76883472 periodontal disease and cardiovascular disease
Post on 30-Nov-2015
30 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Periodontal Disease and Cardiovascular Disease
Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian tersering, terhitung
sebanyak 29% dari penyebab kematian di seluruh dunia. Pada tahun 2002, lebih dari
70 juta warga Amerika didiagnosis dengan salah satu bentuk dari penyakit
kardiovaskular, yang diantaranya tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner
(nfark myokard dan angina pektoris), penyakit arteri perifer, dan stroke dengan
atherosklerosis sebagai penyebab utama dari semua penyakit kardiovaskular.
Atherosklerosis berperan dala 50% dari angka kematian di Amerika Serikat, Eropa,
dan Jepang. Setelah dilakukan pengendalian terhadap faktor resiko lainnya, penelitian
mengindikasikan bahwa penyakit periodontal yang berat berhubungan dengan 25-
90% dari peningkatan resiko dari penyakit kardiovaskular. Salah satu penelitian
menunjukkan bahwa 91% pasien dengan penyakit kardivaskular mengarah kepada
periodontitis sedang dan berat, walaupun 66% dari pasien dengan jantung sehat
menderita periodontitis. Penelitian yang sama juga menunjukkan hubungan yang
signifikan antara penyakit jantung koroner dan periodontitis.
Penyakit periodontal mungkin berhubungan dengan penyakit kardiovaskular
dikarenakan faktor resiko yang sama pada atherogenesis dan penyakit periodontal.
Untuk menilai penyakit periodontal sebagai faktor resiko terhadap atherosklerosis dan
penyakit kardiovaskular lain, kehadiran patogen lain yang dikaitkan dengan infeksi
periodontal harus dilokalisasi pada serum atau plak atherosklerotik. Pemeriksaan
dengan sampel plak atheromatosa karotis, (Kairo, 2004), mendeteksi adanyna DNA
T. forsynthesis sebanyak 79%, F. nucleatum 63%, P. intermedia 53%, P. gingivalis
37%, dan A. acetomycetomitans 5% dari sampel pasien atheroma karotis. Selain plak
atherosklerotis karotis, koroner, dan aorta, bakteri-bakteri oral juga ditemukan pada
arteri yang tersumbat dari pasien dengan Burger’s Disease. Satu hal yang diharapkan
adalah bahwa patogen akan memicu pelepasan sitokin proinflamasi. Pengunyahan
yang lembut akan menghasilkan endotoksin bakteri dari rongga mulut ke dalam aliran
darah, meningkatkan produksi sitokin (TNF, IL-1, dan PGE2) penelitian terhadam
hewan seharusnya dapat memicu atherosklerosis oleh patogen periodontal. Sampel
hewan akan menghasilkan banyak pengetahuan tentang patogenesis penyakit
kardiovaskular, khususnya dengan pemilihan hewan genetik seperti apolipoprotein E-
knockout (apoE -/-).
Secara etiologi, kehadiran dari mikroorganisme periodontal yang kronis dapat
memicu atherosklerosis melalui 2 jalur : (1) invasi langsung melalui dinding arteri,
dan (2) sebagai respon terhadap infeksi, pelepasan mediator inflamasi sistemik
dengan efek atherogenik. Patogen-patogen ini, terutama P. gingivalis, telah
menunjukkan kemampuan berinteraksi dengan permukaan endotel dan untuk
menginduksi proliferasi smooth-cell, menyebabkan kerusakan fungsi vasomotor dari
sel-sel endotel. C-Reactive Protein serum berperan dalam disfungsi endotelm, dan
peningkatan kadar CRP dapat menjelaskan hubungan antara penyakit periodontal
dengan penjakit kardiovaskuler. Pada pasien dengan penyakit periodontal yang
mengalami peningkatan plasma level dari fibrinogen dan TNF-α, terdapat keterkaitan
dengan ketebalan intima-media karotis (IMT, intima-media thickness). IMT dan
massa ventrikel kiri (LVM, left ventricular mass) merupakan alternatif, namun
merupakan kunci penting dalam pengukuran atherosclerosis karotis. Walau
bagaimanapun, pemahaman kita terhadap mekanisme yang menghubungkan penanda
inflamasi tersebut dengan perkembangan atherosclerosis masih belum jelas
sepenuhnya.
