20120305_etika moral dan moralitas.ppt

Post on 26-Jul-2015

433 Views

Category:

Documents

1 Downloads

Preview:

Click to see full reader

TRANSCRIPT

ETIKA MORAL DAN MORALITAS

Kata moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Moralitas merupakan keseluruhan norma, nilai dan sikap moral seseorang atau suatu masyarakat.

• Nilai moral ialah buruknya manusia sebagai manusia, sedang norma moral merupakan ukuran tentang penentuan baik buruknya tindakan/sikap

• Ajaran moral merupakan ajaran atau patokan tentang bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar baik sebagai manusia

• Moralitas atau ajaran moral dapat berasal dari tradisi, adat, agama atau ideologi.

• Etika merupakan sarana untuk memperoleh orientasi kritis dalam menghadapi pelbagai moralitas yang dewasa ini sering membingungkan.

• Etika ingin meneliti mengapa moralitas tertentu perlu diikuti serta bagaimana sikap yang bertanggung jawab dalam menghadapi pelbagai moralitas dapat dikembangkan. Etika secara kritis mempertanyakan tepat tidaknya pelbagai ajaran moral

Pendekatan Etik dan Pendekatan Hukum

• Kasus-kasus dalam etika biomedik sering melibatkan juga masalah hukum, dan karena itu perbedaan kedua pendekatan perlu dipahami. Sebagai sebagian dari norma hukum, norma moral dibedakan menjadi norma sopan santun, norma hukum, norma moral.

• Norma sopan santun lebih berkaitan dengan sikap lahiriah manusia. Pelangaran-pelanggaran norma sopan santun tak akan dikenai hukuman fisik. Pelaku paling dicap sebagai “tidak tahu tata sopan santun”. Sukar dikatakan bahwa pelaku merupakan orang yang “tidak baik”

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran

Pendahuluan • Di dalam praktek kedokteran terdapat

aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll

• Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika

• Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap profesional.

• Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum.

• Dalam kenyataan pasien yang kecewa terhadap pelayanan dokter yang menghadapi gugatan

• Masalah : Pelanggaran ini sulit dipilah-pilah apakah pelanggaran hukum atau pelanggaran etika atau bahkan hanya pelanggaran pribadi.

Contoh pelanggaran etik yang sulit dibuktikanOver utilisasi alat canggih kedokteran

di RS Undertreatment/pengobatan ala

kadarnya Perpanjangan waktu rawat inapFutilisasi medik/kesia-siaan penyakit

yang sulit sembuh

Contoh pelanggaran etik yang sulit dibuktikan :

• Pasien dumping/pemaksaan pasien pulang

• Pemimpongan pasien tidak mampu

• Penolakan pasien kondisi terminal

• Menahan-nahan pasien, tidak segera merujuk

• Mengabaikan informed consent

• Mengabaikan rekam medis

Contoh pelanggaran etik yang sulit dibuktikan :

• Dikotomi atau spiliting/komisi

• Tidak mengungkapkan medical error

• Menghalalkan tindakan medis yang tidak seharusnya (co:aborsi)

• Memperkokoh ketertutupan medis/kebebasan otonom

• Memasang tarif tinggi

Etika pelayanan medis :

• Hampir semua dokter yang diadukan pasiennya adalah dokter spesialis

• Bekerja di RS

• Ada juga dokter umum yang kurang hati-hati

• Kebanyakan yang laris

• Dokter arogan kurang menjalin komunikasi

• Pengadu merasa kurang dihormati hak-haknya

• Komplikasi penyakit dikira malpraktek

• Sebagian pengadu mengeluhkan mahalnya tarif RS

• Pengadu memojokkan dokter dengan mengadu lewat publik/surat kabar

• Tidak kurang mereka menggunakan jasa pengacara

Sengketa medik dokter pasien meliputi

• Masalah kualitas pelayanan dan dugaan kesalahan

• Kesalahan atau kecelakaan

• Watak yang menyebalkan (annoying)

• Perilaku tidak professional

• Dokter “cacat”

Pelanggaran serius

• Berkaitan dengan kompetensi dan kemampuan

• Mengabaikan tanggung jawab profesional

• Peresepan tak bertanggung jawab

• Perilaku sexual menyimpang

• Kecurangan akademik

• Pengiklanan diri

Pelanggaran etik

• Suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar hanya akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya

• Suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat : kewajiban menjalani pendidikan/pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten), pencabutan haknya berpraktik profesi.

• Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran.

