al-fatihah dan elan vital ber-pmii · pdf filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan...

12
1 ElanVital Ber-PMII Oleh: Tirmidi Hantaran Tanggal 22 Januari 2011 penulis ditelepon salah seorang Pengurus Cabang PMII Kota Malang untuk membuat artikel tentang sistem kaderisasi ideal yang rencananya akan dibuat bahan dan oleh-oleh di Kongres PMII yang akan diselenggarakan pada bulan Maret. Pada malam harinya, selesai diskusi di sebuah kantor komisariat PMII di Kota Malang tentang sebuah upaya untuk melakukan transformasi rumusan NDP yang sangat Qur’ani dan abstrak menjadi sebuah rumusan yang operasional dalam perspektif pengkaderan, surat resmi untuk permintaan artikel itu penulis terima. Sepulang dari diskusi dimana penulis menerima surat resmi itu, penulis mencoba berfikir tentang sistem kaderisasi ideal. Ternyata, rumusan itu tidak segampang dan sesederhana yang kita bayangkan. Setelah membaca beberapa referensi tentang penyusunan kurikulum dan silabus, terbentang road-map yang harus diretas sebelum sampai kepada rumusan ideal suatu sistem kaderisasi (baca: kurikulum dan silabus pengkaderan). Road-map yang harus diretas itu, secara berurutan, ialah elan-vital (semangat hidup) ber-PMII, state-of- the-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, baru sampai kepada strategi, pola pengkaderan, plotting materi, kurikulum dan silabus, dan terakhir nantinya penyusunan buku pegangan kaderisasi. Menyikapi ini semua, tulisan ini penulis batasi untuk membahas tentang elan-vital ber-PMII hari ini. Ini penulis lakukan karena selain ditemukan fakta bahwa sahabat-sahabat yang penulis ajak diskusi sebagian besar tidak bisa menjelaskan apa elan-vital ber-PMII hari ini, kalaupun ada yang bisa menjawab maka itu adalah jawaban kutipan dari buku-buku referensi PMII yang disusun pada masa Orde Baru atau masa-masa negara ini mengalami reformasi. Terkait itu, berikut ini sedikit cerita betapa elan-vital ber-PMII betul-betul telah menjadi keresahan mendasar, secara kasuistik, di Malang. Di suatu pagi pada sekitar bulan Juli 2010, setelah hampir 14 tahun tidak terlibat diskusi dan interaksi intensif dengan sahabat-sahabat di PMII, penulis diajak teman kuliah yang juga sama-sama alumni PMII untuk ngopi di kedai kopi yang bersebelahan dengan Sekretariat PK PMII Sunan Kalijaga UM, di Malang. Sekretariat PK PMII Liga UM (demikian biasa disebut) ini agak unik karena ia menempati lantai satu pada sebuah musholla. Agak panjang ceritanya, namun secara singkat dapat penulis gambarkan bahwa karena ada

Upload: ngodang

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

1

ElanVital Ber-PMII

Oleh: Tirmidi

Hantaran

Tanggal 22 Januari 2011 penulis ditelepon salah seorang Pengurus Cabang PMII Kota

Malang untuk membuat artikel tentang sistem kaderisasi ideal yang rencananya akan dibuat

bahan dan oleh-oleh di Kongres PMII yang akan diselenggarakan pada bulan Maret. Pada

malam harinya, selesai diskusi di sebuah kantor komisariat PMII di Kota Malang tentang

sebuah upaya untuk melakukan transformasi rumusan NDP yang sangat Qur’ani dan abstrak

menjadi sebuah rumusan yang operasional dalam perspektif pengkaderan, surat resmi untuk

permintaan artikel itu penulis terima.

Sepulang dari diskusi dimana penulis menerima surat resmi itu, penulis mencoba

berfikir tentang sistem kaderisasi ideal. Ternyata, rumusan itu tidak segampang dan

sesederhana yang kita bayangkan. Setelah membaca beberapa referensi tentang penyusunan

kurikulum dan silabus, terbentang road-map yang harus diretas sebelum sampai kepada

rumusan ideal suatu sistem kaderisasi (baca: kurikulum dan silabus pengkaderan). Road-map

yang harus diretas itu, secara berurutan, ialah elan-vital (semangat hidup) ber-PMII, state-of-

the-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn)

gerakan, baru sampai kepada strategi, pola pengkaderan, plotting materi, kurikulum dan

silabus, dan terakhir nantinya penyusunan buku pegangan kaderisasi.

Menyikapi ini semua, tulisan ini penulis batasi untuk membahas tentang elan-vital

ber-PMII hari ini. Ini penulis lakukan karena selain ditemukan fakta bahwa sahabat-sahabat

yang penulis ajak diskusi sebagian besar tidak bisa menjelaskan apa elan-vital ber-PMII hari

ini, kalaupun ada yang bisa menjawab maka itu adalah jawaban kutipan dari buku-buku

referensi PMII yang disusun pada masa Orde Baru atau masa-masa negara ini mengalami

reformasi. Terkait itu, berikut ini sedikit cerita betapa elan-vital ber-PMII betul-betul telah

menjadi keresahan mendasar, secara kasuistik, di Malang.

