juknis dak bidang pertanian 2013

32
1 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/I/2013 TANGGAL : 10 Januari 2013 PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 (2010-2014) mengarahkan pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan masyarakat, serta berperan dalam pelestarian lingkungan melalui praktek budidaya pertanian yang ramah lingkungan, sehingga arah kebijakan dan strategi yang ditempuh pada RPJMN 2010-2014 difokuskan pada kesejahteraan rakyat dalam aspek ekonomi dan pangan. Dalam upaya meningkatkan peran strategis pertanian tersebut, Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 telah menetapkan EMPAT TARGET SUKSES yang ingin dicapai Kementerian Pertanian yaitu: (1) pencapaian swasembada kedelai, gula dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Strategi pembangunan pertanian yang ditempuh difokuskan pada penanganan tujuh aspek dasar yang disebut TUJUH GEMA REVITALISASI, yaitu (1) revitalisasi lahan; (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan; (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana; (4) revitalisasi sumber daya manusia; (5) revitalisasi pembiayaan petani; (6) revitalisasi kelembagaan petani; dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir. Pencapaian Empat Target Sukses tersebut tentunya tidak mudah, karena kebijakan, program dan kegiatan yang disusun harus mampu menjawab permasalahan mendasar dan isu strategis pembangunan pertanian saat ini, antara lain: (1) meningkatnya kerusakan

Upload: wan-suriadi

Post on 24-Apr-2015

1.543 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

1

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/I/2013 TANGGAL : 10 Januari 2013

PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PERTANIAN TAHUN 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 (2010-2014) mengarahkan pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam perekonomian nasional melalui kontribusinya dalam pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bio-energi, penyerap tenaga kerja, sumber devisa negara dan sumber pendapatan masyarakat, serta berperan dalam pelestarian lingkungan melalui praktek budidaya pertanian yang ramah lingkungan, sehingga arah kebijakan dan strategi yang ditempuh pada RPJMN 2010-2014 difokuskan pada kesejahteraan rakyat dalam aspek ekonomi dan pangan. Dalam upaya meningkatkan peran strategis pertanian tersebut, Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 telah menetapkan EMPAT TARGET SUKSES yang ingin dicapai Kementerian Pertanian yaitu: (1) pencapaian swasembada kedelai, gula dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani. Strategi pembangunan pertanian yang ditempuh difokuskan pada penanganan tujuh aspek dasar yang disebut TUJUH GEMA REVITALISASI, yaitu (1) revitalisasi lahan; (2) revitalisasi perbenihan dan perbibitan; (3) revitalisasi infrastruktur dan sarana; (4) revitalisasi sumber daya manusia; (5) revitalisasi pembiayaan petani; (6) revitalisasi kelembagaan petani; dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir. Pencapaian Empat Target Sukses tersebut tentunya tidak mudah, karena kebijakan, program dan kegiatan yang disusun harus mampu menjawab permasalahan mendasar dan isu strategis pembangunan pertanian saat ini, antara lain: (1) meningkatnya kerusakan

Page 2: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

2

lingkungan dan perubahan iklim global, (2) terbatasnya ketersediaan infrastruktur, (3) belum optimalnya sistem perbenihan dan perbibitan nasional, (4) terbatasnya akses petani terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha tani, (5) masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, (6) masih rendahnya nilai tukar petani serta (7) kurangnya koordinasi antar pusat-daerah maupun antar sektor terkait. Untuk menjawab berbagai permasalahan mendasar tersebut, diatasi melalui kerangka regulasi dan kebijakan guna memberikan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya usaha pertanian, disamping itu juga melalui fasilitasi APBN guna menyediakan infrastruktur publik dan pemberdayaan petani. Sebagaimana diketahui bersama, pembangunan pertanian akan mampu meningkatkan nilai tambah dan daya saing apabila dilaksanakan dengan pendekatan kawasan yang dikelola dengan sistem agribisnis. Efektivitas dan keberhasilan program pembangunan pertanian akan dicapai apabila di setiap kawasan dibangun dengan kegiatan yang terpadu dan multi-years, serta mampu mensinergiskan sumber-sumber pembiayaan yang ada antara lain dari APBN, APBD, BUMN, investasi swasta dan masyarakat. Dalam rangka menyediakan infrastruktur dasar di bidang pertanian yang menjadi urusan Provinsi, Kabupaten/Kota dan memiliki prioritas nasional akan dibiayai dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pertanian. Infrastruktur dasar di bidang pertanian tersebut antara lain: infrastruktur air, lahan dan Balai Penyuluhan Pertanian tingkat kecamatan (BPPK), lumbung pangan masyarakat, Balai Perbenihan/Perbibitan Provinsi, Balai Proteksi Provinsi dan Laboratorium Kesehatan Hewan Provinsi. Guna mengarahkan pelaksanaan DAK Bidang Pertanian sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian sasaran yang diharapkan, maka diterbitkan Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2013.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Maksud ditetapkannya Petunjuk Teknis DAK Bidang Pertanian Tahun 2013 ini sebagai acuan dalam penyusunan RKA/DPA APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, pemanfaatan dan pelaksanaan kegiatan, pembinaan dan pelaporan DAK Bidang Pertanian.

Page 3: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

3

2. Tujuan Tujuan Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian Tahun 2013 ini untuk: a. menyediakan prasarana dan sarana fisik dasar pembangunan

pertanian; b. memperkuat kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian dan

ketahanan pangan masyarakat; dan c. meningkatkan kinerja pembangunan pertanian di daerah.

C. Sasaran

Sasaran Pengalokasian DAK Bidang Pertanian TA. 2013 pada SKPD lingkup Pertanian, yaitu: a. SKPD yang menangani Bidang Pertanian, Perkebunan dan

Peternakan lingkup Provinsi; b. SKPD yang menangani Bidang Pertanian, Penyuluhan Pertanian

dan Ketahanan Pangan lingkup Kabupaten/Kota.

D. Ruang Lingkup Ruang lingkup yang diatur Petunjuk Teknis DAK Bidang Pertanian

Tahun 2013 ini meliputi : a. kegiatan pemanfaatan DAK Bidang Pertanian tahun 2013; b. tata cara pemanfaatan DAK Bidang Pertanian tahun 2013; dan c. pembinaan dan pelaporan DAK Bidang Pertanian tahun 2013.

BAB II KEBIJAKAN DAN KEGIATAN PEMANFAATAN

DAK BIDANG PERTANIAN TAHUN 2013

Dalam rangka mendukung target peningkatan surplus beras 10 (sepuluh) juta ton pada tahun 2014, Kementerian Pertanian melakukan refocusing kegiatan DAK Bidang Pertanian TA. 2013 yaitu Pembangunan/Perbaikan sarana prasarana dasar Pertanian. Kegiatan DAK Bidang Pertanian dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kegiatan DAK Bidang Pertanian Kabupaten/Kota meliputi Pengembangan Prasarana dan Sarana Air, Pengembangan Prasarana dan Sarana Lahan dan Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan (BPPK) dan Penyediaan Sarana Penyuluhan dan Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat.

Page 4: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

4

Adapun kegiatan DAK Bidang Pertanian Provinsi meliputi Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Perbenihan/Perbibitan, Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman dan Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan Hewan. Adapun rincian kegiatan DAK Bidang Pertanian Kabupaten/Kota sebagai berikut: A. DAK BIDANG PERTANIAN PROVINSI

DAK Bidang Pertanian Provinsi di fokuskan pada

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD Perbenihan/Perbibitan,

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD Proteksi Tanaman dan

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan

Hewan.

