al-wasathiyyah dalam al-qur`Ân (studi tafsir al...

39
AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ, AL-MUNÎR, DAN AL MISHBÂ) Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (MA) Dalam Bidang Agama Islam Oleh: Iffaty Zamimah NIM: 209410373 KONSENTRASI ULÛM AL-QUR’AN DAN ULÛM AL-HADÎTS STUDI ILMU AGAMA ISLAM PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 2015 M/1436 H

Upload: others

Post on 12-Sep-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN

(STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ, AL-MUNÎR,

DAN AL MISHBÂḪ)

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Agama Islam

Oleh:

Iffaty Zamimah

NIM: 209410373

KONSENTRASI ULÛM AL-QUR’AN DAN ULÛM AL-HADÎTS

STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN

(STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ, AL-MUNÎR,

DAN AL MISHBÂḪ)

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Magister Agama (MA)

Dalam Bidang Agama Islam

Oleh:

Iffaty Zamimah

NIM: 209410373

Pembimbing:

Dr. H. Mukhlis Hanafi, M.A.

Dr. (Phill) H. Asep Saepudin Jahar, M.A.

KONSENTRASI ULÛM AL-QUR`ÂN DAN ULÛM AL-HADÎTS

STUDI ILMU AGAMA ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 3: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “ Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`ân (Studi Tafsir Al-

Marâghî, Al-Munir, dan Al-Mishbâẖ)” yang disusun oleh Iffaty Zamimah

dengan Nomor Induk Mahasiswa 209410373 telah melalui proses bimbingan

dan dinilai oleh pembimbing serta telah memenuhi syarat untuk diajukan

pada sidang munaqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Mukhlis Hanafi, M.A. Dr. (Phill) H. Asep Saepudin Jahar, M.A.

Page 4: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,
Page 5: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

iv

KATA PENGANTAR

Alẖamdulillâh, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul

“Al-Wasathiyyah Dalam Al-Qur`ân (Studi Tafsir Al-Marâghî, Al-Munîr,

dan Al-Mishbâh)”.

Selesainya penulisan tesis ini bukanlah sesuatu yang mutlak dan

berdiri sendiri, akan tetapi karena bimbingan dan kepedulian dari pelbagai

pihak yang turut memberikan pengarahan maupun motivasi, karena dalam

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T.Yanggo, M. A, Rektor Ilmu Al-Qur`ân

(IIQ) Jakarta. Yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk

menimba ilmu dalam proses pendewasaan intelektual.

2. Dr. K.H. Ahmad Munif Suratmaputra, M. A.,Direktur Pascasarjana

Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta. Yang telah banyak memberi

pelayanan, pengajaran, dan perhatian selama menimba ilmu di

Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur`ân (IIQ) Jakarta

3. Dr. K. H. Mukhlis Hanafi, M.A, selaku dosen pembimbing I yang di

dalam berbagai kesibukan dapat menyempatkan diri membimbing dan

mengarahkan serta memberi petunjuk dan saran yang sangat berharga

bagi penulis tesis ini.

4. Dr. (Phill) Asep Saepudin Jahar, MA selaku dosen pembimbing II,

dengan ketelatenannya, akhirnya penulis berhasil membuahkan karya

ilmiah ini, meski secara teknik penulisan masih jauh dari kata

sempurna.

5. Dr. H. Ahmad Fudhaili, MA. Selaku Asister Direktur I Pascasarjana

Institut Ilmu Al-Qur`an yang telah memverifikasi tesis ini dengan

segala kesabaran dan ketelitian.

6. Dr. H. Hasanudin, M.Ag selaku Asisten Direktur II Program

Pascasarjana IIQ Jakarta

7. Dr. Hj. Nadjematul Faizah, SH, M.Hum, Dr. H. Arison Sani, M.A,

dan seluruh sahabat-sahabat pegawai di Kampus IIQ Jakarta yang

telah membatu dari proses awal hingga akhir penulisan tesis.

8. Staf Pascasarjana dan perpustakaan IIQ, yang telah menyediakan

informasi dan buku-buku sebagau sumber data bagi penulis, sehingga

penulisan tesis ini dapat berjalan dengan baik.

9. Kepada kedua orang tua penulis, ayahanda Drs. H. Ahmad Badawi

dan Ibu Hj. Siti Mahmudah , M.Si, terima kasih atas kasih sayang,

dorongan dan doa yang tak pernah henti.

Page 6: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

v

10. Suami penulis, M. Kamaluddin Al Maulidy yang telah memberikan

motivasi, do‟a, dan pengertian sehingga selesai tesis ini.

11. Kedua putri penulis yang telah menyemangati penulis.

12. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis

ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Atas segala kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis,

semoga menjadi catatan amal baik di hari akhirat nanti dan diberikan balasan

dari Allah dengan balasan yang lebih baik. Amin

Kepada para pengarang kitab tafsir yang menjadi objek penelitian

penulis, Syeikh Al Maraghi semoga Allah menempatkan beliau di sisi

terbaikNya, Syeikh Wahbah az-Zuhaili yang di detik-detik penyelesaian

penelitian ini dipanggil oleh Allah SWT, semoga Allah SWT mengampuni

dosanya dan melapangkan kuburnya. Dan kepada Guru kami Prof. Dr. H.

Qurais Shihab, M.A semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan panjang

umurkepada beliau. Amin.

Akhirnya, atas segala kekurangan dalam penulisan tesis ini penulis

mohon kritik dan saran dari pembaca maupun pemerhati demi perbaikan.

Jakarta: 03 Agustus 2015 M

18 Syawal 1436 H

Penulis

Page 7: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan

th = ط a = ا

zh = ظ b = ب

„ = ع ta = ت

gh = غ ts = ث

f = ف j = ج

q = ق h = ح

k = ك kha = خ

l = ل d = د

m = م dz = ذ

n = ن r = ر

w = و z = ز

h = ه s = س

„ = ء sy = ش

y = ى sh = ص

dh = ض

2. Vokal

Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap

Fathah = a ا = â ْي = ai ريب

Kasrah = b ي = î ْو = au حول

Page 8: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

vii

Dhammah = u و = û

3. Kata Sandang

(al) ال

Qamariyah = Al-Qamar

Syamsiyah = Asy-Syams

Page 9: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

viii

ABSTRAK

Iffaty Zamimah, “Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`an (Studi Tafsir Al

Marâghi, Al Munîr dan Al Mishbâh)”

Seiring dengan perkembangan zaman, permasalahan yang dihadapi

umat Islam semakin kompleks, baik dari segi internal maupun eksternal.

Diantara permasalahan yang dihadapi adalah munculnya sikap ekstrem dalam

memahami ajaran Islam, ekstrem yang bersikap ketat maupun longgar. Sikap

moderat (wasathiyyah) sangat dibutuhkan dalam merespon berbagai

persoalan kontemporer, yang mana persoalan-persoalan yang ada saat ini

berbeda dengan zaman dan kondisi pada saat Nabi masih ada bahkan masa-

masa sesudahnya.

Penelitian ini diharapkan dapat menggali makna dan hal-hal yang

berkaitan mengenai konsep al-wasathiyyah dalam Tafsir Al-Marâghi karya

Syeikh Al-Marâghi, Tafsir Al Munîr karya Prof. Dr. Wahbah az-Zuhailî dan

Tafsir Al-Mishbâh karya Prof. Dr. H. Quraish Shibab, M.A. Rumusan

masalah utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana al-wasathiyyah

dalam tafsir Al Marâghi, Al Munîr, dan Al Mishbâh?” Penulisan tesis ini

menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) yang bersifat

deskriptif analitis dengan pendekatan komparatif maudhu‟i dan analisis

content.

Penggunaan kata washath dalam Al-Qur`an terdapat dalam lima ayat.

Namun secara aktual dan eksplisit konsep al-wasathiyyah dideskripsikan oleh

Allah swt dalam satu ayat yakni Al Baqarah (2): 142-143. Wasathiyyah

merupakan metode berfikir dan karakteristik yang melekat pada umat Islam.

Sebagian ulama memaknainya sebagai sikap tawazun (seimbangan) dalam

segala hal. Yusuf Al-Qaradhawi mendefinisikan sebagai sebuah sikap yang

mengandung keadilan sebagai konsekuensi diterimanya kesaksian seorang

hamba. Adapula yang memaknai sebagai umat yang terbaik, yang terjaga dari

kesesatan.

Setelah melaksanakan penelitian dan dianalisis terhadap pendapat

ketiga mufassir, penulis berkesimpulan bahwa Al-Marâghî menggarisbawahi

bahwa umat yang berpredikat wasathiyyah sebagai umat pilihan dan yang

adil. Wahbah az-Zuẖailî menitikberatkan bahwa “Ummatan Wasathan”

sebagai umat pilihan yang berkarakter wasathiyyah yaitu umat terbaik yang

memiliki karakter wasathiyyah di setiap kondisi. Sedangkan Quraish Shihab

lebih rinci menjelaskan wasathiyyah, yakni sikap moderat dalam memandang

Tuhan (beragama), adil dalam kehidupan dan menjadi teladan bagi seluruh

umat. Hal ini karena karakter Wasathiyyah yang melekat yakni sifat moderat

yang dimiliki oleh umat Islam, yakni tidak condong ke arah berlebih-lebihan

Page 10: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

ix

(ifrâth) ataupun meremehkan (tafrîth) dalam berbagai permasalahan yang

terkait dengan agama atau dunia. Dari pengertian-pengertian wasathiyyah di

atas dapat digali beberapa prinsip dan karakteristik.

Perbedaan ketiganya terlihat bahwa Al-Maraghi dan Wahbah Zuhaili

dalam penafsirannya langsung pada makna hakiki sedangkan Quraish Shihab

melalui bahasa dan secara majazi.

Page 11: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

xi

DAFTAR ISI

AL- WASATHIYYAH DALAM AL-QUR’AN

(Studi Tafsir Al-Marâghî, Al-Munîr dan Al-Mishbâẖ)

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN PENULIS ................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................... vi

ABSTRAK .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI........................................................................................... x

BAB I: PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Permasalahan ................................................................................ 11

1. Identifikasi Masalah ................................................................ 11

2. Pembatasan Masalah ............................................................... 12

3. Perumusan Masalah ................................................................. 12

C. Tujuan dan Signifikan Penelitian .................................................. 13

1. Tujuan Penelitian ..................................................................... 13

2. Signifikan Penelitian ............................................................... 13

D. Telaah Kepustakaan ...................................................................... 13

E. Metodologi Penelitian ................................................................... 15

1. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 15

a) Sumber Data Primer............................................................ 16

b) Sumber Data Sekunder ....................................................... 16

2. Metode Analisis Data .............................................................. 16

F. Teknik dan Sistematika Penulisan................................................. 17

BAB II: PENJELASAN WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN

A. Pengertian Wasathiyyah ................................................................ 19

1. Pengertian Etimologis ............................................................. 19

2. Pengertian Terminologis ......................................................... 23

B. Wasathiyyah dalam Al-Qur`ân ..................................................... 28

1. Ummatan Wasathan ................................................................ 29

2. Al-‘Adl ..................................................................................... 35

3. Al-Muqtashid........................................................................... 42

4. Al-Wazn ................................................................................... 45

5. Al-Qisth ................................................................................... 48

Page 12: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

xii

6. Ash-Shirât al-Mustaqîm .......................................................... 50

C. Term-term Al-Qur`ân dan Hadis Lainnya yang Terkait dengan

Wasathiyyah ................................................................................ 52

