efektivitas metode sedayu dalam pembelajaran al-qur …
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS METODE SEDAYU DALAM
PEMBELAJARAN AL-QUR’AN PADA ANAK USIA DINI
(Penelitian Tindakan pada Santri di Ma’had Tahfidh Al-Qur’an Nurani
Jagakarsa, Jakarta Selatan)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MASYROKHAH
NIM. 11311084
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL- QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1439 H/2018 M
EFEKTIVITAS METODE SEDAYU DALAM
PEMBELAJARAN AL-QUR’AN PADA ANAK USIA DINI
(Penelitian Tindakan pada Santri di Ma’had Tahfidh Al-Qur’an Nurani
Jagakarsa, Jakarta Selatan)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MASYROKHAH
NIM. 11311084
Pembimbing
Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, M.Ag
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL- QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Sedayu dalam Pembelajaran
Al-Qur’an pada Anak Usia Dini (Penelitian Tindakan pada Santri di
Ma’had Tahfidh Al-Qur’an Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan)”
yang disusun oleh Masyrokhah Nomor Induk Mahasiswa: 11311084 telah
diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah.
Jakarta, 19 Agustus 2018
Pembimbing
Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, M.Ag
ii
iii
PERNYATAAN PENULIS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Masyrokhah
NIM : 11311084
Tempat/Tanggal Lahir : Cirebon, 11 April 1993
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Sedayu
dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada Anak Usia Dini (Penelitian
Tindakan pada Santri di Ma’had Tahfidh Al-Qur’an Nurani
Jagakarsa, Jakarta Selatan)” adalah benar-benar asli karya penulis,
kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan
kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis.
Jakarta, 19 Agustus 2018
Masyrokhah
iv
MOTTO
Hidup bahagia untuk membahagiakan orang lain
v
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq beserta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi guna memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dengan judul skripsi
Efektivitas Metode Sedayu dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada Anak
Usia Dini (Penelitian Tindakan pada Santri di Ma’had Tahfidh Al-Qur’an
Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan).
Sholawat beserta salam tidak lupa selalu penulis kirimkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menjadi uswatun
hanasah (suri teladan) bagi kita semua umatnya. Sehingga kita berada
pada zaman yang terang benderang dari zaman kegelapan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu penulis selama pengerjaan skripsi ini. Terkhusus penulis
ucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, MA., selaku Rektor Institut
Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag selaku Dekan Fakultas
Tarbiyah yang selalu memberikan motivasi serta dedikasinya untuk
kemajuan dan kesuksesan Fakultas Tarbiyah.
3. Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, M.Ag selaku dosen pembimbing yang
tulus dan sabar meluangkan waktunya untuk penulis dalam proses
penyeleasaian skripsi ini, dan tidak lupa segenap dosen dan
manajemen kampus Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta.
vi
4. Ibu Wasmini dan ibu Yuyun Siti Zainab, S.Pd.I selaku staff Fakultas
Tarbiyah yang tidak pernah lelah untuk memberikan motivasi dan
arahannya sejak awal hingga akhir perkuliahan.
5. Seluruh instruktur tahfidz Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang
selalu memberikan motivasi, arahan serta ketulusan doa‟anya,
khususnya untuk ibu Hj. Istiqomah, MA. ibu Hj. Mutmainnah, MA.
ibu Hj. Arbiyah Mahfudz, S. Th.I
6. Kepada keluarga besar MTA Nurani Jagakarsa, saya haturkan
terimakasih telah bersedia dan memperkenankan penulis melakukan
penelitian, yang sudah membantu memberikan data-data untuk
observasi, dan keihlasannya dalam membantu penulis selama
penelitian di MTA Nurani Jagakarsa, khususnya penulis haturkan
kepada: DR. H.M. Muhammad Ilyas Marwal. MA, Pengasuh dan
Sekaligus Direktur dari MTA Nurani Jagakarsa. KH. Enuh
Hermawan, S.Pd, Pengasuh Metode Sedayu, Ust Abdul Muiz S.Sos.I
Ketua MTA Nurani Jagakarsa. ustadzah Neneng, kordinator sekaligus
pengampu metode Sedayu dan ustazah Azmi pengampu metode
sedayu MTA Nurani Jagakarsa.
7. Kedua orang tua saya mama Yati dan bapak Aat, yang tidak pernah
lelah mendidik anaknya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan,
dengan terus memberikan semangat dan do‟anya agar supaya penulis
menyelesaikan studi S1 dengan lancar. serta mertua saya ibu
Khomsiatun dan bapa Wahid yang telah memberikan semangat dan
do‟anya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
keberkahan untuk mereka.
8. Teruntuk imamku sayang Moh Khoiri, dan buah hatiku tercinta
Ahmad Khozin Khoiri, terimakasih sayang atas perjuangan,
pengorbanan, kesabaran dan ketulusannya menemani istrinya dalam
vii
menyelesaikan skripsi ini, serta motivasinya yang tidak pernah lelah
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan studi S1 nya.
9. Para adik-adiku terkasih, Ismail, Fuadi, dan Syifa Abdurrazaq, Lutfia
Istiqamah, semoga selesainya sekripsi ini mampu memberikan
motivasi agar kalian bisa melanjutkan dan menyelesaikan studinya.
10. Kepada Ust Prima dan mbak ku tersayang yaitu mbak Fatimah yang
tidak pernah lelah membimbing dan mengarahkan serta meluangkan
waktunya dalam penyusunan sekripsi.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini baik secara moril maupun materil.
Semoga bantuan dan kemudahan yang telah diberikan kepada
penulis menjadi amal shalih yang diterima dan diridhoi Allah SWT.
Penulis menyadari sepenuhnya jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun, senantiasa penulis harapkan demi
perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah
SWT penulis memohon pertolongan. Semoga dengan selesainya penulisan
skripsi ini mampu memberikan secercah manfaat dan perbaikan untuk
dunia pendidikan, serta para pembaca pada umumnya. Amin ya rabbal
alamin.
Jakarta,19 Agustus 2018
Peneliti
Masyrokhah
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii
PERNYATAAN PENULIS ................................................................ iii
MOTTO ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................ v
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x
PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .................................................... 7
D. Perumusan Masalah ..................................................... 8
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................... 8
F. Kajian Pustaka ............................................................. 9
G. Sistematika Penulisan .................................................. 12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Efektivitas ..................................................................... 15
Pengertian Efektivitas ................................................... 15
B. Metode Pembelajaran Al-Qur‟an .................................. 16
1. Pengertian Metode .................................................... 16
2. Pengertian Pembelajaran ........................................... 17
3. Pengertian Al-Qur‟an ............................................... 18
C. Anak Usia Dini ............................................................ 25
1. Pengertian Anak Usia Dini ....................................... 25
ix
2. Kriteria Pendidikan Anak Usia Dini ......................... 28
3. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ............. 28
4. Karatristik Perkembangan Anak Usia Dini .............. 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitan ....................................... 37
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................. 37
C. Sumber Data ................................................................. 38
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................... 39
E. Teknik Analisis Data .................................................... 41
F. Subjek Penelitian .......................................................... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................ 43
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan ........ 54
1. Penerapan Metode Sedayu MTA Nurani
Jagakarsa. ................................................................ 55
2. Hasil Observasi dan Wawancara Mengenai
Metode Sedayu di MTA Nurani Jagakarsa .............. 63
3. Pencapaian Hasil Pembelajaran Al-Qur‟an Anak
Usia Dini dengan Menggunakan Metode
Sedayu di MTA Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan . 73
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................. 77
B. Saran ............................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 79
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Pembimbing
Lampiran 2 Surat Permohonan Penelitian
Lampiran 3 Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 4 Rekap Nilai Ujian Semester II Sedayu
Lampiran 5 Lembar Wawancara
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 7 Curriculum Vitae
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah menyalinan dengan penggantian huruf dari
abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ,
transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
„ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
‘ : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
xii
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a آ: â ... ي : ai
Kasrah : i ي: î ... و : au
Dhammah : u و: û
3. Kata Sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (ال) qamariyah. Kata sandang
yang diikuti oleh alif lam qamariyahditransliterasikan sesuai
dengan bunyi. Contoh:
al-Madinah : المدينة al-Baqarah :البقرة
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال) syamsiyah.
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (ال)
syamsiyahditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan
di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
as-Sayidah :السيدة ar-Rajul :الرجل
ad-Dârimi :الدارسي asy-Syams :السمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem
aksara Arab digunakan lambang ( ),
xiii
Sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu
dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan
ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tenagh kata,
di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang
diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:
أمن ب ببلل : Âmannâ Billah فهبء Âmana as-Dufahaâ’u :أمن الس
كع inna al-Ladzîna : إن ال ذين wa ar-Rukka’i :والر
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbûthah(ة)apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti
oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf “h”. Contoh:
الأفئدة : Al-Af’idah الجبمعة الإسلمية : Al-Jâmiah al-
Islâmiyyah
Sedangkan Ta Marbûthah(ة)yang diikuti atau disambungkan (di-
washal) dengan kata benda (isim), maka sialih aksarakan menjadi
huruf “t”.
Contoh:
e. Huruf Kapital
Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huru kapital,
akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti
penulisan awal, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri,
dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula
dalam alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal
(bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri dan yang
diawali dengan kata sandang maka huruf yang ditulis kapital
adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh: „Âlî Hasan
xiv
al-Âridh, al-„Âsqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk
penulisan kata Al-Qur`an dan nama-nama surahnya menggunakan
huruf kapital. Contoh: Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya
xv
ABSTRAKSI
Masyrokhah, NIM: 11311084, judul skripsi Efektifitas Metode
Sedayu dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada Anak Usia Dini
(Penelitian Tindakan pada Santri di Ma’had Tahfidh Al-Qur’an
Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan), Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta,
1439 H/2018M
Latar belakang penulisan skripsi ini karena pembelajaran Al-Qur‟an pada
anak usia dini masih banyaknya metode yang kurang efektif. Dan antusias
orang tua terhadap pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini cenderung
masih rendah. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian
ini adalah peneliti ingin mengetahui efektifitas metode Sedayu dalam
pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di MTA Nurani Jagakarsa,
Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
kualitatif, dengan tehnik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara
dan dokumentasi. Adapun untuk menulis data digunakan metode
deskriptif kualitatif, yakni uraiannya dijelaskan pada gejala-gejala yang
tampak. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa metode
sedayu merupakan salah satu metode yang tepat untuk pembelajaran Al-
Qur‟an pada anak usia dini di MTA Nurani Jagakarsa Jakarta Selatan.
Metode sedayu ini diterapkan agar anak usia dini dapat membaca Al-
Qur‟an dengan baik dan benar sesuai makhorijul hurufnya. Dimana
mereka belajar mengenal mulai dari huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan
imajinasi mereka, karena metode sedayu cara belajarnya tidak dikasih tau
secara langsung, melainkan anak bisa menemukan sendiri (inquiri)
dengan arahan guru menggunakan perumpamaan sesuai nalar anak usia
dini. Sehingga ingatan akan huruf-huruf hijaiyahnya menempel kuat
dimemorinya para santri. Hal ini menjadikan pencapaia hasil pembelajaran
Al-Qur‟an pada anak usia dini lebih baik, hasil yang lebih baik
menunjukan prestasi belajar yang meningkat dan dapat disimpulkan
bahwa metode sedayu sangat efektif dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada
anak usia dini di MTA Nurani Jagakarsa Jakarta Selatan.
Kata Kunci : Efektivitas Metode Sedayu dalam Pembelajaran
Al-Qur’an pada Anak Usia Dini
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 28 menyatakan, bahwa yang dimaksud pendidikan usia
dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak
lahir, sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.1
Sementara itu The Nasional Asociation for The Edukation for
Young Children (NAECY) mengkalsifikasikan seperti yang dikutip oleh
Himatul Ulya, membuat klasifikasi rentang usia dini (early childhood),
yaitu sejak lahir sampai usia 8 tahun.2
Keberhasilan anak usia dini merupakan landasan bagi
keberhasilan pendidikan pada jenjang berikutnya. Usia dini merupakan
usia emas (golden age) bagi seseorang, artinya bila seseorang pada masa
itu mendapat pendidikan yang tepat, maka ia memperoleh kesiapan
belajar yang baik yang merupakan salah satu kunci utama bagi
keberhasilan belajarnya pada jenjang berikutnya.3
Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa
usia dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pertumbuhan dan perkembangan
1 Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat:
Lembaga Kajian Islam “Noegraha”, 2014), cet. ke-1, h. 61. 2 Manispasl, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: PT
Elex Media Komputindo, 2013), h. 78. 3 Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat:
Lembaga Kajian Islam “Noegraha”, 2014), cet. ke-1, h. 61.
2
anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur
otak.
Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan
bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting karena pada waktu
manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Yunani, 2009) kelengkapan
organisasi otaknya mencapai 100-200 miliar sel otak yang siap
dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat
perkembangan yang optimal. Namun, hasil penelitian menyatakan bahwa
hanya 5% potensi otak yang terpakai, karena kurangnya stimulasi yang
berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.4
Pendidikan yang dimulai dari pendidikan anak usia dini (0-6
tahun) merupakan usia emas, di mana daya ingatnya masih kuat dan
hafalannya masih bersih, belum dipengaruhi oleh berbagai macam
problem dan kesulitan, dimana anak mampu meresap dengan cepat segala
hal-hal yang diajarkan dan segala pembelajaran hidup yang dicontohkan
dilingkungan sekitarnya yang akan menjadi pondasi bagi masa depannya.
Usia dini juga merupakan periode yang sangat kritis yang
akhirnya akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan anak
selanjutnya. Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang
berkualitas, menjadi pribadi yang baik dalam hal mental, intelektual dan
spiritual, pendidikan harus dimulai sejak dini (0-6 tahun) karena anak usia
dini merupakan aset berharga bagi bangsa dan agama dimasa depan.
Oleh sebab itu, kita harus mampu memanfaatkan masa peka
tersebut dengan memberikan stimulus yang tepat dan positif sehingga
anak memiliki filter dalam menjalani kehidupan di dunia sesuai dengan
aturan-aturan agamanya.
4 Suyadi dan Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), cet. ke-1, h. 1.
3
Pentingnya pendidikan yang Islami untuk anak usia dini, yaitu
sebagaimana yang diperintahkan Al-Qur‟an kepada para orang tua agar
mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang didasari oleh keimanan
dan menanamkan nilai taqwa kedalam hati anak-anaknya.
Anak-anak yang lahir ke alam dunia adalah generasi penerus.
Mereka adalah tunas-tunas baru yang akan tumbuh dan berkembang.
Sebagaimana dijelaskan dalam pesan yang terkandung dalam Al-Qur‟an
An-Nissa (04) : 9
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (An-Nissa [04] : 9)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sudah kewajiban orang
dewasa untuk tidak menyia-nyiakan anak-anak mereka dan memberikan
pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka.5
Mengenalkan pembelajaran tentang Al-Qur‟an sejak dini
merupakan langkah yang utama dan pertama sebelum pembelajaran
lainya. Bagi setiap keluarga muslim menanamkan nilai-nilai Al-Qur‟an
dalam rumah tangga sudah menjadi komitmen yang universal,
sehingga terdapat waktu khusus untuk mengajar Al-Qur‟an baik
dilakukan orang tua sendiri ataupun di lembaga-lembaga pengajian yang
ada disekitarnya.
Imam Suyuti mengatakan: “Mengajarkan Al-Qur‟an kepada
5 Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat:
Lembaga Kajian Islam “Noegraha”, 2014), cet. ke-1, h. 25-26.
4
anak-anak merupakan salah satu diantara pilar-pilar islam, sehingga
mereka bisa tumbuh diatas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan
terlebih dahulu masuk ke dalam hati mereka sebelum dikuasai oleh
hawa nafsu dan dinodai oleh kemaksiatan dan kesesatan”.6
Pengajaran Al-Qur‟an hendaklah dilakukan mulai sejak masa dini
atau masa anak-anak karena masa kanak-kanak adalah masa awal
perkembangan kepribadian manusia, apabila kita mengajarkan sesuatu
yang baik maka akan memperoleh hasil yang baik. Begitu juga
mengajarkan Al-Qur‟an pada masa anak-anak maka akan mudah diserap
oleh mereka.
Dengan pengajaran Al-Quran pada masa usia dini akan berfungsi
untuk memberikan pengalaman belajar kepada anak, tetapi yang lebih
penting berfungsi untuk membentuk kepribadian atau perilaku anak.
Masa kanak-kanak merupakan kesempatan yang sangat tepat
untuk membentuk pengendalian agama, sehingga sang anak dapat
mengetahui, mana perkara yang diharamkan dalam agama dan mana
yang diperbolehkan. Lebih dari itu, masa kanak-kanak juga sangat
menentukan proses pembentukan akhlak individu dan sosial.
Belajar membaca huruf adalah salah satu pelajaran awal yang
harus diajarkan pada anak kecil, sebab masa anak-anak merupakan masa-
masa yang paling intensif untuk mengenal pengetahuan yang baru,
tetapi masa tersebut juga bisa menjadi rawan bagi mereka yang pada
umumnya suka meniru apa yang dilihat disekelilingnya.
Anak akan merekam setiap kejadian disekitarnya dan ia akan
selalu mengingat kejadian-kejadian yang menimpanya baik itu kejadian
yang menyenangkan, maupun kejadian yang menyedihkan. Dalam
6 Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi,terj.,
Salafuddin Abu sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2003), h. 157-158.
