5.1 perkembangan transaksi pembayaran tunai 5.1.1 … · meningkatnya uang layak edar terkait...
Post on 05-Aug-2019
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 51
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net
inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu, sistem pembayaran non
tunai menunjukkan penurunan transaksi kliring dan RTGS.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)
Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan I-2011 mengalami net inflow
sebesar Rp141,40 miliar. Aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan lebih
tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.1 Netflow Kas Titipan Gorontalo Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan
Kondisi net inflow pada triwulan laporan terutama terjadi pada bulan Januari yang
mencapai Rp108,79 miliar kemudian diikuti oleh Februari sebesar Rp19,90 miliar dan Maret
sebesar Rp12,71 miliar. Net Inflow pada triwulan I-2011 merupakan cerminan dari arus dana
yang kembali ke perbankan setelah pada triwulan sebelunya mengalami penarikan yang
cukup signifikan terkait dengan berbagai kegiatan pada akhir tahun 2010 seperti Hari Raya
Idul Adha, Hari Raya Natal, Tahun Baru, dan percepatan realisasi APBD.
5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR
Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan I-2011
sebesar Rp99,15 miliar lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp35,88
miliar. Meningkatnya uang layak edar terkait dengan penyediaan uang untuk kebutuhan
transaksi pada awal tahun 2011. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar
Rp99,09 miliar untuk uang kertas dan Rp64 juta untuk uang logam. Sementara itu, uang
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
lusuh yang terdapat pada kas titipan sebesar Rp11,02 miliar. Pecahan uang kertas sebesar
Rp2000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak
500.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki
tingkat kelusuhan sebanyak 130.000 lembar.
Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu)
Sumber : Bank Indonesia
5.1.3 UANG PALSU
Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Pada triwulan-I 2011, belum teridentifikasi temuan uang palsu di Kas Titipan Provinsi
Gorontalo. Namun pada tahun 2010 terdapat temuan sebanyak 39 lembar uang palsu
dengan rincian meliputi pecahan Rp100.000,- tahun emisi 2004 sebanyak 21 lembar,
pecahan Rp50.000,- tahun emisi 2005 sebanyak 14 lembar, pecahan Rp10.000,- tahun
emisi 2005 sebanyak 1 lembar, dan pecahan Rp5.000,- tahun emisi 2001 sebanyak 3
lembar.
Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh
Uang Kertas 100,000 32,500,000 32,500,000 6,500,000 7,000,000 13,500,000 39,300,000 4,000,000 43,300,000
50,000 64,200,000 64,200,000 11,100,000 10,000,000 21,100,000 39,300,000 5,000,000 44,300,000
20,000 9,440,000 9,440,000 9,260,000 2,900,000 12,160,000 9,320,000 460,000 9,780,000
10,000 4,470,000 4,470,000 5,960,000 1,300,000 7,260,000 5,220,000 250,000 5,470,000
5,000 3,935,000 3,935,000 940,000 3,400,000 4,340,000 4,880,000 175,000 5,055,000
2,000 160,000 160,000 2,050,000 330,000 2,380,000 1,002,000 1,000,000 2,002,000
1,000 500,000 500,000 50,000 465,000 515,000 66,000 130,000 196,000
Total 115,205,000 - 115,205,000 35,860,000 25,395,000 61,255,000 99,088,000 11,015,000 110,103,000
Uang Logam 500 50,000 50,000 18,000 - 18,000 63,000 - 63,000
100 10,000 10,000 1,000 - 1,000 1,000 - 1,000
Total 60,000 60,000 19,000 - 19,000 64,000 - 64,000
TOTAL UANG 115,265,000 - 115,265,000 35,879,000 25,395,000 61,274,000 99,152,000 11,015,000 110,167,000
Tw. I 2011Jumlah (ribu)Jumlah (ribu)Jumlah (ribu)
Tw. IV 2010Tw. I 2010Jenis Pecahan (Rp)
Pecahan / Tahun Emisi 2009 2010 Tw I-2011
100.000 / 2004 1 21 0
50.000 / 2005 7 14 0
10.000 / 2005 0 1 0
5.000 / 2001 0 3 0
Jumlah 8 39 0
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 53
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan
sebesar Rp362,36 miliar dengan pertumbuhan sebesar 8,28% (q.t.q) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 28,21% (q.t.q). Adapun jumlah warkat sebanyak
16.053 lembar dengan pertumbuhan sebesar 6.18% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian
nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan I-2011 sebesar Rp5,75 miliar atau tumbuh
8,28% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 255 lembar atau tumbuh
sebesar 6,18% (q.t.q).
