3. indah dp
Post on 27-Oct-2015
119 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Uji Efektivitas Andrographis paniculata Nees terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia Coli
1)Indah Dwi Pratiwi, 2)Prof. Dr. Dr. Efrida WN, M. Kes, Sp.MK
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Sambiloto (Andrographis paniculata nees) mempunyai banyak khasiat diantaranya sebagai hepatoprotektor, demam, antibakteri dan berbagai penyakit lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya aktivitas antibakteri pada sambiloto terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dan untuk mengetahui konsentrasi hambat minimum ekstrak sambiloto yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri tersebut. Ekstrak sambiloto didapatkan dari laboratorium kimia organik Universitas Lampung dengan menggunakan tekhnik maserasi. Aktivitas antibakteri ekstrak sambiloto dilakukan dengan menggunakan uji difusi secara sumuran. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak sambiloto memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli . Dengan kadar hambat minimum rata-rata 50% dengan diameter 9,33mm pada Staphylococcus aureus dan 25% dengan diameter 10mm pada Escherichia coli.
Kata kunci: Andrographis paniculata nees, Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
The Effectiveness Test of Andrographis paniculata Ness (Sambiloto) for Staphylococcus aureus and Escherichia Coli
Indah Dwi Pratiwi
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstract
Sambiloto (Andrographis paniculata nees) has many benefits such as hepatoprotector, fever, bacterial and other diseases. This research aims to investigate the antibacterial activity sambiloto against Staphylococcus aureus and Escherichia coli and to determine the minimum inhibitory concentration of sambiloto extract capable of inhibiting the growth of bacteria. Sambiloto Extract obtained from the laboratory Kimia Organic Universitas Lampung using maceration techniques. Antibacterial activity of extracts of Sambiloto performed using diffusion test pitting. From the results of the research showed that the extract of Sambiloto has antibacterial activity against Staphylococcus aureus and Escherichia coli With the average minimum inhibitory levels is 50% and the diameter on Staphylococcus aureus is 9,33mm and 25% with 10mm diameter on Escherichia coli.Key word: Andrographis paniculata nees, Escherichia coli and Staphylococcus aureus
Pendahuluan
Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan pesat dan
banyak dijadikan alternatif oleh sebagian masyarakat. Efek samping obat tradisional relatif
kecil dengan harga terjangkau. Efek farmakologiknya dapat dipercepat dan diperkuat dengan
cara purifikasi ekstrak serta adanya data ilmiah yang lengkap, hal ini merupakan keunggulan
2
obat tradisional (Pramono, 2002). Menurut data hasil penelitian Badan Penelitian dan
Pengembangan Daerah (Banlitbangda) kabupaten Kutai Kartanegara tahun 2009
menyebutkan jenis tanaman tradisional yang banyak digunakan sebagai obat adalah
sambiloto, daun dewa, aren, temulawak, kunyit, jahe dan serai (Puslitbang, 2009).
Di Indonesia banyak orang mengenal sambiloto dengan sebutan jamu pait. Dan banyak pula
yang mengkonsumsinya dengan meminum air rebusan sambiloto terkait dengan mudahnya
memperoleh sambiloto. Dan bagi yang tidak tahan dengan rasanya dapat mengkonsumsi
dalam bentuk kapsul. Di Cina, sambiloto sudah di uji klinis dan terbukti berkhasiat sebagai
hepatotoksik. Di jepang, sedang di jajaki kemungkinan untuk memakai sambiloto sebagai
obat HIV dan di Skandinavia, sambiloto digunakan untuk mengatasi infeksi (Yuliatin, 2012).
Penyakit infeksi merupakan masalah paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari.
Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri patogen, yang masuk ke dalam jaringan tubuh,
berkembang biak didalam jaringan dan biasanya menimbulkan penyakit (Waluyo, 2004).
Bakteri gram negatif yang paling banyak menyebabkan infeksi terutama infeksi saluran kemih
adalah bakteri Escherichia coli (Samirah, 2002). Pada bakteri gram positif terbanyak yang
menyebabkan infeksi adalah Staphylococcus aureus dan streptococcus sp.
