amdal

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas Brawijaya memberikan dampak positif dan negatif. Dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan setempat, yang pada akhirnya meningkatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup tersebut menjadi beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang harus menanggung biaya pemulihannya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berakibat pada masalah-masalah yang semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh karenanya pembangunan RSAUB yang harus dilakukan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang memadukan lingkungan hidup dengan sumber daya alam, untuk mencapai keberlanjutan pembangunan yang menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul dari suatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan lingkungan berupa AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau RKL & RPL (Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup). Kedua instrumen lingkungan ini disatu sisi merupakan kajian kelayakan lingkungan bagi kegiatan yang akan memulai usaha

Upload: kukuh-prasetyo-pangudi-utomo

Post on 26-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Analisa mengenai dampak lingkungan

TRANSCRIPT

Page 1: AMDAL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas Brawijaya memberikan

dampak positif dan negatif. Dampak negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap

lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan yang kurang memperhatikan daya

dukung dan daya tampung lingkungan setempat, yang pada akhirnya meningkatkan

pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup

tersebut menjadi beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah yang

harus menanggung biaya pemulihannya. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan

berakibat pada masalah-masalah yang semakin kompleks dan sulit penanganannya.

Oleh karenanya pembangunan RSAUB yang harus dilakukan adalah pembangunan

yang berwawasan lingkungan yaitu pembangunan yang memadukan lingkungan hidup

dengan sumber daya alam, untuk mencapai keberlanjutan pembangunan yang menjadi

jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa

depan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul

dari suatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan lingkungan berupa

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau RKL & RPL (Rencana

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup). Kedua

instrumen lingkungan ini disatu sisi merupakan kajian kelayakan lingkungan bagi

kegiatan yang akan memulai usaha tetapi disisi lain juga merupakan syarat yang harus

dipenuhi untuk mendapatkan izin memulai usaha. Sehingga melalui dokumen ini dapat

diketahui dampak yang akan timbul dari suatu kegiatan kemudian bagaimana dampak-

dampak tersebut dikelola baik dampak negatif maupun dampak positif.

Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup selanjutnya disebut RKL dalam upaya

penanganan dampak penting terhadap lingkungan yang ditimbulkan akibat dari rencana

usaha dan/atau kegiatan.

Rencana Pemantauan Lingkungan hidup selanjutnya disebut RPL adalah upaya

pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting akibat dari

rencana usaha dan/atau kegiatan.

Page 2: AMDAL

1.2. Maksud dan Tujuan

RKL adalah dokumen yang memuat upaya-upaya untuk mencegah,

mengendalikan dan menanggulangi dampak penting lingkungan hidup yang bersifat

negatif serta memaksimalkan dampak positif yang terjadi akibat rencana suatu kegiatan.

Upaya-upaya tersebut dirumuskan berdasarkan hasil arahan dasar-dasar pengelolaan

dampak yang dihasilkan dari kajian ANDAL.

Tujuan dilaksanakannya Rencana Pengelolaan Lingkungan ini adalah :

1. Untuk merumuskan upaya-upaya yang akan dilakukan oleh pemrakarsa dalam

rangka melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian dampak negatif penting

dan memaksimalkan dampak positif yang diperkirakan tumbuh/ timbul akibat

kegiatan pembangunan RSAUB.

2. Untuk menyusun dokumen resmi dan mengikat yang nerupakan pedoman bagi

pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan.

Sedangkan Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dapat digunakan

sebagai berikut :

1. Acuan dalam melaksanakan pemantauan lingkungan sebagai hasil pengelolaan

lingkungan.

2. Acuan untuk melihat efektifitas upaya pengelolaan lingkungan.

3. Dokumen tertulis yang mengikat semua pihak yang terkait.

1.3. Kegunaan Dilaksanakan Pemantauan Lingkungan Hidup

1.3.1. Bagi pemerintah, AMDAL bermanfaat untuk :

Mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan serta pemborosan

sumber daya alam secara lebih luas.

Menghindari timbulnya konflik dengan masyarakat dan kegiatan lain di sekitarnya.

Menjaga agar pelaksanaan pembangunan tetap sesuai dengan prinsip-prinsip

pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Bahan bagi rencana pengembangan wilayah dan tata ruang.

