akuntansi cabang dan pusat-cp

12
AKUNTANSI HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG Oleh: Cahyo Priyatno, SE, AK, CPMA, CA *) *) Mahasiswa Program Magister Akuntansi Universitas Gajah Mada; Akuntan Profesional Ikatan Akuntan Indonesia, Independent Advisor Sifat dan jenis usahanya operasi kantor cabang, biasanya berada di bawah pengelolaan seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajemen di kantor pusat. Administrasi yang lengkap terhadap aktiva yang ditempatkan dan hutang-hutang atau kewajiban yang timbul di cabang juga diperlukan seperti halnya di kantor pusat. Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit yang berdiri sendiri, tetapi tetap dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang diberikan kepada suatu cabang ditetapkan oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut: 1. Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat. 2. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat. 3. Cabang melakukan aktivitas penjualan, mulai dari usaha-usaha untuk mendapatkan pembeli, mengirimkan barang atau menyerahkan jasa kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih piutang dan menyimpan uangnya di dalam rekening banknya sendiri. Sistem Akuntansi untuk Operasi Kantor Cabang 1. Sistem Sentralisasi Pembukuan di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Kantor cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar atau bukti lain yang mendukung terjadinya transaksi. Apabila laba (rugi) dari aktivitas cabang akan ditentukan terpisah dari kegiatan kantor pusat. Sistem sentralisasi dilakukan dalam rangka penghematan biaya administrasi, menjamin adanya keseragaman prosedur dan metode-metode pembukuan yang diterapkan baik untuk kantor pusat maupun kantor cabang. Contoh transaki hubungan antara kantor pusat dan cabang dengan system sentralisasi ini

Upload: cahyo-priyatno

Post on 26-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

AKUNTANSI HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN KANTOR CABANG

Oleh: Cahyo Priyatno, SE, AK, CPMA, CA*)

*) Mahasiswa Program Magister Akuntansi Universitas Gajah Mada; Akuntan Profesional Ikatan Akuntan Indonesia,

Independent Advisor

Sifat dan jenis usahanya operasi kantor cabang, biasanya berada di bawah pengelolaan

seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajemen di kantor

pusat. Administrasi yang lengkap terhadap aktiva yang ditempatkan dan hutang-hutang atau

kewajiban yang timbul di cabang juga diperlukan seperti halnya di kantor pusat. Meskipun

cabang berusaha dan bekerja sebagai unit yang berdiri sendiri, tetapi tetap dikontrol oleh

kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang diberikan kepada suatu cabang

ditetapkan oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut:

1. Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan maupun aktiva

lainnya oleh kantor pusat.

2. Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan

permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat.

3. Cabang melakukan aktivitas penjualan, mulai dari usaha-usaha untuk mendapatkan

pembeli, mengirimkan barang atau menyerahkan jasa kepada langganan, membuat faktur

penjualan, menagih piutang dan menyimpan uangnya di dalam rekening banknya sendiri.

Sistem Akuntansi untuk Operasi Kantor Cabang

1. Sistem Sentralisasi

Pembukuan di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Kantor

cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar atau bukti lain yang mendukung

terjadinya transaksi. Apabila laba (rugi) dari aktivitas cabang akan ditentukan terpisah dari

kegiatan kantor pusat. Sistem sentralisasi dilakukan dalam rangka penghematan biaya

administrasi, menjamin adanya keseragaman prosedur dan metode-metode pembukuan

yang diterapkan baik untuk kantor pusat maupun kantor cabang.

Contoh transaki hubungan antara kantor pusat dan cabang dengan system sentralisasi ini

1. Kantor pusat mengirim kas sebesar Rp. 200.000 untuk pembukaan kantor cabang. Kantor pusat mengirim kas sebesar Rp. 200.000 untuk pembukaan kantor cabang. Kas - Ktr Cabang Kas - Ktr Cabang 200.000 200.000

Kas (aktiva) Kas (aktiva) 200.000 200.000

2. Kantor cabang membeli aktiva tetap senilai Rp. 150.000 secara kredit. Kantor cabang membeli aktiva tetap senilai Rp. 150.000 secara kredit. Aktiva tetap - Ktr Cabang Aktiva tetap - Ktr Cabang 150.000 150.000