Beberapa penyakit infeksi dapat ditanggulangi dengan penggunaan antibiotik yang rasional.
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menimbulkan dampak negatif, seperti
terjadinya kekebalan kuman terhadap beberapa antibiotik dan meningkatnya efek samping
obat. Sedangkan yang terjadi saat ini penggunaan antibiotik sering kali tidak rasional hal ini
mengakibatkan resistensi pada beberapa bakteri. Pemberian antibiotik dikatakan tepat bila
efek terapi mencapai maksimal sementara efek toksik yang berhubungan dengan obat menjadi
minimal, serta perkembangan antibiotik resisten seminimal mungkin (WHO, 2001).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fajar Dwi Setiawan dkk, Sri Murwani,
Purwani T, Nuke Erlina Mayasari, Astri Widiyani dan Nur Ichsan membuktikan bahwa
Andrographis paniculata nees efektif sebagai antibakteri. Beranjak dari penelitian tersebutlah
dilakukan penelitian mengenai uji efektivitas Andrographis paniculata nees terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, yang bertujuan untuk mengetahui adanya
aktivitas antibakteri pada ekstrak sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) terhadap bakteri
gram positif (Staphylococcus Aureus) dan bakteri gram negatif (Escherichia Coli).
3
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan metode difusi Kirby bauer.
Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2012 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi
fakultas Kedokteran Universitas lampung. Bahan penelitian adalah ekstrak sambiloto yang
didapatkan dari laboratorium MIPA Kimia Organik universitas lampung. Bakteri uji yang
dipergunakan adalah bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif
(Escherichia coli) sebagai bakteri uji yang berasal dari Laboratorium Kesehatan Provinsi
Lampung. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pipet hisap, mikropipet,
tabung reaksi, beaker glass, cawan petri, incubator, autoklaf, rak, ose, neraca ukur, stir plate,
tabung Erlenmeyer dan hot plate.
Ekstrak sambiloto sebanyak 50gram didapatkan dari sambiloto kering dengan berat 2kg, yang dibuat ekstrak dengan tekhnik maserasi. Ekstrak sambiloto didapatkan dari Laboratorium Kimia Organik Universitas Lampung. Alat yang digunakan dalam penelitian dibersihkan terlebih dahulu kemudian dibungkus dengan kertas, selanjutnya di autoklaf pada suhu 1210C, tekanan 1 atm selama 15 menit. Setelah itu dimasukan oven suhu 1000C selama 1 jam untuk mengeringkan alat (Dewi,2010).
Pembuatan muller hinton agar dilakukan dengan menimbang 3,8 gram Muller Hinton Agar
(38 gr/L) dengan komposisi medium (Beef Infusion 300 gr, Casamino acid 17,5 gr, Starch 1,5
gr, Agar 17 gr) dilarutkan dalam 100 ml aquadest lalu dipanaskan hingga mendidih kemudian
disterilkan dalam autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 1 atm suhu 121 0C
(Dewi,2010). Urutan pengujian efek antimikroba adalah dengan Pembuatan sumuran
dilakukan dengan meletakkan pipet steril pada cawan petri steril dengan menggunakan pinset
sebelum bakteri dan agar dimasukkan. Setelah agar dan bakteri di masukan ditunggu sampai
memadat. Setelah agar memadat angkat pipet yang telah kita taruh pada masing-masing label
pada cawan (Dewi,2010).
Suspensi bakteri dilakukan dengan Biakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan
disuspensikan kedalam larutan NaCL 0,9% sampai diperoleh kekeruhan yang sesuai dengan
standar 0,5 Mac Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 108 (CFU)/mL. Suspensi
4
bakteri diteteskan sebanyak 50µl kemudian diratakan lalu dimasukan agar yang sudah kita
buat (Yulina,2011).
