralisasi email gigi sehingga terbentuknya karies pada
gigi (Carrol et al., 2018; Nance, 2013 dan Kasper, 2014).
26
BAB V
IDENTIFIKASI FLORA NORMAL MULUT PADA ANAK SEKOLAH
DASAR DAN TINJAUANNYA MENURUT ISLAM
5.1 Flora Normal Mulut dan Kebersihan Mulut
Islam adalah agama yang sempurna dan tiada bandingannya dengan agama
– agama lainnya. Diantara kesempurnaanya Islam ialah syariat bagi ummatnya
untuk menjaga kebersihan dan kesehatan, sampai mengatur hal kecil tetapi yang
memiliki makna penting. Bahkan banyak sekali hikmah-hikmah syariat yang ada
pada ajaran Islam yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern (Budiarti,
2013).
Dalam al-Qur’an yang merupakan tuntunan dan pedoman hidup pada
masyarakat muslim sudah terdapat petunjuk tentang bagaimana menjaga
kesehatan. Salah satu sarana untuk memelihara kesehatan yaitu dengan menjaga
kebersihan. Kitab-kitab fiqih Islam dalam bab-babnya senantiasa diawali oleh bab
yang berjudul Thaharah atau bersuci (Mashadi, 2014).
Thaharah menurut bahasa berarti “suci atau bersih”, sedangkan menurut
istilah syara’ berarti bersih dari hadas dan najis dan cara menghilangkannya harus
dicuci dengan air suci dan menyucikan. Thaharah mempunyai kedudukan yang
penting serta menjadi pangkal pokok dari ibadah. Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang diantara kalian jika dia berhadats sampai dia wudhu.” (HR. Bukhari : 6954 dan Muslim : 225) (Sumanji, 2008).
Di dalam berwudu misalnya, dibersihkanlah bagian-bagian anggota tubuh
yang sering terkena kotoran, keringat, debu seperti wajah (termasuk hidung
dengan cara istinsyaq/memasukkan air ke dalam hidung lalu mengeluarkannya
dan mulut dengan cara madhmadhah/berkumur), kedua tangan, kedua kaki, kepala
dan kedua telinga. Allah berfirman untuk berwudu yaitu :
27
ا� ح�و س� م� س�ٱ ق� ق� س�� س� م� ٱ س�ى ق�� م� ح� س� ق� م� س�� س� م� ح� س� ح�و ح� ا� ح�و ق� �م س�ٱ �ق وو س� س! ٱ� س�ى ق�� م� ح" م� ح# س$� ق�� ا� وو ح& س� س'� س) ق(� �! س ٱ س+ا ح!� س�ا وس� و
ق) ... ن م- س. م/ س� م� ٱ س�ى ق�� م� ح� س� ح� م0 س�� س� م� ح� ق1 ح'� ح� ق2“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah...” (Qs. Al- Maidah (5):6) (Mashadi, 2014).
Al-Qur’an dan al-Sunnah menyanjung pelaku dan penggemar kebersihan
seperti ini. Allah pun juga menyukai pelakunya sebagaimana firman-Nya :
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”(Qs.Al-Baqarah (2):222) (Sumanji, 2008).
Firman Allah SWT didalam surah At-Taubah: 108 menjadi indikator bahwa seorang muslim akan sangat dicintai oleh Allah SWT ketika ia mampu menjaga kebersihn diri dan lingkungnnya.
"Janganlah engkau melaksanakan sholat dalam masjid itu selama-lamanya. Sungguh, masjid yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih." (Qs. At-Taubah (9):108).
Flora normal adalah sekumpulan mikroorganisme yang hidup pada kulit
28
dan selaput lendir/mukosa manusia (Brooks et al., 2013). Rongga mulut adalah
bagian dari sistem tubuh yang sangat penting. Mulut merupakan pintu gerbang
dari tubuh, rongga mulut yang bersih mencerminkan sistem tubuh yang sehat.
(Rahadian, 2018). Mikroorganisme masuk bersama makanan atau minuman ke
dalam tubuh manusia melalui rongga mulut (Arbaningsih et al., 2018).
Kesehatan mulut merupakan salah satu kesehatan umum yang sangat
penting bagi kualitas hidup. Penyakit gigi dan mulut menjadi masalah dunia yang
dapat memengaruhi kesehatan secara umum (WHO, 2012).
Penyakit gigi yang sering adalah karies (gigi berlubang), hal ini
ditunjukkan sebanyak 98% dari penduduk dunia pernah mengalami karies. Di
Indonesia karies dan gigi masih menjadi masalah paling sering terjadi pada
penyakit gigi dan mulut. Angka kejadian karies gigi berkisar antara 85% - 90%.
(Salsabila & Syamsudin, 2018). Faktor yang berhubungan langsung dengan
proses terjadinya karies salah satunya adalah kebersihan gigi dan mulut.
