makalah ranah perilaku

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 2.1 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan perilaku? 2. Bagaimana perubahan (adopsi) perilaku terjadi dan apa saja indikatornya? 3. Bagaimana kesesuaian sikap dan perilaku? 4. Bagaimana perilku masyrakat dengan pelayanan kesehatan? 3.1 TUJUAN 1. Mengetahui pengertian perilaku. 2. Mengetahui perubahan (adopsi) perilaku dan indikatornya. 3. Mengetahui kesesuaian antara sikap dan perilaku. 4. Mengetahui perilaku masyarakat dengan pelayanan kesehatan. Ranah Perilaku | 1

Upload: uyunk93

Post on 05-Dec-2014

5.419 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Ranah Perilaku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

2.1 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku?

2. Bagaimana perubahan (adopsi) perilaku terjadi dan apa saja

indikatornya?

3. Bagaimana kesesuaian sikap dan perilaku?

4. Bagaimana perilku masyrakat dengan pelayanan kesehatan?

3.1 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian perilaku.

2. Mengetahui perubahan (adopsi) perilaku dan indikatornya.

3. Mengetahui kesesuaian antara sikap dan perilaku.

4. Mengetahui perilaku masyarakat dengan pelayanan kesehatan.

Ranah Perilaku | 1

Page 2: Makalah Ranah Perilaku

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERILAKU

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau

rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon

sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa

orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang

membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan

perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan memjadi dua yakni:

1. Determinan atau faktor internal yakni karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat

kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik

lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor

lingkungan ini merupakan fakktor yang dominan yang mewarnai perilaku

seseorang.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah

merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan

hasil bersama atau resultant baik factor eksternal ataupun internal. Dengan

perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli

psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam 3 (tiga)

domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive) , b) afektif

(affective), c) psikomotor (psychcomotor). Dalam perkembangannya, teori

Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan,

yakni:

Ranah Perilaku | 2

Page 3: Makalah Ranah Perilaku

a) Pengetahuan ( Knowledge )

Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan

melibatkan indra pengelihatan, pendengaran, penciuman dan pengecap.

Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam

setiap mengambil keputusan dan dala berperilaku. (S. Setiawati,

2008:55)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior).

a) Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,

didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,

2. Interest , yakni orang mulai tertarik kepada stimulus,

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih

baik lagi,

4. Trial, orang mulai mencoba perilaku baru,

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-

tahap di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui

proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap

positif yang positif, maka perilaku tersebut agar bersifat langgeng

Ranah Perilaku | 3

Page 4: Makalah Ranah Perilaku

(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Misalnya ketaatan memakan obat oleh penderita TB paru akan

terlaksana sampai tuntas jika penderita tersebut mengetahui manfaat

dari pengobatan TB paru dan penderita sadar bahwa kondisi kesehatan

anggota keluarga yang lainnnya, dengan berobat tuntas penderita

berkeyakinan akan dapat terbebas dari TB paru.

b) Tingkat pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik

dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang digunakan

untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan

tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang

yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan

yang bergizi.

Ranah Perilaku | 4

Page 5: Makalah Ranah Perilaku

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untukmenggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya

dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-

perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prisip

siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) didalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tapi masih

dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan

( membuat bagan ), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi barudari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, sdapat

merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang

telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang

Ranah Perilaku | 5

Page 6: Makalah Ranah Perilaku

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang

telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang

cukup gizi dengan anak yang kurang gizi, Dapat menanggapi

terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab

mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di

ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman

pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kitasesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

b) Sikap ( attitude )

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain

tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut.

“ An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency

with regard to social object “ ( Campbell, 1950 ).

“ A mental and neural state of rediness, organized through expertence,

exerting a directive or dynamic influence up on the individuals response

to all object and situation with wich it is related “ ( Allport, 1954 ).

“ Attitude entails an existing predisposition to response to social object

which in interaction with situational and other dispositional variables,

guides and direct the overt behavior of the individual “ ( Cardno.1995).

Berdasarkan batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa

manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya bias

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara

nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah

seorang ahli psikologis social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

Ranah Perilaku | 6

Page 7: Makalah Ranah Perilaku

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi

terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan

untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.

