allah senantiasa menjagamu - s3.amazonaws.com · belajar ikhlas 39 pesan penting dari allah 45...
TRANSCRIPT
Allah MenjagamuSenantiaSa
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak eko nomi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Peng gunaan Secara Komer sial dipidana dengan pidana penjara pa ling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling ba nyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Peng gunaan Secara Komer sial di pidana dengan pidana penjara pa ling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda pa ling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, di pidana de ngan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Nur Hasan
Penerbit PT Elex Media Komputindo
Allah MenjagamuSenantiaSa
Allah Senantiasa Menjagamu Ditulis oleh Nur Hasan
© 2018 Nur HasanHak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan pertama kali olehPenerbit PT Elex Media Komputindo
Kompas-Gramedia Jakarta 2018Anggota IKAPI, Jakarta
718100423ISBN: 978-602-04-5645-4
Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Dafar IsiKata Pengantar v
JAGALAH ALLAH, NISCAYA ALLAH AKAN MENJAGAMU 1
Jagalah Allah, Niscaya Akan Allah Menjagamu 3
Penjagaan dari Allah 13
Menyenangkan Allah 17
Menolong Agama Allah 19
Bersyukur 25
Agar Tidak Tersesat Dunia Akhirat 35
Belajar Ikhlas 39
PESAN PENTING DARI ALLAH 45
Pesan Penting dari Allah 47
Bertauhid dan Istikamah 59
Jangan Sombong 67
Setop Gibah 71
Hakikat Saudara 73
viii
Allah Senantiasa Menjagamu
Berzikir 79
Menjadi Orang Bermanfaat 83
Apa Kontribusi Kita? 85
Merenung dalam Kebaikan 89
SEMANGAT DAN CINTA KARENA ALLAH 93
Semangat karena Allah 95
Semangat Menjemput Kesuksesan 99
Motivasi dan Semangat, Kunci Kemenangan 103
Memunculkan Semangat 107
Cara Mengelola Semangat 109
Luapan Jiwa Semangat 113
Jangan Pernah Berhenti Bergerak 117
Bersungguh-sungguh 121
Ibadah sebagai Bekal Perjuangan 125
Alasan Cinta 127
Cinta Bersama Allah 133
Menghadapi Ujian di Rumah Tangga 135
Menyikapi Rasa Bosan di Rumah Tangga 139
MENJADI LUAR BIASA KARENA ALLAH 143
Menjadi HEBAT, Siapa Takut?! 145
Menjadi Diri Sendiri 151
Menjadi Luar Biasa dengan Menunggu 153
Daftar Isi
ix
Menghargai Orang Lain 159
Menjadi Orang Pilihan Allah 163
Menjadi Pribadi Saleh 167
Cara Menggapai Rahmat Allah 171
Cara Meningkatkan Kapasitas Diri 173
Cara Menikmati Hidup 177
Membangun Kejujuran 181
Tidak Begitu Penting Kita Ini Siapa! 185
Mengejar Mimpi 187
Guru Kehidupan 191
Daftar Pustaka 193
Tentang Penulis 195
JAGALAH ALLAH,
NISCAYA ALLAH
AKAN MENJAGAMU
Rasulullah saw., bersabda, “Jagalah Allah, niscaya Allah akan
menjagamu….” (HR. Tirmidzi). Hadis ini memberikan
sebuah kaidah sekaligus pedoman penting dalam kehidupan
kita. Hanya saja kadang kita sebagai kaum muslimin sering lalai
terhadap penerapan dari kaidah tersebut. Kaidah itu mengatakan,
bahwa segala kondisi dan situasi dalam hidup kita; baik secara
pribadi, dalam keluarga, di masyarakat, di sebuah komunitas,
bangsa, umat, dan semua kondisi apa pun yang terjadi, baik atau
buruk, untung atau rugi. Itu semua terkait erat dengan kondisi
hubungan seseorang, umat, dan bangsa dengan Allah Swt. Kalau
hubungannya dengan Allah baik, maka baiklah hidupnya. Na-
mun sebaliknya, jika hubungannya dengan Allah itu buruk maka
pasti buruk kondisi dan keadaannya.
