abstrak - golden alchemist's blog | science … · web viewsulfur merupakan unsur bukan logam...
Post on 16-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul pembuatan natrium tiosulfat
yang bertujuan untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat –
sifat kimianya dengan menggunakan bahan natrium sulfat, belerang dan air.
Metode yang digunakan adalah refluks dan kristalisasi, dengan prinsip
berdasarkan proses pemanasan dan pengendapan. Hasil yang diperoleh berupa
kristal natrium tiosulfat yang berwarna putih sebesar 5,6 gram dengan prosentase
rendemen 22,15 %. Dari pengujian sifat-sifat kimia Natrium Tiosulfat dapat
diketahui antara lain memiliki stabilitas termal lebih rendah dari natrium sulfat,
membentuk endapan putih setelah direaksikan dengan asam encer (HCl).
PERCOBAAN 7
PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT
I. Tujuan Percobaan
1.1. Mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat – sifat kimianya.
II. Dasar Teori
2.1. Tiosulfat
Tiosulfat merupakan logam yang mengandung ion S2O3- dimana
satu atom S menggugus atau menukarganti satu atom O. Dalam larutan –
larutan asam, ion tiosulfat akan terurai menjadi S dan ion sulfit. Oleh
karena itu, spesies semacam asam tiosulfat dapat di solvasi.
Ion tiosulfat dapat mereduksi yodium menjadi ion yodium dalam
analisis kuantitatif dimana yodium dititrasi dengan larutan S2O3. Selain itu
bisa juga membentuk kompleks stabil dengan ion logam tertentu, terutama
ion kompleks perak tiosulfat yang sangat stabil.
Ag+ + 2S2O32- [Ag(S2O3)2]3-
Larutan – larutan tiosulfat sangat melarutkan halida – halida perak
yang sulit larut. Serta digunakan sebagai zat pencampur dalam proses
fotografi.
( Arsyad, 2001 )
Natrium tiosulfat monokristal dalam bentuk prisma yang besar –
besar dan transparan dengan lima molekul air. Metode yang terpenting
untuk membuat natrium tiosulfat yaitu dari natrium sulfit (Na2SO3) dan
belerang bebas (S) yang reaksinya :
8Na2SO3 + S8 → 8Na2S2O3
Cara yang didapat kemudian dikristalisasi. Kristal yang terjadi
(Na2S2O3 . 5H2O) langsung dikemas untuk terjadinya off flouroscence.
Metode lainnya yaitu natrium sulfida. Sulfur dioksida direaksikan
ke dalam larutan natrium sulfida dan natrium karbonat berkonsentrasi
rendah (masing – masing tidak lebih dari 10%).
Reaksinya sebagai berikut :
Na2CO3 + 2Na2S + 4 SO2- 3 Na2S2O3
(Cotton, 1992)
Natrium tiosulfat dapat diperoleh melalui proses evaporasi dan kristalisasi.
(Austin, 1996)
Asam tiosulfat kurang stabil pada temperatur kamar. Asam ini
dapat. Dipisahkanpada temperature 78°C dari persamaan reaksi :
SO3+H2S H2S2O3
Atau dari reaksi
HO3SCl +H2S H2S2O3 + HCl
Molekul gas trioksida, SO3 memiliki struktur segitiga datar yang
dapat mengalami resonansi degan melibatkan ikatan Phi dari S-O.
Adanya ikatan Phi untuk ikatan dan orbital d kosong dari atom s
menyebabkan panjang ikatan S-O sangat pendek yaitu 1.43 A°. Ion
tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan belerang
dengan ion sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit sesuai
dengan persamaan reaksi :
S8 + 8SO32- 8S2O3
2- dan
2S2O42- + H2O S2O3
2-+2HSO3-
Ion tiosulfat memiliki struktur [S-SO3], kedua atom sulfur tidak
ekuivalen dengan panjang ikatan S-S dan S-O masing-masing
1.99±0.034A° dan 1.48+0.06A°. Panjang ikatan S-O menunjukan bahwa
dalam ikatan s-s juga terlihat adanya ikatan Phi.
