138478385 juknis dak bidang pertanian 2013
Post on 02-Jan-2016
347 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/I/2013 TANGGAL : 10 Januari 2013
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 (2010-2014) mengarahkan pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan masyarakat, serta berperan dalam pelestarian lingkungan melalui praktek budidaya pertanian yang ramah lingkungan, sehingga arah kebijakan dan strategi yang ditempuh pada RPJMN 2010-2014 difokuskan pada kesejahteraan rakyat dalam aspek ekonomi dan pangan. Dalam upaya meningkatkan peran strategis pertanian tersebut, Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 telah menetapkan EMPAT TARGET SUKSES yang ingin dicapai Kementerian Pertanian yaitu: (1) pencapaian swasembada kedelai, gula dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Strategi pembangunan pertanian yang ditempuh difokuskan pada penanganan tujuh aspek dasar yang disebut TUJUH GEMA REVITALISASI, yaitu (1) revitalisasi lahan; (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan; (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana; (4) revitalisasi sumber daya manusia; (5) revitalisasi pembiayaan petani; (6) revitalisasi kelembagaan petani; dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir. Pencapaian Empat Target Sukses tersebut tentunya tidak mudah, karena kebijakan, program dan kegiatan yang disusun harus mampu menjawab permasalahan mendasar dan isu strategis pembangunan pertanian saat ini, antara lain: (1) meningkatnya kerusakan
2
lingkungan dan perubahan iklim global, (2) terbatasnya ketersediaan infrastruktur, (3) belum optimalnya sistem perbenihan dan perbibitan nasional, (4) terbatasnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, (5) masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, (6) masih rendahnya nilai tukar petani serta (7) kurangnya koordinasi antar pusat-daerah maupun antar sektor terkait. Untuk menjawab berbagai permasalahan mendasar tersebut, diatasi melalui kerangka regulasi dan kebijakan guna memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha pertanian, disamping itu juga melalui fasilitasi APBN guna menyediakan infrastruktur publik dan pemberdayaan petani. Sebagaimana diketahui bersama, pembangunan pertanian akan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing apabila dilaksanakan dengan pendekatan kawasan yang dikelola dengan sistem agribisnis. Efektivitas dan keberhasilan program pembangunan pertanian akan dicapai apabila di setiap kawasan dibangun dengan kegiatan yang terpadu dan multi-years, serta mampu mensinergiskan sumber-sumber pembiayaan yang ada antara lain dari APBN, APBD, BUMN, investasi swasta dan masyarakat. Dalam rangka menyediakan infrastruktur dasar di bidang pertanian yang menjadi urusan Provinsi, Kabupaten/Kota dan memiliki prioritas nasional akan dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian. Infrastruktur dasar di bidang pertanian tersebut antara lain: infrastruktur air, lahan dan Balai Penyuluhan Pertanian tingkat kecamatan (BPPK), lumbung pangan masyarakat, Balai Perbenihan/Perbibitan Provinsi, Balai Proteksi Provinsi dan Laboratorium Kesehatan Hewan Provinsi. Guna mengarahkan pelaksanaan DAK Bidang Pertanian sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian sasaran yang diharapkan, maka diterbitkan Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2013.
B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud
Maksud ditetapkannya Petunjuk Teknis DAK Bidang Pertanian Tahun 2013 ini sebagai acuan dalam penyusunan RKA/DPA APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, pemanfaatan dan pelaksanaan kegiatan, pembinaan dan pelaporan DAK Bidang Pertanian.
3
2. Tujuan Tujuan Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2013 ini untuk: a. menyediakan prasarana dan sarana fisik dasar pembangunan
pertanian; b. memperkuat kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian dan
ketahanan pangan masyarakat; dan c. meningkatkan kinerja pembangunan pertanian di daerah.
C. Sasaran
Sasaran Pengalokasian DAK Bidang Pertanian TA. 2013 pada SKPD lingkup Pertanian, yaitu: a. SKPD yang menangani Bidang Pertanian, Perkebunan dan
Peternakan lingkup Provinsi; b. SKPD yang menangani Bidang Pertanian, Penyuluhan Pertanian
dan Ketahanan Pangan lingkup Kabupaten/Kota.
D. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang diatur Petunjuk Teknis DAK Bidang Pertanian
Tahun 2013 ini meliputi : a. kegiatan pemanfaatan DAK Bidang Pertanian tahun 2013; b. tata cara pemanfaatan DAK Bidang Pertanian tahun 2013; dan c. pembinaan dan pelaporan DAK Bidang Pertanian tahun 2013.
BAB II KEBIJAKAN DAN KEGIATAN PEMANFAATAN
DAK BIDANG PERTANIAN TAHUN 2013
Dalam rangka mendukung target peningkatan surplus beras 10 (sepuluh) juta ton pada tahun 2014, Kementerian Pertanian melakukan refocusing kegiatan DAK Bidang Pertanian TA. 2013 yaitu Pembangunan/Perbaikan sarana prasarana dasar Pertanian. Kegiatan DAK Bidang Pertanian dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan DAK Bidang Pertanian Kabupaten/Kota meliputi Pengembangan Prasarana dan Sarana Air, Pengembangan Prasarana dan Sarana Lahan dan Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan (BPPK) dan Penyediaan Sarana Penyuluhan dan Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat.
4
Adapun kegiatan DAK Bidang Pertanian Provinsi meliputi Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Perbenihan/Perbibitan, Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman dan Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan Hewan. Adapun rincian kegiatan DAK Bidang Pertanian Kabupaten/Kota sebagai berikut: A. DAK BIDANG PERTANIAN PROVINSI
DAK Bidang Pertanian Provinsi di fokuskan pada
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD Perbenihan/Perbibitan,
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD Proteksi Tanaman dan
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan
Hewan.
Untuk Provinsi yang memiliki potensi pertanian tanaman pangan
memprioritaskan penggunaan DAK untuk
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Perbenihan
Tanaman Pangan dan Hortikultura; Pembangunan UPTD Proteksi
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Untuk Provinsi yang memiliki potensi perkebunan memprioritaskan
penggunaan DAK untuk Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi
UPTD/Balai Perbenihan Perkebunan dan
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman
Perkebunan.
Untuk Provinsi yang memiliki potensi peternakan memprioritaskan
penggunaan DAK untuk Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi
UPTD/Balai Perbibitan Ternak dan
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan
Hewan.
Adapun rincian kegiatan DAK Bidang Pertanian Provinsi, sebagai
berikut:
5
A.1 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai Perbenihan/Perbibitan
Penyediaan prasarana dan sarana balai perbenihan/perbibitan
dibangun di atas tanah milik Pemerintah Provinsi yang sudah
dipersiapkan untuk balai perbenihan/perbibitan atau UPTD
perbenihan/perbibitan dalam bentuk peraturan daerah atau
peraturan Gubernur.