Kas Ktr.Cabang Kas Ktr.Cabang 150.000150.000

3. Pembelian barang dagangan semuanya secara kredit: Kantor Pusat Rp.1200.000, Pembelian barang dagangan semuanya secara kredit: Kantor Pusat Rp.1200.000, kantor cabang Rp. 800.000 kantor cabang Rp. 800.000

Persediaan Persediaan 1.200.000 1.200.000 Utang Dagang Utang Dagang 1.200.000 1.200.000

Persed. ktr cabang Persed. ktr cabang 800.000 800.000 Utang Dagang Utang Dagang 800.000 800.000

Page 2: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

4. Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang Rp. 275.000. Pengiriman barang dagangan dari kantor pusat ke kantor cabang Rp. 275.000. Persediaan-Ktr Cabang Persediaan-Ktr Cabang 275.000 275.000

Persediaan Persediaan 275.000 275.000

5. Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor Pusat Rp.1500.000, Penjualan barang semuanya dilakukan secara kredit: Kantor Pusat Rp.1500.000, kantor cabang Rp. 700.000. Harga pokok atas barang dagangan yang dijual tersebut kantor cabang Rp. 700.000. Harga pokok atas barang dagangan yang dijual tersebut masing-masing Rp. 1000.000 dan Rp. 400.000. masing-masing Rp. 1000.000 dan Rp. 400.000.

Piutang dagang 1.500.000 Piutang dagang 1.500.000 Penjualan 1.500.000 Penjualan 1.500.000

HPP 1.000.000 HPP 1.000.000 Persediaan 1.000.000 Persediaan 1.000.000

Piutang dagang 700.000 Piutang dagang 700.000 Penjualan 700.000 Penjualan 700.000

HPP 400.000 HPP 400.000 Persediaan 400.000 Persediaan 400.000

6. Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp. 1300.000, Kantor Cabang Rp. Penagihan piutang dagang: Kantor Pusat Rp. 1300.000, Kantor Cabang Rp. 500.000. 500.000.

Kas 1.300.000 Kas 1.300.000 Piutang Dagang 1.300.000 Piutang Dagang 1.300.000 Kas 500.000 Kas 500.000

Piutang Dagang 500.000 Piutang Dagang 500.000

7. Sistem Desentralisasi

Dalam sistem ini, setiap cabang menyelenggarakan pembukuan atas transaksi yang terjadi

pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Biasanya susunan dan klasifikasi

rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan

susunan dan klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya. Proses akuntansi pada kantor

cabang diselenggarakan seperti halnya pada perusahaan yang berdiri sendiri, kecuali

bahwa kantor cabang tidak menyelenggarakan rekening modal.

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Sistem Desentralisasi

1. Adanya rekening “R/K – Kantor Pusat” di dalam rekening-rekening pembukuan kantor

cabang dan “R/K – Kantor Cabang” di dalam rekening-rekening pembukuan Kantor Pusat.

2. Ada hubungan antara rekening-rekening pembukuan di kantor cabang dengan rekening-

rekening pembukuan di kantor pusat.

3. Hubungan antara cabang dengan kantor pusat akan tercermin dalam rekening buku besar

yang diselenggarakan oleh masing-masing pihak.

4. Transaksi intern atau transaksi kantor cabang dengan pihak ketiga dicatat oleh kantor

cabang pada rekening-rekening yang bersangkutan.

5. Pengaruh perubahan jumlah modal yang berasal dari pendapatan dan biaya yang terjadi di

cabang akan diikhtisarkan dalam Laporan Perhitungan Rugi-Laba cabang yang

bersangkutan.

6. Laba yang didapat oleh cabang berarti menambah jumlah investasi kantor pusat dan oleh

karenanya dikredit ke “R/K – Kantor Pusat” di dalam rekening-rekening pembukuan kantor

cabang, sedangkan kantor pusat akan mendebit rekening “R/K – Kantor Cabang” dengan

rekening lawan kredit pada Rugi – Laba Kantor Cabang.

7. Pengiriman barang dagangan oleh kantor pusat akan didebit ke “R/K – Kantor Pusat” dan

sebaliknya oleh kantor cabang jumlah tersebut akan dikredit ke “R/K – Kantor Pusat”.