Di suatu pagi pada sekitar bulan Juli 2010, setelah hampir 14 tahun tidak terlibat

diskusi dan interaksi intensif dengan sahabat-sahabat di PMII, penulis diajak teman kuliah

yang juga sama-sama alumni PMII untuk ngopi di kedai kopi yang bersebelahan dengan

Sekretariat PK PMII Sunan Kalijaga UM, di Malang. Sekretariat PK PMII Liga UM

(demikian biasa disebut) ini agak unik karena ia menempati lantai satu pada sebuah musholla.

Agak panjang ceritanya, namun secara singkat dapat penulis gambarkan bahwa karena ada

Page 2: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

2

simbiosis mutualisme yang terbangun sangat lama antara kader PMII dengan masyarakat di

sebuah kawasan sekitar kampus UM, maka pada tahun 1993 para pengurus yayasan yang

menjadi nadzir musholla menyepakati ruang marbout mushalla ditempati oleh personil PK

PMII Liga UM yang dibelakang hari ini menjadi cikal bakal dijadikan musholla tersebut

sebagai Sekretariat PK PMII Liga UM.

Sebenarnya hari itu bukan kunjungan pertama penulis di Sekretariat PMII Liga UM

karena dalam beberapa kesempatan penulis sudah pernah mampir di lantai II mushalla itu

untuk melakukan ibadah shalat. Dalam beberapa kali mampir tersebut sempat juga penulis

curi dengar tentang diskusi-diskusi tentang pengkaderan, keinstrukturan, dan masalah-

masalah keorganisasian dari beberapa pengurus yang kebetulan sedang rapat di lantai II.

Dalam hati, penulis tidak bisa menaham senyum bahagia karena PMII, Sekretariat, dan

berbagai program yang dijalankan di musholla ini, seperti penyelenggaraan Taman

Pendidikan Al-Qur’an-Inggris (TPAI), yang merupakan tinggalan kami, PK PMII Liga

periode 1993-1994, masih terus hidup dan dalam beberapa hal juga berkembang dengan baik.

Pada pagi itu, seperti biasanya, kedai kopi di samping Sekretariat sedang ramai

pengunjung. Di bagian dalam, yang mengisyaratkan ke-lebih-dulu-an datangnya ke kedai,

terlihat kelompok salesmen, kelompok makelar, dan para pebisnis pemula. Di bagian teras

kedai hingga di bawah-bawah pohon rindang yang banyak tumbuh di sekitar mushalla terlihat

beberapa pemuda mengelompok, yang kelihatannya adalah mahasiswa angkatan tua. Di

bagian lainnya terlihat beberapa kelompok anak muda tanggung sedang kongkow-kongkow.

Tanpa penulis sadari, karena memang sudah tidak kenal, dua orang anak muda yang

kelihatannya 5-10 tahun di bawah penulis, yang duduk melingkar di teras kedai datang

menghampiri tempat duduk penulis di bawah rindang pohon agak jauh dari kedai. Benar,

dengan penuh keakraban mereka meperkenalkan diri sebagai kader PMII yang 10 tahun di

bawah penulis. Detik berikutnya, kedua pemuda ini memanggil semua anggota kelompok

untuk berpindah ke tempat kami berdua duduk. Jadilah pagi itu sebuah reuni dadakan atas

sembilan orang insan pergerakan, dari berbagai angkatan, dengan berdawai cangkir-cangkir

kopi dan beberapa potong nyamikan hangat Kota Malang: tempe menjes, tahu berontak, dan

tempe kacang yang semuanya masih panas.

Dalam diskusi santai yang dibalut hawa dingin Kota Malang itu kami membicarakan

peristiwa-peristiwa pola rekrutmen dan pola-pola pengkaderan pada masa lalu yang terbingkai

gelora dan penanaman semangat untuk melakukan reformasi atas banyaknya penyimpangan

pada zaman Orde Baru. Sampai saatnya, salah seorang dari kami yang kebetulan merupakan

kader yang baru saja menyelesaikan masa kepengurusannya di Komisariat Liga UM bertanya,

Page 3: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

3

“Kalau dulu zaman Mas Tirmidzi dan mungkin kakak-kakak senior beberapa tahun di

bawahnya, semangat dan gelora pergerakan memiliki target dan parameter yang jelas. Hari

ini, apa yang bisa menggantikan itu? Terus terang, saat ini, elan vital dalam ber-PMII sedang

dalam tanda tanya besar!”

Dengan sedikit menghibur penulis katakan bahwa mulai dulu hingga sekarang elan

vital dalam ber-PMII tetap sama, yakni ingin menjadikan diri ini sebagai individu yang baik,

memiliki teman dan pergaulan yang juga baik, dan kalau ketemu jodoh di PMII maka istri kita

adalah insan yang baik. Tawa berderai anggota kelompok diskusi menggema bersahutan

dengan derai tawa dari kelompok seberang yang berada di teras dalam kedai.

