aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

58
AKTIVITAS MANUSIA DI PASAR TRADISIONAL SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS SKRIPSI ARIFIN K. 3202020 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008

Upload: dinhanh

Post on 12-Jan-2017

241 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

AKTIVITAS MANUSIA DI PASAR TRADISIONAL SEBAGAI

SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

SKRIPSI

ARIFIN

K. 3202020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008

Page 2: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

ABSTRAK

Arifin. AKTIVITAS MANUSIA DI PASAR TRADISIONAL SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS. Laporan Tugas Akhir, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, November 2008. Penciptaan karya tugas akhir ini dilakukan dengan tujuan: memvisualisasikan Aktivitas Manusia Di Pasar Tradisional melalui karya lukis dan mengajak masyarakat untuk peduli terhadap permasalahan-permasalahan yang yang terjadi pada pasar tradisional. Penciptaan karya tugas akhir ini dilaksanakan dari bulan Februari 2007 sampai dengan Desember 2008. Metode Penciptaan yang dilakukan menggunakan pendekatan empiris. Bahan yang digunakan untuk pembuatan karya adalah kertas, cat minyak Maries, oil painting Greco, cat tembok, pigmen, minyak tanah, kanvas siap pakai dan pigura. Alat yang digunakan adalah pensil 2B untuk membuat sketsa, dot untuk membuat motif batik, kuas, kain lap, dan palet,. Kuas yang digunakan yaitu kuas Eterna berukuran 2, 4, 6, 8, 10, dsn 12. Kuas yang digunakan untuk pengerjaan bagian yang sangat detail yaitu kuas V-Tec berukuran 0 dan kuas V-Tel berukuran 00. Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas di atas kanvas. Ada empat fase dalam proses penciptaan karya, yaitu fase persiapan, fase pengeraman, fase inspirasi, dan fase pengolahan penyelesaian. Ada lima tahap pada fase pengolahan dan penyelesaian karya lukis tugas akhir ini, yaitu pembuatan sketsa alternatif, pembuatan sketsa di atas kanvas, empat tahap pewarnaan, dan penyajian karya.

Karya yang diciptakan berupa karya seni lukis dua dimensi dari bahan dasar cat minyak dan kanvas sebagai medianya. Ukurannya antara lain 80 cm x 120 cm (2 karya), 70 cm x 90 cm, 60 cm x 90 cm, 140 cm x 160 cm, 93 cm x 127 cm, 120 cm x 140 cm, dan 95 cm x 165 cm. Judul karya yaitu Untuk Pembangunan dan Piring - Piring yang Selalu Kosong, Semakin Kontras, Siap Berurban, Indah Bersama Pemerintah, Tetap Statis Hingga Uzur, Untuk Satu Kelapa, Tak Cukup Menarik, dan Mbah Samidi Tetap Narima Ing Pandum. Karya-karya tersebut secara keseluruhan menceritakan kehidupan masyarakat pedesaan dengan berbagai macam permasalahan yang dihadapi.

Page 3: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar tradisional merupakan aset daerah. Pasar tradisional bukan sekedar ruang,

akan tetapi sebuah lembaga sosial yang berbentuk karena proses interaksi kebutuhan.

Pasar tradisional memiliki arti yang penting bagi masyarakat yang berfungsi sebagai

pusat pertemuan, pusat informasi pusat rekreasi, pusat kegiatan sosial budaya, pusat jual

beli, dan sebagainya.

Pasar merupakan pertemuan antara penjual dan pembeli untuk melakukan

transaksi jual beli dalam rangka pemindahan hak atas barang dan jasa yang dijadikan

obyek jual beli. Pasar juga diartikan, suatu tempat tertentu yang terorganisir, dengan

sekelompok bangunan dengan batasan-batasan yang ditentukan dimana sekelompok

pembeli dan penjual bertemu, sehingga memungkinkan terjadinya transaksi jual beli

barang dan jasa (Murtolo, 1995 : 21-22).

Fungsi pasar secara ekonomis dan secara sosial, sangat penting bagi masyarakat,

dengan tersedianya pasar masyarakat dapat membeli kebutuhan yang mereka inginkan.

Keberadaan pasar-pasar tradisional memberikan arti yang sangat penting bagi masyarakat

dan berfungsi sebagai pusat standar ekonomi rakyat, selain itu pasar tradisional berfungsi

sosial sebagai pusat pertemuan, pusat informasi, pusat rekreasi dan pusat sosial budaya.

Pasar tradisional sendiri sebenarnya sangatlah beragam jenisnya (Dewar dan

Watson dalam Ratna, 2000 : 11). Dalam pertumbuhannya yang telah berlangsung lama,

masing-masing pasar menetapkan peran, fungsi serta bentuknya sendiri-sendiri, misalnya

beberapa pasar ada yang mengkhususkan komuditi tertentu, seperti ternak atau hewan,

kain atau tekstil, beras, bunga, buah, dan lain-lain. Kesemua itu membuat setiap pasar

menjadi unik dan berbeda satu dengan yang lain. Dalam adat jawa dikenal adanya pasar

harian dan periodik, baik pasaran menurut putaran lima hari kalender jawa maupun

mingguan (Ratna, 2000 : 11).

Page 4: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Berbagai aktivitas manusia di lingkup pasar tradisional sangat bermacam-macam,

seperti pedagang yang menjual sayur-sayuran, buah-buahan, seorang kakek yang

memikul karung yang berisi beras, ada juga para pembeli yang sedang membeli

kebutuhannya masing-masing, aktivitas lainnya seperti tukang parkir, buruh gendong,

pedagang oprokan, dan pedagang kaki lima.

Kenyataannya saat ini pasar tradisional itu semakin terabaikan. Perkembangan

dan perubahan sosial ekonomi yang sangat cepat memunculkan fenomena baru yakni

berkembangnya pasar modern, seperti mall, swalayan, supermarket. Tak lagi hanya

terbatas di kota-kota besar akan tetapi telah merambah ke kota-kota kecil yang sedang

berkembang.

Pembangunan pasar modern yang begitu banyak akhir-akhir ini dikhawatirkan

akan menggeser eksistensi pasar tradisional (Adi dan Agung, 2004 : 115). Hal ini tentu

bukan sekedar sebuah upaya untuk ekonomi semata akan tetapi telah memunculkan pola

baru menyangkut pola relasi sosial. Secara ekonomis maka keberadaan pasar modern

tentu menjadi masalah paling nyata bagi pasar tradisional. Sampai di sini dapat dilihat

bahwa sistem ekonomi tradisional sifat yang bertentangan dengan sistem ekonomi

modern (Belshair dalam Murtolo, 1995 : 2). Masyarakat yang selama ini masih

melakukan aktivitas di pasar secara tradisional terpaksa berhadapan dengan perlengkapan

yang semakin canggih di pasar modern. Sekarang ini sebagian masyarakat tersebut boleh

dikatakan tidak siap menghadapinya. Sementara pembangunan terus berlangsung

sehingga jika hal itu tidak dibiasakan dikhawatirkan akan menimbulkan keresahan sosial.