Untuk Provinsi yang memiliki potensi pertanian tanaman pangan

memprioritaskan penggunaan DAK untuk

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Perbenihan

Tanaman Pangan dan Hortikultura; Pembangunan UPTD Proteksi

Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Untuk Provinsi yang memiliki potensi perkebunan memprioritaskan

penggunaan DAK untuk Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi

UPTD/Balai Perbenihan Perkebunan dan

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman

Perkebunan.

Untuk Provinsi yang memiliki potensi peternakan memprioritaskan

penggunaan DAK untuk Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi

UPTD/Balai Perbibitan Ternak dan

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan

Hewan.

Adapun rincian kegiatan DAK Bidang Pertanian Provinsi, sebagai

berikut:

Page 5: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

5

A.1 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai Perbenihan/Perbibitan

Penyediaan prasarana dan sarana balai perbenihan/perbibitan

dibangun di atas tanah milik Pemerintah Provinsi yang sudah

dipersiapkan untuk balai perbenihan/perbibitan atau UPTD

perbenihan/perbibitan dalam bentuk peraturan daerah atau

peraturan Gubernur.

Sebelum membangun/merehabilitasi/merenovasi Prasarana dan

Sarana Balai Perbenihan/Perbibitan atau UPTD

perbenihan/perbibitan harus didahului dengan desain

perencanaan. Biaya untuk desain perencanaan dan pengawasan

dalam pembangunan fisik harus disediakan dari APBD (di luar 10

% dana pendamping APBD).

Anggaran DAK hanya bisa digunakan untuk fisik bangunan

(ditambah 10 % dana pendamping APBD).

A.1.a Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai Perbenihan Tanaman Pangan

1) Balai Benih Induk Padi

Dalam memenuhi kebutuhan penyediaan prasarana dan

sarana Balai Benih sesuai dengan standar Balai Benih

Induk Padi terdiri dari:

a. Bangunan (antara lain gudang benih, gudang

peralatan, gudang prosessing, gudang obat-obatan

(pupuk dan pestisida), jalan usaha tani, kantor,

laboratorium, lantai jemur). Pembangunan fisik

bangunan harus didahului desain perencanaan.

Biaya desain tidak boleh menggunakan DAK (bukan

dari anggaran DAK);

b. Pembangunan sarana dan prasarana pengairan yang

antara lain mencangkup pembangunan sumur dalam

(deep wheel), embung, long storage, jaringan/saluran

irigasi teknis, pintu air berikut sarana

pendistribusiannya (pipa, selang, dan pompa

air/sumur dalam dll);

Page 6: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

6

c. Peralatan Produksi (antara lain sarana pengairan,

mini tractor, hand tractor, mist blower, hand sprayer,

power sprayer, cangkul, arit/parang, alat mesin

panen, pompa air, motor roda 3 (tiga) dilengkapi

dengan bak angkut, landak, mesin pemotong

rumput;

d. Peralatan Pengolahan/Penyimpanan Benih (antara

lain power thresher, silo, box dryer, seed cleaner,

staple, palet, bag closer, timbangan);

e. Peralatan Laboratorium (moisture tester, rak benih).

2) Balai Benih Induk Palawija

Dalam memenuhi kebutuhan penyediaan prasarana dan

sarana Balai Benih sesuai dengan standar Balai Benih

Induk Palawija terdiri dari:

a. Bangunan (antara lain gudang benih, gudang

peralatan, gudang prosessing, gudang obat-obatan

(pupuk dan pestisida), jalan usaha tani, kantor,

laboratorium, lantai jemur). Pembangunan fisik

bangunan harus didahului desain perencanaan.

Biaya desain tidak boleh menggunakan DAK (bukan

dari anggaran DAK);

b. Pembangunan sarana dan prasarana pengairan yang

antara lain mencangkup pembangunan sumur dalam

(deep wheel), embung, long storage, jaringan/saluran

irigasi teknis, pintu air berikut sarana

pendistribusiannya (pipa, selang, dan pompa

air/sumur dalam dan lain-lain);

c. Peralatan Produksi (antara lain sarana pengairan,

mini tractor, hand tractor, mist blower, hand sprayer,

power sprayer, cangkul, arit/parang, pompa air,

motor roda 3 (tiga) dilengkapi dengan bak angkut,

mesin pemotong rumput;

Page 7: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

7

d. Peralatan Pengolahan/Penyimpanan Benih (antara

lain power thresher, silo, box dryer, seed cleaner,

staple, palet, bag closer, timbangan); dan

e. Peralatan Laboratorium (moisture tester, rak benih).

A.1.b Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai

Perbenihan Hortikultura

Anggaran DAK Perbenihan Hortikultura diprioritaskan

untuk pembangunan/rehabilitasi/renovasi gedung dan

sarana penunjangnya, termasuk di dalamnya kelengkapan

prasarana, sarana, dan peralatan untuk berfungsinya Balai

Benih Hortikultura. Anggaran DAK hanya dapat digunakan

untuk prasarana, sarana, dan peralatan yang berumur

ekonomis panjang (Dana DAK tidak boleh digunakan untuk

sarana habis pakai). Adapun Kriteria Balai Benih

Hortikultura sebagaimana tercantum pada format 1 yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai

Perbenihan Hortikultura sebagai berikut:

1) Pengembangan Benih Buah, komponennya dapat

mencakup:

a. Pembangunan/rehab Screen House untuk Blok

Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata Tempel

(BPMT);

b. Pembangunan/Rehab bangunan kantor;

c. Pembangunan/Rehab gudang;

d. Pembangunan/Rehab pagar;

e. Fasilitasi sarana pengairan;

f. Pembangunan/rehab jalan kebun; dan

g. Fasilitasi alat dan mesin produksi benih (power

sprayer, mini tractor, motor roda 3 (tiga) dilengkapi

dengan bak angkut, dll).

Acuan pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Benih

Buah sebagaimana tercantum pada format 1 yang

Page 8: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

8

merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan

ini.

2) Pengembangan Benih Sayuran dan Tanaman

Biofarmaka, komponennya dapat mencakup:

a. Pembangunan/rehab laboratorium kultur jaringan;

b. Pembangunan/rehab gudang benih;

c. Pembangunan/rehab screen house;

d. Pembangunan/Rehab bangunan kantor;

e. Pembangunan/Rehab pagar;

f. Fasilitasi sarana pengairan;

g. Pembangunan/rehab jalan kebun; dan

h. Fasilitasi alat dan mesin produksi benih (power

sprayer, mini tractor, motor roda 3 (tiga) dilengkapi

dengan bak angkut untuk sarana angkut benih, dll.).

Acuan pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Benih

Sayuran dan tanaman Biofarmaka sebagaimana

tercantum pada format 1 yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dengan Peraturan ini.

3) Pengembangan Benih Florikultura, komponennya dapat

mencakup:

a. Pembangunan/Rehab bangunan kantor,

b. Pembangunan/Rehab gudang;

c. Pembangunan/Rehab pagar;

d. Fasilitasi sarana pengairan;

e. Pembangunan/rehab jalan kebun;

f. Pembangunan/rehab screen house;

g. Pembangunan/rehab laboratorium kultur jaringan;

h. Peralatan laboratorium kultur jaringan; dan

i. Fasilitasi alat dan mesin produksi benih (power

sprayer, mini tractor, motor roda 3 (tiga) dilengkapi

dengan bak angkut, dll).