Penelitian terakhir telah menunjukkan bahwa CRP kemungkinan secara
langsung mengganggu ketersediaan Nitric Oxide (NO) dari endotel, dengan
menurunkan ekspresi dari NO synthase dan secara bersamaan meningkatkan produksi
oksigen reaktif yang menginaktifkan NO. Peningkatan kadar CRP serum merupakan
sinyal dari transisi penyakit jantung koroner stabil ke pembentukan thrombus kaya
platelet yang akhirnya menjadi rupture plak dan atau erosi. Penemuan ini
menerangkan sebuah fakta bahwa aktivitas endotel yang dikaitkan dengan
peningkatan serum CRP, ditandai dengan gangguan bioavailabilitas NO sistemik
pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Penelitian lebih lanjut dari hipotesis ini
(peran CRP pada NO) dapat menjelaskan bahwa kadar CRP serum sangat penting
dalam memprediksi availabilitas dari NO pada sirkulasi sistemik pasien penyakit
jantung koroner.
Mekanisme lain tentang bioavailabilitas NO yang diturunkan adalah inaktivasi
oksidatif melalui spesies oksigen reaktif. Hal ini dicetuskan oleh komponen bakteri
seperti LPS dari P. gingivalis, makrofag, dan sel-sel lain yang menghasilkan sitokin,
memicu aktivasi sistemik dari sel fagosit. Jadi, PGE2, IL-1 beta, dan TNF-α,
seluruhnya mencapai kadar sistemik tinggi dan poten. Makrofag-makrofag ini daoat
berubah menjadi sel busa, menginduksi produksi dari sitokin proinflamasi,
menyebabkan disfungsi endotel. Pada penelitian terbaru, (Pussinen, dkk), ditemukan
bahwa aktivasi mediator serum utama dari makrofag pada respon terhadap penyakit
periodontal adalah low-density lipoprotein (LDL) cholesterol, β2 glycoprotein I (β2-
GPI), dan fosfolipid termodifikasi. Hasilnya adalah bahwa periodontitis secara
langsung berkaitan dengan kemampuan LDL terisolasi untuk mengaktifkan makrofag
melalui mediatornya. Ikatan antara LDL dan pembentukan sel busa diperantarai oleh
CRP. Data terbaru menunjukan bahwa pengeruh yang halus namun luas dari
periodontitis pada metabolism dan sifat biokimiawi dapat dihentikan dengan
pengobatan periodontal. Pussinen, dkk mengemukakan bahwa periodontitis
mengurangi potensi anti-atherogenik dari high-density lipoprotein (HDL), yang
meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular. Penemuan ini dapat meningkatkan
nilai klinis karena vasodilatasi endotet rusak yang disebabkan adanya peningkatan
kadar CRP serum dapat digunakan sebagai prekursor dalam diagnosis penyakit
kardivaskuler kedepannya. Informasi ini dianggap cukup penting mengingat The
American Heart Association menggunakan CRP dan LDL kolesterol sebagai
predictor penting dari penyakit kardiovaskular.
Prediktor lain dari penyakit kardiovaskular, khususnya penyakit jantung
koroner (PJK), kemungkinan adalah kadar antibodi serum yang secara langsung
melawan pathogen periodontal. Pussimen dkk, melaporkan adanya kaitan antara
penyakit kardiovaskular dengan kadar antibodi, menunjukkan bahwa penyakit
periodontal berperan dalam pathogenesis penyakit kardiovaskular. Dalam model
regresi linear, disimpulkan bahwa kombinasi respon antibodi terhadap P. gingivalis
dan A. acetomyecetemcomitans berhubungan langsung dengan kejadian penyakit
kardiovaskular. Dua tahun kemudian, peneliti-peneliti tersebut menyokong
penelitiannya dengan penelitian lain, yang mana mengukur kadar serum antibodi
terhadap pathogen periodontal utama yang dihubungkan dengan perkembangan
penyakit kardiovaskular. Penelitian tersebut merupakan yang pertama dan
memberikan pengetahuan terhadap P. gingivalis yang dikaitkan dengan resiko
penyakit kardiovaskular selain A. actinomyecetemcomitans yang juga meningkatkan
resiko penyakit tersebut.
Pendekatan penelitian lain tentang hubungan antara penyakit periodontal dan
penyakit kardiovaskular dapat dilakukan melalui penyakit arteri perifer (PAD,
peripheral arterial disease). PAD pada tungkai merupakan keadaan kekurangan
perfusi jaringan untuk mencukupi kebutuhan metabolism. PAD memiliki tampilan
patologis yang serupa pada stroke dan CHD (chronic heart disease), dalam hal plak
atherosklerotik. Hubungan antara penyakit periodontal dan PAD sangat penting untuk
memahami efek klinis dari penyakit periodontal dan bagaimana pengobatan dari
penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit
kardiovaskular (CVD, cardiovascular disease).