Berbagai macam aktivitas manusia di pasar tradisional dan kejadian-kejadian

sehari-hari di pasar tradisional merupakan endapan yang terus menerus memenuhi

perasaan pribadi, dan penulis akan mempertahankan kebudayaan pasar tradisional

melalui curahan ke dalam bentuk-bentuk tertentu yang diwujudkan secara realis ke dalam

karya seni lukis.

Karya lukis merupakan salah satu karya seni rupa yang tidak lepas dari

komponen-komponen pendukungnya, salah satu komponen tersebut adalah tema.

Berhubungan dengan tema, diangkat satu permasalahan yaitu aktivitas manusia di pasar

tradisional yang di rasa penulis menarik dan merupakan salah satu kebudayaan Indonesia.

Page 5: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Seni bukan sekedar benar yang diciptakan seniman agar dapat ditangkap oleh

panca indera, tetapi kreasi seniman yang mengandung pengalaman yang mengesankan

atau unik tentang aktivitas manusia di pasar tradisional. Dalam kesibukan aktivitas di

pasar tradisional menjadi hal yang menarik bagi penulis dan menjadikan sumber ide,

karena di dalamnya banyak sekali yang bisa penulis ambil manfaatnya.

Dalam proses penciptaan karya seni ada hubungan antara faktor yang datang dari

luar. Henry Matisse berpendapat, “… Penciptaan dalam seni dimulai dengan pengalaman.

Pengalaman kreatif bisa diawali dengan melihat sesuatu yang ada di sekelilingnya (Henry

Matisse dalam Edy Tri Sulistyo, 2005 : 93). Beraneka ragam kesibukan dan kejadian di

dalam aktivitas manusia di pasar tradisional, sejalan dengan berkembangnya pemikiran

dan pengalaman penulis selama ini, semakin terbuka wawasan pengetahuan tentang

realita di pasar tradisional yang semakin erat.

Pada saat ini penulis melihat berbagai macam kegiatan aktivitas manusia di pasar

tradisional dan transaksi jual beli antara pedagang dengan pembeli serta kegiatan lainnya.

Berbekal dengan pengamatan tersebut, penulis membayangkan dalam dunia nyata atau

dunia imajinasi, sehingga mampu menggiring penulis untuk mengekspresikannya dalam

karya lukis realisme.

Realisme adalah aliran seni yang berupa melukiskan dan menceritakan sesutu

kedalam karya dengan sebagaimana kenyataannya. Teknik pewarnaan dengan

menggunakan media cat minyak di atas kanvas dan sudut pandang pengambilan objek ke

arah foto realisme menjadi pilihan.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana proses penciptaan dan cara memvisualisasikan karya yang

bersumber dari aktivitas manusia di pasar tradisional berkaitan dengan ide, konsep,

bentuk, media dan teknik.

C.Tujuan dan Manfaat

Page 6: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Tujuan Tugas Akhir (TA) ini adalah :

1. Mendeskripsikan hal –hal yang berkaitan dengan aktifitas manusia di pasar tradisional

sebagai sumber ide penciptaan karya seni lukis.

2. Berusaha untuk memvisualisasikan aktivitas manusia di pasar tradisional melalui

karya lukis.

3. Menambah wacana apresiasi karya seni lukis realis bagi dunia pendidikan

seni rupa.

Manfaat Tugas Akhir (TA) ini adalah :

1. Menambah wawasan dalam proses penciptaan karya seni lukis sehingga dapat

berkembang pada proses penciptaan karya seni lukis selanjutnya.

2. Diharapkan dapat membawa kesadaran bagi masyarakat dan pemerintah bahwa pasar

tradisional hampir tersingkirkan dengan adanya mall, swalayan.

3. Diharapkan mampu memenuhi selera masyarakat sebagai penikmat karya seni

terhadap karya lukis yang penulis sajikan.

Page 7: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

BAB II

KONSEP PENCIPTAAN

A. Sumber Penciptaan

Seorang perupa menciptakan sesuatu yang baru, unik, dan indah tidaklah dibuat

sesuatu lantaran tehnis saja, tetapi adanya ide atau imajinasi. Suatu proses penciptaan

karya seni adalah suatu usaha untuk mewujudkan idea atau imajinasi yang diperoleh dari

suatu pengindraan ke dalam suatu bentuk ( mulyadi, 1997 : 18) Ide dapat diartikan

dengan konsep atau gagasan yang digunakan oleh seorang seniman dalam berkarya,

pengertian ini sesuai dengan pendapat berikut, ”…suatu gagasan/konsepsi pemikiran

yang melandasi terciptanya suatu karya seni“ (Narsen Afatara, 2000: 80).

Sumber ide biasanya berasal dari pengalaman dalam dunia nyata maupun

pengalaman batin. Hal ini sesuai dengan pendapat sebagai berikut, ”Pengalaman yang

diperoleh seseorang dari lingkungan terdiri dari pengalaman visual dan pengalaman non

visual” (Arfial Arsad Hakim, 1994: 16). Sumber ide penciptaan karya tugas akhir ini

berasal dari pengamatan di lingkungan sekitar sehingga memunculkan gagasan untuk

melestarikan pasar tradisional sebagai objek dalam karya seni lukis.

Sumber ide penciptaan karya tugas akhir ini berasal dari pengamatan

lingkungan sekitar, pasar tradisional semakin terabaikan, perkembangan dan perubahan

sosial ekonomi yang sangat cepat memunculkan fenomena baru yakni berkembangnya

pasar modern, seperti mall, swalayan, supermarket. memunculkan gagasan untuk

menampilkan aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai objek dalam karya seni lukis.

Berbagai aktivitas manusia di pasar tradisional yang begitu menarik sehingga

penulis berusaha memvisualisasikannya ke dalam sebuah karya. Misalnya : kesibukan

para pedagang yang tengah tawar menawar kepada para pembeli, seorang nenek yang

sedang menggendong keranjang berisi barang dagangan, kegiatan tawar menawar antara

pedagang dan penbeli, Selain itu masih banyak lagi aktivitas lainnya di pasar tradisional

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber ide.

Pasar tradisional bagi masyarakat, baik secara sosial, budaya ataupun secara

ekonomi di jaman sekarang ini telah bergeser karena pembangunan pasar-pasar modern

Page 8: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

yang tidak memperhatikan perekonomian rakyat. Kehidupan para pelaku pasar tradisional

mulai terancam oleh mekanisme pasar baru atau pasar modern.

Pasar modern menawarkan berbagai kemudahan dalam beraktivitas seperti

kenyamanan dalam berbelanja yang menyebabkan pasar tradisional kurang diminati oleh

konsumen. Pasar tradisional yang identik dengan perekonomian kerakyatan semakin

tidak berdaya ketika pasar modern dalam mendapatkan produk dengan kemudahan dan

harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga yang dijual di pasar

tradisional. Akibat dari pembangunan mall dan swalayan sangat berpengaruh pada pasar

tradisional. Pengaruh dari pembangunan mall dan swalayan tersebut maka penurunan

dari berbagai aktivitas di pasar tradisional yang dulunya ramai dipadati para pembeli dan

pedagang sekarang menjadi berkurang, karena para pembeli kelas atas cenderung

berpindah ke pasar modern. Sudah waktunya bagi masyarakat dan pemerintah sebagai

penentu berdirinya pasar tradisional dan melestarikan kebudayaan dari berbagai aktivitas

di pasar tradisional.