(Austin, 1996)
2.2 Reaksi Tiosulfat
Kebanyakan tiosulfat telah dibuat larut dalam air. Tiosulfat dari
timbale perak dan kalium larut sedikit sekali. Banyak dari tiosulfat ini
larut dalam larutan Na2S2O3 yang berlebihan, membentuk garam
kompleks. Untuk mempelajari reaksi – reaksi ini digunakan larutan
Na2S2O3 . 5H2O.
2. 2. 1. Larutan Iod
Warna dari larutan iod dihilangkan membentuk n – tetraklorat
yang tidak berwarna. Reaksinya :
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6
2-
2. 2. 2. Larutan HCl Encer
Tak terjadi perubahan yang tepat dalam keadaan dingin dengan
larutan tiosulfat.
2. 2. 3. Larutan Barium Klorida
Akan terbentuk endapan putih barium tiosulfat dan larutan yang
pekat. Reaksi :
S2O32- + Ba2+ BaS2O3
(Vogel, 1990)
2.3. Allotropi belerang
Diantara bentuk fisik belerang yang berbeda, yang dapat diamati
adalah:
Belerang rombik (Sα) yang mempunyai 16 cincin S8 dalam suatu unit
sel dan berubah pada 15,50.
Belerang monoklinik (Sβ). Belerang monosiklik dibayangakan
mempunyai 6 cincin es dalam unit selnya. Mencair pada 1190C.
Belerang cair (Sλ) yang tediri dari molekul-molekul S8 suatu cairan
kuning, tembus sinar dan bergerak. Tetapi pada 1600C, cincin S8
terbuka dan bergabung membentuk molekul berantai spiral yang
panjang.
Belerang cair (Sµ) yang gelap warnanya, sangat kental. Cairan ini
mendidih pada 4450C.
Uap belerang, S8 yang terurai menjadi species yang semakin kecil
dengan meningkatnya suhu.
Belerang plastik terbentuk bila cairan Sµ dituangkan kedalam air
dingin. Terdiri dari molekul seperti rantai dan mempunyai kualitas
seperti karet ketika mula-mula terbentuk. Tetapi selanjutnya menjadi
gampang rusak dan mungkin berubah menjadi belerang rombik.
Berikut merupakan gambar molekul belerang yang berbeda-beda
S
S2
S6
S8
Sn (n = 2000 . 5000)
(Petrucci,1989)
Allotropi belerang sebagai fungsi suhu dapat diringkas :
Sα Sβ Sλ Sµ S8(g) S6 S4 S2 S
Karena kelambanan beberapa peralihan dapat terlihat gejala
tambahan. Misalnya, bila belerang rombik dipanasnkan cepat, perubahan
menjadi belerang monosiklik gagal dan mencair pada 1130.
(Petrucci,1989)
2.4. Refluks
Refluks merupakan prosedur mudah untuk reaksi dalam fase cair.
Pada metode ini, prinsipnya adalah pemanasan dalam labu yang didalamnya
terdapat campuran suatu bahan. Refluks dilakukan dengan memanaskan
larutan dan pengembunan uapnya, sehingga hasil pengembunan uap tersebut
kembali ke labu reaksi.
Refluks adalah proses pemanasan dimana tidak ada senyawa yang
hilang prinsipnya adalah pemanasan pada labu bulat yang di dalamnya
terdapat campuran suatu bahan. Refluks dapat dikatakan juga sebagai proses
pemanasan dimana tidak ada senyawa yang hilang.
(Wilcox, 1995)
Adalah suatu proses pemanasan dengan keistimewaan bahwa
pelarutnya tidak menguap.
(Sudja, 1978)
2.5. Kristalisasi
Kristalisasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan dalam
pemurnian produk padatan kristal hasil kristal atau isolasi yang masih
terkontaminasi kotoran dilakukan kristalisasi.
Kristalisasi dilakukan dengan pelarut yang tepat seperti dapat
melarutkan kotoran dengan baik.
(Cahyono, 1995)
Tahap-tahap kristalisasi, sebagai berikut:
95,50C 119 160 445 1000 2000
Melarutkan zat dalam pelarut panas.
Menyaring larutan panas untuk menghilangkan kotoran yang tidak larut.
Mendinginkan larutan dan mengendapkan kristalnya.
Menyaring larutan dingin untuk memisahkan kristal dari larutan.
Mencuci kristal untuk menghilangkan pelarut yang melekat.