(Alhamda, 2011).
Penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat
salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut. Hal ini juga dilandaskan oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut. Sebab itu kita harus menjaga kebersihan mulut dan
gigi agar terhindar dari penyakit gigi. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala,
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran,
dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak
29
ada pelindung bagi mereka selain Dia."(Qs. Ar-Ra'd (13):11) (Salsabila &
Syamsudin, 2018).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang
memperhatikan kebersihan dan kesehatan giginya. Islam menganjurkan menjaga
kesehatan gigi karena Ibadah tidak akan berjalan khusyuk apabila seseorang sakit
gigi. Khusyuk tidak didapat apabila terdapat makanan atau karang gigi dan mulut.
Tidak nikmat bersilaturahmi apabila mulut bau akibat gigi berlubang. Karies
merupakan hasil dari bakteri flora norma (Streptococcus mutans) dan substrat
(terutama gula) yang menempel pada gigi dalam waktu yang lama. Pada awalnya,
karies tidak terasa nyeri namun seiring dengan lubang yang semakin besar dan
mengenai saraf yang berada pada jaringan pulpa ini akan mengakibatkan rasa
nyeri (Nismal et al., 2018).
Rasa nyeri ini sangat mengganggu karena mempengaruhi derajat
kesehatan, proses tumbuh kembang, produktivitas kerja bahkan prestasi anak.
Selain itu rawan berakibat kekurangan gizi karena rasa nyeri tersebut menurunkan
selera makanan. Kemampuan belajar dan bekerja pun menurun (Salsabila &
Syamsudin, 2018).
Menyikat gigi itu penting bagi manusia, karena dalam sehari manusia
melakukan aktivitas makan sebanyak tiga kali setiap harinya, belum lagi mereka
yang sering mengkonsumsi cemilan (diantara jam makan) tentutanya intensitas
aktivitas makan yang lebih sering (Yudha, 2018).
Aktivitas makan ini menyisakan sisa-sisa makanan yang menempel baik
pada gigi maupun pada permukaan gusi. Sisa-sisa makanan yang masih menempel
ini akan membentuk plak gigi. Plak gigi ini berupa endapan halus yang
membentuk lapisan tipis (biofilm) yang menempelpada permukaan gigi atau
permukaan keras lainnya di dalam rongga mulut. Beberapa bakteri-bakteri mulut
yang ada di dalam plak ini akan menghasilkan asam yang akan merusak
permukaan gigi dan lama kelamaan akan menyebabkan gigi yang berlubang
(Yudha, 2018).
Pada masa hidupnya Rasulullah menggunakan siwak sebagai alat untuk
membersihkan mulut dan giginya dengan tujuan untuk membersihkan mulut dan
30
giginya dengan tujuan untuk pencegahan tehadap penyakit gigi dan menyegarkan
rongga mulut. Sejak itulah timbul kesan bahwa penggunaan siwak merupakan
tradisi membersihkan gigi dan ronggamulut menurut islam. Kemudian diperkuat
oleh sunnah beliau untuk menggunakan siwak sebelum melakukan ibadah
sepertisebelum shalat dan membaca al-Qur’an. Menjaga kesehatan gigi dan mulut
sangat menentukan kualitas hidup manusia, dalam Ilam pun ditunjukkan oleh
perintah ataupun anjuran dari Nabi Muhammad Saw yaitu :
وضوء كل عند واك بالس ألمرتهم أمتي على أشق أن لوال “ Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali melakukan wudhu.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu) (Budiarti, 2013).
Siwak berbentuk batang, diambil dari akar dan ranting segar
tanaman arak (savadora persica). Batang siwak memliki serat elastis dan tidak
merusak gigi walau di bawah tekanan yang keras dan batang siwak yang
berdiameter kecil mempunyai fleksibilitas yang tinggi untuk menekuk ke daerah
mulut secara pas untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan dari sela-sela gigi dan
menghilangkan plak (plaque). Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan
gusi (Yudha, 2018).
Bahkan organisasi badan dunia seperti World Health Organization (WHO)
telah menghimbau agar siwak dijadikan komoditas kesehat yang perlu dipelihara
dan dibudayakan. Ini berarti siwak telah terbukti sebagai alat dan bahan yang
dapat meningkatkan status kesehatan rongga mulut dan mencegah penyakit gigi
(Budiarti, 2013).
Anjuran Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk bersiwak adalah
dengan perbuatan membersihkan gigi, pendapat Al-imam Asy-syaukani, Ash-
Shan’ani, Al Fauza, Al-utsaimin dan para ulama lainnya bersiwak boleh
menggunakan benda apapun untuk membersihkan gigi seperti kayu siwak, sikat
gigi, kain, jari tangan, dan lain-lainnya. Namun, pemilihan kayu siwak sebagai
alat untuk membersihkan gigi merupakan sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam.