Proses berfikir, perenungan dan pengamatan berbagai keterkaitan terhadap

keunikan, keselarasan, dan kesibukan yang tergambar dalam aktivitas di pasar tradisional

menjadi sumber ide bagi penulis, sehingga mampu berkarya dalam karya lukis dengan

mengangkat tema-tema aktivitas pasar tradisional.

B. Landasan Teori

1. Kajian Seni

Mendefinisikan arti seni dalam satu pengertian tanpa mengkaji berbagai

pendapat adalah sangat mustahil. Seni pada umumnya sangat kompleks dan memiliki

banyak variasi. Arti seni memang tidak dapat didefinisikan secara pasti, karena seni

mencakup pengertian yang sangat luas. Untuk memahami arti seni dapat kita simak

beberapa pendapat berikut ini. Menurut Ki Hajar Dewantara, “Seni yaitu segala

perbuatan manusia yang timbul dari perasaan hidupnya yang bersifat indah, hingga dapat

menggerakkan jiwa perasaan manusia” (dalam Edy Tri Sulistyo, 2005 : 2). Penjelasan

lain menurut Erwino Christensen, “Seni merupakan suatu rangkaian atau kesinambungan

dengan adanya kepercayaan terhadap kekuatan magis” (dalam Mulyadi, 2000 : 1). Dari

Page 9: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa seniman menciptakan sebuah karya seni

untuk mengungkapkan pengalaman batinnya dan beberapa rangkaian terhadap kekuatan

magis.

Menurut Everyman Encyclopedia menyebutkan bahwa seni adalah “ … segala

sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan kebutuhan pokoknya, melainkan

adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata karena kehendak akan kemewahan,

kenikmatan, ataupun karena spiritual (dalam Mulyadi, 2000 : 5). Karya seni diciptakan

oleh seorang seniman adalah untuk menuangkan ekspresi dan imajinasi. Hal ini sesuai

dengan pendapat sebagai berikut, “Seni merupakan konvensi unik dari imajinasi “

(Bennedetto Croce dalam Mikke Susanto, 2003: 18)

Seni sering diberikan pengertian yang berbeda-beda, baik dalam kurun waktu

yang sama ataupun kemampuan serta imajinasi penciptaan benda, suasana atau karya

yang menimbulkan rasa indah. Dari pendapat-pendapat di atas maka penulis

menyimpulkan bahwa karya seni adalah hasil karya seniman dalam proses kreatif untuk

menciptakan karya. Dalam proses kreatif ini seorang seniman akan mengarahkan seluruh

ketajaman pengamatan, fungsi jiwanya, kemauan, akal, dan perasaannya.

2. Kajian Seni Lukis

Seni rupa merupakan cabang seni yang secara umum disebut seni visual. Hal ini

disebabkan penggambaran seni rupa berwujud bentuk-bentuk yang dinikmati oleh indera

penglihatan. Seni rupa memiliki beberapa cabang, salah satunya seni lukis.

Seni lukis adalah bentuk lukisan pada bidang dua dimensi berupa hasil

pencampuran warna yang mengandung maksud, menurut sejarah kelahiranannya antara

lain meliputi aliran-aliran, naturalis, impresionalisme, ekspresionalisme dan kubisme

adalh aliran modern. Aliran modern lainnya antara lain futurisme, suralisme dan

neoimpresionisme (Pringgodigdo, 1977 : 977).

Seni lukis merupakan penuangan ekspresi melalui unsur-unsur seni rupa dalam

bidang dua dimensional yang dapat berupa kertas, tembok, kanvas maupun bidang yang

lain. Hal ini sesuai dengan pendapat berikut, “Seni lukis adalah suatu pengucapan

Page 10: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

pengalaman artistik yang ditumpahkan dalam bidang dua dimensional dengan

menggunakan garis dan warna” (Sudarso SP, 1976: 7).

a. Komponen Seni

Karya seni lukis merupakan suatu kesatuan dari berbagai komponen seni

pendukungnya. Komponen-komponen seni yang dimaksud terdiri atas “…subject matter

( pokok isi tema), bentuk, dan isi. Sedang untuk lebih menekankan pada permasalahan

tentang seni, perlu ditekankan berbagai hal yang mendukung terwujudnya suatu karya

seni, yaitu bagian dari suatu bentuk yang meliputi awal terjadinya karya hingga hasil

yang dicapai dalam kaitannya dengan penghayatan dari penikmat seni. Hal yang

menunjang terwujudnya karya seni adalah komponen seni. Di bawah ini adalah

penjelasan masing-masing komponen tersebut.

Tema (subject matter) dalam karya seni adalah suatu persoalan yang dapat juga

disebut pokok suatu karya. Tema merupakan proses awal dalam memotivasi penciptaan

karya yang akan muncul setelah seniman melakukan pengamatan, perenungan, dan

pemahaman terhadap objek yang telah ditemukannya. Suatu komponen yang paling

penting dalam seni lukis, dan merupakan hal pokok yang dapat memungkinkan untuk

menentukan identitas pelukis dalam berkarya. Tema adalah ide-ide yang mendasari atau

yang dijadikan komponen pokok dalam penciptaan karya lukis selain waktu dan kondisi

lingkungan beserta situasi psikis seniman sangat menentukan terbentuknya subject matter

dalam diri seniman. Hal ini dapat terjadi karena kondisi psikologis seniman yang dapat

juga berubah.

Bentuk dalam suatu karya seni adalah karya seni itu sendiri yang merupakan satu

kesatuan unsur-unsur rupa atau totalitas karya. Unsur-unsur pendukung yang dimaksud

disini meliputi garis, shape, gelap terang, tekstur, dan warna. Bentuk suatu karya seni

terjadi karena kesatuan hubungan timbal balik antara unsur-unsur dasar satu dengan yang

lain. Yang berarti bentuk adalah sesuatu yang ditangkap dengan panca indra, yaitu bias

dilihat, diraba, dan didengar ( Mulyadi, 1991: 19).

Isi adalah suatu penghayatan dalam mengadakan pengamatan terhadap suatu

karya seni yang dipengaruhi oleh indera penglihatan, disamping dipengaruhi kondisi jiwa

pula. Isi merupakan ksatuan hubungan nilai-nilai hakiki objek yang telah diberi makna

Page 11: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

penghayat (Suryo Suradjijo, 1989 : 50). Seseorang penghayat dapat menangkap isi karya

setelah mengamati, kemudian menghayati secara langsung dan hasil dari pengamatan

terhadap suatu karya akan berbeda antara penghayat satu dengan yang lain.

b. Unsur-Unsur Seni Rupa.

Penciptaan karya-karya seni lukis tidak terlepas dari penggunaan unsur-unsur

seni rupa. Unsur-unsur dalam seni rupa adalah garis, bidang, ruang, warna, dan tekstur

(Edy Tri Sulistyo, 2005: 16). Sesuai dengan penjelasan Dharsono Sony Kartika (2004:

36). Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang

yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dua matra) dengan menggunakan medium

rupa, yaitu: garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Di bawah ini adalah penjelasan

setiap unsure seni rupa tersebut.