Mengeringkan kristal untuk menghilangkan pelarut.
(Wilcox, 1995)
2.6. Analisa Bahan
2.6.1. HCl encer
Merupakan asam kuat, dapat bereaksi dengan basa membentuk
garam, merupakan senyawa tidak berwarna, bersifat korosif, BM: 36,52 g/mol
ρ: 1,268 g/mol TL: 109,20C.
(Pringgodigdo,1973)
2.6.2. Na2SO3 anhidrat
Berbentuk prisma,tidak berwarna, larut dalam air dan reagen
pereaksi, BM 126,7 g/mol.
(Pringgodigdo,1973)
2.6.3. Serbuk belerang
Zat padat non logam, umumnya berwarna kuning, tidak larut
dalam air, larut dalam CS2, CCl4 dan benzen.
(Pringgodigdo,1973)
2.6.4. Sulfur
Sulfur merupakan unsur bukan logam yang terdapat dalam
kelompok IVA susunan berkala, unsur dengan nomor atom 16, lambang S,
memiliki berat atom 32, bervalensi 2,4,6 dengan 4 isotop yang stabil,
berbentuk kristal bening, berwarna kuning, stabil, beracun.
(Basri, 2003)
2.6.5. Natrium sulfit
Padatan putih yang netral, dapat larut dalam larutan, dapat dibuat
dengan campuran NaCl dan H2SO4 pekat.
(Pringgodigdo,1973)
2.6.6. Aquadest
Cairan tidak berwarna, titik didih 1000C, titik leleh 0oC, larut dalam
etil alkohol dan etil eter, indeks bias: 1,333, BM: 18,016
(Pringgodigdo,1973)
III. Metode Percobaan
3.1. Alat
1 set alat refluks
5 buah tabung reaksi
1 set timbangan
1 buah pengaduk
1 set pembakar spirtus
1 buah cawan penguapan
Kertas saring
Gelas ukur
Erlenmeyer
Corong
3.2. Bahan
Natrium Sulfit Anhidrat
Larutan Iodine dalam KI
Larutan HCl encer
Natrium Sulfat
Serbuk Belerang
Barium Klorida
3.2. Gambar Alat
3.4. Skema Kerja
3.4.1. Pembuatan Natrium tiosulfat-5-hidrat
12,5 gram natrium sulfit
erlenmeyer
penambahan 20 ml H2O
penambahan 2,5 gram serbuk
belerang
perefluksan selama ± 1,5 jam
pendinginan
penyaringan
penguapan sampai volume 10
ml
pendinginan
penyaringan
pengeringan
penimbangan
Filtrat
Cawan pendinginan
Residu
Kertas saring
Kristal
Kertas saring
Hasil
3.3.2. Mempelajari sifat-sifat kimia natrium tiosulfat
3.3.2.1. Pengaruh pemanasan
Kristal natrium tiosulfat-5-hidrat
Tabung reaksi
pemanasan
pengamatan
Kristal natrium sulfat
Tabung reaksi
pemanasan
pengamatan
3.3.2.2. Pengaruh asam encer
3 ml larutan natrium tiosulfat
Tabung reaksi
pereaksian dengan HCl encer 3 ml
pengamatan dan pembauan setelah
beberapa menit
Hasil
Hasil
3 ml larutan natrium sulfat
Tabung reaksi
pereaksian dengan HCl encer 3 ml
pengamatan dan pembauan setelah
beberapa menit
IV. Data Pengamatan dan Perhitungan
4.1. Data Pengamatan
No Perlakuan Hasil
1. Pembuatan Natrium Tiosulfat-5-hidrat
a. 2,5 g Na2SO3 + 20 mL H2O + 5 g
serbuk S, perefluks-an.
b. Pendinginan, penyaringan.
c. Penguapan filtrat sampai 10 mL,
pendinginan.
d. Pengeringan.
e. Penimbangan.
Campuran berwarna kuning
Filtrat putih sedikit kuning
Residu berwarna coklat.
Lama- kelamaan filtrat
menjadi keruh
Terbentuk Kristal putih
Massanya = 5,6 gram
2. Mempelajari sifat kimia Na2S2O3
a. Pengaruh pemanasan.