1.3.2. Bagi pemrakarsa, AMDAL bermanfaat untuk :

Menjamin keberlangsungan usaha dan/atau kegiatan karena adanya proporsi aspek

ekonomis, teknis dan lingkungan.

Menghemat dalam pemanfaatan sumber daya (modal, bahan baku, energi).

Page 3: AMDAL

Memberikan panduan untuk menjalin interaksi saling menguntungkan dengan

masyarakat sekitar sehingga terhindar dari konflik sosial yang saling merugikan.

Sebagai bukti ketaatan hukum, seperti perijinan.

1.3.3. Bagi masyarakat, AMDAL bermanfaat untuk :

Mengetahui sejak dini dampak positif dan negatif akibat adanya suatu kegiatan

sehingga dapat menghindari terjadinya dampak negatif dan dapat memperoleh

dampak positif dari kegiatan tersebut.

Melaksanakan kontrol terhadap pemanfaatan sumberdaya alam dan upaya

pengelolaan lingkungan yang dilakukan pemrakarsa kegiatan, sehingga kepentingan

kedua belah pihak saling dihormati dan dilindungi.

Terlibat dalam proses pengambilan keputusan terhadap rencana pembangunan yang

mempunyai pengaruh terhadap nasib dan kepentingan mereka.

1.4. Kedudukan RKL dalam AMDAL

Menurut Suratmo, (1999) kedudukan RKL dalam AMDAL dapat digambarkan

sebagai berikut :

1. Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan

2. Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang sederhana,

dan dampaknya terhadap lingkungan adalah kecil

3. Penanganan dampak dimulai dan pemilihan alternative

4. Penanganandampak memerlukan biaya

5. Kebanyakan pemrakarsa tidak berminat untuk mengembangkan ditapak

positif oleh karena itu perlu dilakukan pendekatan upaya pengelolaan

dampak positif

1.5. Peraturan Perundang-undangan

Dalam penyempurnaan Studi Amdal, beberapa peraturan-peraturan yang

digunakan sebagai acuan adalah peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh Pemerintah

RI untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan diantaranya sebagai berikut :

1. Undang –Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

dan Ekosistemnya.

2. Undang-undang RI No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Page 4: AMDAL

3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan.

4. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.

Kep-02/MENKLH/I/1998 Tentang Pedoman Penentuan Baku Mutu Lingkungan.

5. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.

Kep-14/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL.

6. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.

Kep-13/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Penyusunan Keanggotaan dan Tata

Kerja Komisi AMDAL.

7. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.

Kep-14/MENKLH/3/1994 Tentang Pedoman Umum Penyusunan AMDAL.

8. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. Kep-39/MENLH/08/1996

Tentang Jenis Kegiatan Yang Harus Dilengkapi Dengan AMDAL.

9. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. Kep-056 Tahun 1994 Tentang Pedoman

Penentuan Dampak Penting.

10. Keputusan Kepala BAPEDDAL No. 299/II/1996 Tentang Pedoman Teknis Kajian

Aspek Sosial dalam Pemyusunan AMDAL.

Page 5: AMDAL

BAB II

PENDEKATAN PENGELOLAAN AMDAL

2.1. Pendekatan pengelolaan lingkungan

  Setiap rencana usaha atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan

dampak penting, diperlukan upaya pengelolaan sehingga dampak yang timbul

dapatditoleransi lingkungan. Untuk itu, pemrakarsa wajib melakukan pengelolaan  

lingkungan pada setiap tahap kegiatannya sesuai dengan jenis dampak yangterjadi.

Dalam pengembangan dampak positif dan pencegahan terjadinya dampak negatif,

pengelolaan dilakukan dengan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan,dan teknologi.

Pendekatan sosial ekonomi menjelaskan aspek sosial ekonomi,pendekatan kelembagaan

menentukan lembaga yang terkait, dan pendekatanteknologi menguraikan pilihan teknologi

yang digunakan dalam upaya pengendalian dampak.