Akan tetapi, kader muda PMII yang idealismenya masih sangat menggelora ini

merasa jauh dari puas. Dengan nada suara yang agak tinggi ia tumpahkan kegundahannya itu

dalam serangkaian pertanyaan yang sudah lama dia pendam dan pagi itu membuncah, ”Untuk

apa berbuat baik, Mas?, tanyanya. ”Untuk apa pula kita perlu menjadi manusia baik?; untuk

apa PMII bersusah payah dipertahankan, padahal banyak jalan untuk ’sekedar’ menjadi baik?;

bagaimana PMII bisa menjawab bahwa dengan bergabung dengan PMII kita tidak tersesat,

keliru, dan tertipu?; bisakah PMII membuktikan bahwa kalau betul kita bisa menjadi orang

baik, misalnya, disitu memang ada jasa PMII?; terus untuk...”

”Stop!” penulis bilang. ”Menarik. Pertanyaan-pertanyaan ini sangat mendasar,”

ucapku. ”Dulu kami tidak sempat mempertanyakan itu semua karena musuh, target, dan

parameter kami saat itu terlalu jelas. Pertanyaan-pertanyaan ini sangat khas sebagai

pertanyaan saat ini,” tandasku kemudian.

Diskusi harus diakhiri karena adzan Dhuhur berkumandang. Sebelum bersama-sama

mengambil air wudlu’, penulis katakan kepada seluruh peserta diskusi yang saat itu hadir

bahwa kita perlu diskusi marathon terkait pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi,

terutama penemuan elan vital ber-PMII saat ini. Dalam proses pencarian jawaban itu, berikut

ini sebagian hasil yang mungkin dapat di-sharing-kan dalam kesempatan ini.

Pernyataan Tesis

Merenungkan apa yang kita alami dalam tahapan MAPABA, PKD, dan PKL yang

dilakukan oleh PMII, penulis menemukan bahwa elan vital ber-PMII terletak pada usaha terus

menerus untuk melakukan dialektika antara rumusan NDP dan sistem perkaderan. Artinya,

bila masih terdapat sesosok atau beberapa orang yang senantiasa melakukan dialektika di dua

domain ini maka PMII tidak akan pernah kehilangan elan vitalnya di sepanjang zaman.

Sebaliknya, bila sampai terjadi krisis ketersediaan orang yang bersedia melakukan dialektika

Page 4: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

4

kedua domain itu, maka tidak akan lama lagi PMII akan tutup dan selanjutnya hanya akan

menjadi fosil-fosil pergerakan mahasiswa yang anteng di etalase-etalase ruang museum.

Khusus saat ini, penulis mencoba melakukan dialektika itu, dan penulis temukan

bahwa proses kita ber-PMII secara komprehesif (kaffah) sebangun dengan Surat Al-Fatihah!

Penjelasan secara umumnya ialah sebagai berikut.

Refleksi Ber-Fatihah

Sudah jamak dipahami di PMII, karena ini merupakan ayat standar yang harus

dijadikan renungan dalam prosesi pembaiatan calon anggota, yakni bahwa sewaktu di alam

benih semua manusia melakukan persaksian kepada dirinya sendiri di hadapan Allah Swt.

bahwa dirinya adalah hamba, dan Allah Swt. adalah Tuhannya, meskipun, atas perjanjian ini,

sebagaimana Allah Swt. tegaskan, kelak di hari kiamat banyak manusia yang menyatakan

lupa.1 Di ayat yang lain, Allah Swt. menyindir manusia tentang penyebab kealpaan manusia

tentang janji dan sumpah mereka tersebut, yakni sifat gegabah, dan pikiran picik manusia

yang bersedia menukar janji mereka kepada Allah Swt. beserta segenap sumpah-sumpah atas

namaNya dengan sesuatu yang murah.2 Penyebab lain hingga terjadinya kealpaan itu ialah

karena kezaliman dan kebodohan manusia sendiri.3

Apa parameter (variabel penentu) bahwa manusia dikatakan amanat atau khianat

(zalim)? Tidak lain dan tidak bukan ialah tugas dan fungsi kita sebagai abdullah4, dan

khalifatullah fil ardl5. Bila kita dipandang sukses oleh Allah Swt. dalam menjalankan dua

tugas dan fungsi ini, maka tunai sudah tugas itu. Sebaliknya, bila kita dipandang khianat oleh

Allah Swt., maka jangan berharap Allah akan menyapa kita di Hari Pengadilan kelak.6

Berangkat dari kesadaran akan beratnya pelaksanaan dua tugas tersebut karena langit,

bumi, dan gunung enggan untuk menerima amanah yang kedua, yakni khalifatullah fil ardl7,

namun dengan segala i’tikad (tekad bulat) untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-

baiknya, maka, tidak ada pilihan lain, dengan segala totalitas penghambaan, kita menyatakan