Nah, di sisi yang lain banyak di antara kaum muslimin itu tahu
bahwa prinsip pemikiran dan ideologi sekuler adalah menyim-
pang. Kita semua banyak menolaknya. Pemikiran sekuler itu
adalah pemikiran yang memisahkan antara kehidupan dengan
agama. Agama ya agama, dunia ya dunia. Jangan dicampuraduk-
kan.
Jagalah Allah, Niscaya Allah Akan Menjagamu
4
Allah Senantiasa Menjagamu
Banyak di antara kaum muslimin yang secara teoretis menolak
paham sekuler ini, tapi sebenarnya secara praktik dan fakta di ke-
hidupan sehari-hari masih banyak yang sekuler. Misalnya, ketika
kita mengalami masalah; di jalan pakai motor kemudian tiba-tiba
motornya mogok, bannya bocor, atau kecelakaan. Termasuk da-
lam masalah pribadi; di kehidupan rumah tangga dan masalah
yang terjadi pada anak-anak kita. Kebanyakan kita mencari pe-
nyebabnya dan mengembalikannya, masalah tersebut, kepada se-
bab yang bersifat materi dan indrawi.
“Oh … ban saya bocor karena ini!”
“Oh … motor saya mogok karena ini!”
Semua alasan itu tidak salah karena bagian dari sunatullah. Tapi
ketika ban kendaraan kita bocor, motor kita mogok, selain pe-
nyebab yang terlihat itu, ada penyebab lain yang tidak terlihat,
yaitu karena sebab kemaksiatan serta dosa-dosa yang pernah kita
lakukan. Ada sebuah ungkapan dari ulama salaf begini, “Ketika
aku melakukan suatu dosa, meskipun itu dosa kecil, maka aku
akan langsung bisa melihat dampak akibat buruk dari dosaku ini
pada perilaku keluargaku dan dari hewan tungganganku.”
Jadi, ketika kita sebagai kepala rumah tangga mendapati ada
masalah di keluarga; istri dan anak-anak. Baiknya, sebelum meng-
evaluasi mereka, kita harus evaluasi diri sendiri terlebih dahulu.
“Pasti ini gara-gara dosa saya”. Rata-rata kalau kita amati, se-
orang anak yang bandel di sekolahnya, sebagian besar itu ter jadi
karena kesalahan orangtuanya. Hanya sebagian kecil saja ulah
anak itu sendiri. Apa anak tidak salah? Ya salah, tapi persentase-
nya cukup kecil! Penyebab utama dan pertama yang menjadikan
anak bandel itu adalah dari orangtuanya.
Jagalah Allah, Niscaya Allah Akan Menjagamu
5
Kalau ulama salaf dulu ketika mendapati kudanya yang semula
tidak apa-apa kemudian bergerak-gerak tak tentu arah, tidak se-
perti biasanya. Mereka tidak marah kepada kudanya, tapi lang-
sung istigfar. “Ini pasti gara-gara dosa saya.”
Kita dijaga oleh Allah atau tidak, itu semua sangat bergantung dari
cara kita menjaga Allah Swt. Begitu juga sejauh mana penjaga-
an Allah terhadap kita, itu bergantung sejauh mana penjagaan
kita terhadap Allah Swt. Kaidahnya adalah, “Jagalah Allah, pasti
Allah akan menjagamu”. Sebaliknya, “Jika kamu tidak menjaga
Allah, maka Allah pasti tidak akan menjagamu”. Kalau dalam
Al-Qur’an, ayat yang semakna dengan itu adalah irman Allah
Swt., berikut ini: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan me-
neguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad: 7)
Inilah sikap yang perlu ditanamkan dalam diri kita semua, bahwa
segala sesuatu yang terjadi dalam diri kita itu memiliki keterkaitan
yang sangat erat dengan sejauh mana kita telah menjaga Allah,
maka sejauh itu pula Allah menjaga kita, keluarga kita, dan ke-
pentingan-kepentingan kita. Pertanyaannya sekarang adalah, apa
arti menjaga Allah itu? Memang Allah perlu dijaga? Maksudnya,
jagalah hak-hak Allah Swt., maka pasti Allah akan menjaga ke-
maslahatan, kepentingan, dan kebutuhanmu. Lalu bagaimana
cara kita menjaga hak-hak Allah? Tinggal kita bertanya, hak Allah
atas kita itu apa saja.