2.1.1. Pendekatan teknologi

Pendekatan teknologi dalam pengelolaan lingkungan dilakukan pada tahap

konstruksi dan pasca konstruksi. Pada prinsipnya pendekatan teknologi adalah

penggunaan teknologi yang dapat meminimalkan dampak lingkungan dan secara

ekonomis tidak merugikan pemrakarsa. Masa pembangunan RSAUB memilik 3 tahap

yaitu tahap pra, konstruksi dan pasca, dari tahap tersebut memiliki masalah serta

dampak yang ditimbulkan.

a. Pra Konstruksi

Pra konstruksi merupakan pekerjaan persiapan sebelum konstruksi di mulai

untuk memudahkan pekerjaan, pada pembangunan RSAUB kegiatan yang

dilakukan adalah pengukuran kondisi geologi tanah pada lahan bertujuan untuk

mengetahui besar kekuatan tanah untuk menahan bangunan RSAUB.

Pendekatan teknologi yang dilakukan adalah pemilihan tanah yang

digunakan jangan terlalu banyak, sebab proses pemakaian bor dalam jumlah

banyak kekuatan struktur tanah menurun. Selain itu pemakain menggunakan

softaware digitasi dirasa sudah mampu mengetahui kondisi geologi tanpa harus

menggali.

Page 6: AMDAL

b. Konstruksi

Pekerjaan pembangunan RSAUB merupakan suatu proyek pembangunan

besar, menghabiskan biaya kurang lebih 600miliar rupiah. Pelaksanaan

memerlukan waktu yang cukup lama, maka diperlukan adanya suatu

manajemen proyek yang baik guna meminimalisir permahasalan yang

timbul.

Masalah yang terjadi adalah saat pengerjaan dimana peralatan dan

material yang digunakan sangatlah besar dan banyak, hal itu mengakibatkan

areal lahan bermasalah pada pola tanah sehingga memungkinkan terjadinya

banjir, pendekatan yang dilakukan adalah pembuatan sistem drainase yang

baik.

c. Pasca Konstruksi

Pada pasca pembangunan RSAUB ini pendekatan teknologi adalah

limbah sampah organik dan anorganik beserta peralatan medis dari RSAUB.

Pekerjaan ini menimbulkan dampak besar dan penting berupa pencemaran

limbah rumah sakit. Pendekatan teknologi untuk pencemaran dapat

dilakukan dengan pembuatan IPAL pada tempat-tempat tertentu. Penanganan

pencemaran udara oleh bau limbah pada prinsipnya adalah dengan cara menjaga tempat

pengelolaan limbah.

2.1.2.Pendekatan sosial ekonomi

Contoh pada tahap prakonstruksi (persiapan). Rencana kegiatan pembebasan

tanah berpotensi menimbulkan dampak penting berupa keresahan masyarakat.Dalam hal

ini pendekatan sosial ekonomi yang dapat dilakukan pemrakarsa,antara lain adalah:

(a) Pemrakarsa bersama instansi terkait melakukan penyuluhan kepada

masyarakat tentang rencana kegiatan dan manfaatnya bagi masyarakat,

daerah,dan atau negara.

(b) Pemrakarsa melakukan musyawarah mufakat dengan pemilik tanah

(tidak melalui perantara atau pihak ketiga) untuk menentukan besar nilai

tanah,tanaman, dan atau bangunan, dengan tetap berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

(c) Penduduk menerima uang penggantian tanah secara utuh, pemrakarsa

tidak menggunakan jasa pihak ketiga dan sebaiknya pembayaran dilakukan

melalui bank.

Page 7: AMDAL

(d) Pemrakarsa mengutamakan penduduk yang terkena pembebasan lahan

menjadi tenaga kerja, sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan

perusahaan.

Contoh pada tahap konstruksi (pekerjaan fisik) pembangunan RSAUB. Kegiatan

pengangkutan material menimbulkan dampak penting berupa kerusakan jalan. Untuk

itu, pemrakarsa wajib memperbaiki jalan yang rusak dan sebaiknya jalan tersebut

menjadi lebih baik daripada sebelum ada kegiatan pemrakarsa. Contoh pada tahap pasca

konstruksi (operasional), ternyata limbah cairnya mengakibatkan pencemaran terhadap

sumur penduduk di sekitarnya. Pendekatan sosial ekonomi untuk menanggulangi.

Pencemaran air sumur tersebut dapat dilakukan pemrakarsa dengan

menyediakan air bersih bagi penduduk, misalnya membuat sumur dalam (sumur

bor).Untuk meningkatkan dampak positif pada tahap pasca konstruksi,pemrakarsa

sebaiknya mengalokasikan dana sosial untuk membantu dan atau membina masyarakat

di sekitarnya. Misalnya, bantuan untuk perbaikan atau pem-bangunan tempat ibadah,

perbaikan jalan, dan lain-lain.