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari
Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan
nominal warkat yang dikliringkan tercatat mengalami kenaikan dari 0,54% pada triwulan
IV-2010 menjadi 0,88% pada triwulan I-2011. Sementara itu, rata-rata rasio warkat
Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan juga
mengalami kenaikan dari 0,43% pada triwulan IV-2011 menjadi 0,91% pada triwulan I-
2011.
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)
Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke
Gorontalo) selama triwulan I-2011 secara nominal sebesar Rp499 miliar atau terkontraksi
secara triwulanan sebesar -22,96% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,43% (q.t.q). Sementara itu, secara volume
penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan selama triwulan I-2011 tercatat sebanyak
1.137 transaksi atau mengalami kontraksi secara triwulanan sebesar -37,45% (q.t.q) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 27,75%
(q.t.q). Melambatnya perkembangan transaksi RTGS disebabkan karena aktivitas ekonomi
pada triwulan laporan kurang semarak dibandingkan triwulan sebelumnya terutama
transaksi pengeluaran pemerintah. Pada awal tahun transaksi pengeluaran pemerintah
cenderung lebih rendah dibandingkan pada akhir tahun.
Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
Rata-rata tw IV-09 242 574 362 606 603 1180
Januari 108 334 367 354 475 688
Februari 121 362 287 322 408 684
Maret 143 414 260 410 403 824
Rata-rata tw I-10 124 370 305 362 429 732
Pertumbuhan (qtq) -48.78% -35.54% -15.70% -40.23% -28.96% -37.95%
April 160 472 225 412 385 884
Mei 151 474 233 404 384 878
Juni 185 554 389 560 574 1114
Rata-rata tw II-10 165 500 282 459 448 959
Pertumbuhan (qtq) 33.49% 35.14% -7.36% 26.70% 4.44% 30.97%
Juli 216 636 402 630 618 1266
Agustus 210 758 402 771 612 1529
September 160 720 371 755 531 1475
Rata-rata tw III-10 195 705 392 719 587 1423
Pertumbuhan (qtq) 17.97% 40.93% 38.76% 56.69% 31.08% 48.47%
Oktober 200 742 392 744 591 1486
November 204 789 353 802 557 1591
Desember 280 1196 516 1182 796 2378
Rata-rata tw IV-10 228 909 420 909 648 1818
Pertumbuhan (qtq) 16.89% 29.00% 7.22% 26.53% 10.43% 27.75%
Januari 155 574 360 474 515 1048
Februari 166 490 268 470 434 960
Maret 175 701 373 703 548 1404
Rata-rata tw I-11 165 588 334 549 499 1137
Pertumbuhan (qtq) -27.42% -35.28% -20.54% -39.63% -22.96% -37.45%
Bulan
FROM TO FROM + TO
Volume Volume Volume
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 55
BAB 6 : KESEJAHTERAAN
Tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Gorontalo menunjukkan perbaikan
yang cermin dari indikator menurunnya jumlah pengangguran terbuka dari 5,16 persen pada
Agustus 2010 menjadi 4,61 persen pada Februari 2011.
6.1. PENGANGGURAN
Jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Gorontalo pada bulan Februari
2011 tercatat sebanyak 458.579 jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode
Agustus 2010 yang tercatat hanya 456.499 jiwa. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2011 mencapai
437.459 atau naik 1,05% dibanding posisi Agustus 2010 yang tercatat sebanyak 432.926
jiwa. Satu hal yang positif adalah bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Gorontalo
mengalami penurunan dimana pada bulan Februari 2011 tercatat sebanyak 4,61%, menurun
dibandingkan TPT posisi Agustus 2010 yang tercatat 5,16%. Sedangkan tingkat partisipasi
angkatan kerja mengalami penurunan dari 64,42% menjadi 63,90% yang mungkin
dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja yang lebih tinggi
(2,71%) dibandingkan pertumbuhan angkatan kerja (0,46%) dan pertumbuhan jumlah
penduduk (1,26%).