1. Al-Ghuluw ............................................................................... 53

2. Al-Ifrâth................................................................................... 55

3. Al-Isrâf .................................................................................... 57

4. At-Tatharruf ............................................................................ 58

5. At-Tanaththu’ .......................................................................... 59

6. At-Tasyaddud .......................................................................... 61

BAB III: PROFIL TAFSIR AL-MARÂGHÎ, TAFSIR AL-MUNÎR,

DAN TAFSIR AL-MISHBÂH

A. . Biografi Mufassir .......................................................................... 65

1. Al-Marâghî .............................................................................. 65

2. Wahbah az-Zuẖailî .................................................................. 68

3. Quraish Shihab ........................................................................ 71

B. . Profil Tafsir ................................................................................... 74

1. Tafsir Al-Marâghî ................................................................... 74

a) Latar Belakang Penulisan ................................................... 74

b) Metode, Sistematika, dan Corak ......................................... 75

c) Sumber Rujukan ................................................................. 78

d) Pendapat Ulama Tentang Al-Marâghî dan Karya

Tafsirnya ............................................................................ 79

2. Tafsir Al-Munîr ....................................................................... 79

a) Latar Belakang Penulisan ................................................... 79

b) Metode, Sistematika, dan Corak ......................................... 81

c) Sumber Rujukan ................................................................. 84

d) Pendapat Ulama Tentang Wahbah az-Zuẖailî dan Karya

Tafsirnya .............................................................................. 85

3. Tafsir Al-Mishbâẖ .................................................................. 86

a) Latar Belakang Penulisan ................................................... 86

b) Metode, Sistematika, dan Corak Tafsir .............................. 87

c) Sumber Rujukan ................................................................. 89

d) Pendapat Ulama dan Tokoh Tentang M. Quraish Shihab dan

Karya Tafsirnya ................................................................... 89

BAB IV: AL-WASATHIYYAH DALAM TAFSIR AL-MARÂGHÎ, AL-

MUNÎR, DAN AL-MISHBÂH

Page 13: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

xiii

A. . Makna dan Penafsiran Wasath Dalam Tafsir Al-Marâghî, Wahbah

az-Zuẖailî dan M. Quraish Shihab ................................................ 91

1. QS. Al-‘Adiyat ayat 5 ............................................................. 91

2. QS. Al-Qolam ayat 28............................................................. 92

3. QS. Al-Maidah ayat 89 ........................................................... 93

4. QS. Al-Baqarah ayat 238 ........................................................ 95

5. QS. Al-Baqarah ayat 142-143 ................................................. 98

B. . Analisis Komparatif Konsep Wasathiyyah dalam Tafsir Al-Marâghî,

Tafsir Al-Munîr, dan Tafsir Al-Mishbâẖ ...................................... 110

C. . Prinsip-prinsip Wasathiyyah dalam Tafsir Al-Marâghî, Tafsir Al-

Munîr, dan Tafsir Al-Mishbâẖ ...................................................... 112

1. Prinsip Pertama: Keadilan....................................................... 112

2. Prinsip Kedua: Keseimbangan ................................................ 119

3. Prinsip Ketiga: Toleransi (Tasamuh) ...................................... 124

D. . Karakteristik Wasathiyyah dalam Tafsir Al-Marâghî, Tafir Al-Munîr,

dan Tafsir Al-Mishbâẖ .................................................................. 128

1. Memahami Realitas (Fiqih al-Waqi’) ....................................... 129

2. Memahami Fiqih Prioritas ........................................................ 133

3. Mengedepankan Prinsip Kemudahan ....................................... 135

4. Selalu Condong kepada Kebaikan ............................................ 139

5. Menyeru pada Kedamaian ........................................................ 143

6. Keterbukaan dalam Menyikapi Perbedaan ............................... 146

7. Istiqomah................................................................................... 148

E. .. Al-Wasathiyyah dan Kebudayaan ................................................. 150

BAB V: PENUTUP

A. . Kesimpulan .................................................................................. 155

B. . Saran ............................................................................................ 156

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 157

Page 14: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur`ân adalah kitab suci terakhir yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw. sebagai khatam al anbiyâ‟ (penutup para Nabi) sehingga

tidak akan turun lagi kitab samawi selain Al-Qur`ân. Oleh karena itu sangat

logis jika prinsip-prinsip universal Al-Qur`ân akan senantiasa relevan untuk

setiap waktu dan tempat (shâlih li kulli zamân wa makân). Hal ini membawa

implikasi bahwa problem-problem sosial di era kontemporer tetap akan dapat

dijawab oleh Al-Qur`ân dengan cara melakukan kontekstualisasi penafsiran

secara terus-menerus seiring dengan semangat dan tuntutan problem

kontemporer.1 Sebab Al-Qur`ân sebagai kitab suci terakhir tidak hanya

diturunkan bagi orang-orang di zaman Nabi saja, tapi juga orang sesudahnya

(sekarang) bahkan untuk orang-orang di masa mendatang.

Dalam Al-Qur`ân dan Hadis banyak disebutkan tentang pentingnya

sikap moderat, serta posisi umat Islam sebagai umat yang moderat dan

terbaik.2 Toleransi dan moderasi adalah nilai inti dalam ajaran Islam. Sangat

penting mengembangkan nilai-nilai toleran dan moderat untuk mengatasi

persoalan umat seperti liberalisasi keagamaan, radikalisasi keagamaan,

konflik keagamaan, pengafiran pihak lain, sikap ekstrem, fanatisme

berlebihan, dan lain sebagainya.

Sikap moderat juga sangat dibutuhkan dalam merespon berbagai

persoalan kontemporer, yang mana persoalan-persoalan yang ada saat ini

berbeda dengan zaman dan kondisi pada saat Nabi masih ada bahkan masa-

masa sesudahnya. Selain itu bersikap terbuka dan toleran adalah sebuah

1Abdul Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta: LKIS Group,

2010), h.54. 2Diantara hadis yang menyebutkan tentang wasathah dalah:

Artinya: “Jâbir bin Abdillah berkata : Suatu hari kami bersama Rasulullah sallallahu 'alaihi

wasallam, di saat itu Rasûlullah menggambar di tanah satu garis lurus, dan dua garis di

sebelah kanan garis tersebut, dan dua lagi di sebelah kiri, kemudian meletakkan tangannya

pada garis yang di tengan (الخط األوسط) dan berkata: "Ini adalah jalan Allah", kemudian

membaca ayat yang artinya: "Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang

lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena

jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya." (Al-An'âm:153) (HR. IbnuMajah:

Shahih). Maktabah Syâmilah, Shâhh Ibnu Mâjah, Bab Itba‟ sunnah Rasulullah Saw., juz 1,

h.13, hadis ke 11.

Page 15: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

2

keharusan di tengah perbedaan. Gesekan adalah bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari interaksi kompleks antar umat beragama maupun seagama,

sebab Allah menciptakan mereka bersuku-suku untuk saling mengenal dan

menjalin kerjasama.3 Tujuan itulah yang kerap dilupakan oleh umat manusia

sehingga menuai konflik dengan yang lainnya. Kendatipun manusia memiliki

fisik yang sama, mereka dibedakan oleh keinginan dan naluri yang beragam.

Kondisi ini akan menjadi sumber masalah jika tidak dilengkapi sebuah

komponen penting dalam kehidupan manusia yaitu sikap moderat.

Saat ini umat Islam menghadapi tantangan internal maupun eksternal.

Secara internal, umat Islam masih berada dalam keterbelakangan pendidikan,

ekonomi, dan politik. Sementara pada saat yang sama, secara eksternal,

banyak tuduhan dialamatkan kepada Islam, mulai dari tuduhan terorisme,

anti-kemajuan, memusuhi wanita, dan sebagainya.4

Dari faktor internal, yang dihadapi umat Islam saat ini selain

keterbelakangan dalam berbagai sisi, umat Islam juga terkotak menjadi

beberapa golongan yang berbeda dalam pemahaman keagamaan; pertama,

kecenderungan sebagian kalangan umat Islam yang bersikap ekstrem dan

ketat dalam memahami agama (Islam) serta hukum-hukumnya dan mencoba

memaksakan cara tersebut di tengah masyarakat muslim, bahkan dalam

beberapa hal dengan menggunakan kekerasan; kedua, kecenderungan lain

yang juga ekstrem dengan bersikap longgar dalam beragama dan tunduk pada

perilaku serta pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban

lain.5 Hal itu disebabkan sebagian umat Islam yang keliru memahami

beberapa aspek ajaran Islam, yang akibatnya melahirkan tindakan-tindakan

bertentangan dengan Islam.

Pada sisi lain, tuduhan terhadap Islam juga disebabkan beberapa

pihak, khususnya di Barat, yang salah paham terhadap Islam, di samping

minimnya pemahaman mereka terhadap substansi ajaran Islam. Dalam

3 Al-Qur`ân surat Al-Hujûrat ayat 13

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku

supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu

disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui lagi Maha Mengenal. 4Muklis M. Hanafi, “Paper pada Seminar Peran Al-Azhar dalam Penguatan

Moderasi Islam” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Al-Azhar Internasional (IAAI) cabang

Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar Mesir di Jakarta dan Fakultas Dirasat

Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5Lihat Achmad Satori Ismail, et.al., Islam Moderat: Menebar Islam Raẖ matan lil

„Âlamîn, (Jakarta: Pustaka Ikadi, 2007), cet. ke-1, h. 13-14.

Page 16: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

3

3

konteks inilah, menurut Mukhlis Hanafi pengembangan pemahaman yang

benar, toleran, dan moderat menemukan momentumnya.6 Intelektual Mesir

yang juga alumni Al-Azhar, Dr. Mohammed Ali mengatakan tuduhan-

tuduhan miring terhadap Islam tersebut sesungguhnya sama sekali bukan dari

ajaran Islam. Islam yang benar adalah Islam yang moderat, dalam pengertian

moderat dalam pemahaman keagamaan dan keislaman.7

Sikap ekstrem dalam beragama bukanlah fenomena baru dalam

sejarah Islam. Sejak periode yang paling dini, sejumlah kelompok keagamaan

telah menunjukkan sikap ekstrem ini. Yang paling menonjol adalah

kelompok Khawarij,8 saat mereka mengafirkan sebagian umat Islam yang

bersebrangan pemahaman dengan mereka.

Di sisi lain muncul pula kelompok yang tak kalah ekstremnya dengan

kelompok Khawarij dalam memahami ajaran mereka yaitu Murji‟ah.9 Yang

kemunculannya sedikit banyak dipengaruhi oleh sikap ekstrem yang

ditunjukkan oleh kelompok Khawarij. Berbeda dengan Khawarij yang frigid

(serba tidak boleh), kelompok Murji‟ah justru cenderung permisif (serba

boleh) terhadap sejumlah ajaran Islam yang sudah jelas ketentuannya.

