bekerja · sejak manusia diciptakan oleh allah, manusia sudah menjadi partner dan rekan kerja...
Post on 26-Apr-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
M e w a r t a k a n I m a n d a n K a s i h
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3 W W W . U K I . C A U K I T O R O N T O
BekerjaBekerja dandan
HidupHidup
Bekerja Sebagai Bekerja Sebagai Bentuk Perjuangan Bentuk Perjuangan
untukuntuk HidupHidup
Romo Aegidius Warsito SCJ, Fr Mark Fortner SCJ
GEREJA
St. Anselm’s Church
1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)
Toronto
ON M4G 3H3
Ph: (416) 485-1792
Subway Stn:
Davisville
Redaksi:
Angelina Hanapie
Julian Wibowo
Christine Budihardjo
Randy Danurahardja
Novius Handy
Penasehat:
Rm. J. Juliwan M. SCJ
Alamat Redaksi:
c/o Priests of the Sa-
cred Heart
58 High Park Blvd.
Toronto
ON M6R 1M8
Email:
redaksi@uki.ca
Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ,
(647) 532.1318 jjuliwan@gmail.com
Deacon Deacon Val Danukarjanto,
(416) 497.2274 danu@sympatico.ca
DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA
Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707
koordinator@uki.ca
Sekretaris Christianita Kuswoyo,
(647) 774.3801 sekretaris@uki.ca
Bendahara
Evy Patuwo, (647) 323.3525 bendahara@uki.ca
WILAYAH TIMUR
Ketua Wilayah Harty Tantono-Doyle, (647) 533.6246
east@uki.ca Seksi Liturgi
Gabriella Eufrasia Laniewati, (647) 345.3896 liturgyukieast@yahoo.ca
Seksi Bina Iman Natalia Yurita Saputra, (647) 293-5338
yuritalauw@yahoo.com Seksi Sosial
Lusia Lie lielusia@gmail.com, (416) 903.9718
Seksi Rumah Tangga Isabella Iman, (416) 838.6282
isabella_iman@yahoo.ca Usher
Janto Dinoto, (416) 402.7106 jantodinoto@yahoo.ca
WILAYAH BARAT
Ketua Wilayah Michael Karta Lanson, (416) 917.3888
west@uki.ca Seksi Liturgi
Stephanus Limpi, (416)827.2800 liturgyukiwest@yahoo.ca
Seksi Bina Iman Sri Ratna Sari Djunaedi, (647) 404.8901
sari6888@gmail.com Seksi Sosial
Christine Tanuwijaya, (647) 818.2608 yudhi08@yahoo.com
Seksi Rumah Tangga Rica Hendra, (647) 994.7789
gissy_h@yahoo.com Usher
Diana Lucas, (416) 824.4069 dianarusdin@yahoo.com
BIDANG KHUSUS
Mudika, Felicia Wirahardja mudikatoronto@gmail.com
PELAKSANA KHUSUS
Ketua Lektor
Lilian Tjokro, (905) 887.9546 lilian.tjokro@rogers.com
Ketua Sakristan/Pembagi Komuni Hendry Wijaya, (416) 450.6536
hendry.wijaya@rogers.com Ketua Altar Server
Budiman Widjaja, (416) 250.1655 budiman.widjaja@intria.com
H A L A M A N 3
Bersambung ke halaman 4,
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3
anusia rekan kerja Allah
Sejak manusia diciptakan
oleh Allah, manusia sudah
menjadi partner dan rekan
kerja Allah. Sebagaimana
Allah bekerja dalam kisah
Penciptaan alam semesta, begitu pula
manusia bekerja bersama Allah untuk
merawat dan mengembangkannya. Oleh
sebab itu manusia tidak boleh merusak
apalagi menghancurkan, karena
semuanya itu adalah milik Tuhan.
Dengan bekerja, maka manusia sungguh
menghidupi citranya karena sesuai
dengan gambaran dan rupa Allah yang
bekerja.
Rekan kerja berarti bahwa Allah
tetaplah yang utama dan manusia selalu
bekerjasama dan berkomunikasi dengan
Allah dalam setiap tindakan dan
perbuatannya terutama yang menyangkut
seluruh alam semesta ini. Dengan alam
semesta pun, manusia perlu bekerjasama
dan saling mengembangkan supaya
tercapailah sebuah kesatuan yang
harmonis dan saling memperkaya. Jika
semuanya itu terjadi, maka akan
makmurlah kehidupan semua manusia
dengan alam semesta yang ada
bersamanya.
Situasi yang menyedihkan saat
ini adalah manusia sudah tidak lagi selalu
menjadi rekan kerja Allah, melainkan
menjadi penguasa dan seolah menjadi
‘allah’ yang ingin mengatur dan
melakukan apa saja terhadap alam
semesta. Manusia ingin menjadi tuan atas
sesamanya dan juga ciptaan lainnya dan
mulai menyingkirkan Allah sebagai
Pencipta. Jelas bahwa Allah adalah Allah
dan tidak mungkin manusia menjadi allah
baru. Sikap ini juga sudah muncul dalam
kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa
dan terus berlanjut sampai hari ini.
Ambisi manusia untuk menguasai inilah
yang juga mendatangkan konflik dan
pertikaian antar manusia sendiri. Tugas
dan jabatan yang diemban, yang
seharusnya menjadi sarana pelayanan dan
bekerja sama dengan Allah, justru
menjadi kesempatan untuk berkuasa.