1 Q.S. Al-A’raf (7):172-173

2 Q.S. Ali Imran (3): 77

3 Q.S. Al-Ahzab (33): 33; Al-A’raf (7): 179

4 Q.S. Adz-Dzariyaat (51):56

5 Q.S. Al-Baqarah (2): 30-34. Note: Terkait amanat untuk menjadi khalifatullah fil ardl ini Allah Swt. sangat

menekankan agar manusia tidak sampai alpa karena amanat itu sebenarnya sudah ditawarkan kepada langit,

bumi, dan gunung namun mereka enggan menerimanya karena khawatir akan berkhianat atas amanat yang

sangat berat ini (Q.S. Al-Ahzab (33): 33). Akan tetapi, manusia justru bersedia mengembannya. Oleh karena

itu, bila nantinya manusia berkhianat, maka tidak ada predikat lain dari Allah Swt. kepada manusia jenis ini

kecuali zalim dan bodoh. 6 Footnote nomor 2

7 Footnote nomor 5

Page 5: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

5

bismillahi (demi, untuk, atas nama, dengan panduan, dengan pertolongan, dan dengan segala

rahasia yang dimiliki Allah) ar-Rahman (yang Maha Pengatur) ar-Rahiim (Maha Teliti) kita

laksanakan dua tugas dan fungsi yang mulia namun berat ini. Inilah ayat pertama surat Al-

Fatihah. Kita sadar bahwa tiada sedikitpun kemampuan, hak, kepahaman, apalagi

kepentingan, yang melekat pada diri kita sebagai hamba kecuali atas hal-hal yang diizinkan

oleh Tuhannya.

Berbasis totalitas penghambaan kepada Allah Swt. ini kita masuk pada wilayah

keyakinan bahwa kita akan mampu menjalankan amanat dengan baik bila kita tetap dalam

aturan, panduan (hidayah) Allah Swt. karena semua yang ada ini adalah milik Allah Swt.,

pengikat karakteristik seluruh alam (ayat 2). Oleh karena itu, apa yang menjadi aturanNya

(manual) kita yakini sebagai sesuatu yang pasti benar, sebagai panduan, sekaligus bantuan

buat kita. Dia Maha Pengatur dan Maha Teliti (ayat 3), dan akan meminta

pertanggungjawaban kita kelak di hari yang ditunda (ayat 4).

Dengan segala kesadaran atas ke-serba-Maha-an yang dimiliki Allah Swt., dan

pertanggungjawaban kelak di hari kemudian ini maka tidak pantas bila kita menyembah dan

memohon pertolongan kepada selainNya. Oleh karena itu, terikrar dengan tegas dalam

suasana individual dan langsung, hanya kepadaNya-lah kita menyembah, dan hanya

kepadaNya pula kita memohon pertolongan (ayat 5); tidak ada manfaatnya menyembah dzat

selainNya yang tidak punya kuasa apa-apa terhadap alam ini, dan kelak juga tidak akan

meminta pertanggungjawaban apa-apa kepada kita. Cukuplah kita menyembah pencipta,

pengatur, pemandu, dan Dzat yang menjadi penguasa di hari pertanggungjawaban!

Sampai di sini, seharusnya, andaikan hati manusia tidak rapuh dan mudah goyah,

maka Surah Al-Fatihah yang ada di dalam Al-Quran diputus di sini saja! Semuanya sudah

tuntas: kesadaran, keyakinan, dan ikrar sudah dilalui semuanya. Tidak ada lagi yang

dibutuhkan. Kita betul-betul sudah muslim (pribadi yang berserah diri).

Demikianlah yang terjadi pada makhluq lain di alam semesta ini selain manusia.

Mereka secara otomatis menaati semua sifat-sifatnya, yakni menghamba dan berserah diri

(muslim) kepada Allah. Di sisi lain, manusia diberi ruang untuk memilih: mau menaati

perintah Allah atau mengingkarinya. Transformasi dari eksistensi menjadi keharusan ini

merupakan keistimewaan dan resiko yang unik dari manusia. Kembali lagi, inilah arti dari

pernyataan persaksian primordial di hadapan Allah di alam benih itu.

Page 6: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

6

Oleh karena itu, Allah Swt. tidak percaya begitu saja atas pernyataan manusia tentang

kesejatian penghambaan manusia yang telah dikatakannya berkali-kali tersebut8, karena

penghambaan manusia oleh Allah disikapi sebagai process of becoming (proses untuk

menjadi); bukan the state of being (kondisi yang sudah jadi). Oleh karena itu, terkait ini

semua, Allah Swt. akan menguji manusia dengan berbagai bentuk ujian9 yang kesemuanya

dijadikan media untuk melihat siapakah pejuang sejati (mujahid) yang berjuang dengan

penuh kesabaran10

, dan siapa yang palsu (berpura-pura). Segala bentuk ujian ini harus

dihadapi oleh manusia untuk menempa diri dalam mengikis kelemahan mendasarnya.