5
lembaga pendidikan formal Madrasah dan Sekolah, guru merupakan
komponen yang penting, ia sebagai pelaku proses pendidikan dan
pengajaran, hal ini sesuai dengan pendapat Ismail yang mengatakan
bahwa sebagai seorang pendidik, guru senantiasa dituntut untuk
mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif serta dapat
memotivasi siswa dalam belajar mengajar yang akan berdampak positif
dalam pencapaian prestasi hasil belajar yang optimal.
Guru harus dapat menggunakan strategi tertentu dalam
pemakaian metodenya, sehingga dia dapat mengajar dengan tepat,
efektif, dan efisien untuk membantu meningkatkan kegiatan belajar
serta memotivasi siswanya untuk belajar dengan baik.7
Metode yang digunakan dalam pengajaran Al-Qur‟an sering kali
tidak relevan walaupun sebenarnya dalam suatu lembaga itu sudah ada
ketentuan dalam penggunaan metode pembelajaran Al-Qur‟an, tetapi
dari pihak pendidik masih belum menerapkan metode tersebut dengan
baik.
Begitu pula seorang guru maupun ustadz dan ustadzah
dalam menyampaikan teori tentang membaca Al-Qur‟an haruslah
menggunakan metode yang tepat, dan tentunya sesuai dengan
perkembangannya sekarang, supaya anak didik lebih cepat memahami
teori dalam membaca Al-Qur‟an.
Berdasarkan hal tersebut seorang pendidik seharusnya dapat
mengefektifkan metode pengajaran yang telah ada menjadi sebuah
metode baru yang dapat meningkatkan pembelajaran Al-Qur‟an agar
anak didik dapat belajar dengan cepat untuk mempelajari Al-Qur‟an dan
tidak terjadi kebosanan pada diri anak didik itu sendiri.
7 Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan Dan Mengubah Jalan
Hidup Siswa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 5.
6
Penentuan metode pengajaran Al-Qur‟an ini dipandang sangat
penting sekali sehingga peneliti memilih tempat penelitian di Ma‟had
Tahfidh Al-Qur‟an (MTA) “Nurani Jagakarsa” Pesantren dengan
program khusus untuk anak usia dini yang mana Ma‟had Tahfidh Al-
Qur‟an ini menggunakan metode Sedayu.
Dimana dari tujuan penggunaan metode Sedayu ini diharapkan
dapat mempermudah sekaligus mempercepat cara belajar Al-Qur‟an
anak-anak dan agar supaya bisa membaca Al-Qur‟an sesuai dengan
aturan yang sesuai dengan kaidah yang telah ditetapkan dalam ilmu
membaca Al-Qur‟an.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dalam mengajar metode
Sedayu ini tidak sembarang orang yang dapat mengajar, karena
sebelum praktek mengajar para pendidik (ustadz dan ustadzah) harus
mengikuti pelatihan terlebih dahulu sehingga para pendidik dapat
mengajar dengan baik dan anak-anak dapat menerima pelajaran
dengan baik dan benar.
Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani Jagakarsa” selain merupakan
program khusus untuk tingkat TK yaitu untuk anak usia dini, juga
terdapat tingkat SD dan SMP yang berada di Jl. Timbul Raya No. 71
Cipedak Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan 12630.
Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani Jagakarsa” merupakan
salah satu program khusus untuk anak usia dini yang menggunakan
metode cepat dan tepat dalam pembelajaran Al-Qur'an yakni dengan
menggunakan metode Sedayu.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin
mengangkat permasalahan tersebut, penulis ingin meneliti tentang
Efektivitas metode Sedayu dalam pembelajaran Al- Qur‟an pada anak
usia dini. Oleh karena itu penulis mengambil judul ”Efektivitas
7
Metode Sedayu dalam Pembelajaran Al-Qur’an pada Anak Usia
Dini” (Penelitian Tindakan pada Santri di Ma’had Tahfidh Al-
Qur’an Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam
penelitian ini dapat diidentifikasai sebagai berikut:
1. Banyaknya orang tua yang belum mengetahui masa emas (golden
age) pada anak usia dini.
2. Kurangnya peran orang tua dalam mengoptimalkan kemampuan
anak pada masa emas anak (golden age).
3. Antusias orang tua terhadap pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia
dini cenderung masih rendah.
4. Rendahnya kemampuan praktik membaca Al-Qur‟an dengan baik
dan benar dan masih banyak yang mengalami kesulitan dalam
mempelajari Al-Qur‟an pada anak usia dini.
5. Masih sedikitnya masyarakat yang mengetahui Ma‟had Tahfidh Al-
Qur‟an Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan, program khusus untuk
anak usia dini.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas maka penulis membatasi
penelitian ini khusus pada: Efektivitas metode Sedayu dalam
pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di Ma‟had Tahfidh Al-
Qur‟an Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan.
8
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah penulis uraikan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Efektifkah metode
Sedayu dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana implementasi penggunaan metode
Sedayu di Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an Nurani Jagakarsa, Jakarta
Selatan
b. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan membaca Al-Qur‟an
santri di Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an Nurani Jagakarsa, Jakarta
Selatan
c. Untuk mengetahui sejauh manakah keefetifan metode sedayu
dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di Ma‟had
Tahfidh Al-Qur‟an Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan.
d. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai
keefektifan Metode Sedayu dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada
anak usia dini.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan khususnya bagi
para pengajar di Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an untuk memilih
metode yang lebih efektif dalam pembelajaran Al- Qur‟an.
9
b. Kajian ini dapat dijadikan acuan atau referensi dalam
meningkatkan dan mencintai terhadap pembelajaran Al-Qur‟an di
kalangan anak-anak usia dani.
F. Kajian Pustaka
Berdasarkan judul yang diangkat oleh penulis, terdapat
penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul yang
diangkat oleh penulis yaitu:
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iya Alfiyah NIM (04310701)
Institut Ilmu AL-Qur‟an Jakarta pada tahun 2008. Meneliti tentang
“Hubungan Metode Qiroati dengan Kemampuan Membaca Al-
Qur‟an Anak di TPQ Fathullah UIN Jakarta”.8 Dari hasil penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisis penelitiannya
menunjukan tidak terdapat pengaruh positif yang signifikan antara
Metode Qiroati terhadap kemampuan membaca Al-Qur‟an anak di
TPQ Fathullah UIN Jakarta. Karena ternyata hasil korelasi dari
kedua variable tergolong sangat rendah atau sangat lemah dengan
demikian antara kedua variable tersebut tidak terdapat korelasi
positif yang signifikan. Skripsi yang akan penulis teliti sama dengan
skripsi Iya Alfiyah yaitu sama-sama akan membahas metode dalam
pembelajaran Al-Qur‟an, tapi perbedaannya yaitu Penelitian Iya
Alfiyah menitik beratkan pada hubungan Metode Qiroati terhadap
kemampuan membaca Al-Qur‟an pada anak, sedangkan penulis
akan meneliti tentang efektifitas Metode Sedayu dalam
pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini.
8 Iya Alfiyah, “Hubungan Metode Qiroati dengan Kemampuan Membaca Al-
Qur’an Anak di TPQ Fathullah UIN Jakarta,” Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-
Qur‟an (IIQ), 2008, Tidak diterbitkan(t.d)
10
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wike Ulandari NIM
(10310993) Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta pada tahun 2015.
Meneliti tentang “Efektifitas Metode Ummi terhadap Kemampuan
Membaca Al-Qur‟an (Analisa terhadap bacaan siswa kelas IV SDIT
Al-Hamidiyah Pancoran Depok Jabar)”,9 dari hasil penelitian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisis penelitiannya
yaitu terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Metode Ummi
terhadap kemampuan membaca Al-Qur‟an Al-Hamidiyah Pancoran
Depok. Skripsi yang akan penulis teliti sama dengan skripsi Wike
Ulandari yaitu sama-sama akan membahas efektifitas metode dalam
pembelajaran Al-Qur‟an, tapi perbedaannya yaitu Penelitian Wike
Ulandari menitik beratkan pada efektifitas Metode Ummi terhadap
kemampuan membaca Al-Qur‟an pada siswa kelas IV, sedangkan
penulis akan meneliti tentang efektifitas Metode Sedayu dalam
pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini.
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Khosyi‟ah NIM (09310913)
Institut Ilmu AL-Qur‟an Jakarta pada tahun 2014. Meneliti tentang
“Korelasi Metode Permainan dalam Mempercepat Menghafal Al-
Qur‟an pada Anak Usia Dini (Studi Kasus di Kelas 1 SD Smart
School Al-Hamidiyah Jagakarsa)”,10
dari hasil penelitian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisis penelitiannya
menunjukan ada hubungan yang signifikan antara Metode
Permainan dalam Mempercepat Menghafal Al-Qur‟an Siswa kelas I
SD Smart School Al-Hamidiyah Jagakarsa. Karena ternyata hasil
9 Wike Ulandari, “Efektifitas Metode Ummi terhadap Kemampuan Membaca Al-
Qur’an pada siswa kelas IV SDIT Al-Hamidiyah Pancoran Depok Jabar”, Skripsi, Jakarta:
Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ), 2015, Tidak diterbitkan(t.d) 10
Khosyi‟ah, “Korelasi Metode Permainan dalam Mempercepat Menghafal Al-
Qur’an pada Anak Usia Dini Kelas 1 SD Smart School Al-Hamidiyah Jagakarsa,” Skripsi,
Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ), 2014, Tidak diterbitkan(t.d)
11
korelasi dari kedua variable tergolong sedang atau cukup dengan
demikian antara kedua variable tersebut terdapat korelasi positif
yang signifikan. Skripsi yang akan penulis teliti terdapat
kesamaannya yaitu sama-sama akan meneliti anak usia dini,
perbedaanya yaitu penelitian Khosyi‟ah menitik beratkan pada
Metode Permainan untuk menghafal Al-Qur‟an pada anak usia dini,
sedangkan penulis akan meneliti tentang efektifitas Metode Sedayu
dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini.
4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah NIM (08310901)
Institut Ilmu AL-Qur‟an Jakarta pada tahun 2012. Meneliti tentang
“Pengaruh Metode QLC terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur‟an
(Studi kasus pada pesrta didik di Lembaga Qur‟an Learning Center,
Buncit Raya Jakarta Selatan)”,11
dari hasil penelitian tersebut dapat
diambil kesimpulan bahwa hasil analisis penelitiannya yaitu terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara Metode QLC terhadap
kemampuan membaca Al-Qur‟an peserta didik di Lembaga Qur‟an
Learning Center, Buncit Raya Jakarta Selatan. Karena ternyata hasil
korelasi dari kedua variable tergolong pada tingkat sedang atau
cukupan, dengan demikian antara kedua variable tersebut terdapat
korelasi positif yang signifikan. Skripsi yang akan penulis teliti sama
dengan skripsi Zakiyah yaitu sama-sama akan membahas metode
dalam pembelajaran Al-Qur‟an, tapi perbedaannya yaitu Penelitian
Zakiyah menitik beratkan pada Metode QLC terhadap kemampuan
membaca Al-Qur‟an pada peserta didik di Lembaga Qur‟an
Learning Center, Buncit Raya Jakarta Selatan, sedangkan penulis
11
Zakiyah, “Pengaruh Metode QLC terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur’an
pada pesrta didik di Lembaga Qur’an Learning Center, Buncit Raya Jakarta Selatan”,
Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ), 2012, Tidak diterbitkan(t.d)
12
akan meneliti tentang efektifitas Metode Sedayu dalam
pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini.
5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Melida Octaviani NIM
(08310876) Institut Ilmu AL-Qur‟an Jakarta pada tahun 2014.
Meneliti tentang “Penggunaan Metode Fonetik terhadap
Kemampuan Membaca Anak Usia Dini (di Lembaga Bimbingan
Baca Tulis Monte Cibinong, Bogor)”,12
dari hasil penelitian tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa hasil analisis penelitiannya yaitu
terdapat pengaruh positif yang signifikan antara Penggunaan Metode
Fonetik terhadap Kemampuan Membaca Anak Usia Dini di
Lembaga Bimbingan Baca Tulis Monte Cibinong, Bogor. Karena
antara kedua variable tersebut terdapat korelasi positif yang
signifikan. Yang membedakan Penelitian Melida Octaviani dengan
penelitian yang akan penulis teliti yaitu Penelitian Melida Octaviani
menitik beratkan pada Metode Fonetik terhadap kemampuan
membaca Alfabet, sedangkan penulis akan meneliti tentang
efektifitas Metode Sedayu dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada
anak usia dini. Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama
meneliti peningkatan dalam pembelajaran AL-Qur‟an pada anak usia
dini.
G. Sistematika Penulisan
Peneliti mengacu pada buku Pedoman Penelitian Skripsi, Tesis
dan Disertasi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta
revisi tahun 2017, Pembahasannya dikemukakan dalam lima bab, dalam
setiap bab terdiri dari beberapa sub bab sebagai berikut:
12
Melida Octaviani, “Penggunaan Metode Fonetik terhadap Kemampuan
Membaca Anak Usia Dini di Lembaga Bimbingan Baca Tulis Monte Cibinong, Bogor”,
Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ), 2014, Tidak diterbitkan(t.d)
13
BAB I PENDAHULUAN, bab ini mencakup pembahasan mengenai
latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN Teori, bab ini mencakup landasan teori, yang
mendukung yaitu meliputi pengertian metode, pengertian metode sedayu
dan sejarahnya, pengertian efektifitas, aspek-aspek efektivitas,
pengertian pembelajaran, pengertian Al-Qur‟an dan pengertian anak usia
dini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini meliputi
pembahasan mengenai, tempat dan waktu penelitan, pendekatan dan
jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data meliputi;
wawancara, observasi dan dokumaentasti, dan terakhir membahas tehnik
analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, bab ini
meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, hasil
penelitian dan pembahasan, hasil observasi dan wawancara mengenai
metode sedayu di MTA Nurani Jagakarsa, analisis data penerapan
metode sedayu di MTA Nurani Jagakarsa.
BAB V PENUTUP, bab ini meliputi kesimpulan dan saran.
14
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektivitas
Pengertian Efektivitas
Bila dilihat dari sisi bahasa (etimologi) kata efektivitas diambil
dari “efek” yang artinya akibat atau pengaruh, sedangkan efektif berarti
adanya pengaruh atau akibat serta penekanannya jadi sesuatu. Jadi
efektivitas berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh
(keberhasilan setelah melakukan sesuatu).13
Menurut John M. Echols dan Hasan Syadhily dalam kamu bahasa
Inggris-Indonesia, secara etimologi (bahasa) kata efektivitas berarasal
dari kata efektif yang artinya berhasil guna.14
Dalam kamus umum bahasa Indonesia, efektivitas merupakan
keterangan yang artinya ukuran hasil tuagas atau keberhasilan dalam
pencapaian tujuan.15
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu,
dan partisipasi aktif dari anggota serta merupakan keterkaitan antara
tujuan dan hasil yang dinyatakan, dan menunjukan derajat kesesuaian
antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Atau dalam
kata lain efektifitas merupakan sebagai adanya sebuah pengaruh, akibat
dan kesan. Bahkan efektifitas tidak hanya sekedar memberi pengaruh
atau pesan melainkan berkaitan juga dengan keberhasilan tujuan,
13
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), Cet. ke-7, h. 250. 14
John M. Echols dan Hasan Syadhily, Kamus Inggris-Indonesia. (Jakarta: PT
Gramedia Utama Pustaka, 1990), Cet. ke-8, h. 207. 15
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT Indah: 1995), Cet.ke-1,
h. 742 .
16
penetapan standar, profesionalitas, penetapan sasaran, keberadaan
program, materi, matode atau cara, sarana dan fasilitas serta dapat
memberikan pengaruh.
Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, semakin efektif
pula kegiatan tersebut, sehingga kata efektivitas dapat juga diartikan
sebagai tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dari suatu cara atau
usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
B. Metode Pembelajaran Al-Qur’an
1. Pengertian Metode
Asal kata “metode” menganadung pengertian suatu jalan
yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan”. Metode atau dalam
bahasa (method) secara harfiah memiliki arti yaitu sebuah cara.
Selain berarti cara, metode atau metodik juga berasal dari bahasa
greeka, meta yang berarti melalui atau melewati, dan hodos yang
berarti (jalan atau cara) bila ditamabh dengan logi sehingga menjadi
metodologi yang artinya “ilmu pengetahuan tentang jalan atau cara
yang harus dilalui” untuk mencapai suatu tujuan.16
Metode juga bisa diartikan sebagai sebuah sarana untuk
menemukan, mengkaji dan menyusun data, yang diperlukan bagi
pengembangan disiplin tersebut, maka usaha pengembangan usaha
itu sendiri merupakan syarat mutlak.17
Berangkat dari pembahasan metode di atas, bila dikaitkan
dengan pembelajaran, maka dapat digaris bawahi bahwa metode
pembelajaran adalah suatu cara atau jalan tertentu yang ditempuh
16
H.M. Arifin, ILMU PENDIDIKAN ISLAM: Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisiliner, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 65. 17
Barmadib, Imam. FILSAFAT PENDIDIKAN: Sistem dan Metode, (Yogyakarta:
Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta), Cet. ke-8.