Diagram dibawah ini dapat lebih menjelaskan uraian tersebut.

Gambar 5.1 Manifestasi Sikap

Sumber: Azwar, 1995

a. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain alport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok.

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu

object.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk

sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh

ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang

peranan penting. Suatu contoh misalnya, seorang ibu telah

mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya,

Ranah Perilaku | 7

Stimulus/

RangsanganProses

StimulusReaksi/Perilaku

(overt)

Sikap (covert)

Page 8: Makalah Ranah Perilaku

pencegahannya dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa

ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena

polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut

bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya

untuk mencegah polio.

b. Berbagai Tingkatan Sikap

Sebagai halnya pengetahuan sikap ini memiliki berbagai

tingkatan.

1. Menerima ( receiving )

Menerima diartikan bahwa orang ( subjek ) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan ( object ). Misalnya

sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon ( responding )

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan

atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan

itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai ( valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya:

seorang ibu yang mengajak ibu yang lain ( tetangganya,

saudaranya, atau sebagainya ) untuk pergi menimbangkan

anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi adalah

suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anak.

4. Bertanggungjawab ( responsible )

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah di pilihnya

dengan segala resiko yang merupakan sikap yang paling tinggi.

Ranah Perilaku | 8

Page 9: Makalah Ranah Perilaku

Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun

mendapat tentangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di

Rumah Sakit Cipto? Secara langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat

responden. Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh

digunakan untuk kegiatan posyandu? Atau saya akan menikah

apabila saya sudah berumur 25 tahun (sangat setuju, tidak

setuju, sangat tidak setuju ).

c) Praktik atau Tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memugkinkan,

antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi

harus mendapat konfirmasi dari suaminya, dan fasilitas imunisasi yang

mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.

Disamping factor fasilitas juga diperlukan factor dukungan (support)

dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan

lain-lain. Praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktik tingkat

pertama Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang

bergizi tinggi bagi anak balitanya.

Ranah Perilaku | 9

Page 10: Makalah Ranah Perilaku

2. Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktik tingkat

dua, Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar,

mulai dari cara mencuci dan memotong-motongnya, lama

memasak, menutup pancinya, dan sebagainya.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka

ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang

sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa

menunggu perintah atau ajakan orang lain.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah

dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang

bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni

dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah

dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall).

Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan

mengopservasi tindakan atau kegiatan responden.

2.2 PERUBAHAN (ADOPSI) PERILAKU DAN INDIKATORNYA

Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang

kompleks dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori

perubahan perilaku atau sesorang menerima atau mengadopsi perilaku

baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.

Ranah Perilaku | 10

Page 11: Makalah Ranah Perilaku

1. Pengetahuan

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru) ia

harus tau terlebih dahulu arti atau manfaat perilaku tersebut bagi

dirinya atu keluarganya. Orang akn melakukan pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) apabila ia tau manfaat dan tujuan bagi

kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahayanya bila tidak

melakukan PSN tersebut. Indikator-indicator apa yang akan

digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadran

terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi :

a) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi

Penyebab penyakit

Gejala atau tanda-tanda penyakit

Bagaimana cara pengobatannya, atau kemana mencari

pengobatan

Bagaimana cara penularannya

Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan

sebagainya.

b) Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara

hidup sehat, meliputi :

Jenis-jenis makanan bergizi

Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan

Pentingnya olahraga bagi kesehatan

Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman

keras, narkoba dan sebagainya

Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainya

bagi kesehatan.

c) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

Manfaat air bersih

Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk

pembuangan kotoran yang sehat dan sampah

Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

Ranah Perilaku | 11

Page 12: Makalah Ranah Perilaku

Akibat polusi ( polusi air, udara dan tanah ) bagi kesehatan dan

sebagainya.