Dalam seni rupa pengertian garis adalah titik-titik yang berkelanjutan, pertemuan

atau persilangan dari dua buah bidang atau warna, atau sesuatu yang membatasi ruang/

bidang, atau sesuatu yang berdimensi memanjang. Secara umum ada dua jenis garis,

yaitu garis lurus dan garis lengkung. Dari setiap jenis garis dapat dibuat variasi yang

bermacam-macam, dan mempunyai karakter yang berbeda-beda. Kehadiran garis pada

seni rupa menentukan kualitas suatu karya, baik dalam seni lukis, seni patung, atau seni

rupa lainnya (Edy Tri Sulistyo, 2005: 117).

Pengertian bidang adalah hasil perpotongan dari beberapa garis atau garis

lengkung yang bertemu ujung pangkalnya sehingga merupakan siluet dari sesuatu. (Edy

Tri Sulistyo, 2005: 117) Dalam seni lukis bidang dapat terjadi pada sekelompok warna,

misalnya warna yang dihasilkan oleh sentuhan kuas yang sudah tercampur warna pada

bidang datar atau kertas. Seniman menggunakan bidang terutama untuk mendapatkan

kesan ruang dan menegaskan batas-batas objek. Timbulnya ruang pada seni lukis karena

pengolahan gelap terang atau penerapan ilmu perspektif. Untuk membuat kesan

perspektif dapat dilakukan dengan jalan menyusun gradasi warna yakni kesan jauh dibuat

warna samar-samar atau mendekati warna kebiruan. Bila menggunakan media garis maka

garis-garis yang dekat dengan pandangan kita digambarkan dengan garis yang tebal atau

besar, sedang yang jauh wujudnya kecil atau tipis sampai kelihatan menghilang. Dari dua

Page 12: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

contoh tersebut tidak hanya menimbulkan kesan perspektif saja melainkan sekaligus

menunjukkan keruangan. Hanya saja ruang yang dimaksud adalah ruang semu.

Tekstur adalah permukaan dari suatu objek (benda) atau menggambarkan dari

sifat permukaan. Tekstur terbagi menjadi dua yaitu tekstur nyata dan tekstur semu.

Tekstur nyata adalah rasa suatu permukaan yang diraba bersifat nyata, sedangkan tekstur

semu adalah sifat atau kesan permukaan suatu bidang hanya merupakan tipuan mata.

Warna dapat merangsang indera mata dan juga besar pengaruhnya terhadap jiwa

atau pribadi seseorang. Warna pada sebuah lukisan disamping memberikan nilai estetis

juga memberikan pengaruh jiwa pelukisnya. Pada umumnya penggunaan warna dibagi

menjadi tiga macam fungsi. Yaitu fungsi semacam perjanjian, fungsi mewakili kenyataan

optis, dan warna itu mewakili dirinya sendiri.

c. Prinsip-Prinsip Penyusunan Unsur-Unsur Seni Rupa.

Sulistyo (2005: 98) menjelaskan bahwa penyusunan unsur-unsur seni rupa

sangat berpengaruh pada hasil penciptaan karya. Prinsip-prinsip dalam penyusunan unsur

seni rupa antara lain proporsi, keseimbangan, harmoni, irama, kontras, pusat perhatian

dan keutuhan. Di bawah ini adalah penjelasan setiap prinsip penyusunan tersebut.

1). Proporsi.

Proporsi adalah perbandingan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain

dalam karya seni rupa.

2). Keseimbangan.

Keseimbangan adalah rasa seimbang yang dapat dirasakan dari hasil

pengamatan suatu karya. Keseimbangan simetris adalah keseimbangan yang dihasilkan

dari persamaan bentuk antar bagian kiri dengan kanan atau bagian atas dengan bawah.

Keseimbangan asimetris adalah keseimbangan yang dapat dirasakan meskipun tidak ada

persamaan bentuk antara bagian kiri dengan kanan atau bagian atas dengan bawah.

3). Harmoni.

Harmoni adalah keserasian dan proporsi yang cocok dari hasil pengamatan

terhadap suatu karya.

4). Irama.

Irama adalah suatu keteraturan penyusunan yang dilakukan secara berkelanjutan

baik secara berulang-ulang atau berbeda-beda.

Page 13: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

5). Kontras.

Kontras adalah perbedaan yang jelas antara unsur yang satu dengan yang lain.

6). Pusat perhatian.

Pusat perhatian (centre of interest) adalah dominasi atau suatu unsur yang

paling menonjol pada sebuah karya.

7). Keutuhan.

Keutuhan adalah keserasian dan hubungan yang erat antara unsur yang satu

dengan yang lain secara keseluruhan.

3. Pembahasan Realisme

a. Pengertian Realisme

Realisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990: 733) diartikan sebagai

suatu aliran kesenian yang berupa melukiskan dan menceritakan sesuatu sebagaimana

kenyataanya Realisme oleh Muharam ( 1991: 11) juga diartikan adalah gaya seni rupa

yang ingin mengungkapkan “kenyataan”. Realisme mempunyai tema yang nyata terdapat

dalam kehidupan sehari-hari misalnya pasar, pekerja di sawah, upacara keagamaan, dan

sebagainya. Sesuai dengan penjelasan Suryo Suradjijo ( 1996: 68) bahwa realisme di

dalam seni rupa merupakan suatu usaha seniman untuk menggambarkan dunia sekitar

seperti apa adanya, seperti yang ditanggkap oleh alat optiknya. Maka realisme dalam seni

rupa ialah suatu usaha untuk menggambarkan eksistensi objek seperti eksistensi objek

secara apa adanya objek itu. Realisme juga dapat dilihat pada karya-karya Romawi

terutama pada patung-patung potret. Potret-potret masa Romawi ini disebut pula karya

realisme individual, karena realisme yang menggambar watak individu objek.

Apabila dicermati bentuk karya seni dalam sutu kriteria maka akan mendapatkan

dua kutub yang saling berjauhan, ialah realisme dan abstrak. Istilah lain yang banyak

didapat dalam kehidupan seni sampai sekarang ini , misalnya di kutub yang satu

naturalisme dikutub yang lain geometrik, organik dan konvensional, vitalistik dan

formalistik. Adapun yang dimaksud dengan realisme ialah kecermatan penggambaran

kenyataan alam, sedang abstrak ialah bentuk yang murni atau essensi yang diabstraksikan

dari detail-detail yang diambil atau tidak ada kaitannya sama sekali dengan alam. Dengan

demikisn maka realisme itu bukan saja suatu usaha untuk mereproduksi alam secara

cermat imaji-imaji yang ada hubungannya pengamatan yang cermat.

Page 14: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Pada tahun 1846 Realisme telah diproklamirkan oleh Coubert, seorang pelukis

Perancis terkenal, yang selanjutnya terkenal pula sebagai Proklamator Realisme dan

disebut sebagai Bapak Realisme (Soetjipto, 1989 : 93). Beberapa karyanya pada saat itu

adalah Habis Makan di Ornans, Pemakaman di Ornans, Pemecah Batu, Studio Pelukis,

dan lain-lain. Pada saat itu karya-karya Coubert menarik perhatian para perupa lainnya,

diantaranya Max Buchon, Champfleury, Duranty, Baudelaire, Proudnon, dan lain-lain.