Sebelum membangun/merehabilitasi/merenovasi Prasarana dan
Sarana Balai Perbenihan/Perbibitan atau UPTD
perbenihan/perbibitan harus didahului dengan desain
perencanaan. Biaya untuk desain perencanaan dan pengawasan
dalam pembangunan fisik harus disediakan dari APBD (di luar 10
% dana pendamping APBD).
Anggaran DAK hanya bisa digunakan untuk fisik bangunan
(ditambah 10 % dana pendamping APBD).
A.1.a Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai Perbenihan Tanaman Pangan
1) Balai Benih Induk Padi
Dalam memenuhi kebutuhan penyediaan prasarana dan
sarana Balai Benih sesuai dengan standar Balai Benih
Induk Padi terdiri dari:
a. Bangunan (antara lain gudang benih, gudang
peralatan, gudang prosessing, gudang obat-obatan
(pupuk dan pestisida), jalan usaha tani, kantor,
laboratorium, lantai jemur). Pembangunan fisik
bangunan harus didahului desain perencanaan.
Biaya desain tidak boleh menggunakan DAK (bukan
dari anggaran DAK);
b. Pembangunan sarana dan prasarana pengairan yang
antara lain mencangkup pembangunan sumur dalam
(deep wheel), embung, long storage, jaringan/saluran
irigasi teknis, pintu air berikut sarana
pendistribusiannya (pipa, selang, dan pompa
air/sumur dalam dll);
6
c. Peralatan Produksi (antara lain sarana pengairan,
mini tractor, hand tractor, mist blower, hand sprayer,
power sprayer, cangkul, arit/parang, alat mesin
panen, pompa air, motor roda 3 (tiga) dilengkapi
dengan bak angkut, landak, mesin pemotong
rumput;
d. Peralatan Pengolahan/Penyimpanan Benih (antara
lain power thresher, silo, box dryer, seed cleaner,
staple, palet, bag closer, timbangan);
e. Peralatan Laboratorium (moisture tester, rak benih).
2) Balai Benih Induk Palawija
Dalam memenuhi kebutuhan penyediaan prasarana dan
sarana Balai Benih sesuai dengan standar Balai Benih
Induk Palawija terdiri dari:
a. Bangunan (antara lain gudang benih, gudang
peralatan, gudang prosessing, gudang obat-obatan
(pupuk dan pestisida), jalan usaha tani, kantor,
laboratorium, lantai jemur). Pembangunan fisik
bangunan harus didahului desain perencanaan.
Biaya desain tidak boleh menggunakan DAK (bukan
dari anggaran DAK);
b. Pembangunan sarana dan prasarana pengairan yang
antara lain mencangkup pembangunan sumur dalam
(deep wheel), embung, long storage, jaringan/saluran
irigasi teknis, pintu air berikut sarana
pendistribusiannya (pipa, selang, dan pompa
air/sumur dalam dan lain-lain);
c. Peralatan Produksi (antara lain sarana pengairan,
mini tractor, hand tractor, mist blower, hand sprayer,
power sprayer, cangkul, arit/parang, pompa air,
motor roda 3 (tiga) dilengkapi dengan bak angkut,
mesin pemotong rumput;
7
d. Peralatan Pengolahan/Penyimpanan Benih (antara
lain power thresher, silo, box dryer, seed cleaner,
staple, palet, bag closer, timbangan); dan
e. Peralatan Laboratorium (moisture tester, rak benih).
A.1.b Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai
Perbenihan Hortikultura
Anggaran DAK Perbenihan Hortikultura diprioritaskan
untuk pembangunan/rehabilitasi/renovasi gedung dan
sarana penunjangnya, termasuk di dalamnya kelengkapan
prasarana, sarana, dan peralatan untuk berfungsinya Balai
Benih Hortikultura. Anggaran DAK hanya dapat digunakan
untuk prasarana, sarana, dan peralatan yang berumur
ekonomis panjang (Dana DAK tidak boleh digunakan untuk
sarana habis pakai). Adapun Kriteria Balai Benih
Hortikultura sebagaimana tercantum pada format 1 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai
Perbenihan Hortikultura sebagai berikut:
1) Pengembangan Benih Buah, komponennya dapat
mencakup:
a. Pembangunan/rehab Screen House untuk Blok
Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel
(BPMT);
b. Pembangunan/Rehab bangunan kantor;
c. Pembangunan/Rehab gudang;
d. Pembangunan/Rehab pagar;
e. Fasilitasi sarana pengairan;
f. Pembangunan/rehab jalan kebun; dan
g. Fasilitasi alat dan mesin produksi benih (power
sprayer, mini tractor, motor roda 3 (tiga) dilengkapi
dengan bak angkut, dll).
Acuan pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Benih
Buah sebagaimana tercantum pada format 1 yang
8
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan
ini.
2) Pengembangan Benih Sayuran dan Tanaman
Biofarmaka, komponennya dapat mencakup:
a. Pembangunan/rehab laboratorium kultur jaringan;
b. Pembangunan/rehab gudang benih;
c. Pembangunan/rehab screen house;
d. Pembangunan/Rehab bangunan kantor;
e. Pembangunan/Rehab pagar;
f. Fasilitasi sarana pengairan;
g. Pembangunan/rehab jalan kebun; dan
h. Fasilitasi alat dan mesin produksi benih (power
sprayer, mini tractor, motor roda 3 (tiga) dilengkapi
dengan bak angkut untuk sarana angkut benih, dll.).
Acuan pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Benih
Sayuran dan tanaman Biofarmaka sebagaimana
tercantum pada format 1 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan ini.
3) Pengembangan Benih Florikultura, komponennya dapat
mencakup:
a. Pembangunan/Rehab bangunan kantor,
b. Pembangunan/Rehab gudang;
c. Pembangunan/Rehab pagar;
d. Fasilitasi sarana pengairan;
e. Pembangunan/rehab jalan kebun;
f. Pembangunan/rehab screen house;
g. Pembangunan/rehab laboratorium kultur jaringan;
h. Peralatan laboratorium kultur jaringan; dan
i. Fasilitasi alat dan mesin produksi benih (power
sprayer, mini tractor, motor roda 3 (tiga) dilengkapi
dengan bak angkut, dll).
Acuan pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Benih
Florikultura sebagaimana tercantum pada format 1 yang
9
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan
ini.
Daftar UPTD/Balai Benih Hortikultura Provinsi seluruh
Indonesia sebagaimana tercantum pada format 2 yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
A.1.c Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai
Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura.