Hampir dalam segala hal, kelompok Murji‟ah ini menjadi semacam antithesis

dari kelompok Khawarij. Saat ini sikap seperti Khawarij ini lebih hampir

sama dengan pandangan atau sikap radikal, dan sikap seperti Murji‟ah

6Hanafi, “Paper Seminar Peran Al-Azhar dalam Penguatan Moderasi Islam” yang

diselenggarakan Ikatan Alumni Al-Azhar Internasional (IAAI) cabang Indonesia bekerja

sama dengan Kedutaan Besar Mesir di Jakarta dan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. 7Johnson, Toleransi Dan Moderasi Inti Ajaran Islam, www.tribunews.com diakses

1 April 2013 8Istilah Khawarij dipergunakan untuk menyebut semua kelompok masyarakat yang

memberontak terhadap imam yang sah dan telah disepakati oleh mayoritas umat Islam. (Abû

Al Fath Muhammad bin Abd Al-Karim Asy-Syihristani, Al-Milal wa An-Nihal, (Syiria:

Mu‟assah Al-Halabi), v. 1, h. 114. Mûhammad Khâlil Harras dalam Syarah Al-Aqidah Al-

Wasathiyyah menjelaskan sejumlah karakteristik mendasar kelompok Khawarij; 1)

Mengkafirkanumat Islam yang melakukan dosa besar, 2) Berkeyakinan bahwa iman tidak

bertambah dan tidak berkurang namun stagnan, 3) Membolehkan umat Islam untuk

memberontak kepada penguasa zalim meskipun tidak menampakkan kekufuran secara nyata

(kufr bawah), 3) Mengkafirkan setiap individu muslim yang tidak berhukum dengan hukum

Allah meskipun dalam sebuah perkara, 4) Tergesa-gesa dalam mengkafirkan setiap individu

muslim tanpa menimbang syarat-syaratnya. (lihat Muhammad Khalil Harras, Syarh Al

Aqidah Al Wasathiyyah, (Ar-Ri‟asah Al-„Ammah li Idarat Al-Buhuts Al-„Ilmiyyahwa Al-Ifta‟

wa Ad-Da‟wahwa Al-Irsyad), cet. 4, h. 267. 9Secara bahasa Murji‟ah memiliki arti mengakhirkan, takut, angan-angan, memberi

dan mengharap. Sementara itu sebagai sebuah pemahaman teologis, murjiah adalah orang-

orang yang berpandangan bahwa iman tidak akan berubah kerena kemaksiatan sebagaimana

ketaatan tidak mempengaruhi kekafiran. (Asy-Syihristani, Al-Milalwa An Nihal, vol. 1, h.

139).

Page 17: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

4

berpadaan dengan pandangan atau sikap liberal.10

Menurut Khalif Muammar,

hal-hal yang bisa membendung liberalisasi agama ini ada tiga hal, yaitu:

pertama, pengukuhan worldview Islam dan penguasaan tradisi keilmuan

Islam, kedua, menghindari pemikiran dikotomi, dan yang ketiga, adalah

pendekatan Wasathiyyah.11

Selain maraknya dua pemahaman agama yang ekstrem di atas,

belakangan ini muncul beberapa konflik bernuansa keagamaan dan

ketegangan dalam masyarakat yang dipicu oleh perbedaan pemahaman atau

pandangan keagamaan antara kelompok dalam Islam. Seperti dihancurkannya

basis Ahmadiyyah dan lain-lain. Konflik itu memang tidak berdiri di atas

perbedaan pandangan keagamaan semata, tetapi akumulasi dari beberapa

persoalan dan kepentingan; politik, ekonomi, sosial, dan lainnya.12

Namun

terlepas dari ada tidaknya faktor kepentingan, baik yang bersifat internal

maupun eksternal, perbedaan pemahaman atau pandangan keagamaan

menjadi salah satu penyebab adanya konflik antar kelompok, bisa menjadi

penyebab utama atau penyebab perantara. Sebuah perbedaan jika dapat

dikelola dengan baik, maka tidak semua akan berujung pada konflik dan

kekerasan.

Perbedaan pandangan keagamaan berawal dari kebolehan bahkan

anjuran, untuk berijtihad dalam memahami teks-teks keagamaan. Pada masa

hidup, para sahabat lebih banyak mengandalkan petunjuk wahyu yang

diturunkan kepada Nabi Saw. Tetapi sepeninggal beliau, yang berarti

terputusnya wahyu, kebutuhan untuk berijtihad semakin meningkat, apalagi

mereka banyak tersebar di wilayah-wilayah kekuasaan Islam dan menghadapi

berbagai persoalan baru yang belum pernah ada petunjuk sebelumnya. Dari

sini muncul perbedaan penafsiran atau pemahaman terhadap permasalahan

agama.13

10

Arus pemikiran ekstrem liberal ini telah melahirkan doktrin-doktrin berbahaya

yang dapat menggerus aqidah umat Islam dan keyakinan mereka yang fundamental. Di

antara doktrin tersebut adalah pluralisme dalam beragama dan segala estetikanya. MUI

(Majelis Ulama Indonesia) dalam hal ini mengartikan pluralisme agama sebagai sebuah

paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap

agama relatif. Oleh sebab itu setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya

agamanyalah yang benar sedangkan yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa

semua pemeluk agama akan masuk surga dan akan hidup berdampingan di dalam surga

kelak. (Lihat fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) dalam Musyawarah Nasional (MUNAS)

MUI VII, pada 19-22 Jumadil-Akhir 1426 H/26-29 Juli 2005 M, tentang Pluralisme,

Liberalisme dan Sekularisme Agama). 11

Khalif Muammar, Atas Nama Kebenaran, Tanggapan Kritis Terhadap Wacana

Islam Liberal, (Kuala lumpur: Akademi Kajian Ketamadunan, 2006), h. 292-300. 12

Mukhlis M. Hanafi, Moderasi Islam, (Ciputat: Ikatan Alumni Al-Azhar dan Pusat

Studi Al-Qur`ân (PSQ)), h. 151 13

Menurut Mukhlis M. Hanafi paling tidak ada dua sebab munculnya perbedaan

tersebut, yakni pertama kebanyakan teks-teks Al-Qur`ân dan Hadis mengandung berbagai

Page 18: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

5

5

Dalam perkembangan ilmu tafsir, para ulama tentu juga berbeda

dalam hasil penafsirannya,. Latar belakang pendidikan, sosial dan lingkungan

sangat berpengaruh. Namun tidak dapat dilepaskan pula dari tujuan,

kepentingan dan tendensi tertentu.14

Dalam hal ini begitu juga kaum

Khawarij maupun Syi‟ah juga memiliki penafsiran sendiri terhadap ayat-ayat

Al-Qur`ân.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua

sikap ekstrem tersebut bertentangan dengan karakteristik mendasar umat

Islam. Yaitu umat yang bersifat wasath berdasarkan ajaran Islam yang

bersifat wasathiyyah. Konsep wasathiyyah ini merujuk pada makna ummatan

wasathan dalam Al-Qur`ân.15

Kata wasath dalam ayat tersebut berarti khiyâr

(terbaik, paling sempurna) dan „âdil (adil). Dengan demikian, makna

ungkapan ummatan wasathan berarti umat terbaik dan adil.

Berkenaan dengan hal ini Yusuf Al-Qaradhawi dalam bukunya

Dirâsah fi Fiqh Maqâshid Asy-Syarî‟ah; Baina al-Maqâshid Al-Kulliyyah wa

An-Nushûh Al-Juz‟iyyah membagi sudut pandang kelompok umat Islam

dalam tiga bagian, yakni Pertama, madrasah atau kelompok yang bergantung

pada teks-teks particular, memahaminya dengan literal dan jauh dari

maksud-maksud syariat yang ada di belakangnya. Kedua, madrasah atau

kelompok yang bersebrangan dengan madarasah pertama. Madrasah ini

mengklaim bahwa mereka lebih bergantung pada maksud-maksud syariat dan

ruh agama dengan menganulir teks-teks particular di dalam Al-Qur`ân dan

As-Sunnah. Mereka memandang bahwa agama adalah substansi bukan

simbol, isi bukan bentuk. Ketiga, adalah madrasah moderat yang tidak

melupakan teks-teks particular dari Al-Qur`ân dan As-Sunnah, tetapi dalam

satu waktu juga tidak memisahkan dari maksud-maksud global. Bahkan teks-

teks particular difahami dengan bingkai maksud-maksud global.16

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, konsep wasathiyyah

disandarkan kepada terminologi “ummatan wasathan” sebagaimana

termaktub dalam Al-Qur`ân:

kemungkinan penafsiran; kedua, perbedaan tingkat pemahaman antara satu orang denngan

lainnya. Lihat Moderasi Islam, h. 155 14 Diantara perbedaan dalam penafsiran diklasifikasikan Ignaz Goldziher mejadi

lima, yakni tafsir bi al-Ma‟tsur, kedua tafsir menurut teologi rasional, tafsir dalam

persepektif tasawuf, tafsir dalam persepektif sekte agama dan tafsir era kebangkitan Islam.

Lihat Ignaz Goldziher, Mazhab Tafsir (Yogyakarta: elSAQ Press, 2006) 15

QS. Al-Baqarah 2: 143. 16

Yusul Al-Qaradhawi, Dirâsah fi Fiqh Maqâshid Asy-Syarî‟ah; Baina al-Maqâshid

Al-Kulliyyah wa An-Nushûh Al-Juz‟iyyah, (Mesir: Dar Asy-Syuruq, 2006) terj. (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2007), cet. 1

Page 19: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

6

:341 )

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat

yang wasath (adil dan pilihan) agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan)

manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)

kalian.dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang)

melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti

Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu

terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh

Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah

Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.” (QS. al-Baqarah/2:

143).

Ath-Thabari (223-310 H) menjelaskan bahwa maksud dari wasath

dalam ayat ini adalah satu posisi di antara dua posisi yang ekstrem (al-juz‟u

alladzî huwa baina ath-tharafaini). Ia menjelaskan:

“Aku berpendapat bahwasannya Allah mensifati umat ini dengan

wasath karena posisi pertengahan mereka dalam beragama, mereka

bukanlah para ekstremis, sebagaimana ekstremnya kalangan

Nashrani dalam peribadatan dan perkataan mereka tentang Isa, dan

17

Ibn Jarir ath-Thabari, Jâmi‟ al-Bayân „an Ta‟wîl Ay Al-Qur`ân, ditahqiq oleh

Mahmud Muhammad Syakir, (Kairo: Maktabah Ibn Taimiah, t.th), v. III, h. 142.

Page 20: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

7

7

mereka bukanlah para ekstremis sebagaimana ekstremnya kalangan

Yahudi yang telah merubah-ubah kitab Allah, membunuh para Nabi,

berdusta pada tuhannya, serta kufur kepada-Nya. Akan tetapi mereka

adalah orang-orang pertengahan yang dapat bersikap adil dan

proporsional dalam hal tersebut. Oleh sebab itu Allah menyifati

mereka dengannya, karena sesungguhnya setiap perkara yang paling

disukai Allah adalah perkara yang pertengahan.”

Dalam Tafsir Fî Zhilâlil Qur`ân, Sayyid Quthub (132-1386 H)

menyebutkan bahwa makna “ummatan wasathan” adalah wasath dalam

tashawwur pandangan-pandangan, pemikiran, persepsi, dan keyakinan. Umat

Islam bukanlah umat yang semata-mata bergelut dan terhanyut dengan

ruhiyyah (rohani) dan juga bukan umat yang semata-mata beraliran materi.