Pertama, hak Allah untuk diimani. Cara kita menjaga Allah ada-
lah dengan mengimani-Nya. Terjaga atau tidak iman kita kepada-
Nya? Iman kita murni atau tidak? Iman kita tercampur dengan
kesyirikan atau tidak? Iman kita kuat atau lemah? Itulah bentuk-
6
Allah Senantiasa Menjagamu
bentuk penjagaan kita kepada Allah, yaitu menjaga hak-hak Allah
untuk diimani dan diesakan.
Kedua, hak Allah untuk disembah. Apakah kita sudah menjaga
Allah sekarang? Mari kita evaluasi sudah sejauh mana ibadah,
ketaatan, dan hidup ini kita persembahkan untuk-Nya? Allah
Swt., berirman: “Katakanlah sesungguhnya salatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam,”
(QS. Al-An’am: 162). Apakah kita telah memperuntukkan hidup
dan mati kita hanya untuk Allah? Apakah ibadah-ibadah kita
hanya untuk-Nya? Ibadah kita sangat menentukan, apakah kita
menjaga Allah atau tidak?
Ketiga, hak Allah untuk menjadi tempat kita mencurahkan se-
gala rasa syukur. Syukur kita atas segala nikmat-nikmat-Nya.
Kita takut hanya kepada Allah. Kita cinta hanya kepada-Nya. Kita
beribadah dengan sungguh-sungguh sebagai wujud syukur kita
pada Allah. Apakah syukur kita sudah mewujud pada kerja-kerja
hebat dan ibadah-ibadah taat?
Keempat, hak Allah untuk diagungkan. Allah Swt., harus senan-
tiasa diagungkan dalam bentuk zikir, tasbih, tahmid, tahlil, dan
takbir. Sejauh mana kedekatan hati dan pikiran kita pada Allah.
Apakah hanya Allah yang sering kita sebut nama-Nya dalam lan-
tunan zikir yang berisikan tauhid? Ataukah kita masih lebih me-
nyebut yang selain Allah?
Kelima, hak Allah untuk dipatuhi semua perintah-Nya yang ter-
dapat di dalam kitab suci-Nya. Sejauh mana kedekatan dan ke-
harmonisan kita dengan Al-Qur’an sebagai kalamullah. Dalam
hadis disebutkan, hati yang kosong dari irman Allah itu ibarat
seperti rumah yang rusak. Rasulullah saw., bersabda, “Sesung-
guhnya orang yang di dalam dadanya tidak ada Al-Qur’an sama
Jagalah Allah, Niscaya Allah Akan Menjagamu
7
sekali, tak ubahnya seperti rumah yang rusak.” (HR. Tirmidzi,
Ahmad, Hakim, dan Dailami)
Inilah hak Allah untuk kita dekati dan akrabi semua kalam-Nya
yang tersimpan dengan sangat baik di dalam Al-Qur’an. Kita ha-
rus seia sekata dengan kalam-Nya, karena itu bagian dari hak-
Nya. Begitu juga untuk kita bela, kita perjuangkan, dan kita lak-
sanakan. Hak Allah untuk kita jaga agama dan nabi-Nya. Kita
menjaga Allah Swt., dengan melaksanakan agama-Nya dalam
seluruh aspek kehidupan kita.
Kalau semua itu kita lakukan, insya Allah, “Allah pasti menjaga-
mu”. Kata kerja menjaga bisa kita perluas cakupannya, tidak
hanya secara individu, tapi juga keluarga, masyarakat, bangsa,
dan semua manusia. Ketika kita merenung tentang adanya ber-
bagai macam persoalan dan permasalahan umat, jangan jauh-
jauh mencari penyebabnya. “Oh gara-gara itu.” Padahal pe-
nyebabnya adalah adalah diri kita sendiri. Ketahuilah bahwa
segala persoalan dan musibah yang terjadi itu adalah ulah tangan
kita sendiri. Allah Swt., berirman: “Dan musibah apa pun yang
menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan
Allah memaakan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.