Penemuan baru menunjukkan bahwa kehilangan gigi bila dibandingkan
dengan penyakit periodontal, memiliki hubungan penting antara CVD dan kesehatan
mulut. Elter dkk. menyimpulkan bahwa individu dengan edentulous memiliki
peluang lebih tinggi menderita CHD. Walau bagaimanapun, investigasi tentang
penemuan ini memiliki banyak keterbatasan, dimana penjelasan antara penyakit
periodontal dengan CHD masih lemah. Dengan keterbatasan ini, kesimpulan dari
Elter dkk. mungkin membutuhkan dukungan dari penelitian tambahan dan dukungan
langsung mengenai hubungan antara penyakit periodontal dengan CHD.
Penelitian penting ini lebih menjelaskan keterkaitan antara penyakit
periodontal dengan kejadian atherosklerotik. Mengingat disfungsi endotel
memperlihatkan pembentukan dini dari atherosklerotik, dan juga memprediksi
ketidakstabilan plak, penemuan ini menguatkan hubungan antara penyakit periodontal
dengan atherosclerosis. Jadi, sekarang menjadi penting untuk menguji hipotesis
bahwa kekambuhan dari penyakit periodontal mencegah atherosklerotik, dan untuk
melihat perbedaan keberhasilan pengobatan. Penelitian-penelitian lebih lanjut
menjelaskan kemungkinan kebutuhan terapi anti-atherosklerotik.
Periodontal Disease and Osteoporosis
Kekeroposan tulang merupakan tampilan bersama antara penyakit periodontal
dan osteoporosis. Osteopenia adalah penurunan massa tulang dikarenakan ketidak-
seimbangan antara pembentukan dan resorpsi tulang, mengakibatkan demineralisasi
dan memicu osteoporosis. Osteoporosis adalah gangguan tulang yang ditandai dengan
penurunan kekuatan tulang, sebagai faktor predisposisi peningkatan resiko fraktur,
dimana kekuatan tulang ditentukan oleh densitas dan kualitas tulang. Demikian pula
dengan penyakit periodontal yang ditandai dengan absorpsi tulang, terutama tulang
alveolar, serta kehilangan perlekatan gigi dan jaringan lunak. Karena kesamaan
kekeroposan tulang antara penyakit periodontal dan osteoporosis, akibat keduanya
sama. Selanjutnya, osteopenia oral dan sistemik berbagi faktor resiko, termasuk usia,
defisiensi estrogen, dan merokok. Mekanisme yang mendasari dari resorpsi tulang
mungkin diarahkan oleh peningkatan aktivitas osteoklas lokal/sistemik atau dengan
efek seluler dan sitokin. Resorpsi tulang yang berlebihan merupakan tampilan umum
dari proses inflamasi kronis, seperti penyakit periodontal. Dalam remodeling
fisiologis tulang, kontak cell-to-cell antara reseptor pengaktivasi dari nuclear factor-
kB ligand (RANKL)-expressing osteoblast dan RANKL-expressing monocyte/
osteoclast precursor cell menjadi penting. Dalam proses inflamasi limfosit T
teraktivasi mengekspresikan RANKL, dan memungkinkan kontak cell-to-cell antara
limfosit T dan precursor sel monosit/osteoklas terlibat dalam pembentukan osteoklas.
Aktivasi dari osteoklas matur dihambat oleh osteoprotegerin (OPG) yang dihasilkan
dari sel stromal dan osteoblas. Limfosit B juga merpartisipasi dalam pembentukan
osteoklas, baik dengan mengekspresikan RANKL atau dengan membantu sel
progenitor itu sendiri.
Pada infeksi periodontal, densitas infiltra dari leukosit mononuclear
ditemukan di gingival, termasuk limfosit T dan sel progenitor monosit/limfosit.
Kontak sel-sel tersebut penting dalam pembentukan osteoklas pada periodontitis.
Menariknya, RANKL mRNA di-upregulasi dalam gingiva pasien dengan
periodontitis lanjutan. Di sisi lain, OPG mRNA di-downregulasi. Nagasawa,dkk.
menjelaskan bahwa OPG mRNA di-upregulasi oleh LPS dari P. gingivalis dan
Actinomyecetemcomitans, menerangkan bagaimana LPS-stimulated OPG mungkin
terlibat dalam mengontrol pembentukan osteoklas pada penyakit periodontal.
Hipotesis yang menghubungkan OPG dengan penyakit periodontal dikuatkan dengan
penelitian yang melibatkan bakteri gram negative. Karena sifat transien dari infeksi
pathogen tersebut, pajanan dengan infeksi periodontal dapat memicu aktivasi
RANKL dan aktivasi subsequent osteoklas, menginduksi osteoporosis pada pasien
dengan infeksi periodontal.