Dalam pandangan Al-Qur’an, kelemahan manusia yang paling mendasar dan darinya

kemudian timbul semua dosa-dosa besar adalah kepicikan (dha’f), yakni pola pikir here-and-

now (kebalikan dari retrospective dan prospective), dan kesempitan pikiran (qathr), yakni

tidak berpikir akibat jangka panjang11

. Kepicikan dan kesempitan hati ini kemudian

menimbulkan sifat negatif, yakni suka terburu nafsu, panik, dan tidak berpikir panjang tentang

dampak-dampak di masa depan12

. Sifat terburu nafsu ini kemudian mengantarkan manusia

kepada sifat sombong atau putus asa: ketika memperoleh rahmat maka dengan segera manusia

melupakan Allah, sementara bila memperoleh kesusahan ia menjadi kembali mengingat

Allah, namun ada juga kemungkinan ia terbenam dalam keputusasaan itu sendiri13

. Kondisi-

kondisi ekstrim ini, yakni kikir, mementingkan diri sendiri, terburu nafsu, sombong, dan putus

asa (kondisi perasaan benar-benar negatif dan anggapan bahwa dirinya adalah maha kuat).

Kondisi ekstrim ini adalah ”kondisi syeitan” yang di dalam efek-efek moralnya menempati

tempat sama: nihilisme moral.

Menjadi sombong sebagaimana dilakukan oleh Iblis sangat dilaknat oleh Allah14

.

Akan tetapi, berputus asa juga sangat dikutuk oleh Allah karena juga dianggap sebagai

kekufuran15

. Dengan kata lain, kesombongan dan keputusasaan sama-sama merupakan

perbuatan orang yang tidak beriman (kufr), yakni orang yang telah kehilangan energi moral.

Dalam diri seseorang yang telah kehilangan energi moral ini maka pemujaan berhala menjadi

efek berikutnya. Ini terjadi karena setelah tidak memiliki lagi tambatan transendental bagi

tingkah lakunya maka seseorang akan menyembah hasrat-hasratnya sendiri (hawa nafsu)16

.

8 Q.S. Ali Imran (4):142; At-Taubah (9):16.

9 Q.S Al-Baqarah (2):155

10 Q.S. Muhammad (47):31

11 Q.S. Al-Ma’aarij (70):19-21; An-Nisaa’ (4):128; Al-Hasyr (59):9; At-Taghaabuun (64): 16; Al-Isra (17):100.

12 Q.S. Al-Anbiyaa’ (21): 37; Al-Isra (17): 11; Al-Qiyamah (75):20-21

13 Q.S. Huud (11):9-11; Fushilat (41):49-51; Al-Isra (17):83; Yunus (10):12

14 Q.S. al-A’raf (7):13

15 Q.S. Yusuf (12):87; Al-Ankabuut (29):33; Al-Hijr (15):56; Az-Zumar (39):53.

16 Q.S Al-Furqan (25):43; Al-A’raf (7):176; Al-Kahfi (18):28; Al-Qashash (28):50

Page 7: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

7

Dalam tahap yang lebih parah, pada saat pandangan moral menjadi sempit dan manusia tidak

lagi memiliki dimensi transendental maka tidak ada lagi perbedaannya apakah manusia akan

memandang dirinya (mis. Fir’aun), masyarakatnya (mis. kaumnya Nabi Nuh, Nabi Shalih,

Nabi Luth, dan lain-lain) atau bangsanya sebagai Tuhan. Inilah puncak kesesatan akibat

kepicikan manusia.

Dalam dimensi inilah perjuangan untuk tetap berada pada ”jalan tengah” menjadi basis

penilaian Allah terhadap manusia. Fazlur Rahman menyebut ”jalan tengah” (sirathal

mustaqim) itu ialah taqwa, yang terambil dari kata wqw yang berarti berjaga jangan sampai

terjerumus. Ia juga berarti melindungi diri dari akibat-akibat perbuatan sendiri yang buruk dan

jahat. Perlindungan itu akan diperoleh bila kita tunduk dan patuh dengan panduan yang

diberikan Allah. Dengan panduan itu kita bangun kekokohan mental dalam menghadapi tensi-

tensi moral (agar senantiasa tetap di dalam ”batas-batas yang telah ditetapkan Allah”), dan

tidak goyahnya keseimbangan pada saat tensi-tensi moral itu menyeruak dengan ”melanggar”

batas-batas tersebut. Sekali lagi, inilah medan jihad yang tidak akan pernah berkesudahan

bagi manusia sebagai mahluk individu.

Oleh karena itu, panduan dari Allah senantiasa kita minta (ayat 6), agar kita tetap pada

jalur orang-orang yang diberi nikmat (kesempatan untuk tetap beredar di muka bumi), bukan

jalan yang dimurkaiNya dan sesat (ayat 7). Untuk itu, yang perlu kita lakukan ialah senantiasa

mendengarkan kata hati (fitrah)17

, bukan justru menuruti hasrat-hasrat subyektif (hawa nafsu)

yang menyesatkan dan mendatangkan kesulitan-kesulitan18

. Inilah golongan orang-orang yang

diberi nikmat19

; bukan golongan orang-orang yang diadzab oleh Allah karena Allah sudah

murka atas mereka20

, atau orang-orang yang dhalim kepada dirinya sendiri sehingga mereka

tersesat21

.

