9. bab 2 landasan teori - library & knowledge...
Post on 06-Feb-2018
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
10
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Metode Kualitatif Guna Menganalisis Aliran Bahan
Menurut Sritomo Wignjosoebroto dalam bukunya (2009) “Tata Letak
Pabrik dan Pemindahan Bahan”, Aliran bahan bisa diukur secara kualitatif
menggunakan tolok ukur derajat kedekatan hubungan antara fasilitas
(departemen) dengan lainnya. Nilai-nilai yang menunjukkan derajat hubungan
dicatat sekaligus dengan alasan-alasan yang mendasarinya dalam sebuah peta
hubungan aktivitas (Activity Relationship Chart) yang telah dikembangkan
oleh Richard Muther dalam bukunya “Systematic Layout Planning (Bottom
Cahners Books, 1973)”. Suatu peta hubungan aktivitas dapat dikonstruksikan
dengan prosedur sebagai berikut :
• Identifikasi semua fasilitas kerja atau departemen-departemen yang
akan diatur tata letaknya dan dituliskan daftar urutannya dalam peta.
• Lakukan interview, wawancara, atau survei terhadap karyawan dari
setiap departemen yang tertera dalam daftar peta dan jugan dengan
manajemen yang berwenang.
11
• Definisikan kriteria hubungan antar departemen yang akan diatur
letaknya berdasarkan derajat keterdekatan hubungan serta alasan
masing-masing dalam peta. Selanjutnya tetapkan nilai hubungan
tersebut untuk setiap hubungan aktivitas antar departemen yang ada
dalam peta.
• Diskusikan hasil penilaian hubungan aktivitas yang telah dipetakan
tersebut dengan kenyataan dasar manajemen. Secara bebas beri
kesempatan untuk evaluasi atau perubahan yang lebih sesuai.
Checking, rechecking dan tindakan koreksi perlu dilakukan agar
konsistensi atau kesamaan persepsi dari mereka yang terlibat dalam
hubungan kerja. Sebagai contoh bila departemen A dinyatakan
memiliki nilai hubungan aktivitas “penting (important)” dengan
departemen B, maka hal inipun harus memiliki nilai hubungan
aktivitas “penting (important) dengan departemen A. Di sini individu
karyawan atau manajer departemen A harus memberikan penilaian
hubungan aktivitas yang sama dengan individu karyawan/manajemen
departemen B.
Peta hubungan aktivitas atau Activity Relationship Chart (selanjutnya
disingkat dengan ARC) adalah suatu cara atau teknik yang sederhana di dalam
merencanakan tata letak fasilitas atau departemen berdasarkan derajat
hubungan aktivitas yang sering dinyatakan dalam penilaian “Kualitatif” dan
12
cenderung berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang bersifat subyektif
dari masing-masing fasilitas/departemen. Gambar 2.1 memberikan contoh dari
bentuk ARC sebuah pabrik manufakturing.
13
Gambar 2.1 Contoh Activity Relationship Chart (ARC)
Pada dasarnya Activity Relationship Chart ini hampir sama dengan
Form to Chart, hanya saja di sini analisisnya bersifat kualitatif. Kalau dalam
From to Chart analisis dilaksanakan berdasarkan angka-angka berat/volume
dan jarak perpindahan bahan dari satu departemen ke departemen yang lain.
Maka Activity Relationship ini akan menggantikan kedua hal tersebut dengan
kode-kode huruf yang akan menunjukan derajat hubungan aktivitas secara
kualitatif dan juga kode angka yang akan menjelaskan alasan untuk pemilihan
kode huruf tersebut.
14
Di sini kode huruf seperti A ,E , I dan seterusnya menunjukan
bagaimana aktivitas dari masing-masing departemen tersebut akan
mempunyai hubungan secara langsung atau erat kaitannya satu sama lain.