Ruang Lingkup Etika Kedokteran

• Pertimbangan dan usulan pelaksanaan etika kepada pengurus IDI setingkat

• Bimbingan dan pengawasan etika kepada seluruh dokter

MKEK

• Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa melanggar norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesinya).

• Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dan keluhuran profesi.

Persidangan MKEK

• Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai penuntut.

• Persidangan MKEK secara formiel tidak menggunakan sistem pembuktian sebagaimana perdata, namun demikian tetap berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim

Wewenang MKEK :

Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis berwenang memperoleh :

• Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari pihak-pihak terkait (pengadu, teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group/para ahli di bidangnya yang dibutuhkan

• Dokumen yang terkait seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijazah/brevet dan pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa Surat Ijin Praktek Tenaga Medis. Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah sakit, hospital bylaws, SOP dan SPM setempat, rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kasusnya.

Keputusan MKEK

• Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentuk permintaan keterangan ahli.

• Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham dengan putusan MKEK.

Eksekusi

• Eksekusi putusan MKEK wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah ddan/atau Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan.

• Khusus untuk SIP, eksekusinya diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan

Penanganan Sengketa Medik

• Identifikasi seluruh masalah keluhan utama pasien

• Dokter teradu diminta untuk membuat kronologi lengkap mengenai kasus itu

• Menganalisa secara ilmiah dengan pertimbangan dari ahli terkait

• Lakukan konfrontasi dengan pengadu upayakan damai

Bila Sampai Pengadilan

• Tidak jarang kasus sudah disidik polisi

• Dan dilimpahkan kejaksaan

• Terus sampai pengadilan

• IDI dalam hal ini MKEK akan diminta menjadi saksi ahli

• Keputusan di majelis hakim

• Vonis sesuai undang-undang yang berlaku

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

• Disingkat MKDI

• Lembaga yang berwenang untuk menentukan ada dan tidaknya kesalahan yang dilakukan oleh dokter dalam penerapan disiplin ilmu kedokteran dan menetapkan sanksi

• Dibentuk ditingkat pusat dan provinsi

NORMA Dalam Praktek Kedokteran

DISIPLIN

ETIKA HUKUM

ATURAN PENERAPAN

KEILMUANKEDOKTERAN

ATURAN HUKUM

KEDOKTERAN

ATURAN PENERAPAN

ETIKAKEDOKTERAN

(KODETI)

Tugas MKDI

• Menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin dokter yang diajukan

• Menyusun pedoman dan tatacara penanganan kasus pelanggaran disiplin dokter

• MKDP bekerja sebagai MKDI ditingkat provinsi

MKDKI-MKEK

• Domain atau yurisdiksi MKDKI adalah “disiplin profesi”, yaitu permasalahan yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran seorang profesional atas peraturan internal profesinya, yang menyimpangi apa yang diharapkan akan dilakukan oleh orang (profesional) dengan pengetahuan dan ketrampilan yang rata-rata.

• Dalam hal MKDKI dalam sidangnya menemukan adanya pelanggaran etika, maka MKDKI akan meneruskan kasus tersebut kepada MKEK.

Kedudukan MKDI

• Sebagai lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia

• Anggota-anggota ditetapkan oleh Menteri atas usulan organisasi profesi

• Masa bukti MKDI adalah 5 tahun dan dapat disusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan lagi.

Keanggotaan MKDI terdiri atas:

• 3 orang dokter dari organisasi profesi

• 1 orang dokter dan asosiasi Rumah Sakit (dalam hal ini PERSI)

• 3 orang sarjana hukum

Syarat-syarat keanggotaan MKDI

• WNI, berkelakuan baik, taqwa sehat • Usia minimal 40 maksimal 65 pada

waktu diangkat• Minimal penglaman praktek 10 tahun

dan memiliki STR dan SIP• Bagi Sarjana Hukum berpengalaman

minimal 10 tahun• Cakap, jujur moral baik etika

integritas tinggi reputasi baik.

Pelanggaran & Cara Penanganan

ETIKA

DISIPLIN

SENGKETA HUKUM

SENGKETA NON HUKUM

DRDRG

MKEK

MKDKI

PERADILAN PIDANAPERADILAN PERDATAPERADILAN TUN

LEMBAGA MEDIASI(ADR)

Disiplin Kedokteran• Kepatuhan menerapkan

aturan-aturan/ketentuan penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan

• Lebih khusus : kepatuhan menerapkan kaidah-kaidah penatalaksanaan klinis (Asuhan Medis) yang mencakup :- Penegakan diagnosa- Tindakan pengobatan (treatment)- Menetapkan prognosis dengan

standart/indikator:- Standar kompetensi, std perlikau etis, std

asuhan medis dan std klinis.