Dalam perkembangannya realisme adalah akar beberapa aliran sesudahnya. Macam-

macam realisme antara lain realisme selektif, realisme dunia mimpi, realisme sosial,

realisme tepi, realisme fokus dan tepi, realisme jendela, realisme cahaya dan bayangan,

realisme dinamis, realisme radikal, realisme baru dan super realis. Di Indonesia sendiri

para pelukis yang menganut aliran realisme adalah Raden Saleh, Dullah, Basuki

Abdullah, dan lain-lain.

b. Macam –macam Realisme

1). Realis Jendela

Realisme jendela adalah konsepsi tentang seni lukis dengan suatu hal yang

umum bagi manusia. Idenya ditampilkan dalam sebuah gambar dimana objek-objeknya

harus nyata oleh penglihatan seseorang, yang ada di depannya menjadi jelas ( Narsen

Afatara, 1997: 4). Penglihatan itu dibatasinya dalam suatu gambar, dimaksudkan dalam

kanvas bujur sangkar atau lembaran kertas. Batasan ini sepertinya merupakan lukisan

yang terlihat pada jendela atau pintu.

2). Realisme Selektif

Realis selektif dibedakan dengan realisme biasa . Perbedaan ini mengenai

mengenai obyek yang terlihat serta persepsi yang jelas dari pandangan yang tunggal. Apa

yang dilihat di luar persepsi yang tunggal bisa saja merupakan komposisi (misalkan ada 4

obyek). Pelukisan obyek dikerjakan tanpa lama-lama. Hanya dengan demikian lukisan

mewakili kebenaran yang penuh dari penangkapan sesuatu yang bisa dimengerti. Sebagai

contoh lukisan Cina yang menggambarkan objek seekor kuda, seseorang lelaki, dan

sebatang pohon. Kuda digambarkan agak dekat. Keseluruhan gambar itu banyak bidang

Page 15: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

kosong. Suatu kehebatan dari persepsinya hanya obyek-obyek ini yang ditampilkan, serta

tidak dibebani dengan masalah yang terorganisir dan yang dipentingkan adalah kejelasan

perhatian yang dapat dimengerti tentang apa yang dilukiskannya.

3). Realisme Cahaya dan Bayangan.

Obyek-obyek yang dapat ditangkap oleh mata dapat dilukiskan dengan baik,

menggunakan cahaya dan bayangan. Melukiskan jatuhnya pada obyek kemudian

dipantulkan kemata. Realisme cahaya dan bayangan tidak pernah mengadakan

pengulangan dalam penampilan atraksi estetisnya seperti dalam realisme yang lain.

4). Realisme Fokus dan Tepi.

Realisme fokus dan tepi adalah pencapaian obyek dengan seleksi yang

dikehendaki. Maksud yang dikehendaki disini adalah ketertarikkan pada suatu bidang.

Misalnya, Kepala wanita digambarkan dengan detail, tetapi pakaian dan latang

belakangnya dikerjakan dengan tidak mutlak pada detailnya.

5). Realisme Tepi atau Impressionisme.

Impressionisme adalah lukisan yang kabur tanpa fokus. Hanya melukiskan

cahaya yang dipantulkan kemata. Suatu obyek yang harus dilukiskan adalah cahaya yang

dipantulkan oleh permukaan obyek.

6). Realisme Dinamis.

Realisme dinamis semuanya merupakan bentuk-bentuk linier, ketegangan dan

masa dari benda merupakan gambaran yang utama, bukan angan-angan dari jiwanya

dalam batas tipe natural. Misalnya seorang seniman melukiskan sesuatu yang

menyeluruh dari protret seorang lelaki, ia melukiskannya bentuk yang dinamis dari suatu

benda dengan pendalaman yang penuh.

7). Realisme Dunia Mimpi.

Page 16: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Realisme dunia mimpi adalah melukiskan dunia mimpi serta menciptakan

pemandangan yang samasekali berbeda dengan dunia nyata. Orang-orang realis

mengambil tempat yang sengaja dan melukiskannya apa yang ia lihat di sana.

Masa kini aliran realisme bertambah banyak diantaranya, lukisan photo, super

realisme, photografis realisme, dan lain sebagainya. Super-realisme pada dasarnya

berusaha menghasilkan representasi realita yang memiliki kualitas baik dari segi bentuk,

warna maupun efek cahaya. Dijelaskan oleh Dharsono Sony Kartika (2004: 134) bahwa,

pelukis super realisme dalam mewujudkan karyanya tidak melalui pendekatan dengan

pengamatan terhadap realitas secara langsung, tetapi memanfaatkan gambaran realitas

hasil kerja kamera.

Penulis memilih realisme sebagai aliran dalam berkarya dengan tema aktivitas

manusia di pasar tradisional. Dengan harapan melalui realisme ini akan realisme

didapatkan kepuasan batin dalam penciptaan karya secara maksimal. Sehingga lebih

mudah untuk dinikmati audience, baik awam maupaun akademis.

4.Pengertian Aktivitas Manusia

Aktivitas adalah kesibukan, kegiatan (Kamus Besar Bahas Indonesia, 1990: 17).

Aktivitas adalah keaktifan, kegiatan, salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam

tiap bagian di dalam peristiwa.

Manusia adalah makhluk yang bersegi jasmaniah (raga) dan rohaniah (jiwa), segi

rohaniah manusia terdiri dari pikiran dan perasaan. Apabila diserasikan akan

menghasilkan kehendak yang kemudian menjadi landasan gerak segi jasmaniah. (

Soerjono, 2005: 116). Makhluk yang berakal budi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:

558).

Aktivitas manusia adalah kegiatan yang dilakukan makhluk yang berakal budi

dalam tiap bagian di dalam peristiwa.

5. Pengertian Pasar Tradisional

Page 17: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Definisi pengertian pasar telah banyak dikemukakan oleh para ahli, diantaranya

sebagai berikut:1) Geertz dalam Ratna ( 2000: 5), pasar adalah suatu pranata ekonomi

dan sekaligus cara hidup, suatu gaya umum dari suatu kegiatan ekonomi yang mencapai

segala aspek dari masyarakat dan suatu dunia sosial budaya yang hampir lengkap dalam

dirinya; 2) Fandy Tjiptono ( 1995: 300), pasar adalah tempat pertemuan antara penjual

dan pembeli, barang dan jasa yang ditawarkan untuk dijual, dan terjadinya perpindahan

kepemilikan; 3) Stanson ( 1984: 92), pasar didefinisikan sebagai tempat di mana pembeli

bertemu dengan penjual, barang-barang atau jasa-jsaa ditawarkan untuk dijual, dan

kemudian terjadi pemindahan hak milik; 4) Drajat Tri Kartono ( 2004 : 1) pasar tidak saja

dilihat sebagai suatu variable ekonomi yang dinamikanya mempengaruhi tingkat kinerja