(matrealisme). Dengan keseimbangan ini akan meningkatkan ketinggian

mutu kehidupan yakni memelihara kehidupan serta mengembangkan dengan

sederhana, teratur dan seimbang. Sayyid Quthub juga mengungkapkan bahwa

umat pertengahan adalah dalam pemikiran dan perasaan, bukan yang beku

dan stagnan dengan apa yang diketahui, tidak tertutup terhadap

eksperimentasi ilmiah serta pengetahuan-pengetahuan lainnya. Bukan pula

umat yang hanya taklid namun umat yang berpegang pada pandangan hidup,

manhaj dan prinsip-prinsip yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. Wasath

meliputi juga dalam peraturan dan keserasian hidup, mengangkat nurani

manusia dengan aturan dari Allah Swt serta dengan suatu arahan dan

pengajaran. Menegakkan aturan dalam masyarakat dengan pengaturan yang

menyeluruh.18

Syeikh Mutawalli Sya‟rawi memaparkan dalam tafsirnya bahwa

wasath menurut bahasa ialah berada di tengah dua sisi, yaitu kiri dan kanan.

Tengah adalah bidang yang membagi dua posisi sama rata. Ummatan

Wasathan adalah umat menengah atau moderat ialah umat pertengahan

dalam segi aqidah, ibadah, dan kehidupan. Selanjutnya disebutkan juga

bahwa ummatan wasathan inilah yang akan menjadi solusi atas pertentangan

di dunia ini, seperti kapitalisme dan komunisme. Manhaj Allahlah yang benar

dan tepat serta dapat memberikan keseimbangan hidup.19

Secara implisit, Al-Qur`ân dan Al-Hadis banyak menyinggung akan

pentingnya sikap moderat, serta posisi umat Islam sebagai umat yang

moderat dan terbaik. Moderasi adalah nilai inti dalam ajaran Islam. Bahkan

karakteristik ini dapat menjadi formula untuk mengatasi beragam persoalan

umat terkhusus di era globalisasi saat ini seperti persoalan radikalisme

keagamaan, takfir, fanatisme buta (at-ta‟ashshub al-a‟mâ). Yang tentunya

18

Sayyid Quthub, Tafsir Fi Zhilâlil Qur‟an (Beirut: Darusy Syuruq, 1992), vol. 1,

terj. h. 158-159 19

M. Mutawalli Sya‟rawi, Tafsir As-Sya‟rawi (Kairo: Akhbar al-Yaum,1991), vol.1

Page 21: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

8

memerlukan sebuah sikap proporsional dan adil yang teridentifikasikan

dalam sebuah konsep, wasathiyyah.

Sebagai satu contoh, bagaimana Allah Swt mengajarkan kepada kita

sikap wasathiyyah dalam berinfak dalam firman-Nya:

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu

dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu

menjadi tercela dan menyesal.” (QS. al Isra‟ [17]: 29).

Ibn Katsîr (701-774H.) menjelaskan bahwa ayat ini berbicara tentang perintah Allah untuk bersikap moderat/wasathiyyah dalam membelanjakan

harta, dengan memberikan kecaman kepada orang-orang yang bakhil dan

larangan untuk bersikap boros.20

Kemudian Ibn Katsir mengutip hadits yang

diriwayatkan imam Ahmad dari Ibn Mas‟ud, bahwa Rasulullah bersabda,

“mâ „âla man iqtashada (Tidak akan melarat orang-orang

berhemat/moderat).”21

Kajian wasathiyah perlu juga dipandang dari beberapa tafsir yang

kontemporer sesuai dengan kondisi sosial politik dan keadaan masyarakat

saat ini. Diantara mufassir modern adalah Ahmad Musthafâ bin „Abd al-

Mun‟im al-Marâghî, seorang ulama tafsir dan fakih yang lahir pada tahun

1300 H/1883 M di Maragha, provinsi Suhaj, sebuah kota kabupaten di tepi

barat sungai Nil sekitar 70 km di sebelah kota Kairo.22

Al-Marâghî hidup di masa proses intelektual dan akademisi menuju

era kebebasan di Mesir pada abad ke-19. Fenomena ini merupakan dampak

dari modernisasi dan modifikasi sistem pendidikan pada masa itu. Era

kebebasan yang dimaksud di sini adalah era rasionalitas dalam memahami

sumber-sumber ajaran Islam, termasuk di dalamnya dalam memahami Al-

Qur`ân secara rasional.

Tafsir Al-Marâghî dianggap cukup mampu memenuhi kebutuhan

masyarakat saat ini. Kitab ini tidak terlalu bertele-tele, redaksinya juga

20

Ibn Katsîr, Tafsîr Al-Qur`ân al-„Azhîm, (t.t: Dar Thayyibah, 1420 H./1990 M), cet.

ke-2, vol. 5, h. 70. 21

Ibn Katsîr, Tafsîr Al-Qur`ân al-„Azhîm, jilid. 5, h. 71. HR. Ahmad dalam

musnadnya (jilid. 1, h. 447), Al-Haistami berkata dalam Majma‟ (jilid. 10, h. 252): pada

sanad hadis ini terdapat Ibrahim bin Muslim al-Hijri dan ia seorang rawi yang dha‟îf. 22

Adil Nuwahid, Mu‟jam al-Mufassirûn Sadr al-Islâm hatta al-Asr al Hâdir,

(Beirut: Muassasah al-Nuwaihid al-Saqâfiyah, 1409 H./1988 M), cet. 2, jilid 1.

Page 22: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

9

9

mudah difahami. Melalui argumen-argumennya yang terkadang diperkuat

dengan bukti-bukti empiris, Al-Marâghî mampu memuaskan pembaca.23

Dalam memaknai umat Islam yang bercirikan wasathiyah dalam Al-

Qur`ân, Al-Marâghî memaknai kelahiran Islam adalah berupaya memadu

antara kebutuhan rohani dan jasmani, di samping memberi hak-hak secara

manusiawi sesuai fitrahnya. Islam berpandangan bahwa manusia itutersendiri

dari ruh dan jasmani. Bahkan dapat dikatakan juga manusia itu terdiri dari

unsur “hewan” dan “malaikat”. Jadi, agar seseorang menjadi manusia dalam

pengertian yang sempurna, maka harus memenuhi dua kebutuhan tersebut

secara seimbang dan terpadu.24

Setelah era Al-Marâghî, lahir pula ulama fikih sekaligus tafsir

kontemporer yakni Prof. Dr. Wahbah bin Mushthafa az-Zuhailî Abu

`Ubadah. Ia dilahirkan di kawasan Dir `Athiyah pada tanggal 6 Maret 1932.

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhailî merupakan seorang tokoh ulama fiqh dan tafsir

abad ke-20 yang terkenal dari Syiria. Namanya sebaris dengan tokoh-tokoh

Tafsir dan Fuqaha yang telah berjasa dalam dunia keilmuan Islam abad ke-

20, seperti Thahir Ashur yang mengarang tafsir At-Tahrîr wa al-Tanwîr, Said

Hawwa dalam Asas fî at-Tafsîr, Sayyid Quthub dalam Fî Zilâl Al-Qurân.

Sementara dari segi fuqaha, namanya sebaris dengan Muhammad Abu

Zahrah, Mahmud Shaltut, Ali Muhammad al-Khafif, Abdul Ghani, Abdul

Khaliq, dan Muhammad Salam Madkur.25

Menurut Wahbah, hidayah kepada jalan yang lurus (shirâthal

mustaqîm) adalah agama Islam itu sendiri. Umat Islam adalah pilihan. Umat

yang adil serta fleksibel dalam berbagai kehidupan tidak berlebihan dalam

hal agama dan tidak pula lalai terhadap kewajiban dunianya. Umat wasath

adalah umat yang tidak berlebih-lebihan dalam hal materi seperti umat

Yahudi maupun berlebih-lebihan dalam hal ruhiyyah atau keagamaan seperti

umat Nasrani. Islam menyatukan hak keduanya yakni hak jasad dan hak ruh,

tidak meremehkan antara keduanya sehingga sesuai dengan fitrah

kemanusiaan yakni seimbang antara segi ruh dan jasadnya.26

Di wilayah Asia Tenggara, tak kalah terkenal pula seorang ahli tafsir

kenamaan, yang kepakarannya dalam studi tafsir tidak diragukan lagi;

Muhammad Quraish Shihab. Seorang ahli tafsir kelahiran Indonesia, namun

lama menimba ilmu di universitas tertua di dunia, Al-Azhar Asy-Syarif,

Mesir. Ia merupakan salah satu dari sedikit ahli tafsir Indonesia yang hingga

saat ini masih aktif secara intens berkontribusi dalam dunia tafsir Al-Qur`ân.

23

Husnul Hakim Imzi, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir Kumpulan Kitab-kitab Tafsir

dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer, (Depok: LSIQ, 2013), cet. I, h. 170 24

Al-Maraghi, Tafsir Al-Marâghî, (Beirut: Dar al Fikr, 1365/1946), h.3.

jilid 2, h. 5. 25

Mustaqim, Epistemologi Tafsir Kontemporer 26

Az-Zuhailî, Tafsir Al-Munîr, jilid 2, h. 368

Page 23: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

10

Karya-karya monumentalnya khusus bagi masyarakat muslim Indonesia

terkhusus lagi bagi peminat karya tafsir Al-Qur`ân menempati posisi

tersendiri di hati mereka, yaitu Tafsir Al-Mishbâh.

Tafsir Al-Mishbâh adalah salah satu dari sekian banyak karya Quraish Shihab yang terkait dengan tafsir Al-Qur`ân. Sang penulis, M. Quraish

Shihab yang saat ini masih hidup dan aktif menulis karya-karya tafsir dikenal

konsen dalam penulisan karya tafsir serta sikapnya yang moderat dalam

menyikapi perbedaan yang terjadi ditengah-tengah umat Islam dalam karya-

karyanya. Selain tafsirnya yang menggambarkan sikapnya tersebut, dalam

tataran kongkrit beliaupun aktif menyebarkan pemahaman moderat melalui

lembaga studi yang ia dirikan bersama para koleganya dari para akademisi

studi tafsir, PSQ (Pusat Studi Al Qur`ân).

Dalam Tafsir Al-Mishbâh, Quraish Shihab ketika menafsirkan Surah Al-Baqarah ayat 143 menyebutkan bahwa umat Islam dijadikan ummat

pertengahan moderat dan teladan, sehingga dengan demikian keberadaan

umat Islam adalah dalam posisi pertengahan. Posisi pertengahan menjadikan

manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan dan dapat dilihat oleh siapapun

dalam penjuru yang berbeda, hal ini mengantarkan manusia berlaku adil dan

dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Selanjutnya disebutkan bahwa umat

Islam akan menjadi saksi atas perbuatan manusia dimana ungkapan

“litakûnu” menggunakan fi‟il mudhâri‟ (kata kerja masa datang), hal tersebut

mengisyratkan akan adanya pergulatan pandangan dan pertarungan aneka

“isme” namun pada akhirnya ummatan wasathan inilah yang akan dijadikan

rujukan dan saksi tentang kebenaran dan kekeliruan pandangan dan isme-

isme itu.27

Dari pejelasan diatas setidaknya terdapat beberapa alasan signifikan

menjadikan Tafsir Al-Marâghî, Tafsir Al-Munîr dan salah satu buah karya M.

Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbâh, sebagai inthilaq atau batu loncatan untuk

memahami konsep wasathiyyah yang dirasa perlu dikaji untuk dapat menjadi

formula dalam mengentaskan beragam problematika kekinian umat Islam

yang bermuara dari sikap ekstrem atau ghuluw dalam memahami agama.

