7816130663 - jayanto - jawaban uas contoh karakteristik pengukuran ranah kognitif, afektif, dan...
Post on 24-Nov-2015
139 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
J A WA B A N U A S
P ENG U KU R A N D A L A M P END I D I KA N
Dosen Pengampu :
Herwindo, Ph. D
Mata Kuliah :
Pengukuran dalam Pendidikan
Oleh :
J aya n to
No. Reg. 7816130663
P R O G R A M P A SC A SA R J A NA
P ENEL I T I A N D A N EV A L U A SI P E ND I D I KA N
U NI V ER S I T A S N EG ER I J A KA R T A
2 0 1 3
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 1 of 22
1. Jelaskan dengan memberikan contoh karakteristik pengukuran ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik !
Jawab :
a. Pengukuran ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan
menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai
dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek
yang dimaksud adalah :
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berfikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat
menghafal surat al-Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar,
sebagai salah satu materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan
Agama Islam di sekolah.
Pemahaman (comprehension)
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci
tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini
misalnya: Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-Ashar secara lancar dan jelas.
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 2 of 22
Penerapan (application)
adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya: Peserta didik
mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Analisis (analysis)
adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara
bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis
adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang
wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa di rumah, di sekolah, dan dalam kehidupan
sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
Sintesis (syntesis)
adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis
merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru.
Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis.
Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat
menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan
pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai
dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang evaluasi adalah: peserta didik
mampu menimbang-nimbang tentang manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang
berlaku disiplin dan dapat menunjukkan mudharat atau akibat-akibat negatif yang akan
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 3 of 22
menimpa seseorang yang bersifat malas atau tidak disiplin, sehingga pada akhirnya sampai
pada kesimpulan penilaian, bahwa kwdisiplinan merupakan perintah Allah SWT yang waji
dilaksanakan dalam sehari-hari.
b. Pengukuran Ranah Afektif
Hingga dewasa ini, ranah afektif merupakan kawasan pendidikan yang masih sulit untuk
digarap secara operasional. David Krathwohl beserta para koleganya yang adalah para pakar
dengan reputasi akademik memadai pun mengeluh betapa sulit mengembangkan kawasan
afektif terutama jika dibandingkan dengan kawasan kognitif. Kawasan afektif seringkali
tumpang tindih dengan kawasan kognitif dan psikomotorik. Teoretik kita bisa membedakannya,
praktiknya tidak demikian.
Afek merupakan karakteristik atau unsur afektif yang diukur, ia bisa berupa minat, sikap,
motivasi, konsep diri, nilai, apresiasi, dan sebagainya. Kita hanya dapat memotretnya melalui
perilaku wujud, apakah perkataan atau perbuatan. Kemunculan perilaku ini bisa menunjukkan 3
kecenderungan atau arah (Anderson, 1981): positif, netral, atau negatif. Selain memiliki arah,
afek juga memiliki intensitas, artinya perilaku yang dinyatakan dalam tujuan atau kompetensi
afektif haruslah yang mempunyai kemungkinan tinggi (high probability behavior). Pengukuran
afek harus pula menyediakan pernyataan kondisi dalam kompetensi atau tujuannya, yang
menunjukkan terjadinya perilaku yaitu berupa sejumlah preferensi atau pilihan yang disediakan
bagi siswa. Siswa bebas memilih. Juga mengandung pernyataan kriteria, apakah kriteria yang
terkait dengan jumlah subjek atau jumlah kegiatan/perilaku.
Struktur ranah afektif sebagaimana dikembangkan Krathwohl et al (1964) cukup rumit.
Artinya struktur afektif ini unsur-unsurnya cukup kompleks. Tidak semua karakteristik afektif
harus dievaluasi di sekolah. Beberapa karakteristik afektif yang perlu diperhatikan (diukur dan
dinilai) terkait dengan mata pelajaran PAI di sekolah adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai
(Dikdasmen, 2003). Sikap berhubungan dengan intensitas perasaan positif atau negatif
terhadap suatu objek psikologik (misal kegiatan pembelajaran, atau mata pelajaran). Minat
berhubungan dengan keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu objek psikologik, atau
pilihan terhadap suatu kegiatan. Konsep diri berhubungan dengan pernyataan sendiri tentang
keadaan diri sendiri, tentang kemampuan diri terkait objek psikologiknya. Nilai berhubungan
dengan keyakinan seseorang tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Teknik pengukuran
afektif dapat dilakukan dengan berbagai ragam misal :
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 4 of 22
1. Skala bertingkat (rating scale; suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil
pertimbangan).