2. Sikap

Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (bisa

berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal

ini dalah masalah kesehatan , termasuk penyakit). Setelah seseorang

mengetahui stimulus atau objek proses selanjutnya akan menilai atau

bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab

itu indikator untuk sikap kesehatn juga sejalan dengan pengetahuan

kesehatan seperti di atas yakni :

a. Sikap terhadap sakit dan penyakit

Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap,

gejala atau tanda-tanda penyakit, penyrbab penyakit, cara

penularan penyakit, cara pencegahan penyakit dan sebagainya.

b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat

Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara

pemeliharaan dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan

perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan,

minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup dan

sebagainya bagi kesehatannya.

c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan

dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau

penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi dan

sebagainya.

3. Praktik atau tindakan ( practice )

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,

kemudian mengadakan penelitian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau

mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga

Ranah Perilaku | 12

Page 13: Makalah Ranah Perilaku

dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior). Oleh sebab itu

indikator praktik kesehatan ini juga mencakup hal-hal tersebut di

atas, yakni :

a) Tindakan (praktik) sehubungan dengan penyakit

Tindakan atau perilaku ini mencakup :

a. Pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya, melakukan

pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker

ditempat kerja pada waktu berdebu dan sebagainya.

b. Penyembuhan penyakit: misalnya, minum obat sesuai petunju

dokter dsb.

b) Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

Tindakan atau perilaku ini mencakup antara lain : mengonsumsi

makanan dengan gizi seimbang, melakukan olahraga secara

teratur, tidak merokok, tidak minum minuman keras, narkoba dan

sebagainya.

c) Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan

Perilaku ini mencakup : membuang air besar di jamban,

membuang sampah di tempat sampah, menggunakan air bersih

untuk mandi, cuci, masak dan sebagainya.

Secara Teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi

perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di

atas, yakni mealui proses perubahan: pengetahuan (knowledge)-

sikap (attitude)-praktik (practice) atau “ KAP “ (PSP). Beberapa

penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya

juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori

di atas (KAP), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi

sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun

sakap dan pengetahuannya masih negatif.

Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data

atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut, untuk

pengetahuan, sikap, dan praktik agak berbeda. Untuk memperoleh

Ranah Perilaku | 13

Page 14: Makalah Ranah Perilaku

data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan dengan

wawancara, baik wawancara tersturktur, maupun wawancara

mendalam, dan focus group discussion ( FGD ) khusus untuk

penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktik

atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan

(observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara

dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang

telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu.

Misalnya untuk mengetahui perilaku pemeriksaan kehamilan

seorang ibu hamil ditanyakan apakah ibu memeriksakan

kehamilannya pada waktu hamil anak yang terakhir.

2.3 KESESUAIAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU

Pada umumnya siapapun akan puas bila dapat mewujudkan perilaku

yang sesuai dengan sikapnya terhadap sesuatu.Orang yang senang

menggambar (bersikap positif terhadap menggambar) bahkan puas saat

bisa mewujudkan kesenangannya itu dengan membuat lukisan indah.

Sebaliknya ,orang yang tidak menyetujui sesuatu,misalnya tindakan

korupsi (bersikap negative terhadap korupsi), belum tentu bisa

mewujudkan perilaku sesuai dengan sikapnya.belum tentu ia benar-benar

tidak melakukan korupsi.Kondisi ketidakberhasilan mewujudkan

perilaku yang sesuai dengan sikap ini dan dapat menimbulkan

ketidakpuasan,tetapi mungkin juga tidak.Salah satu yang menentukan

adalah norma subjektif orang yang bersangkutan.Bila ia menggenggam

norma kuat mengenai korupsi itu akan menimbulkan ketidakpuasan

terhadap diri sendiri namun bila norma tersebut tidak cukup

kuat ,mungkin karena ada nilai-nilai lain yang lebih kuat (misalnya nilai

ekonomi) ia tidak akan kecewa terhadap dirinya sendiri.

a) Perilaku yang Direncanakan

Ranah Perilaku | 14

Page 15: Makalah Ranah Perilaku

Seorang ahli psikologi Sosial Izek Ajzen,telah mengembangkan

teori yang sangat penting untuk melihat keterkaitan antara sikap dan

perilaku.Bagaimana memungkinkan sebuah sikap terwujud sebagai

perilaku.digambarkannya dengan teori yang disebut “teori perilaku

yang direncanakan “ ( theory of planned behavior).Teori ini memuat

tenang asumsi bahwa tingkah laku seseorang ditampilkan karena

danya alasan tertentu,yatu orang tersebut berfikr tentang konsekuensi

tindakannya dan mengambil keputusan secara hati – hati untuk

mencapai hasil tertentu dan menghindari hal-hal lain .