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian
nampaknya masih menjadi lapangan usaha sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo
yaitu 179.933 orang (Februari 2011) atau 41,13 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah
tersebut meningkat 1,67% jika dibandingkan dengan Agustus 2010. Hal tersebut
merefleksikan bahwa Gorontalo masih tergolong sebagai daerah agraris dengan komoditi
BAB 6 KESEJAHTERAAN
56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
utama jagung dan padi. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang
cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan yaitu 87.087 jiwa atau sebesar 19,91% dari
total tenaga kerja. Tenaga kerja sektor ini tumbuh sebesar 7,09% dibandingkan bulan
Agustus 2010. Sementara sektor perdagangan meskipun pangsanya terhadap penyerapan
tenaga kerja cukup tinggi (14,63%) namun pertumbuhannya relatif menurun dibandingkan
posisi Agustus 2010 yaitu sebesar -10,14%.
Tabel 6.2.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009-Agustus 2010
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
6.2. KEMISKINAN
Persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada tahun 2010
(data bulan Maret) di Provinsi Gorontalo sebesar 23,19% atau mengalami penurunan
dibandingkan periode Maret 2009 yang tercatat sebesar 25,01%. Kemiskinan Gorontalo
masih yang tertinggi di Sulawesi serta masih jauh di atas persentase nasional yang berada
di tingkatan 14,15%. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan Maret
2010 sebesar Rp171.371 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 9.182
perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2009 yang tercatat sebesar
Rp162.189 perkapita per bulan.
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 57
Tabel 6.3.
Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2010, persentase penduduk miskin di
provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah pedesaaan. Persentase penduduk miskin
pedesaan sebesar 30,89% sementara di perkotaan sebesar 6,29% Untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan diperlukan manajemen sumber daya lokal, penerimaan fiskal
yang berpihak pada masyarakat miskin, dan juga alokasi anggaran pendidikan dan
kesehatan yang proporsional dan berkeadilan.
6.3. RASIO GINI
Perkembangan angka rasio gini Gorontalo dalam 3 (tiga) tahun terakhir mengalami
peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan
indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan
kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian
berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk
berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%.
Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok
40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.
BAB 6 KESEJAHTERAAN
58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
Tabel 6.4.
Rasio Gini Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas
6.4. IPM (INDEX PEMBANGUNAN MANUSIA)
Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah
sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini
ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun,
kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil
dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah
satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil.
Tabel 6.5.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini
disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan,
kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun
2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional,
sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24.
BAB 6 KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 59
Tabel 6.6
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota
Tahun 2006-2007
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada
pembangunan 15 kecamatan ber-IPM terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni
pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-IPM terendah antara lain :
Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato,
Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang.
BAB 6 KESEJAHTERAAN
60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 61
BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI
Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2011 diperkirakan lebih rendah
dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2010. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi
menurunnya produksi pertanian selama triwulan II-2011 setelah mengalami puncak masa
panen pada triwulan I-2011. Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 diproyeksikan pada
kisaran 7 ± 1% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y).
Tekanan permintaan kedepan diperkirakan meningkat seiring dengan adanya rapel dan
realisasi kenaikan gaji PNS pada triwulan II-2011. Sementara itu penyaluran kredit
perbankan diperkirakan meningkat seiring dengan cerahnya prospek kegiatan dunia usaha
pada triwulan II-2011.
7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2011
Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2011 diperkirakan tumbuh 7,0 – 7,5 %
(y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2011 (8,42% y.o.y). Setelah
memasuki masa panen pada triwulan I-2011, perkembangan produksi pertanian akan
kembali menurun. Berdasarkan data Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, luas tanam
periode Januari-Februari yang akan dipanen April-Mei relatif lebih rendah dibandingkan
panen triwulan I-2011 baik untuk komoditas jagung maupun padi. Mulai melambatnya
kinerja pertanian ditunjukkan pula oleh tingkat NTP yang mulai menurun pada bulan April
2011. Pertumbuhan NTP tercatat sebesar 3,26% (y.o.y) melambat dibandingkan kondisi
Januari – Maret 2011 yang rata-rata pertumbuhannya diatas 3,5% (y.o.y)
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
Grafik 7.2 Grafik 7.3 Perkembangan Luas Tanam Padi Perkembangan Luas Tanam Jagung
Sampai dengan akhir tahun 2011, secara kumulatif tahunan perkembangan
pertanian padi diperkirakan akan lebih baik namun untuk pertanian jagung diperkirakan
melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM I-2011
memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 sebesar 297.396 ton atau tumbuh 17 %
(y.oy) dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 253.563 ton sementara produksi
jagung tahun 2011 mencapai 686.344 ton atau tumbuh 1% (y.o.y) dibandingkan produksi
jagung tahun 2010 sebesar 679.168 ton. Semakin terbatasnya luas lahan menjadi hal yang
signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.
