6 kesalahan umum saat memulai homeschooling · homeschooling adalah sebuah perjalanan pendidikan...
Post on 09-Mar-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
2
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
6 Kesalahan Umum Saat Memulai Homeschooling
Homeschooling adalah sebuah perjalanan pendidikan yang dijalani
oleh keluarga. Sebagai sebuah perjalanan, setiap keluarga yang menjalani
homeschooling pasti mengalami dinamika-dinamika yang berbeda. Setiap
keluarga mengalami proses naik dan proses turun. Setiap keluarga
melakukan hal-hal keren, tapi juga melakukan kesalahan dalam proses
yang dijalaninya.
Kesalahan dalam proses homeschooling bukan hal yang perlu dilihat
sebagai aib yang tercela. Kesalahan merupakan jejak dan pembelajaran
yang mendewasakan proses homeschooling di setiap keluarga.
Karena kesalahan dipandang sebagai pembelajaran, bukan sebuah
aib dan cela, keluarga homeschooling biasanya senang merefleksikan
perjalanannya dan berbagi cerita kepada keluarga lain agar mereka tidak
mengalami kesalahan yang serupa. Proses berbagi ini biasanya dilakukan
oleh keluarga-keluarga yang sudah mendapatkan format homeschooling
yang sesuai dengan keluarganya dan merasa nyaman dengannya.
Berikut ini beberapa kesalahan umum yang dilakukan praktisi
homeschooling saat memulai homeschooling untuk menjadi refleksi dan
pelajaran bagi keluarga yang hendak memulai proses homeschooling:
3
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
1. TAKEN FOR GRANTED
Kesalahan paling mendasar saat memulai dan menjalani
homeschooling adalah menganggap keputusan homeschooling sebagai
“obat mujarab” yang bisa menyelesaikan problem-problem pendidikan
yang menjadi concern orangtua. Homeschooling dianggap secara otomatis
bisa melejitkan potensi anak agar berkembang secara maksimal.
Apa akibat yang terjadi dari kesalahan sudut pandang ini?
Kesalahan sudut pandang ini dapat mengakibatkan orangtua
memiliki ekspektasi-ekspektasi yang terlalu berlebihan pada
homeschooling. Orangtua menetapkan tujuan-tujuan yang ingin
diterapkan pada homeschoolingnya, tapi tidak membekali diri dengan
sikap dan keterampilan untuk merealisasikan tujuannya. Orangtua hanya
berharap, tapi tidak menjalani proses yang diperlukan untuk meraih
tujuan pendidikan yang telah ditetapkannya.
Tips:
Orangtua perlu memiliki sudut pandang yang tepat mengenai
homeschooling. Walaupun homeschooling memiliki kelebihan-
4
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
kelebihan berupa kustomisasi model pendidikan sesuai visi
pendidikan keluarga, homeschooling membutuhkan kerja keras dan
proses aktif dari orangtua. Berbeda dari proses mengirim anak ke
sekolah di mana keterlibatan orangtua minimal, dalam
homeschooling keterlibatan orangtua menjadi kunci penting yang
memengaruhi keberhasilan/kegagalan homeschooling.
Memilih homeschooling bukanlah sebuah titik akhir. Justru, memilih
homeschooling adalah sebuah awal perjalanan pendidikan yang
akan dijalani oleh anak bersama dengan orangtua dan seluruh
anggota keluarga. Homeschooling tidak bisa dijalani dalam “auto-
pilot mode”, membiarkan begitu saja proses homeschooling.
Homeschooling bukan jaminan sukses menuju keberhasilan. Seperti
sistem apapun dalam kehidupan, tidak pernah ada jaminan
kesuksesan. Banyak faktor yang memengaruhi keberhasilan.
Sebagaimana sekolah ada yang berprestasi dan gagal, demikian pun
di dalam homeschooling.
Jadi, kunci utama dalam perbaikan atas kesalahan ini adalah
harapan yang wajar terhadap homeschooling dan kerja keras untuk
mewujudkannya.
5
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
2. TIDAK MENGERJAKAN PR
Semua keberhasilan membutuhkan inisiatif dan kerja keras.
Keberhasilan tak bisa datang dengan sendirinya kepada kita. Terlebih-
lebih dalam homeschooling.
Mengapa?
Karena menjalani homeschooling untuk anak-anak sangat berbeda
dibandingkan mengirim anak-anak ke sekolah. Ketika orangtua
mengirimkan anak ke sekolah, itu berarti orangtua mendelegasikan proses
pendidikan anak pada sistem (sekolah) dan profesional (guru) yang sudah
ada. Semua hal yang ada di sekolah sudah ditetapkan. Tugas orangtua
adalah memilih sekolah yang paling sesuai dengan visinya, kemudian
membayar dan memasrahkan anak pada proses yang dijalani di sekolah
tersebut.