Kode-kode huruf ini akan diletakkan pada bagian atas dari kotak yang tersedia
dan pemberian warna yang khusus juga diberikan untuk lebih mudah
analisisnya. Selanjutnya kode angka 1,2,3 dan seterusnya yang diletakkan
bagian bawah kotak yang ada mencoba menjelaskan alasan-alasan
pemilihan/penentuan derajat hubungan antara masing-masing departemen
tersebut. Kode huruf yang menjelaskan derajat hubungan antara masing-
masing departemen ini secara khusus telah distandarkan, yaitu sebagai berikut
:
Tabel 2.1
Standard Penggambaran Derajat Hubungan Aktivitas
15
Selanjutnya mengenai alasan-alasan untuk pemilihan derajat hubungan
ini (yang akan diberikan kode angka) dapat diambil berdasarkan
sifat/karakteristik dari aktivitas masing-masing departemen tersebut, misalnya
seperti :
• Kebisingan, debu, getaran, bau, dan lain-lain.
• Penggunaan mesin atau peralatan, data informasi, material handling
equipment secara bersama-sama.
• Kemudahan aktivitas supervisi.
• Kerjasama yang erat kaitannya dari operator masing-masing
departemen yang ada.
Activity Relationship Chart sangat berguna untuk perencanaan dan
analisis hubungan aktivitas antar masing-masing departemen. Sebagai
hasilnya maka data yang didapat selanjutnya akan dimanfaatkan untuk
penentuan letak masing-masing departemen tersebut, yaitu lewat apa yang
disebut dengan Activity Relationship Diagram. Pada dasarnya diagram ini
menjelaskan mengenai hubungan pola aliran bahan dan lokasi dari masing-
masing departemen penunjang terhadap departemen produksinya. Untuk
membuat Activity Relationship Diagram ini, maka terlebih dahulu data yang
diperoleh dari Activity Relation Chart dimasukkan kedalam suatu lembaran
kerja (Work Sheet) seperti terlihat data tabel 2.2 dibawah ini.
16
Tabel 2.2
Lembaran Kerja (Work Sheet) Pembuatan ARD
Dengan data yang telah disusun secara lebih sistematik dalam Work
Sheet ini, suatu Activity Relationship Diagram akan dapat dengan mudah
dibuat. Di sini ada dua cara yang bisa dipergunakan untuk membuat diagram
(yang selanjutnya akan dipakai sebagai landasan untuk perencanaan tata letak
departemen-departemen yang ada), yaitu sebagai berikut :
• Dengan membuat suatu Activity Template Block Diagram (ATBD).
• Dengan menggunakan kombinasi-kombinasi garis dan pemakaian
kode warna yang telah distandarkan untuk setiap hubungan aktivitas
yang ada.
17
Pada Activity Template Block Diagram, data yang telah
dikelompokkan dalam Work Sheet kemudian dimasukkan kedalam suatu
activity template. Tiap-tiap template akan menjelaskan mengenai departemen
yang bersangkutan dan hubungannya dengan aktivitas dari departemen-
departemen yang lain. Template di sini hanya bersifat memberi penjelasan
mengenai hubungan aktivitas antara departemen satu dengan departemen yang
lain; untuk itu skala luasan dari masing-masing departemen tidak perlu
diperhatikan benar. Berikut contoh Activity Template Block Diagram sesuai
dengan persoalan yang telah dikemukanan sebelumnya, yaitu :
Gambar 2.2 Activity Template Block Diagram (ATBD)
18
Pada dasarnya disini semua kode yang tercantum dalam Work Sheet
dimasukkan kedalam Activity Block Diagram kecuali kode huruf U
(Unimportant), karena dianggap tidak memberi pengaruh apa-apa dari
aktivitas departemen satu terhadap departemen lainnya. Seperti halnya dalam
Work Sheet, maka disini kode angka yang menjelaskan mengenai alasan
pemilihan derajat hubungan antara departemen juga tidak dimasukkan ke
dalam diagram ini. Langkah selanjutnya adalah memotong dan mengatur
template tersebut sesuai dengan urutan derajat aktivitas yang dianggap penting
dan diperlukan, yaitu berdasarkan urutan kode huruf A kemudian E dan
seterusnya. Dengan demikian Activity Relationship Diagram untuk contoh
yang diberikan sebelumnya kira-kira berbentuk seperti terlihat pada berikut ini
19
Gambar 2.3 Activity Template Block Diagram
Perlu ditekankan di sini bahwa hubungan aktivitas dari suatu
departemen dengan departemen yang lain seringkali ditunjukkan dengan cara
lain yang jauh lebih berarti dibandingkan dengan melihat jarak pisanh dari
lokasi-lokasi phisiknya. Sebagai contoh hubungan yang dikaitkan dengan
penyampaian informasi dalam hal ini tidak lagi sangat tergantung pada jarak
yang jauh karena ada sarana telekomunikasi, jaringan komputer/televisi,
lingkungan fisik yang tidak ergonomis seperti getaran, kebisingan, panas, dan
lain-lain tidaklah perlu harus menjauhkan lokasi sumber-sumber yang tidak
20
menyenangkan tersebut; karena dengan cara atau teknologi tertentu kita akan
dapat mengisolasinya secara cepat.