Kuasa yang berasal dari Tuhan dianggap
berasal dari diri sendiri sehingga
terkadang sikapnya terhadap sesama
menjadi kasar dan mulai menjadi
diktaktor. Inilah yang menjadi
keprihatinan dalam kehidupan kita
sekarang ini. Manusia yang adalah ‘co-
worker’ Allah, malah mulai jalan sendiri
dan menuju ke jurang kehancuran. Inilah
yang menyebabkan kehidupan bersama,
dalam keluarga, komunitas, Gereja,
negara dan kehidupan bersama lainnya
menjadi kacau dan hancur.
Dinamika hidup manusia
Santo Paulus menulis dalam
suratnya, ‘yang tidak bekerja, jangan
makan’. Tentu dia menjelaskan maksud
perkataannya itu. Ini berangkat dari
kenyataan bahwa ada orang yang tidak
atau malas bekerja dan hanya ingin
mengambil milik orang lain. Maka Paulus
menekankan agar setiap orang bekerja
dan makan dari hasil jerih lelahnya itu.
Tentu saja tetap ada unsur berbagi dalam
hidup bersama. Inilah dinamika dalam
kehidupan manusia, kita semua, sebagai
ciptaan Tuhan yang ingin maju dan terus
berkembang menjadi lebih baik. Namun
kerinduan untuk menjadi baik jika tidak
disertai oleh usaha dan kerja keras, maka
tinggallah sebuah impian, sebuah utopia.
Perjalanan hidup kita sampai
hari ini sangat menunjukkan dinamika
yang mengagumkan dan perlu selalu
disyukuri. Lihat saja pada bulan
September ini, mereka yang masih
belajar, sekolah atau kuliah, kembali
memulai masa studynya setelah
menikmati masa liburan yang cukup
panjang. Liburan menjadi kesempatan
untuk mengisi diri dengan dimensi lain
selain intelektual. Maka perpaduan
berbagai dimensi dalam kehidupan
manusia akan membantu menjadikan diri
kita sebagai pribadi yang holistik dan
semakin menuju ke kesempurnaan. Maka
jangan pernah mengadakan pemisahan
dalam arti mengkotak-kotakkan berbagai
dimensi yang menjadi bagian serta
kekayaan dalam hidup kita.
Tentu saja dimensi rohani atau
spiritualitas tetap menjadi dimensi sentral
dan dasar bagi kehidupan kita. Itulah
sebabnya manusia dapat berkomunikasi
dengan Allah yang menciptakannya.
Relasi dan komunikasi dengan Tuhan ini
terus perlu dijaga agar dimensi rohani dan
jasmani terus berjalan bersama.
Selalu bersyukur atas hidup
Dalam menjalani kehidupan
sebagai citra Allah, kita selalu bersyukur
karena semua yang terjadi di dalam hidup
kita selalu ada dalam
penyelenggaraanNya. Memang tidak
selalu hal baik yang kita alami, namun
kita tetap berada dalam perlindungan
kasih Tuhan. Mensyukuri hidup berarti
kita menerima kehadiran Tuhan di dalam
seluruh dinamika hidup kita sebagai
manusia. Inilah saatnya kita berterima
kasih atas penyelenggaraan Tuhan yang
senantiasa hadir di dalam kehidupan kita.
Ketika kita membiarkan Tuhan ada
bersama kita, maka kita akan mengalami
betapa besar dan indahnya anugerah
hidup yang sampai sekarang ini kita
nikmati.
Namun terjadi pula bahwa ada
orang yang kurang bersyukur atas
hidupnya dan kurang melihat kehadiran
Tuhan di dalam kehidupannya. Realita ini
kita lihat dalam kehidupan orang yang
selalu mengeluh dan menuntut lebih
kepada Tuhan. Bahkan terkadang Tuhan
menjadi sasaran kemarahan karena
Bekerja Dan Hidup Bekerja Sebagai Bentuk Perjuangan untuk Hidup
| Oleh Romo Johanes Juliwan Maslim SCJ |
M
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3 H A L A M A N 4 Sambungan dari halaman 3,
ketidakberhasilan manusia dalam
menjalani hidup ini. Semakin manusia
berontak dan menjauhi Tuhan, semakin
mereka akan mengalami kehancuran di
dalam hidupnya. Mungkin manusia
merasa dirinya benar karena semua
tindakannya merupakan keinginannya dan
dibuat dengan bebas dan untuk
kesenangan dirinya. Dengan tujuan untuk
kepuasan dan kesenangan diri ini, justru
manusia tidak akan mencapai yang
ditujunya, karena itulah mereka sering
merasa kecewa. Tentu untuk sementara
manusia akan merasakan senang dan
serba indah menurut kriterianya sendiri.
Yang perlu diingat bahwa tujuan hidup
manusia adalah kebahagiaan kekal di
Rumah Bapa.
Ora et Labora
Keseimbangan dalam hidup
manusia tampak dalam ungkapan ’ora et
labora’, ‘berdoalah dan bekerjalah’.
Kesatuan kedua hal itulah yang membuat
diri manusia menjadi utuh dan sempurna,
karena dimensi rohani dan jasmani yang
berjalan bersama. Relasi dengan Tuhan
dalam doa menjadi dasar yang kuat bagi
diri manusia, karena dari Tuhan-lah hidup
manusia berasal dan menuju. Dengan
kekuatan dan dasar yang kuat itulah
manusia mengisi hidupnya dalam usaha
dan perbuatan yang tidak kunjung henti.