Sementara itu, dalam homeschooling orangtua memilih untuk
bertanggung jawab sendiri atas pendidikan anak-anaknya. Orangtua
berperan seperti “kepala sekolah”, yang menentukan arah pendidikan
anak, materi yang dipelajari, serta cara belajarnya.
Masalah terjadi jika orangtua menjalani homeschooling tetapi
dengan mentalitas seperti mengirim anak ke sekolah.
6
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Tips:
Saat akan menjalani homeschooling, orangtua perlu sadar tentang
perbedaan mengirimkan anak ke sekolah dan menjalani
homeschooling. Kesadaran itu akan membantu orangtua untuk
berinisiatif dan mengambil sikap yang tepat saat menjalani
homeschooling.
Orangtua perlu belajar mengenai homeschooling karena
homeschooling bukan sekedar memindahkan sekolah ke rumah.
Banyak jalan untuk belajar tentang homeschooling. Cara belajar
yang paling murah dan lengkap adalah menggunakan “Google”
untuk mencari informasi tentang homeschooling. Cara belajar yang
lebih terstruktur adalah menggunakan buku-buku tentang
homeschooling, baik terbitan luar mapun dalam negeri.
Orangtua perlu memiliki mindset yang tepat saat menjalani
homeschooling. Orangtua secara sadar memikul tanggung jawab
pendidikan anak-anaknya.
Homeschooling bukan sekedar pengetahuan dan wawasan.
Homeschooling adalah perihal praktek parenting dan kegiatan yang
dijalani anak-anak secara mandiri, bersama orangtua, dan kegiatan-
7
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
kegiatan di luar. Ilmu yang dipraktekkan adalah modal besar untuk
pelaksanaan homeschooling yang kuat.
3. OVER-INVESTMENT
Orangtua yang sedang mengawali homeschooling biasanya dipenuhi
semangat. Itu adalah sebuah pertanda bagus dan memang semestinya
begitu.
Di dalam semangat orangtua itu, ada satu “jebakan” yang
berhubungan dengan semangat, yaitu berkaitan dengan
investasi/pengeluaran dana. Karena ingin menyiapkan yang terbaik untuk
anak-anak kita, kemudian orangtua biasanya melakukan riset dan melihat
banyak hal bagus.
Karena merasa membutuhkan materi-materi yang bagus, kemudian
orangtua membeli, membeli, dan membeli. Banyak biaya dikeluarkan
untuk membeli materi belajar anak yang sebagian diantaranya
dipaksakan.
Dalam bentuk yang lain, orangtua mengumpulkan, mengumpulkan,
dan mengumpulkan materi-materi gratis di Internet hingga banyak sekali.
Kemudian… realitas datang. Orangtua bingung, bagaimana cara
memakai materi yang sudah dikumpulkan atau dibeli? Orangtua bingung,
8
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
kapan memakainya? Dan kebingungan itu bertambah saat orangtua
mengetahui bahwa anaknya ternyata tidak menyukainya atau bahkan
orangtua sendiri baru sadar (sudah terlanjur membeli) bahwa materi yang
sudah dibeli tidak cocok untuk anak.
Apa bahaya dari over-investment? Beberapa hal dapat terjadi pada
saat orangtua merasa over-investment dalam proses awal homeschooling,
antara lain:
Orangtua menjadi lebih fokus pada materi belajar daripada anak.
Materi belajar tidak dijadikan sebagai sarana/alat yang
memfasilitasi anak, tetapi menjadi pengarah proses belajar dan
berkegiatan anak.
Ada tekanan tambahan pada orangtua karena merasa telah
mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk membeli
kurikulum/materi belajar anak. Orangtua ingin agar materi itu bisa
dipakai oleh anak karena kalau tidak, itu berarti akan menjadi
investasi yang sia-sia.
Apa yang menurut orangtua bagus belum tentu cocok dengan anak.
Kekecewaan yang terjadi akibat anak yang tidak menyukai materi
yang dipilihkan dapat menciptakan spiral emosi negatif pada
orangtua.
9
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Tips:
Berinvestasilah secara moderat. Belilah materi yang betul-betul
Anda butuhkan PADA SAAT INI. Belilah materi yang digunakan
anak-anak Anda.
Jangan menabung materi belajar karena teknologi terus
berkembang. Hal-hal yang dinilai bagus pada saat ini belum tentu
bermanfaat beberapa tahun lagi.
Bangun kesadaran selalu bahwa kondisi anak lebih penting daripada
alat/materi belajar. Kualitas kegiatan anak tidak hanya dipengaruhi
oleh ketersediaan materi belajar, tetapi juga kesiapan orangtua
untuk berkegiatan bersama anak. Proses pendampingan jauh lebih
penting dalam praktek pelaksanaan homeschooling.