17
untuk menyajikan suatu hal sehingga akan tercapai suatu tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien sesuai yang diharapkan.
Sampai disini penulis memahami bahwa metode sebenarnya
adalah sebuah cara yang sistematis untuk mencapai sebuah tujuan
yang pasti dengan struktur dan alur kerja yang tersistem. Sehingga
dapat menghasilkan sesuatu sesuai yang dikehendaki atau
diinginkan.
2. Pengertian Pembelajaran
Secara etimologis (bahasa), pembelajaran berasal dari kata
“belajar” yang mendapat awalan „pe‟ dan akhiran „an‟. Keduanya
(pe-an) termasuk konfiks nominal yang bertalian dengan perfiks
verbal “me” yang mempunya arti proses.18
Menurut Arifin, kata pembelajaran berasal dari kata belajar
yang secara terminologis bermakna suatu kegiatan anak didik dalam
menerima, menangapi serta menganalisa bahan-bahan pelajaran
yang disajikan oleh pengajar yang berakhir pada kemampuan untuk
menguasai bahan pelajaran yang disajikan itu.19
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan
penguasaan dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran merupakah
sebuah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat (long life
18
DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2000),
h. 664. 19
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah dengan di
Rumah Tangga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976), h. 72.
18
leaner) atau pembelajar seuumur hidup serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun.
Sementara itu kata pembelajaran mempunyai pengertian
yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta
didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai
sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan
(aspek psikomotorik) seseorang peserta didik.
Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu
pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
Dari pengertian itulah maka bisa disimpulkan bahwa belajar
merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik
secara pribadi dan sepihak. Sementara pembelajaran itu melibatkan
dua pihak yaitu guru dan peserta didik yang didalamnya
mengandung dua unsur sekaligus yaitu mengajar dan belajar
(teaching and learning).
3. Pengertian Al-Qur’an
Sebagaimana kita fahami bersama bahwa Al-Qur‟an
merupakan risalah Ilahiyah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk alam semesta, dan sekaligus sebagai rahmat
bagi seluruh alam. Tidak sedikit dalil Al-Qur‟an maupun Al-Hadits
yang diriwayatkan secara mutawatir yang berbicara mengenai
keshohihan Al-Qur‟an.
Dalam etimologi atau dalam bahasa bahwa, Al-Qur‟an
merupakan akar kata dari “Qara’a” yang memiliki arti
19
mengumpulkan dan menghimpun. Sementara itu Qiraa‟ah yang
artinya merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang
lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al Qur‟an juga
memiliki akar kata qira’ah yang merupakan isim masdar dari kata
qara’a, qira’atan, waqur’anan.20
Sedangkan menurut az-Zajjaj, Al-Qur‟an adalah kata sifat
yang mengikuti wazan fu’lan. Ia diambil dari kata Al-qur’u yang
artinya al-jam’u (menghimpun). Dinamakan demikian karena firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dinamakan
Al-Qur‟an karena menghimpun ayat-ayat, surat-surat, hukum-hukum
dan cerita-cerita, bahkan menghimpun seluruh kandungan (intisari)
ajaran kitab-kitab terdahulu.21
Terkait dengan definisi ini Allah SWT. Menjelaskannya
dalam ayat suci Al-Qur‟an seperti dalam QS: Al-Qiyamah (075):
17-18.
Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami
Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
(QS: Al-Qiyamah [075]: 17-18)
Syaikh Manna al-Qaththan dalam bukunya Pengantar Studi
Ilmu Al Qur‟an menyebutkan bahwa makna qur’anah dalam ayat
tersebut berarti qira’ah yang berarti (bacaan atau cara membacanya).
20
Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah
kairo, Cet. Ke-13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Studi
Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cet. Ke-1 April 2006. (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar), h. 16. 21
H. Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 1.
20
Jadi kata tersebut merupakan akar kata (masdar) dari wazan
(tashrif) dari kata fu’alan, seperti kata “ghufron” dan “syuqron”. 22
Sementara itu menurut Hasbi Ash Shidieqy Al-Qur‟an adalah
wahyu Ilahi yang ditutunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang
disampaikan kepada kita umatnya dengan jalan mutawattir yang
dihukumi kafir orang yang mengingkarinya.23
Menurut Ali Ash-Shabuni Al-Qur‟an adalah firman Allah
SWT yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril AS, yang ditulis
dalam mushaf, dinukilkan dengan cara mutawattir, serta dipandang
mendapatkan pahala bagi yang membacanya yang dimulai dari surat
Al Fatihah sampai surat An Nass.24
Definisi lain menurut ulama ushul fiqih dan ulama bahasa
bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang lafadznya mengandung mukjizat,
membacanya memunyai nilai iabdah, yang diturunkan secara
mutawattir, dan yang ditulis pada mushaf, mulai dari surat al Fatihah
dan berakhir sampai surat An-Nass.25
Dalam konteks perkembangannya, secara khusus Al Qur‟an
telah menjadi nama bagi sebuah kitab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallaullahu Alalihi wa Sallam. Maka jadilah ia sebagai
identitas diri. Yaitu sebuah kitab suci yang diperuntuntukan bagi
22
Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah
kairo, Cet. Ke-13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar Studi
Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cet. Ke-1 April 2006. (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar), h. 11-16 23
M. Hasbi Ash Shidieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. ke-1, h. 5. 24
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta: Pustaka
Amani, 2001), Cet. Ke-1, h. 8. 25
Acep Hermawan, Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. Ke-1, h. 2
21
kaum muslimin, tepatnya adalah mereka yang tergolong orang yang
beriman (mukmin) atau tergolong sebagai umatnya Nabi
Muahmmad SAW.
Tidak hanya itu al-Qaththan juga menambahkan bahwa Al
Qur‟an terlalu sulit untuk dibatasi dengan definisi-definisi rasional
yang memiliki jenis-jenis dan ketentuan-ketentuannya yang khas,
yang dengannya pendefinisiannya dapat dibatasi secara tepat. Tapi
batasan yang tepat itu dapat dihadirkan dalam pikiran atau realita
yang dapat dirasa, misalnya Anda memberikan isyarat tentangnya
dengan sesuatu yang tertulis dalam mushaf atau yang terbaca dengan
lisan. Lalu Anda katakan Al -Qur‟an adalah apa yang ada diantara
dua kitab, atau Anda katakan Al-Qur‟an adalah yang berisi
bismillahirrahmanirrahim, alhamdulilah,...dst sampai dengan min
al-jinnati wa an nas.
Sementara itu para ulama sepakat bahwa definisi secara
khusus Al Qur‟an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW, yang membacanya menjadi suatu ibadah.
Syaikh Manna al-Qaththan melanjutkan, para ulama
berpendapat bahwa kata Al Qur‟an tersebut pada awalnya tidak
berhamzah-sebagai kata jadian, mungkin karena ia dijadikan sebagai
satu nama bagi sebuah firman yan diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallaullahu Alalihi wa zSallam, bukan kata jadian
yang diambil dari kata qara’a, atau mungkin juga karena ia berasal
dari kata qurina asy-syai’u bisy-syai’i yang berarti menggandengkan
sesuatu dengan lainnya, atau bisa juga karena berasal dari kata
qara’in, karena ayat-ayatnya saling menyerupai. Maka berarti huruf
nun yang ada di akhir kalimat itu asli. Meskipun pendapat ini masih
22
diangkat kurang valid. Sementara al-Qaththan sendiri lebih
sependapat dengan pendapat yang pertama.26
Sementara itu untuk penamaan Al Qur‟an sendiri, selain
disebut sebagai Al Qur‟an juga familier disebut sebagai al Kitab, al
Furqan, Adz-Dzikr, dan At-Tanzil. Hal ini sejalan dengan firman
Allah SWT yang menyebutkan bahwa Al Qur‟an memiliki banyak
nama seperti dijelaskan di atas.
Disebut sebagai Al-Qur‟an seperti dijelaskan dalam
QS: Al-Israa‟(017): 9
Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang
Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada
pahala yang besar, ( QS: Al-Israa‟[017]: 9)
Disebut sebagai Al-Kitab seperti dijelaskan dalam
QS: Al-Ambiya‟:10
Sesungguhnya Telah kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab
yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka
apakah kamu tiada memahaminya? (QS: Al-Ambiya‟ [21] :10)
Disebut sebagai Al-Furqon seperti dijelaskan dalam
QS: Al-Furqon: 1
26
Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah
kairo, Cetakan ke 13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar
Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cetakan pertama, April 2006.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h. 11-16.
23
Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran)
kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada
seluruh alam, (QS: Al-Furqon [25]: 1)
Disebut sebagai Adz-Dzikr seperti dijelaskan dalam
QS: Al-Hijr: 9
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya (QS: Al-Hijr
[15]: 9)
Disebut sebagai At-Tanzil seperti dijelaskan dalam QS: Asy-
Syu‟araa: 192
Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta Alam, (QS: Asy-Syu‟araa [26]: 192)
Dari sekian nama-nama al Qur‟an yang lebih populer adalah
al Qur‟an dan al Kitab. Dalam hal ini Muhammad Abdullah Darraz
sebagaimana diungkapkan Syaikh Mana Khalil Al Khattan
menyatakan bahwa kedua nama-nama persebut memiliki makna
yang rellevan sesuai dengn kenyataanya. Dimana disebut al-Qur‟an
karena ia dibaca dengan lisan. Sementara dibaca al Kitab karena ia
ditulis dengan pena.
Al Khattan melanjutkan bahwa penamaan al Qur‟an dengan
kedua nama tersebut memberikan isyarat, memang sudah sepatutnya
al Qur‟an dipelihara dalam bentul hafalan dan tulisan dengan baik.
Sehingga apabila salah satu diantaranya ada yang keliru, maka yang
24
satu akan meluruskannya (membenarkan). Akan tetapi kita tidak
bisa hanya menyandarkan kepada hafalan seseorang sebelum
hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah disepakati oleh para
sahabat, yang dinukilkan kepada kita dari generasi ke generasi
berikutnya sesuai yang aslinya. Sebaliknya kita juga tidak bisa
hanya menyandarkan pada tulisan penulis sebelum sebelum tulisan
tersebut sesuai dengan hafalan tersebut berdasarkan isnad yang
shohih dan mutawatir.27
Dari penadapat-pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa Al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril a.s,
bernilai ibadah bagi yang membacanya, tertulis dalam satu mushaf,
diawali dengan surat Al-Fatihah dan dikahiri dengan surat An-Nass
yang disampikan dari generasi ke generasi secara mutawatir.
Dari pengertian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan pembelajaran Al-Qur‟an adalah langkah-
langkah yang tersusun secara sistematis menggunakan metode dan
materi Al-Qur‟an dalam proses pembelajarannya untuk mencapai
tujuan yang diinginkan, diantaranya adalah materi tentang membaca
Al-Qur‟an yang fasih, baik dan benar sesuai dengan makhorijul
hurufnya.
27
Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah Wahbah
kairo, Cetakan ke 13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia dengan judul Pengantar
Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur Rafiq El-Mazni, Cetakan pertama, April 2006.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h. 11-16.
25
C. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Hasil penelitian paling mutakhir yang dilakukan para ahli
tentang perkembangan anak usia dini, menunjukan bahwa sejak
kecil anak-anak telah siap untuk belajar, dan merespon segala
sesuatu yang datang dari lingkungannya, bahkan ketika dalam
kandungan ibunya, janin telah dapat merespon alunan musik. Teori
ini sekaligus telah membantah teori lama yang merekomendasikan
bahwa pendidikan baru dapat dimulai ketika anak usia 7 tahun.28
Menurut Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, dalam bukunya
Pendidikan Anak Usia Dini, sesuai UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 28 menyatakan, bahwa yang
dimaksud pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditunjukan kepada anak sejak lahir, sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.29
Menurut The Nasional Asociation for The Edukation for
Young Children (NAECY) mengkalsifikasikan bahwa rentang usia
dini (early childhood), yaitu sejak lahir sampai usia 8 tahun.30
Baik secara psikologis maupun ilmu pendidikan, masa usia
dini merupakan masa peletakan dasar atau fondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada
usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari
lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
28
H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan PAUD, (Jakarta; PT Remaja Rosdakarya) 29
Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat:
Lembaga Kajian Islam “Noegraha”, 2014), cet. 1, h. 61. 30
Manispasl, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta: PT:
Elex Media Komputindo, 2013). h. 78.
26
pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu, dan tentu saja
hal itu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya.31
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat
disipsahkan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari segi
empiris kita tahu bahwa banyak sekali penelitian yang
menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting
karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam
Yuliani, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100-200
miliar sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk
mencapai tingkat perkembangan yang optimal.
Namun hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5 %
potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang
berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.
Hal ini meunjukan bahwa dari ratusan miliar sel otak yang
telah Allah SWT anugrahkan tersebut, ternyata hanya baru sedikit
sekali yang saling berhubungan dengan sel-sel otak lainnya, antara
lain adalah; sel-sel otak yang menegendalikan detak janjung,
pernapasan, gerak refleks, pendengaran dan naluri hidup.
Tidak hanya itu bahkan pada saat anak usia 3 tahun, sel otak
telah membentuk sekitar 1000 triliun jaringan koenksi/sinapsis.
Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang dewasa.
Sebuah sel otak dapat berhubungan dengan 15000 sel lain. Dimana
sinaps-sinaps yang jarang digunakan lambat laun akan mati,
sementara yang sering digunakan akan semakin kuat dan
31
Suyadi dan Maula, KONSEP DASAR PAUD, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), Cet. Ke-1, h. 1.
27
permanen.32
Sementara itu kita tahu bahwa pada usia 0-6 tahun adalah
masa yang sangat menentukan untuk perkembangan anak pada tahap
selanjutnya, masa ini sering disebut sebagai the golden of age, atau
masa keemasan anak! Namun periode ini juga sebagai periode yang
sangat kritis untuk menentukan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak selanjutnya. Hal inilah yang menunjukan para
psikolog dan pakar pendiikan berkesimpulan bahwa untuk bisa
menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dimulai
sejak usia 0-6 tahun yaitu melalui PAUD. Beberapa hasil penelitian
telah membuktikan bahwa metode pendidikan pada anak usia dini
akan menentukan keberhasilan seseorang di kemudian hari. Banyak
praktek-praktek pendidikan yang salah yang dilakukan pada anak
usia dini (usia TK dan SD), sehingga pendidikan gagal
menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis dan dapat
menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan.33
Dari pembahasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
yang dinamakan anak usia dini adalah usia 0 sampai 6 tahun, dimana
pada saat itulah potensi anak dapat dimaksimalkan. pada masa itu
merupakan pondasi dasar terbentuknya kecerdasan anak. Karena
dalam menempuh jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi
sangat ditentukan oleh apa yang dipersiapkan sejak dini. Dimana
pendidikan tersebut dapat dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.
32
Suyadi dan Maulidya Ulfa, KONSEP DASAR PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-1, h. 2-3. 33
H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan PAUD, (Jakarta; PT Remaja Rosdakarya).
28
2. Kriteria Pendidikan Anak Usia Dini.
Pendidikan anak usia dini hendaknya belajar dalam suasana
yang menyenangkan. Mereka tidak bisa dipaksa untuk menyenangi
sesuatu tetapi pendidik harus berusaha keras untuk bisa membuat
anak didik menyenangi sesuatu bukan dengan cara memaksa.
Kreatifitas pendidik sangat penting dalam usaha menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan dan membuat anak usia dini
tertarik untuk belajar. Untuk dapat melaksanakan pendidikan yang
mengarah pada pendidikan santun anak, maka diperlukan beberapa
kriteria pendidikan santun anak usia dini.
Kriteria pendidikan santun anak usia dini yaitu:34
a. Menghargai hak-hak anak usia dini di sekolah.
b. Menciptakan lingkungan yang kekeluargaan.
c. Memberikan pendidikan yang relevan dengan kehidupan.
d. Menunjang kebutuhan jasmani dan rohani anak usia dini.
e. Menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran.
f. Belajar tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga diluar kelas.
g. Memberikan raung kreasi untuk anak usia dini.
3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini.
Prinsip-prinsip pembelajaran dalam pendidikan anak usia
dini terdapat banyak prinsip yang dikemukakan oleh para ahli.
Seperti dikemukakan Suyadi dan Maulidya dalam bukunya Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa dapat
dipetakan menjadi 2 kategori yaitu:
34
Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat:
Lembaga Kajian Islam “Noegraha”, 2014), cet. 1, h. 330
29
a. Prinsip-prinsip teoritis dalam pembelajaran atau kegiatan
pendidikan anak usia dini.
Menurut Doouglas H. Clement membagi prinsip-prinsip
pendidikan anak usia dini kedalam 4 kategori yaitu; anak sebagai
peserta didik aktif, anak sebagai pembelajar sosial-emosional,
anak sebagai peserta didik independent (penanggung jawab atas
kegiatan yang dilakukannya sendiri) dan kategori anak sebagai
pembelajar di dunia nyata.
b. Prinsip-prinsip praktis dalam pembelajaran atau kegiatan
pendidikan anak usia dini.
Salah satu pilar konsep dasar pendidikan anak usia dini
adalah prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran. Berikut ini
dikemukakan 13 prinsip pelaksanaan pembelajaran pendidikan
anak usia dini35
1). Berorientasi pada kebutuhan anak.