2. Angket (questionaire; sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh siswa).
3. Swalapor (berupa sejumlah pernyataan yang menggambarkan respon diri terhadap
sesuatu).
4. Wawancara (interview; tanya jawab atau dialog untuk menggali informasi terkait dengan
afek tertentu).
5. Inventori bisa disebut juga sebagai interviu tertulis. Dilihat dari banyaknya jajaran kalimat
yang isinya hanya perlu di dijawab dengan tanda check, inventori dapat disebut checklist
(menandai), daftar atau inventarisasi pribadi, dan lain-lain alat atau teknik nontes.
Secara rinci, dalam buku Kurikulum 2004 SMA Pedoman Khusus Pengembangan Silabus
dan Penilaian Mata Pelajaran PAI (2003) dijelaskan, terdapat 8 langkah dalam membuat
instrumen sikap dan minat:
1. Memilih ranah (karakteristik) afektif yang akan dinilai, misal minat siswa terhadap mata
pelajaran PAI.
2. Menentukan indikator, misal indikator minat siswa terhadap mapel PAI meliputi kehadiran
di kelas, banyak bertanya, mengumpulkan tugas tepat waktu.
3. Memilih tipe skala yang digunakan (metode dan tingkat skala pengukuran).
4. Menelaah instrumen dengan teman sejawat (validasi, judgment).
5. Memperbaiki instrumen.
6. Menyiapkan inventori laporan diri.
7. Menentukan skor inventori.
8. Membuat hasil analisis inventori.
c. Pengukuran Ranah Psikomotorik
Istilah psychomotor, psikomotor terkait dengan kata motor, sensory-motor, atau
perceptual-motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan kerja otot yang menjadi
penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana seperti
gerakan-gerakan dalam shalat sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks seperti
gerakan-gerakan dalam praktik manasik ibadah haji. Ada beda makna antara skills
(keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih terkait dengan psikomotor,
sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif.
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 5 of 22
Pengukuran karakteristik (gerak) dalam ranah psikomotor dilakukan terhadap proses
maupun hasil belajar yang berupa tampilan perilaku atau kinerja. Dalam hal ini kita bisa
menggunakan kriteria atau prinsip-prinsip : kecermatan, inderawi, kreatif, efektif. Menurut
Antony J. Nitko (1994) untuk mengukur gerak motorik ada dua pendekatan:
1. Pengamatan dan pengukuran pada saat proses berlangsung;
2. Pengamatan dan pengukuran pada hasil dari gerakan motorik. Pendekatan pengukuran
proses memerlukan kecermatan dan konsentrasi serta waktu yang relatif lama. Sementara
pengukuran dengan pendekatan hasil relatif lebih mudah mengamatinya. Pengukuran
karakteristik psikomotor yang baik adalah menggunakan dua pendekatan tersebut.
Pengukuran karakteristik psikomotor dapat menggunakan beraneka model instrumen,
misal:
Checklist (menandai).
Identification Test (tes identifikasi)
Ranking (urutan).
Numerical Scales (skala angka).
2. Jelaskan langkah - langkah atau prosedur validasi suatu alat ukur pendidikan !
Jawab :
A. Menghitung Validitas Butir (r butir)
Setiap soal di analisis validitas butirnya dengan jalan sebagai berikut:
Tabel skor di urutkan dari total skor terbesar ke terendah
Setiap butir soal dihitung r nya dangan rumus:
Harga r dikonfirmasikan dengan tabel kritik product moment pada taraf singnifikansi 4%
dan dk n-1.
Keterangan :
0,8 r 1 sangat tinggi
0,6 r 0,79 tinggi
0,4 r 0,59 cukup
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 6 of 22
0,2 r 0,39 rendah
0,0 r 0,19 rendah sekali (Suharsimi, 2003).
Apabila hasil perhitungan validitas butir untuk soal tertentu diperoleh r butir (r hitung)
lebih besar bila dibandingkan dengan r tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk n-1 berarti
soal tersebut valid.