2

Page 3: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

Modifikasi Teknik Pencatatan

Penyajian data laporan keuangan harus informatif untuk kepentingan analisa laporan

keuangan, oleh karena itu hendaknya ada pemisahan di dalam pencatatan penanaman modal

oleh kantor pusat di cabang yang bersifat sementara.

Berdasarkan pokok pemikiran tersebut di atas, maka baik pada buku-buku Kantor Pusat

maupun buku-buku Kantor Cabang perlu diadakan pemisahan antara:

1. Rekening Kantor Pusat dan Kantor Cabang yang bersifat sementara

Dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang lancar

antara pusat dan cabang.

2. Rekening Kantor Pusat dan Kantor Cabang yang bersifat permanen

Dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang tetap

antara pusat dan cabang.

Kantor PusatKantor Pusat Kantor CabangKantor Cabang

R/K K. CabangR/K K. Cabang xxxxxx KasKas xxxxxx

KasKas xxxxxx R/K K. PusatR/K K. Pusat xxxxxx

R/K K. CabangR/K K. Cabang xxxxxx Pengiriman brg dr K. PusatPengiriman brg dr K. Pusat xxxxxx

Pengiriman brg ke K. Pengiriman brg ke K. cabangcabang

xxxxxx R/K K. PusatR/K K. Pusat xxxxxx

R/K K. CabangR/K K. Cabang xxxxxx BiayaBiaya xxxxxx

Biaya Biaya xxxxxx R/K K. PusatR/K K. Pusat xxxxxx

R/K K. CabangR/K K. Cabang xxxxxx Ikhtisar L/RIkhtisar L/R xxxxxx

L/R K. CabangL/R K. Cabang xxxxxx R/K K. PusatR/K K. Pusat xxxxxx

R/K K. CabangR/K K. Cabang xxxxxx KasKas xxxxxx

PiutangPiutang xxxxxx R/K K. PusatR/K K. Pusat xxxxxx

3

Page 4: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

Laporan Keuangan Gabungan untuk Kantor Pusat dan Kantor Cabang

Laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya, dimaksudkan untuk

memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sebagai satu

kesatuan ekonomi yang bulat, maka di dalam penyusunannya harus memperhatikan hal-hal

yang berikut:

1. Di dalam Neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan

hutang-hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak-pihak di luar

perusahaan.

2. Di dalam Laporan Perhitungan Rugi-Laba, harus dihindarkan adanya perhitungan ganda

terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama.

Langkah-langkah penyusunan neraca gabungan:

1. Menghapuskan (mengeliminasi) saldo rekening “R/K – Kantor Pusat” dengan “R/K – Kantor

Cabang” dan saldo rekening “Hutang” dengan “Piutang kepada” antar kantor pusat dan

cabang, yang ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun cabang.

2. Menjumlahkan (menggabungkan) saldo rekening-rekening aktiva, dan rekening-rekening

hutang yang terdapat dalam neraca individual kantor pusat dan cabangnya, sesuai dengan

kelompok masing-masing.

Langkah-langkah penyusunan laporan perhitungan Rugi-Laba gabungan

1. Menghapuskan (mengeliminasi) saldo rekening “Pengiriman Barang dari Kantor Pusat”

dengan “Pengiriman Barang ke Kantor Cabang” dan saldo rekening-rekening pendapatan

dengan biaya-biaya yang bersangkutan = yang diakui di dalam laporan perhitungan rugi-

laba individual kantor pusat dan cabang, sebagai akibat (konsekuensi) kebijaksanaan

sistem desentralisasi yang dilaksanakan.

2. Menjumlahkan (menggabungkan) saldo rekening-rekening pendapatan dan laba di luar

usaha, rekening-rekening biaya dan rugi di luar usaha yang terdapat dalam laporan rugi-

laba individual kantor pusat dan cabang, sesuai dengan kelompok masing-masing.