Acuan pembangunan/rehabilitasi/renovasi Balai Benih

Florikultura sebagaimana tercantum pada format 1 yang

Page 9: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

9

merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan

ini.

Daftar UPTD/Balai Benih Hortikultura Provinsi seluruh

Indonesia sebagaimana tercantum pada format 2 yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

A.1.c Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai

Pengawasan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan

dan Hortikultura.

Dalam memenuhi kebutuhan untuk pengawasan dan

sertifikasi benih maka prasarana dan sarana BPSB

Tanaman Pangan dan Hortikultura harus sesuai standar

BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura, terdiri dari:

1) Bangunan yang antara lain kantor dan laboratorium

atau sub laboratorium. Pembangunan fisik bangunan

harus didahului desain perencanaan. Dana desain ini

tidak boleh menggunakan DAK;

2) Pembangunan sarana dan prasarana pengairan yang

antara lain mencangkup pembangunan sumur dalam

(deep wheel), embung, long storage, jaringan/saluran

irigasi teknis, pintu air berikut sarana

pendistribusiannya (pipa, selang, dan pompa

air/sumur dalam dll);

3) Peralatan laboratorium/sub laboratorium seperti

timbangan digital, timbangan analitik dan moisture

tester;

4) Dukungan sarana roda-2 (dua) untuk Pengawas Benih

Tanaman (Pegawai Negeri Sipil) dalam menunjang

kegiatan operasional di lapangan.

Daftar UPTD BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura

Provinsi seluruh Indonesia sebagaimana tercantum pada

Page 10: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

10

format 3 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan

Peraturan ini.

A.1.d Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai

Perbenihan Perkebunan Dalam memenuhi kebutuhan untuk peningkatan mutu benih Perkebunan maka diperlukan prasarana dan sarana di Balai Benih Perkebunan yang harus sesuai standar Balai Benih Perkebunan, sebagai berikut:

1) Pembangunan Gedung UPTD/Balai Benih Perkebunan

Provinsi.

Pembangunan Gedung UPTD/Balai Benih Perkebunan

yaitu pengadaan bangunan baru secara keseluruhan

termasuk sarana penunjangnya seperti: listrik/genset ,

sumur/pompa air

Ukuran panjang dan lebar (luas) ruangan dapat

disesuaikan dengan standar dan kondisi wilayah

setempat. Pembangunan fisik bangunan harus di lahan

yang bersertifikat hak milik pemerintah Provinsi.

Sebelum dilakukan pembangunan gedung agar

didahului dengan desain perencanaan menggunakan

anggaran APBD.

Apabila anggaran tidak mencukupi untuk membangun

gedung UPTD/ Balai Benih Perkebunan secara utuh

pada tahun 2013, maka bangunan dapat diprioritaskan

untuk membangun ruangan yang paling dibutuhkan

untuk pelayanan kegiatan pengawasan dan pengujian

mutu benih tanaman perkebunan.

2) Rehabilitasi dan Renovasi Bangunan UPTD/ Balai benih

Perkebunan Provinsi.

Rehabilitasi bangunan UPTD/Balai Benih Perkebunan

Provinsi adalah memperbaiki/mengganti semua elemen

bangunan yang rusak dan didasarkan pada analisis

dinas teknis yang berwenang.

Renovasi bangunan UPTD/Balai Benih Perkebunan

Provinsi digunakan untuk

Page 11: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

11

merubah/menambah/memperluas bangunan yang ada

(didasarkan pada analisis dinas teknis yang berwenang.

3) Penyediaan Prasarana dan Sarana kantor UPTD/Balai

Benih Perkebunan Provinsi.

Penyediaan prasarana dan sarana bagi kantor

UPTD/Balai Benih Provinsi meliputi sarana

laboratorium daya kecambah benih, sarana

laboratorium mutu benih, sarana laboratorium

kesehatan benih, sarana rumah kaca, sarana ruang

penyimpanan contoh benih dan sarana penyimpanan

data analisis. Kendaraan roda-2 (dua) untuk Pengawas

Benih Tanaman Perkebunan (Pegawai Negeri Sipil).

Daftar kelembagaan UPTD/Balai Benih/Pengawas Benih

Perkebunan Provinsi seluruh Indonesia sebagaimana

tercantum pada format 4 yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dengan Peraturan ini.

A.1.e Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/ Balai

Perbibitan Ternak

Dalam rangka meningkatkan dan memenuhi kebutuhan

untuk Balai Perbibitan Ternak maka perlu dilakukan

upaya untuk membangun/merehabilitasi/merenovasi

bangunan dan kandang UPTD bidang peternakan milik

daerah yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Provinsi.

UPTD dimaksud terdiri dari perbibitan ternak, produksi

makanan ternak, pembibitan pakan ternak, balai

inseminasi buatan, pengembangan sumber daya

peternakan, dan pengujian mutu produk peternakan.

Anggaran DAK Perbibitan/perbenihan Peternakan hanya

diprioritaskan untuk pembangunan/rehabilitasi kandang,

gedung dan sarana penunjangnya, termasuk di dalamnya

kelengkapan prasarana, sarana, dan peralatan untuk

Page 12: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

12

berfungsinya UPTD perbibitan/perbibitan peternakan. yang

berumur ekonomis panjang.

Pengembangan Pembibitan Ternak, komponennya dapat

mencakup:

1) Pembangunan/Rehab kandang

2) Pembangunan/Rehab bangunan kantor;

3) Pembangunan/Rehab gudang pakan;

4) Pembangunan/Rehab tempat pengolahan pupuk /UPPO

5) Pembangunan/Rehab pagar;

6) Pembangunan kebun rumput;

7) Fasilitasi sarana air; dan

8) Sarana penunjang lainnya yang berumur ekonomis

panjang.

Daftar Kelembagaan UPTD/Balai Perbibitan Ternak Provinsi

seluruh Indonesia sebagaimana tercantum pada format 5

yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan

Peraturan ini.

A.2 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi

Tanaman

Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman di provinsi merupakan

kelembagaan perlindungan tanaman (pangan, hortikultura, dan

perkebunan) yang melaksanakan kewenangan di bidang

pengamatan/pemantauan dan pengendalian OPT. Fungsi

kelembagaan Balai ini meliputi : 1) pelayanan diagnostik OPT,

surveilans, penerapan teknologi Pengendalian Hama terpadu (PHT)

dan ramah lingkungan dan Fungsinya dilaksanakan oleh oleh

Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit TPH (LPHP TPH) di

wilayah/kawasan 2) pelayanan pengendalian OPT dan fungsinya

dilaksanakan oleh Brigade Proteksi Tanaman (BPT).

Balai Proteksi/Perlindungan Tanaman sebagai SKPD yang

ditetapkan berdasarkan Perda dan/atau Peraturan Gubernur, di

samping melaksanakan 2 (dua) fungsi tersebut, juga melaksanakan

Page 13: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

13

fungsi pembinaan petani dalam penanganan/ penanggulangan OPT

sesuai konsep PHT.

Daftar Kelembagaan UPTD/Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi seluruh Indonesia sebagaimana tercantum

pada format 6 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan

Peraturan ini.

A.2.a Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura

1) Rehabilitasi/Renovasi gedung Balai Proteksi dan

LPHP antara lain: laboratorium hama, laboratorium

penyakit, laboratorium diagnosis dan koleksi OPT,

laboratorium Agens Hayati, ruang kepala, ruang

administrasi pelayanan teknis, ruang staf, ruang

pertemuan, green house dan gudang.