Perhitungan serupa dilakukan untuk semua soal yang ada.
Dari sejumlah soal yang ada maka kemungkinan terdapat beberapa soal yang tidak valid.
B. Menghitung Indeks Kesukaran /Tingkat Kesulitan
1. Hasil tes setelah diperiksa diberi skor untuk jawaban benar 1 dan untuk jawaban salah 0.
2. Skor yang diperoleh di urut dari skor yang paling tinggi ke skor yang paling rendah serta di
bagi 2 menjadi kelompok atas dan kelompok bawah.
3. Untuk menentukan jumlah kelompok atas dan kelompok bawah dipakai rumus 27% x N.
4. Bila ada butir soal yang hampir tidak ada peserta tes yang menjawab benar maka butir soal
tersebut dikatakan butir yang sukar, dan sebaliknya bila hampir semua peserta tes
menjawab benar maka butir tersebut dikatakan mudah.
5. Batas sulit dan mudah dibuat klasifikasi sbb:
Butir dengan indeks kesukaran:
0,00 - 0,30 tergolong sukar
0,31 - 0,70 sedang
0,71 - 1,00 mudah
6. Rumus untuk menghitung indeks kesukaran (tingkat kesulitan):
A+B
N
Dimana:
A = jumlah kelompok atas yang menjawab benar
B = jumlah kelompok bawah yang menjawab benar
N = jumlah peserta tes
C. Menghitung Daya Beda
Suatu butir soal harus dapat membedakan kelompok yang pandai dengan kelompok yang
lemah dalam hal ini kelompok atas dan kelompok bawah.
Klasifikasi daya beda adalah sebagai berikut:
(1) D 0,19 jelek
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 7 of 22
(2) 0,20 - 0,29 cukup
(3) 0,30 - 0,39 baik
(4) D 0,40 baik sekali
D. Menghitung Reliabilitas
Nunnally (1981) menyatakan bahwa reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh
orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau
dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya.
Sementara itu Allen & Yen (1979) menyatakan bahwa tes dikatakan reliabel jika skor amatan
mempunyai korelasi yang tinggi dengan skor sebenarnya.
Tabel . Interpretasi Reliabilitas Instrumen
Besarnya Nilai r Interpretasi
0,80 -1,00 Tinggi
0,60 -0,80 Cukup
0,40 -0,60 Agak rendah
0,20 -0,40 Rendah
0,00 0,20 Sangat rendah
E. Distribusi Jawaban
1. Apabila dilihat strukturnya tes bentuk pilihan ganda berisi permasalahan yang akan
ditanyakan dan sejumlah kemungkinan jawaban atau option.
2. Kemungkinan jawaban itu dibagi dua yaitu kunci jawaban dan pengecoh atau distractor
(Surapranata, 2004).
3. Menurut Azwar (1987) efektivitas distraktor dapat dilihat dari dua kriteria, yaitu (1)
distraktor dipilih oleh peserta tes dari kelompok rendah, dan (2) pemilih distraktor tersebar
relatif proporsional pada masing-masing distraktor yang ada.
4. Lebih lanjut Surapranata (2004) suatu pengecoh dapat dikatakan berfungsi baik jika paling
sedikit dipilih oleh 5% peserta tes.
5. Apabila pengecoh dipilih secara merata, maka termasuk pengecoh yang sangat baik.
6. Apabila pengecoh lebih banyak dipilih oleh peserta tes dari kelompok atas dibandingkan
dengan kelompok bawah, maka termasuk pengecoh yang menyesatkan.
7. Masrun (1975) mengemukakan distribusi jawaban dapat diketahui:
o banyaknya peserta tes yang menjawab betul,
o pengecoh yang bagi peserta tes terlalu mencolok kesalahannya sehingga tidak ada
yang memilih sebagai jawaban betul,
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 8 of 22
o pengecoh yang menyesatkan, dan
o pengecoh yang mempunyai daya tarik bagi peserta tes yang kurang pandai.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukkan ketetapan alat evaluasi mengukur sesuatu
yang diukur. Macam-macam cara untuk menentukan reliabilitas suatu test, seperti test-
retest, bentuk-bentuk ekuivalen (equivalent forms), metode-metode membagi dua (splithalf
methods).