Di samping pembuatan diagram dengan menggunakan activity
template, maka alternatif lain yang bisa dibuat adalah dengan mencoba
melihat hubungan aktivitas masing-masing departemen dengan memakai
kombinasi garis (dan juga warna yang telah distandarkan, yang mana untuk
persoalan yang ada dapat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut :
Gambar 2.4 Activity Relationship Diagram
Activity Relationship Chart pada dasarnya sangat baik dipergunakan
untuk menganalisis tata letak pabrik dengan memperhatikan faktor-faktor
yang bersifat kualitatif. Untuk mengatur tata letak departemen/bagian dari
suatu perkantoran, gudang, tempat pembuangan limbah, dan lain-lain; maka
metode ini tepat untuk dipergunakan. Dalam pengaturan fasilitas-fasilitas dari
21
departemen produksi dalam pabrik, pemakaian Activity Relationship Char t
yang dikombinasikan dengan metode kuantitatif seperti From to Chart sangat
dianjurkan.
2.2 Sistem Manajemen Pergudangan
Manajemen pergudangan dirancang bertujuan untuk mengontrol
kegiatan pergudangan yang diharapkan dari pengontrolan ini adalah terjadinya
pengurangan biaya-biaya yang ada didalam gudang, pengambilan dan
pemasukan barang kegudang yang efektif dan efisien, serta kemudahan dan
keakuratan informasi stok barang digudang. Sistem informasi mengenai
manajemen pergudangan ini sering disebut dengan warehouse management
system (WMS). Menurut Roy L, Harmon (1993), sistem pergudangan haruslah
sederhana dan mudah dimengerti dengan tujuan :
• Menurunkan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan customer
service.
• Menurunkan inventori hingga tingkat terendah.
• Meningkatkan produktifitas dari perusahaan
22
2.2.1 Pengertian Gudang
Gudang adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyimpan barang
baik berupa raw material, barang work in process atau finished good. Dari
kata gudang maka didapatkan istilah pergudangan yang berarti merupakan
suatu kegiatan yang berkaitan dengan gudang. Menurut Holy Icun Yunarto
dan Martinus Getty Santika (2005) kegiatan tersebut dapat meliputi kegiatan
movement (perpindahan), storage (penyimpanan) dan information transfer
(transfer informasi).
Menurut Holy Icun Yunarto dan Martinus Getty Santika (2005) dalam
bukunya menyebutkan beberapa macam tipe gudang, yaitu :
1. Manufacturing Plant Warehouse
Manufacaturing plant warehouse adalah gudang yang ada di
pabrik. Transaksi didalam gudang ini meliputi penerimaan dan
penyimpanan material, pengambilan material, penyimpanan barang
jadi ke gudang, transaksi internal gudang, dan pengiriman barang jadi
ke central warehouse, distribution warehouse, atau langsung ke
konsumen.
Menurut John Warman, Manufacturing Plan Warehouse dapat dibagi-
bagi lagi menjadi :
Gudang Operasional
23
Gudang operasional digunakan untuk menyimpan raw
material dan sparepart yang nantinya akan diperlukan dalam
proses produksi. Dalam gudang operasional ini dapat pula
disimpan barang-barang work in process.
Gudang Perlengkapan
Gudang perlengkapan merupakan gudang yang
digunakan untuk menyimpan perlengkapan yang akan
digunakan untuk memperlancar proses produksi. Perlengkapan
merupakan barang yang digunakan untuk proses produksi tetapi
tidak akan ditemui di finished good, karena barang ini hanya
berfungsi membantu proses produksi. Setelah proses produksi
berakhir barang ini akan dikembalikan ke gudan g
perlengkapan. Biasanya berada dekat dengan line produksi.