Dalam Melaksanakan Praktik Kedokteran, harus dilakukan sesuai dengan :

1. Standar Pelayanan

2. Standar Profesi dan

3. Standar Operasional Prosedur

Disiplin Kedokteran merupakan Kepatuhan memenuhi :

• Standart of care

• Clinical standart

• Standart of competence

• Standart of profesional attitude

• Dan aturan/ketentuan terkait dalam asuhan medis

(penatalaksanaan klinis pasien)

Pelanggaran Disiplin (Serious Professional Misconduct)keputusan KKI No. 17/KKI/KEP/VII/2006

• Kegagalan penatalaksanaan pasien ok :– Ketidakcakapan (incompetence)– Kelalaian (gross negligence)

• Perilaku tercela (menurut ukuran profesi)• Ketidaklayakan fisik & mental (unfit to practice)Atau dengan kata lain :• Tidak memenuhi :

– Standart of care, clinical standart– Standart of competence– Standart of professional attitude– Dan aturan ketentuan terkait

Filosofi Penegakkan Disiplin

Tujuan Penegakan Disiplin :

• Utama : Proteksi Pasien

• Lain-lain :

1. Jaga mutu DR/DRG

2. Jaga Kehormatan Profesi Kedokteran/Kedokteran Gigi

Tahap Penegakan Disiplin oleh MKDKI

Tahap I : Investigational Stage (Tahap Investigasi)- Pengaduan (Admission)

- Verifikasi- Pemeriksaan awal oleh MPA

- Investigasi (Inquiry)

Tahap 2. : Adjudicatory Stage (Pemeriksaan dan Keputusan)- Pemeriksaan disiplin oleh MPD

- Pembuktian- Pengambilan Keputusan

Tahap 3. : Dispositional Stage (Penyampaian Keputusan)- Pembacaan keputusan

- Pengajuan keberatan teradu (jika ada)]

- Penyampaian keputusan kepada pihak terkait

Pengaduan (Paradok)

• Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada ketua MKDKI

• Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang dan/atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

Alat Bukti

• Surat-surat/dokumen tertulis

• Keterangan saksi

• Pengakuan teradu

• Keterangan saksi ahli

• Barang bukti

Sifat Sidang

• Sidang Majelis Pemeriksa Disiplin : Tertutup

• Sidang Pembacaan Amar Keputusan Majelis Pemeriksa Disiplin : Terbuka

Macam Keputusan

• Tidak bersalah

• Bersalah dengan saksi :– Peringatan tertulis

– Rekomendasi pencabutan STR atau SIP, sementara (max 1 thn atau selamanya)

– Dan atau kewajiban mengikuti pendidikan / pelatihan

Sifat Sanksi Disiplin

• Keputusan sanksi disiplin oleh MKDKI merupakan keputusan TUN (Beschikking)

• Keputusan bersifat final

• Pengajuan keberatan bila ada bukti baru

Bentuk Pelanggaran Disiplin Kedokteran

1. Tidak kompeten/cakap2. Tidak merujuk3. Pendelegasian kepada nakes yang tidak

kompeten4. DR/DRG pengganti tidak beritahun ke

pasien tidak punya SIP5. Tidak layak praktik (kesehatan fisik dan

mental)6. Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien7. Pemeriksaan dan pengobatan berlebihan

8. Tidak berikan informasi yang jujur9. Tidak ada informed consent10. Tidak buat/simpan rekam medik11. Penghentian kehamilan tanpa indikasi medis12. Euthanasia 13. Penerapan pelayanan yang belum diterima

kedokteran 14. Penelitian klinis tanpa persetujuan etis15. Tidak memberi pertolongan darurat16. menolak/menghentikan pengobatan tanpa alasan

yang sah17. Membuka rahasia medis tanpa izin18. Buat keterangan medis tidak benar19. Ikut serta tindakan penyiksaan

20. Peresepan obat psikotropik/narkotik tanpa indikasi

21. Pelecehan seksual, intimidasi, kekerasan

22. Penggunaan gelar akademik/sebutan profesi, palsu

23. Menerima komisi terhadap rujukan/peresepan

24. Pengiklanan diri yang menyesatkan

25. Ketergantungan NAPZA

26. STR, SIP, Sertifikat kompetensi tidak sah

27. Imbal jasa tidak sesuai tindakan

28. Tidak berikan data/informasi atas permintaan MKDKI

Keputusan

• Tidak bersalah

• Bersalah dan pemberian sanksi disiplin

• Ditemukan pelanggaran etika

top related