Sebagaimana yang telah di tegaskan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah beberapa

abad yang lalu,28

ia berkata:

27

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbâh, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), cet. I ,vol. I,

h. 325 28

Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub bin Sa‟ad az-

Zur‟i ad-Dimasyqi. Salah seorang murid Syaik al Islam IbnTaimiyah. Di antara karyanya;

I‟lâm al Muwaqqi‟în, ath Thuruq al-Hukmiyyah fî as-Siyâsah asy-Syar‟iyyah, Syifâ‟ al-„Alîl

fî Masâ‟il al-Qadhâ‟ wa al-Qadrwa al-Hikmah wa at-Ta‟lil, Kasyf al-Ghithâ‟ „an-Hukm

Samâ‟ al-Ghinâ‟, Ahkâm Ahl adz-Dzimmah, Syarhasy-Syurûth al-„Umriyyah, Tuhfah al-

Maudûd bi Ahkâm al-Maulûd, Miftâh Dâr as-Sa‟âdah, Zâd al-Ma‟âd, dll. (Khairuddinaz

Zarakli, al-A‟lâm, jilid. VI, h. 56).

Page 24: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

11

11

“Allah tidak memerintahkan sesuatu melainkan syetan mempunyai

dua bisikan, entah kepada keteledoran dan pengabaian atau entah

kepada berlebih-lebihan dan ghuluw. Agama Allah ada di antara

keduanya, antara yang teledor dan yang ghuluw.”

Dengan mengkaji konsep wasathiyyah melalui perspektif tiga ulama

kontemporer dengan pertimbangan-pertimbangan adanya korelasi di atas, hal

inilah yang menarik penulis untuk mengkaji lebih jauh lagi, bagaimanakah

wasathiyyah menurut perspektif Syaikh Al-Marâghî, Syeikh Wahbah az-

Zuhailî dan M. Quraish Shihab dalam karya tafsirnya.

Hadirnya tesis Al-Wasathiyyah Dalam Al-Qur`ân (Studi Tafsir Al-

Marâghî, Al-Munîr, dan Al-Mishbâẖ) semoga dapat menjawab pertanyaan

di atas, dengan harapan dapat memberikan secercah solusi atas polemik yang

ada berkaitan dengan fenomena tindakan-tindakan ekstrem/ ghuluw di

tengah-tengah masyarakat Islam yang tidak berkesesuain dengan tujuan

diutusnya Nabi Muhammad Saw sebagai rahmat bagi semesta alam.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang di atas dapat diambil sebuah

identifikasi masalah yang amat penting peranannya dalam penulisan tesis ini.

Identifikasi Masalah mengarahkan pembahasan menjadi lebih fokus pada hal-

hal yang pokok atau penting saja. Adapun Identifikasi Masalah pada

penelitian ini antara lain:

Pertama: Adanya kesenjangan antara konsep wasathan yang

diidentikkan dengan umat Islam dengan realita kondisi umat Islam, baik di

masa setelah Rasulullah wafat hingga saat ini. Hal ini membuat Islam dan

umat Islam sendiri terkadang dianggap tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Padalah Islam sangat toleran dan solih likulli zaman wa makan. Kedua: Gerakan atau pemahaman tentang Islam yang dianut oleh

sebagian umat yaitu adalah bersifat ekstrem, ketat maupun longgar dalam

memahami agama serta hukum-hukumnya dan mencoba memaksakan cara

tersebut di tengah masyarakat muslim. Secara teologis, kelompok ini

berpandangan literal dan beranggapan hanya tafsiran ajaran agama versi

29

Ibn Qayyim al-Jauziyah, Madârij as-Sâlikîn baina Manâzil Iyyâka Na‟budu wa

Iyyâka Nasta‟în, ditahqiq oleh Muhammad Abdar Rahman al-Mura‟syali (Beirut: Dar Ihya‟

at-Turats al-„Arabi, 1419/1999), cet. ke-1, h. 371.

Page 25: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

12

mereka saja yang benar. Hal ini bertentangan dengan ajaran Islam yang

wasathiyyah.

Ketiga: Adanya pemahaman tentang Islam yang bersifat liberal yakni

memahami Islam lebih cenderung permisif. Berbagai ajaran, pandangan dan

tafsiran kelompok ini terkait Islam sering mengundang kontroversial.

Sehingga banyak menuai kritik dari berbagai pihak.

Keempat, Kondisi umat yang dinamis, dari zaman Rasul, sahabat,

tabi‟in serta tabi‟tabi‟in hingga saat membuat penafsiran berkembang.

Sehingga penafsiran yang sesuai dengan kondisi umat saat ini sangat

diperlukan dengan tidak melupakan penafsiran ulama terdahulu

2. Pembatasan Masalah Dalam penelitian tesis ini, penulis memfokuskan diri pada konsepsi

pemikiran tiga ulama tafsir yakni Al-Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan M.

Quraish Shihab tentang wasathiyyah. Konsepsi pemikiran-pemikiran

mufassir tersebut tentang wasathiyyah ini akan dianalisa melalui karya

monumentalnya, yaitu Tafsir Al-Marâghî, Tafsir Al- Munîr, dan Tafsir Al-

Mishbâẖ. Oleh sebab itu, yang akan menjadi obyek penelitian di dalam tafsir

ini adalah ayat Al-Qur`ân yang terkait dengan wasathiyyah serta penafsiran

Al-Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan M. Quraish Shihab terhadap ayat

tersebut.

Al-Marâghî adalah ulama yang hidup di awal abad 20 yakni awal

reformasi Islam. Salah satu upaya memahami Al-Qur`ân pada masa ini

adalah dengan cara melepas diri dari berbagai doktrin keagamaan yang

merupakan hasil ijtihad dari generasi sebelumnya. Semangat yang dibangun

dalam era ini adalah mengadakan ijtihad dan melepaskan diri dari belenggu

taklid yang telah mengakibatkan pintu ijtihad tertutup. Maka penulis tertarik

untuk mengupas pemikiran beliau tentang wasathiyyah. Selain Al-Marâghî,

ulama kontemporer berbangsa Arab di akhir abad ke 20 adalah Wahbah az

Zuhailî. Beliau adalah ahli fiqih dan tafsir yang hasil karyanya banyak

dijadikan rujukan umat Islam saat ini serta diterjemahkan ke dalam berbagai

bahasa dunia. Mufassir Indonesia yang saat ini juga banyak digunakan

sebagai rujukan adalah M. Quraish Shihab. Sehingga penulis mengharapkan

dari kajian ini aka ada pemahaman kontemporer tentang wasathiyyah

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Perumusan Masalah

Dengan mencermati dan memperhatikan pembahasan masalah di atas,

maka yang menjadi fokus permasalahan penelitian ini adalah Bagaimana

konsep washatiyyah menurut Al-Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan M.

Quraish Shihab dalam Tafsirnya?

Page 26: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

13

13

C. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan ditulisnya penelitian tesis ini diharapkan akan terwujud tujuan-

tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian sebagaimana bisa

ditarik dari perumuan masalah diatas adalah sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui konsep wasathiyyah dalam Al-Qur`ân.

b) Untuk mengetahui konsep wasathiyyah menurut perspektif ulama

Kontemporer yakni Al-Marâghî, Wahbah az Zuhailî, M. Quraish

Shihab dalam Tafsir Al-Marâghî, Tafsir Al-Munîr, dan Tafsir Al-

Mishbâẖ.

2. Signifikansi Penelitian

Realisasi penelitian ini akan bermanfaat dan signifikan paling tidak:

Pertama, memperluas kajian penafsiran Al-Qur`ân tentang prinsip

wasathiyyah secara konseptual. Kedua, dengan adanya kajian ini, dapat

menjadi kontribusi ilmiah dalam disiplin ilmu-ilmu Al-Qur`ân. Karena ilmu

Al-Qur`ân bukanlah disiplin ilmu yang stagnan dan terbatas untuk jangkauan

masa lampau semata, akan tetapi juga mengakomodir perkembangan baru

sesuai pemahaman manusia di setiap zamannya. Ketiga, memberikan

sumbangan kajian atas pemikiran Al-Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan M.

Quraish Shihab tentang gagasan-gagasanya berkaitan dengan wasathiyyah

kepada para pembaca. Keempat, kajian ini dapat dijadikan pegangan bagi

para dai sehingga dapat menyebarkan konsep wasathiyyah kepada umat

Islam secara umum. Kelima, pemaparan penelitian ini juga menjadi

sumbangsih bagi pengambil kebijakan dalam mengatasi persoalan umat saat

ini. Dan terakhir keenam, kajian ini diharapkan dapat memberikan arah bagi

penelitian-penelitian serupa yang lebih intensif di belakang dan di kemudian

hari. Sebab kesinambungan antara satu penelitian dengan penelitian yang

lain, selain dapat mengurangi tumpang tindihnya (overlapping) informasi, ia

juga bisa menjadi koreksi bagi penelitian terdahulu yang menawarkan

pandangan baru sebagai antisipasi serta solusi atas persoalan-persoalan yang

dihadapi zamannya.

D. Telaah Kepustakaan

Menurut pengamatan penulis karya-karya tulis tentang konsep

wasathiyyah, apakah karya tulis tersebut menjadikan tema wasathiyyahnya

sebagai tema sentral maupun hanya sebagai sub tema yang lebih luas, sudah

cukup banyak dihasilkan. Demikian juga, penelitian tentang pemikiran Al-

Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan M. Quraish Shihab, sudah banyak

dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Namun penelitian khusus tentang

Al-Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan M. Quraish Shihab yang berkaitan

Page 27: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

14

dengan tema wasathiyyah dalam tafsir mereka, setahu penulis, masih belum

ada.

Adapun penelitian yang menjadikan tema sentral maupun sub temanya

wasathiyyah, di antaranya adalah:

1. Fiqhu al-Wasathiyyah Islamiyyah wa at-Tajdîd; Ma‟âlim wa

Manarât. Buku ini terbilang komprehensif dan lengkap dengan

jabaran yang cukup panjang. Buku ini terdiri dari delapan bab yang

berisi uraian mengenai wasathiyyah. Bab pertama diawali dengan

menjelaskan definisi dan pengertian. Bagaimana wasathiyyah itu

berarti adil dan istiqomah. Penulis juga memaparkan kedudukan

Moderasi dalam Islam, pandangan yang keliru tentang moderasi,

cara dan kebutuhan umat terhadapnya.

2. Islam Moderat: Menebar Islam Rahmatan lil „Âlamin, karya Prof.

Dr. Achmad Satori Ismail dkk. Dalam buku ini Dr. Achmad Satori

dkk. yang terhimpun dalam lembaga Ikatan Dai Indonesia (IKADI)

berusaha memaparkan wajah Islam yang moderat dan sejuk melalui

pendekatan-pendekatan tematik yang merupakan bagian dari

cabang-cabang keilmuan Islam yang luas (tafsir, hadis, fiqih,

ekonomi, hingga dunia seni dan peradaban) Hanya saja buku ini

tidak terlalu fokus dan mendalam mengupas tema moderat

perspektif Al-Qur`ân.

3. Fikih Jalan Tengah: Dialektika Hukum Islam dan Masalah-masalah

Masyarakat Modern, karya Pradana Boy ZTF. Buku ini lebih

menekankan dan menitikberatkan kajiannya terhadap prinsip-prinsip

moderasi Islam dalam dialektika hukum Islam (fikih) kontemporer,

di antaranya permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan

Hak Asasi Manusia (HAM), demokrasi dan hubungan antara muslim

dan non muslim.