Untuk memandu agar diri kita tetap berada pada golongan orang yang senantiasa

diberi nikmat, maka ada tiga ilmu yang penguasaannya harus menjadi prioritas untuk dikuasai

oleh manusia, karena ketiga ilmu ini senantiasa memandu manusia untuk mengingat Allah.

Ketiga jenis ilmu itu, yang pertama ialah ilmu mengenai alam yang telah dibuat Allah untuk

tunduk kepada manusia22

; kedua ialah ilmu pengetahuan sejarah (dan geografi)23

; dan yang

ketiga ialah ilmu tentang dirinya sendiri (fisis, dan psikis)24

.

17

Q.S Asy-Syams (91):7-10 18

Q.S Al-Lail (92): 5-10. 19

Q.S Maryam (19):58; An-Nisaa (4):69 20

Q.S Al-Maidah (5):57-64 21

Q.S Al-Baqarah (2):8-16 22

Q.S Al_Baqarah (2):29; Lukman (31):20; Al-Jaatsiyah (45):12; An-Nahl (16):12-14; Al-Hajj (22):65; Al-

Ankabuut (29):61; Lukman (31):29; Faathir (35):13; Az-Zumar (39):5; Az Zukhruf (43):12

Page 8: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

8

Dari ilmu mengenai alam dan hukum alamnya kita kemudian mengetahui bahwa alam

ini sengaja ditundukkan oleh Allah kepada manusia melalui segala regularitas (keteraturan)

yang ada. Semuanya dilakukan untuk mempermudah manusia dalam mengelolanya. Alam

semesta ini ada adalah untuk dimanfaatkan manusia demi mencapai tujuan-tujuannya. Namun

demikian, tujuan akhir manusia ialah untuk mengabdi kepada Allah, bersyukur kepadaNya,

dan menyembah Dia saja. Selanjutnya, pengetahuan tentang sejarah dan geografi yang sering

digambarkan dengan kalimat ”berjalan di muka bumi” adalah untuk menyaksikan apa yang

telah terjadi kepada kebudayaan-kebudayaan di masa lampau dan mengapa kebudayaan-

kebudayaan itu dapat bangkit dan mengapa pula bisa runtuh. Terakhir, ilmu tentang diri

sendiri ialah pengetahuan-pengetahuan tentang nikmat dhahir yang diberikan dalam bentuk

organ-organ tubuh dan sistem kerjanya, dan nikmat bathin dengan segala kesempurnaan.

Namun demikian kita juga harus paham bahwa dalam segala kesempurnaan wadag kasar

bernama tubuh, dan kesempurnaan soft-ware bathin itu, terdapat ukuran, dan kelemahanya.

Kelemahan batiniah yang paling mendasar dari manusia sebagaimana diuraikan di atas,

mutlak harus dipahami dengan disertai pemahaman tentang tensi-tensi moral yang

dihadapinya, serta hati nurani (fitrah) yang harus dijaganya.

Ketiga ilmu ini masih merupakan pengetahuan ”ilmiah” karena masih berdasarkan

pengamatan ”mata dan telinga”. Pengetahuan ”ilmiah” ini harus ”sampai ke hati” dan

menghidupkan persepsi batin manusia. Tanpa persepsi batin yang hidup maka ilmu-ilmu itu

akan menjadi sangat berbahaya karena manusia akan menjadi lengah akan akibat-akibat yang

akan ditanggungnya di akhirat25

. Sebaliknya bila persepsi batin kita hidup maka kita akan

mampu menghindarkan dari perbuatan-perbuatan aniaya (dhalim), terutama sekali

menyembah tuhan-tuhan palsu. Perbuatan aniaya ini disebut dlalal (sesat), sebuah jalan yang

tidak akan mengantarkan ke mana-mana; sebuah jalan yang kita mohon kepada Allah untuk

terhindar darinya.

Benang Merah Ber-Fatihah dengan Sistem Kaderisasi PMII

Untuk sekedar sebagai executive summary (kesimpulan untuk dijadikan poin-poin

pelaksanaan atas apa yang dimaksudkan), berikut ini penulis uraikan refleksi elan-vital

kehidupan yang dapat disarikan dari Surat Al-Fatihah dan bagaimana preskripsi sistem

pengkaderan di PMII berdasarkan sari elan-vital berkehidupan tersebut. Pertama, paparan

ayat 1-4 dalam Surat Al-Fatihah adalah ungkapan totalitas penghambaan seseorang kepada

23

Q.S Al-An’am (6):11; Yunus (10):13-14; Yusuf (12):109 24

Q.S Fushilat (41):53 25

Q.S Ar-Ruum (30):7

Page 9: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

9

Allah, dan i’tikad (tekad bulat) untuk melaksanakan tugas (amanah) itu dengan panduan dan

pertolongan Allah. Totalitas itu terbangun karena kita sadar bahwa kita tidak pernah meminta

apalagi memilih untuk diciptakan sebagai manusia yang memiliki dua tugas dan fungsi yang

sangat berat sehingga langit, bumi, dan gunung pun enggan menerimanya karena khawatir

khianat kepada Allah; kita pun sadar bahwa tidak ada pilihan lain kecuali kita berserah diri

dan menerima dua tugas mulia dan berat itu dengan niatan: demi, untuk, atas nama, dengan

panduan, pertolongan, dan dengan segala rahasia Allah (bismillahi).