Usaha dan tindakan yang cukup banyak
dan kadang tidak ringan tidaklah begitu
dirasakan lagi ketika dilakukan dalam
kesatuan rohani dan jasmani.
Dimensi rohani selalu akan
mengingatkan kita bahwa segala sesuatu
yang kita lakukan berasal dari kekuatan
ilahi yang dikaruniakan kepada kita.
Tidak ada tindakan dan perbuatan yang
kita lakukan tanpa kesatuan dengan
dimensi rohani. Begitu pula dimensi
rohani ini menjadi nyata dalam setiap
perbuatan dan tindakan manusia yang
baik dan memancarkan kasih bagi
sesamanya. Setiap tindakan dan perbuatan
yang dilakukan dengan dasar dan
landasan iman, sungguh akan
mendatangkan kebahagiaan dan sukacita
tersendiri. Kita selalu dimampukan oleh
Tuhan untuk bertindak sesuai dengan
kehendakNya. Dalam hal inilah kita
semakin menghadirkan karya dan
perbuatan Allah sendiri di tengah dunia
ini.
Baiklah kita selalu sadar bahwa
kehadiran kita di dunia ini merupakan
kehadiran Tuhan sendiri yang memakai
kita untuk meneruskan karya kasihNya.
Kita menjadi rasul dan nabi di jaman ini
yang terus menyuarakan kasih Tuhan dan
menunjukkannya di tengah dunia ini.
Hidup kita akan menjadi semakin utuh
dan mantap jika kita selalu melangkah
bersama Tuhan di dalam setiap detik
kehidupan kita. Bersama Tuhan, hidup
kita semakin indah dan membahagiakan.
Johanes Juliwan Maslim, SCJ
Fr. Mark Fortner professed vows as a mem-ber of the U.S. Province in 1962 but most of his priesthood, from 1969 – 1999, was spent in Indonesia. Originally from St. Louis, Fr. Mark, 72, studied at Southeast Missouri State College before entering the SCJs’ Kilroe Seminary in Honesdale, Penn. His M.Div. is from Sacred Heart School of Theology (1968) and in 1993 he earned a Ph.D. in Pastoral Coun-
seling from Loyola in Baltimore, Md. He was ordained to the priesthood in 1968. After 30 years as a member of the Indonesian Province Fr. Mark returned to the United States permanently in 1999. He was involved in formation from 2000-2002, including a year as novice master. In 2003 he moved to Door County, Wis., where he put his degree in pastoral counseling to work first as a licensed psychotherapist at the SCJs’ retreat center in Baileys Harbor, and then with Fox Valley Pastoral Counseling. With many strong ties to Indonesia, Fr. Mark was one of the last members of the U.S. Province to visit with Fr. Tom Fix before his death from cancer ear-lier this year. Fr. Mark escorted one of Fr. Tom’s brother’s to Jakarta to visit him. Now retired, Fr. Mark is a member of the Sacred Heart Community in Franklin, Wis.
Fr Mark Fortner SCJ
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3 H A L A M A N 5
audara/i yang terkasih, kalau kita perhatikan Injil hari
Minggu XXIII ini, kita mungkin dibuat bingung dengan
pernyataan yang dibuat oleh Yesus, karena pada
kesempatan lain Yesus berkata: “Jangan menghakimi
orang lain dan kamu tidak akan dihakimi” akan tetapi di dalam
Injil hari ini Yesus mendesak kita untuk menasihati orang lain
yang bersalah/berbuat dosa. Perintah ini tentunya akan
menimbulkan sebuah pertanyaan mendasar: “Bagaimana kita
bisa menasihati orang lain yang bersalah tanpa harus
menghakimi orang tersebut?”
Yesus sadar bahwa kita semua, para pengikutNya, tidak
bisa menilai hati nurani seseorang, akan tetapi sebenarnya kita
dapat menilai seseorang dari
perbuatannya. Adalah benar,
sulit untuk mengetahui apakah
seseorang menyadari bahwa
dia melakukan kesalahan,
namun seringkali kita dapat
melihat kapan dia berbuat
salah.
Saudara/i yang
terkasih, saya yakin
memberikan koreksi atau
menasihati orang yang berbuat
salah adalah tugas yang tidak
mudah dan mungkin sesuatu
yang paling kita hindari. Tak
dapat dipungkiri, ini adalah
tugas yang sulit, apalagi kalau
ini kita lakukan semata-mata
untuk kepentingan kita sendiri,
untuk kemuliaan kita sendiri.
Alasan kita melakukan ini
karena keselamatan orang lain
adalah tanggung-jawab kita.
Sebagaimana yang kita dengar
dalam bacaan pertama
Yehezkiel 33: 7-9: “bila kita
tidak memperingatkan orang bersalah dan dia mati maka kita
ikut bersalah, akan tetapi setelah kita peringati dan dia menolak
maka pada saat dia mati bukan tanggung jawab kita lagi.”
Itulah tugas yang diberikan Tuhan kepada Yehezkiel bukan
hanya menyampaikan Sabda Tuhan akan tetapi juga menjadi
penjaga bangsa Israel agar tidak terjatuh dalam dosa dengan
berani menegur dan menasihatinya.