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa
berorientasi kepada kebutuhan anak.
2). Pembelajaran anak sesuai dengan perkembangan anak.
Pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan
tingkat perkembagan anak, baik usia maupun kebtuhan
individual anak. Perkembangan anak memiliki pola tertentu
sesuai dengan garis waktu perkembangan, setiap anak
berbeda perkembangannya dengan anak yang lain, ada yang
cepat ada yang lambat. Oleh karena itu, pembelajaran anak
usia dini harus disesuaikan baik lingkup maupun tingkat
kesulitannya dengan kelompok usia anak.
35
Suyadi dan Maulidya Ulfa, KONSEP DASAR PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-1, h. 31.
30
3). Mengembangkan kecerdasan majemuk anak.
Pembelajaran anak usia dini hendaknya tidak
menjejali anak dengan hafalan (termasuk membaca menulis
dan berhitung; calistung), tetapi mengembangkan
kecerdasannya. Kunci kecerdasan anak adalah kematangan
emosi, bukan pada kemampuan kognisi karena serabut otak
kognisi pada anak belum terbentuk atau belum tumbuh
dengan baik. oleh karena itu, ukuran kecerdasan anak pada
kemampuan kognitif (calistung), melainkan pada
kematangan emosi. Dengan demikian, meskipiun anak usia
dini telah mampu membaca, meulis, dan menghitung dengan
baik, belum tentu ia anak yang cerdas. Justru sebaliknya, ada
kemungkinan stimulasi yang berlebihan untuk
pengembangan kognitif sehingga pengembangan kecerdasan
yang lain menjadi terabaikan. Jika ini yang terjadi, anak
tersebut mengalami distorsi kecerdasan secara besar-besaran.
4). Belajar melalui bermain.
Bermain adalah salah satu pendekatan dalam
melaksanakan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini.
Dengan menggunakan strategi, metode, materi atau bahan,
dan media yang menarik, permaina dapat diikuti anak secara
menyenangkan. Melalui bermain, anak diajak untuk
bereksplorasi (penjajakan), menemukan, dan memanfatkan
benda-benda disekitarnya.
Montessori memandang permainan sebagai
“kebutuhan bathiniyah” setiap anak, karena bermain mampu
menyenangkan hati, meningkatkan keterampilan, dan
31
meningkatkan perkembangan anak. Konsep bermain inilah
yang kemudian disebutnya sebagai belajar sambil bermain.
5). Tahapan pembelajaran anak usia dini.
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya
dilakukan secara bertahap, mulai dari yang kongkrit ke yang
abstrak, dari yang sederhana sampai yang kompleks, dari
yang bergerak ke verbal, dan dari diri sendiri ke lingkungan
sosial.
6). Anak sebagai pembelajar aktif.
Anak melakukan sendiri pembelajarannya dan guru
hanya sebagai fasilitator atau mengawasi dari jauh.
7). Interaksi sosial anak.
Ketika anak berinteraksi dengan teman sebayanya,
maka anak akan belajar, begitu juga ketika anak berinterasi
dengan orang dewasa (guru, orang tua).
Inilah sebabnya mengapa anak “tanpa belajar”
bahasa, pada usia 4-5 tahun ia telah mempunyai kosakata
lebih dari 14.000 kata. Kekayaan kosakata ini diperoleh
anak-anak ketika berinteraksi dengan orang-orang dewasa,
khususnya ibunya.
8). Lingkungan yang kondusif.
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa,
sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat
mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
9). Meransang kreatifitas dan inovasi
Kegiatan pembelajaran di pendidikan anak usia dini
harus merangsang daya kreativitas dengan tingkat inovasi
32
tinggi. Dalam hal ini permainan-permainana sains dapat
disajikan dalam berbagai kegiatan di pendidikan anak usia
dini.
Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rassa ingin
tahu anak, memotivasi anak untuk dapat berfikir kritis dan
memecahkan hal-hal baru.
10). Mengembangkan kecakapan hidup.
Pembelajaran (kegiatan) di pendidikan anak usia dini
harus mampu mengembangkan kecakapan hidup anak dari
berbagai aspek secara menyeluruh (the whole
child).Tujuaannya adalah agar kelak anak dapat berkembang
menjadi manusia yang utuh dan memiliki kepribadian atau
akhlak mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama
dengan orang lain, mampu hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
11). Memanfaatkan potensi lingkungan.
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari
lingkungan alam sekitar kita atau bahan-bahan yang sengaja
disiapkan oleh pendidik/guru, termasuk dalam hal ini adalah
bahan-bahan untuk membuat permainan edukatif sendiri.
12). Pembelajaran sesuai dengan kondisi sosial budaya.
Kegatan atau pembelajaran pada anak usia dini harus
sesuai dengan kondisi sosial budaya dimana anak tersebut
berada. Apa yang dipelajari anak adalah persoalan nyata
sesuai dengan kondisi dimana anak dilahirkan.
33
13). Stimulasi secara holistik.
Kegiatan atau pembelajaran anak usia dini harus
bersifat terpadu atau holistik. Anak tidak boleh hanya
dikembangakan kecerdasan kecerdasan tertentu saja seperti
IPA, Matematika, bahasa, secara terpisah, tetatpi terintegrasi
dalam satu kegiatan.
Menurut Sugiman Muchlis dan Ridjaludin dalam bukunya
Pedidikan Anak Usia Dini mengungkapkan bahwa pendidikan anak
usia dini dapat dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai
berikut36
:
a. Menggunakan variasi media yang menarik.
b. Melibatkan dan mengembangkan seluruh panca indra.
c. Menyediakan suasana pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan.
d. Memberikan kesempatan pada anak untuk memahami,
menghayati dan mengalami secara langsung nilai-nilai, melalui
proses pembelajaran.
4. Karatristik Perkembangan Anak Usia Dini
Para psikolog berpendapat bahwa manusia mengalami
perkemabngan secara bertahap, mulai dari bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, dan seterusnya. Walaupun klasifikasi tahapan-tahapan
perkembangan berbeda anatara psikolog yang satu dengan psikolog
36
Sugiman Muchlis dan Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat:
Lembaga Kajian Islam “Noegraha”, 2014), cet. 1, h. 101
34
yang lain, tetapi yang jelas para psikolog itu menyadari adanya tahap
perkembangan secara khusus pada anak usia dini.37
a. Pentingnya pengetahuan tentang perkembangan anak usia dini.
Ada beberapa alasan mengapa para orang tua dan guru
PAUD harus mempelajari perkembangan anak anak usia dini.
Pada prinsipnya mempelajari tumbuh-kembang anak usia dini
memberi keuntungan bagi orang dewasa, khususnya orang tua
dan guru PAUD ketika berhubungan dengan anak.
b. Prinsip-prinsip perkembangan
Sebagai pakar psikolog abad ini, Hurlock mengemukakan
sepuluh prinsip-prinsip perkembangan anak sepert dikemukakan
oleh Suyadi dan Maulidya sebagai berikut:
1) Perkembangan berimplikasi pada perubahan, tetapi
perubahan belum tentu termasuk dalam kategori
perkembangan karena perkembangan adalah realisasi diri
atau pencapaian kemampuan bawaan.
2) Perkembangan awal lebih penting atau lebih kritis daripada
perkembangan selanjutnya karena perkembangan awal
menjadi dasar bagi perkembangan berikutnya.
3) Kematangan (sosial-emosional, mental, dan lain-lain) dapat
dimaknai sebagai bagian dari perkembangan karena
perkembangan timbul dari interaksi kematangan dan belajar.
4) Pola perkembangan dapat diprediksikan, walaupun pola yang
dapat di prediksikan tersebut dapat di perlambat atau
dipercepat oleh kondisi lingkungan di masa pralahir dan
pasca lahir.
37
Suyadi dan Maulidya Ulfa, KONSEP DASAR PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-1, h. 45.
35
5) Pola perkembangan mempunyai karatristik tertentu yang
dapat di prediksikan. Pola perkembangan yang terpenting
diantaranya adalah adanya persamaan bentuk perkembangan
bagi semua anak; perkembangan berlangsung dari tanggapan
umum ke tahapan spesifik; perkembangan terjadi secara
berkesinambungan berbagai bidang berkembang dengan
kecepatan yang berbeda dan terdapat korelasi dalam
perkembangan yang berlangsung.
6) Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan yang
sebagian karena pengaruh bawaan (gen) atau keturunan dan
sebagian yang lain karena lingkungan. Perbedaan pola
perkembangan ini berlaku baik dalam perkembangan fisik
maupun psikis.
7) Setiap perkembangan pasti melalui fase-fase tertetu secara
periodik mulai dari periode pra lahir (masa pembuahan
sampai lahir), periode neoatus (lahir sampai 10-24 hari),
periode bayi (2 minggu sampai tahun), periode kanak-kanak
awal (2 sampai 6 tahun), periode kanak-kanak akhir (16
sampai 13-14 tahun), dan periode puber (16 sampai 18
tahun). Dalam semua periode tersebut yang normal dan yang
terbawa dari periode sebelumnya, biasa disebut sebagai
prilaku “bermasalah” (abnormal).
8) Setiap periode perkembangan pasti ada harapan sosial untuk
anak. Harapan sosial tersebut adalah tugas perkembangan
yang memungkinkan para orang tua dan guru TK mengetahui
pada usia berapa anak mampu menguasai berbagai pola
perilaku yang diperlukan bagi penyesuaian sosial yang baik.
36
9) Setiap bidang perkembangan mengandung kemungkinan
bahaya, baik fisik maupun psikologis yang dapat mengubah
pola perkembangan anak selanjutnya.
10) Setiap periode perkembangan meiliki makna dan
kebahagiaan yang bervariasi bagi anak. Tahun pertama
kehidupan biasanya yang paling bahagia dan masa puber
biasanya yang paling tidak bahagia.
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitan
1. Tempat Penelitian
Tempat yang penelii jadikan objek adalah di Ma'had Tahfidh
Qur'an (MTA) Nurani, beralamat di Jl. Timbul No.71, RT.7/RW.4,
Cipedak, Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 12630
2. Waktu Penelitan
Dalam mendapatkan informasi dan data-data penting yang
penulis butuhkan sebagai bahan penelitian. Penulis melakukan
penelitian di Ma'had Tahfidh Al-Qur'an (MTA) Nurani, Jagakarsa
Jakarta Selatan, terhitung sejak bulan Mei 2018 sampai bulan
Agustus 2018.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif yang dilakukan dalam bidang pendidikan,
digunakan juga untuk memahami prilaku pendidik dan peserta didiknya
dalam kaitan belajar-mengajar yang dilakukan. Objek penelitian ini
termasuk penelitian lapangan (field research), yaitu mencari data
informasi secara langsung di lapangan yang diperlukan dalam penelitian
yang dilakukan, dan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu
pengumpulan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam
material yang terdapat diruangan perpustakaan. Misalnya berupa buku-
buku, majalah, naskah, jurnal, artikel dan sumber lain yang relevan
dengan penelitian ini. Bertujuan untuk menganalisa suatu pengertian
38
yang bersifat teoritis dan literature yang mendukung pelaksaan
penelitian.38
Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif yaitu
mendeskripsikan suatu objek, fenomena atau latar sosial sasaran
penelitian terwadahkan dalam tulisan naratif. Artinya data maupun fakta
yang telah dihimpun oleh peneliti kualitatif berbentuk kata atau gambar.
Dalam menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi
kutipan-kutipan dari data atau fakta yang telah diungkap di lokasi
penelitian. Selanjutnya peneliti memberikan ilustrasi yang utuh dan
untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan.39
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode
kualitatif. Jenis penelitian kualitatif ini berdasarkan pada prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yaitu data tertulis maupun
lisan. Begitu pula dengan penelitian ini, penulis akan berusaha
memahami proses belajar mengajar di MTA Nurani Jagakarsa khususnya
keefektifan pada metode sedayu yang berkaitan dengan pembelajaran Al-
Qur‟an pada anak usia dini.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data
diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri
dari sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya
adalah data tambahan seperti dokumen dll.40
Adapun sumber data yang peneliti peroleh dalam penelitian ini
antara lain;
38
Tohirin, Meode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan
Koseling, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012), h. 3. 39
M. Djunaidi Ghony & Fauzan Alhamshur, Metode Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2012), h. 44-45 40
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 157.
39
1. Sumber data utama (primer) yaitu sumber yang diambil dari
wawancara dengan pengasuh metode sedayu, kordinator metode
sedayu, pengampu metode sedayu dan pimpinan MTA Nurani,
Jagakarsa, serta pengasuh MTA Nurani, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
2. Sumber data tambahan (skunder) yaitu sumber data dari wawancara
dengan direktur pesantren, perwakilan santri usia dini, foto-foto,
dokumen, dan catan-catatan lainnya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Adapun teknik pengumpulan datanya adalah sebagai berikut:
1. Wawancara(interview)
Diantara salah satu yang menjadi keharusan dalam penelitian
kualitatif adalah penggunaan metode dalam bentuk wawancara
(interview). Interview atau wawancara merupakan proses tanya
jawab antara 2 orang atau lebih secara langsung.41
Penulis melakukan wawancara penelitian tentang pengertian
metode sedayu, sejarah metode sedayu, proses pembelajaran metode
sedayu, profil MTA Nuarni, Jagakarsa Jakarta Selatan, wawancara
tersebut dilakukan dengan beberapa narasumber diantaranya yaitu
dengan pengasuh metode sedayu, kordinator metode sedayu,
pengampu metode sedayu, pimpinan MTA Nurani, Jagakarsa dan
41
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 57.
40
Direktur MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan serta beberapa
perwakilan santri usia dini.
2. Pengamatan (Observasi)
Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke
objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.42
Observasi juga bisa dikatakan sebagai pengamatan dan
pencatatan dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
diselidiki, dalam arti luas, observasi tidak hanya terbatas pada
pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
secara langsung.43
Peneliti melakukan pengamatan proses beajar-mengajar
metode sedayu secara langsung di MTA Nurani Jagakarsa. Jakarta
Selatan.
3. Dokumentasti
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Studi domen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.44
Hal ini digunakan untuk mengetahui data para siswa,
guru, administrasi sekolah, dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti oleh penulis.
42
Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
(Jakarta: IIQ Press, 2011),cet. Ke-2, h. 20. 43
Sutrisno Hadi, Metodologi Reasearch II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1984), h. 126. 44
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, (Bandung:
Penerbit Alvabeta, 2017), cet. Ke-9, h. 326
41
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak
dilakukan dengan pengumpulan data.45
Proses analisis data dimulai
dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu
dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi dan sebagainya.46
Menurut
Milles dan Huberman analisis data dilakukan secara interaktif melalui
proses data reduction, data display, dan verification47
.
F. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian antara lain:
Pengasuh metode sedayu, kordinator metode sedayu, pengampu metode
sedayu, direktur pesantren, perwakilan santri usia dini, serta pimpinan
MTA Nurani, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
45
Ibid, h. 383. 46
Lexy J. Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 247. 47
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi, (Bandung:
Penerbit Alvabeta, 2017), cet. Ke-9, h. 383
42
43
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Profil MTA Nurani Jagakarsa
Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani”, merupakan sebuah
pendidikan pesantren tingkat dasar untuk anak usia dini tingkat SD
dan SMP. berdiri pada tanggal 17 Romadlan 1434 H / 14 Juli
2013 M.
Ma‟had Tahfidh AL-Qur‟an sejak awal pendiriannya
diniatkan sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang diformat dengan
tujuan
a. Mencetak generasi Qur‟ani penghafal Al Qur‟an yang
berkepribadian utuh dan unggul dalam ilmu dan amal.
b. Mendidik generasi yang memiliki komitmen ke-Islaman yang
tinggi dengan ciri: berakidah lurus (salimul aqidah), beribadah
benar (shohihul ibadah), dan berakhlak mulia (akhlakul karimah).
c. Mewujudkan ‟Izzul Islam wal Muslimin dan menjadi pemimpin
yang hamalatul Qur‟an.