ekonomi tetapi ia juga dilihat sebagai suatu kompleks kehidupan social yang didalamnya

terdapat berbagai peran, interaksi, dan konflik yang keseluruhan dinamikanya

menentukan bentuk dan stuktur dari suatu pasar; 5) Indriyo Gitosudarmo ( 2001 : 160),

pasar merupakan sekumpulan orang yang mempunyai keinginan dan kebutuhan serta

mempunyai kemampuan untuk memenuhinya.Sehingga dari definisi di ats dapat

disimpulkan bahwa pasar adalah tempat terjadinya penawaran dan permintaan terhadap

suatu barang atau jasa dan menjadi tempat terbentuknya harga barang atau jasa setelah

terjadi kegiatan tawar menawar antara penjual dan pembeli. Jenis pasar salah satunya

adalah pasar tradisional. Dijelaskan oleh Soemardi (1977: 53) Ciri pasar tradisional harga

barang tidak pasti sehingga orang dapat melakukan tawar menawar, barang beralih dari

pedagang satu ke pedagang lain berkali-kali sebelum jatuh ke tangan konsumen, barang

dagangan sedikit, dan adanya hubungan utang piutang yang komplek antara pedagang

tersebut Oleh Ratna (2000: 11) disebutkan bahwa, pasar

tradisional secara langsung melibatkan lebih banyak pedagang yang saling berkompetisi

satu sama lain di tempat tersebut. Berbagai hal yang paling menarik dari aktivitas di pasar

tradisional adalah tawar menawar antara pembeli dan pedagang. Hal ini juga diperkuat

oleh aspek ruang dan waktu pasar serta aspek tawar-menawar yang terjadi di pasar.

Pasar Tradisional sebagai sarana bertemunya penjual dan pembeli dengan semua

peran, status yang disandangnya serta kepentingan menciptakan relasi antara individu

yang komplek (Adi dan Agung, 2004 : 111).

Page 18: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Dapat disimpulkan bahwa pasar tradisional tidak saja dilihat sebagai kegiatan

ekonomi dimana di dalamnya terdapat proses transaksi untuk menghasilan nilai

keberuntungan bagi masing-masing pihak yang terlibat, tetapi ia lebih dilihat sebagai

kegiatan sosial ekonomi untuk mendukung kelangsungan kehidupan masyarakat.

6. Karya Sejenis sebagai Referensi

Dalam proses penciptaan tugas akhir ini tidak lepas dari beberapa pengaruh

karya-karya para seniman. Pengaruh atau referensi tersebut didapatkan secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung dengan melihat karya saat karya ditampilkan

dalam sebuah pameran. Secara tidak langsung dengan melihat karya-karya tersebut dari

majalah, koran, katalog dan internet. Diantara banyaknya lukisan, beberapa karya yang

dihasilkan oleh pelukis bisa menambah ide dalam proses karya tugas akhir ini, tetapi

hanya sedikit lukisan untuk menambah ide dari cara penempatan atau komposisi benda-

benda lainnya dalam pembuatan lukisan tugas akhir ini. Beberapa seniman hampir semua

dikenal oleh masyarakat seperti, Dullah, W.Turun, Ries Mulder, W. Dooyuward, Regig.

Kelima seniman tersebut bisa menambah ide kreativitas dalam pembuatan suatu karya.

Kesabaran para seniman di atas mempunyai keunggulan sendiri-sendiri dalam

pembuatan karya lukisnya, apalagi cara pengaturan cahaya pada lukisan sangat tepat dan

pembuatan anatomi pada tubuh manusia sangat detail sehingga lukisan tersebut terlihat

mantap dan kelihatan nyata.

Page 19: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 1. Dullah,Tebesaja, (119cm x 190cm) (Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik indonesia).

Gambar 2. Lukisan W.Turun,”Tebesaja, (119cm x 190cm) (Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik indonesia).

Page 20: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 3. lukisan Ries mulder (Nederland), Pendjual ayam. (169cm x 110cm)

(Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik Indonesia)

Gambar 4. Lukisan Regig, Djualan. (52cm x 55cm). (Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik Indonesia)

Page 21: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 5. Lukisan W.Dooyuward (Nederland), Pendjual buah. (55cm x 75cm).

Lukisan-lukisan dan patung. Koleksi presiden Sukarno dari Republik Indonesia)

Page 22: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

BAB III

PROSES PENCIPTAAN

A. Metode Penciptaan

Dalam penciptaan karya digunakan beberapa metode antara lain :

a. Pendekatan Historis yaitu kajian terhadap referensi-referensi yang telah ada. Metode

ini memanfaatkan studi pustaka untuk mendapatkan informasi dan wawasan yang

berasal dari buku seni, katalok hasil karya seniman, dan media pustaka lainnya

b. Pendekatan Empiris yaitu melalui kedekatan interaksi dengan lingkungan, sehingga

membuat sedikit banyak memahami tentang aktivitas manusia di pasar tradisional.

c. Pendekatan Estetis yaitu kajian tentang perkembangan wacana kesenirupaan pada

umumnya dan seni lukis pada khususnya, sehingga dapat menjadi dasar teori-teori

estetika pada penciptaan karya.

d. Pendekatan kontemplatif yaitu aktivitas perenungan diri dalam penafsiran data-data

yang diperoleh, berupa visual maupun tekstual.

e. Perancangan dilaksanakan untuk mempersiapkan proses perwujudan karya. Langkah-

langlah yang dilakukan adalah pembuatan sketsa, pemilihan sketsa terbaik, dan

perencanaan jadwal kerja.

f. Pembuatan karya dilakukan memindahan sketsa gambar dari kertas ke media

kanvas, penggarapan objek, dan finishing.

B. Proses Perwujudan

1. Konsep Bentuk

Dengan pemahaman bahwa bentuk adalah totalitas sebuah karya maka dalam

pembuatan karya seni lukis ini dengan mengeksplorasi berbagai unsur rupa seperti: garis,

shape, warna, gelap terang dan tekstur, kemudian menghubungkannya dengan objek

Aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai tema, sehingga terbayang bentuk-bentuk

objek yang nampak dan bentuk-bentuk tersebut kemudian dituangkan dalam karya seni

Page 23: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

lukis. Dari objek aktivitas manusia di pasar tradisional, segala macam aktivitas mansia di

pasar tradisional tidak ditampilkan secara utuh, hanya mengambil sebagian figure

manusia untuk diwujudkan dalam penggabungan benda lain sebagian meniru contoh

hasil benda yang di foto dan sebagian contoh gambar dari katalok pameran lukisan, dan

majalah.

Objek utama kebanyakan adalah orang wanita yang berjualan di pasar

tradisional seperti, yang berjudul “ Pedagang Sawi”, “ Sambil Bercanda”, “Pasar

Kembang”, dan “Sabar menunggu”. Hal itu untuk menyampaikan, bahwa penjual yang

bermodal kecil masih bisa mencari nafkah di pasar tradisional sebaliknya tidak seperti di

mall (swalayan) yang menuntut modal besar untuk bisa berjualan didalamnya.