2) Penyediaan Peralatan/Mesin Laboratorium

a. LPHP dalam rangka diagnosis, surveilans, dan

koleksi, serta perbanyakan agens hayati dan

pestisida nabati, yaitu terdiri dari alat/mesin

untuk Lab. Hama, Lab. Penyakit, Lab. Agens

hayati, Screen House, gudang, dll.

b. BPT (Brigade Proteksi Tanaman) untuk gerakan

pengendalian OPT (sprayer, power sprayer, swing

fog, dan alat pengendalian lainnya.

Daftar Kelembagaan BPTH, LPHP dan Brigade Proteksi

Tanaman seluruh Indonesia sebagaimana tercantum pada

format 7 yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dengan Peraturan ini.

Sebaran sumberdaya manusia dan sarana kerja roda-2

(dua) pada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan

Hortikultura seluruh Indonesia sebagaimana tercantum

pada format 8 yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dengan Peraturan ini

Page 14: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

14

A.2.b Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi UPTD/Balai Proteksi Tanaman Perkebunan

UPTD/Balai Proteksi Tanaman Perkebunan adalah Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yang menangani

perlindungan perkebunan di Provinsi. UPTD dibentuk

sebagai upaya pengoptimalan perangkat perlindungan di

daerah yang terdiri dari Laboratorium Lapangan,

Laboratorium Utama Pengendalian Hayati (LUPH), Lab. Sub

Lab Hayati dan Unit Pembinaan dan Perlindungan Tanaman

(UPPT) Perkebunan yang terdiri atas:

1) Rehabilitasi dan Renovasi Bangun UPTD/Balai Proteksi

Tanaman Perkebunan

Rehabilitasi dilakukan terhadap bangunan UPTD/ Balai

Proteksi Tanaman Perkebunan yang struktur

organisasinya telah ditetapkan dengan SK Gubernur

Kepala Daerah Provinsi.

Rehabilitasi bangunan UPTD/Balai Proteksi Tanaman

Perkebunan Provinsi adalah memperbaiki/mengganti

semua elemen bangunan yang rusak, dan didasarkan

pada analisis dinas teknis yang berwenang. Rehabilitasi

dan Renovasi bangunan Gedung UPTD/Balai Proteksi

Tanaman Perkebunan termasuk sarana penunjang

seperti: listrik/genset, sumur/pompa air.

2) Penyediaan Prasarana dan Sarana kantor UPTD/ Balai

Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi

Penyediaan prasarana dan sarana bagi kantor UPTD/

Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Provinsi meliputi

Sarana kerja (Ruang kepala, ruang TU, ruang

fungsional), Sarana laboratorium, Asrama, Green

House, Gudang, Sarana penyediaan air dan pagar.

Kendaraan roda-2 untuk Pengendali Organisme

Pengganggu Tumbuhan (POPT) (Pegawai Negeri Sipil).

Daftar kelembagaan UPTD/Balai Proteksi Perkebunan Provinsi

seluruh Indonesia dan Kriteria Brigade Proteksi Tanaman

Page 15: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

15

sebagaimana tercantum pada format 9 yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

A.3 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Laboratorium Kesehatan

hewan A.3.a Pembangunan/Rehabilitasi/ Renovasi Bangunan

Laboratorium Kesehatan Hewan

Pembangunan/rehabilitasi/renovasi bangunan laboratorium

dilaksanakan memperhatikan tingkat keamanan biologis

(Biosecurity Level). Sedangkan pembangunan/rehabilitasi/

renovasi unit klinik hewan maupun pusat kesehatan hewan

yang menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi

dilaksanakan untuk memenuhi pelayanan di bidang

kesehatan hewan.

Acuan tata ruang bangunan laboratorium kesehatan hewan,

klinik hewan dan pusat kesehatan hewan sebagai berikut:

1) Laboratorium Keswan, ukuran minimal 150 m2,

mencakup: ruang administrasi, ruang pertemuan,

laboratorium, ruang pemeriksaan, gudang,

bangunan/sarana pemusnahan limbah, dan kamar

mandi/wc.

2) Klinik Hewan, ukuran minimal 100 m2, mencakup :

ruang pelayanan, ruang tunggu, ruang

pemeriksaan/tindakan/preparasi/operasi,stasioner/

observasi, ruang obat, ruang dokter/administrasi, ruang

rapat, ruang pencucian alat/ gudang peralatan, dan

incinerator.

3) Pusat Kesehatan Hewan, ukuran minimal 100 m2,

mencakup : ruang administrasi/tunggu, ruang

pemeriksaan, laboratorium, ruang kepala puskeswan/

pertemuan, gudang bahan dan peralatan, dan sarana

penunjang (kandang isolasi, kandang jepit, dll).

Adapun daftar laboratorium kesehatan hewan di Provinsi sebagaimana tercantum pada format 10 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

Page 16: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

16

A.3.b Penyediaan Peralatan/Sarana Teknis

Penyediaan peralatan laboratorium kesehatan hewan di

tingkat provinsi sesuai dengan kondisi kompetensinya saat

ini secara bertahap diarahkan untuk dapat memenuhi

pelaksanaan pengujian bakteriologi, serologi, virologi,

parasitologi dan toksikologi.

Sedangkan penyediaan peralatan unit pelayanan kesehatan

hewan baik klinik hewan maupun pusat kesehatan hewan

dimaksudkan untuk mendukung pelaksanaan fungsi

pelayanan klinik, diagnosa cepat dan terapi baik pelayanan

yang bersifat stasioner, pelayanan aktif dan semi aktif.

Adapun acuan jenis peralatan sebagaimana tercantum pada

format 11 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan

Peraturan ini.

B. DAK BIDANG PERTANIAN KABUPATEN/KOTA

DAK bidang pertanian kabupaten/kota difokuskan pada Pengembangan

Prasarana dan Sarana Air, Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Balai

Penyuluhan Pertanian Kecamatan dan Pembangunan Lumbung Pangan

Masyarakat. Untuk kabupaten/kota yang sering dilanda kekeringan

atau kabupaten/kota yang potensi lahan keringnya luas agar

memprioritaskan penggunaan DAK untuk pengembangan prasarana

dan sarana air. Untuk daerah yang dengan persawahan yang luas agar

memprioritaskan pembangunan/rehabilitasi/renovasi gedung BPPK,

Pengadaan sarana alat penunjang pembelajaran dan pengadaan sepeda

motor roda-2 untuk penyuluhan yang belum memiliki fasilitas sepeda

motor. Adapun jalan usahatani difokuskan pada sentra tanaman

pangan, sedangkan untuk lahan kering maupun persawahan dapat

dibangun lumbung pangan masyarakat dalam rangka mewujudkan

cadangan pangan masyarakat sesuai dengan potensi dan kebutuhan

masyarakat. Khusus untuk Kabupaten Daerah Tertinggal wajib

melaksanakan pemanfaatan DAK untuk kegiatan Irigiasi Air Tanah.

Daftar Kabupaten Daerah Tertinggal se-Indonesia sebagaimana

Page 17: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

17

tercantum pada format 12 yang merupakan bagian tidak terpisahkan

dengan Peraturan ini.

B.1 Pengembangan Prasarana dan Sarana Air

Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan air yang

dialokasikan dalam DAK diarahkan untuk membangun fasilitas

sumber air baru melalui pembangunan irigasi air tanah,

pembangunan irigasi air permukaan dan pembangunan embung,

dam parit dalam kerangka konservasi air antisipasi perubahan

iklim untuk dimanfaatkan sebagai suplesi air irigasi mendukung

usaha pertanaman padi.