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka selanjutnya reliabilitas alat ukur tsb diuji.
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam
mengukur gejala yang sama.
Untuk mengukur reliabilitas suatu test buatan peneliti perlu menggunakan cara yang lebih
singkat sebagai berikut. Andaikan kita mengadakan test 80 anak dalam materi pelajaran
matematika.
Jika rata-rata hitungnya adalah 50, dan standar deviasinya adalah 7. Kemudian hitunglah
reliabilitas itu dengan rumus.
Dimana :
r = reliabilitas test
n = banyak soal dalam test itu
= standar deviasi dari nilai-nilai (angka-angka) dari test
M = rata-rata hitung dari nilai-nilai (angka-angka) dari test
Maka, r = 0,62
Jadi test itu reliabilitasnya adalah 0,62 yang berarti tidak begitu tinggi.
Kita perlu juga meneliti dan mengganti (bila diperlukan) suatu alat evaluasi yang terlalu
sukar atau terlalu mudah. Biasanya guru yang berpengalaman secara intuitif dapat melihat
mana soal yang terlalu sukar dan mana soal yang terlalu mudah bagi tingkat tertentu. Soal-
soal yang terlalu sukar, rata-rata hitung nilai-nilainya rendah, sebarannya (rangenya)
berkisar di sekitar nilai yang rendah.
Sedangkan soal-soal yang terlalu mudah rata-rata hitung nilainya tinggi dan sebarannya
berkisar di sekitar nilai-nilai yang tinggi (besar). Tetapi agar kita lebih yakin dapat melihat
mana soal yang terlalu sukar atau terlalu mudah dapat digunakan rumus indeks kesukaran:
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 9 of 22
Dimana :
I.K. = indeks kesukaran
Nb = banyaknya anak pada kelompok baik yang menjawab benar
Nj = banyaknya anak pada kelompok jelek yang menjawab benar
N = banyaknya anak dari kelompok baik atau jelek (25%)
Misalkan kita lihat soal nomor 10, dimana dari kelompok pandai yang menjawab soal itu
benar sebanyak 16 dan dari kelompok jelek sebanyak 4 orang , sehingga:
Validitas
Instrumen, baik tes maupun non tes harus:
memiliki bukti kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas);
hasilnya dapat dibandingkan, dan
ekonomis.
Tes yang baik, harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah digunakan.
Validitas merupakan dukungan bukti dan teori terhadap penafsiran skor tes sesuai dengan
tujuan penggunaan tes.
Validitas merupakan fundamen paling dasar dalam mengembangkan dan mengevaluasi
suatu tes.
Validitas adalah penafsiran skor tes seperti yang tercantum pada tujuan penggunaan tes,
bukan tes itu sendiri.
Apabila skor tes digunakan ditafsirkan lebih dari satu makna, setiap penafsiran/pemaknaan
harus divalidasi.
Kesahihan isi dilihat dari kisi-kisi, yaitu matrik yang menunjukkan bahan tes serta tingkat
berpikir yang terlibat.
Kesahihan ditelaah sebelum tes digunakan
Kesahihan konstrak dari hasil analisis faktor
Kesahihan konstrak hasil penggunaan tes, yaitu data empirik
Kesahihan prediktif data empirik untuk dapat menghitung.
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 10 of 22
Contoh:
1. Mengetahui berat cincin emas mengg. timbangan emas agar hasilnya valid.
2. Menghitung waktu tempuh (kota ke kota) cukup mengg. jam tangan, tetapi untuk
mengukur waktu seorang atlit pelari 100 meter?
3. Jika ingin mengukur kemampuan bahasa seseorang, maka harus ada definisi tentang
bahasa Tes TOEFL
4. Valid untuk mengukur apa, valid bagi siapa
5. Di dalam bidang ilmu sosial dan psikologi kata validitas atau kesahihan digunakan
sekurang-kurangnya dalam tiga konteks, yaitu:
(A) validitas penelitian (research validity),
(B) validitas soal (item validity), dan
(C) validitas alat ukur atau tes (test validity).
Validitas penelitian mengandung dua sisi, yaitu:
validitas internal, dan
validitas eksternal.