Dalam hadist disebutkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam biasa
31
menggosok giginya dengan siwak setiap bangun dari tidur, Hauzaifah Radiyallahu
anhu mengatakan “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bangun tidur, beliau
terbiasa membersihkan mulutnya dengan siwak”(Sahih bukhari, Book Ablation,
Hadist No.246 (a)). Selain itu membersihkan gigi dengan siwak memiliki
keutamaan keutamaan, Aisyah Radiyallahu Anhu mengatakan “Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, siwak dapat membersihkan mulut
merupakan cara yang disukai oleh Allah.” (Sahih Bukhari dalam buku Fasting, di
bab dry or green siwak for fasting peson). Dalam Hadist ini menjelaskan bahwa
siwak dapat membantu membersihkan mulut dan merupakan sesuatu yang disukai
oleh Allah (Yudha, 2018).
Nabi Muhammad membersihkan giginya dengan menggunakan siwak
pada saat bangun tidur, setiap akan membaca al-Quran dan sebelum pergi ke
masjid untuk melakukan shalat. Bahkan saat beliau akan meninggal dunia, beliau
masih meminta Aisyah untuk membersihkan mulutnya dengan menggunakan
siwak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Nabi sangat memperhatikan
kebersihan dan menginginkan bersih suci saat menghadap dengan sang khalik
sehingga dapat menjadi tauladan bagi pengikut-pengikutnya. Hadist-Hadist Nabi
yang lain juga menunjukkan perhatian dan menunjukkan bahwa kebersihan
merupakan suatu hal yang penting termasuk membersihkan gigi.
ق3 سو� س� ق2ا� ح5 س�ا ح6 او ح7 س� ق8 ا- �! س �� س) ق� س9 س#ا س$� ق�� س� �! س س1 س� ق: ا- س� س; ح: ��� س!ى س>� ق: ��� ح= او ح1 س0 س< س?ا“Apabila bangun tidur dimalam hari, rasulullah menggosok dengan siwak” (HR Bukhari dan Muslim dalam Shahih bukhari-Muslim).
Hadist ini muncul karena Pada malam hari, bila Rasulullah terbangun dan
akan membaca al-Quran beliau akan membersihkan dulu mulutnya dengan siwak
(Budiarti,2013).
Sebagai umat muslim harus menyadari bahwa apa yang diajarkan dan
dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah rahmat dari
Allah. Ini ditegaskan dalam surah Al Anbiya ayat 107 yang menyatakan bahwa,
32
“Dan kami mengutus engkau Muhammad melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.” (Al-Anbiya’(21):107)(Yudha,2018).
Setelah Rasulullah Saw wafat satu abad kemudia para dokter muslim
mulai mengembangkan ilmu di bidang kedokteran gigi. Kegunaaan siwak
dibandingkan denga sikat gigi biasa dibuktikan oleh peneliti terbaru terhadap kayu
siwak menunjukkan, bahwa siwak mengandung mineral-mineral alami yang dapat
membunuh bakteri,menghilangkan plaque, mencegah gigi berlubang serta
melihara gusi. Siwak memiliki kandungan kimiawi yang bermanfaat, seperti : (1)
Asam Antibakterial seperti Astrigen dan lainnya untuk membunuh kuman (2)
Kandungan kimia seperti Klorida, Pottasium, Sodium bicarbonate, fluoride, silica,
sulfur, vitamin C dan lainnya untuk membersihkan gigi, menyehatkan dan
memutihkan gigi (3) Enzim yang mencegah pembentukan plak (4) Anti decay
Agent (zat anti pembusukan), yang menurunkan jumlah bakteri dimulut dan
mencegah proses pembusukan. Selain itu, siwak juga turut merangsang produksi
saliva (air liur) lebih. Saliva merupakan zat organic mulut yang melindungi dan
membersihkan mulut (Budiarti, 2013).
Professor Rudath dari universitas Rostock Jerman melalui penelitiannya
mengungkapkan bahwa siwak memiliki kandungan zat yang dapat mencegah
pembusukan gigi, termsuk zat pembunuh kuman, pemutih gigi, melindungi gigi
dan mulut dari berbagai penyakit (Yudha,2018).
Abu Amman di dalam artikelnya yang berjudul “mukjizat siwak” juga
mengungkapkan hasil dari penelitiannya terhadap kayu siwak yang mendukung
hasil penelitiannya terhadap kayu siwak yang mengandung hasil mineral-mineral
alami yang dapat membunuh bakteri, menghilangkan plak mencegah gigi
berlubang serta memelihara gusi. Antibacterial acids yang terkandung pada siwak
berfungsi untuk membunuh bakteri , mencegah infeksi dan menghentikan
pendarahan pada gusi(Yudha,2018).