Tugas yang diberikan kepada Yehezkiel ini, oleh Yesus
sekarang dipercayakan kepada kita, para pengikutNya. Kita
diberi mandate dan tugas untuk menjaga keselamatan jiwa orang
lain dengan berani memberikan teguran atau nasihat kepadanya.
Dan sekali lagi ini bukan perkara yang gampang, karena kita
semua tidak ingin ditolak atau hubungan kita menjadi hancur
dengan orang tersebut, atau orang tersebut manjadi marah dan
menaruh dendam, dan sebagainya. Apalagi kita hidup di Canada
yang lebih individualis, maka begitu kita masuk ke area ini
jawaban yang akan kita terima “It’s not your business.”
Lalu persoalannya bagaimana tugas ini bisa kita
lakukan secara nyata?
Menurut saya yang perlu kita lakukan adalah dengan
terus menjaga persabahatan kita dengan Yesus. Kita bisa
belajar dari Yesus, yang memang pakar dalam hal menasihati
dan menegur orang lain untuk ke jalan yang benar. Yang jelas
Yesus tidak pernah takut untuk ditolak, dimusuhi, bahkan
dibunuh sekalipun atas kebenaran yang Dia yakini sebagai
keutamaan yang harus dipegang teguh dan diwartakan, karena
kebenaran ini berasal dari Tuhan sendiri. Maka Yesus tidak
segan menegur Petrus yang tadinya diberi gelar “batu karang”
lalu berubah dengan sebutan “batu sandungan.” Yesus menegur
para ahli Taurat, kaum Farisi, para Imam dan Saduki. Yesus
juga mengoreksi Santo
Paulus dalam perjalanannya
ke Damaskus karena
menganiaya GerejaNya.
Dari sini kita bisa melihat
bahwa Yesus tidak hanya
mengajar dan memberikan
perintah untuk menasihati
orang lain, akan tetapi Dia
sendiri juga
mempraktekkannya. Maka
sebagai pengikutNya, wajar
kalau kita sungguh diajak
untuk berani menjadi
penjaga moral spiritual
orang-orang di sekitar kita,
akan tetapi bukan berarti
kita menjadi seperti “polisi
Bait Suci atau orang Farisi”
yang selalu dengan mata
yang tajam melihat dan
menghakimi seseorang. Dan
menurut saya, semua ini
baru bisa kita lakukan
apabila kita menjalin
persahabatan yang erat
dengan Yesus. Di dalam Yesus, kita melihat betapa kasih sayang
menjadi dasar bagi Yesus untuk menasihati dan menegur orang
yang berbuat salah. Oleh karena itu, kita juga dipanggil untuk
memperbaiki yang lain dengan cinta kasih. St. Paulus dalam
suratnya kepada orang Romawi hari ini berbicara tentang cinta
ini sebagai: "Cinta tidak berbuat salah kepada sesama, oleh
karena itu, cinta adalah pemenuhan hukum Taurat."
Jadi bagaimana kita bisa memperbaiki orang lain
dengan penuh cinta?
Yesus di dalam Injil menerangkannya. Kami
mengambil orang itu sendiri, pribadi dan menunjukkan
kesalahannya. Tapi ini tidak harus dilakukan jika kita marah,
atau di depan umum, atau karena kebencian. Jika dia menolak
untuk dikoreksi, ayo ajak satu atau dua orang lagi (teman kita,
teman / konfidennya) untuk membantu kita. Jika inipun tidak
berhasil, ayo pergi ke komunitas yang lebih besar. Dengan kata
lain, mari kita melakukan segala kemungkinan untuk
memperbaiki orang ini. Dengan cinta kita bisa melakukan ini.
KFC KEEP FRIENDSHIP WITH CHRIST
MENJAGA PERSAHABATAN DENGAN KRISTUS
(Yehezkiel 33: 7-9, Roma 13: 8-10, Matius 18: 15-20)
Homili Romo Aegidius Warsito SCJ,
Minggu XXIII di Waktu Biasa A
S
Bersambung ke halaman 10,
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3 H A L A M A N 6
Bersambung ke halaman 7,
(Hari 7: Sabtu, 5 November 2016)
erjalanan Peziarahan di Tanah
Suci ini telah tiba di hari terakhir,
maka inilah penghujung dalam
rangkaian permenungan kita ini.
Pada hari terakhir ini kembali kita
diingatkan akan Kasih yang menjadi
fokus permenungan kita selama Masa
Ziarah ini. Pengalaman akan Kasih Allah
itulah yang sungguh nyata selama berada
di Tanah Suci ini. Oleh sebab itulah
kitapun ingin membagi pengalaman
Kasih itu kepada semua orang yang kita
jumpai. Kasih yang tulus mendatangkan
sukacita dan kegembiraan. Itu juga yang
menjadi warna seluruh Peziarahan kita
ini, yakni sukacita. Dalam kelelahan dan
perjuangan yang kita lakukan, kita tetap
bersukacita, karena keberadaan kita di
Tanah Suci ini adalah karena kebaikan
dan Kasih Tuhan sendiri. Hari ini
peziarahan kita diwarnai dengan
banyaknya berjalan kaki.