Asy-Syura: 30)
Setiap musibah, keburukan, dan kejadian yang terjadi disebabkan
tangan-tangan manusia itu sendiri. Begitu juga disebutkan dalam
surah Ar-Rum ayat 41 berikut ini: “Telah tampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah
menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) per-
buatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Segala musibah dan kejadian buruk itu Allah Swt., timpakan se-
bagai akibat dari ulah tangan-tangan kotor manusia dan dosa-
8
Allah Senantiasa Menjagamu
dosa mereka. Apakah sudah setimpal? Belum. Itu hanya sebagian
kecil saja. “... Dan Allah memaakan banyak (dari kesalahan-
kesalahanmu).” Ketahuilah bahwa sebagian besar akibat dosa-
dosa manusia itu Allah ampunkan dan maakan.
Kalau seandainya Allah langsung menghukum manusia seperti
yang Allah sebutkan dalam surah An-Nahl ayat 61 dan juga surah
Fathir ayat 41, maka seluruh manusia akan habis di muka bumi
ini. Jika Allah berkehendak menghukum manusia persis sesuai
dengan dosa-dosa dan kezalimannya, maka akibatnya bukan
hanya terjadi tsunami, banjir bandang, dan tanah longsor yang
bisa menjatuhkan korban ribuan dan bahkan jutaan manusia.
Akibatnya, tidak akan tersisa di muka bumi satu pun makhluk
melata. Semua akan habis. Bahkan hewan-hewan yang tidak ber-
dosa, seperti semut sekalipun juga akan ikut habis dan punah un-
tuk menanggung akibat dosa dari manusia ini.
Allah Swt., berirman: “Dan kalau Allah menghukum manusia
karena kezalimannya, niscaya tidak akan ada yang ditinggalkan-
Nya (di bumi) dari makhluk yang melata sekalipun, tetapi Allah
menangguhkan mereka sampai waktu yang sudah ditentukan.
Maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta pe-
nundaan atau percepatan sesaat pun.” (QS. An-Nahl: 61)
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan le-
nyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap, tidak ada seorang
pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 41)
Imam Ibnul Qayyim dalam kitabnya yang berjudul Ad-Daa’ wa
Ad-Dawaa’, beliau mengutip salah satu riwayat, bahwa ketika ter-
jadi kemarau dan kekeringan yang panjang banyak pohon serta
tanaman yang mati, hewan-hewan pun ikut mati. Hewan-hewan
Jagalah Allah, Niscaya Allah Akan Menjagamu
9
dan pepohonan tersebut melaknat manusia. Karena apa? Karena
Allah menahan hujan-Nya akibat dosa-dosa yang dilakukan ma-
nusia. Hewan dan pepohonan merasa tidak melakukan dosa, tapi
ikut menanggung dosa manusia. Segala kejadian itu terjadi ka-
rena ulah tangan manusia. Kalau bukan Allah yang memaakan
maka nau’dzubillah.
Kita harus bersyukur dengan cara terus mengevaluasi diri,
apakah kita sudah betul-betul melaksanakan syarat-syarat yang
Allah tetapkan untuk menjaga-Nya? Dengan begitu, Allah akan
menjaga kita semua. Jika kita memenuhi syarat untuk menjaga-
Nya dengan beriman kepada-Nya, beribadah kepada-Nya, dan
bersyukur kepada-Nya maka Allah akan jaga keperluan, kepen-
tingan, dan kemaslahatan kita semua, baik kemaslahatan secara
dunia maupun akhirat.
Kedua hal itu akan dijaga Allah. Bentuk penjagaan Allah ter-
hadap kemaslahatan akhirat kita akan lebih terasa dan konkret,
yaitu dengan cara penjagaan Allah atas iman kita. Ketika langkah
kita Allah ringankan untuk pergi ke masjid, dimudahkan untuk
berzikir kepada Allah, didekatkan dengan Al-Qur’an, dimudah-
kan untuk berbakti kepada kedua orangtua, dan seterusnya itu
adalah wujud penjagaan Allah terhadap kita. Ingatlah bahwa ben-
tuk penjagaan itu pasti.