Defisiensi estrogen merupakan faktor patogenik lain yang dominan pada
wanita dengan osteoporosis. Estrogen, baik secara langsung maupun tidak langsung,
memodulasi sitokin yang merupakan regulator penting dari metabolisme tulang dan
respon inflamasi penjamu, seperti IL-1α, IL-1β, TNF- α, dan macrophage colony-
stimulating factor (M-CSF). Jadi, defisiensi estrogen mencetuskan peningkatan
jumlah osteoklas, didorong oleh sitokin yang sama dalam men-downregulasi
peningkatan osteoklas. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan dalam metabolisme
tulang, menyebabkan penurunan densitas mineral tulang (BMD, bone mineral
density). Periodontitis juga mengaktifkan respon proinflamasi host, merekrut sitokin
dan prostanoid, mengaktifkan osteoklas, dan menginduksi resorpsi tulang. Beberapa
sitokin seperti IL-1β, TNF- α, IL-6, dan IL-8, ditemukan pada peningkatan tingkat
pada jaringan gingival yang inflamasi, dengan konsentrasi yang cukup untuk
menginduklsi resorpsi tulang. Banyak penelitian yang menemukan korelasi positif
yang signifikan antara penyakit periodontal dan osteoporosis akibat estrogen.
Penelitian terakhir di Jepang meneliti hubungan kesetahan mulut dan BMD;
ditemukan bahwa periodontitis dan kekeroposan gigi pasca menopause (seperti pada
wanita dengan kekurangan estrogen) merupakan indicator berguna dari kehilangan
BMD metacarpal. Penelitian terkait menyebutkan bahwa adanya hubungan yang kuat
dan konsisten antara alveolar crestal height (ACH) dan osteorosis dalam pengukuran
densitas tulang dan ACH pada wanita pasca menopause.
Penggunaan pengobatan osteoporosis sebagai dasar, banyak penelitian
mencoba untuk melakukan pendekatan yang sama dalam pengobatan penyakit
periodontal, mendalami hubungan antara dua penyakit. Fungsi hormone paratiroid
(PTH) sebagai mediator dari remodeling tulang dan sebagai regulator essensial dari
homeostasis kalsium. PTH menghasilkan banyak efek dalam proses remodeling,
karena dapat mempengaruhi resopsi dan pembentukan tulang. Penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa PTH dengan dosis intermitten dapat menjadi pengobatan
anabolik yang efisien, menurunkan kekeroposan tulang dikarenakan
estrogendeficiency-related osteopenia. Injeksi harian dari teriparatide, sebagian dari
PTH manusia, menunjukkan stimulasi pembentukan tulang yang baru dan
maningkatkan densitas tulang (BMD). Dengan catatan, NO memiliki efek anabolic
dan katabolic yang sama untuk PTH dalam metabolisme tulang. Peranan NO masih
controversial, NO dalam kadar rendah akan menjaga homeostasis, walaupun dalam
kadar tinggi dalam kondisi inflamasi, menginduksi resoprsi tulang. NO berguna pada
infeksi periodontal, dalam hal ini merupakan elemen penting dari
pertahanan host terhadap P. gingivalis, patogen infeksi periodontal primer.
Penggunaan donor NO, isosorbid, pada tikus dengan periodontitis menunjukkan
penurunan infiltrasi sel inflamasi, resorpsi cementumn dan kekeroposan tulang
alveolar.
Meskipun terdapat kemajuan signifikan dalam menentukan hubungan antara
penyakit periodontal dan osteoporosis, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
memperjelas korelasi ini. Bila dibandingkan dengan penyakit sistemik lainnya,
penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan keterkaitan ini masih terbatas, dan
banyak peneliti telah menyoroti dan menekankan dalam publikasi mereka ini tentang
besarnya kebutuhan untuk memahami yang lebih baik hubungan tersebut yang lebih
baik. Klarifikasi dari hubungan ini dapat memberikan peringatan yang berguna dan
bermanfaat untuk resiko osteoporosis, serta implikasi klinis yang signifikan untuk
pengobatannya. Masalah lain yang dihadapi dari hubungan antara penyakit
periodontal dan osteoporosis adalah bahwa penyakit periodontal sbeagian besar
didiagnosis pada laki-laki sedangkan osteoporosis merupakan gangguan terutama
pada wanita. Kemungkinan adanya pendapat bahwa hubungan yang lemah terjadi
karena fakta tersebut, namun, osteoporosis ditemukan menjadi faktor risiko untuk
penyakit periodontal pada populasi wanita. Ketika diuji pada populasi umum, tidak
ditemukan adanya korelasi antara jenis kelamin dan hubungan antara penyakit
periodontal dan osteoporosis, mengurangi variable pengganggun terhadap temuan ini.
top related