Validitas internal penelitian mempersoalkan kesesuaian antara data hasil penelitian dengan
keadaan yang sebenarnya
Mengembangkan instrumen pengambil data yang memenuhi persyaratan ilmiah.
Validitas Internal digunakan untuk menjawab pertanyaan apakah penelitian sudah
menggunakan konsep yang seharusnya (actually).
1. Content Validity
2. Criterion-related validity
3. Construct validity
Validitas internal biasanya membantu mengatasi kelemahan validitas eksternal.
Bila data yang dicapai dapat digeneralisasi kesemua objek, situasi dan waktu yang berbeda.
1. Pemilihan sampel yang tidak bias
2. Jumlah sampel besar
3. Melibatkan banyak situasi
4. Periode waktu yang relatif panjang
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 11 of 22
Validitas soal (item validity)
Validitas soal adalah derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal
lain.
Ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada
perangkat soal (item-total correlation) dihitung dg. korelasi biserial. Isi validitas soal
adalah daya pembeda soal (item discreminating power).
Informasi yang dimiliki hanyalah kumpulan atau perangkat soal itu bersama-sama
mengukur sesuatu.
Validitas alat ukur/tes
Validitas alat ukur adalah "sejauhmana tes itu mengukur apa yang dimaksudkan untuk
diukur.
Validitas tes pada dasarnya menunjuk kepada derajat fungsi mengukurnya suatu tes, atau
derajat kecermatan ukurnya sesuatu tes.
Validitas isi
Tipe Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes
dengan analisis rasional (profesional judgment), "sejauhmana item-item dalam tes
mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur" atau "sejauhmana isi tes
mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur".
Pengertian "mencakup keseluruhan kawasan" isi tidak saja menunjukkan bahwa tes
tersebut harus memuat isi yang komprehensif dan relevan pada batasan tujuan ukur.
Estimasi validitas ini tidak melibatkan perhitungan statistik apapun melainkan hanya
analisis rasional maka tidaklah diharapkan setiap orang akan sama sependapat mengenai
sejauhmana validitas isi suatu tes telah tercapai.
Validitas isi terbagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical
validity (validitas logik).
o Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya karena
hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance) tes.
Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu
mengungkap apa yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka
telah terpenuhi.
o Validitas logik disebut sebagai validitas sampling (sampling validity).
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 12 of 22
Validitas ini menunjuk pada sejauhmana isi tes merupakan representasi dari ciri-ciri atribut
yang hendak diukur.
Untuk memperoleh validitas logik yang tinggi suatu tes harus dirancang, hanya berisi item
yang relevan.
Suatu objek ukur yang hendak diungkap haruslah dibatasi kawasan perilaku secara
seksama dan konkret tidak relevan terikut dan tertinggalnya bagian penting dari objek
ukur.
Validitas Konstruk
Merupakan tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau
konstruk teoretik yang hendak diukur.
Pengujian validitas konstrak merupakan proses yang terus berlanjut sejalan dengan
perkembangan konsep mengenai trait yang diukur.
Walaupun pengujian validitas konstrak biasanya memerlukan teknik analisis statistika yang
lebih kompleks, namun hasil estimasi validitas konstruk tidak dinyatakan dalam bentuk
koefisien validitas.
Validitas Berdasarkan Kriteria
Prosedur pendekatan validitas berdasar kriteria menghendaki tersedianya kriteria
eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes.
Suatu kriteria adalah variabel perilaku yang akan diprediksikan oleh skor tes atau berupa
suatu ukuran lain yang relevan.
Untuk melihat tingginya validitas berdasar kriteria dilakukan komputasi korelasi antara
skor tes dengan skor kriteria.
Koefisien ini merupakan koefisien validitas bagi tes yang bersangkutan, yaitu rxy, dimana
X melambangkan skor tes dan Y melambangkan skor kriteria.
Prosedur validasi berdasar kriteria menghasilkan dua macam validitas, yaitu:
o validitas prediktif (predictive validity) dan
o validitas konkuren (concurrent validity).
Validitas prediktif sangat penting artinya bila tes dimaksudkan untuk berfungsi sebagai
prediktor bagi performansi di waktu yang akan datang. Contoh situasi yang menghendaki
adanya prediksi performansi ini antara lain dalam seleksi mahasiswa baru.