4. Al-Wasathiyyah fî Al-Qur`ân al-Karîm, karya Dr. Ali Muhammad

Muhammad ash Shalabi. Buku ini merupakan karya tesis penulis di

Universitas Islam Ummu Durman, Sudan. Studi tesis yang diangkat

penulis terkait dengan tema wasathiyyah sebagai sebuah studi tafsir

Al-Qur`ân bercorak maudhu‟i (tematik). Di dalamnya, penulis

menganalisa secara mendalam term-term yang teridentifikasi

mengintepretasikan secara eskplisit maupun implisit tentang konsep

wasathiyyah lalu menyimpulkan sejumlah prinsip mendasar dari

konsep ini. Hal yang menarik dari disertasi ini adalah bagaimana

sang penulis dengan mendetail memaparkan berbagai wajah

wasathiyyah Islam yang aplikatif dari berbagai aspeknya; akidah,

ibadah, akhlak, dan hukum.

5. Wasathiyyah Ahl as-Sunnah bayna al-Firaq, karya Dr. Muhammad

Bakarim Muhammad Ba‟abdulllah. Buku ini lebih menekankan dan

Page 28: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

15

15

menitikberatkan kajiannya terhadap karakter wasathiyyah yang

menjadi sifat yang orisinil dari perspektif pemikiran ahlus sunnah

wa al-jama‟ah. Lebih khusus terkait karakteristik pertengahan

konsep-konsep akidah ahlus sunnah wa al-jama‟ah. Lebih khusus

terkait karakteristik pertengahan konsep-konsep akidah ahlus

sunnah wa al-jama‟ah antara berbagai konsep akidah menyeleweng

dan ekstrem seperti antara qadariyyah dan jabariyyah dalam aspek

takdir, antara murjiah dan khawarij dalam aspek pelaku dosa besar,

dan lainnya.

6. Konsep Al-Wasathiyyah dalam pemikiran Politik Yusul Al-

Qaradhawi, Disertasi Bashori Ahmad Dimyati mahasiswa Pasca

Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7. Moderasi Menurut Al-Qur`ân: Studi Kritis Gerakan Salafi Wahabi

dan Islam Liberal, Tesis Owen Putra, Pasca Sarjana Institut Ilmu Al-

Qur`ân Tahun 2013. Tesis ini menfokuskan kajian seputar moderasi

menurut Al-Qur`ân dengan mengkritisi dua kelompok yakni

kelompok Salafi Wahabi dan Islam Liberal serta menyuguhkan

solusinya pada isu-isu tertentu, seperti tren Tafkir dan pluralisme

agama.

Dari buku-buku di atas, penulis belum menemukan uraian komphrensif

mengenai wasathiyyah menurut Al-Marâghî, Az Zuhailî, dan M. Quraish

Shihab dalam tafsir mereka, sehingga hasil-hasil kajian di atas penulis

anggap sangat berguna bagi penulis, sebagai langkah awal untuk memasuki

pintu penelitian yang akan penulis lakukan di samping sebagian dari sumber-

sumber rujukan dalam penelitian ini.

E. Metodologi Penelitian Dalam penelitian tesis ini, penulis menggunakan dua macam metode,

yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data.

1. Metode Pengumpulan Data Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penulisan

tesis ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research). Dengan

cara menuliskan, mengedit, mengklarifikasikan, mereduksi, dan menyajikan

data yang diperoleh dari berbagai sumber yang tertulis.30

Untuk mendapatkan data-data tersebut ada beberapa sumber yang akan

dipergunakan, yaitu :

30

Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih,

1996), h. 30.

Page 29: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

16

a) Sumber Data Primer

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sumber informasi yang mempunyai wewenang dan bertanggung jawab

terhadap pengumpulan data atau penyimpanan data.31

Sumber primer

yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah kitab Tafsir Al-

Marâghî karya Syeikh Al-Marâghî, Tafsir Al-Munîr karya Syeikh

Wahbah az-Zuhailî, dan Tafsir Al-Mishbâẖ karya M. Quraish Shihab

khususnya surah Al-Baqara.

b) Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu informasi yang tidak secara langsung

mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap informasi yang

ada padanya.32

Sumber ini diperoleh dari berbagai data, buku-buku

yang secara tidak langsung berkait erat dengan pokok permasalahan.

2. Metode Analisis Data

Metode Pembahasan yang akan digunakan terhadap penelitian ini

dengan menggunakan metode deskriptif analistis (penelitian deskriptif)

dengan pendekatan komparatif dan teknik content analysis (analisis isi).

Karena kajian penulis berkaitan dengan tafsir Al-Qur`ân, maka penelitian ini

juga menggunakan metode penafsiran maudhu‟i.

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan

tujuan utama untuk memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu

keadaan secara objektif. Menurut Sukmadinata, N. S, (2011), penelitian

deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah atau rekayasa

manusia. 33

Komparatif atau Muqarran merupakan penelitian pada sekelompok

ayat Al-Qur`ân atau suatu surah tertentu dengan cara membandingkan antara

ayat dengan ayat, antara ayat dengan hadis Nabi Saw., dan antara pendapat

ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari objek

yang dibandingkan.34

Content analysis adalah sebuah teknik yang digunakan untuk

menganalisis dan memahami teks guna mengambil kesimpulan dengan

mengidentifikasi berbagai karakteristik khusus suatu pesan secara objektif,

31

Moh. Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa,

1987), h. 42. 32

Ali, Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, h. 42. 33

Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, 1996), h.29 34

Abu al-Hayy al-Farmawi, Al-Bidâyah fi al-Tafsîr al-Maudhû‟i (Mesir: Maktabah

al-Jumhuriyyah, 1977), h. 45.

Page 30: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

17

17

sistematis dan generalis.35

Dengan tahapan sebagi berikut: Pertama,

Pertanyaan Penelitian atau Perumusan Masalah. Pertanyaan penelitian dapat

disebut sebagai kunci pembuka penelitian sehingga memungkinkan penulis

secara leluasa melihat permasalahan yang terjadi. Setidaknya ada 3 (tiga)

komponen yang perlu ditampakkan yaitu (1) sesuatu hal yang dikaji dan

terdokumentasi, (2) pada media atau sumber data tertentu, dan (3) berada

pada periode tertentu. Kedua, Sumber Data, yakni menentukan sumber data

yang relevan dengan masalah penelitian. Ketiga, Definisi Operasional yakni

berkaitan dengan unit analisis. Penentuan unit analisis dilakukan berdasarkan

topik atau masalah riset yang telah ditentukan sebelumnya. Keempat,

penyusunan Kode dan Mengecek Reliabilitas. Kode dilakukan untuk

mengenali ciri-ciri utama kategori. Idealnya, dua atau lebih coder sebaiknya

meneliti secara terpisah dan reliabilitasnya dicek dengan cara

membandingkan satu demi satu kategori. Kelima, Analisis Data dan

Penyusunan Laporan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disusun

laporan penelitian dengan menggunakan format sesuai kaidah akademis.

Adapun langkah-langkah dalam penafsiran dengan metode maudhu‟i

adalah; Pertama, menetapkan masalah-masalah yang dibahas. Kedua,

menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah. Ketiga, menyusun

runtutan ayat sesuai dengan masa turunnya, disertai pengetahuan tentang

asbab an-nuzulnya. Keempat, memahami korelasi ayat-ayat tersebut dalam

suratnya masing-masing. Kelima, menyusun pembahasan dalam kerangka

yang sempurna. Keenam, melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang

relevan dengan pokok bahasan. Ketujuh, mempelajari ayat-ayat tersebut

secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayatnya yang mempunyai

pengertian yang sama, atau mengompromikan antara yang umum dan yang

khusus, atau yang pada lahirnya bertentangan, sehingga semuanya bertemu

dalam satu muara, tanpa perbedaan atau pemaksaan.36

F. Teknik dan Sistematika Penulisan

Untuk teknik penulisan, tesis ini berpijak pada pedoman penulisan

karya ilmiah, skripsi/tesis, Institut Ilmu Al-Qur`ân Jakarta, yang diterbitkan

oleh IIQ Jakarta.

Adapun sistematika penulisan tesis ini, penulis menggunakan

sistematika penulisan yang diuraikan dalam tiga bagian yaitu bagian awal,

bagian utama, dan bagian akhir.

1. Bagian awal (prelemanasies) mencakup: halaman judul, surat

pernyataan keaslian tesis, surat persetujuan tesis, surat pengesahan

35

Cokroaminoto, http://analisis-isi-content-analysis-dalam. html diposkan pada

tanggal 04 Januari 2011, diakses 21 April 2014 36

Al-Farmawi, Al-Bidâyah fi At-Tafsîr Al-Maudhû‟i Dirasah Manhajiyyah

Maudhû‟iyyah, terj. Rosihan Anwar, h. 51

Page 31: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

18

tesis, halaman persembahan, kata pengantar, pedoman transliterasi

Arab-Latin, dan halaman daftar isi.

2. Bagian utama merupakan isi pokok dari tesis ini yang mencakup :

Bab I, Pendahuluan. Bab ini meliputi: Latar belakang masalah,

permasalahan, yang mencakup: Identifikasi masalah, pembatasan masalah,

dan perumusan masalah. Telaah kepustakaan, tujuan, dan signifikansi

penelitian, metode penelitian, yang mencakup: metode pengumpulan data

dan metode analisis data. Serta teknik dan sistematika penulisan.

Bab II, menjelaskan wacana Al-Wasathiyyah dalam Al-Qur`ân.

Bab ini meliputi: Pengertian Wasathiyyah secara Etimologis dan

Terminologis dan wacana wasathiyyah dalam Al-Qur`ân dan Hadis yang

ditunjukkan dengan term Ummatan Wasathan, al-„adl, al-muqtashid, al-

wazn, al-qisth, ash-shirâth al-mustaqîm, al-ghuluw, al-ifrâth, al-isrâf, dan

at-tatharruf, at-tanathu‟ dan at-tasyaddud.

Bab III, menjelaskan tentang Tafsir: Tafsir Al-Marâghî, Tafsir Al-

Munîr, dan Tafsir Al-Mishbâẖ. Bab ini meliputi: Pembahasan terkait

beberapa tafsir yaitu: Tafsîr Al-Marâghî, Tafsir Al-Munîr, dan Tafsir Al-

Mishbâẖ. Yang mencakup profil pengarang Tafsir Al Marâghi, Musthafa

Al Marâghi, Tafsir Al-Munîr, Wahbah Az Zuhailî, dan Tafsir Al Mishbâẖ, M. Quraish Shihab. Serta pembahasan tentang latar belakang penulisan

ketiga kitab tafsir, sumber, corak, metode, dan sistematika penulisan tafsir,

serta pandangan tokoh terhadap ketiga kitab tafsir tersebut.

Bab IV, memaparkan analisis terhadap konsep Al-Wasathiyyah

dalam Tafsir Al-Marâghî, Tafsir Al-Munîr, dan Tafsir Al-Mishbâẖ. Bab

ini meliputi: Analisis terhadap al-wasathiyah dalam tafsir kontemporer

yang mencakup: penafsiran Al-Marâghî tentang ayat wasathiyyah dalam

Tafsir Al-Marâghî, penafsiran Wahbah az-Zuhailî, dan Quraish Shihab

tentang ayat wasathiyyah (Al-Baqarah [02]: 142-143) dan analisa

komparatif yang penulis ajukan tentang tentang tafsir ayat wasathiyyah

(Al-Baqarah[02]: 142-143) dalam ketiga tafsir tersebut. Serta prinsip-

prinsip dan karakteristik wasathiyyah yang dapat digali dari penafsiran

mereka.