Bukit Zaitun
Langkah pertama kita menuju
ke Bukit Zaitun. Dari namanya jelas
bahwa di tempat ini terdapat banyak
pohon zaitun. Dalam Kitab Suci, tempat
ini sering disebut sebagai tempat yang
rindang dan sejuk sehingga menjadi
tempat untuk beristirahat dan berdoa.
Tuhan Yesus juga menggunakan tempat
ini untuk menyendiri dan berdoa sebelum
atau sesudah mengajar dan berkarya. Di
daerah ini pula Tuhan Yesus ditangkap
oleh para serdadu karena Yudas Iskariot
yang menunjukkannya. Tentu saja Yudas
tahu tempat ini, karena dia adalah salah
satu dari rasul Yesus.
Dari Bukit Zaitun ini, kita dapat
memandang kota Yerusalem dengan
Kenisahnya yang megah di jaman Yesus
hidup, dari tempat ini pula Tuhan Yesus
pernah menangisi kota Yerusalem yang
akan hancur karena kedosaan manusia.
Kota Yesusalem sebenarnya dijadikan
tempat tinggal Tuhan dengan Kenisah
Allah di pusatnya. Maka kota ini
bernama Yerusalem, yakni Kota Damai.
Namun demikian nama itu sudah tidak
sesuai dengan kenyataannya. Bahkan
Kenisah Allah sudah tercemar, maka
Yesus bersedih. Semua keadaan yang
buruk inilah yang kemudian
menyebabkan kehancuran Kota
Yerusalem dan hancur pulalah Kenisah
Berbagi Kasih Sukacita Perjalanan Peziarahan di Tanah Suci ini telah tiba di
hari terakhir, maka inilah penghujung dalam rangkaian
permenungan kita ini. Pada hari terakhir ini kembali kita
diingatkan akan Kasih yang menjadi fokus permenungan
kita selama Masa Ziarah ini. Pengalaman akan Kasih
Allah itulah yang sungguh nyata selama berada di Tanah
Suci ini. Oleh sebab itulah kitapun ingin membagi
pengalaman Kasih itu kepada semua orang yang kita
jumpai. Kasih yang tulus mendatangkan sukacita dan
kegembiraan. Itu juga yang menjadi warna seluruh
Peziarahan kita ini, yakni sukacita. Dalam kelelahan dan
perjuangan yang kita lakukan, kita tetap bersukacita, karena keberadaan kita di
Tanah Suci ini adalah karena kebaikan dan Kasih Tuhan sendiri. Hari ini
peziarahan kita diwarnai dengan banyaknya berjalan kaki.
Perjalanan Ziarah UKI 2016 Menuju Holy Land Dan Roma
Maria mengunjungi Elizabeth
Gereja Ayam Berkokok
Bukit Zaitun
P
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3 H A L A M A N 7
Bersambung ke halaman 8,
Allah. Hal ini membuat semakin jelas
bagi kita semua bahwa Tuhan tidak
tinggal dan terkurung di dalam Kenisah
atau kota Yerusalem. Benar bahwa
Yerusalem adalah Kota Suci karena
Tuhan hadir di dalamnya. Maka
Yerusalem baru sudah tersedia, yakni
Kerajaan Surga.
Dari Bukit Zaitun inilah
sekarang kita bisa memandang tembok
Kota Yerusalem dan tempat Kenisah
Allah pernah dibangun. Sekarang di
tempat Kenisah itu telah berdiri Mesjid,
yang dinamakan “Dom of the Rock”,
dengan kubah emasnya. Dari atas Bukit
Zaitun ini pula, setiap kelompok ziarah
membuat foto, dengan latar belakang
Kota Yerusalem kuno dan Dom of the
Rock.
Bukit Sion
Perjalanan diteruskan menuju ke
Bukit Sion. Tempat ini diberi nama Bukit
Sion, karena memang merupakan sebuah
bukit dan di bukit inilah kota Yerusalem
dibangun, walaupun bukan dipuncaknya.
Maka sering dikatakan bahwa Yerusalem
adalah Kota Sion. Nama Sion sering pula
disebut dalam Kitab Suci, seperti ‘Hai
Puteri Sion’. Sion juga menjadi salah satu
tempat suci dalam Tradisi Yahudi, karena
menjadi tempat kehadiran Tuhan.
Di Bukit Sion inilah dibangun
Gereja Ayam Berkokok. Gereja ini ingin
mengingatkan kepada kita semua
peristiwa Petrus yang menyangkal Yesus
sebanyak 3 kali, ketika Yesus dibawa ke
pengadilan dan akan dimasukkan ke
penjara. Di dalam gereja ini dikisahkanlah
semua peristiwa yang terjadi sehubungan
dengan Petrus dan peristiwa hidup Yesus,
terutama yang berkaitan dengan akhir
hidup Yesus. Semua kisah itu dapat
dilihat melalui lukisan dan gambar yang
ada di dalam gereja. Kita dapat belajar
dari pengalaman Petrus yang lemah,
walaupun dia sebagai rasul yang dipilih
Yesus bahkan akan diberi kepercayaan
oleh Yesus. Namun di tengah
kelemahannya, Petrus sadar bahwa ia
tetap mencintai Sang Guru, yakni Tuhan
Yesus, maka ia menyesal dan bertobat.
Di lantai bawah dari gereja ini,
terdapat penjara bawah tanah, tempat
Tuhan Yesus dipenjarakan. Penjara bawah
tanah tentu bukan tempat yang nyaman
dan enak, gelap dan pengab.