Bentuk kanvas dibuat persegi panjang, hal itu dilakukan karena bentuk lain

kurang fleksibel untuk menampilkan ide-ide tentang aktivitas manusia di pasar

tradisional bentuk persegi panjang dapat digunakan untuk pembuatan landscape, susunan

secara vertikal maupun horisontal. Bentuk-bentuk persegi panjang juga banyak muncul

pada visualisasi karya, hal itu dimaksudkan untuk menyesuaikan bentuk kanvas.

2. Bahan

Bahan yang digunakan adalah kertas, cat minyak Marie’s, painting oil Greco,

cat tembok putih, pigmen, minyak tanah, kanvas siap pakai dan pigura. Kertas digunakan

untuk membuat sketsa sebelum pembuatan lukisan di atas kanvas. Bahan yang digunakan

untuk melukis adalah cat minyak Marie’s, painting oil Greco, cat tembok putih dan

pigmen untuk memberi motif batik pada lukisan, minyak tanah untuk mencuci kuas, kain

untuk membersihkan kuas, kanvas siap pakai dan pigura.

3. Alat

Alat yang digunakan adalah pensil 2B untuk membuat sketsa, kuas, dot, kain

lap, dan palet. Kuas yang digunakan yaitu kuas Eterna berukuran 2, 4, 6, 8, 10, dan 12.

Page 24: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 6. Alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan karya lukis tugas akhir (Foto: Arifin).

4. Teknik

Ada empat fase dalam proses penciptaan karya seni, yaitu fase persiapan, fase

pengeraman (incubation phase), fase inspirasi, dan fase pengolahan penyelesaian.

Keterampilan seorang seniman harus ada sejak fase persiapan. Pada fase ini seniman

harus mampu memasang sikap lahir dan batin secara optimal untuk menumbuhkan ide

dan citra. Berikutnya merupakan pengumpulan ide dan citra pada fase pengeraman

(incubation phase) yaitu keterbukaan jiwa untuk menerima ilham tanpa pembiusan diri

dengan cara yang dibuat-buat. Terakhir, seorang seniman harus cekatan dan memiliki

keterampilan untuk meneruskan karyanya pada fase pengolahan dan penyelesaian sampai

akhir proses kreativitas (Ahmad Sadali dalam Biranul Anas, 2000: 19). Ada empst tahap

pada fase pengolahan dan penyelesaian karya lukis tugas akhir ini, yaitu sebagai berikut.

a. Pembuatan sketsa alternatif.

Proses ini meliputi pembuatan sketsa-sketsa alternatif, dengan cara menggambar

menggunakan pensil 2B di atas kertas. Kemudian ditentukan beberapa sketsa terpilih

untuk diwujudkan, sketsa tersebut selanjutnya disempurnakan dalam bentuk lukisan.

b. Penentuan sketsa terpilih.

Pada tahap ini dilakukan pemilihan delapan sketsa terbaik dari beberapa sketsa

alternatif. Pemilihan berdasarkan konsep, bentuk, dan komposisi secara visual (sketsa

terpilih terlampir).

Page 25: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

c. Pembuatan sketsa di atas kanvas

Penuangan ide di atas kanvas diawali dengan pemindahan sketsa menggunakan

kuas berukuran 2. Pada tahap ini sketsa difokuskan pada ketepatan proporsi dan

komposisi, karena akan menjadi dasar pewarnaan selanjutnya.

Gambar 7. Contoh proses pembuatan sketsa di atas kanvas (Foto: Yosef).

d. Pewarnaan

Proses pewarnaan dilakukan secara bertahap, yaitu dari pewarnaan dasar sampai

pada finishing. Ada tiga tahapan pewarnaan, yaitu: Tahap pertama, proses pewarnaan

dilakukan dengan pewarnaan dasar secara umum dan tidak detail mengikuti sketsa.

Warna-warna tersebut sebagai dasar untuk pewarnaan selanjutnya, seperti warna yang

digunakan untuk mewarnai kulit manusia, antara lain: cadmium orange, burn umber,

yellow ,cadmium yellow, titanium white, dan scarlet. Tahap kedua, pewarnaan pada tahap

ini merupakan proses pengendalian warna, sehingga secara 80% gambar hampir selesai

kemudian pembuatan motif batik dengan alat dot, bahan cat pigmen, dan cat tembok

selesai membatik dibuat lekukan kain di tumpuk dengan cat minyakBiasanya terjadi

perubahan, pengurangan maupun penambahan visual akibat perkembangan kreativitas.

Page 26: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Pada karya tertentu motif kain menggunakan teknik membatik dengan alat dot dan bahan

cat tembok dan pigmen sesuai warna yang diinginkan; Tahap ketiga merupakan tahap

finishing. Karya yang telah dikonsultasikan dengan pembimbing, selanjutnya diperbaiki

agar lebih maksimal. Setelah dilakukan perbaikan dan kering, karya dilapisi dengan

painting oil.

Gambar 8. Contoh Pewarnaan Tahap I (Foto: Yosef).

Page 27: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 9. Contoh Pewarnaan Tahap II (Foto: Yosef).

Gambar 10. Contoh Memberi Motif Batik pada kanvas (Foto: Yosef).

C. Penyajian Karya.

Selesai pembuatan dari satu sampai delapan karya dikonsultasikan terlebih

dahulu sampai benar lalu karya tugas akhir ini disajikan dengan pengemasan

menggunakan pigura yang warna serta lebarnya disesuaikan dengan lukisan. Pigura yang

Page 28: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

digunakan adalah jenis pigura berpanel. Pigura bagian luar menggunakan bahan fiber,

sedang bagian dalam atau yang berdekatan dengan kanvas juga terdapat pigura berwarna

putih. Sehingga lukisan terlihat lebih rapi dan indah. Lukisan digantungkan setinggi rata-

rata manusia yang berdiri, sehingga audience nyaman saat melihatnya pada ruang

pameran yang telah disiapkan.

D. Hambatan Penciptaan

Ada beberapa hambatan dalam penciptaan karya tugas akhir ini antara lain: 1)

Hambatan dari luar yaitu adanya kegiatan lain di luar kuliah seperti kegiatan pameran

yang harus diikuti sehingga banyak waktu yang tersita mengerjakan tugas akhir. 2)

Hambatan dari dalam yaitu rasa jenuh yang muncul serta keterbatasan penulis dalam

teknik penulisan tugas akhir.

Page 29: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

BAB IV

DESKRIPSI DAN ANALISIS KARYA

A. Deskripsi Karya

Pasar tradisional bagi masyarakat, baik secara sosial, budaya ataupun secara

ekonomi di jaman sekarang ini telah tergeser karena pembangunan pasar-pasar modern

yang kurang memperhatikan perekonomian rakyat. Kehidupan para pelaku pasar

tradisional mulai terancam oleh mekanisme pasar baru atau pasar modern. Padahal fungsi

pasar tradisional jauh lebih komplek, jika dipahami lebih dalam, yaitu sebagai sebuah

pranata yang mengatur komunikasi dan interaksi antar penjual dan pembeli untuk

mengadakan transaksi jual beli, pertukaran benda, dan jasa, dan sebagai kegiatan sosial

ekonomi untuk mendukung kelangsungan kehidupan masyarakat.