Gudang Musiman
Gudang Musiman adalah gudang yang bersifat
insidentil dan hanya ada pada saat gudang-gudang baik
operasional dan pemberangkatan penuh. Gudang ini biasanya
bukan milik pabrik, tetapi disewa dari pihak lain untuk jangka
24
waktu tertentu. Digudang ini dapat disimpan apa saja mulai dari
raw material hingga finished good.
2. Central warehouse
Central warehouse adalah gudang pokok. Transaksi didalam
central warehouse meliputi penerimaan barang jadi (dari
manufacturing warehouse, langsung dari pabrik, atau dari supplier),
penyimpanan barang jadi ke gudang, dan pengiriman barang jadi ke
distribution warehouse.
3. Distribution warehouse
Distribution warehouse adalah gudang distribusi. Transaksi
dalam gudang ini meliputi penerimaan barang jadi (dari central
warehouse, pabrik, atau supplier), penyimpanan barang yang diterima
gudang, pengambilan dan persiapan barang yang dikirim, dan
pengiriman barang ke konsumen. Terkadang distribution warehouse
juga berfungsi sebagai central warehouse.
4. Retailer warehouse
Retailer warehouse adalah gudang pengecer, jadi dengan kata
lain dapat dikatakan gudang yang dimiliki toko yang menjual barang
langsung ke konsumen.
25
2.2.2 Operasi-Operasi Pergudangan
Pergudangan terdapat tiga fungsi utama yaitu movement
(perpindahan), storage (penyimpanan) dan information transfer (transfer
informasi).
1. Movement (Perpindahan)
Fungsi movement ini merupakan fungsi utama, salah satu
kegiatannya adalah memperbaiki perputaran inventory dan
mempercepat proses pesanan dari produksi hingga ke pengiriman
utama.
Menurut Holy Icun Yunarto (2005) fungsi movement dibagi
menjadi aktivitas-aktivitas yang meliputi:
Receiving (Penerimaan)
Merupakan aktifitas penerimaan barang dimana
didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas seperti pembongkaran
muatan, perhitungan kuantitas yang diterima dan inspeksi
kualitas dan kerusakan, juga aktivitas-aktivitas lain yang
berkaitan dengan penerimaan barang di gudang.
Putaway
Merupakan proses pemindahan barang dari dok
penerimaan ke gudang penyimpanan.
Customer Order Picking
26
Merupakan aktivitas pemindahan barang dari gudang
penyimpanan atau dari lokasi picking untuk kemudian
disiapkan untuk proses pengiriman.
Packing
Proses packing merupakan proses pengepakan barang
yang akan dikirim ke konsumen.
Cross Docking
Proses ini merupakan proses pemindahan barang dari
area receiving langsung ke lokasi shipping tanpa melalui
aktivitas penyimpanan di gudang.
Shipping
Aktivitas ini merupakan aktivitas pengiriman dan
meliputi proses pembuatan dokumen barang yang akan dikirim.
2. Storage (Penyimpanan)
Storage merupakan aktivitas penyimpanan barang baik yang
merupakan barang baku ataupun barang hasil produksi. Penyimpanan
barang dilakukan didalam gedung gudang. Gudang finished good dan
sparepart dapat menjadi satu atau dapat dipisahkan.
Menurut Rika Ampuh Hadguna, ST, MT dan Heri Setiawan,
ST, MT dalam bukunya (2008) menjelaskan hal-hal yang menjadi
faktor utama dalam tata letak penyimpanan yaitu
27
• Material mudah rusak; lingkungan tempat penyimpanan harus
ideal.
• Bentuk uni; akan menimbulkan masalah area dan pemindahan
itemnya.
• Item mudah hancur; perhatikan kelembaban dan metode.
• Material berbahaya; jenis demikian harus disimpan di lokasi
tersendiri.
• Keamanan material; hindari benturan saat pemindahan bahan.
• Compability; di mana item tipe kimiawi mudah bereaksi
dengan zat kimia lainnya.