Tes yang digunakan untuk seleksi masuk perguruan tinggi, untuk menguji validitas
prediktif tes seleksi tersebut diperlukan kriteria performansi yang akan datang, yang
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 13 of 22
dalam hal ini adalah indeks prestasi (IP) setelah calon mahasiswa diterima menjadi
mahasiswa dan menempuh pelajaran beberapa semester atau beberapa tahun kemudian.
Tes seleksi masuk perguruan tinggi tersebut memiliki validitas yang tinggi apabila tes
tersebut bila dikorelasikan dengan IP memiliki koefisien korelasi yang tinggi.
Koefisien korelasi antara skor tes dan skor kriteria merupakan indikator mengenai saling
hubungan antara skor tes dengan skor kriteria sebagai koefisien validitas prediktif.
Prosedur validasi prediktif pada umumnya memerlukan waktu yang lama dan mungkin
pula biaya yang tidak sedikit karena prosedur ini pada dasarnya bukan pekerjaan yang
dianggap selesai karena lebih merupakan kontinyuitas dalam proses pengembangan tes.
Validitas konkuren adalah apabila skor tes dan skor kriterianya dapat diperoleh dalam
waktu yang sama, maka korelasi antara kedua skor.
Misalnya dalam penyusunan suatu skala inteligensi. Maka dapat menguji validitas skala
inteligensi yang sedang disusun dengan cara menghitung korelasi antara skor skala
tersebut dengan skor pada tes inteligensi lain yang telah valid, misalnya Skala Wechsler.
Di samping itu, estimasi validitas skala inteligensi tersebut dapat pula diperoleh lewat
perhitungan koefisien korelasinya dengan skor pada variabel lain yang relevan, yaitu yang
dapat dianggap sebagai indikator tingkat inteligensi.
Langkah dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas internal adalah sebagai berikut:
(1) Cobalah item di lapangan kepada paling sedikit 30 orang responden (batas sampel
besar dalam statistik)
(2) Tabulasi data yang telah masuk
(3) Ujilah validitas dan reliabilitasnya
o Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total.
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 14 of 22
o Korelasi Rank Spearman jika data yang diperoleh adalah data ordinal,
o sedangkan jika data yang diperoleh data interval kita bisa menggunakan korelasi
Product Moment.
o Sedangkan uji reliabilitas yang paling sering digunakan adalah uji, Cronbach Alpha,
Hoyt dan Spearman Brown
3. Apakah persamaan dan perbedaan antara asesmen, pengukuran, penilaian, dan evaluasi ?
Berikan contohnya !
Jawab :
Konsep Asesmen
Ada beberapa pengertian tentang Asesmen menurut para ahli :
Istilah asesmen (assessment) diartikan oleh stiggins (1994) sebagai penilaian proses,
kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano
(2001) sebagai The process of collengting data which shows the development of learning.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk
penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakn hal penting
yang dinilai dalam asesmen, factor hasil belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Gabel (1993:388-390) mengkategorikan asesmen kedalam dua kelompok besar,
asesmen tradisional dan asesmen alternative. Asesmen yang tergolong tradisional adalah
tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu
yang tergolong kedalam asesmen alternative (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian
praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman
sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), pertofolio, observasi, diskusi dan interviu
(wawancara).
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham (1995)
menyatakn bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari pembelajaran, bukan
merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan bahwa pada hakikatnya
asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Berkaitan dengan hal
tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap konsep yang telah
dicapai , akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 15 of 22
diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa,
akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Menurut Robert M Smith (2002) Asesmen merupakan Suatu penilaian yang
komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan
yang mana hsil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang dibutuhkan
anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.
Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis Asesmen merupakan Proses
sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat
kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk
menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan. Berdasarkan informasi tersebut guru
akan dapat menyusun program pembelajaran yang bersifat realitas sesuai dengan
kenyataan objektif.
Menurut Lidz (2003) Proses pengumpulan informasi untuk mendapatkan profil
psikologis anak yang meliputi gejala dan intensitasnya, kendala-kendala yang dialami
kelebihan dan kelemahannya, serta peran penting yang dibutuhkan anak. Hasil Kajian dari
Pengertian diatas adalah sebagai berikut :
Tujuan asesmen adalah untuk melihat kondisi anak saat itu. Dalam rangka
menyusun suatu program pembelajaran yang tepat sehingga dapat melakukan layanan
pembelajaran secara tepat.