Sementara itu secara historis ada beberapa sumber inspirasi
yang melatarbelakangi berdirinya Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an
“Nurani” anatar lain:
a. Kejayaan Islam di abad keemasannya ditandai dengan munculnya
tokoh-tokoh yang sejak dini telah ditanamkan kecintaan dan
komitmen yang kuat pada Al-Qur‟an dan As-Sunnah, sehingga
mereka rata-rata hafal Al-Qur‟an sejak kecil dan menguasai ilmu-
ilmunya (Qira‟atan, hifdhan, fahman, watafsiran) serta mampu
mengamalkan ajaran-ajarannya secara kaffah. Hal ini tercermin
44
pada pola hidup mereka yang penuh zuhud dan waro‟
kemampuan memadukan fikir dan dzikir, sikap yang positif dan
pandangan yang kedepan terhadap iptek, ruhul jihad dan ijtihad
yang tinggi untuk berjasa se-besar-besarnya bagi agama dan umat
manusia, semangat yang tak pernah padam untuk berkreasi dan
berprestasi dalam berbagai bidang, dan lain-lain sifat yang
menjadi ciri tradisi keberagaman dan keilmuan saat itu.
b. Semangat untuk memberikan kontribrusi yang besar bagi upaya
penggalian dan pengembangan iptek dari para khalifah, ulama
dan cendikiawan muslim, yang terkenang dalam sejarah melalui
berdirinya universitas-universitas islam, secara implisit telah
diakui sebagai pemberi ilham bagi berdirinya unversitas-
universitas di eropa. Demikian pula baitul hikmah (the house of
wisdom) perpustakaan terbesar di kota Bagdad yang didirikan
oleh khalifah Al-Makmun, dan menjadi tempat berkumpulnya
para ulama dan cendikiawaan dari berbagai penjuru dunia yang
telah mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan iptek
pada zaman itu.
c. Mengembangan iptek pada era globalisasi dan informasi saat ini
tidak saja menuntut para santri masa depan untuk menguasai
pengetahuan luas dan technologi canggih atau memilik
kemampuan antisipatip terhadap setiap perubahan yang terjadi
diluar dirinya (baik yang bersifat mikro maupun yang bersifat
makro) tapi lebih dari itu mereka harus memiliki akidah yang
kuat dan sikap mental yang tangguh yang bersumber dan
mengacu pada Al-Quranul karim (Khulukuhu Al-Qur‟an) agar
mereka bisa memberikan kontribusi yang lebih bermakna bagi
upaya tercapainya “izzil islam wal muslimin”
45
d. Tradisi pendirian jamaah tahfidhil qur‟an diberbagai masjid timur
tengah yang telah mampu melahirkan beribu-ribu hafidh dan
ulama yang sekaligus berfungsi sebagai tokoh pemimpin umat
formal dan informal, ilmuwan, technocrat dan budayawan yang
telah memperoleh pengakuan dunia internasional.
Adapun sejarah berdirinya dimulai ketika seorang pendidik
kharismatik sekaligus seorang da‟i dan Da‟iah; KH Rodjali Sarmili
& Ustdh Hj. Nuryati Nur telah banyak mencetak anak didik yang
berhasil melalui lembaga pendidikan dan dakwah yang dirintisnya
sejak tahun 1990;Majlis Ta‟lim, Panti asuhan, Pendidikan
TK,SD,SMP,SMK, dll. Dibawah naungan Yayasan Annuriyah
Jagakarsa, namun Kecintaannya terhadap Al Qur‟an yang mendalam
masih ada tersisa cita-cita yang hendak diwujudkan di usianya yang
senja tapi semangat juang masih berkobar. Adalah menginginkan
berdirinya sebuah pesantren Tahfidh Al-Quran. Keinginan itu
terwujud diawali silaturrahim antara dua sahabat yang sudah lama
tidak bersua semenjak perpisahan mereka setelah sama-sama
menyelesaikan pendidikan kesarjanaan di Universitas Islam
Madinah di kota Rasulullah SAW-Madinah Almunawwarah, yaitu;
DR KH. M Ilyas Marwal, MA & KH. Abdullah Ahmad Zaini,Lc.Q
MA. Dari silaturrahim dan diskusi yang intensif akhirnya
melahirkan suatu ide pemikiran mendirikan lembaga pendidikan Al-
Qur‟an percontohan yang dapat menjawab tuntunan zaman dan
merespon terhadap kelangkaan ulama yang menguasai sains
(ilmuwan) atau sebaliknya ilmuwan yang memiliki kearifan ulama,
Namun yang paling penting adalah upaya menjadikan Al-Qur‟an
sebagai media utama perekat ukhuwwah islamiyyah yang sudah
46
tercabik-cabik karena perbedaan baju partai, madzhab, ormas,
gerakan dll.
Tepat pada tanggal 26 Mei 2013 akhirnya diselenggarakan
Dauroh Tadribiyyah tentang metode sedayu (cara membaca, tahsin,
menulis dan menghafal Al-Qur‟an) yang diikuti para huffadh dan
hafidhaat serta asatidhah dibawah bimbingan Ust. H. Enuh
Hermawan, S.Pd di kediaman KH. M Ilyas Marwal di Ciganjur,
yang kelak menjadi cikal bakal berdirinya MTA Nurani dan
dilanjutkan musyawarah persiapan pendirian MTA Nurani yang
dipimpin oleh KH. Abdullah Ahmad Zaini,Lc.MA dan dihadiri
langsung oleh; DR. KH. M. Ilyas Marwal, MA, Ust H. Enuh
Hermawan S.Pd, Ust. Abdul Muiz S.Sos.I, Ust Romdloni S.Th.I,
Ust. Mukhlisin, Ust Awat Al-Amry, Ustdh Anis Khairunnisa S.Ag,
Ustdh Dzatul Istiqomah S.Pd.I, Ustdh Aliyatur Rofiah S.Th.I, Ustdh
Satillah, Ustdh Tazkiah Salsabila, Ustdh Saulia Rohimakumullah.
Setelah beberapa bulan persiapan pendirian MTA Nurani dan
sosialisasi berbagai media diantaranya melakukan Musabaqah
Hifdhil Qur‟an (MHQ) Tingkat Se-Jabodatabek untuk usia dini
diikuti lebih kurang 200 peserta yang dikoordinir oleh Ust. Abdul
Muiz, serta do‟a restu dari berbagai Masy'aikh diantaranya: Prof.
KH. Syukron Makmun (Pengasuh Pondok Pesantren Daarul
Rahman), KH Masyhuri Baidhowi, MA (Pengasuh Pesantren
Darussalam, Indramayu Jawa -Barat) Ustdh Dedeh Nurhaidah
(Pengasuh Pesantren Yapink Bekasi) KH. Mamduh Mastari
(Pengasuh Pesantren Tarbiyatul Wildan Karawang) KH. Rodjali
Sarmili & Ustdh Hj. Nuryati Nur (Pembina Yayasan Annuriyah dan
MTA Nurani), Sayyid Muhammad El-Habib (Ulama spiritual
Aljazair), Sayyid Lahbib El-Jakany (Ulama spiritual Maroko),
47
Syekh DR. Hasan al-Haj Adam Abdul as-Sudany (Ulama dari Sudan
& Dosen Bahasa Arab di LIPIA Jakarta serta anggota majlis isyraf
„ilmiwa-lughawi MTA Nurani), tepatnya tanggal 17 Ramadhan 1434
H bertepatan dengan tanggal 14 juli 2013 M dengan membaca
basmalah MTA Nurani dibuka secara resmi oleh DR. KH. M. Ilyas
Marwal, MA yang sebelumnya dilakukan khataman Al-Qur‟an dan
do‟a oleh KH. Abdullah Ahmad Zaini, Lc.MA.
Diusianya yang baru se-umur jagung MTA Nurani mendapat
respon positif dari masyarakat luas, Alhamdulillah dari indikasi
banyaknya yang mendaftarkan putra-putrinya untuk dijadikan
penghafal Al-Qur‟an di MTA Nurani namun kapasitas tidak
memadai sehingga perlu pengembangan kedepan, hal itu yang
mendorong KH. Rodjali Sarmili, BA (Pembina MTA Nurani)
mewakafkan lahan tanah lebih kurang 1Ha dan bangunan berlokasi
di Sasak Panjang Bogor untuk MTA Nurani sebagai bukti
kecintaannya terhadap Al-Qur‟an, insya Allah lokasi ini akan
diperuntukkan santri MTA Nurani tingkat SMP ditahun ajaran 1434
H – 1435 H.
2. Visi dan Misi MTA Nurani Jagakarsa
Visi
Menjadi Lembaga Pendidikan Al-Qur‟an Percontohan
Misi
a. Membunyikan wahyu-wahyu samawi (Al-Qur‟an dan As-
Sunnah).
b. Mewujudkan generasi Qur‟ani yang memiliki keseimbangan
spiritual, intelektual dan karakter (moral/akhlaq) yang
berkomitmen terhadap kemaslahatan ummat dengan berlandaskan
48
nilai-nilai Al-Qur‟an dan As-Sunnah sesuai kepahaman
ahlussunnah wal jamaah.
3. Program dan Kurikulum Pendidikan MTA Nurani Jagakarsa
Sistem pendidikan di Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani”,
dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk core and integreted
curriculum (kurikulum terpadu) selama 24 jam non stop, dengan
penekanan khusus pada bidang Tahfidhul Qur‟an dengan berafiliasi
pada berbagai macam ilmu, teori dan praktik diantaranya:
a. Program I’dadi/Sedayu
Program i‟dadi adalah metode pembelajaran baca tulis Al-
Qur‟an, Imla‟, hafalan surat-surat pilihan dan do‟a harian yang
diterapkan di Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani” untuk santri
pemula jenjang SD. Buku yang dipakai menggunakan Pedoman
Pembelajaran Metode Sedayu sebanyak 6 jilid yang telah disusun
KH. Enuh Hermawan, S.Pd (Majlis Isyrof „ilmi wa-Tarbawi
MTA Nurani).
b. Program Tahfidh Al-Qur’an
Sebagai ciri khas Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani”
program ini merupakan program inti yang harus diikuti oleh
seluruh santri/santriwati untuk jenjang SD dimulai dengan tamat
metode sedayu, tamat bin nadhar, lancar baca Al-Qur‟an, fasih
dan sesuai dengan hukum tajwid maksimal setengah tahun
sebelum mendapat SIM (Surat Izin Menghafal). Masa menghafal
Al-Qur‟an sesuai dengan kelas yang diikuti. Kelas Takhassus
adalah khusus bagi santri yang punya kemampuan lebih dalam
menghafal, target yang dicapai dalam 1 semester 2,5 juz (1 tahun
49
5 juz). Kelas Biasa adalah program terbatas, pada kelas ini target
yang dicapai dalam 1 semester 1,5 juz (1 tahun 3 juz). sedangkan
untuk jenjang SMP santri wajib menyelesaikan 30 juz dengan
ketentuan:
1) Mutamakkin (Calon santri yang lulus Tanpa syarat)
2) Ghoiru Mutamakkin (Calon santri yang lulus bersyarat)
3) Santri Intensif
c. Program Kepondokan
Materi kepondokan untuk jenjang SD antara lain Aqida
Akhlaq, Bahasa Arab, Fiqih amaliah, SKI, Imla‟ dan Tajwid.
untuk jenjang SMP antara lain: ت, اللرأن وعلىمه, الحسث وعلىمه, العليسة, اللغتالعربيت, اللغتالاهجليز
الفله وأصىله, السيرةالنبىيت, التارير الاسلامي, الثلافتالاسلاميت,
الاعجازالعلمى لللرأن, الاعجازالعلمى للسنت, اللصص فى اللرأن
d. Program Formal
Program formal berlangsung pada hari sabtu dan minggu
(pagi hari) dari pukul 08.00 – 11.00. Materi yang diajarkan
Matematika, B.Indonesia, PPKN, IPA, IPS dan Bhs. Englis.
e. Program non Formal
Kegiatan-kegiatan non formal yang ada di Ma‟had
Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani” meliputi :
1) Muhadharah sebagai wadah latihan keterampilan berpidato
atau orasi dalam bahasa Arab dan Inggris.
50
2) Mudarrosah sebagai media bagi santri menampilkan
kelancaran hafalan dengan cara membaca tartil bil-ghoib
secara bergantian.
3) Tazwidul Mufrodat merupakan aktivitas penambahan kosa
kata bahasa arab dilaksanakan tiap hari sebelum tidur.
4) Pengembanngan bakat (Tilawah, Sholawat, Hadrah, Puisi dan
drama) dilaksanakan pada hari kamis sore.
4. Alokasi Waktu dan Target Hafalan MTA Nurani Jagakarsa
Target Hafalan santri tingkat SD
Tahun
Ke Semester
Target
Hafalan Efektif
Pencapaian
1 tahun
I Ganjil M. Sedayu + ½ tahun Lancar baca
Al-Qur‟an Genap Binnadhor + ½ tahun
II Ganjil 2,5 Juz + ½ tahun Hafal Juz
1-5 Genap 2,5 Juz + ½ tahun
III Ganjil 2,5 Juz + ½ tahun Hafal Juz
6-10 Genap 2,5 Juz + ½ tahun
IV Ganjil 2,5 Juz + ½ tahun Hafal Juz
11-15 Genap 2,5 Juz + ½ tahun
V Ganjil 2,5 Juz + ½ tahun Hafal Juz
16-20 Genap 2,5 Juz + ½ tahun
VI Ganjil 2,5 Juz + ½ tahun Hafal Juz
21-25 Genap 2,5 Juz + ½ tahun
VII Ganjil 2,5 Juz + ½ tahun Hafal Juz
26-30 Genap 2,5 Juz +½ tahun
51
5. Materi Pelajaran Tingkat SD MTA Nurani Jagakarsa
No Mata Pelajaran Kelas
I II III IV V VI
1 Aqidah Akhlak 1 1 1 1 1 1
2 Fiqih 1 1 1 1 1 1
3 SKI 1 1 1 1 1 1
4 Bahasa Arab 1 1 1 1 1 1
5 Imla‟ 1 1 1 1 1 1
6 Tajwid 1 1 1 1 1 1
7 Bahasa
Indonesia
1 1 1 1 1 1
8 Bahasa Inggris 1 1 1 1 1 1
9 Matematika 2 2 2 2 2 2
10 IPA 1 1 1 1 1 1
11 IPS 1 1 1 1 1 1
12 PKN 1 1 1
Jumlah 12 12 12 13 13 13
6. Sistem Pendidikan dan Bahasa Komunikasi MTA Nurani
Jagakarsa
Sistem pendidikan di Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an “Nurani”,
dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk core and integreted
curriculum(kurikulum terpadu) selama 24 jam non stop, dengan
penekanan khusus pada bidang tahfidhul Qur‟an.
Sementara itu untuk bahasa komunikasi yang dipergunakan
dalam pergaulan sehari-hari antara siswa dengan siswa atau antara
siswa dengan guru adalah bahasa arab dan inggris. hal ini terlaksana
52
dengan adanya disiplin yang tinggi dan didukung oleh beberapa
sarana seperti: latihan pidato, diskusi dan muhadoroh serta
muhadatsah.
7. Sarana Pendidikan MTA Nurani Jagakarsa
a. Masjid Jami
b. Musholla milik sendiri
c. Perpustakaan
d. Asrama, Dapur dan kantin
e. Ruang UKS
f. Wifi MTA Nurani
g. Audio Visual
h. Parabola
i. Sarana olahraga (Badminton, Tenis Meja dan Futsal)
8. Data MTA Nurani Jagakarsa
Nama : Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an Nurani
Alamat Nurani 1 : Jl. Timbul raya no 71 Rt 007/004
Kelurahan : Cipedak
Kecamatan : Jagakarsa
Kabupaten / Kota : Jakarta Selatan
Telepon : (021) 7874380
Email : [email protected]
Alamat Nurani 2 : Jl. H.Kerim No 29 Rt 04/02
Desa : Sasak Panjang
Kecamatan : Tajur Halang
Kabupaten : Bogor
53
Provinsi : Jawa Barat
Nama Yayasan : Yayasan Pusat Study Kajian dan Dakwah
Nurani (PUSKADI)
Alamat Yayasan : Jl. Timbul Raya no 71 Rt 007/004 Cipedak
Jagakarsa Jaksel
Nama Ketua yayasan : KH. DR.M. Ilyas Marwal,MA
Alamat : Jl. Timbul Raya no 71 Rt 007/004 Cipedak
Jagakarsa Jaksel
NSPP : 510031749010
SK Ijin oprasional : Kd.09.01/5/PP.00.7/3175/2015
Tahun berdiri : 2013
Tahun Oprasional : 2015
9. Data Kondisi Sarana MTA Nurani Jagakarsa
a. Nurani I (Jakarta)
1) Status Tanah : Milik Sendiri
2) Luas Tanah : 910 M
3) Luas bangunan : 647 M
b. Nurani II (Bogor)
1) Status Tanah : Waqaf
2) Luas Tanah : 7.964 M2
Luas Bangunan : 1.200 M2
10. Data Guru, Santri dan Karyawan MTA Nurani Jagakarsa
NO TINGKAT GURU TENAGA
admin
PETUGAS
LAINNYA
1 Ma’had Pa Pi
2 Pa Pi
37 34 10 10
Jumlah 71 2 20
54
Adapun untuk tenaga kepengajaran (tenaga pengajar) di
Ma‟had Tahfidh Al-Qur‟an Nurani terdiri dari:
a. Para sarjana S1, S2 dan S3 dari berbagai perguruan Tinggi Dalam
maupun Luar Negri diantaranya: Univ. Hukum Syari‟ah
(Hudaidah Yaman), Univ. Islam Madinah, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, IAIN Sunan Ampel Surabaya, IAIN
Walisongo Semarang, IDIA Al-Amien Madura.
b. Para Huffadh dan Muhaffidhin, alumni Ma‟had Tahfidh Al-
Qur‟an diantaranya: YANBUQ Kudus, BUQ Betengan Demak,
MTA Al-Amien Madura, PP Fadlullah Gubug Purwodadi, PP Al-
Ma‟arif Kebonagung Demak, PP Al-Arafat Gintunglor Cirebon.
Data santri MTA Nurani Jagakarsa
NO TINGKAT SANTRI
1 TK 24
2 SD 290
3 SMP 77
4 SMA 9
5 MA‟HAD ÁLI 1
JUMLAH 401
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dari beberapa sumber dan data yang telah berhasil penulis
dapatkan diatas, penulis salah satunya adalah melakukan beberapa
wawancara terkait dengan penelitian ini yang penulis lakukan,
khususkan kepada tokoh-tokoh yang berperan penting dalam proses
pengajaran yang di lakukan di MTA Nurani Jagakarsa tersebut. Dimana
55
tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang
tepat dari narasumber yang terpercaya.