Menurut teori tersebut intensi ( niat) merupakan komponen yang

plaing penting dalam membantuk perilaku,dan lebih penting

daripada sikap.Intensi sendiri merupakan hasil yang diperoleh dari

gabungan tiga komponen lain,yakni sikap terhadap tingkah laku

tertentu (attitude), yakin dirinya mampu mengendalikan

peyelundupan kemungkinannya ebih besar untuk mengembangkan

niat dan betindak menyelundupkan BBM.

Dalam kondisi berbeda ,misalnya orang yang posisinya di

lingkaran pejabat yang menjadi otak penyelundupan BBm.Bila ia

bersikap negative terhadap penyelundupan dan yakin dapat

mengendalikan perilakunya untuk menghindari

keterlibatannya.Niatnya untuk melepaskan diri dan berperilaku

antipenyelundupan BBM akan lebih kuat.

b) Peran Norma Subjektif

Norma negative yang dimaksudkan oleh Ajzen adalah keyainan

seseorang mengenai pa yang dilakukannya menurut pikiran orang

lain.beserta kekuatan motivasinya untuk memenuhi harapan

tersebut.Untuk melakukan sesuatu biasanya seseorang

mempertimbangkan harapan orang lain tersebut tidak sama

pengaruhnya : ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang

cenderung diabaikan.Harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih

kuat,lebih memotivasi orang yang bersangkutaan untuk memenuhi

Ranah Perilaku | 15

Page 16: Makalah Ranah Perilaku

harapan tersebut.Bila seseorang bersiap positif terhadap

penyelundupan BBM didukung oleh teman,namun sangat ditentang

oleh suami/istri yang dicintai,besar kemungkinan niatnya untuk

menyelundupkan menjadi berkurang,sebaliknya bila suami/istri yang

dicintainya mendukung,orang tersebut akan lebih bulat untuk

menyelundupkan BBM.

c) Penentu Perilaku

Seperti telah dijelaskan dalam teori tentang perilaku yang

direncanakan,tigakomponen,yaitu sikap terhadap tingkah laku,norma

subjektif dan keyakinan mampu mengendalikan

perilaku,berkombinasi dengan menetukan intensi ( niat) seseoran

untuk menmpilkan perilaku tertentu.Selanjutnya seberapa besar

kekuatn niat inilah yang menentukan terwujudnya perilaku.Langkah

awal untuk berubah adalh menyadari diri.Bagaimanapun sikap awal

kita terhadap perilaku tertentu,apakah senagn ( setuju) atau tidak

senang ( tidak setuju),niat kita untuk membangun perilaku tertentu

yang positif dapat diperkokoh dengan menyadari norma – norma

agama yang pada dasarnya paling hakiki dalam melandasi perilaku

kita sebagai orang yang bermartabat di Hadapan sang pencipta.

Adanya ketidak sesuaian antara sikap dan perilaku sudah

diketahui oleh para pakar sejak lama. Hartshone dan May (1928),

misalnya menemukan bahwa kecurangan dalam hubungan dalam

situasi tertentu (misalnya, menyontek ulangan), belum tentu

berkolerasi dengan kecurangan dalam hubungan dengan situasi yang

lain (misalnya, berbohong kepada kawan di luar kelas).

La Piere (1934) melakukan penelitian pada tahun 1930-an yang

terkenal sampai sekarang. Pada waktu itu, dengan ditemani seorang

teman keturunan cina, ia berkeliling Amerika Serikat, mendatangi

251 restoran, hotel, dan tempat-tempat umum lainnya dimana di

semua tempat itu, ia hanya satu kali ditolak. 6 bulan kemudian, ia

mengirim surat kepada semua tempat yang sudah ia kunjungi tersebut

Ranah Perilaku | 16

Page 17: Makalah Ranah Perilaku

dengan satu pertanyaan, “ Apaka anda mau menerima tamu dari Ras

Cina?” dari 128 yang membalas, 90% menjawab, “Tidak!”. Jelaslah

bahwa sikap pemilik hotel, restoran, dan tempat-tempat umum itu

tidak konsisten dengan perilaku mereka.