Dalam memenuhi kebutuhan untuk pengawasan dan
sertifikasi benih maka prasarana dan sarana BPSB
Tanaman Pangan dan Hortikultura harus sesuai standar
BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari:
1) Bangunan yang antara lain kantor dan laboratorium
atau sub laboratorium. Pembangunan fisik bangunan
harus didahului desain perencanaan. Dana desain ini
tidak boleh menggunakan DAK;
2) Pembangunan sarana dan prasarana pengairan yang
antara lain mencangkup pembangunan sumur dalam
(deep wheel), embung, long storage, jaringan/saluran
irigasi teknis, pintu air berikut sarana
pendistribusiannya (pipa, selang, dan pompa
air/sumur dalam dll);
3) Peralatan laboratorium/sub laboratorium seperti
timbangan digital, timbangan analitik dan moisture
tester;
4) Dukungan sarana roda-2 (dua) untuk Pengawas Benih
Tanaman (Pegawai Negeri Sipil) dalam menunjang
kegiatan operasional di lapangan.
Daftar UPTD BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura
Provinsi seluruh Indonesia sebagaimana tercantum pada
10
format 3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan ini.
A.1.d Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai
Perbenihan Perkebunan Dalam memenuhi kebutuhan untuk peningkatan mutu benih Perkebunan maka diperlukan prasarana dan sarana di Balai Benih Perkebunan yang harus sesuai standar Balai Benih Perkebunan, sebagai berikut:
1) Pembangunan Gedung UPTD/Balai Benih Perkebunan
Provinsi.
Pembangunan Gedung UPTD/Balai Benih Perkebunan
yaitu pengadaan bangunan baru secara keseluruhan
termasuk sarana penunjangnya seperti: listrik/genset ,
sumur/pompa air
Ukuran panjang dan lebar (luas) ruangan dapat
disesuaikan dengan standar dan kondisi wilayah
setempat. Pembangunan fisik bangunan harus di lahan
yang bersertifikat hak milik pemerintah Provinsi.
Sebelum dilakukan pembangunan gedung agar
didahului dengan desain perencanaan menggunakan
anggaran APBD.
Apabila anggaran tidak mencukupi untuk membangun
gedung UPTD/ Balai Benih Perkebunan secara utuh
pada tahun 2013, maka bangunan dapat diprioritaskan
untuk membangun ruangan yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan kegiatan pengawasan dan pengujian
mutu benih tanaman perkebunan.
2) Rehabilitasi dan Renovasi Bangunan UPTD/ Balai benih
Perkebunan Provinsi.
Rehabilitasi bangunan UPTD/Balai Benih Perkebunan
Provinsi adalah memperbaiki/mengganti semua elemen
bangunan yang rusak dan didasarkan pada analisis
dinas teknis yang berwenang.
Renovasi bangunan UPTD/Balai Benih Perkebunan
Provinsi digunakan untuk
11
merubah/menambah/memperluas bangunan yang ada
(didasarkan pada analisis dinas teknis yang berwenang.
3) Penyediaan Prasarana dan Sarana kantor UPTD/Balai
Benih Perkebunan Provinsi.
Penyediaan prasarana dan sarana bagi kantor
UPTD/Balai Benih Provinsi meliputi sarana
laboratorium daya kecambah benih, sarana
laboratorium mutu benih, sarana laboratorium
kesehatan benih, sarana rumah kaca, sarana ruang
penyimpanan contoh benih dan sarana penyimpanan
data analisis. Kendaraan roda-2 (dua) untuk Pengawas
Benih Tanaman Perkebunan (Pegawai Negeri Sipil).
Daftar kelembagaan UPTD/Balai Benih/Pengawas Benih
Perkebunan Provinsi seluruh Indonesia sebagaimana
tercantum pada format 4 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan ini.
A.1.e Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai
Perbibitan Ternak
Dalam rangka meningkatkan dan memenuhi kebutuhan
untuk Balai Perbibitan Ternak maka perlu dilakukan
upaya untuk membangun/merehabilitasi/merenovasi
bangunan dan kandang UPTD bidang peternakan milik
daerah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi.
UPTD dimaksud terdiri dari perbibitan ternak, produksi
makanan ternak, pembibitan pakan ternak, balai
inseminasi buatan, pengembangan sumber daya
peternakan, dan pengujian mutu produk peternakan.
Anggaran DAK Perbibitan/perbenihan Peternakan hanya
diprioritaskan untuk pembangunan/rehabilitasi kandang,
gedung dan sarana penunjangnya, termasuk di dalamnya
kelengkapan prasarana, sarana, dan peralatan untuk
12
berfungsinya UPTD perbibitan/perbibitan peternakan. yang
berumur ekonomis panjang.
Pengembangan Pembibitan Ternak, komponennya dapat
mencakup:
1) Pembangunan/Rehab kandang
2) Pembangunan/Rehab bangunan kantor;
3) Pembangunan/Rehab gudang pakan;
4) Pembangunan/Rehab tempat pengolahan pupuk /UPPO
5) Pembangunan/Rehab pagar;
6) Pembangunan kebun rumput;
7) Fasilitasi sarana air; dan
8) Sarana penunjang lainnya yang berumur ekonomis
panjang.
Daftar Kelembagaan UPTD/Balai Perbibitan Ternak Provinsi
seluruh Indonesia sebagaimana tercantum pada format 5
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan ini.
A.2 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi
Tanaman
Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman di provinsi merupakan
kelembagaan perlindungan tanaman (pangan, hortikultura, dan
perkebunan) yang melaksanakan kewenangan di bidang
pengamatan/pemantauan dan pengendalian OPT. Fungsi
kelembagaan Balai ini meliputi : 1) pelayanan diagnostik OPT,
surveilans, penerapan teknologi Pengendalian Hama terpadu (PHT)
dan ramah lingkungan dan Fungsinya dilaksanakan oleh oleh
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit TPH (LPHP TPH) di
wilayah/kawasan 2) pelayanan pengendalian OPT dan fungsinya
dilaksanakan oleh Brigade Proteksi Tanaman (BPT).
Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman sebagai SKPD yang
ditetapkan berdasarkan Perda dan/atau Peraturan Gubernur, di
samping melaksanakan 2 (dua) fungsi tersebut, juga melaksanakan
13
fungsi pembinaan petani dalam penanganan/ penanggulangan OPT
sesuai konsep PHT.
Daftar Kelembagaan UPTD/Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi seluruh Indonesia sebagaimana tercantum
pada format 6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan ini.
A.2.a Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
1) Rehabilitasi/Renovasi gedung Balai Proteksi dan
LPHP antara lain: laboratorium hama, laboratorium
penyakit, laboratorium diagnosis dan koleksi OPT,
laboratorium Agens Hayati, ruang kepala, ruang
administrasi pelayanan teknis, ruang staf, ruang
pertemuan, green house dan gudang.
2) Penyediaan Peralatan/Mesin Laboratorium
a. LPHP dalam rangka diagnosis, surveilans, dan
koleksi, serta perbanyakan agens hayati dan
pestisida nabati, yaitu terdiri dari alat/mesin
untuk Lab. Hama, Lab. Penyakit, Lab. Agens
hayati, Screen House, gudang, dll.
b. BPT (Brigade Proteksi Tanaman) untuk gerakan
pengendalian OPT (sprayer, power sprayer, swing
fog, dan alat pengendalian lainnya.