Kegiatan DAK untuk penyediaan dan pengembangan prasarana

dan sarana pengelolaan air tidak diperkenankan untuk rehabilitasi

dan pembangunan jaringan/saluran irigasi, kecuali termasuk

dalam satu paket kegiatan pembangunan Irigasi Air Tanah,

Pembangunan irigasi air permukaan dan pembangunan

embung/dam parit.

Pengembangan Prasarana dan Sarana Air meliputi :

B.1.a Irigasi Air Tanah

Kegiatan irigasi air tanah dalam merupakan pemanfaatan

air tanah yang ada pada lapisan akifer yang termasuk ke

dalam daerah cekungan air tanah yang dinaikan ke

permukaan untuk dimanfaatkan sebagai sumber air irigasi.

Pemanfaatan air tanah sebaiknya dipilih pada lapisan akifer

tertekan (confined aquifer).

Irigasi air tanah diperlukan Survei Investigasi Desain (SID)

pendugaan potensi air tanah baik secara sederhana

maupun dengan metode geolistrik. Survei investigasi desain

(dilengkapi dengan RAB) ini dianggarkan melalui dana dari

APBD Provinsi dan atau Kabupaten/Kota bukan dari

anggaran DAK.

Komponen Irigasi Air Tanah, antara lain: (1) sumur bor; (2)

pompa air dan perlengkapannya; (3) rumah pompa dan (4)

Page 18: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

18

jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT), dengan uraian sebagai

berikut :

1) Pembangunan sumur dengan cara pengeboran dan

mempunyai potensi air tanah yang cukup baik

(kedalaman disesuaikan dengan kedalaman lapisan

akifernya);

2) Pompa air dan perlengkapannya: menggunakan jenis

pompa sentrifugal ataupun submersible, yang digerakkan

dengan penggerak motor diesel, motor listrik, ataupun

tenaga surya;

3) Rumah pompa: berupa bangunan yang permanen dan

cukup kuat untuk menahan getaran mesin, dengan

pengamanan yang baik;

4) Jaringan irigasi air tanah (JIAT) untuk mengalirkan air

dari pompa ke lahan usahatani.

B.1.b Irigasi Air Permukaan

Kegiatan Irigasi Air Permukaan merupakan pemanfaatan air

permukaan (sungai, danau, mata air, air bekas galian

tambang, dll), dimana di lokasi yang bersangkutan

mempunyai potensi baik kuantitas maupun kualitasnya.

Beberapa contoh pilihan alternatif kegiatan yang dapat

dilaksanakan dalam pengembangan Irigasi Air Permukaan

adalah sebagai berikut: (1) pompanisasi (2) hidram (3)

pipanisasi (4) kincir air, dan (5) bendung kecil dengan

uraian sebagai berikut:

1) Pompanisasi yaitu upaya mengambil air dari sumber air

permukaan yang diangkat dan didistribusikan dengan

mempergunakan pompa air dan didistribusikan dengan

saluran terbuka atau saluran tertutup. Sumber tenaga

bagi pompa air ini dapat menggunakan BBM, listrik,

kincir angin ataupun panel surya;

2) Hidram yaitu Sistem hidram dalam irigasi air permukaan

adalah upaya mengambil air dari sumber air permukaan

(sungai, danau dll), dengan menaikkan air dari tempat

Page 19: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

19

yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi dari sumber

air. Sistem ini menggunakan prinsip memanfaatkan beda

tinggi dan tekanan air;

3) Pipanisasi yaitu adalah upaya untuk menyalurkan

sumber air permukaan dengan menggunakan pipa,

dimana dalam penyalurannya dapat menggunakan pompa

ataupun memanfaatkan gaya gravitasi;

4) Kincir air yaitu dimaksudkan untuk menaikkan sumber

air permukaan dengan memanfaatkan tenaga dari

aliran/arus air. Pada umumnya kincir air terdiri dari

poros, lingkaran roda yang dilengkapi dengan tabung dan

sudu-sudu yang dipasang disekeliling roda.

5) Bendung Kecil: dibangun dengan tujuan untuk

menampung aliran air (sungai/kali) dan meninggikan

muka aliran air agar dapat dimanfaatkan sebagai

cadangan air terutama pada musim kemarau untuk

irigasi/penambahan luas areal tanam.

Beberapa contoh kegiatan Pengembangan Irigasi Air

Permukaan tersebut di atas dapat disesuaikan dengan

kondisi daerah.

B.1.c Embung

Embung yaitu bangunan konservasi air berbentuk kolam

untuk menampung air limpasan (run off) serta sumber air

lainnya. Dari prasarana dan sarana embung, selanjutnya

dialirkan ke lahan pertanaman sehingga dapat berfungsi

sebagai suplesi air bagi tanaman dalam usaha pertanian.

Dalam pembangunan embung yang dibiayai melalui DAK

perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Lokasi, sesuai dengan peruntukan dan harus dapat

memenuhi kaedah-kaedah konservasi air dan upaya

kelestarian lingkungan;

Page 20: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

20

2) Lahan yang digunakan untuk pembangunan embung

merupakan lahan bebas atas sengketa dan dibuktikan

dengan penetapan Bupati/WaliKota;

3) Kondisi fisik tanah pada lokasi pembangunan embung

“tidak porus” dan merupakan daerah pertanian tanaman

pangan yang memerlukan pasokan air dari embung

sebagai suplesi air irigasi. Bila kondisi tanah lokasi

embung ” porus” maka dasar embung harus dilapis

(linning/plastik/tanah liat/geotekstil);

4) Kapasitas embung sebagai suplesi air irigasi harus

memiliki kapasitas minimal penampungan air 800 m3;

5) Bangunan embung terdiri atas kolam sesuai kapasitas

tersebut diatas, bendung dan pelimpas (pada bagian

pelimpas perlu dibuat kolam olak), pintu penguras, pintu

irigasi/saluran pemasukan (inlet) dan pintu

irigasi/saluran pengeluaran (outlet);

6) Sebagai bangunan suplesi air irigasi maka air dari

embung harus dibuatkan saluran irigasi untuk

mendistribusikan air dari pintu outlet sampai ke petakan

lahan usahatani penerima manfaat.

B.1.d Dam Parit

Dam parit merupakan bangunan untuk meninggikan

permukaan air dengan membendung aliran permukaan

atau sungai kecil sehingga dapat dijadikan sebagai sumber

air.

Dalam pembangunan dam parit yang dibiayai melalui DAK

perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

1) Dam parit dibangun dengan membendung aliran untuk

meninggikan muka air dari sungai dan mengalirkan

langsung ke lahan usaha tani;

2) Letak dam parit harus memperhatikan kemudahan dalam

membendung dan mendistribusikan air serta struktur

tanah yang kuat untuk pondasi bendung;

Page 21: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

21

3) Bangunan dam parit terdiri dari talud/jagaan (free board),

bangunan bendung/pelimpas, pengendali/pintu air, pintu

penguras, saluran irigasi, dan kolam olak.

Kontruksi dam parit yaitu talud/jagaan dan bendung

terbuat dari pasangan batu dan kolam olak harus terbuat

dari pasangan batu/beton bertulang.