Wawancara ini dilakukan dengan cara penyampaian sejumlah
pertanyaan dari pewawancara kepada narasumber. Diantara yang penulis
wawancarai antara lain adalah; Direktur pesantren, pengasuh metode
sedayu, kordinator metode sedayu, pengampu metode sedayu dan ketua
pesantren yang bertugas menghimpun semua informasi yang ada dalam
pesantren termasuk data siswa dll. Adapun untuk lampiran hasil
wawancaranya akan penulis tampilkan dalam lampiran.
Selain menggunakan teknik wawancara penulis juga melalkukan
observasi ketempat penelitian tersebut yaitu PP. Nurani Jagakarsa. Dari
observasi itulah penulis mendapatkan informasi-informasi penting yang
selanjutnya menjadi acuan penulis untuk melanjutkan penelitian
berikutnya.
Sementara itu dari hasil pendokumentasian yang penulis
dapatkan, penulis berhasil mendapatkan sejumlah dokumentasi yang
berkaitan dengan metode sedayu tersebut. Dimana dokumen-dokumen
tersebut penulis dapatkan dari sumber primer yang dapat
dipertanggungjawabkan, yaitu dari penangungjawab atau ustad yang
bertanggungjawab untuk metode sedayu di MTA Nurani jagakarsa.
1. Penerapan Metode Sedayu di MTA Nurani Jagakarsa
Berdasarkan data yang berhasil penulis dapatkan, dari
wawancara, dokumentasi, dan observasi yang dilakukan oleh
penulis, maka diperoleh data yaitu kegiatan pembelajaran dan materi
yang di berikan di MTA Nurani Jagakarsa, mengacu kepada modul
yang sudah dibuat khusus oleh lembaga pesantren Tarbiyatul Wildan
yang ada di Karawang, Jawa Barat, dimana pondok tersebut telah
56
lebih dahulu menerapkan metode sedayu, yaitu modul buku
sebagaimana akan penulis jelaskan.
Metode Sedayu adalah salah satu metode atau cara
(membaca, menulis, dan menghafalkan) Al-Qur‟an yang fasih,
sesuai dengan makhorijul hurufnya, dengan penerapannya yang
sangat sistematis, dan yang dikemas cukup simpel dan singkat dalam
memahaminya.48
Nama Sedayu sendiri adalah nama yang diambil dari salah
satu daerah, tepatnya desa Kauman Sidayu, Kota Gresik Jawa
Timur. Dimana disitulah untuk pertamakalinya metode sedayu itu
dilahirkan dan dikembangkan. Disebut Sedayu karena diidentikan
dengan nama daerahnya tersebut.49
Metode sedayu ini merupakan cara praktis untuk belajar
membaca, menulis, dan menghafalkan Al-Qur‟an yang fasih, baik
dan benar sesuai dengan makhrijul huruf yang tepat beserta ilmu
tajwidnya, yang tersistematis caranya serta simple dan singkat dalam
penerapannya. Artinya selama 6 bulan atau 1 semester anak sudah
dapat membaca, menulis, dan menghafalkan dengan fasih, baik dan
benar sesuai makhorijul hurufnya.50
Metode sedayu ini pertama kali ditemukan atau diciptakan
oleh KH. Muhammad Bin Sofyan pada tahun 1949 di Gresik, Jawa
Timur, yang selanjutnya diteruskan oleh putra pertamanya yaitu KH.
48
Wawancara dengan pengasuh Metode Sedayu, KH. Enuh Hermawan, S.Pd, MTA
Nurani Jagakarsa, 02 Juni 2018 49
Ibid 50
Wawancara dengan Pengasuh dan Sekaligus Direktur dari MTA Nurani, DR.
H.M. Muhammad Ilyas Marwal. MA, MTA Nurani Jagakarsa, 02 Juni 2018
57
Abdul Muqsith, yang sekarang menjadi pimpinan/pengasuh PPMH
(Pondok Pesantren Mamba‟ul Hisan).51
Pada dasarnya, sistem penyampaian materi disini ditekankan
pada pemehaman, bukan pada hafalan. Sebab kalau hafalan itu
kebanyakan hanya apa yang sudah di hafal itu saja. Berbagai macam
sistem pengajaran itu antara lain adalah:
a. Sistem ceramah
Yaitu seorang guru menerangkan lebih dahulu tentang
perubahan-perubahan bentuk huruf, perubahan harokat dan
perubahan kalimat yang belum dikenal sama sekali oleh anak.
b. Sistem Drill
Yaitu seorang guru membaca kemudian ditirukan oleh anak.
c. Sistem sorogan
Yaitu seorang guru menyuruh anak membaca satu persatu. Pada
waktu sistem ini diterapkan, lalu menemui anak yang kurang
mampu membaca materi yang disajikan maka;
1) Anak tersebut tidak boleh dibacakan secara langsung tetapi
suruh membaca huruf yang ada dalam kalimat tersebut. Seperti
contoh ( جهد) jangan langsung ditunjukan secara lisan “ja-ha-
da” tetapi suruh membaca huruf didalam kalimat satu persatu,
misalnya ( ج) ini bunyinya apa? Ja ( ه) ini bunyinya apa? Dan
seterusnya, kalau ternyata masih belum bisa, maka tunjukan
pada penjabaran huruf yang tersedia diatas. Contoh ( ذ) ini
huruf apa? Diberi harokat apa?fathah. bunyinya bagaimana?
51
METODE SEDAYU; Cara Cepat Membaca Al-Qur’an oleh : KH. Abdul Muqsith
Muhammad dan KH. Makinun Amin Muhammad. Materi dan penataran Metode Sedayu di
Pondok Pesantren Tarbiyatul Wildan Nihayatul Amal, (Pondok Pesantren Tarbiyatul Wildan,
Sukamerta Rawamerta, Karawang, Jawa Barat.
58
Dan seterusnya, lalu guru mengembalikan atau menyuruh
membaca kalimat yang ada dibawah tadi.
2) Jika anak tersebut sudah ditunjukan dengan cara seperti diatas
tetapi masih belum bisa membaca, maka diganti temannya
yang lain dan anak tersebut disuruh memperhatikan temannya
yang sedang membaca.
d. System irama
Yaitu setiap perubahan bentuk kalimat, membacanya disertai
irama atau lagu tertentu. Guna untuk membantu kelancaran
bacaan panjang pendeknya
e. Sistem pemisahan atau tertutup sebagaian
System ini khusus untuk kalimat panjang guna menjaga jangan
sampai anak tersebut hanya mampu membaca karena hafalan.
f. System peraga
Yaitu seorang guru menyuruh anak menulis atau materi yang
disajikan.
g. Setelah anak selesai membaca semua diakhiri dengan membaca
materi bersama.
Sementara itu system pengajaran atau pembelajaran metode
sedayu sendiri menyesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh
anak itu sendiri. Kalua ternyata kemampuan yang dimiliki anak
tersebut itu tinggi, maka proses belajarnya pun bisa di percepat
dengan menambah materi yang lebih banyak. Namun apabila
kemampuan yang dimiliki oleh anak tersebut ternyata relative
rendah, maka penambahan materi akan disesuaikan dengan
kemampuan anaknya, dan tentunya masa pengajarannyapun menjadi
lebih lama.
59
Maka disinilah kita mengetahui bahwa, metode sedayu hadir
untuk kualitas bukan hanya kuantitas semata. Dimana kita tahu
bahwa setiap anak adalah istimewa maka metode inipun
memandangnya demikian, sehingga dalam pengajarannya tidak
musti harus seragam, oleh sebab itulah diaadakan placement test
sebelum mengikuti proses pembelajaran. Dengan harapan kita bisa
mengetahui karatristik dan kecerdasan masing-masing anak yang
sangat beragam. Sehingga anak-anak yang belajar menggunakan
metode sedayu tidak terlalu khawatir untuk tertinggal materinya
maupun kedahuluan anak yang lainnya, karena system
pendidikannya klasikal berdasarkan kapasitas dan daya tampung
anak-anaknya.
Selain itu untuk system penambahan materinya, yaitu materi
yang telah disajikan lebih dahulu dikurangi sedikit demi sedikit dan
yang baru di sajikan serta diperkirakan masih sulit bagi anak tetap
diulangi sampai anak tersebut benar-benar faham materinya, bukan
sekedar di hafalkan. Kemudian setelah itu baru akan dilanjutkan
dengan materi-materi baru. Namun secara khusus, penyajian materi
tersebut dibagi menjadi beberapa tahapan, sesuai dengan ragam dan
urut-urutannya, serta harokat diantaranya;
a. Pengenalan huruf hijaiyah (dasar).
Dimana setiap harinya anak-anak akan belajar huruf hijaiyah
sedikit demi sedikit, adapun caranya adalah sebagai berikut;
1) Dikenalkan mulai dari urutan depan seperti contoh dibawah
ini:
ا ب ث ث ج ح خ ز ش ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل
لا ء ي م ن و ه
60
2) Dilanjutkan dengan urutan balik seperti contoh dibawah ini :
ي ء لا ه و ن م ل ك ق ف غ ع ظ ط ض ص ش س ز ر ش ز خ ح
ج ث ث ب ا
3) Kemudian diperkenalkan dengan perubahan tempat seperti
contoh dibawah ini :
و ق ط ز ه ك ض س خ ب لا غ م ش ز ث ء ل ع ص ش ث ي
ن ف ض ح ر ج كKemudian pada hari-hari berikutnya selalu
menggunakan cara yang sama seperti contoh diatas, sampai
penambahan huruf selesai.
b. Pengenalan harokat.
Pengenalan harokat ini juga sedikit demi sedikit dan tetap
mengulangi pengenalan huruf yang diperkirakan masih sulit,
seperti contoh dibawah ini :
ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـSetiap ada penambahan harokat, pengenalan huruf
tersebut selalu dirubah tempatnya, agar anak tidak semata-mata
hafal melalui urut-urutan letaknya huruf.
c. Pengenalan huruf berharokat fathah (ـ)
Pengenalan huruf yang sudah berharokat ini sistemnya
hampir sama seperti pengenalan huruf-huruf di atas. Bedanya,
pengenalan ini langsung disertai contoh kalimat yang sesuai
dengan batasan huruf berharokat yang telah disajikan sekaligus
dibarengi dengan contoh kalimat dari huruf yang posisinya
berlainan tempat, seperti ( ه - ه - ه ) seperti contoh:
61
ا ب ث ث هى ف ح ش و ء غ س ن ر ع ث م ط ز ك ظ ض ق ي ش ص
- هب ز -س ع ف –ص ل ح – م ك ح - ن ط ف – ر ب ص – ث ب ث
بت س ه -صبر -ل ج
ط
م - ن ف
ح -حك
-صل
ل ه س –بسو -سعف
d. Pengenalan huruf berharokat kasroh (ـ). dan tanda panjang
Pengenalan huruf yang sudah berharokat kasroh ini juga
disertai dengan contoh kalimat yang salah satunya ada yang
berharokat kasroh dan bertanda panjang. Seperti contoh :
ا ب ث ث ط ق ث ه ج ك ب ز ل ث ع ي ز م غ ر ث س و ق ز ء
كذاشعان -حمس -بفلاحك -دلص -لرحيمتها -فله -بشفاعتك -رحم
اعتك -رحم ف
له -بش
لص -رحيمتها ل -ف
حك -د
لا
-حمس -بف
اشعان ذ
ك
e. Pengenalan huruf berharokat dhomah (ـ).
Pengenalan ini juga disertai contoh kalimat yang salah
satu hurufnya ada yang berharokat dhomah dan tetap ditambah
tanpa ditambah tanda panjang yang berlainan bentuk. Seperti
( ) dan ditambah ini, anak diajarkan belajar menulis,
karena diperkirakan sudah memahami pengetahuan dasar seperti
contoh :
س ن ح ع ل ز ق ف م ي غ خ ز ش و
ح ع ق س م ش
ي ص ج ض ي ف
ب ث ث
ا
ك ش ظ
خ ع ر غ
ط
صىعه –يهب -منين لا ذ
صابران - ف
فر -مناحته ىعل –ف
في وحه –غ
ها ائ سعس
62
f. Pengenalan huruf berharokat fathah ganda (ـ)/fathah tanwin dan
mulai disajikan huruf abjad (Bahasa Indonesia).
Pengenalan huruf yang berharokat ganda ini, sistimnya
dengan pengenalan huruf berharokat biasa, hanya saja ditambah
dengan pengenalan bahasa Indonesia. Seperti contoh:
ل غ
ر ض ي ص م ح ف
ش ع ط
غ
م ي ص ع ل ز س ض ك ر ض غ
ن ز ف
ب ث ث
ا
ف
خ ه س ط
-و ح ز حسب حسابا سة
سو مناك
اك
-ه
ت
اجي مناد
هبحسنتها حمس -ا
-حمسا
حيرا حروا -ا
-منىن اك
هسائه –حسن حسنت
ي رطا - لش -رض
فىرارحيما غ
a b c d….. a. aba. mata. dada.
g. Pengenalan huruf berharokat kasroh ganda (ـ)/kasroh tanwin
dalam tahapan ini ditambah pengenalan angka arab. Seperti
contoh:
ه خ ك ع ي س م ز ح و ق ط
ف
ا ب ث ث ف ي ز ض ك ط ل ر م ض ن ع ز ج س غ
تحاسب ح حه -سباف
ىح - صل
لصليح اصل
٤ ٣ ٢ ١ h. Pengenalan huruf berharokat dhomah ganda (ـ)/dhomah tanwin.
Dan dikenalkan angka latin. Seperti contoh :
ا ب
ن س ف ر س ك ء ح ط
غ
ث ث
علجابت
جب ه جب ى
هىه
جيب ف
ه
1. 2. 3. 4. 5.
63
i. Pengenalan huruf yang berharokat saknah (ـ) yang berdampingan
dengan huruf alif berharokat fathah. Seperti contoh:
ص ا
ط
ق ا
و ا
ح ا
ر ا
ا
ث اث
ب ا
ا
هى برارف
برارابا
برار ا
ا
j. Pengenalan huruf yang berharokat saddah (ـ). sistem pengenalan
yang berharokat saddah ini didampingi dengan alif berharokat
fathah, berharokat kasroh dan berharokat dhomah. Seperti cotoh :
م م ا
م ا
ا
ف
ا
ف
ا
ف
ب ا
ب ا
ب ا
ا
كياء ش سا الا ب
أسج ب
سو مؤ ب
ا
k. Pengenalan huruf berharokat saktah yang berdampingan dengan
alif berharokat fathah, berharokat kasroh dan berharokat dhomah.
Dalam tahapan ini dititikberatkan pada perbaikan makhroj.
Seperti contoh:
مدك احا مده حميادماحا تقامتار احا سا لحل الا لح حها اصا صا ماد الا
l. Pengenalan huruf berharokat saddah dan saknah yang
berdampingan dengan huruf hidup lain.
Sistem ini berbeda dengan sistem diatas, kalau sistem
diatas dibaca sesuai dengan apa adanya harokat, akan tetapi
sistem ini ditekankan pada pembiasaan membaca yang sesuai
dengan kaidah ilmu tajwid. Seperti : (رارحياما tidak boleh (غفوا
dibiasakan membaca “Ghofuuron rohiman”, tetapi biasakan
membaca “ghofuururohiimaa”. Oleh karena itu dalam tahapan ini
selalu diberi contoh kalimat-kalimat panjang (kalam) yang
kebanyakan diambil dari do‟a-do‟a sholat dan kalimat yang sudah
ada dalam Al-Qur‟an seperti contoh:
را بارحياما صباراشنوا ازقيان تو خيارر
64
2. Hasil Observasi dan Wawancara Mengenai Metode Sedayu di
MTA Nurani Jagakarsa
Hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan
peneliti, pengampu metode sedayu telah menerapkan metode sedayu
dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di MTA Nurani,
Jagakarsa. sebagaimana yang diungkapkan oleh Direktur utama
MTA Nurani, pengasuh metode sedayu, kordinator metode sedayu ,
dan pengampu metode sedayu MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta
Selatan sebagai berikut:
Menurut KH. Enuh Hermawan, S.Pd selaku pengasuh
metode sedayu MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan
mengatakan:
Pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di MTA Nurani
Jagakarsa, Jakarta Selatan menggunakan metode sedayu. Metode
sedayu merupakan salah satu metode atau cara (membaca, menulis,
dan menghafalkan) Al-Qur‟an yang fasih, sesuai dengan makhorijul
hurufnya, dengan penerapannya yang sangat sistematis, dan yang
dikemas cukup simpel dan singkat dalam memahaminya. Sedangkan
nama Sedayu sendiri adalah nama yang diambil dari salah satu
daerah, tepatnya desa Kauman Sidayu, Kota Gresik Jawa Timur.
Dimana disitulah untuk pertamakalinya metode sedayu itu dilahirkan
dan dikembangkan. Disebut Sedayu karena diidentikan dengan nama
daerahnya tersebut
Dimana awal mulanya metode sedayau ini lahir adalah
lantaran karena KH. Abdul Muqsith yaitu putra pertama dari KH.
Muhammad Bin Sofyan yang saat itu sudah memasuki usia sekolah,
namun belum mau bersekolah. Hingga akhirnya beliau KH.