Daftar Kelembagaan BPTH, LPHP dan Brigade Proteksi
Tanaman seluruh Indonesia sebagaimana tercantum pada
format 7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dengan Peraturan ini.
Sebaran sumberdaya manusia dan sarana kerja roda-2
(dua) pada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura seluruh Indonesia sebagaimana tercantum
pada format 8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dengan Peraturan ini
14
A.2.b Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman Perkebunan
UPTD/Balai Proteksi Tanaman Perkebunan adalah Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang menangani
perlindungan perkebunan di Provinsi. UPTD dibentuk
sebagai upaya pengoptimalan perangkat perlindungan di
daerah yang terdiri dari Laboratorium Lapangan,
Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH), Lab. Sub
Lab Hayati dan Unit Pembinaan dan Perlindungan Tanaman
(UPPT) Perkebunan yang terdiri atas:
1) Rehabilitasi dan Renovasi Bangun UPTD/Balai Proteksi
Tanaman Perkebunan
Rehabilitasi dilakukan terhadap bangunan UPTD/ Balai
Proteksi Tanaman Perkebunan yang struktur
organisasinya telah ditetapkan dengan SK Gubernur
Kepala Daerah Provinsi.
Rehabilitasi bangunan UPTD/Balai Proteksi Tanaman
Perkebunan Provinsi adalah memperbaiki/mengganti
semua elemen bangunan yang rusak, dan didasarkan
pada analisis dinas teknis yang berwenang. Rehabilitasi
dan Renovasi bangunan Gedung UPTD/Balai Proteksi
Tanaman Perkebunan termasuk sarana penunjang
seperti: listrik/genset, sumur/pompa air.
2) Penyediaan Prasarana dan Sarana kantor UPTD/ Balai
Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi
Penyediaan prasarana dan sarana bagi kantor UPTD/
Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi meliputi
Sarana kerja (Ruang kepala, ruang TU, ruang
fungsional), Sarana laboratorium, Asrama, Green
House, Gudang, Sarana penyediaan air dan pagar.
Kendaraan roda-2 untuk Pengendali Organisme
Pengganggu Tumbuhan (POPT) (Pegawai Negeri Sipil).
Daftar kelembagaan UPTD/Balai Proteksi Perkebunan Provinsi
seluruh Indonesia dan Kriteria Brigade Proteksi Tanaman
15
sebagaimana tercantum pada format 9 yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
A.3 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan
hewan A.3.a Pembangunan/Rehabilitasi/ Renovasi Bangunan
Laboratorium Kesehatan Hewan
Pembangunan/rehabilitasi/renovasi bangunan laboratorium
dilaksanakan memperhatikan tingkat keamanan biologis
(Biosecurity Level). Sedangkan pembangunan/rehabilitasi/
renovasi unit klinik hewan maupun pusat kesehatan hewan
yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi
dilaksanakan untuk memenuhi pelayanan di bidang
kesehatan hewan.
Acuan tata ruang bangunan laboratorium kesehatan hewan,
klinik hewan dan pusat kesehatan hewan sebagai berikut:
1) Laboratorium Keswan, ukuran minimal 150 m2,
mencakup: ruang administrasi, ruang pertemuan,
laboratorium, ruang pemeriksaan, gudang,
bangunan/sarana pemusnahan limbah, dan kamar
mandi/wc.
2) Klinik Hewan, ukuran minimal 100 m2, mencakup :
ruang pelayanan, ruang tunggu, ruang
pemeriksaan/tindakan/preparasi/operasi,stasioner/
observasi, ruang obat, ruang dokter/administrasi, ruang
rapat, ruang pencucian alat/ gudang peralatan, dan
incinerator.
3) Pusat Kesehatan Hewan, ukuran minimal 100 m2,
mencakup : ruang administrasi/tunggu, ruang
pemeriksaan, laboratorium, ruang kepala puskeswan/
pertemuan, gudang bahan dan peralatan, dan sarana
penunjang (kandang isolasi, kandang jepit, dll).
Adapun daftar laboratorium kesehatan hewan di Provinsi sebagaimana tercantum pada format 10 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
16
A.3.b Penyediaan Peralatan/Sarana Teknis
Penyediaan peralatan laboratorium kesehatan hewan di
tingkat provinsi sesuai dengan kondisi kompetensinya saat
ini secara bertahap diarahkan untuk dapat memenuhi
pelaksanaan pengujian bakteriologi, serologi, virologi,
parasitologi dan toksikologi.
Sedangkan penyediaan peralatan unit pelayanan kesehatan
hewan baik klinik hewan maupun pusat kesehatan hewan
dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan fungsi
pelayanan klinik, diagnosa cepat dan terapi baik pelayanan
yang bersifat stasioner, pelayanan aktif dan semi aktif.
Adapun acuan jenis peralatan sebagaimana tercantum pada
format 11 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan
Peraturan ini.
B. DAK BIDANG PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
DAK bidang pertanian kabupaten/kota difokuskan pada Pengembangan
Prasarana dan Sarana Air, Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan dan Pembangunan Lumbung Pangan
Masyarakat. Untuk kabupaten/kota yang sering dilanda kekeringan
atau kabupaten/kota yang potensi lahan keringnya luas agar
memprioritaskan penggunaan DAK untuk pengembangan prasarana
dan sarana air. Untuk daerah yang dengan persawahan yang luas agar
memprioritaskan pembangunan/rehabilitasi/renovasi gedung BPPK,
Pengadaan sarana alat penunjang pembelajaran dan pengadaan sepeda
motor roda-2 untuk penyuluhan yang belum memiliki fasilitas sepeda
motor. Adapun jalan usahatani difokuskan pada sentra tanaman
pangan, sedangkan untuk lahan kering maupun persawahan dapat
dibangun lumbung pangan masyarakat dalam rangka mewujudkan
cadangan pangan masyarakat sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masyarakat. Khusus untuk Kabupaten Daerah Tertinggal wajib
melaksanakan pemanfaatan DAK untuk kegiatan Irigiasi Air Tanah.
Daftar Kabupaten Daerah Tertinggal se-Indonesia sebagaimana
17
tercantum pada format 12 yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dengan Peraturan ini.
B.1 Pengembangan Prasarana dan Sarana Air
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan air yang
dialokasikan dalam DAK diarahkan untuk membangun fasilitas
sumber air baru melalui pembangunan irigasi air tanah,
pembangunan irigasi air permukaan dan pembangunan embung,
dam parit dalam kerangka konservasi air antisipasi perubahan
iklim untuk dimanfaatkan sebagai suplesi air irigasi mendukung
usaha pertanaman padi.
Kegiatan DAK untuk penyediaan dan pengembangan prasarana
dan sarana pengelolaan air tidak diperkenankan untuk rehabilitasi
dan pembangunan jaringan/saluran irigasi, kecuali termasuk
dalam satu paket kegiatan pembangunan Irigasi Air Tanah,
Pembangunan irigasi air permukaan dan pembangunan
embung/dam parit.