Berdasarkan hasil kajian dari teori-teori diatas dapat menyimpulkan bahwa :
Asesmen dilakukan untuk mengetahui keadaan anak pada saat tertentu (Waktu dilakukan
asesmen) baik potensi-potensinya maupun kelemahan-kelemahan yang dimiliki anak
sebagai bahan untuk menyusun suatu program pembelajaran sehingga dapat melakukan
layanan / intervensi secara tepat.
Ruang Lingkup
Motorik
Kognitif
Emosi
Perilaku adaptif
Bahasa
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 16 of 22
Konsep pengukuran
Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan pengukuran sebagai pemberian
angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau
obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pendapat ini sejalan dengan
pendapat Suharsimi Arikunto, bahwa mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan
satuan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif. Hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif
juga dikemukakan oleh Norman E. Gronlund (1971) yang menyatakan Measurement is
limited to quantitative descriptions of pupil behavior
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas
fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha
memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah
mencapai karakteristik tertentu.
Konsep penilaian
Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Pengertian penilaian ditekankan pada penentuan nilai suatu obyek dikemukakan
oleh Nana Sudjana. Ia menyatakan bahwa penilaian adalah proses menentukan nilai suatu
obyek dengan menggunakan ukuran atau kriteria tertentu, seperti Baik , Sedang, Jelek.
Seperti juga halnya yang dikemukakan oleh Richard H. Lindeman (1967) The assignment of
one or a set of numbers to each of a set of person or objects according to certain established
rules
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian
untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 17 of 22
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil
penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau
penentuan nilai kuantitatif tersebut.
Penilaian pada hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana
pengajar (guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau
sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang dikelola dapat dicapai.
Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.
Konsep Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah
direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, dan dapat pula untuk melihat
tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value
judgement). Stufflebeam (Abin Syamsuddin Makmun, 1996) memengemukakan bahwa :
educational evaluation is the process of delineating, obtaining,and providing useful,
information for judging decision alternatif . Dari pandangan Stufflebeam, kita dapat melihat
bahwa esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan
keputusan. Di bidang pendidikan, kita dapat melakukan evaluasi terhadap kurikulum baru,
suatu kebijakan pendidikan, sumber belajar tertentu, atau etos kerja guru.
Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation
yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai The process of delineating,
obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives. Artinya
evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif,
sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Viviane dan Gilbert de Lansheere (1984)
menyatakan bahwa evaluasi adalah proses penentuan apakah materi dan metode
pembelajaran telah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuannya bisa dilakukan
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 18 of 22
salah satunya dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Terlihat disana bahwa acuan
tes adalah tujuan pembelajaran.
Perbedaan :
Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes
maupun nontes. Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang
ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur
dan mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan
tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.
Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan antara evaluasi
dengan asesmen. Evaluasi (evaluation) merupakan penilaian program pendidikan secara
menyeluruh. Evaluasi pendidikan lebih bersifat makro, meluas, dan menyeluruh. Evaluasi
program menelaah komponen-komponen yang saling berkaitan tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan. Sementara itu asesmen merupakan penilaian dalam scope
yang lebih sempit (lebih mikro) bila dibandingkan dengan evaluasi. Seperti dikemukakan
oleh Kumano (2001) asesmen hanya menyangkut kompetensi siswa dan perbaikan program
pembelajaran.
Harlen (1982) mengungkapkan perbedaan antara asesmen dan evaluasi dalam hal
metode. Evaluasi dinyatakan menggunakan kriteria dan metode yang bervariasi. Asesmen
dalam hal ini hanya merupakan salah satu dari metode yang dipilih untuk evaluasi tersebut.
Selain dari itu, subyek untuk asesmen hanya siswa, sementara itu subyek evaluasi lebih luas
dan beragam seperti siswa, guru, materi organisasi, dll.
Agar lebih jelas perbedaannya maka perlu dispesifikasi lagi untuk pengertian
masing-masing:
Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan nilai,
kriteria-judgment atau tindakan dalam pembelajaran.
Penilaian dalam pembelajaran adalah suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh tentang proses dan hasil
dari pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui
program kegiatan belajar.
Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 19 of 22
kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Dalam dunia
pendidikan, yang dimaksud pengukuran sebagaimana disampaikan Cangelosi (1995: 21)
adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris.
Hasil Pembelajaran merupakan apa yang boleh ditunjukkan oleh pelajar tentang
pengetahuan dan kebolehan membuat sesuatu selepas sesuatu perkara diajar.
Asesmen merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang terus menerus
berlangsung untuk mengukur performansi murid dan proses pembelajaran.
Kesimpulan :
Pengukuran, penilaian, evaluasi, dan asesmen merupakan istilah-istilah yang sangat
akrab dengan hal evaluasi, khususnya evaluasi hasil belajar. Pengukuran adalah penentuan
besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar atau satuan pengukuran,
sedangkan penilaian adalah proses menentukan nilai suatu obyek dengan menggunakan
ukuran atau kriteria tertentu. Evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh,
dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan
pada dasarnya evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Dan Assessment biasanya
dihubungkan dengan kemampuan seseorang, seperti kecerdasannya, keterampilannya,
kecepatanya, ketepatannya, misalnya buku rapor.
Oleh karena itu untuk melakukan suatu evaluasi maka kita harus mengetahui apa
saja tujuan dari evaluasi, baik tujuan secara umum ataupun khusus. Kita juga harus
mengetahui fungsi, manfaat serta prinsip evaluasi, serta persamaan dan perbedaannya agar
evaluasi hasil belajar yang akan kita laksanakan bisa berjalan dengan baik dan benar.
Semuanya itu sebagai satu kesatuan yang akan menentukan kualitas pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik masing-masing berupaya mensukseskan
tugas utama mereka masing-masing.
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 20 of 22
4. Apakah tujuan utama penilaian kelas dan penilaian untuk menentukan kelulusan ? Jelaskan
dengan contohnya !
Jawab :
Dalam PP No. 19 Tahun 2005, pasal 64, yang menyatakan bahwa penilaian hasil belajar
peserta didik oleh pendidik diarahkan untuk memantau proses, kamajuan dan perbaikan hasil
pembelajaran, maka dalam berbagai literature dikemukakan bahwa penilaian yang dilakukan
pendidik dalam kegiatan pembelajaran disebut dengan asesmen kelas atau classroom
assessment yang tujuan utamanya bersifat formatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran;
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan utama penilaian kelas adalah untuk meningkatkan mutu
pembelajaran.
Contoh : dalam satu kelas ada siswa yang medapatkan nilai tertinggi Fisika yaitu 80.
Nilai 80 tersebut mungkin saja di kelas lain merupakan nilai sedang, bukan nilai tertinggi. hal ini
dikarenakan kondisi siswa dalam kelas tersebut berbeda beda kemampuannya.
Dalam Ayat 1 Pasal 66 PP No. 19 Tahun 2005, dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar
oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada
mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional.
Dengan demikian, jelas bahwa tujuan utama penilaian untuk menentukan kelulusan
adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang dilakukan
dalam bentuk Ujian Nasional.
Contoh : Nilai 80 Bahasa Inggris yang didapat oleh siswa di Propinsi Jawa Barat
memiliki bobot yang sama dengan nilai Bahasa Inggris 80 di propinsi Jawa Tengah.
-
Jawaban UAS Pengukuran dalam Pendidikan
Jayanto 7816130663 Page 21 of 22
5. Apa peran pengukuran dalam suatu penelitian pendidikan ? Jelaskan secara teoritis maupun
praktek !
Jawab :
Di dalam pengertian suatu pengukuran mengandung dua peran, yaitu peran teoritis dan juga
peran praktis.
Peran teoritis
Pengukuran ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu atau yang disebut
dengan pengukuran verifikatif. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang
terlibat tidak dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi.
Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara empiris serta
hasilnya dapat menolak ataupun mengukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan.
Peran praktis
Di lain sisi, pengukuran juga berguna untuk memecahkan permasalahan praktis. Semua
lembaga yang bisa kita jumpai di masyarakat, seperti lembaga pemerintahan ataupun
lembaga swasta, sadar akan manfaat tersebut dengan menempatkan suatu pengukuran dan
juga pengembangan sebagai bagian dari integral organisasi merek.
top related