Apa hanya kemaslahatan akhirat saja bentuk penjagaan Allah
yang kita dapat? Tidak! Kita juga akan mendapat kemaslahatan
dunia. Bentuknya relatif, seperti relatifnya kebaikan dan kemasla-
hatan dunia itu sendiri. Kalau ukuran baik dan buruk akhirat itu
jelas: imannya kuat pasti orang tersebut baik. Imannya lemah
pasti orang itu buruk. Bisa dipastikan bahwa standar baik dan
buruk tentang akhirat itu pasti, kalau Allah menjaga kepenting an
10
Allah Senantiasa Menjagamu
akhirat kita itu mudah diidentiikasi. Tapi, bentuk penjagaan
Allah atas kemaslahatan dunia kita pasti berbeda.
Salah satu hal yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur kita sudah
menjaga Allah, adalah dengan menjalankan amalan-amalan hari-
an. Yang paling prioritas itu ada lima, di antaranya adalah:
1. Menjaga salat wajib lima waktu di masjid dengan berjemaah,
khususnya bagi laki-laki. Untuk wanita bisa menggantinya
dengan salat wajib di awal waktu.
2. Menjaga salat-salat sunah sebagai pelengkap dan penyem-
purna semua kekurangan dalam salat fardu kita. Prioritas
salat sunah ini ada tiga macam. Pertama, salat qiyamul lail
atau tahajud; minimal 2 rakaat dan witir tiga rakaat. Kedua,
salat rawatib yang muakkad1; 2 rakaat sebelum Subuh, 2 ra-
kaat sebelum Zuhur, 2 rakaat sesudah Zuhur, 2 rakaat sesudah
Magrib, dan 2 rakaat sesudah Isya. Ketiga, salat duha di waktu
pagi; minimal 2 rakaat. Dari Ibnu Umar bahwa, “Rasulullah
saw., senantiasa menjaga (melakukan) 10 rakaat (rawatib),
yaitu 2 rakaat sebelum Zuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 ra-
kaat sesudah Magrib di rumah beliau, 2 rakaat sesudah Isya di
rumah beliau saw., dan 2 rakaat sebelum Subuh.” (HR. Imam
Bukhari dan Muslim)
3. Menjaga kedekatan kita dengan Al-Qur’an, dengan cara mem-
baca, menghafal, mempelajari tafsir serta maknanya. Hal yang
tidak boleh terlewatkan adalah mengamalkannya dalam ke-
hidupan sehari-hari.
1 Salat sunah yang selalu didirikan Rasulullah saw.
N ur Hasan lahir di Lamo ngan, tepatnya di Desa Sumber-wudi Kecamatan Karangge-
neng, pada 25 Agustus 1985, dari pasang an Ngartono dan Ranti. Ia menempuh semua jenjang pen-didikannya mulai dari SD sampai kuliah di kota soto tersebut. Ia be-lajar di SDN Sumberwudi, SMPN I Karanggeneng, SMK NU 1 Simo Sungelebak, kemudian kuliah S1
di Universitas Islam Darul Ulum (UNISDA) Lamongan, Fakul-tas Tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam, ia lulus di tahun 2007. Ketika kuliah ia pernah menjadi ketua umum Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Lamongan dan ketua bidang penalaran dan keilmuan BEM FAI di kampusnya.
Menulis baginya merupakan panggilan jiwa agar bisa memberi manfaat bagi sesama seluas-luasnya. Puluhan artikel telah ditu-lisnya. Karyanya yang telah dibukukan sebelumnya dan cukup mendapat sambutan antusias dari para pembaca, yaitu antara lain: Semangat karena Allah (Pena Media Publishing), antologi bersama Ahmad Rifa’i Rif’an Beginilah Cara Tuhan Menjawab
Tentang Penulis
196
Allah Senantiasa Menjagamu
Impianku (Marsua Media), Inilah Cara Agar Hidupmu Lebih Hidup (Quanta, Elex Media Komputindo Gramedia), dan Me-wujudkan Masyarakat Berakhlak dan Berakidah Islam (proses terbit). Untuk keperluan komunikasi dan mengundangnya se-bagai pembicara dalam forum bedah buku bisa menghubungi via e-mail: [email protected] atau via Facebook: Nur Hasan.