Pengembangan Prasarana dan Sarana Air meliputi :
B.1.a Irigasi Air Tanah
Kegiatan irigasi air tanah dalam merupakan pemanfaatan
air tanah yang ada pada lapisan akifer yang termasuk ke
dalam daerah cekungan air tanah yang dinaikan ke
permukaan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi.
Pemanfaatan air tanah sebaiknya dipilih pada lapisan akifer
tertekan (confined aquifer).
Irigasi air tanah diperlukan Survei Investigasi Desain (SID)
pendugaan potensi air tanah baik secara sederhana
maupun dengan metode geolistrik. Survei investigasi desain
(dilengkapi dengan RAB) ini dianggarkan melalui dana dari
APBD Provinsi dan atau Kabupaten/Kota bukan dari
anggaran DAK.
Komponen Irigasi Air Tanah, antara lain: (1) sumur bor; (2)
pompa air dan perlengkapannya; (3) rumah pompa dan (4)
18
jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), dengan uraian sebagai
berikut :
1) Pembangunan sumur dengan cara pengeboran dan
mempunyai potensi air tanah yang cukup baik
(kedalaman disesuaikan dengan kedalaman lapisan
akifernya);
2) Pompa air dan perlengkapannya: menggunakan jenis
pompa sentrifugal ataupun submersible, yang digerakkan
dengan penggerak motor diesel, motor listrik, ataupun
tenaga surya;
3) Rumah pompa: berupa bangunan yang permanen dan
cukup kuat untuk menahan getaran mesin, dengan
pengamanan yang baik;
4) Jaringan irigasi air tanah (JIAT) untuk mengalirkan air
dari pompa ke lahan usahatani.
B.1.b Irigasi Air Permukaan
Kegiatan Irigasi Air Permukaan merupakan pemanfaatan air
permukaan (sungai, danau, mata air, air bekas galian
tambang, dll), dimana di lokasi yang bersangkutan
mempunyai potensi baik kuantitas maupun kualitasnya.
Beberapa contoh pilihan alternatif kegiatan yang dapat
dilaksanakan dalam pengembangan Irigasi Air Permukaan
adalah sebagai berikut: (1) pompanisasi (2) hidram (3)
pipanisasi (4) kincir air, dan (5) bendung kecil dengan
uraian sebagai berikut:
1) Pompanisasi yaitu upaya mengambil air dari sumber air
permukaan yang diangkat dan didistribusikan dengan
mempergunakan pompa air dan didistribusikan dengan
saluran terbuka atau saluran tertutup. Sumber tenaga
bagi pompa air ini dapat menggunakan BBM, listrik,
kincir angin ataupun panel surya;
2) Hidram yaitu Sistem hidram dalam irigasi air permukaan
adalah upaya mengambil air dari sumber air permukaan
(sungai, danau dll), dengan menaikkan air dari tempat
19
yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dari sumber
air. Sistem ini menggunakan prinsip memanfaatkan beda
tinggi dan tekanan air;
3) Pipanisasi yaitu adalah upaya untuk menyalurkan
sumber air permukaan dengan menggunakan pipa,
dimana dalam penyalurannya dapat menggunakan pompa
ataupun memanfaatkan gaya gravitasi;
4) Kincir air yaitu dimaksudkan untuk menaikkan sumber
air permukaan dengan memanfaatkan tenaga dari
aliran/arus air. Pada umumnya kincir air terdiri dari
poros, lingkaran roda yang dilengkapi dengan tabung dan
sudu-sudu yang dipasang disekeliling roda.
5) Bendung Kecil: dibangun dengan tujuan untuk
menampung aliran air (sungai/kali) dan meninggikan
muka aliran air agar dapat dimanfaatkan sebagai
cadangan air terutama pada musim kemarau untuk
irigasi/penambahan luas areal tanam.
Beberapa contoh kegiatan Pengembangan Irigasi Air
Permukaan tersebut di atas dapat disesuaikan dengan
kondisi daerah.
B.1.c Embung
Embung yaitu bangunan konservasi air berbentuk kolam
untuk menampung air limpasan (run off) serta sumber air
lainnya. Dari prasarana dan sarana embung, selanjutnya
dialirkan ke lahan pertanaman sehingga dapat berfungsi
sebagai suplesi air bagi tanaman dalam usaha pertanian.
Dalam pembangunan embung yang dibiayai melalui DAK
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Lokasi, sesuai dengan peruntukan dan harus dapat
memenuhi kaedah-kaedah konservasi air dan upaya
kelestarian lingkungan;
20
2) Lahan yang digunakan untuk pembangunan embung
merupakan lahan bebas atas sengketa dan dibuktikan
dengan penetapan Bupati/WaliKota;
3) Kondisi fisik tanah pada lokasi pembangunan embung
“tidak porus” dan merupakan daerah pertanian tanaman
pangan yang memerlukan pasokan air dari embung
sebagai suplesi air irigasi. Bila kondisi tanah lokasi
embung ” porus” maka dasar embung harus dilapis
(linning/plastik/tanah liat/geotekstil);
4) Kapasitas embung sebagai suplesi air irigasi harus
memiliki kapasitas minimal penampungan air 800 m3;
5) Bangunan embung terdiri atas kolam sesuai kapasitas
tersebut diatas, bendung dan pelimpas (pada bagian
pelimpas perlu dibuat kolam olak), pintu penguras, pintu
irigasi/saluran pemasukan (inlet) dan pintu
irigasi/saluran pengeluaran (outlet);
6) Sebagai bangunan suplesi air irigasi maka air dari
embung harus dibuatkan saluran irigasi untuk
mendistribusikan air dari pintu outlet sampai ke petakan
lahan usahatani penerima manfaat.
B.1.d Dam Parit
Dam parit merupakan bangunan untuk meninggikan
permukaan air dengan membendung aliran permukaan
atau sungai kecil sehingga dapat dijadikan sebagai sumber
air.
Dalam pembangunan dam parit yang dibiayai melalui DAK
perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
1) Dam parit dibangun dengan membendung aliran untuk
meninggikan muka air dari sungai dan mengalirkan
langsung ke lahan usaha tani;
2) Letak dam parit harus memperhatikan kemudahan dalam
membendung dan mendistribusikan air serta struktur
tanah yang kuat untuk pondasi bendung;
21
3) Bangunan dam parit terdiri dari talud/jagaan (free board),
bangunan bendung/pelimpas, pengendali/pintu air, pintu
penguras, saluran irigasi, dan kolam olak.
Kontruksi dam parit yaitu talud/jagaan dan bendung
terbuat dari pasangan batu dan kolam olak harus terbuat
dari pasangan batu/beton bertulang.