Menurut Rika Ampuh Hadguna, ST, MT dan Heri Setiawan,
ST, MT dalam bukunya “Tata Letak Pabrik” (2008), juga menjelaskan
tentang pengaturan dan tata letak suatu gudang dalam bentuk
kebijakan penyimpanan, dimana metode terbaik yang akan diambil
tergantung pada karakteristik item. Kebijakan-kebijakannya adalah:
1. Kebijakan Penyimpanan Acak (Random Storage Policy); yaitu
penyimpanan item yang datang di setiap lokasi yang tersedia, di mana
setiap item mempunyai probabilitas sama pada setiap lokasi.
2. Kebijakan Penyimpanan Tetap (Dedicated Storage Policy);
Item disimpan pada lokasi tertentu tergantung tipe itemnya. Kebijakan
28
demikian didesain dengan luas penyimpanan setiap item sama dengan
level maksimal persediaan, lalu hal demikian terjadi saat pengisian.
3. Cube Per-Order Index Policy; Rasio kebutuhan space
penyimpanan item dengan jumlah transaksi S/R untuk itemnya. Item
dengan S/R terbesar sedikit dengan titik I/O.
4. Kebijakan Penyimpanan Berbasis Tertutup (Closed Based
Storage Policy); Aplikasi efek pareto dimana 80% aktivitas S/R oleh
20% item, 15% S/R oleh 30% dan 5% S.R oleh 50%
5. Kebijakan Penyimpanan Pangsa (Shared Storage Policy);
Kebijakan yang berada pada titik ekstrem random dan dedicated
storage policy.
Dalam sebuah perencanaan, manajemen harus menentukan
apakah pendirian sebuah pusat gudang atau beberapa fasilitas
penyimpanan di setiap tempat yang digunakan (dekat dengan stasiun
kerja atau lintasan perakitan). Kemudian, yang terakhir adalah
mendekati pemindahan bahan dan menghentikan penumpukan
produksi dalam pengiriman dari pusat gudang. Hal demikian berkaitan
pula dengan pengawasan inventori. Dalam banyak waktu, setiap
fasilitas penyimpanan bisa pula dibangun untuk penggunaan, tetapi
bukan untuk dimanfaatkan. Operasi pengawasan gudang antara lain
29
adalah pengawasan penyimpanan (storage policies) dan pengawasan
order pilihan (order picking policies).
Operasi pengawasan terdiri atas pengawasan penyimpanan
(storage policies). Pada sebuah fasilitas penyimpanan, beberapa
pengawasan memengaruhi tata letak, lokasi sel-sel penyimpanan, dan
tata letak atas sel-sel. Berikut adalah uraian singkat bentuk
pengawasan:
1. Physical similarity
Pada item dengan kemiripam fisik, karakteristik dalam
pengelompokannya ditempatkan pada tempat yang sama. Sebagai
contoh, item dengan ukuran besar disimpan dalam satu area,
sedangkan item berukuran kecil ditempat lainnya. Hal demikian diikuti
oleh kemiripan penggunaan material handling, perlengkapan, dan
kemiripan penempatan secara fisik untuk setiap area.
2. Functional similarity (kemiripan fungsi)
Penyimpanan dilakukan atas dasar kemiripan fungsi yang
disimpan pada tempat yang sama. Sebagai contoh, alat-alat elektronik
yang disimpan pada satu area.
3. Popularity (Popularitas)
Setiap gudang mempunyai item yang diperoleh secara
bersamaan dan jumlah yang banyak. Pada sistem demikian, pergerakan
30
cepat diperuntukan bagi setiap item penyimpanan tertutup untuk area
penerimaan dan pengiriman serta item dengan pergerakan lambat di
sistem yang lain. Bentuk pengawasan demikian bertujuan
mempersiapkan jarak minimal pekerjaan gudang dan dalam pemilihan
pesenan.
4. Reserve stock separation (penyimpanan dan pemisahan
persediaan)
Beberapa keuntungan penyimpanan dan pemisahan persediaan
dari pekerjaan penyimpanan adalah semua pekerjaan penyimpanan
dapat diambil bersamaan dalam kesamaan tempat dan rata-rata
pemilihan dapat dilakukan dengan mudah.