NaSO4 + H2O lalu dipanaskan
Na2S2O3 + H2O lalu dipanaskan
-Natrium sulfat tidak
berubah
-Natrim tiosulfat meleleh
Hasil
Hasil
b. Reaksi pengaruh asam encer
Na2S2O3 + HCl
Lama- kelamaan natrium
tiosulfat larut terbentuk
suspensi berwarna putih dan
tercium bau belerang.
4.2. Data Perhitungan
Dari hasil pereflukan didapatkan massa Na2S2O3 sebesar 5,6 g sehingga
perhitungannya sebagai berikut:
Diketahui : Na2SO3 = 25 g
S8 = 5 g
Ditanya : berat produk =....?
Dijawab:
Mol Na2SO3 = g / Mr mol S8 = g / Mr
= 25 / 126 = 5 / 256
= 0,2 mol =0,02 mol
Reaksinya yaitu:
8Na2SO3 + S8 8Na2S2O3
M 0,2 mol 0,02 mol -
R 0,16 mol 0,02 mol 0,16 mol
S 0,04 mol − 0,16 mol
Na2S2O3 = 0,16 mol x BM
= 0,16 mol x 158 g/mol
= 25,28 g
Rendemen prosentase produk = x 100 %
= x 100 %
= 22,15 %
V. Hipotesis
Percobaan yang berjudul “Pembuatan Natrium Tiosulfat” bertujuan
untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifat
kimianya.Percobaan dilakukan metode perefluksan dan kristalisasi.
Diperkirakan akan didapatkan kristal Na2S2O3 yang berwarna putih dengan
massa 25,28 gram. Kemudian dapat ditentukan sifat-sifat kimianya antara
lain stabilitas termal, pengaruh asam encer, penambahan BaCl2, serta
penambahan iod. Stabilitas termal Natrium tiosulfat lebih rendah daripada
Natrium sulfat, pengaruh asam encer (HCl encer) terhadap natrium
tiosulfat yaitu Natrium tiosulfat yang larut dalam larutan HCl encer
menjadi keruh, penambahan BaCl2 menyebabkan warna larutan berubah
menjadi kuning keputihan, serta penambahan larutan iod menyebabkan
garam natrium tiosulfat tidak larut dalam larutan terrsebut.\
VI. Pembahasan
6.1 Pembuatan Natrium Tiosulfat 5 hidrat
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan natrium tiosulfat dengan
tujuan untuk mempelajari pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-
sifat kimianya. Pembuatan natrium tisulfat dilakukan dengan penambahan
25 gram natrium sulfit ke dalam erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 5
gram belerang dan 20ml aquades kemudian dilakukan perefluksan dengan
tujuan memanaskan larutan dan pengembunan uapnya, sehingga
pengembunan uap tersebut kembali ke labu reaksi. Refluks adalah proses
pemanasan dimana tidak ada senyawa yang hilang. Hasil perefluksan
berupa campuran berwarna putih kekuningan. Setelah itu dilakukan
pendinginan untuk memudahkan penyaringan agar sulfur tidak larut.
Kemudian dilakukan penyaringan sehingga didapatkan filtrat dan residu.
Filtrat berwarna putih sedikit kuning dan residu berwarna coklat. Filtrat
hasil penyaringan kemudian dimasukkan kedalam cawan penguapan untuk
diuapkan. Tujuan dari penguapan yaitu untuk pemekatan konsentrasi agar
airnya menguap sehingga terbentuk kristal Natrium tiosulfat.
Setelah dilakukan penguapan yang ditandai dengan berubahnya
larutan yang awalnya bening menjadi keruh, kemudian dilakukan
pendinginan. Pendinginan dilakukan dengan menggunakan air es. Tujuan
dilakukan pendinginan dengan air es adalah untuk menyempurnakan
pembentukan kristal Natrium tiosulfat dan mempermudah dalam
pemisahan endapan dan filtrat. Setelah didinginkan kristal tersebut
disaring. Penyaringan berfungsi untuk memisahkan filtrat dan residu pada
kristal Natrium tiosulfat. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan
kertas saring. Proses penyaringan bertujuan untuk mendapatkan kristal
Natrium tiosulfat.