B.2. Pengembangan Prasarana dan Sarana Lahan
Jalan Usaha Tani (JUT)
Jalan usaha tani yaitu prasarana transportasi pada kawasan
pertanian tanaman pangan untuk pengangkutan sarana produksi
menuju lahan pertanian, memperlancar mobilitas alat dan mesin
pertanian serta mengangkut hasil produk pertanian dari lahan
pertanian menuju ke tempat pengumpulan sementara, tempat
pengolahan atau pasar.
Pengembangan jalan usahatani adalah pembuatan, peningkatan
kapasitas atau rehabilitasi jalan usahatani adalah sebagai berikut:
1) Pembuatan jalan usahatani adalah membuat jalan usahatani
baru sesuai kebutuhan; atau
2) Peningkatan kapasitas jalan usahatani adalah jalan usahatani
yang sudah ada ditingkatkan tonase/kapasitasnya sehingga bisa
dilalui oleh kendaraan yang lebih berat/lebih besar; atau
3) Rehabilitasi jalan usahatani adalah memperbaiki kualitas jalan
usahatani yang sudah rusak tanpa ada peningkatan kapasitas.
Lebar badan jalan usaha tani minimal dapat dilalui kendaraan roda
3 (tiga) dan dibuatkan tempat untuk berpapasan, sedangkan
kapasitasnya disesuaikan dengan jenis komoditas yang akan
diangkut dan alat angkut yang akan digunakan. Spesifikasi dan
dimensi komponen jalan usaha tani (bahu jalan, badan jalan,
saluran drainase, gorong-gorong, jembatan, dan sarana penunjang
lainnya) disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.
Anggaran DAK hanya boleh digunakan untuk konstruksi dan harus
didampingi dana APBD 10 %. Sedangkan rancangan teknis dan
persiapan (seperti : Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan, Koordinasi
22
dengan Instansi Terkait, Sosialisasi, Inventarisasi Calon Petani dan
Calon Lokasi, Musyawarah Kelompok Tani atau Rembug Desa dan
Pembuatan Rancangan Teknis Sederhana) harus disediakan dari
APBD (diluar dana pendamping APBD yang 10 %).
B.3 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian
di Kecamatan (BPPK) dan penyediaan sarana Penyuluhan
Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan adalah kelembagaan
penyuluhan pemerintah pada tingkat kecamatan sebagai tempat
pertemuan para penyuluh dan pelaku utama untuk melaksanakan
kegiatan penyuluhan dan proses pembelajaran diantaranya:
percontohan/demplot, Latihan dan Kunjungan (LAKU), kaji terap,
penyusunan dan pengembangan materi penyuluhan spesifik lokasi,
serta pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan
usaha.
B.3.a Prioritas Pemanfaatan Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan (BPPK)
1) Kabupaten/Kota yang kecamatannya belum memiliki
gedung BPPK atau yang kondisi bangunannya perlu di
rehabilitasi/renovasi, maka pemanfaatannya tetap
mengacu pada pembangunan/ rehabilitasi/renovasi.
2) Kabupaten/Kota yang kecamatannya sudah semua memiliki
gedung BPPK, pemanfaatannya dialihkan untuk pengadaan
sarana penyuluhan berupa: seperangkat alat bantu
pembelajaran untuk penyuluhan pertanian di kantor BPPK dan
pembangunan pagar (pagar untuk bangunan, bukan pagar
untuk lahan BPPK) dan kendaraan Roda-2 (dua) untuk
Penyuluh Pertanian dan Mantri Tani (Pegawai Negeri Sipil).
B.3.b Pembangunan Gedung/Kantor BPPK
Pembangunan Gedung BPPK yaitu pengadaan bangunan
baru secara keseluruhan termasuk sarana penunjangnya
seperti: listrik/genset dan sumur/pompa air.
Pembangunan tersebut dapat termasuk pagar untuk Kantor
BPPK (bukan pagar lahan BPPK) yang menjadi satu
kesatuan dengan bangunan kantor.
23
Jenis dan luas bangunan gedung BPPK terdiri atas:
1) Ruang Kepala (3 x 3 meter);
2) Ruang Rapat/Pertemuan (4 x 10 meter);
3) Ruang Fungsional/Penyuluh (4 x 4,5 meter);
4) Ruang Perpustakaan (4,5 x 3 meter);
5) Ruang Peragaan/Workshop (5 x 3 meter);
6) Ruang Pengolahan Data (2,5 x 3 meter);
7) Ruang Dapur dan Kamar Mandi (4 X 3 meter); dan
8) Rumah Dinas Kepala BPPK (8 x 8 meter).
Ukuran panjang dan lebar (luas) ruangan dapat disesuaikan
dengan standar dan kondisi wilayah setempat.
Pembangunan fisik bangunan harus di lahan yang
bersertifikat hak milik pemerintah daerah. Sebelum
dilakukan pembangunan gedung agar didahului dengan
desain perencanaan menggunakan anggaran APBD. Dana
desain perencanaan dan pengawasan pembangunannya
disediakan di luar dari dana DAK dan diluar dari 10%
(sepuluh persen) dana pendamping APBD.
Apabila anggaran tidak mencukupi untuk membangun
gedung kantor BPPK secara utuh pada tahun 2013, maka
bangunan dapat diprioritaskan untuk membangun ruangan
yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kegiatan
penyuluhan atau tanpa mengurangi tugas fungsi BPPK.
B.3.c Rehabilitasi dan Renovasi Gedung/Kantor BPPK
Rehabilitasi gedung kantor BPPK yaitu
memperbaiki/mengganti semua elemen bangunan yang
rusak, dan didasarkan pada analisis dinas teknis yang
berwenang.
Renovasi bangunan BPPK digunakan untuk
merubah/menambah/ memperluas bangunan yang ada
didasarkan pada analisis dinas teknis yang berwenang.
24
B.3.d Persyaratan Lokasi Pembangunan Gedung/Kantor BPPK
Letak lahan strategis, mudah dijangkau oleh pelaku utama
dan pelaku usaha serta didukung prasarana dan sarana
pendukung lainnya untuk mengoptimalkan fungsi
BPP/kelembagaan yang membidangi penyuluhan Pertanian
di kecamatan.
Selain untuk bangunan dan lahan BPPK juga digunakan
sebagai tempat percontohan sesuai dengan potensi
wilayah/komoditas unggulan daerah setempat.
B.3.e Penyediaan Prasarana dan Sarana Penyuluhan
Penyediaan prasarana dan sarana bagi kantor BPPK dapat
digunakan untuk seperangkat alat bantu pembelajaran
penyuluhan pertanian di BPPK dan kendaraan operasional
roda 2 (dua) bagi penyuluh pertanian dan Mantri Tani
(Pegawai Negeri Sipil).
Seperangkat alat bantu pembelajaran di BPPK untuk
memenuhi standar pelayanan minimal yaitu: Overhead
projector (OHP), LCD projector, wireless, megaphone, MIC,
televisi, VCD, white board, tape recorder, komputer, printer,
display, dan digital camera.