Penggunaan siwak selain untuk manfaat kesehatan juga dapat menambah
nilai ibadah sebagaimana disebutkan bahwa pada hadist berikut ini :
33
“Siwak itu membersihkan mulut dan menyebabkan (didapatkannya) keridhoan Ar-Rabb (Allah)” (HR. Ahmad).
Hadist ini bermakna bila kita melakukan pembersihan/penyikatan gigi
selain untuk kebutuhan jasmani untuk menghindari penyakit gigi juga sekaligus
kita mendapatkn keridhoan dari Allah Swt. (Budiarti,2013).
Selain itu ada hadist lain yang menunjukkan bahwa membersihkan
gigi/bersiwak termasuk perbuatan yang mempunyai nilai keimanan seperti pada
Hadist berikut ini :
. : ق) س& ح1 س) ق�- س1 ا� ح� ا� � ح' س-ا س� �� ح� ح!@ س/ "! س س��� ح3 سو� س� س��� Aح س�ا س& س��� أربع من
“Empat hal yang termasuk sunnah para Rasul ialah memakai wewangian, menikah, membersihkan gigi/bersiwak dan memiliki rasa malu.” (HR Tirmidzi, menurut sebahagian ulama hadist ini hasan)
5.2 Kebersihan Mulut pada Anak Sekolah Dasar
National Institution of Health di Amerika Serikat melaporkan bahwa
karies gigi menjadi penyakit kronis yang paling sering diderita anak umur 5 – 17
tahun (WHO, 2012). Faktor yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya
karies salah satunya adalah kebersihan gigi dan mulut. Faktor yang menyebabkan
rendahnya kebersihan gigi dan mulut pada anak sekolah, antara lain adalah
perilaku menyikat gigi yang masih belum baik (Alhamda, 2011).
Sayangnya di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya belum benar-benar
memeliki paradigma yang tepat terkait kesehatan gigi dan mulut. Rata-rata setiap
anak usia 12 tahun di Indonesia Memiliki 1-2 gigi yang bermasalah dengan karies.
Penyakit gigi dapat mengahasilkan rasa nyeri dan sangat mengganggu karena
mempengaruhi derajat kesehatan ,proses tumbuh kembang, perstasi anak karena
kemampuan belajar menurun, dan rawan berakibat kekurangan gizi karena rasa
nyeri tersebut menurunkan selera makanan (Rahadian,2018).
Dalam kehidupan manusia, anak adalah amanah kepada orangtua yang
berhak memperoleh hak-hak. Seseorang anak memerlukan arahan dan bimbingan
dari orang tua. Hendaklah dijadikan seperti seorang anak kelak, orang tua lah
34
yang bertanggungjawab terhadapnya (Hayati, 2018).
Pendidikan akhlak dalam hal ibadah yaitu dengan menanamkan kebiasaan
baik kepada anak. Seroang anak perlu diajari untuk hidup sehat dan menjaga
kesehatannya. Makanan bergizi seimbang serta kebiasaan baik menjaga
kebersihan diri harus diajarkan sedari dini, salah satunya adalah menjaga
kebersihan rongga mulut (Ulwan, 2015).
Allah SWT berfirman:
"Dan makanlah dari apa yang telah diberikan Allah kepadamu sebagai rezeki yang halal dan baik, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya." (Qs. Al-Ma'idah (5):88)
Rasulullah mengajarkan untuk memberikan contoh yang baik kepada anak
sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Prinsip parenting yang diajarkan
dalam Islam ini berlaku bagi semua sendi kehidupan. Pengajaran melalui
kebiasaan – kebiasaan yang baik, menanamkan sifat dan akhlak terpuji juga dalam
hal kesehatan hendaknya dilakukan semua orangtua terhadap anaknya (Hayati,
2018).
Pada usia Sekolah Dasar yaitu umur 7-12 tahun, anak mulai memasuki
usia tanggung jawab . Pada masa ini berikan kepercayaan dengan pengawasan
terhadap upaya mereka menjaga kebersihan gigi dan mulut. Anak sudah dapat
diberitahu mana yang baik dan tidak baik bagi diri dan kesehatanya. Bagaimana
mereka melakukan sikat gigi, dan makanan/minuman yang boleh mereka
konsumsu dan batasannya, karena anak usia ini anak senang dengan
makanan/minuman bergula yang merupakan makanan bakteri penyebab karies
(Hayati, 2018).
Menurut Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tahapan mendidik anak
ialah ketika anak menginjak usia tujuh tahun, perlakukan ank seperti tawanan
perang.
35
أبناء وهم عليها واضربوهم ، سنين سبع أبناء وهم الة بالص أوالدكم مروابينهم قوا وفر ، عشر
“Perintahkan anak-anakmu untuk shalat saat mereka telah berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkannya. ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu dawud).