2.1.3. Pendekatan institusi

Sehubungan dengan contoh di atas, untuk kegiatan pembebasan tanah,

pendekatan kelembagaan (institusi) yang dilakukan pemrakarsa bergantung padalokasi

rencana lokasi kegiatan. Dalam hal pembebasan lahan, pemrakarsa bekerjasama dengan

Pemerintah Daerah (Pemda) , Badan Pertanahan Nasional (BPN),dan Camat untuk

memberikan penjelasan melalui penyuluhan tentang usaha atau kegiatan yang akan

dilakukan. Demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman tumbuh, dan bangunan yang

akan dibebaskan, serta penentuan besarnya ganti rugi harus dicapai melalui musyawarah

mufakat, tanpa adanya tekanan atau intimidasi terhadap anggota masyarakat.Untuk

melakukan perbaikan jalan, misalnya pemrakarsa dapat bekerjasama dengan Dinas

Pekerjaan Umum (PU), sedangkan untuk pencemaran udara dan perairan bekerja sama dengan

Dinas Kesehatan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda).

Dalam masalah ketenagakerjaan,pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Dinas

Tenaga Kerja dan masalah social lainnya bekerja sama dengan Bapedalda.

2.2. Pendekatan (Instrumen) Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dalam pengelolaan lingkungan hidup terdapat 8 pendekatan/instrumen.

Pemilihan pendekatan/instrumen mana yang akan digunakan tergantung pada

karakteristik lingkungan yang menonjol dan permasalahan lingkungan yang ada.

Adapun 8 pendekatan tersebut adalah :

Page 8: AMDAL

2.2.1. Pendekatan Teknologis

Melalui pendekatan ini, maka teknologi yang membawa dampak kerusakan

lingkungan diganti dengan teknologi yang ramah lingkungan (teknologi bersih), juga

dikembangkan teknologi pengelolaan limbah. Dalam hal ini diterapkan prinsip 4 R,

yang terdiri dari reuse (pemakaian kembali, reduce (pengurangan), recycle (daur ulang)

dan recovery.

2.2.2. Pendekatan Administrasi, Hukum dan Peraturan

Pendekatan ini dilakukan dengan jalan melakukan penataan dan pengaturan

terhadap manusia sebagai pelaku lingkungan, sehingga perilaku manusia dapat

terkendali, yang pada akhirnya diharapkan dampak negartif dari kegiatannya terhadap

lingkungan akan berkurang atau dapat diatasi. Pendekatan ini dapat dibedakan menjadi

2 tipe, yaitu :

mengikat (ada konsekuensi hukuman), seperti AMDAL (Peraturan Pemerintah No.

51 Th 1993). UKL (Upaya Pengelolaan Lingkungan), UPL (Upaya Pemantauan

Lingkungan), baku mutu, tata ruang dll.

Suka rela (ada konsekuensi di masyarakat nasional/internasional) seperti

ecolabelling, sertifikat halal

2.2.3. Pendekatan Ekonomis

Dalam pendekatan ini, setiap komponen lingkungan dianggap mempunyai harga

ekonomi dan dilakukan evaluasi terhadap perubahan lingkungan. Jika diketahui harga

lingkungan sangat mahal. Maka diharapkan manusia akan berhati-hati terhadap

lingkungannya. Dalam ekonomi lingkungan, barang lingkungan dianggap sebagai

barang produksi sehingga faktor lingkungan diinternalkan/dimasukkan ke dalam biaya

produksi. Dengan demikian lingkungan merupakan barang yang sangat berharga

2.2.4. Pendekatan Pendidikan/Pelatihan

Kondisi mayarakat yang masih kurang informasi lingkungan, atau mempunyai

tanggung jawab terhadap lingkungan yang masih rendah, atau merasa tidak mempunyai

kapasitas dalam pengelolaan lingkungan, ataupun sebagai korban ketidakadilan dalam

pengelolaan lingkungan, maka untuk mengantisipasi semua kondisi tersebut diperlukan

pendidikan dan pelatihan mengenai lingkungan hidup dan pengelolaannya.