Penelitian terhadap sejumlah mahasiswa di Indonesia

membuktikan bahwa hubungan antara nilai religius dan keserba

bolehan seksual lebih kuat bagi mereka yang menganut nilai-nilai

religious secara intrinsik (tidak terpengaruh oleh faktor luar).

Sementara bagi yang nilai religiusnya lebih ekstrinsik (dipengaruhi

faktor-faktor luar), hubungannya lebih lemah (Wardhana, 1993).

Karena banyak penelitian membuktikan bahwa sikap tidak

meramalkan perilaku, pendapat bahwa dalam psikologi tidak perlu

digunakan konsep sikap (sebagai faktor internal atau laten), tetapi

langsung saja diteliti perilakunya (Wicker, 1969). Pendirian yang

pada umumnya dianut oleh kaum behavioris ini juga berlaku untuk

sifat. Menurut mereka sifat kepribadian juga tidak dapat

memprakirakan perilaku. Oleh karena itu, tidak ada gunanya

menggunakan tes-tes proyeksi, teknik psikoanalisis dan psikoterapi.

Dikhawatirkan psikoterapi bukannya menyelesaikan masalah,

melainkan hanya mengalihkan masalah yang satu ke masalah lain.

Yang paling benar adalah melihat reaksi-reaksi individu langsung di

lapangan (dalam kehidupan sehari-hari) dan memperkirakan perilaku

yang timbul berdasarkan pengamatan langsung tersebut (Mischel,

1968).

Berikut adalah contoh kasus ketidaksesuaian antara kepribadian

dan perilaku: Siswa-siswa yang selalu mendapat nilai A dianggap

lebih percaya diri dan tidak menyontek. Akan tetapi, penelitian oleh

Davis dan Yandell (1994) membuktikan sebaliknya, yaitu bahwa 168

mahasiswa tahun pertama dibagi dalam dua golongan, yaitu tipe A

dan tipe B. berdasarkan hasil suatu kuasioner khusus untuk mengukur

tipe kepribadian. Tipe kepribadian A bersifat ambisius, agresif,

Ranah Perilaku | 17

Page 18: Makalah Ranah Perilaku

kompetetif, sedangkan tipe, kepribadian B bersifat lebih santai, tidak

mengejar target dan tidak terlalu yakin bahwa dirinya dapat mencapi

tujuan. Seperti yang diduga, mahasiswa tipe B tidak terlalu rajin

belajar. Mereka ingin nilai yang bagus, tetapi tidak butuh ilmunya.

Jadi mereka cenderung lebih banyak mencontek.

Akan tetapi, dalam situasi tes yang menekan, justru siswa tipe A

yang lebih banyak menyontek. Tes yang diberikan adalah tes yang

nenyusun kata-kata dari 30 set huruf tidak beraturan. Rata-rata orang

dapat menyelesaikan 15 kata per 30 detik, tetapi pada kelompok

siswa tipe A diberitahu bahwa rata-rata orang dapat membuat 26,5

kata per 30 detik. Pada kelompok kontrol (campuran) dan kelompok

tipe B tidak diberitahu apa-apa. Hasilnya adalah bahwa kelompok

kontrol dan kelompok tipe B rata-rata menyelesaikan 13 kata,

sedangkan kelompok tipe A bisa membuat rata-rata 20 kata. Akan

tetapi, 84% dari kelompok tipe A menyontek, sedangkan pada dua

kelompok yang lain tidak ada yang menyontek.

2.4 PERILAKU MASYARAKAT DENGAN PELAYANAN

KESEHATAN

Masyarakat adalah sistem terbuka dari sekumpulan individu yang

menempati suatu wilayah dengan nilai, norma dan budaya yang

dianutnya. Perilaku masyarakat secara umum merupakan gambaran dari

perilaku dari masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Perilaku

masyarakat terhadap kesehatan sangatlah beragam, tetapi pada umumnya

perilaku yang ditunjukan masyarakat antara lain :

1. Tidak melalukan kegiatan apapun untuk mengatasi masalah

kesehatan yang ditimbulkan karena belum mengganggu aktivitasnya.