B.2. Pengembangan Prasarana dan Sarana Lahan

Jalan Usaha Tani (JUT)

Jalan usaha tani yaitu prasarana transportasi pada kawasan

pertanian tanaman pangan untuk pengangkutan sarana produksi

menuju lahan pertanian, memperlancar mobilitas alat dan mesin

pertanian serta mengangkut hasil produk pertanian dari lahan

pertanian menuju ke tempat pengumpulan sementara, tempat

pengolahan atau pasar.

Pengembangan jalan usahatani adalah pembuatan, peningkatan

kapasitas atau rehabilitasi jalan usahatani adalah sebagai berikut:

1) Pembuatan jalan usahatani adalah membuat jalan usahatani

baru sesuai kebutuhan; atau

2) Peningkatan kapasitas jalan usahatani adalah jalan usahatani

yang sudah ada ditingkatkan tonase/kapasitasnya sehingga bisa

dilalui oleh kendaraan yang lebih berat/lebih besar; atau

3) Rehabilitasi jalan usahatani adalah memperbaiki kualitas jalan

usahatani yang sudah rusak tanpa ada peningkatan kapasitas.

Lebar badan jalan usaha tani minimal dapat dilalui kendaraan roda

3 (tiga) dan dibuatkan tempat untuk berpapasan, sedangkan

kapasitasnya disesuaikan dengan jenis komoditas yang akan

diangkut dan alat angkut yang akan digunakan. Spesifikasi dan

dimensi komponen jalan usaha tani (bahu jalan, badan jalan,

saluran drainase, gorong-gorong, jembatan, dan sarana penunjang

lainnya) disesuaikan dengan kebutuhan lapangan.

Anggaran DAK hanya boleh digunakan untuk konstruksi dan harus

didampingi dana APBD 10 %. Sedangkan rancangan teknis dan

persiapan (seperti : Pembuatan Petunjuk Pelaksanaan, Koordinasi

Page 22: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

22

dengan Instansi Terkait, Sosialisasi, Inventarisasi Calon Petani dan

Calon Lokasi, Musyawarah Kelompok Tani atau Rembug Desa dan

Pembuatan Rancangan Teknis Sederhana) harus disediakan dari

APBD (diluar dana pendamping APBD yang 10 %).

B.3 Pembangunan/Rehabilitasi/Renovasi Balai Penyuluhan Pertanian

di Kecamatan (BPPK) dan penyediaan sarana Penyuluhan

Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan adalah kelembagaan

penyuluhan pemerintah pada tingkat kecamatan sebagai tempat

pertemuan para penyuluh dan pelaku utama untuk melaksanakan

kegiatan penyuluhan dan proses pembelajaran diantaranya:

percontohan/demplot, Latihan dan Kunjungan (LAKU), kaji terap,

penyusunan dan pengembangan materi penyuluhan spesifik lokasi,

serta pengembangan model usahatani bagi pelaku utama dan

usaha.

B.3.a Prioritas Pemanfaatan Balai Penyuluhan Pertanian di Kecamatan (BPPK)

1) Kabupaten/Kota yang kecamatannya belum memiliki

gedung BPPK atau yang kondisi bangunannya perlu di

rehabilitasi/renovasi, maka pemanfaatannya tetap

mengacu pada pembangunan/ rehabilitasi/renovasi.

2) Kabupaten/Kota yang kecamatannya sudah semua memiliki

gedung BPPK, pemanfaatannya dialihkan untuk pengadaan

sarana penyuluhan berupa: seperangkat alat bantu

pembelajaran untuk penyuluhan pertanian di kantor BPPK dan

pembangunan pagar (pagar untuk bangunan, bukan pagar

untuk lahan BPPK) dan kendaraan Roda-2 (dua) untuk

Penyuluh Pertanian dan Mantri Tani (Pegawai Negeri Sipil).

B.3.b Pembangunan Gedung/Kantor BPPK

Pembangunan Gedung BPPK yaitu pengadaan bangunan

baru secara keseluruhan termasuk sarana penunjangnya

seperti: listrik/genset dan sumur/pompa air.

Pembangunan tersebut dapat termasuk pagar untuk Kantor

BPPK (bukan pagar lahan BPPK) yang menjadi satu

kesatuan dengan bangunan kantor.

Page 23: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

23

Jenis dan luas bangunan gedung BPPK terdiri atas:

1) Ruang Kepala (3 x 3 meter);

2) Ruang Rapat/Pertemuan (4 x 10 meter);

3) Ruang Fungsional/Penyuluh (4 x 4,5 meter);

4) Ruang Perpustakaan (4,5 x 3 meter);

5) Ruang Peragaan/Workshop (5 x 3 meter);

6) Ruang Pengolahan Data (2,5 x 3 meter);

7) Ruang Dapur dan Kamar Mandi (4 X 3 meter); dan

8) Rumah Dinas Kepala BPPK (8 x 8 meter).

Ukuran panjang dan lebar (luas) ruangan dapat disesuaikan

dengan standar dan kondisi wilayah setempat.

Pembangunan fisik bangunan harus di lahan yang

bersertifikat hak milik pemerintah daerah. Sebelum

dilakukan pembangunan gedung agar didahului dengan

desain perencanaan menggunakan anggaran APBD. Dana

desain perencanaan dan pengawasan pembangunannya

disediakan di luar dari dana DAK dan diluar dari 10%

(sepuluh persen) dana pendamping APBD.

Apabila anggaran tidak mencukupi untuk membangun

gedung kantor BPPK secara utuh pada tahun 2013, maka

bangunan dapat diprioritaskan untuk membangun ruangan

yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kegiatan

penyuluhan atau tanpa mengurangi tugas fungsi BPPK.

B.3.c Rehabilitasi dan Renovasi Gedung/Kantor BPPK

Rehabilitasi gedung kantor BPPK yaitu

memperbaiki/mengganti semua elemen bangunan yang

rusak, dan didasarkan pada analisis dinas teknis yang

berwenang.

Renovasi bangunan BPPK digunakan untuk

merubah/menambah/ memperluas bangunan yang ada

didasarkan pada analisis dinas teknis yang berwenang.

Page 24: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

24

B.3.d Persyaratan Lokasi Pembangunan Gedung/Kantor BPPK

Letak lahan strategis, mudah dijangkau oleh pelaku utama

dan pelaku usaha serta didukung prasarana dan sarana

pendukung lainnya untuk mengoptimalkan fungsi

BPP/kelembagaan yang membidangi penyuluhan Pertanian

di kecamatan.

Selain untuk bangunan dan lahan BPPK juga digunakan

sebagai tempat percontohan sesuai dengan potensi

wilayah/komoditas unggulan daerah setempat.

B.3.e Penyediaan Prasarana dan Sarana Penyuluhan

Penyediaan prasarana dan sarana bagi kantor BPPK dapat

digunakan untuk seperangkat alat bantu pembelajaran

penyuluhan pertanian di BPPK dan kendaraan operasional

roda 2 (dua) bagi penyuluh pertanian dan Mantri Tani

(Pegawai Negeri Sipil).

Seperangkat alat bantu pembelajaran di BPPK untuk

memenuhi standar pelayanan minimal yaitu: Overhead

projector (OHP), LCD projector, wireless, megaphone, MIC,

televisi, VCD, white board, tape recorder, komputer, printer,

display, dan digital camera.

Rincian alokasi gedung kantor BPPK yang akan dibangun,

direhabilitasi, direnovasi, kebutuhan sarana alat bantu

pembelajaran, kebutuhan kendaraan operasional roda 2

(dua) bagi Penyuluh Pertanian dan Mantri Tani (Pegawai

Negeri Sipil) di BPPK per Kabupaten/Kota, sebagaimana

tercantum pada format 13 yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dengan Peraturan ini.