Pendidikan/Pelatihan ini dapat dilakukan secara formal maupun informal

2.2.5. Pendekatan Sosial Budaya

Keragaman sosial budaya dalam masyarakat akan mempengaruhi pandangan

dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan, sehingga tidak dapat dilakukan

Page 9: AMDAL

generalisasi dalam pengelolaan lingkungan di tiap wilayah masyarakat. Jadi pengelolaan

lingkungan akan bersifat lokal dan spesifik untuk suatu wilayah tertentu. Harus

diperhatikan juga adanya indigenous knowledge (pengetahuan lokal) yang merupakan

kearifan tradisional/masyarakat setempat dalam pengelolaan lingkungan.

2.2.6. Pendekatan Sosio-Politik

Dengan adanya konflik kepentingan antar berbagai pihak, maka harus dilakukan

upaya mengelola konflik tersebut dan dapat memecahkan permasalahan dengan

musyawarah secara bijaksana, sehingga dapat tercipta win-win solution diantara

pihakpihak yang berkonflik. Pendekatan sosio-politik ini biasanya digunakan untuk

menyelesaikan konflik kepentingan antar wilayah/antar sektor/antar kelompok etnik.

2.2.7. Pendekatan Ekologis

Pendekatan ini dianggap sebagai satu-satunya pendekatan yang mendasarkan

diri pada kepentingan altruistic, dan cenderung mengacu pada strategi konservasi dunia.

Strategi konservasi dunia mencakup 3 hal, yaitu :

· Perlindungan proses ekologis yang penting sebagai sistem penyangga kehidupan

· Pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya

· Pemanfaatan jenis dan ekosistem secara lestari

Adapun kelemahan/kendala dalam pendekatan ini adalah :

· Ketidaksempurnaan informasi keilmuan bagi suatu persoalan lingkungan

· Penentuan batas ekosistem sangat relatif

· Adanya alternatif mekanisme pemecahan persoalan lingkungan yang tidak siap dihadapi

oleh masyarakat

2.2.8. Pendekatan Agama

Moral dan sikap mental manusia sebagai pengelola lingkungan merupakan

landasan dasar bagi manusia untuk mensikapi lingkungan hidupnya. Moral dan sikap

manusia itu sangat dipengaruhi oleh ketaatan pada agamanya, sedangkan agama

mengatur manusia dan memberi arahan dalam mengelola bumi/lingkungan hidupnya.

Jadi, dengan pendekatan pada agama diharapkan manusia akan lebih arif dan bijaksana

terhadap lingkungannya.

Page 10: AMDAL

BAB III

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

3.1. Dampak Penting dan Sumber Dampak Besar dan Penting

Dampak negatif dari pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas

Brawijaya adalah adanya masyarakat yang menolak pembangunan karena takut dengan

berbagai alasan yang ditimbulkan.

a. Dampak Pra konstruksi

Kegaduhan suara yang ditimbul saat proyek berlangsung

Bahaya material yang dipakai

Lalu lalang para pekerja dan alat konstruksi

b. Dampak Pasca Konstruksi

pencemaran limbah rumah sakit,

penempatan kamar mayat,

penggusuran pedagang kaki lima

Kemacetan.

. RSAUB ini dirancang sebagai rumah sakit internasional. Sehingga konsepnya

sangat berbeda dengan rumah sakit pada umumnya. Di kawasan ini selain gedungnya

mewah, suasananya akan didesain seperti mall. Karena itu dipastikan tidak ada

pedagang kaki lima yang mangkal di sana. Justru berbagai layanan dan jasa seperti

asuransi, perbankan yang akan menghiasi lantai dasar dari bangunan itu. Selain itu

pihak UB juga sudah memikirkan masalah keamanan lingkungan. Rencananya akan

dilibatkan Karang Taruna sebagai mitra untuk masalah keamanan ini. Masyarakat yang

menolak pembangunan ini adalah sumber dampak besar pembangunan rumah sakit ini.

Pencemaran limbah rumah sakit dapat diminimalkan dengan pembuatan IPAL di

sekitar rumah sakit. Pedagang kaki lima yang sebelumnya berjualan dimana rumah sakit

dibangun seharusnya diberikan tempat pengganti berjualan.

Pembangunan RSAUB juga memberikan dampak positif. Letaknya yang

strategis dapat dijangkau oleh masyarakat kota Malang. RSAUB dapat memberikan

manfaat bagi masyarakat antara lain memberikan pelayanan kesehatan untuk

masyarakat kota Malang.