PERSOALAN-PERSOALAN KHUSUS

Pengiriman (Transfer) Uang Antar Cabang

Pengiriman uang antar cabang ini terjadi, apabila perusahaan mempunyai cabang lebih

dari satu. Pengendalian aktivitas tiap cabang bisa dilakukan kantor pusat dengan mengadakan

pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubungan antara cabang tertentu dan cabang

lainnya. Pembatasan yang diadakan berhubungan dengan otorisasi terhadapat transaksi yang

terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut.

4

Page 5: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

Rekening “proforma” antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tidak perlu

diselenggarakan. Sedang untuk menampung transaksi antar cabang berdasar otorisasi dari

kantor pusat harus diperhitungkan oleh masing-masing cabang dengan kantor pusat.

Pengiriman Barang-barang Antar Cabang

Pengiriman barang antar cabang biasanya ada pada kantor pusat untuk otorisasinya.

Dalam hal pengiriman barang-barang dari kantor pusat ke suatu cabang biasanya ongkos

pengangkutan untuk barang tersebut diperhitungkan dan menjadi beban kantor cabang, yaitu

ditambahkan pada harga barang-barang yang bersangkutan.

Apabila terjadi pengiriman barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka

perlakuan terhadap ongkos angkut diatur sebagai berikut:

1. Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih

dulu oleh cabang yang mengirim dan nantinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor

pusat.

2. Pembebanan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang kiriman itu

diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkut apabila kantor pusat mengirimkan langsung

kepada cabang penerima.

Barang-barang untuk Cabang Dinota di atas Harga Pokok dan Harga Jual Eceran

Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota di atas

harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut:

1. Dinota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok

Tujuan penentuan harga barang untuk cabang di atas harga pokoknya antara lain:

a. Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat di cabang, sehingga dapat

diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya.

b. Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta

administrasi yang menyangkut hubungan antara Kantor Pusat dan Cabang.

2. Dinota dengan harga jual eceran

Tujuan pokok daripada teknik penentuan harga untuk cabang dengan harga-harga

penjualan eceran antara lain:

a. Untuk lebih memperketat kontrol dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang

hasil-hasil operasi cabang.

b. Apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan

yang ada di cabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu

dibuat.

c. Mempermudah untuk mencocokkan di dalam mengadakan inventarisasi phisik barang

di cabang, di mana jumlah persediaan phsisik harus sama dengan perbedaan di antara

harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.

d. Melaksanakan kebijaksanaan harga jual yang sama terhadap beberapa daerah

pemasaran tertentu.

5

Page 6: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

Laporan Keuangan Gabungan Apabila Barang-barang Cabang Dinota Diatas Harga

Pokok

Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang

dicatat dengan harga pokoknya, relatif lebih mudah. Apabila barang-barang untuk cabang

dinota dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya, maka akan timbul persoalan-

persoalan khusus di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan. Persoalan-persoalan

khusus yang perlu diperhatikan antara lain:

1. Persediaan akhir barang-barang pada Neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari

harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula agar

memungkinkan penyusunan neraca gabungan.

2. Persediaan awal dan akhir barang pada laporan perhitungan Rugi-Laba cabang harus

dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.

3. Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur dibuat

atas dasar data neraca sisa dari pusat dan cabangnya.

CABANG-CABANG DI LUAR NEGERI

Ketentuan-ketentuan umum untuk menjabarkan rekening-rekening mata uang asing ke

dalam rupiah di Indonesia telah diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK), pada setiap

tanggal neraca:

1. Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan kedalam mata

uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan

dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs yang ditetapkan

Bank Indonesia sebagai indicator yang objektif.

2. Pos nonmoneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca,

tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi.

3. Pos nonmeneter yang dinilai dengan wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan

dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat ini tersebut ditentukan.

Jual Beli dengan Pihak Luar Negeri

Dalam transaksi jual beli dengan pihak luar negeri, harga beli atau harga jual barang

dapat dinyatakan dalam mata uang asing dan atau mata uang dalam negeri. Akan tetapi

pembukuan terhadap transaksi tersebut tetap harus dinyatakan dengan satuan mata uang

dalam negeri. Adapun fluktuasi nilai tukar dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya,

dapat menyebabkan salah satu pihak yang mengadakan transaksi akan menderita rugi atau

memperoleh laba dari perubahan kurs. Di dalam akuntansi laba atau rugi karena perubahan

kurs dicatat dalam rekening “Selisih (beda) kurs”.