5. Randomized storage (penyimpanan acak)
Pada sistem proses informasi modern (computerized inventory
control system), kemungkinan besar kemudahannya dalam penempatan
tetap dan lokasi yang unik pada sebuah penyimpanan individu.
Pertukaran dari penyimpanan tetap (dedicated storage) yang tersedia
ke penyimpanan acak (randomized storage) berbentuk hasil yang agak
besar. Bentuk pengawasan digunakan pada penyimpanan item dengan
jarak yang didapat ketika dibutuhkan dalam penyimpanan beberapa
bentuk item yang penyimpanannya tidak umum.
6. High security storage (pengamanan penyimpanan)
31
Bentuk pengawasan demikian dilakukan jika beberapa item
terutama yang terpilih dan bentuk khas dibutuhkan sebagai kunci
pengamatan dan pengukuran.
3. Information Transfer (Transfer Informasi)
Aktivitas ini adalah aktivitas transfer informasi seperti informasi
mengenai stock barang yang ada di gudang atau informasi-informasi lain
yang berguna, informasi ini dapat merupakan informasi untuk pihak diluar
gudang atau pihak gudang sendiri.
2.2.3 Konsep Tata Letak Penyimpanan Barang
Menurut Rika Ampuh Hadguna, ST, MT dan Heri Setiawan, ST, MT
dalam bukunya “Tata Letak Pabrik” (2008), tujuan perencanaan tatat letak
untuk gudang bahan baku dan gudang barang jadi adalah:
• Utilisasi Luas Lantai secara efektif
• Menyediakan pemindahan bahan yang efektif
• Meminimalisasi biaya penyimpanan pada saat menyediakan tingkat
pelayanan yang dibutuhkan
• Mencapai fleksibilitas maksimum
• Menyediakan housekeeping yang baik
32
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut diatas, kita harus memadukan
beberapa prinsip mengenai gudang. Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
tujuan diatas antara lain:
1. Kepopuleran (Popularity)
Sistem pengangkutan didalam gudang tentu akan sangat
mempengaruhi kegiatan didalam gudang. Apabila kita tidak
memperhatikan kegiatan yang terjadi di gudang. Kesimpangsiuran
gerakan berkaitan dengan waktu yang digunakan untuk mengangkut
barang dan biaya terhadap waktu kerja. Popularity merupakan prinsip
meletakkan item yang memiliki accesibility terbesar didekat titik I/O
(titik Input-Output) tertentu. Popularity menggunakan suatu rasio R/S
atau S/R dengan S adalah Shipping dan R adalah Receiving. Apabila
rasio R/S suatu item terbesar, maka item didekatkan dengan titik I/O
dan sebaliknya.
2. Similarity
Prinsip kedua dalam tata cara penyimpanan di gudang berkaitan
dengan similarity (kemiripan) item yang disimpan, yaitu item yang
diterima dan dikirim bersama harus disimpan bersama-sama pula.
Contohnya pada gudang suku cadang otomotif, karburator dan suku
cadangnya disimpan bersama. Dengan menyeimpan item yang mirip
33
dalam daerah yang sama, waktu tempuh untuk menerima pesanan dan
pemilihan pesanan dapat diminimalisasi.
3. Ukuran
Komponen-komponen kecil yang disimpan dalam gudang yang
dirancang khusus untuk komponen-komponen besar akan sangat
membuang-buang luas lantai gudang. Namun, pada saat komponen-
komponen besar akan disimpan di dalam gudang, komponen tidak
akan muat. Oleh karena itu, kita perlu menetapkan beberapa ukuran
lokasi penyimpanan.
4. Karakteristik
Karakteristik material yang disimpan seringkali berlawanan
penyimpanan dan penanganannya dengan metode similarity,
popularity, dan ukuran. Beberapa karakteristik material antara lain:
Material mudah rusak, sehingga lingkungan tempat
penyimpanan harus ideal.
Bentuk unik, sehingga menimbulkan masalah dalam
area penyimpanan dan pemindahan barang.
Item mudah hancur, sehingga kita harus memperhatikan
tingkat kelembaban, ukuran unit load, dan metode penyimpanan.
Material berbahaya, sehingga kita harus menyimpannya
dalam lokasi tersendiri.