Rincian alokasi gedung kantor BPPK yang akan dibangun,
direhabilitasi, direnovasi, kebutuhan sarana alat bantu
pembelajaran, kebutuhan kendaraan operasional roda 2
(dua) bagi Penyuluh Pertanian dan Mantri Tani (Pegawai
Negeri Sipil) di BPPK per Kabupaten/Kota, sebagaimana
tercantum pada format 13 yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dengan Peraturan ini.
B.4 Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat
Lumbung Pangan Masyarakat merupakan sarana penyimpanan
pangan pokok dalam mewujudkan cadangan pangan masyarakat
25
untuk antisipasi masa paceklik (masa tanam), gejolak harga dan
bencana alam.
Pembangunan lumbung pangan masyarakat dan sarana
penunjangnya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Lokasi lumbung pangan masyarakat dan sarana penunjangnya di
desa Sentra Produksi dan atau daerah rawan pangan;
b. Kelompok sasaran adalah kelompok afinitas atau kelompok
lumbung pangan atau kelompok tani atau Gabungan Kelompok
Tani (Gapoktan);
c. Kelompok sasaran tersebut belum pernah mendapat fasilitas yang
sama (pembangunan fisik lumbung) pada saat yang bersamaan
atau pada tahun-tahun sebelumnya; kelompok yang tahun-tahun
sebelumnya pernah mendapat fasilitas fisik lumbung, bisa
mendapat fasilitas sarana penunjang pada tahun sesudahnya
sepanjang fasilitas sarana penunjang tersebut dalam rangka
untuk lebih mengoptimalkan fungsi lumbung, misalnya :
kelompok yang pernah mendapat fasilitas fisik lumbung bisa
mendapat sarana lantai jemur pada tahun sesudahnya, atau
sarana penunjang lainnya seperti Rice Milling Unit (RMU) yang
bertujuan agar lumbung dapat berfungsi lebih optimal.
d. Lahan tempat pembangunan fisik lumbung pangan masyarakat
dan lantai jemur disediakan oleh kelompok afinitas atau
kelompok lumbung pangan atau kelompok tani atau Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan);
e. Kapasitas lumbung pangan masyarakat disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok.
f. Pembangunan fisik bangun lumbung pangan masyarakat dan
sarana penunjangnya harus didahului desain perencanaan dan
pengawasan. Dana desain perencanaan dan pengawasan
pembangunannya disediakan di luar dari dana DAK dan di luar
dari 10% (sepuluh persen) dana pendamping APBD.
26
BAB III TATA CARA PEMANFAATAN DAK BIDANG PERTANIAN TA 2013
A. Mekanisme Pelaksanaan DAK Bidang Pertanian
Tahapan Mekanisme pelaksanaan DAK Bidang Pertanian sebagai berikut: 1. Surat Kementerian Keuangan cq. Dirjen Perimbangan
Keuangan tanggal 3 Pebruari 2012 tentang Permintaan Pelaporan DAK 2011 dan Rencana Perkiraan Alokasi DAK TA. 2013.
2. Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Nomor : 568/KU.310/A/02/2012 tanggal 29 Februari 2012 tentang Rencana Kebutuhan Pendanaan DAK Bidang Pertanian TA. 2013.
3. Sosialisasi juknis pemanfaatan DAK 2012 dan pengumpulan data teknis DAK tahun 2013 dan pelaporan DAK 2011 yang dilaksanakan di dua wilayah (wilayah Timur di Denpasar - Bali dan Wilayah Barat di Bandung - Jawa Barat).
4. Data Teknis DAK Bidang Pertanian TA. 2013 kemudian dikirim ke Direktorat Jenderal Perimbangan keuangan Kementerian Keuangan untuk selanjutnya dilakukan perhitungan alokasi DAK untuk Kab/Kota berdasarkan Kriteria Umum, Khusus dan Teknis.
5. Hasil Pengolahan data oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dibahas dengan Badan Anggaran DPR-RI.
6. Kesepakatan pagu DAK antara Badan Anggaran DPR-RI dan Menteri Keuangan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi DAK Kab/Kota.
7. Penyusunan dan Penetapan Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian oleh Menteri Pertanian.
8. Daftar Pagu DAK Bidang Pertanian TA. 2013 sebagaimana tercantum pada format 14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
B. Quasi Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Ke DAK Bidang
Pertanian Provinsi 1. Quasi Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan adalah hasil
keputusan dari Sidang Kabinet yang membahas Rancangan APBN 2013 dan merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dimana dalam Pasal
27
108 ayat (1) berbunyi “Dana Dekonsetrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi urusan Daerah, secara bertahap dialihkan menjadi Dana Alokasi Khusus”.
2. Berdasarkan Quasi Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan tersebut diatas maka Kementerian Keuangan, Kementerian Negara PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan menindaklanjuti dengan melakukan identifikasi dan pembahasan di trilateral meeting yang menghasilkan kesepakatan pengalihan kegiatan dan anggaran Kementerian Pertanian yang akan dialihkan ke DAK Bidang Pertanian sebesar Rp. 417.143.000.000 (empat ratus tujuh belas miliyar seratus empat puluh tiga juta rupiah) pada Tahun Anggaran 2013.
3. Kementerian Keuangan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor S-606/MK.07/2012 tanggal 23 Agustus 2012, meminta Menteri Pertanian untuk mempersiapkan pengalihan, diantaranya dengan melakukan koordinasi lebih lanjut dalam rangka penyusunan program/kegiatan yang akan dialihkan, termasuk penyiapan data dukung untuk perhitungan alokasi DAK dan penyusunan Petunjuk Teknis.
C. Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang Pertanian Dalam melaksanakan kegiatan DAK Bidang Pertanian 2013 secara
teknis penetapan kegiatan untuk penyusunan RKA harus mengacu kepada petunjuk teknis pemanfaatan DAK Bidang Pertanian 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, sedangkan secara administrasi keuangan harus mengacu pada peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2009 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus di Daerah. Dalam hal pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 jis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. 1. Kegiatan DAK Bidang Pertanian secara Kontraktual Kegiatan DAK Bidang Pertanian merupakan kegiatan fisik
untuk membangun/memperbaiki sarana prasarana fisik dasar di bidang pertanian dan dikategorikan belanja barang/jasa dan belanja modal.
28
2. Hibah DAK Bidang Pertanian; Barang/aset Daerah yang bersumber dari anggaran DAK Bidang Pertanian dapat dihibahkan apabila lebih efesien, efektif dan bermanfaat dikelola oleh lembaga swadaya/kelompok masyarakat selaku penerima hibah. Mekanisme hibah barang/aset Daerah diatur lebih lanjut dalam peraturan Kepala Daerah;
3. Sisa anggaran DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2012 dapat digunakan kembali dengan menggunakan Petunjuk Teknis DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013.