Jika sudah terlanjur mengalami kasus ketidaksesuaian antara materi
yang sudah dibeli dan anak, segeralah melakukan refleksi.
Mundurlah sejenak dari kondisi yang ada. Perhatikan dan fokus
pada apa-apa yang bekerja untuk anak. Apakah Anda perlu
mengubah cara? Apakah Anda mengatur ulang jadwalnya? Apakah
Anda perlu mengurangi porsinya? Apakah Anda harus menunda?
Apakah Anda harus mengesampingkannya?
10
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
4. MENUNGGU KESEMPURNAAN
Berusaha sempurna, mencari yang terbaik dan bekerja semaksimal
mungkin adalah sebuah hal yang positif. Tapi, ada kalanya kesempurnaan
menjadi hambatan, bukan menjadi panduan yang mendorong terciptanya
proses dan hasil yang baik dalam kegiatan homeschooling.
Ada beberapa kondisi saat kesempurnaan lebih menjadi hambatan
daripada tuntunan. Yang pertama adalah kala kesempurnaan
menghambat tindakan.
Hal ini terjadi saat orangtua berusaha mengetahui semua hal dan
mempersiapkan semua hal, tetapi merasa tidak pernah memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memulai.
Kesempurnaan persiapan menjadi masalah ketika orangtua terus
menunda keputusan dan tindakan. Sementara waktu terus berjalan dan
usia anak terus bertambah.
Kesempurnaan lain yang perlu dihindari adalah pengharapan
tentang anak sempurna. Orangtua ingin anak yang serba bisa dan serba
hebat dalam seluruh hal, sehingga melupakan bahwa setiap anak pasti
punya kekuatan dan kelemahan sebagaimana orangtua juga demikian.
11
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Tips:
Setiap orang memang berbeda-beda dalam membangun kesiapan.
Mengambil keputusan dan melakukan tindakan tanpa pengetahuan
adalah hal yang buruk. Tapi lebih buruk lagi kalau orangtua tak
mengambil keputusan dan terus berada dalam wilayah teori. Berilah
batas pada diri Anda tentang cukup dan mulailah aksi bersama
anak-anak.
Informasi yang kita miliki tak pernah lengkap dan sempurna. Selalu
ada lubang untuk mempertanyakan apapun pengetahuan dan sudut
pandang yang kita ambil. Homeschooling lebih dekat ke proses
parenting daripada transfer pengetahuan kepada anak. Dalam
parenting, hal yang lebih ditekankan adalah sikap yang benar saat
berkegiatan bersama anak.
Proses homeschooling dan parenting bertumbuh bersama praktek.
Selalu ada interaksi antara teori & konsep dengan praktek di
lapangan bersama anak-anak. Proses interaksi bersama anak-anak
sebaiknya tidak ditunda karena praktek itu yang justru akan
memperkaya teori.
Jangan takut mencoba. Gunakan naluri sebagai orangtua, sudut
pandang anak sebagai subyek, dan rasionalitas sebagai pemandu
12
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
selama proses perjalanan Anda. Tentu saja, jangan lupa untuk
berdoa memohon pembimbingan dari Tuhan selama perjalanan
homeschooling dan parenting Anda.
Sebagaimana kita (orangtua) bukan manusia sempurna, anak-anak
kita pun demikian pula. Mereka punya kekuatan dan kelemahannya
masing-masing. Terimalah semua kondisi itu apa adanya.
Berdamailah. Fokuskan pada kekuatan yang dimiliki anak.
5. INGIN TERLIHAT KEREN
Kesalahan lain yang muncul saat memulai menjalani homeschooling
adalah ingin terlihat keren dan ingin mengesankan orang lain. Fenomena
ini muncul biasanya karena pengaruh media sosial seperti Facebook,
Twitter, Instagram dan lain-lain.
Orangtua melihat kegiatan-kegiatan “keren” yang dilakukan
keluarga lain, orangtua melihat materi-materi “keren” yang digunakan
keluarga lain, orangtua melihat prestasi-prestasi keren anak lain. Orangtua
kemudian membandingkan dengan anak-anaknya, dirinya sendiri, dan
keluarganya.
13
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Akibatnya, orangtua merasa minder. Dan supaya tidak minder,
orangtua kemudian meniru mentah-mentah yang dilakukan orang lain
supaya bisa seperti mereka.
Problem mendasar dari masalah ini adalah membandingkan hidup
dengan serpihan kehidupan orang lain yang terlihat ideal. Dan jika
kemudian orangtua terikut berbagi di media sosial untuk membuat orang
lain terkesan dengan yang dilakukan, orangtua akan membuat spiral
negatif yang bisa menarik turun kualitas diri dan keluarga.
Orangtua bisa kehilangan fokus dalam proses homeschooling dan
terjadi pergeseran dari usaha memfasilitasi anak menjadi usaha membuat
diri dan keluarga terlihat keren di mata orang lain.