Misalnya sampah yang berserakan dan menumpuk disaluran air tidak

serta merta dibersihkan. Prioritas kegiatan masyarakat belum tentu

ditujukan dalam upaya untuk membersihkan sampah melainkan

untuk kegiatan yang dianggap lebih penting.

Ranah Perilaku | 18

Page 19: Makalah Ranah Perilaku

2. Melakukan pengobatan sendiri. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan

pengalaman atas masalah yang sama diwaktu lalu. Misalnya

penyakit Scabies yang terjadi pada sebagian masyarakat di satu

kampung hanya diobati dengan baluran serbuk belerang dan minyak

kelapa yang dipanaskan. Kondisi ini tidak menjadikan masyarakat

untu mencari pengobatan ke luar kampung.

3. Pengobatan tradisional. Di beberapa wilayah pengobatan tradisional

masih menjadi prioritas utama. Penyakit yang menyerang bukan

dianggap sebagai gangguan fisik melainkan gangguan sosial budaya

maka penyelesaiannya juga melalui sosial budaya. Seperti

masyarakat yang terserang penyakit kulit dianggap telah melanggar

hukum adat dan harus diselesaikan melalui acara adat.

4. Membeli obat warung. Kegiatan ini dilakukan dengan pengetahuan

yang terbatas akan kegunaan dan efek saping dari obat tersebut.

5. Mendatangi fasilitas kesehatan terdekat diantaranya bali pengobatan,

klinik, puskesmas dan rumah sakit.

6. Mendatangi tempat pengobatan modern dengan kelengkapan yang

serba canggih. Misalnya orang melakukan perawatan kulit di tempat

yang khusus perawatan kulit dengan alat-alat yang serba canggih.

Ranah Perilaku | 19

Page 20: Makalah Ranah Perilaku

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas

seseorang, yang baik factor eksternal ataupun internal. Perilaku manusia

dibagi kedalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni :

a ) kognitif ( cognitive ) ,

b) afektif (affective),

c) psikomotor (psychcomotor)

dimana ranah ini berkembang menjadi pengetahuan, sikap dan tindakan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan

penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Sikap adalah penilaian positif atau negatif terhadap isu, ide, orang,

kelompok sosial, benda dan sebgainya. Sikap yang terbentuk melalui

pengalaman langsung umumnya lebih kuat daripada sikap yang terbentuk

hanya berawal dari informasi atau pengetahuan yang tidak berdampak

langsung pada diri seseorang.

Tindakan atau praktik dapat didefinisikan setelah seseorang mengetahui

stimulus, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

telah di ketahui untuk dilaksanakan atau dipraktekan. Suatu sikap belum

otomatis tewujud dalam suatu tindakan. Agar terwujud sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung berupa fasilitas dan dukungan

dari pihak lain.

Kesesuaian antara sikap dan perilaku lebih mudah jika dipahami dengan

kasus yang sering terjadi di sekitar kita. Sikap seseorang terhadap perilaku

tertentu, merupakan konsekuensi yang dihasilkan dari dua faktor, yaitu

Ranah Perilaku | 20

Page 21: Makalah Ranah Perilaku

keyakinan mengenai konsekuensi perilaku tertentu dan penilaian terhadap

akibat yang mungkin timbul. Tiap-tiap faktor ini dapat bervariasi antar

indvidu dalam menentukan sikap terhadap perilaku tertentu.

3.2 SARAN

Ranah Perilaku | 21

Page 22: Makalah Ranah Perilaku

DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo,Soekijdo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta : PT Rineka Cipta.

Setiawati, S.,dkk. 2008. Proses Pembelajaran Dalam Pendidikan Kesehatan.

Jakarta: Trans Info Media.

Fitriani, Sinta. 2011. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Widyarini,Nilam. 2009. Kunci Pengembang Diri. Jakarta : Gramedia (diambil

dari books.google.co.id pada tanggal 7 Oktober 2012 pukul 03.54)

Ranah Perilaku | 22