3.2. Tolak Ukur Dampak

Page 11: AMDAL

Pada bab sebelumnya telah dibahas bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh

pembangunan RSAUB, dari permasalahn tersebut diperlukan adanya tolak ukur.

c. Dampak Pra konstruksi

Kegaduhan suara yang ditimbul saat proyek berlangsung

Tolak ukur: Kenyamanan masyarakat yang tinggal maupun yang

melakukan usaha di sekitar

Bahaya material yang dipakai.

Tolak ukur: Keselamatan para pekerja dan masyarakat sekitar.

Lalu lalang para pekerja dan alat konstruksi

Tolak ukur : Pengguna jalan soekarno hatta berdampak kemacetan

d. Dampak Pasca Konstruksi

pencemaran limbah rumah sakit,

Tolak ukur: Kesehatan lingkungan bagi masyarakat setempat.

penempatan kamar mayat,

Tolak ukur : Kenyamanan masyarakat setempat

penggusuran pedagang kaki lima

Tolak ukur: Lahan untuk usaha PKL

Kemacetan.

Tolak ukur: Pemakai jalan soekarno hatta bertambah hingga

kapasitas jalan tidak memenuhi.

3.3. Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup

Dampak strategis dikelola untuk suatu pembangunan RSAUB adalah

pencemaran limbah. Tujuan upaya pengelolaan lingkungan hidup rumah sakit ini secara

spesifik adalah mengendalikan mutu limbah cair yang diolah dengan tahapan sebagai

berikut :

1. Unit operasi : untuk menghilangkan kontaminan air limbah dengan cara fisik

2. Unit proses : untuk menghilangkan kontaminan air limbah dengan cara biologis

atau kimiawi.

3. Reaktor : tempat/wadah atau bangunan struktur penyimpanan dengan segala

peralatannya dimana unit operasi dan unit proses berlangsung.

4. Sistem pengolahan air limbah : kombinasi dari unit operasi dan unit proses

yang didesain untuk mengurangi kontaminan tertentu dari air limbah sehingga

mencapai tingkat tertentu yang diperkenankan.

Page 12: AMDAL

Gambar 3.1. Contoh Pengelolaan Air Limbah

Pengolahan primer

• Tujuan pengolahan primer adalah menghilangkan bahan padatan dari air limbah.

Umumnya berupa pengolahan fisik. Unitnya antara lain : screen, comminutor,

grit channel , sedimentasi/klarifier.

Pengolahan sekunder

• Umumnya merupakan pengolahan biologis untuk mengkonversi bahan organik

koloid dan terlarut menjadi bahan (yang disebut biomass) yang bisa mengendap

di bak sedimentasi. Unit pengolahan sekunder antara lain : activated sludge,

trickling filter, rotating biological contactor (RBC), aerobic pond, anaerobic

pond

Pengolahan tersier

Page 13: AMDAL

• Merupakan pengolahan lanjutan apabila diperlukan misalnya untuk

menghilangkan padatan tersuspensi dan nutrien. Unitnya misalnya adsorpsi,

desinfeksi

Pengolahan lumpur

• Dalam setiap pengolahan air limbah akan dihasilkan hasil samping (by product)

berupa lumpur. Lumpur ini juga memerlukan penanganan khusus sebelum

dibuang atau digunakan kembali, mengingat dalam lumpur ini masih

mengandung kontaminan-kontaminan. Pada dasarnya ada lima katagori utama

pengolahan lumpur yang diterapkan secara berurutan yakni pengkonsentrasian /

pemekatan, stabilisasi, pengkondisian, pelepasan air dan pengeringan /

pembakaran.

3.4. Pengelolaan Lingkungan Hidup

2.1.1. Pendekatan teknologi

Pada pembangunan RSAUB ini pendekatan teknologi adalah pada pekerjaan

pembukaan lahan RSAUB. Pekerjaan ini menimbulkan dampak besar dan penting

berupa pencemaran limbah rumah sakit. Pendekatan teknologi untuk pencemaran dapat

dilakukan dengan pembuatan IPAL pada tempat-tempat tertentu. Penanganan pencemaran

udara oleh bau limbah pada prinsipnya adalah dengan cara menjaga tempat pengelolaan limbah.