B.4 Pembangunan Lumbung Pangan Masyarakat

Lumbung Pangan Masyarakat merupakan sarana penyimpanan

pangan pokok dalam mewujudkan cadangan pangan masyarakat

Page 25: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

25

untuk antisipasi masa paceklik (masa tanam), gejolak harga dan

bencana alam.

Pembangunan lumbung pangan masyarakat dan sarana

penunjangnya perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Lokasi lumbung pangan masyarakat dan sarana penunjangnya di

desa Sentra Produksi dan atau daerah rawan pangan;

b. Kelompok sasaran adalah kelompok afinitas atau kelompok

lumbung pangan atau kelompok tani atau Gabungan Kelompok

Tani (Gapoktan);

c. Kelompok sasaran tersebut belum pernah mendapat fasilitas yang

sama (pembangunan fisik lumbung) pada saat yang bersamaan

atau pada tahun-tahun sebelumnya; kelompok yang tahun-tahun

sebelumnya pernah mendapat fasilitas fisik lumbung, bisa

mendapat fasilitas sarana penunjang pada tahun sesudahnya

sepanjang fasilitas sarana penunjang tersebut dalam rangka

untuk lebih mengoptimalkan fungsi lumbung, misalnya :

kelompok yang pernah mendapat fasilitas fisik lumbung bisa

mendapat sarana lantai jemur pada tahun sesudahnya, atau

sarana penunjang lainnya seperti Rice Milling Unit (RMU) yang

bertujuan agar lumbung dapat berfungsi lebih optimal.

d. Lahan tempat pembangunan fisik lumbung pangan masyarakat

dan lantai jemur disediakan oleh kelompok afinitas atau

kelompok lumbung pangan atau kelompok tani atau Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan);

e. Kapasitas lumbung pangan masyarakat disesuaikan dengan

kebutuhan kelompok.

f. Pembangunan fisik bangun lumbung pangan masyarakat dan

sarana penunjangnya harus didahului desain perencanaan dan

pengawasan. Dana desain perencanaan dan pengawasan

pembangunannya disediakan di luar dari dana DAK dan di luar

dari 10% (sepuluh persen) dana pendamping APBD.

Page 26: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

26

BAB III TATA CARA PEMANFAATAN DAK BIDANG PERTANIAN TA 2013

A. Mekanisme Pelaksanaan DAK Bidang Pertanian

Tahapan Mekanisme pelaksanaan DAK Bidang Pertanian sebagai berikut: 1. Surat Kementerian Keuangan cq. Dirjen Perimbangan

Keuangan tanggal 3 Pebruari 2012 tentang Permintaan Pelaporan DAK 2011 dan Rencana Perkiraan Alokasi DAK TA. 2013.

2. Surat Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Nomor : 568/KU.310/A/02/2012 tanggal 29 Februari 2012 tentang Rencana Kebutuhan Pendanaan DAK Bidang Pertanian TA. 2013.

3. Sosialisasi juknis pemanfaatan DAK 2012 dan pengumpulan data teknis DAK tahun 2013 dan pelaporan DAK 2011 yang dilaksanakan di dua wilayah (wilayah Timur di Denpasar - Bali dan Wilayah Barat di Bandung - Jawa Barat).

4. Data Teknis DAK Bidang Pertanian TA. 2013 kemudian dikirim ke Direktorat Jenderal Perimbangan keuangan Kementerian Keuangan untuk selanjutnya dilakukan perhitungan alokasi DAK untuk Kab/Kota berdasarkan Kriteria Umum, Khusus dan Teknis.

5. Hasil Pengolahan data oleh Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan dibahas dengan Badan Anggaran DPR-RI.

6. Kesepakatan pagu DAK antara Badan Anggaran DPR-RI dan Menteri Keuangan ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan tentang alokasi DAK Kab/Kota.

7. Penyusunan dan Penetapan Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian oleh Menteri Pertanian.

8. Daftar Pagu DAK Bidang Pertanian TA. 2013 sebagaimana tercantum pada format 14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

B. Quasi Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan Ke DAK Bidang

Pertanian Provinsi 1. Quasi Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan adalah hasil

keputusan dari Sidang Kabinet yang membahas Rancangan APBN 2013 dan merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dimana dalam Pasal

Page 27: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

27

108 ayat (1) berbunyi “Dana Dekonsetrasi dan Dana Tugas Pembantuan yang merupakan bagian dari anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang digunakan untuk melaksanakan urusan yang menurut peraturan perundang-undangan menjadi urusan Daerah, secara bertahap dialihkan menjadi Dana Alokasi Khusus”.

2. Berdasarkan Quasi Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan tersebut diatas maka Kementerian Keuangan, Kementerian Negara PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan menindaklanjuti dengan melakukan identifikasi dan pembahasan di trilateral meeting yang menghasilkan kesepakatan pengalihan kegiatan dan anggaran Kementerian Pertanian yang akan dialihkan ke DAK Bidang Pertanian sebesar Rp. 417.143.000.000 (empat ratus tujuh belas miliyar seratus empat puluh tiga juta rupiah) pada Tahun Anggaran 2013.

3. Kementerian Keuangan melalui Surat Menteri Keuangan Nomor S-606/MK.07/2012 tanggal 23 Agustus 2012, meminta Menteri Pertanian untuk mempersiapkan pengalihan, diantaranya dengan melakukan koordinasi lebih lanjut dalam rangka penyusunan program/kegiatan yang akan dialihkan, termasuk penyiapan data dukung untuk perhitungan alokasi DAK dan penyusunan Petunjuk Teknis.

C. Pelaksanaan Kegiatan DAK Bidang Pertanian Dalam melaksanakan kegiatan DAK Bidang Pertanian 2013 secara

teknis penetapan kegiatan untuk penyusunan RKA harus mengacu kepada petunjuk teknis pemanfaatan DAK Bidang Pertanian 2013 yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian, sedangkan secara administrasi keuangan harus mengacu pada peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 tahun 2009 tentang Pengelolaan Dana Alokasi Khusus di Daerah. Dalam hal pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 jis Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012. 1. Kegiatan DAK Bidang Pertanian secara Kontraktual Kegiatan DAK Bidang Pertanian merupakan kegiatan fisik

untuk membangun/memperbaiki sarana prasarana fisik dasar di bidang pertanian dan dikategorikan belanja barang/jasa dan belanja modal.

Page 28: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

28

2. Hibah DAK Bidang Pertanian; Barang/aset Daerah yang bersumber dari anggaran DAK Bidang Pertanian dapat dihibahkan apabila lebih efesien, efektif dan bermanfaat dikelola oleh lembaga swadaya/kelompok masyarakat selaku penerima hibah. Mekanisme hibah barang/aset Daerah diatur lebih lanjut dalam peraturan Kepala Daerah;

3. Sisa anggaran DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2012 dapat digunakan kembali dengan menggunakan Petunjuk Teknis DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2012 dan Tahun Anggaran 2013.