34
Keamanan material berkaitan dengan proses
pemindahan bahan di mana diusahakan agar barang tidak mengalami
benturan.
Compability merupakan karakteristik penyimpanan
item kimiawi yang mudah bereaksi dengan zat kimia lainnya.
5. Utilisasi luas lantai
Perencanaan penyimpanan meliputi pula menentukan
kebutuhan luas lantai untuk penyimpanan barang. Walaupun demikian,
saat mempertimbangkan prinsip-prinsip popularity, similarity, ukuran,
dan karakteristik material; tata letak harus dibangun sedemikian rupa
sehingga dapat memaksimalisasi utilisasi luas lantai dan tingkat
pelayanan yang disediakan. Beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan ketika membangun sebuah tata letak antara lain:
Konservasi luas lantai
Konservasi luas lantai menyangkut memaksimalisas i
konsentrasi dan utilisasi kubik dan meminimalisasi honeycombing.
Memaksimalisasi konsentrasi luas lantai akan menambahkan
fleksibilitas dan kemampuan menangani penerimaan barang dalam
jumlah banyak.
Keterbatasan luas lantai
35
Utilisasi luas lantai akan terbatas pada tiang penyangga,
spinkler dan tinggi langit-langit, tiang dan rangka, serta tinggi
penumpukan material yang aman.
Accessibility
Kelebihan muatan dalam utilisasi luas lantai akan mengakibatkan
accessibility material yang jelek. Kita harus merencanakan jarak gang
agar cukup luas untuk penanganan material yang efisien dan
menempatkannya sedemikian rupa sehingga tiap sisi depan daerah
penyimpanan memiliki jalur gang. Seluruh jarak gang harus berbentuk
lurus.
2.3 Proses Pengembangan Produk
Proses pengembangan produk terdiri dari enam tahap (Ulrich,
Eppinger, p. 15), proses ini diawali dengan suatu fase perencanaan, yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi dan penelitian
tingkat lanjut. Output Fase perencanaan adalah pernyataan misi proyek, yang
merupakan input yang dibutuhkan untuk memulai tahap pengembangan
konsep, dan merupakan suatu petunjuk untuk tim pengembangan.
Penyelesaian dari proses pengembangan produk adalah peluncuran produk,
dimana produk tersedia untuk dibeli di pasar.
Salah satu cara berpikir tentang proses pengembangan adalah sebagai
kreasi pendahuluan dari sekumpulan alternatif konsep produk dan kemudian
36
mempersempit alternatif-alternatif dan menambah spesifikasi produk hingga
produk dapat diandalkan dan diproduksi ulang dalam sistem produksi. Sebagai
catatan, kebanyakan fase pengembangan didefinisikan berdasarkan keadaan
produk, meskipun proses produksi dan rencana pemasaran, yang merupakan
output-output berwujud yang lain, juga turut berproses mengikuti kemajuan
pengembangan.
Cara lain untuk berpikir tentang proses pengembangan adalah sebagai
sistem pemrosesan informasi. Proses dimulai dengan input, seperti sasaran
perusahaan dan kemampuan teknologi yang tersedia, platform produk dan
sistem produksi. Berbagai kegiatan memproses informasi pengembangan,
memformulasikan spesifikasi, konsep, dan desain detail. Proses dimulai ketika
seluruh informasi yang dibutuhkan untuk mendukung produksi dan penjualan
telah diracncang dan dikomunikasikan.
Enam Fase dalam proses pengembangan secara umum adalah :
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai zerofase, karena kegiatan
ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan
produk aktual.
37
2. Pengembangan konsep
Pada fase pengembangan konsep, kebutuhan pasar target diidentifikasi,
alternatif konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau
lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep
adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk dan biasanya
dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk pesaing
serta pertimbangan ekonomis proyek.
3. Perancangan tingkatan sistem
Fase perancangan tingkatan sistem mencangkup definisi arsitektur
produk dan uraian produk menjadi subsistem-subsistem serta komponen-
komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya
didefinisikan dalam fase ini. Output pada fase ini biasanya mencakup tata
letak bentuk produk, spesifikasi secara fungsional dari tiap subsistem produk,
serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
4. Perancangan detail
Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk,
material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan
identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana
proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat
38
dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian
untuk produk, gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan
peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta
rencana proses pabrikasi dan perakitan produk.