Rekening-rekening Neraca

6

Page 7: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

1. Aktiva lancer

Kas, piutang dan aktiva lancar yang lain harus dijabarkan dengan nilai kurs yang berlaku

pada saat penyusunan neraca.

2. Aktiva tidak lancer

Harta tetap, investasi jangka panjang dan piutang jangka panjang harus dijabarkan dengan

kurs yang berlaku pada saat aktiva dibeli.

3. Hutang lancer

Hutang-hutang dalam mata uang asing harus dijabarkan dengan kurs yang berlaku pada

tanggal disusunnya neraca.

4. Hutang tidak lancer

Hutang tidak lancar atau hutang-hutang jangka panjang dalam mata uang asing harus

dijabarkan dengan kurs yang berlaku pada saat hutang tersebut terjadi.

5. Modal saham

Modal saham yang dinyatakan dalam mata uang asing harus dijabarkan dengan kurs pada

saat saham tersebut dikeluarkan.

Rekening-rekening Rugi-Laba:

1. Pendapatan dan Biaya-biaya

Rekening-rekening pendapatan dan biaya yang dinyatakan dalam mata uang asing harus

dijabarkan dengan kurs rata-rata.

2. Penyusutan aktiva tetap

Penyusutan atau depresiasi aktiva tetap harus disusun atas dasar nilai kurs yang berlaku

pada saat aktiva yang bersangkutan tersebut : dibeli, terjadi atau didirikan.

Penyusutan (depreciation) Aktiva Tetap

Penyusutan aktiva tetap harus disusun atas dasar nilai kurs yang berlaku pada saat

aktiva yang bersangkutan tersebut dibeli atau didirikan. Dalam pelaksanaan penjabaran saldo

rekening-rekening pembukuan Kantor Cabang di luar negeri perlu diperhatikan hal-hal yang

berikut:

a. Kurs yang digunakan untuk menjabarkan (translation rate)

b. Tanda-tanda tertentu yang digunakan oleh standar internasional

c. Pos atau rekening penyusunan seyogyanya dipisahkan tersendiri di dalam Laporan

Rugi Laba Cabang.

Penyusunan Laporan Keuangan Gabungan Kantor Pusat dan Kantor Cabang di Luar

Negeri

1. Atas dasar laporan keuangan individual dari cabang, terlebih dahulu harus diadakan

penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan kantor cabang menjadi saldo yang

dinyatakan dalam mata uang dalam negeri.

7

Page 8: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

2. Proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan cabang, dimulai dengan

mengambil dari angka-angka yang terdapat pada neraca saldo yang dipakai sebagai dasar

penyusunan neraca lajur.

3. Apabila hasil no (2) tidak seimbang, maka selisihnya ditampung dalam rekening

“Penyesuaian Kurs”.

4. Sebuah proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan cabang selesai, kemudian

menyusun “daftar lajur gabungan”/

Penyusutan Aktiva Tetap

Dalam saldo rekening biaya penjualan dan biaya administrasi & umum, termasuk biaya

penyusutan alat-alat perlengkapan kantor dan gedung yang seharusnya dijabarkan tersendiri

sesuai dengan kurs pada saat terjadinya transaksi aktiva tetap itu didapat.

Selisih Penyesuaian Kurs

Apabila selisih penyesuaian kurs menunjukkan saldo sebelah “Debit” berarti merugikan

dan apabila menunjukkan saldo sebelah “Kredit” berarti menguntungkan. Laba atau rugi

karena selisih penyesuaian kurs dapat diperlakukan sebagai laba atau rugi untuk periode yang

bersangkutan. Akan tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa laba atau rugi dalam

penjabaran mata uang asing tersebut, sebenarnya belum terjadi atau belum direalisasi,

sehingga laba atau rugi tidak seharusnya diperlakukan sebagai laba atau rugi untuk periode

yang berjalan. Akan tetapi laba atau rugi itu harus diperlakukan sebagai laba yang masih akan

diterima atau sebaliknya sampai dengan jumlah itu disetor atau ditransfer ke kantor pusat.