4. Persyaratan penggunaan sisa anggaran DAK tahun anggaran 2012 yaitu 1) Dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran DAK, terhadap sisa tender pelaksanaan kegiatan DAK, agar pemerintah Daerah menggunakannya untuk menambah target dan capaian sasaran kinerja kegiatan DAK yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis DAK bidang Pertanian; 2) Apabila sisa tender tersebut tidak dapat dimanfaatkan pada tahun berkenaan (2012) dan harus dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya (2013) tetap menggunakan petunjuk teknis DAK Bidang Pertanian tahun berkenaan (2012); 3) Sisa DAK Bidang Pertanian tahun anggaran 2012 tidak dapat digunakan sebagai dana pendamping DAK Bidang Pertanian tahun anggaran 2013.
5. Apabila ada sisa anggaran DAK Bidang Pertanian tahun berkenaan (2012) tidak dapat dialokasikan untuk DAK diluar Bidang Pertanian dan apabila tidak digunakan untuk kegiatan DAK Bidang Pertanian tahun berikutnya akan menjadikan Punishment bagi SKPD tersebut.
D. Persyaratan DAK Bidang Pertanian
Persyaratan Dana Pendamping DAK 1. Sebagai komitmen dan tanggungjawab pemerintah Provinsi
dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kegiatan DAK Tahun 2013, Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima DAK Bidang Pertanian wajib menyediakan Dana Pendamping APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun 2013 sekurang-kurangnya sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai DAK yang diterimanya untuk membiayai kegiatan fisik.
2. Di samping Dana Pendamping dari APBD sebesar 10% (sepuluh Persen) dari nilai DAK untuk membiayai kegiatan fisik, masih diperlukan dukungan dana APBD diluar dana pendamping 10% (sepuluh persen) yang besarnya disesuaikan
29
dengan kemampuan daerah untuk kegiatan operasional (non fisik) antara lain: (1) biaya administrasi, (2) biaya desain perencanaan dan penyiapan fisik, (3) biaya pemeliharaan prasarana, sarana dan peralatan, (4) biaya seleksi Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL) dan Survei Investigasi Desain (SID), serta (5) pemantauan, evaluasi dan pelaporan.
3. Dalam rangka meningkatkan kinerja penyediaan prasarana dan sarana pertanian, maka DAK disinergikan dengan anggaran Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota serta sumber-sumber pembiayaan lainnya.
BAB IV PEMBINAAN DAN PELAPORAN
A. Pembinaan
1. Eselon-I lingkup Kementerian Pertanian terkait melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan DAK Bidang Pertanian lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota.
2. Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan DAK Bidang Pertanian lingkup Kabupaten/Kota.
3. Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Kabupaten/Kota melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi dalam menyusun RKA DAK Bidang Pertanian untuk mensinergikan terhadap program/kegiatan atau yang terkait dengan bidang pertanian.
4. Pengusulan data teknis DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2014 untuk Provinsi disampaikan secara resmi ke Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. Adapun softcopy dan hardcopy dapat dikirim melalui Fax. (021) – 78839618 dan atau email ke: pa.kementan@gmail.com.
5. Pengusulan data teknis DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2014 untuk Kabupaten/Kota harus melalui Dinas Pertanian Provinsi untuk diteruskan secara resmi ke Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. Adapun softcopy dan hardcopy dapat dikirim melalui Fax. (021) – 78839618 dan atau email ke: pa.kementan@gmail.com.
6. Dokumen Pengguna Anggaran (DPA) DAK Bidang Pertanian di Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun 2013 agar disampaikan secara resmi ke Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. Adapun softcopy dan hardcopy dapat
30
dikirim melalui Fax. (021)–78839618 dan atau email ke: pa.kementan@gmail.com.
7. Untuk biaya pembinaan, penyusunan data teknis, pemantauan dan evaluasi kegiatan DAK Bidang Pertanian dibebankan dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota.
B. Pelaporan
1. Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Provinsi pelaksana DAK Bidang Pertanian wajib menyampaikan laporan triwulan dan tahunan tentang realisasi pelaksanaan DAK kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait dan Gubernur terkait.
2. Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Kabupaten/Kota pelaksana DAK Bidang Pertanian wajib menyampaikan laporan triwulan dan tahunan tentang realisasi pelaksanaan DAK kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait, Bupati/WaliKota terkait dan Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi.
3. Format laporan triwulan dan tahunan mengacu pada format yang tertuang pada format laporan triwulanan dan tahunan Surat Edaran Bersama Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri, Nomor 0239/M.PPN/11/2008, SE-1722/MK.07/2008 dan Nomor 900/3556/SJ tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
Laporan triwulanan yang ditujukan ke Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian paling lambat diterima 2 minggu setiap triwulan berakhir via pos, fax (021-7804156, 78839618) dan atau email ke alamat biroren.kementan@gmail.com
a. Untuk triwulan I (Januari – Maret) paling lambat diterima minggu kedua April berupa laporan perencanaan kegiatan sebagaimana format 8 (khusus untuk laporan triwulan I, kolom yang digunakan hanya kolom 1 s/d 8).
b. Untuk triwulan II (April – Juni) paling lambat diterima minggu kedua Juli.
c. Untuk triwulan III (Juli – September) paling lambat diterima minggu kedua Oktober.
d. Untuk triwulan IV (Oktober – Desember) yang sekaligus sebagai laporan tahunan paling lambat diterima Minggu kedua tahun berikutnya. dan
31
e. Format laporan triwulan dan tahunan DAK Bidang Pertanian 2013 sebagaimana tercantum pada format 15 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
4. Laporan akhir tahun anggaran DAK Bidang Pertanian Provinsi disampaikan kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal / Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait dan Gubernur terkait.
5. Laporan akhir tahun anggaran DAK Bidang Pertanian Kabupaten/Kota disampaikan kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait, Bupati/WaliKota terkait dan Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi yang terkait.
6. Laporan akhir tahun anggaran memuat gambaran umum kegiatan DAK, output (keluaran), outcome (hasil), impact (dampak) dari kegiatan DAK dan realisasi anggaran, hambatan, dan masalah yang dihadapi, serta saran perbaikan di masa mendatang.
7. Pelaporan menjadi salah satu dasar penilaian dalam kriteria alokasi anggaran DAK Bidang Pertanian pada tahun berikutnya (reward dan punishment tahun 2014).
32
BAB V PENUTUP
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari DAK Bidang Pertanian 2013 sebagaimana diuraikan dalam Juknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian 2013 merupakan menu pilihan, dimana Gubernur dan Bupati/Walikota dapat memilih kegiatan sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Bidang Pertanian merupakan bagian program kegiatan jangka menengah sesuai Renstra SKPD dan Renstra Kementerian Pertanian. Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Pertanian agar disinergikan dengan kegiatan yang bersumber dari pendanaan lainnya (seperti dana tugas pembantuan, APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota serta sumber lainnya) sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.
MENTERI PERTANIAN,
SUSWONO
top related