Bab V adalah Penutup, yang meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Kemudian pada bagian akhir, penulis mencantumkan refesensi atau daftar

pustaka

Page 32: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

155

BAB V

PENUTUP

Pada bagian akhir tesis ini penulis memberikan kesimpulan dan

saran-saran dari pembahasan-pembahasan yang ada dalam bab sebelumya

sebagaimana berikut :

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian yang telah dibahas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa Al-Marâghî, Wahbah az-Zuhailî, dan Quraish Shihab

mendeskripsikan konsep wasathiyyah dalam tafsirnya berbeda namun

secara substansial tetaplah sama.

Al-Marâghî menekankan bahwa umat yang berpredikat wasathiyyah

sebagai umat pilihan dan yang adil. Wahbah az-Zuhailî menitikberatkan

bahwa “Ummatan Wasathan” sebagai umat pilihan yang berkarakter

wasathiyyah yaitu umat terbaik yang memiliki karakter wasathiyyah di

setiap kondisi. Sedangkan Quraish Shihab lebih rinci menjelaskan

wasathiyyah, yakni dalam memandang Tuhan (beragama), adil dalam

kehidupan dan menjadi teladan bagi seluruh umat.

Perbedaan ketiganya terlihat bahwa Al-Marâghî dan Wahbah az-

Zuhailî dalam penafsirannya langsung pada makna hakiki sedangkan

Quraish Shihab melalui bahasa dan secara majazi.

Persamaan ketiganya adalah pada karakter wasathiyyah yang

melekat yakni sifat moderat yang dimiliki oleh umat Islam, yakni tidak

condong ke arah berlebih-lebihan (ifrath) ataupun meremehkan (tafrith)

dalam berbagai permasalahan yang terkait dengan agama atau dunia.

Bukan termasuk kelompok mereka yang ekstrem dalam beragama (arbab

al ghuluw fi ad din al mufrithin), dan bukan pula termasuk yang

menganulir ketentuan-ketentuan agama (arbab at ta’thil al mufarrithin).

Bukan pula orang-orang materialis seperti Yahudi dan Musyrikin bukan

pula orang-orang rohaniawan seperti Nashara. Namun mereka

menggabungkan dua hak: hak jasad dan hak roh, serta tidak melalaikan

salah satu sisi atas yang lainnya, hal ini selaras dengan fitrah manusia

yang terdiri dari jasad dan roh. Begitu juga dalam memandang sesuatu

mereka berfikir secara objektif, komphrehensif dan konsisten.

Di sisi lain kedudukan Nabi Muhammad Saw. Yang dijadikan saksi

dan teladan bagi umat Islam menjadikan umat Islam harus meneladani

Nabi Muhammad Saw dalam nilai-nilai yang beliau ajarkan/terapkan

Page 33: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

156

Ketiga mufassir sepakat bahwa karakteristik ini secara implisit juga

telah diisyaratkan oleh posisi Ka’bah sebagai kiblat kaum muslimin yang

berada di pertengahan bumi (poros bumi), berdasarkan konteks ayat.

Selain itu atas dasar wasathiyyah ini, kelak umat Islam akan menjadi

saksi atas umat-umat lainnya dengan melakukan koreksi serta meluruskan

berbagai kekeliruan yang mereka lakukan. Karakteristik ini juga akan

senantiasa melekat kepada umat Islam selama mereka konsisten dalam

mengimplementasikan ajaran Islam secara benar berdasarkan ilmu yang

diakui sepanjang masa serta dengan niatan tulus dengan meneladi sifat dan

sikap Nabi Muhammad Saw.

Dari penafsiran ketiga mufassir tersebut dapat digali beberapa

prinsip dan karakteristik dalam washathiyyah yakni, prinsip; pertama

adalah keadilan, kedua keseimbangan dan ketiga toleransi (tasamuh).

Sedangkan karakteristiknya adalah; pertama, memahami realitas, kedua,

memahami fiqih prioritas, ketiga, mengedepankan prinsip kemudahan,

Keempat, selalu condong pada kebaikan, kelima, menyeru pada

kedamaian, keenam, keterbukaan dalam menyikapi perbedaan, dan

ketujuh, istiqomah

B. Saran-saran

Sebagaimana penelitian pada umunya, sudah tentu apa yang telah

dihasilkan oleh penulis melalui tesis ini tidaklah terlepas dari kekurangan

yang ada. Kajian tentang al-Wasathiyyah menjadi perhatian khusus karena

saat ini aliran maupun golongan yang berpaham ekstrem banyak

bermunculan dan untuk kembali meneguhkan karakteristik ajaran Islam

sesuai dengan petujuk Al-Qur`ân dan Hadis Nabi. Sebagai penutup dari

penelitian ini, maka penulis menyampaikan beberapa saran berikut :

1. Perlunya melakukan penelitian yang komprehensif, luas, dalam

dan spesifik mengenai wasathiyyah agar dapat diaplikasikan

langsung dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada para tokoh dan Dai seyogyanya mensosialisasikan ajaran-

ajaran wasathiyyah ini secara intens kepada masyarakat dengan

bijaksana, sehingga terbentuklah masyarakat yang bermartabat.

3. Bagi para penegak hukum, pelaksana tugas kenegaraan maupun

para pengambil kebijakan hendaknya ajaran-ajaran wasathiyyah

ini disebarkan luaskan dan menjadi landasan dalam

penyelenggaraan negara sehingga membawa pada kemaslahatan

bagi seluruh bangsa dan negara.

Page 34: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

157

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurahman M., (Baadiyow), The Islah Movement: Islamic

Moderation in War-torn Somalia, Mogadishu: t.pn, 2008;

Abi Syaibah, Abu Bakr Abdullah bin Ibn, Mushannaf Ibn Abî Syaibah, t.t:

Dar al Qiblah dan Dar as Salafiah al Hindiah al Qadimah, t.th, jilid.

XIII;

Abu Bakar, Bahrun dan Drs. Hery Noer Aly, terj.Tafsir Al-Marâghî jilid 4,.

Semarang: PT. Karya Toha Putra cet.2, 1993

Abu Zakaria, Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Minhaj Syarh Shahih

Muslim bin al-Hajjaj, Beirut: Dar Ihya‟ at Turats al „Arabi, 1392 H,

cet. 2, vol. 16;

Ahmad bin Ali, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-

Bukhari, Beirut: Dar al-Ma‟rifah, 1379 H, vol. 1

Ahmad bin Hambal, Abu Abdullah, Musnad al-Imâm Aẖmad bin Hambal,

Beirut: Mu`assasah ar-Risalah, 200), juz 2

Al-„Azhimabadi, Muhammad Asyraf bin Amir (w. 1329 H), „Aun al

Ma‟bud Syarh Sunan Abi Daud, Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyyah,

1415 H, cet. 2, vol. 12

Al-Andalusi, Abu al Hayyan, Tafsîr al Bahr al Muhîth, Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiah, 1422/2001, cet. ke- 1, jilid. 5;

Al-Asfahani, Raghib, Mufradât Alfâzh Al-Qur`ân, Damaskus: Dar al-

Qalam, t.th, jilid. II

________________, Al-Mufradât fî Gharîb Al-Qur`ân, ditahqiq Markaz ad

Dirasat wa al Buhuts, t.t: Maktabah Nazzar Musthafa al Baz, t.th

Al-Baidhawi, Abu Said Abdullah bin „Amr, Tafsîr Al-Baidhâwî, (Anwâr at

Tanzîl wa Asrâr at Ta‟wîl), ditahqiq oleh Mahmud Abd al Qadir al

Arna‟uth, Beirut: Dar Shadir, 2001, cet. ke-1;

Al-Bukhari, Muhammad Ibn Isma‟il Abu Abdullah, Shahîh Al-Bukhâri, juz

4 hadis ke 3339, tt: Dâr Thuruq An-Najâh, 1422, cet. I;

Al-Farmawi, Abdul Hayy. al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu‟i. (Kairo: Dar

ath-thaba‟ah wa an-Nasyr al-Islami, 2005)

____________________, Al Bidayah fi At Tafsir Al Maudhu‟i; Dirasah

Manhajiyyah Maudhu‟iyyah, terj. Rosihan Anwar, Bandung:

Pustaka Setia, 2002;

____________________, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudhu‟I, Mesir:

Maktabah al-Jumhuriyyah, 1977;

Ali, Moh., Penelitian Kependidikan: Prosedur dan Strategi, Bandung:

Angkasa, 1987;

Ali, Yusuf, The Holy Al-Qur`ân: Text, Translation and Commentary

Bairut: Dar Al Fikr, 1938, cet. 3

Page 35: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

158

Al-Imadi, Abu as Su‟ud Muhammad bin Muhammad, Irsyâd al „Aql as

Salîm ilâ Mazâyâ al-Qur‟ân al Karîm, (Beirut: Dar Ihya‟ at Turats,

t.th), jilid. 5;

Al-Jauziyah, Ibn Qayyim, Madârij as Sâlikîn baina Manâzil Iyyâka

Na‟budu wa Iyyâka Nasta‟în, ditahqiq oleh Muhammad Abdar

Rahman al Mura‟syali, Beirut: Dar Ihya‟ at Turats al „Arabi,

1419/1999, cet. ke-1;

Al-Jurjani, Ali bin Muhammad, At-Ta‟rîfât, Beirut: Dar al Kitab al Arabi,

1405, jilid. I;

Al-Lahham, Badi as Sayyid, Wahbah az-Zuẖailî: al-„Alim al-Faqih al-

Mufassir, Damaskus: Dar al-Qalam, 2001, cet. 1

_______________, Syeikh Prof. Dr.Wahbah az-Zuhaily: Ulama

Karismatik Kontemporer – Sebuah Biografi, terj. Dr. Ardiansyah,

MA., Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010;

Al-Luwaihiq, Abdurrahman, Al-Ghuluw fi ad-Din;

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa, Tafsir Al-Maragahi, Kairo: Maktabah al-

Baba al-Jabliwa Auladuh, 1946, jilid 1, cet.1;

Al-Mawardi, Abu al Hasan Ali, An Nukat wa al „Uyûn, Beirut: Dar al

Kutub al Ilmiah, t.th, jilid. I;

Al-Munawi, Zainuddin Abd ar Ra‟uf, at Taisir bi Syarh al Jami‟ ash

Shaghir, Riyadh: Maktabah al Imam asy Syafi‟i, 1408/1988, cet. 2,

vol. 2;

Al-Muraini, Al Jilali, al Qawâ‟id al Ushûliyyah „inda al Imâm al Syâtibî,

Kairo: Dar Ibn Affan, 2002;

Al-Qardhawi, Yusuf, Al-Khasha‟is al-Islamiyyah baina al-Jumud wa at-

Tatharruf, Kairo: Dar Asy Syuruq, 2001, cet. 1

_________________, ash-Shahwah al-Islâmiyyah baina al-Jumûd wa ath-

Tatharruf, al Fiqh al-Islâmî baina al-Ashâlah wa at-Tajdîd, Kairo:

Maktabah Wahbah, 1419/1999, cet. ke-2;

_________________, Al-Khashâ‟is al-„Âmmah li al Islâm, Bairut:

Mu‟assasahar Risalah, 1983,cet. ke-2;

_________________, Dirasah fi Fiqh Maqâshid Asy-Syarî‟ah; Baina al-

Maqâshid Al-Kulliyyah wa An-Nushuh Al-Juz‟iyyah, Mesir: Dar

Asy-Syuruq, 2006 terj. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2007, Cet. 1;

_________________, Fiqih al-Wasathiyyah al-Islamiyah wa Tajdid

Ma’âlim wa Manâratl, Kairo: Daru Syuruq, t. t.