5. Pengujian dan perbaikan
Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari
bermacam-macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha)
biasanya dibuat dengan menggunakan komponen-komponen dengan bentuk
dan jenis material pada produksi sesungguhnya, namun tidak memerlukan
proses pabrikasi dengan proses sama dengan yang dilakukan pada produksi
sesungguhnya. Prototipe alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan
bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi
kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya
dibuat dengan komponen-komponen yang dibutuhkan pada produksi namun
tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada
perakitan sesungguhnya. Prototipe tipe beta dievaluasi secara internal dan
juga diuji oleh konsumen dengan menggunakannya secara langsung. Sasaran
dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai
kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-
perubahan secara teknik untuk produk akhir.
39
6. Produksi awal
Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem
produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk
melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul
pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang dihasilkan selama
produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan
secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan
yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya
biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini,
produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.
2.4 Pengembangan Konsep : Proses Awal Hingga Akhir
Proses pengembangan konsep mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
2.4.1 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian penting dari fase
pengembangan konsep yang merupakan salah satu fase pada proses
pengembangan produk. Daftar kebutuhan pelanggan yang dihasilkan
digunakan untuk menuntun anggota tim dalam menetapkan spesifikasi
produk, membuat konsep produk dan menyeleksi konsep produk untuk
pengembangan selanjutnya.
40
Proses identifikasi kebutuhan pelanggan mencakup lima langkah :
1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan.
2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan.
3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki yang terdiri dari kebutuhan
primer dan sekunder.
4. Menetapkan bobot kepentingan relatif setiap kebutuhan.
5. Merefleksikan hasil dan proses.
6. Menentukan Spesifikasi Produk.
2.4.2 Menentukan Spesifikasi Produk
Kebutuhan pelanggan pada umumnya diekspresikan dalam “bahasa
pelanggan”. Untuk menyediakan tuntunan yang spesifik mengenai bagaimana
mendesain dan membuat sebuah produk, tim pengembangan menetapkan
serangkaian spesifikasi. Spesifikasi ini akan menjelaskan detail-detail
mengenai hal-hal yang harus dilakukan di produk agar diperoleh kesuksesan
komersial. Spesifikasi ini juga harus dapat mencerminkan kebutuhan
pelanggan, membedakan produk dari produk-produk pesaing, dan secara
teknik maupun ekonomis dapat direalisasikan.
Proses menentukan spesifikasi target terdiri dari empat langkah :
41
a. Menyiapkan daftar metrik, dengan menggunakan matriks kebutuhan metrik.
b. Mengumpulkan informasi mengenai produk pesaing.
c. Menetapkan nilai target ideal dan nilai target marginal yang dapat
diterima untuk setiap metrik.
d. Merefleksikan hasil dan proses.
2.4.3 Konsep Produk
Konsep produk adalah perkiraan gambaran dari teknologi, prinsip
kerja dan bentuk dari produk. Tingkat di mana sebuah produk dapat
memuaskan pelanggan dan dapat sukses dipasarkan tergantung kepada
besarnya nilai kualitas yang mendasari konsep.
Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan
pelanggan dan target spesifikasi produk serta menghasilkan serangkaian
konsep produk di mana tim akan membuat seleksi akhir.
Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan
pertimbangan kebutuhan pelanggan dan kriteria lainnya, membandingkan
kekuatan dan kelemahan konsep dan memilih satu atau lebih konsep untuk
penyelidikan atau pengembangan lanjut.
42
Pengujian konsep mengumpulkan respon langsung terhadap deskripsi
konsep produk dari pelanggan potensial di dalam target pasar. Pengujian
konsep berbeda dengan seleksi konsep dalam hal pengumpulan data secara
langsung dari pelanggan dan lebih sedikit mengandalkan penilaian yang
dibuat oleh tim pengembang.
2.4.4 Desain Industri
Desain industri menurut Perhimpunan Desainer Industri Amerika
(IDSA) adalah jasa profesional dalam menciptakan dan mengembangkan
konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai, dan
penampilan produk serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual
antara pemakai dan produsen.
top related