Perkenalkan anak dengan tanggung jawab, kemandirian dan kedisiplinan
pada periode usia ini. Kedisiplinan yang diterapkan sejak dini dapat menunjang
anak untuk terbiasa hidup teratur dan senantiasa menjaga kebersihan diri dan
lingkungan (Dienda, 2018).
Dalam banyak hal Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selalu
memberikan contoh sebelum berdakwah. Begitu juga dalam memberikan konsep
kemandirian dalam menjaga kesehatan gigi pada anak, kita juga harus menjadi
tauladan. Kita harus menjadi contoh yang baik padahal kita sendiri sering tidak
menyikat gigi dengan baik dan rutin dan menunggu gigi sakit baru mencari
dokter(Sari,2018). Seperti Firman Allah berikut :
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat” (Ash-Shaf (61):2).
Usia 6-12 tahun Anak memasuki tahap sekolah. Meningkatnya rasa
tanggung jawab. Anak mulai dapat diajarkan cara memelihara kesehtan gigi dn
mulut secara rinci, sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihn
dirinya sendiri. Pada Usia ini dapat melakukan teknik memutar 45°, menyikat gigi
dua kali dalam sehari setelah makan dan sebelum tidur malam, penggunaan
benang gigi dan obat kumur dapat diberikan jika diperlukan (Sari,2018).
36
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Morfologi koloni dan morfologi sel flora normal mulut pada anak sekolah
dasar di SDN Cempaka Putih Barat 01 Jakarta Pusat pada masing-masing individu
ditemukan jumlah koloninya sedikit yaitu 2 – 4 koloni dan hasil identifikasi flora
normal pada mulut anak sekolah dasar yang dominan memiliki morfologi bentuk
bulat, jernih, α hemolisa, smooth, 0.1-2 mm dan bulat, ungu, berantai, gram (+)
dengan genus Streptococcus sp .
Tinjauan Islam terhadap Identifikasi flora normal mulut pada anak sekolah
dasar, bahwa flora normal mulut dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Salah
satu faktor yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies adalah
kebersihan gigi dan mulut. Dalam agama Islam sangat dianjurkan untuk menjaga
kebersihan gigi dan mulut dengan berkumur dan bersiwak sebelum melaksanakan
ibadah sholat. Islam juga menganjurkan orang tua bertanggungjawab atas
pendidikan akhlak terpuji dalam hal ibadah termasuk menjaga kebersihan rongga
mulut dengan menanamkan kebiasaan baik kepada anak.
6.2 Saran
Menyadari bahwa penelitian ini mempunyai banyak keterbatasan dan jauh
dari kata sempurna, kedepannya penulis akan memperbaiki penjelasan mengenai
penelitian di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat dilakukan identifikasi dan
penghitungan jumlah koloni bakteri dengan metode dan media yang lebih baik
dan lebih lengkap, sehingga didapatkan hasil yang lebih akurat dan dapat
mengidentifikasi flora normal mulut anak sekolah dasar sampai dengan
spesiesnya.
Bagi Anak sekolah dasar harus mempertahankan keseimbangan
pertumbuhan flora normal mulut agar dapat mencegah pembentukan karies gigi
37
dengan melakukan pembatasan asupan sukrosa, pembatasan asupan karbohidrat
dan menjaga kebersihan mulut dengan sering menyikat gigi.
Bagi Institusi terkait, agar melakukan peningkatkan pendidikan kesehatan
gigi melalui upaya promotif dan preventif yang terencana dan berkesinambungan,
dan meningkatkan penanaman kebiasaan pemeliharaan diri dibidang kesehatan
gigi kepada anak sekolah dasar.
38
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an dan Terjemahnya, Departemen Agama RI, Jakarta : Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2018.
Ajami, B., Abolfathi, G., Mahmoudi, E., Mohammadzadeh, Z. 2015. Evaluation
of Salivary Streptococcus Mutans and Dental Caries in Children with Heart
Diseases. Journal of Dental Research, Dental Clinics, Dental Prospects, 9(2),
106-8.
Alhamda, S. 2011. Status Kebersihan Gigi dan Mulut dengan Status Karies Gigi
(Kajian pada Murid Kelompok Umur 12 Tahundi Sekolah Dasar Negeri
Kota Bukittinggi). Berita Kedokteran Masyarakat. 27:2, hal 108 – 115.
Almeida, P.D. V., Gregio A. M. T., machado M. A. N.,et al. 2008. Saliva
Composition and Function : A Comprehensive Review. J Contemp Dent
Pract, 9 ,72-80.
Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer pada Anak yang Beresiko Karies
Tinggi. Majalah Kedokteran Gigi, 38, 130-134.
Arbaningsih, S. R., Lubis D. M., Nadella, R., Syafitri, Y. 2018. Perbandingan
Pertumbuhan Bakteri Rongga Mulut Perokok Dan Bukan Perokok Di
Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara. Jurnal Ibnu Sina Biomedika, 2, 1.
https://doi.org/10.30596/isb.v2i1.1906.