Sumuran yang telah kita buat setelah agar mengeras kita isi sumuran-sumuran yang sudah
terbentuk dari pipet tadi dengan infusa sambiloto sesuai dengan konsentrasi yang telah kita
tentukan dengan menggunakan micro pipet. Setelah itu, media dimasukkan kedalam inkubator
pada suhu 370 C dan diamati setelah 24 jam kemudian diukur zona hambat dengan kaliper
geser atau penggaris (Dewi,2011).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui 3 kali pengulangan perlakuan secara
berturut-turut, diperoleh data rerata diameter zona hambat dari masing-masing konsentrasi
ekstrak sambiloto pada agar Muller Hinton.
Konsentrasi (%) 100 75 50 25 0
Diameter zona hambat (mm) 13 11 9 - -
Diameter zona hambat (mm) 14 12 10 - -
Diameter zona hambat (mm) 13 10 9 - -
Rata-rata diameter zona hambat (mm) 13,33 11 9,33 - -
Tabel 1. Hasil diameter zona hambat ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus.
Dari Tabel 1 menunjukkan adanya aktivitas antimikroba ekstrak sambiloto terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus berupa terbentuknya zona hambat pada agar Muller
Hinton dapat dilihat lingkaran jernih yang tidak terdapat koloni bakteri Staphylococcus
aureus pada konsentrasi ekstrak sambiloto 100%, 75% dan 50% dengan rata-rata diameter
zona hambat terbesar adalah 13,33 mm dan diameter terkecil 9,33 mm. Sedangkan pada
konsentrasi 25% tidak didapatkan zona bening.
Konsentrasi (%) 100 75 50 25 0
5
Diameter zona hambat (mm) 19 16 14 10 -
Diameter zona hambat (mm) 18 15 13 9 -
Diameter zona hambat (mm) 20 18 16 11 -
Rata-rata diameter zona hambat (mm) 19 16,33 14,33 10 -
Tabel 2. Hasil diameter zona hambat ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan
Escherichia coli.
Dari Tabel 2 menunjukkan bahwa adanya aktivitas antimikroba ekstrak sambiloto terhadap
pertumbuhan Escherichia coli yang dapat dilihat dari hasil penelitian dimana terbentuknya
zona hambat pada agar Muller Hinton pada semua konsentrasi mulai dari konsentrasi 100%,
75%, 50% dan 25%. Dengan rata-rata diameter terbesar pada konsentrasi 100% yaitu 19 mm
dan terkecil pada 25% yaitu 10 mm.
Daya hambat suatu antimikroba dalam uji sensitivitas secara in vitro dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu: populasi bakteri, konsentrasi antimikroba, komposisi media kultur,
waktu inkubasi dan temperatur (Greenwood et al, 2003). Faktor-faktor tersebut secara
keseluruhan dapat dikontrol saat prosedur pengujian berlangsung. Konsentrasi mikroba dapat
dikontrol dengan pemakaian inokulum standar dari suspensi bakteri yang secara kualitatif
sama dengan kekeruhan warna larutan standar Mac Farland yaitu putih keruh, sedangkan
konsentrasi antimikroba sengaja dibuat berbeda untuk melihat pengaruh konsentrasi
antimikroba terhadap bakteri uji (Febrika, 2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Fajar Dwi Setyawan membuktikan bahwa
sambiloto tidak memiliki sifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus
(www.fkh.unair.ac.id, 2011). Sedangkan pada penelitian yang telah dilakukan oleh Astri
Widiyani membuktikan bahwa sambiloto memiliki sifat sebagai antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus (ebooksbrowse.com/uii, 2010). Dan pada penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis pada bulan juli membuktikan bahwa ekstrak sambiloto terbukti
memiliki sifat antibakteri terhadap Staphylococcus aureus yang dibuktikan dengan
terbentuknya zona hambat pada agar yang telah diisolasikan bakteri staphylococcus aureus
pada konsentrasi 100%, 75% dan 50%.