Hasil penyaringan berupa kristal yang berwarna putih dan filtrat
yang berwarna bening. Filtrat tersebut berupa air dan Na2S2O3 yang belum
mengendap menjadi kristal. Kristal yang dihasilkan berupa endapan putih
yang merupakan kristal Na2S2O3. 5 H2O yang akan dikeringkan.
Setelah pengeringan selesai, kristal ditimbang dan menghasilkan
5,6 g. Massa tersebut merupakan rendemen nyata dan rendemen teoritis
yang didapat sebesar 25,28 gram dengan rendemen persentase sebesar
22,15%.
Rendemen prosentase yang dihasilkan tidak mencapai 100% karena
banyak sulfur yang tidak bereaksi saat perefluksan, serta adanya kesalahan
pada saat percobaan sehingga kristal banyak tertinggal pada bagian atas
erlenmeyer.
6.2. Mempelajari Sifat-Sifat Kimia Natrium Tiosulfat
6.2.1 Pengaruh Pemanasan
Untuk mengetahui sifat-sifat natrium tiosulfat dilakaukan
pengujian stabilitas termal dengan cara pemanasan kemudian
dibandingkan dengan natrium sulfat. Pemanasan yang dilakukan bertujuan
untuk mengetahui sifat kimia dari Natrium Tiosulfat-5-hidrat dengan
melakukan perbandingan pada Natrium Sulfat-10-hidrat.Data yang didapat
yaitu bahwa kristal Natrium Tiosulfat-5-hidrat akan lebih cepat meleleh
dari pada Natrium Sulfat-10-hidrat pada saat dilakukan pemanasan pada
temperatur yang sama dan waktu yang sama.
Perbandingan stabilitas termal kedua senyawa tersebut berbeda
pada Natrium Tiosulfat-5-hidrat mengandung air,maka air akan terlepas
dari Natrium Tiosulfat dan air akan menguap. Sedangkan pada Natrium
Sulfat10 Hidrat mempunyai titik leleh 80C sehingga stabilitas termalnya
lebih tinggi dari pada Natrium Tiosulfat-5-hidrat yang punya titik leleh
hanya 40 – 45C.
(Pringgodigdo,1973)
Pada Natrium Sulfat-10-hidrat tidak terjadi reaksi perubahan
menunjukkan bahwa energi termalnya stabil bila dibandingkan dengan
Natrium Tiosulfat-5-hidrat kurang stabil. Sehingga ikatan pada Natrium
Tiosulfat tidak sekuat ikatan pada Natrium Sulfat, sehingga energi yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan pada Natrium Tiosulfat lebih rendah
dibanding memutus ikatan pada Natrium Sulfat, karena ikatan Natrium
Sulfat-10-hidrat sangat kuat maka saat pemanasan tidak terjadi perubahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Natrium Tiosulfat-5-hidrat
mempunyai kestabilan termal lebih rendah dibanding Natrium Sulfat-10-
hidrat.
6.2.2. Pengaruh Asam Encer
Percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan HCl encer 0,1 M dan
Natrium Tiosulfat dengan volume yang sama. Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan lama- kelamaan natrium tiosulfat larut dalam larutan HCl
encer menjadi keruh dan membentuk suspensi berwarna putih serta
tercium bau sulfur. Larutan menjadi keruh karena pemisahan belerang dan
terdapat asam sulfit. Reaksinya yaitu:
S2O32- + 2H+ S + SO2 + H2O
( Vogel, 1990 )
VII. Kesimpulan
7.1 Pembuatan Natrium Tiosulfat 5 Hidrat dengan cara mereaksikan Natrium
Sulfit dengan serbuk belerang dan air.
7.2 Diperoleh Natrium Tiosulfat 5 Hidrat yang berwarna putih sebanyak 5,6 g
dengan prosentase rendemen sebesar 22,15 %.
7.3 Untuk mengetahui sifat- sifat kimia dari natrium tiosulfat dapat dilakukan
dengan cara uji stabilitas termal dan pengaruh asam encer
a. Stabilitas termal Natrium tiosulfat lebih rendah daripada Natrium Sulfat.
b. Dengan HCl encer, Natrium tiosulfat lama- kelamaan larut membentuk
suspensi berwarna putih dan tercium bau belerang.