Bilk EM., Long CD, Armitage GC, Loomer P, Emerson J, Mongodin EF, Nelson
KE, Gill SR, et al., 2010. Bacterial diversity in the oral cavity of 10 healthy
individuals. The ISME Journal, 4: 962 – 974. 2010. doi: 10.1038/ismej. 30
Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. 2013. Mikrobiologi
Kedokteran Jawetz, Melnick, & Adelberg. Ed. 25. Jakarta: Penerbit
Kedokteran EGC.
Budiarti, Rahaju. 2013. Kesehatan gigi pada muslim. Bandung: Pustaka Aura
semesta.
Carrol KC, dan Hobden J. 2018. Bakteriologi dalam Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s. Ed. 27. Jakarta : EGC.
39
Cheesebrough, M. 1984. Medical Laboratory Manual for Tropical Countries Vol.
II . Doddington, Cambridgeshire: Tropical Health Technology.
Cornelissen, C. N., Fisher, B. D., Harvey, R. A. 2015. Lipincott’s Illustrated
Reviews Mikrobiologi Edisi 3, Jilid Satu. Tangerang Selatan: Binarupa
Aksara.
Crielaard W, Huse SM, Keijser BJF, Montijn RC, Schuller A, Zuara E. 2011.
Exploring the Oral Microbiota of Children at Various Developmental Stages
of Their Dentition in the Relation to Their Oral Health. BMC Medical
Genomics 2011. https://doi.org/10.1186/1755-8794-4-22
Departemen Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang
Disempurnakan) Jilid I, Jakarta: Penerbit Lentera Abadi.
Dienda, Meutia. 2018. Kemandirian anak sebagai pondasi kesehatan gigi dan
mulut dalam Islam dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-Kaustar
Fan S, Freeman A, Hughes R, Jones LK, Katz DS, Shields P, Suchman E. 2005.
Blood Agar Plates and Hemolysis Protocol. American Society For
Microbiology. [Internet] di akses pada tanggal 9 Desember 2018 dari
https://www.asm.org/index.php/ml-2885.
Gopdianto, R., Rattu A.J.M ., Mariati ,W. 2015. Status Kebersihan Mulut dan
Perilaku Menyikat Gigi Anak SD Negeri 1 Malayang. Jurnal e-Gigi, 3, 1.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/6457/5984 .
Hayati,I.,L.,V. 2018. Tanggung jawab orangtua dalam kebiasaan dan perawatan
gigi dalam Islam dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-Kaustar.
Jackson, Margaret S. (2000) Staphylococci in the oral flora of healthy children
and those receiving treatment for malignant disease, Microbial Ecology in
Health and Disease. 12:1, 60-64, DOI: 10.1080/089106000435617.
Jackson, MS. 2000. Staphylococci in the oral flora of healthy children and those
receiving treatment for malignant disease. Microbial Ecology in Health and
Disease, 12(1): 60 – 64. doi: 10.1080/089106000435617.
Kasper SH, Samarian D, Jadhav AP, et al. 2014. S-Aryl-L cysteine sulphoxides
and related organosulphur compunds alter oral biofilm development and AI-
40
2-based cell-cell communication. Journal of applied Microbiology. 177
p.1427-1486.
Laporan Riset Kesehatan Dasar Nasional. 2013. Jakarta: Badan penlitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013;111,116-17.
Liu Z, Yu D, Luo W, et al. 2014. Impact of Oral Health Behaviours on Dental
Caries in Children with Intellectual Disabilities in Guangzhou, China.
International Journal of Environmental Research and Public Health
IJERPH, 11(10): 11015-11027. doi: 10.3390/ijerph111011015
Mansur, Arif Rohman. 2013. Prima Saat Ramadhan. Majalah Kesehatan Muslim,
Edisi I, Yogyakarta.
Marsh PD, Martin MV, Lewis LMAO, Williams DW. 2009. Oral Microbiology
5th ed. Churchill Livingstone Elsevier. Edinburgh. p 24.
Mashadi, M. 2014. Kebersihan dan kesehatan dalam pandangan Islam di akses
pada http://jatim.kemenag.go.id/file/dokumen/sehat.pdf pada tanggal 26
September 2018.
Nance W, Dowd SE, Samarian D, et al. 2013. A high-throughput microfluidic
dental plaque biofilm system to visualize and quantify the affect of
antimicrobials. J Antimicrob chemother. p 2550-2560.
Nismal, Harfindo, Kusumo, Adi Nugroho Hendro, Darwis, Aida F., et al. 2018.
Islam dan Kesehatan Gigi. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Pratiwi S.T. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga : Jakarta, 2008:176-85
Rahadian, Bayu. 2018. Gigi dan Mulut Penting untuk Hidupmu pada Islam dan
Kesehatan gigi dalam Islam dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-
Kaustar.