Tuhan Yesus mengalami
keadaan ini dan Ia
menjalaninya dengan
kepasrahan. Walaupun tidak
lama, namun Yesus sungguh
merasakan keadaan seorang
tahanan. Inilah solidaritasnya
dengan manusia, bahkan dalam
penderitaan yang berat.
Di penjara ini pula,
para rasul pernah dimasukkan
setelah ditangkap karena
dituduh membuat pengajaran
yang salah dan mewartakan
Tuhan Yesus. Namun di
penjara ini pula iman dan
kekuatan mereka
berkembang. Ternyata
dalam situasi sulit, Tuhan
selalu bekerja bahkan
Rahmat lebih melimpah.
Mereka bertahan dan
akhirnya bebas, karena
tidak ada yang dapat
menghalangi pewartaan
akan Kabar Gembira.
Kota Yerusalem
Peziarahan hari
ini diwarnai dengan jalan
kaki menyusuri kota
Yerusalem, mulai dari luar
tembok kota Yerusalem.
Memang kita sudah
memasuki kota Yerusalem,
namun belum semua bagian
dikunjungi.
Perjalanan diawali
dengan mengunjungi
ruangan Perjamuan
Terakhir Tuhan Yesus
bersama para rasulNya.
Tempat ini sering disebut
sebagai Ruangan Atas,
karena memang letaknya
di atas. Di tempat inilah
Yesus merayakan
Perjamuan, yang
selanjutnya bagi kita
menjadi Perayaan
Ekaristi. Tempat ini
sudah beralih fungsi
beberapa kali dan
dikuasai oleh berbagai
kelompok.
Tempat Yesus di penjara dibawah tanah.
Ruang perjamuan terakhir
Dormitorium Bunda Maria tertidur
Ke Bukit Ein Karim
S E P T E M B E R 2 0 1 7 / Sambungan dari halaman 7, H A L A M A N 8
Kemudian perjalanan berlanjut menuju ke Makam
Daud. Para peziarah atau pengunjung hanya melewati tempat
yang disebut sebagai Makam Daud ini. Tempat ini juga menjadi
tempat doa bagi penganut agama Yahudi. Raja Daud memang
sangat terkenal karena pada masa Daud, terjadilah kejayaan bagi
Israel. Daud selain sebagai seorang raja, dia juga adalah seorang
nabi. Daud inilah yang menulis Mazmur yang terkenal itu. Daud
juga mengalami kejatuhan ke dalam dosa, namun ia bertobat dan
hidup setia.
Selanjutnya kita menuju ke Dormitorium. Ini adalah
tempat yang menurut tradisi, Bunda Maria tertidur, istilah yang
digunakan untuk mengatakan bahwa Bunda Maria tertidur
selamanya. Tempat ini juga menjadi tempat doa bagi banyak
peziarah untuk mengenangkan kesetiaan Bunda Maria sampai
akhir hidupnya. Kesanggupan Maria untuk menjadi ibu Tuhan
Yesus, menjadikan dia kuat dalam menghadapi berbagai
tantangan hidup. Maria mengalami banyak tantangan termasuk
penderitaan Yesus, puteranya yang juga menjadi
penderitaannya. Namun semuanya itu dijalaninya sampai akhir
dalam kesetiaan dan “Fiat”, kesanggupannya.
Perjalanan selanjutnya menuju ke Tembok Ratapan.
Hari ini bertepatan dengan hari Sabat orang Yahudi, maka untuk
memasuki daerah Tembok Ratapan ini harus melalui
pemeriksaan keamanan. Di Tembok Ratapan ini, pada hari
Sabat, orang Yahudi berkumpul untuk berdoa di depan tembok
itu. Disebut Tembok Ratapan, karena di depan tembok inilah
orang Yahudi meratapi kehancuran Kenisah Allah dan kota
Yerusalem. Peristiwa kehancuran itu terjadi setelah Yesus
wafat. Pemerintah Romawi yang menghancurkan semua
keindahan dan kekayaan yang ada di Yerusalem, termasuk
Kenisah Allah. Yang tertinggal adalah tembok sekeliling
bekas Kenisah itu dan di salah satu sisinya digunakan
untuk berdoa, itulah Tembok Ratapan. Bekas Kenisah
sendiri sekarang berdirilah Mesjid besar yang dikenal
dengan nama Dom of the Rock.
Selanjutnya kita menuju ke Gereja St. Anna.
Inilah gereja yang dikhususkan bagi St. Anna, ibundanya
Bunda Maria. Gereja sederhana ini mempunyai bentuk
bangunan yang bagus sehingga jika ada lagu yang
dinyanyikan, maka suaranya indah sekali didengar. St.
Anna menjadi dikenal dalam Gereja karena Bunda Maria yang
telah menjadi ibunda Tuhan Yesus. Oleh sebab itu Anna
bersama Yoakim suaminya diikutsertakan pula dalam Sejarah
Keselamatan manusia yang dilakukan oleh Yesus Kristus.
Ein Karem
Selesai berkeliling di kota kuno Yerusalem, kita semua
menuju Ein Karim. Perjalanan ke Ein Karim tidak begitu jauh,
namun terletak di daerah perbukitan, sehingga untuk ke sana,
setelah perjalanan dengan bus, masih dilanjutkan dengan
berjalan kaki. Perjalanan menuju ke rumah Elisabeth dan
Zakaria ini harus menaiki anak tangga yang lumayan banyak.