Grafik 7.4 Grafik 7.5 Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Tendensi Konsumen BPS Namun kinerja konsumsi swasta diperkirakan mampu meredam perlambatan
yang terjadi. Peningkatan konsumsi swasta ini terkait realisasi TKD dan peningkatan gaji
pegawai negeri yang telah direalisasikan pada bulan April 2011. Indeks Ekspektasi Survei
Konsumen Bank Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat masih optimis dengan kondisi
perekonomian ke depan dimana indeks berada pada level 138,71. Hal tersebut turut
dikofirmasi oleh hasil perkiraan Indeks Tendensi Konsumen BPS Gorontalo yang
menyatakan bahwa Perkiraan nilai ITK di Provinsi Gorontalo pada Triwulan II‐2011 sebesar
107,75, artinya kondisi ekonomi konsumen triwulan yang akan datang diperkirakan akan
membaik (ITK TW I-2011 = 103.39). Perbaikan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan
II‐2011 diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan pendapatan rumah tangga.
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 63
Sementara itu kinerja dunia usaha secara keseluruhan diperkirakan masih tumbuh
walaupun dengan besaran yang lebih rendah. Hasil survei kegiatan dunia usaha Bank
Indonesia Gorontalo triwulan I-2011 mencatat bahwa angka prakiraan kondisi dunia usaha
pada triwulan II-2011 berada pada level optimis 13,34 lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 14,10. Sektor-sektor yang diperkirakan mengalami perlambatan antara
lain pertanian, dan industri pengolahan.
7.2 OUTLOOK INFLASI
Grafik 7.6
Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%)
Inflasi Gorontalo pada triwulan II-2011 diproyeksikan pada kisaran 7 ± 1% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,77% (y.o.y). Tekanan permintaan
kedepan diperkirakan meningkat seiring dengan adanya rapel dan realisasi kenaikan gaji
PNS pada triwulan II-2011. Disisi lain, stok pasokan bahan makan diperkirakan sudah mulai
menipis dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, harga-harga internasional yang
terus menunjukkan tren peningkatan diperkirakan dapat mempengaruhi peningkatan harga
barang impor di Gorontalo. Indikasi tekanan inflasi yang relatif tinggi dapat ditunjukkan oleh
hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha yang menunjukkan bahwa ekspektasi harga jual oleh
para produsen pada triwulan kedepan menunjukkan peningkatan.
Grafik 7.7 Ekspektasi Harga Jual
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
64 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
7.3 OUTLOOK PERBANKAN
Aktivitas usaha perbankan pada triwulan II-2011 diperkirakan akan mengalami
peningkatan, salah satunya diperkirakan bersumber dari potensi meningkatnya
aktivitas ekonomi masyarakat. Meningkatnya aktivitas masyarakat antara lain dari
permintaan domestik menjelang pilkada Gubernur Gorontalo, realisasi proyek yang
bersumber dari APBN dan APBD biasanya dimulai pada triwulan II. Kondisi tersebut
diperkirakan akan memberikan peluang bagi peningkatan penyaluran kredit perbankan pada
triwulan mendatang.
Sementara itu, suku bunga perbankan gorontalo diperkirakan masih akan berada
pada level stabil seiring dengan himbauan Bank Indonesia dan berbagai pihak kepada
perbankan untuk mendukung perkembangan sektor riil melalui penurunan suku bunga
kredit. Hasil Survei Kondisi Dunia Usaha (SKDU) mengkonfirmasi perbaikan prospek
perbankan kedepan melalui ekspektasi usaha sektor keuangan kedepan yang mengalami
peningkatan saldo bersih sebesar 30,00%, positif dibandingkan realisasi triwulan I-2011
yang bersaldo bersih -30,00%.
Sumber: Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.8
Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan
Meningkat Tetap Menurun
Triwulan I-11 10.00 50.00 40.00
Triwulan II-11 30.00 70.00 0.00
-
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
Ja
wa
ba
n R
es
po
nd
en
(%
)
top related