4. Persyaratan penggunaan sisa anggaran DAK tahun anggaran 2012 yaitu 1) Dalam rangka optimalisasi pencapaian sasaran DAK, terhadap sisa tender pelaksanaan kegiatan DAK, agar pemerintah Daerah menggunakannya untuk menambah target dan capaian sasaran kinerja kegiatan DAK yang telah ditetapkan dalam petunjuk teknis DAK bidang Pertanian; 2) Apabila sisa tender tersebut tidak dapat dimanfaatkan pada tahun berkenaan (2012) dan harus dilaksanakan pada tahun anggaran berikutnya (2013) tetap menggunakan petunjuk teknis DAK Bidang Pertanian tahun berkenaan (2012); 3) Sisa DAK Bidang Pertanian tahun anggaran 2012 tidak dapat digunakan sebagai dana pendamping DAK Bidang Pertanian tahun anggaran 2013.

5. Apabila ada sisa anggaran DAK Bidang Pertanian tahun berkenaan (2012) tidak dapat dialokasikan untuk DAK diluar Bidang Pertanian dan apabila tidak digunakan untuk kegiatan DAK Bidang Pertanian tahun berikutnya akan menjadikan Punishment bagi SKPD tersebut.

D. Persyaratan DAK Bidang Pertanian

Persyaratan Dana Pendamping DAK 1. Sebagai komitmen dan tanggungjawab pemerintah Provinsi

dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan kegiatan DAK Tahun 2013, Provinsi dan Kabupaten/Kota penerima DAK Bidang Pertanian wajib menyediakan Dana Pendamping APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun 2013 sekurang-kurangnya sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai DAK yang diterimanya untuk membiayai kegiatan fisik.

2. Di samping Dana Pendamping dari APBD sebesar 10% (sepuluh Persen) dari nilai DAK untuk membiayai kegiatan fisik, masih diperlukan dukungan dana APBD diluar dana pendamping 10% (sepuluh persen) yang besarnya disesuaikan

Page 29: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

29

dengan kemampuan daerah untuk kegiatan operasional (non fisik) antara lain: (1) biaya administrasi, (2) biaya desain perencanaan dan penyiapan fisik, (3) biaya pemeliharaan prasarana, sarana dan peralatan, (4) biaya seleksi Calon Petani/Calon Lokasi (CP/CL) dan Survei Investigasi Desain (SID), serta (5) pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

3. Dalam rangka meningkatkan kinerja penyediaan prasarana dan sarana pertanian, maka DAK disinergikan dengan anggaran Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota serta sumber-sumber pembiayaan lainnya.

BAB IV PEMBINAAN DAN PELAPORAN

A. Pembinaan

1. Eselon-I lingkup Kementerian Pertanian terkait melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan DAK Bidang Pertanian lingkup Provinsi dan Kabupaten/Kota.

2. Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi melakukan pembinaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan DAK Bidang Pertanian lingkup Kabupaten/Kota.

3. Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Kabupaten/Kota melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi dalam menyusun RKA DAK Bidang Pertanian untuk mensinergikan terhadap program/kegiatan atau yang terkait dengan bidang pertanian.

4. Pengusulan data teknis DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2014 untuk Provinsi disampaikan secara resmi ke Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. Adapun softcopy dan hardcopy dapat dikirim melalui Fax. (021) – 78839618 dan atau email ke: [email protected].

5. Pengusulan data teknis DAK Bidang Pertanian Tahun Anggaran 2014 untuk Kabupaten/Kota harus melalui Dinas Pertanian Provinsi untuk diteruskan secara resmi ke Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. Adapun softcopy dan hardcopy dapat dikirim melalui Fax. (021) – 78839618 dan atau email ke: [email protected].

6. Dokumen Pengguna Anggaran (DPA) DAK Bidang Pertanian di Provinsi dan Kabupaten/Kota tahun 2013 agar disampaikan secara resmi ke Sekretariat Jenderal cq. Biro Perencanaan Kementerian Pertanian. Adapun softcopy dan hardcopy dapat

Page 30: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

30

dikirim melalui Fax. (021)–78839618 dan atau email ke: [email protected].

7. Untuk biaya pembinaan, penyusunan data teknis, pemantauan dan evaluasi kegiatan DAK Bidang Pertanian dibebankan dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota.

B. Pelaporan

1. Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Provinsi pelaksana DAK Bidang Pertanian wajib menyampaikan laporan triwulan dan tahunan tentang realisasi pelaksanaan DAK kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait dan Gubernur terkait.

2. Kepala Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Kabupaten/Kota pelaksana DAK Bidang Pertanian wajib menyampaikan laporan triwulan dan tahunan tentang realisasi pelaksanaan DAK kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait, Bupati/WaliKota terkait dan Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi.

3. Format laporan triwulan dan tahunan mengacu pada format yang tertuang pada format laporan triwulanan dan tahunan Surat Edaran Bersama Kepala Bappenas, Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri, Nomor 0239/M.PPN/11/2008, SE-1722/MK.07/2008 dan Nomor 900/3556/SJ tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemantauan Teknis Pelaksanaan dan Evaluasi Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus

Laporan triwulanan yang ditujukan ke Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian paling lambat diterima 2 minggu setiap triwulan berakhir via pos, fax (021-7804156, 78839618) dan atau email ke alamat [email protected]

a. Untuk triwulan I (Januari – Maret) paling lambat diterima minggu kedua April berupa laporan perencanaan kegiatan sebagaimana format 8 (khusus untuk laporan triwulan I, kolom yang digunakan hanya kolom 1 s/d 8).

b. Untuk triwulan II (April – Juni) paling lambat diterima minggu kedua Juli.

c. Untuk triwulan III (Juli – September) paling lambat diterima minggu kedua Oktober.

d. Untuk triwulan IV (Oktober – Desember) yang sekaligus sebagai laporan tahunan paling lambat diterima Minggu kedua tahun berikutnya. dan

Page 31: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

31

e. Format laporan triwulan dan tahunan DAK Bidang Pertanian 2013 sebagaimana tercantum pada format 15 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.

4. Laporan akhir tahun anggaran DAK Bidang Pertanian Provinsi disampaikan kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal / Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait dan Gubernur terkait.

5. Laporan akhir tahun anggaran DAK Bidang Pertanian Kabupaten/Kota disampaikan kepada Menteri Pertanian c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian dengan tembusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Pertanian terkait, Bupati/WaliKota terkait dan Kepala Dinas/Badan lingkup Pertanian Provinsi yang terkait.

6. Laporan akhir tahun anggaran memuat gambaran umum kegiatan DAK, output (keluaran), outcome (hasil), impact (dampak) dari kegiatan DAK dan realisasi anggaran, hambatan, dan masalah yang dihadapi, serta saran perbaikan di masa mendatang.

7. Pelaporan menjadi salah satu dasar penilaian dalam kriteria alokasi anggaran DAK Bidang Pertanian pada tahun berikutnya (reward dan punishment tahun 2014).

Page 32: Juknis DAK Bidang Pertanian 2013

32

BAB V PENUTUP

Kegiatan-kegiatan yang dibiayai dari DAK Bidang Pertanian 2013 sebagaimana diuraikan dalam Juknis Pemanfaatan DAK Bidang Pertanian 2013 merupakan menu pilihan, dimana Gubernur dan Bupati/Walikota dapat memilih kegiatan sesuai prioritas daerah. Pemilihan kegiatan DAK Bidang Pertanian merupakan bagian program kegiatan jangka menengah sesuai Renstra SKPD dan Renstra Kementerian Pertanian. Pelaksanaan kegiatan DAK Bidang Pertanian agar disinergikan dengan kegiatan yang bersumber dari pendanaan lainnya (seperti dana tugas pembantuan, APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota serta sumber lainnya) sehingga lebih berdaya guna dan berhasil guna.

MENTERI PERTANIAN,

SUSWONO