Daftar Pustaka
Arsyad, M.N,2001, Kamus Kimia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Austin, T, 1996, Chemical Product Industry, Mc Graw Hill Co Inc: New
York.
Budaveri, S,1976, The Merck Index, Merck Co Inc, USA.
Basri, Sarjoni, 2003, Kamus Kimia, Rineka Cipta: Jakarta.
Cahyono, Bambang, 1991, Segi Praktis dan Metode Pemisahan Senyawa
Organik, Semarang: KIMIA UNDIP.
Cotton and Wilkinson,1992, Kimia Anorganik Dasar, UI Press, Jakarta.
Daintith, J,1990, Kamus Kimia Lengkap, Erlangga, Jakarta.
Mulyono,2005, Kamus Kimia, Bumi Aksara, Jakarta.
Pettruci,1989, Kimia Universitas, Erlangga, Jakarta.
Pringgodigdo, A.G. 1973, Ensiklopedi Umum, Yayasan Para Buku Franklin:
Jakarta.
Sudja, Washilah, Abu, 1987, Penuntun Percobaan Pengantar Kimia Organik,
PT. Karya Nusantara: Bandung.
Sukardjo,1986, Metode Pemisahan, Kanisius, Jakarta.
Vogel,1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan
Semimakro, PT Kalman Media Pustaka, Jakarta.
Wilcox, C.F, 1995, Experimental Organic Chemistry Asmall Scale Approach,
New Prentice Hall.
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 23 Desember 2009
Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3
Nailys Sa’adah Nanik Nurhidayah Ngadiyono
NIM. J2C 008 042 NIM. J2C 008 043 NIM. J2C 008 044
Praktikan 4 Praktikan 5 Praktikan 6
Niswatun Hasanah Noermala S. Rosdiana Nurulita Kumalasari
NIM. J2C 008 045 NIM. J2C 008 046 NIM. J2C 008 048
Praktikan 7 Praktikan 8 Praktikan 9
Oky Primaroni Fitri Lutfiana Rahayu Fretty Inggriani S
NIM. J2C 008 049 NIM. J2C 008 090 NIM. J2C 008 091
Praktikan 10
Genisha Mahananda
NIM. J2C 008 092
Menyetujui, Mengetahui,
Koordinator Praktikum Kimia III Asisten
Noor Basid A.P, M.Sc Lia Puspita Dewi
NIP. 198112022005011002 NIM. J2C 605 133
LAMPIRAN
1. sa. Konfigurasi elektron S
16S = 1S22S
22P63S
23P4
b. elektron yang berperan dalam pembentukan ikatan ada 6 pada orbital 3S.
2. Rumus molekul S2O3
Rumus struktur:
3. Ikatan kovalen
4. 8Na2SO3 + S8 → 8Na2S2O3
5. Diketahui : Na2SO3 = 25 g
S8 = 5 g
Ditanya : berat produk =....?
Dijawab:
Mol Na2SO3 = g / Mr mol S8 = g / Mr
= 25 / 126 = 5 / 256
= 0,2 mol =0,02 mol
Reaksinya yaitu:
8Na2SO3 + S8 8Na2S2O3
M 0,2 mol 0,02 mol -
R 0,16 mol 0,02 mol 0,16 mol
S 0,04 mol − 0,16 mol
Na2S2O3 = 0,16 mol x BM
= 0,16 mol x 158 g/mol
= 25,28 g
Rendemen prosentase produk = x 100 %
= x 100 %
= 22,15 %
6. S2O32- + I →2I- + S4O62-
S2O32- + BaCl2 → BaSO3↓ + Cl2
S2O32- + H → S↓ + SO2↑ + H2O
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA III
JUDUL PERCOBAAN: PEMBUATAN NATRIUM TIOSULFAT
ASISTEN : LIA PUSPITA DEWI J2C605133
KELOMPOK 6
Nailys Sa’adah J2C008042
Nanik Nurhidayah J2C008043
Ngadiyono J2C008044
Niswatun Hasanah J2C008045
Noermala Syari Rosdiana J2C008046
Nurulita Kumalasari J2C008048
Oky Primaroni J2C008049
Fitri Lutfiana Rahayu J2C008090
Fretty Inggri J2C008091
Genisha Mahananda J2C008092
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
top related