6
Nur Ichsan melakukan penelitian sambiloto terhadap Shygella dysentriae dan mampu
membuktikan bahwa sambiloto efektif sebagai antibakteri terhadap Shygella dysentriae
(skripsi.umm.ac.id, 2006). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Sri Murwani, Purwani T
dan Nuke Mayasari membuktikan bahwa sambiloto memiliki sifat antibakteri terhadap
Salmonella typhi (elibrary.ub.ac.id, 2006). Dan dari penelitian yang telah dilakukan oleh
penulis pada bulan juli juga membuktikan bahwa sambiloto memiliki sifat antibakteri pada
bakteri gram negative Escherichia coli yang ditandai dengan ditemukannya zona bening pada
agar yang telah diisolasi bakteri pada konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%.
Tanin bekerja dengan mengadakan kompleks hidrofobik dengan protein, menginaktivasi
adhesin, enzim, dan protein transport dinding sel, sehingga mengganggu pertumbuhan
mikroorganisme (Hashem & El-Kiey, 2002). Tanin diduga sebagai senyawa antimikroba
dikarenakan berefek spasmolitik. Efek spasmolitik dapat mengkerutkan dinding sel bakteri
sehingga sel bakteri terganggu permeabilitasnya (Ajizah, 2004). Masduki (1996) menyatakan
bahwa tanin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasikan protein, karena
diduga tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolat. Secara umum efek
antibakteri tanin antara lain reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim dan destruksi atau
inaktivasi fungsi materi genetik bakteri. Menurut Okuda (2004) tanin berpotensi menjadi
antibakteri, sedangkan penelitian Mulyadi (1996) membuktikan bahwa tanin mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri seperti Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus (Dalimunthe,2009).
Senyawa alkaloid yang terkandung dalam sambiloto diperkirakan mempengaruhi hambatan
terhadap pertumbuhan bakteri. Alkaloid dapat mengganggu bakteri dengan cara mengganggu
terbentuknya jembatan silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Robinson, 2005).
Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 2005). Senyawa saponin akan
merusak membran sitoplasma dan membunuh sel (Assani, 1994). Senyawa flavonoid diduga
mekanisme kerjanya mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat
diperbaiki lagi (Pelczar dkk., 1998) (etd.eprints.ums.ac.id, 2008).
7
Perbedaan dari hasi-hasil penelitian mungkin disebabkan karena perbedaan dinding sel bakteri
Gram positif memiliki struktur dinding sel yang lebih sederhana dibandingkan Gram negatif
memiliki dinding sel bakteri yang sangat kompleks. Dinding sel bakteri Gram positif yakni
hanya terdiri dari peptidoglikan dan asam teikhoat, sedangkan bakteri Gram negatif terdiri
dari peptidoglikan dan membran luar yang mengandung 3 kompenen penting diluar
peptidoglikan, yakni lipoprotein, lipolisakarida dan membran periplasma. Sehingga bakteri
Gram positif lebih mudah dihambat pertumbuhannya daripada Gram negatif oleh antimikroba
(Lesage and Bussey, 2006). Namun pada penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis
didapatkan hasil yang berbeda dimana ekstrak sambiloto pada Staphylococcus aureus (bakteri
gram positif) aktifitas antimoikroba terlihat hanya pada konsentrasi 100%, 75% dan 50%.
Sedangkan pada Escherichia coli (bakteri gram negative) aktifitas antimikroba ekstrak
sambiloto terlihat pada konsentrasi 100%, 75%, 50% dan 25%.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sambiloto memiliki aktivitas
antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Gram positif (Staphylococcus aureus). Dan
sambiloto memiliki aktivitas antimikroba terhadap bakteri gram negatif (Escherichia coli).
Sehingga sambiloto dapat dipertimbangkan sebagai terapi alternatif penyakit yang disebabkan
oleh infeksi bakteri Gram positif dan negatif(Staphylococcus aureus dan Escherichia coli).
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto dapat disimpulkan
bahwa, ekstrak sambiloto memiliki aktivitas antimikroba terhadap pertumbuhan bakteri Gram
positif (Staphylococcus aureus) dan bakteri Gram negatif (Escherichia coli).