_________________, Sekuler Ekstrim, terj. Nabhani Idris, Jakarta: Pustaka

Al-Kautsar, 2000, cet.ke-1

Al-Qusyaerî, Muslim bin al-Hajjâj Abu al-Hasan, Shahîh Muslim, Beirut:

Dar Ihya` at-Turats al-Arab), juz 1;

Al-Syaukani, Muhammad bin Ali, Tafsir Fath al Qadir, cet. ke-2, jilid. 2;

Page 36: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

159

Al-Yahya, Abdullah bin Abdul Aziz, Al-Wasathiyyah ath-Tharîq ilâ al

Ghad, Riyadh: Dar Kunuz Isybilia, 1429/2008, cet. ke-1;

Anis, Ibrahim et. al, Al-Mu‟jam al-Wasîth, ditahqiq oleh Majma‟ al-

Lughah al-„Arabia, t.t: Dar ad Da‟wah, t.th jilid. 2

An-Najjar, Muhammad Ali, Mu`jam Alfâzh Al-Qur`ân al-Karîm, Kairo:

Majma` al-Lughah al-Arabiyyah, 1996, jilid. 4;

Ar-Razi, Fakhr ad-Din, Mafâtîh al Ghaib, Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiah,

1421/2000, jilid. 9;

Ar-Rumi, Fahd bin Abd ar Rahman, Manhaj al Madrasah al-„Aqliyyah al

Haditsah fi at Tafsir, vol. 1

Ash-Shalabi, Ali Muhammad Muhammad, al Washatiyyah fî al Qur‟ân,

Kairo: Maktabat at Tabi‟in, 1422/2001, cet. ke-1;

As-Sa‟di, Abd ar-Rahman, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr al-Kalâm

al-Mannân, Beirut: Mu‟assas ar-Risalah, 1421/2000, cet. ke-1;

As-Suyuthi, Jalaluddin, Jami‟ al-Ahadits, (t.t: t.pn, t.th), vol. 5;

Asy-Syaukani, Muhammad Ali, Fath al Qadîr: al Jâmi‟ Baina Fannai ar

Riwâyah wa ad Dirâyah min „Ilm at Tafsîr, Riyadh: Maktabah ar

Rusyd, 1428 H/2007 M, cet. ke-5, jilid. 2;

Ath-Thabari, Ibn Jarir, Jâmi‟ al Bayân „an Ta‟wîl Ay Al Qur`ân, ditahqiq

oleh Mahmud Muhammad Syakir, Kairo: Maktabah Ibn Taimiah,

t.th, vol. III;

Ath-Thahir bin „Asyur, Muhammad, At-Tahrîr wa at-Tanwîr (Tahrîr al

Ma‟nâ as-Sadîd wa Tanwîr al „Aql al Jadîd min Tafsîr al Kitâb al

Majîd), Tunis: addar At Tunisiah li an Nasyr, 1984, jilid. V

At-Tamimi, Muhammad bin Khalifah, Huqûq an Nabî Shallallahu „alaihi

wa Sallam „alâ Ummatihi fî Dhau‟i al-Kitâb wa as-Sunnah, Riyadh:

Adhwa‟ as-Salaf, 1418/1994, cet. ke-1, juz. II

Az Zuẖailî, Muhammad, Indahnya Islam di tengah Tarikan Kaum Ekstrem

dan Liberal, terj. Kuwais dan Ahmad Yunus, Jakarta: Akabar Media

Eka Sarana, 2008) cet. 1;

__________________, Indahnya Islam: Di tengah Tarikan Kaum Ekstrim

dan Liberal, terj. Kuwais dan Ahmad Yunus Naidi, S. Ag., Jakarta:

Akbar Media Eka Sarana, 1492/2008, cet. ke- I;

Az-Zuẖailî, Wahbah, Dalam Muqaddimah Tafsir al-Munir, Damaskus :

Darul Fikr, 1991;

________________, Tafsir al – Munir, jilid 2;

________________, Atsar al- Harb fi Fiqh al-Islam Dirâsah Muqaranah,

Beirut: Dar al Fikr, 1989

________________, Tafsir al Munîr: fi al Aqidah wa al Manhaj wa asy

Syarî‟ah, Damaskus: Darul Fikr, 1991

Ba‟abdullah, Muhammad Bakarim Muhammad, Wasathiyyah Ahl Sunnah

baina al Firaq, Riyadh: Dar ar Rayah, 1415/1994, cet. ke-1;

Page 37: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

160

Bashory,Ahmad Dimyathi, Konsep Wasathiyyah Dalam Pemikiran Politik

Yusuf Al-Qardhawi, Tangerang: YPM, 2011

Bin Ali, Ibnu Hajar al-Asqalani Ahmad, Fath al-Bari Syarh Shahih al-

Bukhari, (Beirut: Dar al Ma‟rifah, 1379 H), vol. 1

Cokroaminoto, http://analisis-isi-content-analysis-dalam. html diposkan

pada tanggal 04 Januari 2011,

Departemen Agama RI, Ensklopedi Islam, Jakarta: tp, 1993 M, vol. 2

Echols, John M. dan Hasan Shadily, An English-Indonesiam Dictionary,

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005, cet. ke-26;

Federspiel,Howard M., Kajian Al-Qur`ân Indonesia: Dari Mahmud Yunus

Hingga Quraish Shihab, terj. Tajul Arifin, Bandung: Mizan, 1996

Goldziher, Ignaz. Mazhab Tafsir, Yogyakarta: elSAQ Press, 2006

Hambali, M. Ridlwan, “Hasan Hanafi: Dari Islam “Kiri”, Revitalisasi

Turast, hingga Oksidentalisme

Hanafi, Mukhlis M. et. al, Tafsir Al-Qur`ân Tematik: Moderasi Islam,

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`ân, 1433 H/2012 M

_____________, Tafsir Al-Qur`ân Tematik, entri: Hukum Keadilan dan

Hak Asasi Manusia, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`ân,

1431/2010), cet. ke- 1;

_____________, Berguru Kepada Sang Guru, Ciputat: Penerbit Lentera

Hati, 2014, cet. 1;

_____________, “Seminar Peran Al-Azhar dalam Penguatan Moderasi

Islam” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Al-Azhar Internasional

(IAAI) cabang Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar

Mesir di Jakarta dan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta;

Haqiqi, Ismail, Tafsîr Rûh al Bayân, (t.t: t.pn, t.th), jilid. 14;

Heizer, Herman, Tafsir Al-Misbah: Lentera bagi ummat Islam Indonesia,

Jakarta: Majalah Tsaqafah, 2003, vol. 1, no.3

Ibn Juzay, At-Tashîl li „Ulûm at Tanzîl, Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiah,

1415/1995, cet. ke-1, jilid. I;

Ibn Katsîr, Tafsîr Al-Qur`ân al „Azhîm, t.t: Dar Thayyibah, 1420 H./1990

M, v.. V;

________, Tafsir Al-Qur`ân al-„Azhim, t.t: Dar Thayyibah, 1420/1990 cet.

ke-2, jilid. I;

Ibnu Faris, Mu‟jam Maqâyîs al-Lughah, juz. 5,

Imzi, Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-kitab Tafsir Kumpulan Kitab-kitab

Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer, Depok: LSIQ,

2013, Cet. I;

______________, Ensiklopedi kitab-kitab Tafsir Kumpulan Kitab-kitab

Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer, Depok: Lingkar

Studi Al-Qur`ân, 2003), cet. 1

Page 38: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

161

Ismail, Achmad Satori (et.al.), Islam Moderat: Menebar Islam Raẖmatan lil

„Âlamîn, Jakarta: Pustaka Ikadi, 2007, cet. ke-1;

Isnaini, Tesis Pemikiran Hukum Islam mq dalam Masalah-Masalah

Kontemporer

Iyazi, Muhammad Ali, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum,

Teheran: Muassasah al-Thibaah wa al-Nasyri Wuzaratu al-Tsaqafah

al-Irsyadu al-Islami, t.th, cet. 1

Jalal, Ahmad H. A, Tafsir al- Marâghî dan Tafsir Nur Sebuah

Perbandingan, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1985

Johnson, “Moderasi Islam”, www.tribunews.com, diakses 1 April 2013

Luthfi, Musthafa, Melenyapkan Hantu Terorisme dari Dakwah

Kontemporer, Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2008, cet. 1;

Mahmud, Jamaluddin, “The Concept, Characteristic and Application of

Wasatiya in Islamic Legislation”, Jurnal Islam Today, (ISESCO,

1992;

Muammar, Khalif, Atas Nama Kebenaran, Tanggapan Kritis Terhadap

Wacana Islam Liberal, Kuala lumpur: Akademi Kajian

Ketamadunan, 2006;

Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake

Sarasih, 1996;

Mustafa, M. Quraish Shihab Membumikan Kalam di Indonesia,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, cet. 1

Mustaqim, Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKIS

Group, 2010;

Nuwahid, Adil, Mu‟jam al-Mufassirûn Sadr al-Islâm hatta al-Asr al Hâdir,

Beirut: Muassasah al-Nuwaihid al-Saqâfiyah, 1409 H./1988 M, cet.

2, jilid 1;

Purwanto, Itik Data surat-menyurat dengan Dr. Wahbah dalam Tesis:

Metodologi Tafsir Munîr, Jakarta, 2002.

Qasim, Aun Syarif, Fî ath Tharîq ilâ al Islâm, Beirut: Dâr al-Qalam, 1980;

Quthub, Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil Qur`ân, Beirut : Darusy Syuruq, 1992,

vol. 1;

Shalih bin Humaid, Raf‟u al-Haraj fî asy-Syarî‟ah al-Islâmiyyah, t.t: Dar

al-Istiqamah, 1312, cet. ke-2

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al Mishbah, Ciputat: Lentera Hati, 2000, cet. I

,vol. I;

_______________, Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-

Qur`ân, Jakarta; Lentera Hati, 2003 Vol. 15

_______________, Wawasan Al-Qur`ân, Bandung: PT. Mizan Pustaka,

cet. 16

_______________, Membumikan Al-Qur`ân: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 2007

Page 39: AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL …repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/606/2/209410373-Iffaty Za… · AL-WASATHIYYAH DALAM AL-QUR`ÂN (STUDI TAFSIR AL-MARÂGHÎ,

162

_______________, Membumikan Al-Qur`ân 2, Ciputat : Lentera Hati,

2011

Sibromalisi, Faizah Ali dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-

Modern (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2011)

Subhan, Arief, Tafsir Yang Membumi, Jakarta: Majalah Tsafaqah, 2003,

vol. 1

Sya‟rawi, M. Mutawalli, Tafsir As-Sya‟rawi, Kairo: Akhbar al

Yaum,1991, vol. 1;

Syakirman, http://syakirman.blogspot.com/2010/11/metode-tafsir-modern-tafsir-al-

manar-al. html diposting tanggal 18 Mei 2014

Tibi, Bassam, Arab Nationalism A Critical Enquiry, London: MacMilan,

1990

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 2005, cet. ke- 3

Tim Penyusun, Moderasi Islam, Jakarta: Lajnah Pentashih Al-Qur`ân,

2012;

Umar, Ahmad Mukhtar, al Mu‟jam al Mausû‟i li Alfâdz al Qur`ân al

Karîm wa Qirâ‟atihi, Riyadh: Mu‟assasah Suthur al Ma‟rifah,

1423/2002, cet. ke- 1;

Zaini, Hasan, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al Marâghî, Jakarta:

Pedoman Ilmu Jaya, 1997 M, cet. 1