Tips:
Homeschooling adalah perihal memenuhi kebutuhan pendidikan
anak-anak Anda dengan cara yang terbaik. Subyek dalam proses
homeschooling adalah anak-anak dan keluarga Anda. Jadi, fokuskan
perhatian pada anak-anak dan keluarga Anda.
Ukuran keberhasilan ada pada perkembangan anak-anak Anda,
bukan supaya terlihat keren atau untuk pamer di Facebook. Lihatlah
14
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
mata mereka, lihatlah kualitas keseharian mereka. Bangun dan
nikmati kebersamaan Anda bersama anak-anak dan keluarga.
Banyak hal-hal kecil dalam kehidupan keseharian kita yang perlu
dan bisa disyukuri. Ada perkembangan gradual dan “keajaiban-
keajaiban” yang terjadi pada anak yang perlu “dirayakan” dengan
syukur. Belajar melihat hal-hal kecil dengan rasa syukur adalah
proses sederhana yang membangun kenyamanan dan kepercayaan
diri.
Jadikan informasi tentang keluarga lain yang Anda lihat di Internet
sebagai inspirasi yang memberikan ide dan meningkatkan semangat
Anda. Jangan sampai Anda merasa terintimidasi sehingga merasa
tidak percaya diri dengan proses yang sedang Anda jalani dan
bangun bersama anak-anak.
6. INGIN CEPAT MELIHAT HASIL
Menjalani homeschooling memang memberikan tekanan tersendiri
kepada orangtua karena keluarga menjadi perintis yang berbeda dengan
keluarga lain pada umumnya.
Karena dinilai berbeda oleh lingkungan pergaulan sekitar, orangtua
mungkin menerima pandangan yang meremehkan dari orang lain.
15
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Orangtua mungkin menerima pertanyaan yang bernada meragukan dan
mempertanyakan. Orangtua mungkin menerima penentangan-
penentangan dari orang yang dicintai.
Yang menambah masalah, tekanan eksternal itu terjadi saat
orangtua sendiri sedang belajar dan mencoba mencari model
homeschooling yang paling sesuai.
Akibatnya, orangtua menjadi mudah panik dan ingin segera
memberikan pembuktian kepada orang-orang di sekitarnya.
Tips:
Tuntutan untuk membuktikan bahwa proses homeschooling
berhasil adalah hal yang wajar dan perlu diterima dengan sadar.
Itulah tantangan kita sebagai perintis. Tapi tantangan itu tak perlu
membuat kita tertekan.
Jika orangtua dan anak-anak sama-sama menikmati proses
berkegiatan bersama, hampir semua proses homeschooling
memberikan hasil yang baik dalam perkembangan anak. Kuncinya
adalah melihat pada area-area yang berbeda dari anak sekolah.
Carilah ukuran-ukuran sesuai values yang Anda kembangkan dalam
homeschooling Anda.
16
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Anak-anak homeschooling biasanya memiliki kekuatan pada sisi
psikologis karena mereka menjalani hari-harinya dengan nyaman
bersama orangtua, tanpa tekanan eksternal yang berlebihan.
Kondisinya bisa berbeda-beda pada setiap jenjang usia dan setiap
kondisi.
Jika anak-anak masih preschool, jangan terlalu khawatir dan
terburu-buru mengejar aspek akademis (calistung). Jika anak sudah
siap dan bisa mengikuti, lakukan dengan sukacita. Jika anak belum
siap, tak apa untuk menunda hingga anak siap. Yang terpenting
adalah kesehatan dan perkembangan psikologis anak.
17
(c) 2015 Rumah Inspirasi. Ebook juga dilindungi UU hak cipta.
Penulis
Sumardiono, biasa dipanggil Aar, adalah seorang ayah dari 3 (tiga)
anak, yaitu Yudhistira (2001), Tata (2004), dan Duta (2008). Bersama
isterinya, Mira Julia (Lala), mereka memilih homeschooling untuk
pendidikan anak-anaknya. Aar dan Lala menjalani homeschooling sejak
anak-anak mereka lahir hingga saat ini.
Aar memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi dan
manajemen keuangan. Aar menyelesaikan pendidikan di Teknik
Informatika ITB dan Magister Manajemen bidang Keuangan di Lembaga
PPM, Jakarta.
Dalam dunia homeschooling, Aar aktif menulis dan mengelola blog
Rumah Inspirasi (www.rumahinspirasi.com). Aar juga telah menulis buku
tentang homeschooling berjudul "Apa itu Homeschooling",
“Homeschooling Lompatan Cara Belajar” dan “Warna-warni
Homeschooling”.
Blog: www.RumahInspirasi.com
Facebook: https://www.facebook.com/aar.sumardiono
Twitter: @AarSumardiono
Email: aar@RumahInspirasi.com
top related