Namun ini semua mengingatkan kita arti sebuah peziarahan
yang memang membutuhkan perjalanan. Bunda Maria pun
berjalan dari Nazaret ketika ia mengunjungi Elisabet saudarinya
untuk berbagi sukacita. Maria yang baru mengandung dari Roh
Kudus mengunjungi Elisabet yang telah mengandung Yohanes
Pembaptis.
Di dalam Kapel Yohanes Pembaptis, di Ein Karim
inilah dirayakan Perayaan Ekaristi untuk menghadirkan kembali
misteri besar karya Allah melalui diri pasangan Zakaria dan
Elisabet dan kelahiran Yohanes Pembaptis. Kita menimba pesan
utama kesetiaan dan kepercayaan akan penyelanggaraan Tuhan
bagi hidup kita. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan dan
jika percaya.
Pemberkatan Benda Rohani
Perjalanan hari ini diakhiri dengan refleksi sejenak
bersama sebelum beristirahat. Bersamaan dengan itu diberkati
pula semua benda rohani yang dibeli selama di Tanah Suci. Hal
ini mengingat bahwa inilah malam terakhir di Tanah Suci dan
beberapa orang akan pulang ke Toronto dan tidak ikut dalam
Peziarahan tahap ke dua ke Roma.
Kita bersyukur untuk hari yang penuh berkat ini, yang
telah membuka mata kita akan begitu besar penyelenggaraaan
Tuhan bagi hidup kita. Sejarah Keselamatan Allah telah
melibatkan banyak orang, termasuk kita semua sampai jaman
ini. Maka marilah kita semakin membuka hati bagi Kerahiman
Tuhan dalam hidup kita setiap saat. Kita tinggalkan Tanah Suci
namun kita bawa terus Pengalaman Rohani yang telah
menyegarkan kembali iman kita.□
Malam refleksi dan pemberkatan
H A L A M A N 9 S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3
Pengalaman Luar
Biasa akan Belaskasih Tuhan Seluruh pengalaman di Tanah Suci selama masa Peziarahan ini telah
membuat kita semakin menyadari akan begitu besarnya Kasih Allah bagi keselamatan manusia. Pengalaman iman ini tidak bisa diceritakan semuanya lewat kata dan tulisan, namun harus dialami sendiri sebagai pengalaman personal. Setiap orang mempunyai pergolakan sendiri dan kerinduan sendiri dalam peziarahan ini. Maka lewat kebersamaan, iman pribadi diharapkan bertumbuh dan bertambah dalam.
Kita datang dengan membawa niat, harapan, doa, intensi dan semua saja yang menjadi kerinduan hati kita. Semoga semuanya itu sudah kita alami dalam perjalanan peziarahan ini. Tentu saja tetap perlu berjuang dan meneruskan langkah kita dalam hidup nyata keseharian di tempat kita masing-masing. Belum semua kerinduan segera akan mendapat jawabannya, tetap diperlukan kesetiaan dan percaya bahwa Tuhan tetap menjadi teman seperjalanan kita, apapun dan bagaimana pun situasinya.
Peziarahan ini menjadi pengalaman yang luar biasa, yang membuka cakrawala iman kita dan membuat Sabda Kitab Suci menjadi hidup dan nyata. Pengalaman ini menyangkut pula akan besarnya Kasih Tuhan yang sungguh membuat kita tidak
bisa berkata lain, kecuali mengatakan KaryaMu ya Tuhan sungguh mengagumkan. Semoga dalam setiap peristiwa hidup kita, kita selalu mampu melihat kehadiran dan keagungan Tuhan.
Saatnya meneruskan Pengalaman Iman Sekarang saatnya untuk meneruskan gema Peziarahan
Tanah Suci ini. Kita ingin membuat Sabda Tuhan di dalam Kitab Suci semakin hidup, menyala dan membakar hidup kita selamanya. Maka jangan berhenti hanya pada ziarah yang telah selesai ini. Ziarah hidup kita sesungguhnya sudah dimulai dan sekarang ini disegarkan, dimantapkan dan diberi bekal untuk diteruskan sampai kita memasuki Yerusalem abadi.
Jelas peziarahan iman akan berlanjut apalagi tantangan jaman tidak semakin mudah. Namun tidak ada rara takut, ragu dan kawatir bagi orang yang percaya dan yang sudah mengalami kehadiran Tuhan di dalam hidupnya. Maka inilah kesempatan untuk semakin memancarkan pengalaman iman akan Tuhan yang menyelamatkan kita dalam diri Yesus Kristus, jasmani dan rohani. Jagalah iman kita ini dan jangan sampai luntur apalagi hingga meninggalkan Tuhan Yesus dalam iman Katolik yang kudus.
Syukur atas Pengalaman Iman bersama Syukur menjadi bagian dari seluruh Peziarahan kita ini,
karena Tuhan sungguh menginginkan kita bersama melangkah dan mengalami kehadiranNya di Tanah Suci. Seluruh persiapan, baik pribadi dan bersama telah kita buat dengan berbagai
Perjalanan Ziarah UKI 2016 Menuju Holy Land Dan Roma
Sungguh Agung Belaskasih Tuhan
Seluruh pengalaman di Tanah Suci selama masa
Peziarahan ini telah membuat kita semakin menyadari akan begitu besarnya Kasih Allah
bagi keselamatan manusia. Pengalaman
iman ini tidak bisa diceritakan semuanya lewat kata dan tulisan, namun harus dialami
sendiri sebagai pengalaman personal.