Kesadaran-kesadaran yang membangun totalitas penghambaan kepada Allah harus

mampu ditranformasikan secara tuntas dalam pelaksanaan MAPABA di PMII. Tahap ini

harus digunakan dan disikapi sebagai kesempatan untuk membangun kesadaran-kesadaran

dalam diri mahasiswa tentang dua tugas dan fungsinya di muka bumi sebagai manusia, yakni

abdullah dan khalifatullah fil ardl.

Berangkat dari kesadaran atas hal yang mendasar ini kemudian segera dibangun

kesadaran tentang langkah-langkah yang harus dilakukan oleh manusia untuk melaksanakan

dua tugas dan fungsi tersebut (Al-Baqarah:31-33), yakni penguasaan ilmu-ilmu agama agar

mampu menjaga ketauhidan kita kepada Allah dan hablun min Allah, ilmu-ilmu tentang alam

(kauniyah) untuk melaksanakan hablun minannas dan hablun minal alam, dan soft skill

minimal yang harus dikuasai untuk pelaksanaan fungsi khalifah, antara lain keterampilan

dasar untuk melakukan analisa lingkungan (bio-geo-fisik dan sosial), keterampilan

administrasi, managerial, leadership, human and interpersonal relation, komunikasi, dan

menjaga kebersihan jiwa (tazkyat an-nafs). Dengan transformasi ini maka calon anggota yang

telah mampu diantarkan untuk beri’tikad (bertekad bulat dan teguh pendirian) untuk

melakukan penghambaan kepada Allah akan menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa

harus bergabung di PMII untuk mewujudkan i’tikad tersebut!

Selanjutnya, benang merah antara ayat 5 dalam surat Al-Fatihah dengan PKD adalah

sebagai berikut. Ayat 5 Surah Al-Fatihah adalah deklarasi seorang manusia kepada Allah

untuk mengorientasikan segala penghambaannya hanya kepadaNya (tauhid), dan oleh karena

itu, permohonan pertolongan juga dialamatkan kepadaNya. Hanya saja, harus diingat bahwa

pernyataan ketauhidan itu akan diuji oleh Allah sehingga akan diketahui siapa yang sejati dan

siapa yang palsu. Terkait ujian-ujian ini maka manusia harus terus menerus berjuang (jihad)

agar kita tetap berada di ”jalan tengah” (shirathal mustaqim) dan mampu mengatasi tensi-

tensi moral yang mengajak manusia untuk melakukan nihilisme moral. Kita sadari bahwa

perjuangan ini adalah perjuangan yang tanpa kesudahan, hingga pada masanya kita

menghadap kepada Allah.

Page 10: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

10

Elan-vital atau ruhul jihad ini harus mampu ditangkap oleh kader yang ikut dalam

PKD, yakni manusia, siapapun dia, harus berjuang karena ada serangkaian paket ujian dari

Allah. Terkait dengan perjuangan (jihad) ini, PMII kemudian harus menerjemahkan dalam

konteks PMII sebagai organisasi kader yang merupakan sub dari kerja-kerja besar pendidikan

secara umum. Sebagai bagian dari kerja besar pendidikan maka PMII harus mewujudkan

dirinya sebagai lembaga pendidikan (baca: lembaga pengkaderan) yang baik, yakni,

sebagaimana terurai dalam Q.S Ibrahim:24-26), memiliki akar menghujam, cabang

menjulang, dan senantiasa menghasilkan buah (yang dapat dimanfaatkan) pada setiap musim.

Sekali lagi, dalam bingkai inilah jihad yang dimaksudkan di PMII! Alumni PKD diharapkan

dapat mewujudkan amanat dari PMII sebagai kader mujahid dalam konteks ini.

Terakhir, benang merah antara ayat 6-7 dalam surat Al-Fatihah dengan

penyelenggaraan PKL. Sebagaimana dipaparkan di atas, Ayat 6-7 Surat Al-Fatihah berisi

permohonan untuk senantiasa dipandu Allah di jalan yang menuju kepadaNya, yakni jalan-

jalan yang dilalui golongan yang diberi nikmat; bukan golongan yang diadzab karena

dimurkai dan aniaya. Sebagai konsekuensi dari orang yang sedang memohon sesuatu maka

kita harus berada di wilayah kepantasan untuk diluluskannya permintaan itu. Terkait dengan

permintaan agar senantiasa dipandu untuk memperoleh hidayah ini maka kita perlu

mencontoh prilaku orang-orang yang telah diberi hidayah oleh Allah, yakni nabiyyin,

shiddiqin, syuhada’, dan shalihin. Ciri utama orang-orang dalam kategori ini adalah bila

disampaikan kepadanya ayat (tanda keagungan) dari Dzat yang Maha Mengatur

(ayaturrahman) maka ia segera tertunduk, tersungkur, dan bersujud, serta menangis26

.

Untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman sebagaimana orang-orang dalam

kategori ini kita perlu memiliki penguasaan atas tiga ilmu: ilmu alam, sejarah dan geografi,

dan ilmu tentang mikrokosmos. Harap diingat, pengertian menguasai ilmu ialah mampu

memahami hingga ditemukan bangunan teorinya (proposisi, teori substantif, middle-range

theory, dan grand theory). Tambahan satu lagi, ketiga ilmu ini penguasaannya harus sampai

ke hati karena ilmu itu sendiri harus disikapi sebagai cahaya (nuur) yang dapat menghidupkan

persepsi batin.

Terkait PKL, para alumninya diharapkan mampu melihat sisi-sisi lemah dari kondisi

organisasi dalam konteks kekinian (dhulumat), dan kemudian mendefinisikan kondisi masa

depan yang diharapkan dan dituju (nuur). Di sinilah letak pentingnya tujuan agar alumni PKL

memiliki persepsi batin yang hidup. Darinya ia akan mampu menemukan empirical gap dan

26

Q.S Maryam (19):58

Page 11: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

11

theoretical gap atas suatu fenomena. Luaran sosok yang menjadi alumni PKL adalah sosok

yang memiliki expert power: change, dream, model, empower, love. Dan, sosok tersebut juga

memiliki reverent power: trustworthy, competent, forward-looking, risk-taker.

Penutup

Demikian sumbangan kecil untuk memunculkan pemikiran tentang elan vital-elan vital

yang lain dalam ber-PMII. Dapat diutarakan sebagai sebuah kesimpulan bahwa, apabila

mampu ditemukan aktualisasi dan kontekstualisasi elan-vital ber-Fatihah menjadi elan-vital

ber-PMII, maka PMII tidak akan pernah menjadi fosil atau lekang oleh zaman. Dengan

mengkader diri di PMII, penulis yakin bahwa di dalam pelaksanaan shalat kita, kita akan

mampu ber-Fatihah secara lebih baik: Fatihah kita adalah Fatihah penuh makna; bukan

fatihah yang sekedar mantra tanpa matra. Dalam PMII yang kontekstual dan transformatif

maka makna itu akan menemukan tanah tempat bersemainya. Kedua, refleksi nilai-nilai Al-

Fatihah yang kita peroleh dari proses mengikuti segala rangkaian perkaderan di PMII juga

akan mengejawantah menjadi pribadi ikhlas dalam beribadah; sabar dan teguh dalam

berjuang; jeli dan jitu dalam melakukan transformasi diri, dan juga transformasi saat bersama

umat.

Sekedar mengingatkan, paparan ini harap disikapi sebatas stimulan demi ditemukannya

elan-vital-elan-vital yang lain dalam ber-PMII saat ini, dan di negara ini. Pada saatnya, saat

elat vital yang konprhensif telah ditemukan, kita bisa mendiskusikan domain yang berikutnya

dalam rangkaian roadmap untuk penemuan konsep perkaderan ideal yang diharapkan, berupa

state-of-the-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma

(Arab: wazn) gerakan, baru sampai kepada strategi, pola pengkaderan, plotting materi,

kurikulum dan silabus, dan terakhir nantinya penyusunan buku pegangan kaderisasi..

Karena hanya sebatas stimulan, sangat mungkin Sahabat-Sahabat menemukan rumusan

elan vital yang lain yang justru lebih fresh dan urgent. Satu hal yang, mungkin, dapat kita

sepakati ialah bahwa PMII masih memiliki peluang besar untuk menjaga eksistensinya di

masa mendatang, mengingat lembaga ini akan tetap dibutuhkan oleh generasi mendatang

yang disebabkan oleh tingkat kehausan spiritual yang jauh lebih tinggi daripada generasi-

generasi sebelumnya. Bukan tidak mungkin, PMII justru akan menjadi media untuk ngambah

dhalan, thariqah, atau suluk bagi para mahasiswa dalam melakukan mujahadah menuju

Tuhan.

’Ala kulli hal, Kongres PMII yang merupakan permusyawaratan tertinggi di PMII

sebagaimana di atur dalam Anggaran Dasar PMII, dan PB PMII secara umum ada baiknya

Page 12: Al-Fatihah dan Elan Vital Ber-PMII · PDF filethe-art (kondisi mutakhir) dunia mahasiswa dan pergerakan, pilihan paradigma (Arab: wazn) gerakan, ... tulisan ini penulis batasi untuk

12

memikirkan secara serius tentang kerja-kerja amanah, sabar, dan cerdas, pada track road-map

yang dipaparkan di atas. That’s it, kelihatannya memang masih panjang peta lintasan yang

harus dilalui PMII untuk menemukan sistem kaderisasi idealnya. Marilah ini semua kita

sikapi sebagai medan jihad, ijtihad, dan tajdid kita. Insyaallah ada apresiasi dari Allah Swt.

Syukurlah, tugas itu hari ini telah sampai di tangan para kader PMII yang membaca

tulisan ini. Penulis telah punya banyak teman untuk menuntaskan ini. Semoga roadmap ini

betul-betul dapat dituntaskan! Wallahu a’lamu bi al-shawab.