Salsabila,N., Syamsudin,A. 2018. Kesehatan Gigi cerminan Kesehatan Tubuh
dalam Islam dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-Kaustar.
Samaranayake, Lakshman 2006. Essential Microbiology for Dentistry, 3rd edn.,
China: Churchill Livingstone.
Sari,p.,P.,A.,W.,A. 2018. Tips Kunjungan Dokter gigi tanpa trauma dalam Islam
dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-Kaustar.
41
Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Sagung Seto.
Sumanji, Muhammad Anis. 2008. 125 Masalah Thaharah. Solo: Tiga Serangkai.
Tirahiningrum P, Nugraeni Y, Sukma CM. 2014. Hubungan Pola Menyikat Gigi
denken indeks DMFT-T pada Siswa Kelas VI Madrasah Ibtidaiyah Nahdatul
Ulama (MINU) Kecamatan Blimbing Malang. Malang: Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Ulwan,Abdullah Nashih.2015. Pendidikan Anak dalam Islam Jakarta:Khatulistiwa
Vasanthakumari, R. 2007. Textbook of Microbiology. New Delhi :BI Publication.
WHO, Oral Health . 2012. [Internet] diakses pada tanggal 10 Juli 2017 dari
http://www.who.int/oral_health/publications/factsheet/en/ .
Yudha, Anggara. 2018. Siwak Sebagai pilihan untuk menyikat gigi dalam Islam
dan Kesehatan Gigi. Jakarta : Pustaka Al-Kaustar.
Zarco MF, Vess TJ, Ginsburg GS. 2012. The oral microbiome in health and
disease and the potential impact on personalized dental medicine. Oral
Disease, 18(2): 109-120. doi: 10.1111/j.16010825.2011.01851.x
42
ANGGARAN PENELITIAN
A. Persiapan
No. Jenis Pengeluaran Pengeluaran
1. Percetakan Rp. 100.000,
B. Pelaksanaan
No. Jenis Pengeluaran Harga
Satuan
Jumlah Pengeluaran
1. Lidi kapas steril Rp. 3.000 90 Rp. 270.000
2. Tabung perbenihan
Cary-Blair/Struat
Rp. 15.000 90 Rp. 1.350.000
3. Set Pewarnaan Gram Rp. 350.000 3 set Rp.1.050.000
4. Object Glass Rp. 300.000 3 set Rp. 900.000
5. Medium ADP Rp. 50.000 140 Rp. 7.000.000
6. Kaldu BHI 1mL Rp. 10.000 90 Rp. 900.000
7. Masker Rp. 60.000 1 Box Rp. 60.000
8. Handscoon Rp. 50.000 1 Box Rp. 50.000
9. Alkohol 70% Rp. 100.000 1 Botol Rp. 100.000
10. Bunsen/ Spirtus Rp. 300.000 3 Rp. 900.000
11. Korek Api Rp. 5.000,00 1 Rp. 5.000
C. Pelaporan
No. Jenis Pengeluaran Pengeluaran
1. Pembuatan Laporan Rp. 100.000
2. Fotokopi dan Penjilidan Rp. 100.000
Total Pengeluaran Rp. 12.885.000
43
BIODATA PENELITI
Nama Lengkap : Fiqa Tinfitriya Alkasie
Nomor Induk Mahasiswa : 1102015080
Tempat/Tanggal Lahir : Sukoharjo/21 Desember 1996
Jenis Kelamin : Perempuan
Fakultas/Program Studi : Kedokteran/Kedokteran Umum
Alamat Rumah : Perumahan Tytyan kencana Blok P no. 12 Kecamatan
Margamulya,Kelurahan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Nomor Hp : 081315992402
Email : Alkasie21@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
2001 – 2002 : TK Al-Muhajirin Banjarmasin
2002 – 2006 : SDIT Ukuwah Banjarmasin
2006 – 2008 : SDN V Bekasi Jaya
2008 – 2011 : SMPN 3 Bekasi
2011 – 2014 : SMAI Al-Azhar 4 Bekasi
2015 – sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
44
LAMPIRAN
LAMPIRAN I. KELAYAKAN ETIK
45
LAMPIRAN II. HASIL UJI STATISTIK
Statistics
Jumlah koloni