Muhammad Bin Sofyan berinisiatif untuk mendidik anaknya sendiri
65
dirumah secara disiplin dan konsisiten yang tinggi. Ternyata dengan
cara mendidik yang disiplin dan konsisten tersebut terbukti telah
berhasil, sehingga sanak famili dan para kerabatnya serta para
masyarakat berduyun-duyun baik dari dalam maupun luar kota
bahkan luar jawa, hingga sampai luar negri, Malaysia dan Singapura
berdatangan untuk menitipkan (memondokkan) anaknya agar dapat
didik/doajar seperti putranya sendiri. Sementara untuk penemunya
adalah KH. Muhammad Bin Sofyan, dan tempat pertama kali
diterapkannya metode Sedayu adalah di PPMH (Pondok Pesantren
Mamba‟ul Hisan) dengan nama “Mamba‟ul Hisan”.
Tidak hanya itu metode ini memiliki kelebihan dan
keukurangan, dibawah ini beberapa kelebihan dari metode sedayu:
a. Anak diperkenalkan dengan mengenal huruf dan harokat jadi
anak bisa membedakan antara huruf biasa dan huruf yang ada
harokatnya atau sudah ada tanda bacanya.
b. Anak faham dan mengerti dengan apa yang dibacanya dan bisa
mentapsilnya atau menguraikannya satu kalimat yang dibacanya.
c. Anak kuat ingatannya karena metode sedayu cara belajarnya
tidak dikasih tau secara langsung, melainkan anak bisa
menemukan sendiri (inquiri) dengan arahan guru, karena setiap
huruf punya makna yang diimajinasikan santri dan dianalogikan
serta diasosiasikakan oleh guru degan beragam perumpamanan,
sehingga ingatan akan huruf-huruf hijaiyahnya menempel kuat
dimemorinya para santri.
d. Anak dapat fasih dalam membaca Al-Quran-nya karena dari awal
diajarkan dan dibiasakan pelafalan huruf sesuai dengan
mahkorijul hurufnya.
66
e. Anak belajarnya nyaman dan menyenangkan karena metode
sedayu disajikan dengan cerita bernyanyi, dan ada juga metode
irama serta gambar jadi anak tidak bosan dan belajar tersa
menjadi menyenangkan.
Selain memiliki kelebihan, namun metode ini juga
mempunyai kekurangan, diantaranya adalah:
a. Metode sedayu sebenarnya metode yang sudah lama, karena
diciptakan pada tahun 1949 tetapi metode ini kurang di kenel oleh
masyarakat luas dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya karena
kurangnya sosialisasi dan publikasi.
b. Belum adanya buku resmi yangg sudah di patenkan dan ada ijin
edarnya karena selama ini hanya bersifat lokal yang di gunakan
oleh lembaga atau pondok pesantren tertentu.
c. Kurang adanya pelatihan-pelatihan, seminar, work shop untuk
mengenalkan metode sedayu ke masyarakat luas.
d. Metode sedayu cara belajarnya klasikal idealnya 6 anak 1 guru
maka otomatis perlu banyak kelas dan membutuhkan banyak
pengajar.
e. Metode sedayu selama ini banyak digunakan dipondok pesantren
dan jarang digunakan di sekolah-sekolah dan lembaga lainnya.
Dari kelebihan dan kekurangan tersebut terdapat faktor yang
mempengaruhi kesuksesan metode sedayu, diantaranya adalah:
a. Faktor yang paling dominaan yaitu faktor guru, maka awal
rekrutmen ada pengetesan untuk calon guru layak dan tidaknya
untuk menjadi pengajar khususnya tes Al-Qur‟an, dimana pada
awal masuk diadakan pembinaan untuk keseragaman metode
67
mengajarnya. Dimana tiap bulan ada pelatihan sekaligus
kontroling tentang perkembangan mengajarnya hal ini terus
dilakukan sampai semester 1 dan 2 sebab kalau gurunya bagus
insya Allah hasilnya bagus.
b. Faktor anak sebelum masuk anak dites, sesuai standar yang
diharapkan karena ini menjadi bahan pokok atau bahan dasar
untuk keberhasilan pendidikan maka tes ini untuk mencari anak
yang bagus dan berkuwalitas.
c. Faktor lingkungan maksudnya adalah dengan boarding scool
(pesantren) anak tidak terpengaruh dengan lingkungan dimana
dia tinggal, dan kalau tinggal dipondok pesantren anak lebih
fokus dan target mudah tercapai.
Bila dibandingkan dengan metode yang lainnya, metode
sedayu ini memiliki perbedaan dengan metode yang lain, diantaraya:
a. Metode sedayu tidak langsung dikasih tau huruf hijaiyahnya
sementara metode yang lainnya hamipr semuanya langsung
dikasih tau, dengan guru membaca dan murid menirukan.
b. Metode sedayu sistem cara mengajarnya berurutan kemudian
diacak, sementara yang lainnya berututan saja dan tidak diacak
dan dibalik.
c. Metode sedayu menggunakan nada atau irama dalam
mempelajari dan mengajarnya.
d. Metode sedayu dikenalkan huruf dan harokat
e. Metode sedayu memberikan materinya dengan tuntas masksimal,
artinya materinya satu diselesaikan sampai anak bisa, setelah itu
baru ke bahasan-bahasan yang lain, dan tidak akan nambah
materi kalau satu pembahasan belum bisa.
68
f. Metode sedayu menggunakan pendekatan 3 gaya belajar anak;
audio visual, kinestetik dan menggunakan pendekatan otak
kanan.
Diantara yang paling penting metode sedayu ini selain bisa
membantu anak untuk bisa membaca Al-Qur‟an, metode ini juga
memiliki kelebihan untuk meningkatkan kepatuhan santri usia dini
terhadap kepatuhan agamanya, baik dari sisi akhlak maupun
ibadahnya.
Diantara pengaruh positif dari metode sedayu, dimana semua
santri sudah terbiasa bangun pagi jam 4 untuk sholat tahajud, dan
jam 7 sholat dhuha. Tidak lupa sebelum tidur mereka membaca surat
al-Mulk dan al-Waqiah. Semuanya dilakukan dengan disiplin, dan
yang paling utama berubah secara alamiah yang akhirnya mampu
memperbaiki akhlaknya. Alhamdulillah selama dua bulan pertama
ada wali santri yang memberikan komentarnya, mereka merasa puas
dengan perubahan sifat anaknya, cara bicaranya, dan cara
salamannya, serta cara jalannya termasuk kemandiriannya. Bahka
tidak ketinggalan ibadah wajibnya sholat 5 waktunya serta sholat
sunah kobliyah-ba‟diahnya dan sholat sunah lainnya; sholat tahajud,
termasuk puasa senin-kamisnya Alhamdulillah di laksanakan dengan
baik.
Dan yang paling penting metode sedayu ini terbukti sangat
efektif dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini, karena
terbukti anak usia TK dalam waktu 5 bulan bisa membaca
Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan makhorijul
hurufnya.
69
Hal itu bisa diukur dari kurikulumnya, karena di metode
sedayu ada program harian 1 hari 3 huruf program mingguannya 18
huruf yang harus dicapai. Selain itu ada juga program bulanan 1
bulan satu jilid alhamdulillah semuanya bisa tercapai.
Menurut Ustazah Neneng Sholihat selaku kordinator dan
pengampu metode sedayu MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta
Selatan mengatakan:
Di MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan, metode
pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini yang digunakan adalah
metode sedayu. Metode Sedayu merupakan cara cepat baca tulis Al-
Qur‟an, metode ini berasal dari nama salah satu daerah di Jawa
Timur. Dimana penerapan metode Sedayu tersebut di MTA Nurani,
terbagai menjadi 3 kali pertemuan (ba‟da subuh, ba‟da ashar, dan
ba‟da maghrib). Dimana pembelajarannya dimulai dari pengenalan
huruf hijaiyah, harokat sampai bertahap ke hurup sambung, dan
juga ada pengenalan huruf latin. Semuanya dipelajari baik dari sisi
membaca, menulis dan menghafal huruf hijaiyah dan latin. Dalam
satu hari ada 3 huruf yang dipelajari dan 1 pertemuan belajar 1
huruf. Sehingga dalam 1 semester atau 6 bulan sudah hafal huruf
hijaijayh, huruf latin dan lancar membaca Al-Qur‟an dan koran.
Waktu 4-6 bulan itu untuk anak yang memiliki IQ yang bagus,
sementara untuk anak yang memiliki IQ rendah bisa mencapai 1
tahun atau 2 semester. Buku yang dipakai menggunakan Pedoman
Pembelajaran Metode Sedayu sebanyak 6 jilid yang telah disusun
KH. Enuh Hermawan, S.Pd (Majlis Isyrof „ilmi wa-Tarbawi MTA
Nurani dan sekaligus pengasuh metode Sedayu).
Selain itu dengan diterapkannya metode sedayu di MTA
Nurani, tingkat kepatuhan santri usia dini terhadap kepatuhan
70
agamanya, terlihat banyak perubahan yang posisitif. Hal itu bisa
dilihat dari perubahan akhlak dan ibadahnya.
Dari sisi akhlak ada perubahan yang salah satunya sopan
santun ketika bertemu dengan orang, bersalaman ketika bertemu
dengan orang lain. Kemudian bila dilihat dari sisi ibadahnya, tentu
ada perubahan ke arah yang lebih baik, dimana salah satu buktinya
adalah ketika adzan berkumandang mereka bersegera untuk sholat
berjama‟ah. Bahkan mereka sudah terbiasa puasa sunnah senin-
kamis tidak ditinggalkan. Selin itu bahkan ketika mereka liburan di
rumah mereka sering mengingatkan dan mengajak orang tuanya
untuk sholat berjama‟ah. Ini pernyataan langsung dari wali murid
kepada saya (ustazhah neneng) yang merasa bangga anaknya belajar
di MTA Nurani.
Menurut Ustazah Faradhila Azmiyana selaku pengampu
metode sedayu MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan
mengatakan:
Pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di MTA Nurani
yaitu menggunakan Metode Sedayu. Dimana metode sedayu
merupakan salah satu metode pengajaran untuk anak usia dini &
anak-anak yang masih belum mengenal huruf hijaiyah, yang berasal
dari Gresik Jawa Timur.
Metode sedayu diterapkan untuk anak-anak yang belum bisa
membaca bahkan belum mengenal sama sekali huruf hijaiyah. Anak-
anak diajarkan huruf hijaiyah, harokat, huruf sambung sampai bisa
membaca Al-Qur‟an. Diantara kelebihan metode sedayu, antara lain
adalah; anak-anak hanya butuh 6 - 10 bulan saja untuk bisa
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Kekurangannya
71
metode sedayu, belum ter-organisir dengan baik seperti halnya
metode Qiroati.
Sementara itu salah satu faktor yang mempengaruhi
kesuksesan dalam pembelajaran metode sedayu, yaitu kesabaran dan
ketelatenan seorang guru, kemudian dalam pembelajaran metode
sedayu anak-anak harus mukim dipondok supaya pembelajarannya
lebih efektif.
Tidak hanya itu metode ini juga memiliki perbedaan diantara
metode yang lainnya, dimana metode sadayu bukan hanya guru yang
dituntut aktif, santripun bisa aktif dengan cara membaca
menggunakan nada dan ketukan sebagai ciri khas guru dalam
mengajarkan ke anak-anak.
Selain itu yang jauh lebih penting adalah adanya pengaruh
positif dari metode tersebut, disamping bimbingan dari guru-guru,
lingkungan pesantren juga memberikan pengaruh positif terhadap
anak-anak usia dini dari segi akhlaq dan ibadahnya, salah satu bukti
yg real adalah laporan dari wali murid ketika anak pulang kerumah
selalu inget waktu sholat bahkan tidak sedikit wali murid yang
terharu ketika anaknya membangunkan dan mengajak tahajud
berjamaah.
Hal itu menunjukan bahwa metode ini terbukti sangat
efektif, salah satu buktinya adalah anak-anak yang belajar metode
sedayu dalam satu tahun sudah bisa membaca Al-Qur‟an dengan
baik dan benar, fakta yang dialami anak tasmi saya sendiri. Untuk
mengetesnya bisa dilihat dari hasil belajar dan rata-rata
kelulusannya.
Sejak pertama kali didirikan hingga sampai saat ini MTA
Nurani telah menggunakan metode sedayu untuk pembelajaran Al-
72
Qur‟an pada anak usia dini. Katena kami melihat dan membuktikan
bahwa metode sedayu ini merupakan cara praktis untuk belajar
membaca, menulis, dan menghafalkan Al-Qur‟an yang fasih, baik
dan benar sesuai dengan makhorijul huruf yang tepat beserta ilmu
tajwidnya, yang tersistematis caranya serta simple dan singkat dalam
penerapannya. Sehingga dalam kurun waktu selama 6 bulan atau 1
semester anak sudah dapat membaca, menulis, dan menghafalkan
dengan fasih, baik dan benar sesuai makhorijul hurufnya. Jadi bisa
dikatakan ini merupakan metode yang cukup komperhensif bila
dibandingkan dengan metode lainnya
Menurut DR. KH. M. Ilyas Marwal, MA selaku Katua
Yayasan Pusat Study Kajian dan Dakwah Nurani (PUSKADI)
dan sekaligus Direktur Utama MTA Nurani, Jakarta Selatan
mengatakan:
Sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan DR. KH.
M. Ilyas Marwal, MA (Katua Yayasan Pusat Study Kajian dan
Dakwah Nurani (PUSKADI) dan sekaligus Direktur Utama MTA
Nurani), beliau menyebutkan ada beberapa factor yang
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran anak usia dini di MTA
Nurani Jagakarsa. Adapun diantara beberapa faktornya, antara lain;
a. Kami melakukan seleksi dengan melihat kemendiriannya, dimana
selama santri mondok di MTA kami memperhatikan
kesehariannya, sehingga kami bisa melihat perkembagan
kemandiriannya.
b. Kami juga melihat kemampuannya dengan mengetahui kuatnya
ingatannya.
c. Tidak hanya itu latar belakang orngtuanya juga menjadi salah
satu faktor penentu keberhasilannnya dalam belajar dan
73
menghafalkan Al-Qur‟an. Salah satunya harus melihat dan
mengetahui visi misi orang tuanya (tujuan yang diinginkan
orangtuanya) yang sama dengan MTA Nurani (dukungan orang
tua).
d. Faktor keihlasan 6 orangtuanya.
Pesantren ini juga memberikan prasarat khusus untuk
setiap santrinya agar mendadpatkan izin dan do‟a restu tidak
hanya dari kedua orang tuanya. MTA Nurani mensyaratkan ada
prosesi “sungkeman”. Yakni prosesi permintaan maaf dan
sekaligus minta ridho kepada ayah-ibunya. Tidak hanya itu, santri
tersebut juga harus mendapatkan izin dari kedua kakek dan
nenknya baik dari ayah maupun ibunya. Jadi total santri harus
mendapatkan izin dari 6 orang tuanya yang terdiri 2 ayah-ibunya
dan 4 kakek-neneknya dari ayah dan ibunya.
Sementara itu untuk mengatasi hambatan dalam proses
pembelajaran seperti kebosanan belajar, kejenuhan santri yang
ingin pulang kerumah, maka MTA Nurani berusaha untuk
menjadikan guru, ustadz dan ustadzahnya sebagai orang tuanya,
dan mejadikan pesantren sebagai rumah mereka. Sehingga
diharapkan anak tidak merasa jenuh dan akan senang
mempelajari Al-Qur‟an. Salah satunya untuk mensiasati
kebosenan anak-anak kami mengisinya dengan kepadatan acara
dan aktifitas pesantren yang menarik kepada anak-anaknya.
3. Pencapaian Hasil Pembelajaran Al-Qur’an Anak Usia Dini
dengan Menggunakan Metode Sedayu di MTA Nurani,
Jagakarsa Jakarta Selatan.
74
Pencapaian hasil pembelajaran Al-Qur‟an anak usia dini di
MTA Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan dengan menggunakan
metode sedayu, ternyata dapat memberikan hasil belajar yang
optimal dan terbukti efektif. Seperti yang dikatakan oleh pengampu
dan kordinator metode Sedayu di MTA Nurani Jakgakarsa, menurut
Ustazah Neneng Sholihat dalam wawancara yaitu:
“Metode sedayu dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini
cukup efektif. Cara mengetahui keefektifan metode sedayu bisa di
ukur dari hasil pengetesan setiap akhir semester anak dites membaca
Al-Qur‟a secara acak dan hasilnya anak dapat membaca dengan
lancar sesuai makhorijul hurufnya”.52
Menurut KH. Enuh Hermawan, S.Pd pencapaian
pembelajaran Al-Qur‟an di MTA Nurani, Jagakarsa, Jakarta Selatan
terbukti cukup efektif, sebagaimana yang beliau katakan:
“Metode sedayu terbukti sangat efektif digunakan untuk anak usia
dini karena terbukti anak usia TK dalam waktu 5 bulan bisa
membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan
makhorijul hurufnya”.