Aspek Perpajakan

Berkaitan dengan penghasilan yang diperoleh dari cabang di luar negeri, maka jenis

pajak yang terkait dengannya adalah PPh pasal 24. Yaitu sebuah ”fasilitas” dari pemerintah

agar setiap wajib pajak yang penghasilannya telahdikenakan pajak di luar negeri, ketika

penghasilan tersebut dibawa pulang ke Indonesia, dapat mengkreditkan (mengurangkan

kepada pajak yang terutang di akhir tahun) pajak yang telah dipotong di luar negeri tersebut.

Pengkreditan PPh yang dibayar di Luar Negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun pajak

digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia.

Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih rendah

(Ordinary Credit Method) di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah

yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dengan seluruh

Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan PPh yang terutang pada tahun berjalan, atau

maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam

negeri mengalami kerugian (Penghasilan dari LN lebih besar dari jumlah Penghasilan Kena

Pajak). Penghasilan Kena Pajak tersebut tidak termasuk penghasilan yang dikenakan pajak

bersifat fi nal. Dengan demikian, perhitungan PPh pasal 24 dilakukan dengan membandingkan

dua angka berikut ini (membandingkan antara angka di huruf a dengan angka dari huruf b).

Mana yang lebih kecil, itulah yang menjadi kredit pajak atau PPh pasal 24.Apabila penghasilan

8

Page 9: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

dari luar negeri berasal dari beberapa negara, maka penghitungan PPh Pasal 24 dilakukan

untuk masing-masing Negara (Per Country Limitation). Dalam hal jumlah PPh yang dibayar

atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut

tidak dapat diperhitungkan di tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan

tidak dapat direstitusi.

Jurnal saat terkena pajak di luar negeri:

Uang Muka PPh pasal 24 xxxxx

Kas*) xxxxx

Untuk penyederhanaan diasumsikan bahwa pajak di luar negeri dibayar dari kas kantor

pusat di Indonesia. Jika pajak dibayar dari kas di kantor cabang luar negeri dan dilakukan

pelaporan konsolidasi antara laporan keuangan kantor pusat dan kantor cabang di luar negeri,

maka yang dikredit adalah perkiraan eliminasinya seperti contoh di atasJurnal saat

membayar/dipotong/dipungut pajak di dalam negeri:

Uang Muka PPh ps 22 xxxxx

Uang Muka PPh ps 23 xxxxx

Uang Muka PPh ps 25 xxxxx

Kas xxxxx

Jurnal di akhir tahun untuk mengakui pajak terutang yang dihitung dari laba fi skal:

Beban Pajak Kini*) xxxxx

Utang PPh Badan xxxxx

Beban Pajak Kini adalah perkiraan untuk mencatat/menyajikan be-sarnyapajak terutang

yang dilaporkan dalam SPT tahunan tahun berjalan, untuk membedakan dengan Beban

(Penghasilan) Pajak Tangguhan; sesuai dengan penerapan yang diwajibkan berdasarkan

standar akuntansi (PSAK) No. 46 tentang akuntansi pajak penghasilan

Jurnal offset kredit pajak di dalam negeri dan luar negeri:

Utang PPh Badan xxxxx

Kerugian Pajak LN xxxxx *)

Uang Muka PPh ps 22 xxxxx

Uang Muka PPh ps 23 xxxxx

Uang Muka PPh ps 24 xxxxx

Uang Muka PPh ps 25 xxxxx

Utang PPh 29 xxxxx

Kerugian Pajak Luar Negeri adalah perkiraan yang dibentuk untuk mencatat/menyajikan

besarnya Uang Muka PPh pasal 24 (pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri) yang lebih

9

Page 10: Akuntansi Cabang Dan Pusat-CP

besar dan berdasarkan perhitungan tidakdapat dikreditkan di Indonesia karena melebihi batas

maksimum yang boleh dikreditkan. Selisih pajak yang tidak dapat dikreditkan ini menurut

akuntansi disajikan di Laporan Laba Rugi pada tahun berjalan sebagai beban, namun beban ini

tidak diakui menurut fi skal sehingga harus dilakukan koreksi fi skal ketika menghitung

penghasilan kena pajak di akhir tahun.

10