N Valid 90
Missing 0
Jumlah koloni
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 2 Koloni 44 48.9 48.9 48.9
3 Koloni 41 45.6 45.6 94.4
4 Koloni 5 5.6 5.6 100.0
Total 90 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Morfologi koloni *
Morfologi sel231 100.0% 0 0.0% 231 100.0%
Morfologi koloni * Morfologi sel Crosstabulati
CountMorfologi sel
Bulat,
Ungu,
Bergero
mbol,
Gram (+)
Bulat,
Ungu,
Dua-dua, Gram (+)
Bulat, Ungu, Berant
ai, Gram
(+)
Bulat, Ungu, Satu-Satu, Gram
(+)
Bulat, Mera
h, Dua-dua,
Gram (-)
Batang,
Ungu, Beran
tai, Gram
(+)
Batang,
Merah,
Berantai,
Gram (-)
Batang, Ungu, Satu-satu, Gram
(+)
Bulat,
Merah,
Satu-
satu, Gram (-)
Morfologi koloni
Bulat, Jernih,
Afa Hemolis
a, Smooth,
0 0 82 0 0 0 0 0 0
46
0.1-2 mm
Bulat, Jernih, Beta
Hemolisa,
Smooth, 0.1 mm
1 0 0 0 0 1 0 0 1
Bulat, Jernih,
Gamma Hemolis
a, Smooth,
0.1-2 mm
1 0 2 2 0 0 0 0 0
Bulat, Putih, Alfa
Hemolisa,
Smooth, 0.1-2 mm
16 6 11 1 0 0 1 0 0
Bulat, Putih, Beta
Hemolisa,
Smooth, 1-2 mm
5 5 2 0 3 0 1 1 0
Bulat, Putih,
Gamma Hemolis
a, Smooth, 1-2 mm
75 0 0 0 0 0 0 0 0
Bulat, Jernih,
Alfa Hemolis
a, Rough, 0.1-2 mm
2 1 1 0 0 0 0 0 0
Bulat, Putih, Alfa
Hemolisa,
Rough, 1 mm
2 2 3 0 1 0 0 0 0
Bulat, Putih,
Gamma Hemolis
a, Rough, 3 mm
1 1 0 0 0 0 0 0 0
47
Total 103 15 101 3 4 1 2 1 1
Morfologi Koloni * Morfologi Sel Crosstabulation
Count
Total
Morfologi koloni Bulat, Jernih, Afa Hemolisa, Smooth, 0.1-2 mm 82
Bulat, Jernih, Beta Hemolisa, Smooth, 0.1 mm 3
Bulat, Jernih, Gamma Hemolisa, Smooth, 0.1-2
mm5
Bulat, Putih, Alfa Hemolisa, Smooth, 0.1-2 mm 35
Bulat, Putih, Beta Hemolisa, Smooth, 1-2 mm 17
Bulat, Putih, Gamma Hemolisa, Smooth, 1-2 mm 75
Bulat, Jernih, Alfa Hemolisa, Rough, 0.1-2 mm 4
Bulat, Putih, Alfa Hemolisa, Rough, 1 mm 8
Bulat, Putih, Gamma Hemolisa, Rough, 3 mm 2
Total 231
morfologi sel morfologi koloni
N Valid 231 231
Missing 0 0
Frequency TableMorfologi sel
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bulat, Ungu, Bergerombol,
Gram (+)103 44.6 44.6 44.6
Bulat, Ungu, Dua-dua, Gram
(+)15 6.5 6.5 51.1
Bulat, Ungu, Berantai, Gram
(+)101 43.7 43.7 94.8
Bulat, Ungu, Satu-Satu,
Gram (+)3 1.3 1.3 96.1
Bulat, Merah, Dua-dua,
Gram (-)
4 1.7 1.7 97.8
48
Batang, Ungu, Berantai,
Gram (+)1 .4 .4 98.3
Batang, Merah, Berantai,
Gram (-)2 .9 .9 99.1
Batang, Ungu, Satu-satu,
Gram (+)1 .4 .4 99.6
Bulat, Merah, Satu-satu,
Gram (-)1 .4 .4 100.0
Total 231 100.0 100.0
Morfologi Koloni
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Bulat, Jernih, Afa Hemolisa,
Smooth, 0.1-2 mm82 35.5 35.5 35.5
Bulat, Jernih, Beta Hemolisa,
Smooth, 0.1 mm3 1.3 1.3 36.8
Bulat, Jernih, Gamma
Hemolisa, Smooth, 0.1-2
mm
5 2.2 2.2 39.0
Bulat, Putih, Alfa Hemolisa,
Smooth, 0.1-2 mm35 15.2 15.2 54.1
Bulat, Putih, Beta Hemolisa,
Smooth, 1-2 mm17 7.4 7.4 61.5
Bulat, Putih, Gamma
Hemolisa, Smooth, 1-2 mm75 32.5 32.5 93.9
Bulat, Jernih, Alfa Hemolisa,
Rough, 0.1-2 mm4 1.7 1.7 95.7
Bulat, Putih, Alfa Hemolisa,
Rough, 1 mm8 3.5 3.5 99.1
Bulat, Putih, Gamma
Hemolisa, Rough, 3 mm2 .9 .9 100.0
Total 231 100.0 100.0
49
top related