2.1.2. Pendekatan sosial ekonomi

Contoh pada tahap konstruksi (pekerjaan fisik) pembangunan RSAUB. Kegiatan

pengangkutan material menimbulkan dampak penting berupa kerusakan jalan. Untuk

itu, pemrakarsa wajib memperbaiki jalan yang rusak dan sebaiknya jalan tersebut

menjadi lebih baik daripada sebelum ada kegiatan pemrakarsa. Contoh pada tahap pasca

konstruksi (operasional), ternyata limbah cairnya mengakibatkan pencemaran terhadap

sumur penduduk di sekitarnya. Pendekatan sosial ekonomi untuk menanggulangi.

Pencemaran air sumur tersebut dapat dilakukan pemrakarsa dengan

menyediakan air bersih bagi penduduk, misalnya membuat sumur dalam (sumur

bor).Untuk meningkatkan dampak positif pada tahap pasca konstruksi,pemrakarsa

sebaiknya mengalokasikan dana sosial untuk membantu dan atau membina masyarakat

di sekitarnya. Misalnya, bantuan untuk perbaikan atau pem-bangunan tempat ibadah,

perbaikan jalan, dan lain-lain.

2.1.3. Pendekatan institusi

Page 14: AMDAL

Sehubungan dengan contoh di atas, untuk kegiatan pembebasan tanah,

pendekatan kelembagaan (institusi) yang dilakukan pemrakarsa bergantung padalokasi

rencana lokasi kegiatan. Dalam hal pembebasan lahan, pemrakarsa bekerjasama dengan

Pemerintah Daerah (Pemda) , Badan Pertanahan Nasional (BPN),dan Camat untuk

memberikan penjelasan melalui penyuluhan tentang usaha atau kegiatan yang akan

dilakukan. Demikian juga dalam pendataan lahan, tanaman tumbuh, dan bangunan yang

akan dibebaskan, serta penentuan besarnya ganti rugi harus dicapai melalui musyawarah

mufakat, tanpa adanya tekanan atau intimidasi terhadap anggota masyarakat.Untuk

melakukan perbaikan jalan, misalnya pemrakarsa dapat bekerjasama dengan Dinas

Pekerjaan Umum (PU), sedangkan untuk pencemaran udara dan perairan bekerja sama dengan

Dinas Kesehatan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda).

Dalam masalah ketenagakerjaan,pemrakarsa melakukan koordinasi dengan Dinas

Tenaga Kerja dan masalah social lainnya bekerja sama dengan Bapedalda.

3.5. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pembangunan IPAL RSAUB merupakan masalah terbesar, menjadi masalah

topic alasan penolakan tentang pembangunan RSAUB.

Lokasi Pembangunan IPAL :

Lokasi : lantai bawah/dalam tanah bangunan

Teknologi: penggunaan alat modern dengan pengelolaan sendiri agar saat proses

pembuangan berdampak kecil.

Gambar 3.2. Lokasi RSAUB

3.6. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup

Page 15: AMDAL

Dampak suatu usaha atau kegiatan dikatakan bersifat kumulatif bila pada

awalnya dampak tersebut tidak tampak atau tidak dianggap penting, tetapi karena

aktivitas tersebut bekerja berulang kali atau terus menerus, maka lama kelamaan

dampaknya bersifat kumulatif. Dengan demikian dampak suatu usaha atau kegiatan

tergolong penting bila:

1. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus, sehingga pada

kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang

menerimanya;

2. Beragam dampak lingkungan bertumpuk dalam suatu ruang tertentu, sehingga tidak

dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau sosial yang menerimanya;

3. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan menimbulkan efek yang saling

memperkuat (sinergetik).

4. Berbalik atau Tidak Berbaliknya Dampak Dampak kegiatan terhadap lingkungan

ada yang bersifat dapat dipulihkan, namun ada pula yang tidak dapat dipulihkan

walau dengan intervensi manusia sekalipun. Dalam hal ini maka dampak bersifat

penting bila : Perubahan yang akan dialami oleh suatu komponen lingkungan tidak

dapat dipulihkan kembali walaupun dengan intervensi manusia.

3.7. Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Biaya investasi : Pembelian pengelolaan lingkungan hidup serta kegiatan teknis.