Cara mengetahui keefektifan metode sedayu bisa di ukur dari
kurikulumnya, karena di metode sedayu ada program harian 1 hari 3
huruf program mingguannya 18 huruf yang harus dicapai. Selain itu
ada juga program bulanan 1 bulan satu jilid alhamdulillah semuanya
bisa tercapai”.53
Menurut Ustazah Faradhila Azmiyana pencapaian
pembelajaran Al-Qur‟an di MTA Nurani, Jagakarsa, Jakarta Selatan
terbukti cukup efektif, sebagaimana yang beliau katakan:
52
Wawancara dengan Ustazah Neneng Sholihat selaku pengampu dan kordinator
Metode Sedayu MTA Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 12 Agustus 2018. 53
Wawancara dengan KH. Enuh Hermawan, selaku pengasuh Metode Sedayu MTA
Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 2 Juni 2018.
75
“Sangat efektif, salah satu buktinya adalah anak-anak yang belajar
metode sedayu dalam satu tahun sudah bisa membaca Al-Qur‟an
dengan baik dan benar, fakta yang dialami anak tasmi saya sendiri.
Cara untuk mengetahui kefektifan metode sedayu yaitu dari hasil
belajar dan rata-rata kelulusan”.54
Menurut DR. KH. M. Ilyas Marwal, MA pencapaian
pembelajaran Al-Qur‟an di MTA Nurani, Jagakarsa, Jakarta Selatan
terbukti cukup efektif, sebagaimana yang beliau katakan:
“Karena kami melihat dan membuktikan bahwa metode sedayu ini
merupakan cara praktis untuk belajar membaca, menulis, dan
menghafalkan Al-Qur‟an yang fasih, baik dan benar sesuai dengan
makhorijul huruf yang tepat beserta ilmu tajwidnya, yang
tersistematis caranya serta simple dan singkat dalam penerapannya.
Sehingga dalam kurun waktu selama 6 bulan atau 1 semester anak
sudah dapat membaca, menulis, dan menghafalkan dengan fasih,
baik dan benar sesuai makhorijul hurufnya. Jadi bisa dikatakan ini merupakan metode yang cukup komperhensif bila dibandingkan dengan metode lainnya”.55
Dengan menggunakan metode sedayu santri usia dini
tidak hanya lancar dan fasih membaca Al-Qur’an, akan tetapi
para santri juga memperoleh pengaruh yang positif terhadap
akhlak dan ibadahnya, seperti diungkapkan KH. Enuh Hermawan,
S.Pd selaku pengasuh Metode Sedayu MTA Nurani, Jagakarsa
Jakarta Selatan dalam wawancara yaitu:
“Ada pengaruh positif dari metode sedayu, Alhamdulillah semua
santri sudah terbiasa bangun pagi jam 4 untuk sholat tahajud, dan
jam 7 sholat dhuha. Tidak lupa sebelum tidur mereka membaca surat
al-Mulk dan al-Waqiah. Semuanya dilakukan dengan disiplin, dan
yang paling utama berubah secara alamiah yang akhirnya mampu
memperbaiki akhlaknya. Alhamdulillah selama dua bulan pertama
54
Wawancara dengan Ustazah Faradhila Azmiyana selaku pengampu Metode
Sedayu MTA Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 15 Agustus 2018.
55
Wawancara dengan KH. M. Ilyas Marwal, selaku Direktur Utama MTA Nurani,
Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 2 Juni 2018.
76
ada wali santri yang memberikan komentarnya, mereka merasa puas
dengan perubahan sifat anaknya, cara bicaranya, dan cara
salamannya, serta cara jalannya termasuk kemandiriannya. Bahkan
tidak ketinggalan ibadah wajibnya sholat 5 waktunya serta sholat
sunah kobliyah-ba‟diahnya dan sholat sunah lainnya; sholat tahajud,
termasuk puasa senin-kamisnya Alhamdulillah di laksanakan dengan
baik”.56
Menurut Ustazah Neneng Sholihat bahwa:
“Ada pengaruh positif dari metode sedayu tersebut. Dari akhlak ada
perubahan positif salah satunya sopan santun ketika bertemu dengan
orang, bersalaman ketika bertemu dengan orang lain. Dan dari sisi
ibadahnya tentu ada perubahan ke arah yang lebih baik, dimana
salah satu buktinya adalah ketika adzan berkumandang mereka
bersegera untuk sholat berjama‟ah. Bahkan mereka sudah terbiasa
puasa sunnah senin-kamis tidak ditinggalkan. Selin itu bahkan ketika
mereka liburan di rumah mereka sering mengingatkan dan mengajak
orang tuanya untuk sholat berjama‟ah. Ini pernyataan langsung dari
wali murid kepada saya (ustazhah neneng).”57
Menurut Ustazah Faradhila Azmiyana bahwa:
“Ada pengaruh yang positif dari metode sedayu tersebut, disamping
bimbingan dari guru-guru, lingkungan pesantren juga memberikan
pengaruh positif terhadap anak-anak usia dini dari segi akhlaq dan
ibadahnya, salah satu bukti yg real adalah laporan dari wali murid
ketika anak pulang kerumah selalu inget waktu sholat bahkan tidak
sedikit wali murid yang terharu ketika anaknya membangunkan dan
mengajak tahajud berjamaah.”58
Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukan bahwa metode
sedayu dalam pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini merupakan
56 Wawancara dengan KH. Enuh Hermawan, selaku pengasuh Metode Sedayu MTA
Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 2 Juni 2018. 57 Wawancara dengan Ustazah Neneng Sholihat selaku pengampu dan kordinator
Metode Sedayu MTA Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 12 Agustus 2018. 58
Wawancara dengan Ustazah Faradhila Azmiyana selaku pengampu Metode
Sedayu MTA Nurani, Jagakarsa Jakarta Selatan, pada tanggal 15 Agustus 2018.
77
salah satu metode yang efektif diterapkan di MTA Nurani Jagakarsa
Jakarta Selatan.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan bahwa metode sedayu
sangat efektif untuk pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini di
MTA Nurani Jagakarsa. Cukup simple penerapannya dan efektif
hasilnya, karena selama 6 bulan atau 1 semester anak usia dini sudah
dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan
makhorijul hurufnya. Dimana dari pembelajaran itu akan di uji/dites
setiap akhir smester dengan cara santri diminta membaca Al-Qur‟an
secara acak oleh guru pengampu, dan hasilnya mereka dapat membaca
dengan fasih, baik dan benar sesuai makhorijul hurufnya.
Selain itu anak juga faham dan mengerti dengan apa yang
dibacanya dan bisa mentapsilnya atau menguraikannya satu kalimat yang
dibacanya. Tidak hanya itu anak bahkan kuat ingatannya karena metode
sedayu cara belajarnya tidak dikasih tau secara langsung, melainkan anak
bisa menemukan sendiri (inquiri) dengan arahan guru, karena setiap
huruf punya makna yang diimajinasikan santri dan dianalogikan serta
diasosiasikakan oleh guru degan beragam perumpamanan, sehingga
ingatan akan huruf-huruf hijaiyahnya menempel kuat dimemorinya para
santri.
Tidak kalah pentingnya karena untuk anak-anak usia dini di
metode sedayu dipastikan belajarnya nyaman dan menyenangkan karena
metode sedayu disajikan dengan cerita bernyanyi, dan ada juga metode
irama serta gambar jadi anak tidak bosan dan belajar tersa menjadi
menyenangkan.
78
Dan yang terakhir efektifnya metode sedayu ini mempunyai
pengaruh positif terhadap akhlak dan ibadahnya santri, dapat kita lihat
dari perubahan para santri, semua santri sudah terbiasa bangun pagi jam
4 untuk sholat tahajud, dan jam 7 sholat dhuha. Tidak lupa sebelum tidur
mereka membaca surat al-Mulk dan al-Waqiah. Semuanya dilakukan
dengan disiplin, dan yang paling utama berubah secara alamiah yang
akhirnya mampu memperbaiki akhlaknya. Bahkan selama dua bulan
pertama ada wali santri yang memberikan komentarnya, mereka merasa
puas dengan perubahan sifat anaknya, cara bicaranya, dan cara
salamannya, serta cara jalannya termasuk kemandiriannya. Bahkan tidak
ketinggalan ibadah wajibnya sholat 5 waktunya serta sholat sunah
kobliyah-ba‟diahnya dan sholat sunah lainnya; sholat tahajud, termasuk
puasa senin-kamisnya Alhamdulillah di laksanakan dengan baik.
Penemuan ini menunjukan bahawa metode sedayu terbukti efektif
tidak hanya untuk belajar membaca Al-Qur‟an pada anak usia dini, lebih
penting lagi anak mampu mengamalkan ibadah dan amaliyah mereka
dengan tertib dan konsisten, sementara penulis belum menemukan
metode yang dapat mengajarkan cara belajar yang simple dan sistematis
serta memiliki dampak positif terhadap perubahan akhlak dan amaliyah
santri.
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut penulis menyarankan khususnya kepada
orang tua dan institusi pendidikan, baik sekolah maupun pondok
pesantren yang berfokus dalam hal pengajaran dan pengamalan Al-
Qur‟an untuk mengetahui bahwa;
79
1. Orang tua hendaknya mengetahui masa emas (golden age) pada
anak usia dini pada anak-anaknya karena pada masa itulah masa
yang menentukan untuk keberhasilan pendidikan setelahnya.
2. Orangtua hendaknya ikut dalam mengoptimalkan kemampuan
anaknya, khususnya pada masa emas anak (golden age), apabila
belum bisa maka orangtua bisa bekerjasama dengan
menyekolahkannya di sekolah atau pondok pesantren agar potensi
anak dapat dioptimalkan.
3. Sudah saatnya orang tua antusias (menaruh perhatian besar)
terhadap pembelajaran Al-Qur‟an pada anak usia dini yang saat ini
cenderung masih rendah.
4. Lembaga pendidikan baik pesantren maupun sekolah yang fokus
pada pengajaran dan pengamalan Al-Qur‟an sudah sepatutnya untuk
terus berinovasi, khususnya dalam hal pengajaran siswa/i nya, dan
metode Sedayu bisa menjadi salah satu referensi yang efektif dan
efisien dengan hasil yang optimal.
81
DAFTAR PUSTAKA
Alfiyah, Iya. “Hubungan Metode Qiroati dengan Kemampuan Membaca Al-
Qur’an Anak di TPQ Fathullah UIN Jakarta,” Skripsi, Jakarta:
Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2008, Tidak diterbitkan(t.d)
Barmadib, Imam. FILSAFAT PENDIDIKAN: Sistem dan Metode,
(Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP
Yogyakarta), Cet. ke-8.
DEPDIKBUD RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2000)
Echols, John M. dan Hasan Syadhily, Kamus Inggris-Indonesia. (Jakarta: PT
Gramedia Utama Pustaka, 1990), Cet. ke-8
Ghony, M. Djunaidi & Fauzan Alhamshur. Metode Penelitian Kualitatif,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2012)
H. Anshori, Ulumul Qur’an: Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan,
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013).
H.E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan PAUD, (Jakarta; PT Remaja
Rosdakarya)
H.M. Arifin, ILMU PENDIDIKAN ISLAM: Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisiliner, (Jakarta: Bumi Aksara)
Hermawan, Ace. Ulumul Qur’an: Ilmu Untuk Memahami Wahyu, (Bandung:
PT Remaja Rosda Karya, 2011), Cet. Ke-1
Huzaemah T. Yanggo, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi,
(Jakarta: IIQ Press, 2011),cet. Ke-2
Khosyi’ah, “Korelasi Metode Permainan dalam Mempercepat Menghafal Al-
Qur’an pada Anak Usia Dini Kelas 1 SD Smart School Al-Hamidiyah
Jagakarsa,” Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ),
2014, Tidak diterbitkan(t.d)
82
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Sekolah dengan di
Rumah Tangga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976)
M. Hasbi Ash Shidieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir,
(Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997), Cet. ke-1
Manispasl, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional, (Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2013),Sugiman Muchlis dan
Ridjaluddin, Pendidikan Anak Usia Dini, (Ciputat: Lembaga Kajian
Islam “Noegraha”, 2014), cet. ke-1
Manna Al-Qaththan, Judul Asli Mabahits fii uluumul Qur’an, Maktabah
Wahbah kairo, Cet. Ke-13 2004 M – 1425 H. Edisi bahasa Indonesia
dengan judul Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, alih bahasa: H. Aunur
Rafiq El-Mazni, Cet. Ke-1 April 2006. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar)
Melida Octaviani, “Penggunaan Metode Fonetik terhadap Kemampuan
Membaca Anak Usia Dini di Lembaga Bimbingan Baca Tulis Monte
Cibinong, Bogor”, Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an
(IIQ), 2014, Tidak diterbitkan(t.d)
METODE SEDAYU; Cara Cepat Membaca Al-Qur’an oleh : KH. Abdul
Muqsith Muhammad dan KH. Makinun Amin Muhammad. Materi
dan penataran Metode Sedayu di Pondok Pesantren Tarbiyatul Wildan
Nihayatul Amal, (Pondok Pesantren Tarbiyatul Wildan, Sukamerta
Rawamerta, Karawang, Jawa Barat
Moeloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013)
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Jakarta:
Pustaka Amani, 2001), Cet. Ke-1
Muhammad Nur Abdul Hafidz Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi,terj.,
Salafuddin Abu sayyid, (Solo: Pustaka Arafah, 2003)
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan Dan Mengubah
Jalan Hidup Siswa (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi,
(Bandung: Penerbit Alvabeta, 2017), cet. Ke-9
83
Suharto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Surabaya: PT Indah: 1995),
Cet.ke-1
Sutrisno Hadi, Metodologi Reasearch II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1984)
Suyadi dan Maulidya Ulfa, KONSEP DASAR PAUD, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2013), Cet. Ke-1
Suyadi dan Maulidya Ulfah, Konsep Dasar PAUD, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013), cet. ke-1
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (P3B),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. ke-7
Tohirin, Meode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Dan Bimbingan
Koseling, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012)
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003)
Wike Ulandari, “Efektifitas Metode Ummi terhadap Kemampuan Membaca
Al-Qur’an pada siswa kelas IV SDIT Al-Hamidiyah Pancoran Depok
Jabar”, Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), 2015,
Tidak diterbitkan(t.d)
Zakiyah, “Pengaruh Metode QLC terhadap Kemampuan Membaca Al-
Qur’an pada pesrta didik di Lembaga Qur’an Learning Center,
Buncit Raya Jakarta Selatan”, Skripsi, Jakarta: Sarjana Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ), 2012, Tidak diterbitkan(t.d)
Wawancara dengan Pengasuh dan Sekaligus Direktur dari MTA Nurani, DR.
H.M. Muhammad Ilyas Marwal. MA, MTA Nurani Jagakarsa, 02 Juni
2018
Wawancara dengan pengasuh Metode Sedayu, KH. Enuh Hermawan, S.Pd,
MTA Nurani Jagakarsa, 02 Juni 2018
CURRICULUM VITAE
Masyrokhah adalah penulis skripsi ini, dilahirkan di
Cirebon 11 April 1993. Penulis menempuh
pendidikan dimulai dari SDN Gagasari Kec.
Gebang, Kab. Cirebon (lulus tahun 2005),
melanjutkan sekolah di MTs Negri Babakan, Kec.
Ciledug, Kab. Cirebon (lulus tahun 2008).
Melanjutkan ke SMA Negri 1 Babakan, Kab.
Cirebon (lulus tahun 2011). Hingga akhirnya bisa
menempuh masa kuliah di Fakultas Tarbiyah
jurusan Pendidikan Agama Islam di Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Selain itu penulis juga menempuh pendidikan
non formal di Madrasah Diniyah Awaliyah Islamiyah , Gagasari, Kec.
Gebang, Kab. Cirebon (lulus tahun 2005).
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Efektivitas Metode Sedayu dalam Pembelajaran
Al-Qur’an pada Anak Usia Dini (Penelitian Tindakan pada Santri di
Ma’had Tahfidh Al-Qur’an Nurani Jagakarsa, Jakarta Selatan)” yang
disusun oleh Masyrokhah dengan nomor induk mahasiswa 11311084 telah
diujikan di siding Munaqasah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an
Jakarta pada tanggal 23 Agustus 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd).
Jakarta, 23 Agustus 2018.
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Sidang Munaqasah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang
Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Wasmini
Penguji I Penguji II
Sri Tuti Rahmawati, MA Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag
Pembimbing
Dr. KH. Ahmad Fathoni, Lc, M.A
MA
TE
MA
TIK
A
REKAP NILAI UJIAN SEMESTER II PROGRAM I'DADI/SEDAYU
TAHUN AJARAN 2017 / 2018 TINGKAT TK
NO
NAMA SANTRIWATI
KELAS
JU
Z A
MM
A
FIQ
IH
AL
-MU
LK
IML
A'
AL
-K`H
OT
DO
'A
AL
-QU
R'A
N
1. Azkadina Naya R TK 100 100 90 100 75 90 99
2. Raisya Adzkia Nasit TK 95 100 10
0
100 80 100 100
3. Widad Namira TK 95 100 90 60 80 100
4. Ratu Nabila Azzahra TK 100 100 60 50 70 90 96
5. Sabrina TK 80 50 90 90 75 90 99
6. Syifa Tsania TK 95 90 80 50 70 95 96
7. Siti Fatimah Azzahra TK 90 95 70 100 70 100 98
8. Hubby Sabrina kamila TK 50 30 20 50 60 70 55
9. Nadya Fitri Hereyani TK 50 55 40 60 70 75 68
10. Ardina Aurelia Kanza TK 100 100 10
0
100 80 100 99
Kordinator dan Pengampu Metode Sedayu MTA Nurani
Ustazah Neneng Sholihat