Daftar Pustaka
Anonim. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id . Diakses pada tanggal 16
Maret 2012
Brooks, Geo F., Butel, Janet S., Morse, Stephen A. 2008. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 23. Salemba Medika. Jakarta
Dalimunthe, A. 2009. Interaksi Sambiloto. Departemen Farmakologi Universitas Sumatera
Utara. Medan. http://www.respository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 15 April 2012
8
Deisingh, A.K., M. Thompson.2004. Strategies For The Detection of Escherichia coli
0157:H7 in foods. Journal of Applied Microbiology.82-97
Febrika, Linda. 2012. Aktivitas Antimikroba Pada Ekstrak Jintan Hitam Terhadap
Pertumbuhan Bakteri Gram Positif (Staphylococcus aureus, Streptococcus sp) dan
Bakteri Gram Negatif (Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae). Lampung
Gillespie, Stephen, Bamford, Kathleen,2007. At Glance Mikrobiologi dan Infeksi. Edisi
ketiga. Erlangga. Jakarta
Hardjoeno. 2007. Kumpulan Penyakit Infeksi dan Tes Kultur Sensitivitas Kuman serta Upaya
Pengendaliannya. Makasar : Cahya Dinan Rucitra. Hal. 158
Hidayat, N. L. 2010. Mikrobia Patogen. http://www.dinkes.kulonprogokab.go.id . Diakses 30
Mei 2012
Ichsan, Nur. 2006. Pengaruh Filtrat Daun Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)
Terhadap Diameter Zona Hambat Shigella Dysentriae Secara In Vitro. Universitas
Muhammadiyah Malang. Malang. skripsi.umm.ac.id. Diakses tanggal 10 april 2012
Johnson, Arthur G., Ziegler, Richard J., Lukasewycz, Omelan A., Hawly, Louise B. 2002.
Microbiology and Imunology, Lipincott William and Walkins. USA
Muhammad. 2005. Isolasi bakteri Epibiotik Penghasil Senyawa Antibakteri dari Permukaan
Karang. http://repository.ipb.ac.id / bitstream/handle . Diakses pada tanggal 30 Mei
2012
Murwani, Sri., Purwani T., Nuke Erlina Mayasari. 2006. Efek Antimikroba Dekok daun
sambiloto (Andrographis Paniculata Nees) Terhadap Salmonella Typhi No.Reg D10
In Vitro. Elibrary.ub.ac.id. Diakses tanggal 25 juli 2012
Pelczar, Michael, J., Chan, S. C. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia.
Jakarta
Pramono, S. Katno. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional. Fakultas Farmasi UGM. Jogjakarta
Samirah, Darwati, windarwati, Hardjoeno. 2002. Pola dan sensitivitas Kuman di Penderita
Infeksi Saluran Kemih. FKUI. Jakarta
9
Setyawan, Fajar Dwi. 2011. Perbandingan Zona Hambat Ekstrak Daun Sambiloto
(Andrographis Paniculata Nees) Terhadap Staphylococcus Aureus Asal Susu Sapi
Perah Dari Peternakan Nongkojajar Dan Kali Kepiting Surabaya. FKH Universitas
Airlangga. Surabaya. www.fkh.unair.ac.id. Diakses tanggal 25 juni 2012
Syayurachman, Agus, Chatim, Aidilfiet,. 2008. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran edisi
revisi. Binarupa Aksara. Jakarta
Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. 2003. Bakteriologi Medik.
Bayumedia. Jawa Timur
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadyah Malang. Malang
Widiyani, Astri. 2010. Uji Aktivitas Antimikroba Etanolik Herba Sambiloto (Androdraphis
Paniculata Nees) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25293, Escherichia coli
ATCC 35218 Dan Candida Albicans Secara IN Vitro. Ebookbrowse.com/uii/skripsi.
Diakses tanggal 6 februari 2012
World Health Organization. WHO Global Strategy for Containment of Antimicrobial
Resistance. World Health Organization. 2001 : 1-55
Yulina, I. K. 2011. Aktivitas Antibakteri Kitosan Berdasarkan Perbedaan Derajat Deasetilasi
dan Bobot Molekul. http://www.respository.ipb.ac.id . Diakses pada tanggal 10 Mei
2012
top related