Biaya personil dan biaya operasional : Pmeliharaan peralatan pengolahan limbah.

3.8. Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pelaksana : Universitas Brawijaya

Pengawas : Pedagang kaki lima

Pelaporan : KAPEDALDA Kota Malang.

Page 16: AMDAL

BAB IV

PUSTAKA

http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/dokumen-publikasi/doc_download/55-kepka-

no56-tahun-1994

http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/amdal-compatibility-mode.pdf

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-11419-Paper.pdf

http://www.undip.ac.id/download/chafid-amdal-SG.pdf

http://www.idonbiu.com/2009/04/karya-tulis-studi-analisis-dampak.html

http://t.co/q7ELiBdm 1 week ago

http://t.co/rKuSs4Do 1 week ago

Page 17: AMDAL

BAB V

LAMPIRAN

Lampiran 1

Didisain Seperti Mall

MALANG- Proses mengurus perizinan untuk pembangunan rumah sakit akademik Universitas Brawijaya (RSAUB) terus dilakukan. Rencananya hari Kamis besok, tim analisa dampak lingkungan (Amdal) UB akan melakukan tahapan sosialisasi kepada seluruh warga dan juga pejabat pemerintahan setempat.“Ini bukan sosialisasi, tapi ini adalah tahapan yang harus dilalui dalam proses amdal. Yaitu konsultasi publik dengan warga yang terkena dampak dari pembangunan rumah sakit itu,” ungkap Konsultan Perencana RSAUB, Swasono Heddy kepada Malang Post.Ditambahkan, pertemuan ini akan dihadiri warga masyarakat, RT RW, lurah, Koramil dan Polsek setempat. Materi sosialisasi diantaranya menyangkut dampak positif dan

Page 18: AMDAL

negatif dari pembangunan itu. Tim sekaligus akan memaparkan apa solusinya dan bagaimana teknologi bisa diterapkan untuk meminimalisirnya. Hasil konsultasi publik terbuka ini selanjutnya akan dibawa ke Pemkot Malang untuk penyelesaian IMB.“Kami tidak mempermasalahkan ada warga yang setuju atau tidak, tugas kami hanya mengkaji lingkungan dan memberikan solusi jika ada dampak negatifnya,” ucapnya.Pria yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) UB ini melanjutkan proses mengurus Amdal ini ditargetkan bisa rampung awal Desember mendatang. Meski demikian lanjutnya dokumen penyelesaian Amdal ini tidak akan menghambat pembangunan RSAUB. Bahkan Amdal RSSA saja menurutnya baru diselesaikan pada 2002 lalu.Poin yang menjadi kajian dalam proses amdal ini termasuk soal keberadaan kamar mayat. Kalau sebelumnya lokasinya ditempatkan di bagian belakang rumah sakit atau dekat dengan perumahan warga, maka akan dikaji untuk dipindah. Juga maslah IPAL yang rencananya akan digeser ke depan sehingga baunya tidak sampai ke perumahan warga.Berbagai dampak sosial inilah yang akan dikaji sehingga tidak merugikan warga.“Termasuk juga masalah banjir yang menjadi ketakutan warga, kami akan survey ke lapangan untuk mencari pemecahannya,” tegasnya.Heddy menegaskan RSAUB ini dirancang sebagai rumah sakit internasional. Sehingga konsepnya sangat berbeda dengan rumah sakit pada umumnya. Di kawasan ini selain gedungnya mewah, suasananya akan didesain seperti mall. Karena itu dipastikan tidak ada pedagang kaki lima yang mangkal di sana. Justru berbagai layanan dan jasa seperti asuransi, perbankan yang akan menghiasi lantai dasar dari bangunan itu. Selain itu pihak UB juga sudah memikirkan masalah keamanan lingkungan. Rencananya akan dilibatkan Karang Taruna sebagai mitra untuk masalah keamanan ini.“Jika konsultasi publik ini rampung, maka hasilnya akan kami seminarkan dengan Badan Lingkungan Hidup Kota Malang. Dan rencananya November bisa presentasi di hadapan wali Kota. Sehingga pada Desember masalah amdal bisa tuntas,” imbuhnya. (oci/nug)

Lampiran 2

Page 19: AMDAL

Lampiran 3

Lampiran 4

Page 20: AMDAL

Lampiran 5

Page 21: AMDAL

Lampiran 6