Setiap orang mempunyai pergolakan sendiri dan
kerinduan sendiri dalam peziarahan ini. Maka
lewat kebersamaan, iman pribadi diharapkan
bertumbuh dan bertambah dalam.
| Oleh Romo Johanes Juliwan Maslim SCJ |
Bersambung ke halaman 11,
H A L A M A N 1 0 S E P T E M B E R 2 0 1 7 / N O . 3 0 3
Sewaktu kita membaca lebih jauh di dalam Injil, namun ada
aspek lain yang tampaknya ditambahkan oleh Yesus sebagai
cara lain untuk koreksi persaudaraan, yaitu Doa, terutama
berdoa bersama, mungkin dengan teman atau bahkan berdoa
dengan orang yang salah terang, untuk kerendahan hati dan
keterbukaan hati.
Saudara/I yang terkasih, Rm. Herbert Smith SJ telah
menggariskan 12 Pedoman untuk mengadakan Koreksi
Persaudaraan:
Kecuali Anda adalah pengambil koreksi model, lamban
untuk memberikannya.
Berbicaralah sebagai seorang sahabat dan teman sejati
bukan seperti musuh.
Berilah koreksi yang adil.
Jangan mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu, karena itu
akan menjadi penghakiman dan bukan koreksi.
Kedepankan kasih daripada serentetan tuduhan.
Janganlah takut minta bantuan apabila dibutuhkan.
Bingkai koreksi dengan kasih sehingga akan membawa
perbaikan dan bukan luka yang semakin dalam.
Tentukan dulu apakah orang tersebut membutuhkan koreksi
atau pertolongan.
Berbuat dan bertindak benar itu susah, maka perlu
memahami bila ada orang yang berbuat salah/berdosa.
Koreksi itu menimbulkan rasa sakit/malu, maka kita tidak
perlu menambah parah dengan penghakiman/
menyudutkan.
Berdoa dan belajar dari Bunda Maria setiap kali
menghadapi masalah.
Menempatkan diri kita pada posisi, perasaan dan pikiran
orang tersebut. Anda mungkin akhirnya mengucapkan
selamat kepadanya karena tidak bertambah buruk!
Saya ingin menambahkan KFC (Keep Friendship with Christ),
Dia adalah paradigma koreksi persaudaraan yang hebat, tidak
hanya dengan berkhotbah tentang hal itu tetapi juga dengan
menyerahkan hidupnya untuk menunjukkannya.
Jadi, mari kita luangkan waktu dan tanyakan pada diri
kita sendiri: mengapa kita biasanya tidak peduli dengan orang-
orang di sekitar kita yang melakukan kesalahan dalam hidup
mereka? Apa yang bisa kita pelajari dari Injil hari ini untuk
perjalanan hidup kita sebagai pengikut Yesus atau sebagai orang
Katolik saat ini?□
(Homili Romo Aegidius Warsito SCJ, Minggu XXIII di Waktu Biasa A)
The earliest lives of the saints say St. Adrian, an officer in the Roman army,
was so moved by the patience of the Christians whom he persecuted that he
himself converted to Christianity and was martyred. After his death, his
relics were taken first to Constantinople, then to Rome and finally to Flan-
ders.
Relics are one of the more interesting aspects of the saints. By definition, a
first-class relic is part of a saint’s body, such as a bone chip; a second-class
relic is something belonging to the saint, such as clothing and a third-class
relic is something that has been touched either to the saint or to his or her
tomb.
When described so methodically, relics sound a bit morbid but in fact, most
of us keep relics. Do you have your grandmother’s ring? Then you own a
second-class relic. Do you keep a flower from your sister’s wedding bou-
quet? Then you are treasuring a third-class relic. If someone you loved was
cremated and you have the urn, you may even have a first-class relic.
Our relics help us remember our loved ones even after they have died. They
are a way to remind us of our connection here on earth and to encourage us
in the hope of our reunion in heaven. It’s exactly the same way with relics
of the saints. They help us recall our hope that one day, we too, will meet
face to face.
What relics do I treasure?
Today I will look at something that belonged to someone I love and remem-
ber the person in prayer.
From: 365 Saints by Woodeene Koenig-Bricker
RELICS St. Adrian C.A. C. 306
Sambungan dari halaman 5,
Sambungan dari halaman 9,
dinamikanya, semuanya bisa berjalan dengan baik. Kita bukanlah kelompok kecil, namun dengan kebersamaan dan saling berbagi kasih, kita mampu berjalan bersama dan menyelesaikan Peziarahan di Tanah Suci ini.
Terima kasih untuk semua saja yang telah terlibat, khususnya yang telah dengan sepenuh hati dan pengorbanan mempersiapkan dan mengatur semuanya ini. Semoga ini menjadi tanda baik untuk langkah dan perjalanan selanjutnya ke depan, khususnya dalam Keluarga Besar UKI.
Berkat Tuhan menyertai kita semua dan terus menjadikan kita pribadi yang beriman yang selalu setia.□ (Hari 7: Minggu, 6 November 2016)
Camping UKI, August 2017Awenda Provincial Park, ONCamping UKI, August 2017Awenda Provincial Park, ON
top related