Aktivitas manusia di pasar tradisional merupakan kehidupan sosial yang di

dalamnya terdapat berbagai peran, interaksi, dan konflik. Pedagang yang saling

berkompetisi satu sama lain, pembeli yang sibuk memilih barang yang diinginkan,

kegiatan tawar menawar barang antara penjual dan pembeli, para petani yang

mengumpulkan hasil taninya untuk dijual dan sebagaimya. Keadaan seperti ini sangat

menarik hati penulis untuk mengangkatnya sebagai tema dalam berkarya. Dimana

interaksi sosial yang erat dan merupakan ciri adat ketimuran yang kini pudar, dapat

ditemukan dan dirasakan di pasar tradisional.

Kedelapan karya tugas akhir bertema aktivitas manusia di pasar tradisional dan

semuanya beraliran realis. Penulis ingin menyajikan karya dengan maksud

menggambarkan situasi di pasar tradisional ke dalam media kanvas dan memaksimalkan

aliran lukisnya dibidang realis. Disamping itu penulis ingin melestarikan budaya pasar

tradisional yang tergeser karena pasar-pasar modern. Visualisasi kedelapan karya tugas

akhir ini mengambil obyek-obyek di pasar tradisional seperti situasi aslinya, dari

kegiatan-kegiatan manusia sampai barang dagangan dibuat seperti aslinya. Dari karya

pertama hingga ke delapan terdapat perbedaan-perbedaan jika ditinjau dari beberapa

Page 30: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

aspek, misalnya ukuran, kekompleksan objek, dan tentu saja kualitas masing-masing

karya. Hal itu akibat perjalanan kreativitas selama proses berkarya.

Pada karya-karya awal visualisasi karya cenderung agak rumit dengan warna-

warna yang beragam, seperti; baju yang diberi motif batik dengan menggunakan alat dot

dan bahan cat tembok putih, pigmen, dan air secukupnya. Membutuhkan ketelatenan

penulis dalam mengerjakannya untuk menampilkan batik yang menarik sebagai salah

satu ciri khas budaya Indonesia. Obyek pada background dibuat dengan detail untuk

memvisualisasikan ruang, penataan barang yang tidak teratur rapi, gedung yang tidak

semewah seperti di pasar modern. Kedalaman makna juga dapat ditampilkan dengan

objek dan warna cerah, sehingga makna akan lebih tersirat dengan visualisasi tersebut.

Visualisasi kedelapan karya tugas akhir ini adalah dominasi objek-objek

aktivitas manusia dengan berbagai dagangannya yang bervariasi dari mulai makanan

sampai penjual hewan ternak dan kebutuhan lainnya. Selain obyek-obyek tersebut

suasana pasar dan tata ruang pasar juga ditampilkan untuk memberi nuansa pasar

tradisional.

B. Analisis Karya

Page 31: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Terdapat beberapa tahapan sebelum sebuah karya lukis tervisualisasi dan siap

untuk dipamerkan. Berikut ini adalah visualisasi, konsep, teknik bahan dan alat, serta

proses perwujudan kedelapan karya yang akan tersaji dalam pameran tugas akhir.

1. Karya Pertama

Gambar 11. Pedagang Sawi

(Foto Arifin.). Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 145 cm x 96,5 cm

a. Konsep Karya

Ide lukisan ini adalah kegiatan seorang nenek yang sedang menggendong

dagangan sawinya. Nenek tersebut bekerja setiap hari berjalan walaupun membawa

beban yang berat, nenek itu berfikir dengan cara inilah bisa mendapatkan uang untuk

mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Obyek utama melakukan aktivitas berjualan tidak

mengendarai kendaraan bermesin. Untuk menambah konsep yang lebih kuat pada

Page 32: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

background belakang diberi lukisan gerobak yang berisi buah semangka. Gambar

gerobak tersebut membuktikan, bahwa masyarakat menengah kebawah tidak mampu

membeli kendaraan bermesin untuk mengangkut barang dagangannya sehingga dengan

memakai gerobak. Karena di zaman sekarang ini bagi masyarakat kecil seperti mereka

sangatlah sulit mencari uang untuk hidup. Kondisi nenek yang berjualan sangat

memprihatinkan, dan terpaksa melepas sandal jepitnya dikarenakan jalan becek. Hal itu

disebabkan kurangnya perhatian pemerintah untuk memberi rasa nyaman di lingkup pasar

tradisional. Gambar buah berfungsi sebagai pelengkap dan keseimbangan diantara

gambar buah semangka. Background belakang dibuat warna hitam, untuk menonjolkan

gambar nenek sebagai centre of interst.

b. Teknik, Bahan dan Alat

Pada lukisan ini teknik yang dipilih adalah sapuan kuas cat minyak di atas

kanvas. Bahan yang digunakan antara lain: kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak

Marie’s, oil painting, Greco, minyak tanah, cat tembok putih, pigmen, air secukupnya,

kanvas siap pakai berukuran 96,5 cm x 145 cm, dan pigura berukuran sama. Alat yang

digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, dot, kain lap, dan palet

terbuat dari piring bahan melamin.

c. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan pensil

2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah dikonsultasikan,

sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran 2 dan 4. Kuas

nomer 2 untuk membuat sket wajah dan kuas nomer 4 untuk pembuatan anatomi leher ke

bawah beserta baju, jarik, dan background lainnya.

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia adalah

percampuran antara yellow dengan titanium white, scarlet, burnt umber , black, cadmium

yellow, dan cadmium orange. Warna bibir menggunakan warna scarlet, cadmium orange,

untuk menambah ligthting diberi warna cadmium yellow deep dan diberi warna titanium

white. Warna baju menggunakan warna dasaran pertama putih, setelah kering dibatik

Page 33: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

memakai alat dot kecil dan jenis warna memakai warna pigmen yaitu red, yellow, dan

blue gll serta sapuan warna peacock blue, burn umber dan black. Warna jarik dengan

dasaran yellow yang dicampur orange. Setelah kering dibatik menggunakan alat dot dan

bahan cat tembok dan air secukupnya, pigmen warna blue gll, yellow dan titanim white

viridian. Warna daun sawi menggunakan warna dasar titanium white untuk bagian

warna yang kena sinar.untuk warna gerobak, tanah yang becek, papan kayu, keranjang,

genting, dan bambu menggunakan warna yellow, orange, cadmium orange, dan burnt

umber. Untuk menimbulkan suasana siang diberi sentuan warna peacock blue dibagian

yang terkena sinar matahari. Warna buah semangka dan pepaya diberi warna viridian

green, black, yellow, pemberian warna cahaya diberi warna titanium white dicampur

warna yellow dan viridian green. Untuk warna background dibuat warna hitam, hal ini

dimaksudkan untuk lebih menonjol gambar yang didepan sehingga lebih terfokus. .

Proses selanjutnya adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga

tercipta warna dan bentuk yang diinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang

sama dengan warna dasar di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran

terkecil sampai dengan sedang. Setelah semua selesai dikeringkan, selanjutnya diolesi

minyak lukis agar warna-warna yang tenggelam bisa nampak jelas dan menghasilkan

warna lukisan kelihatan mantap. Langkah terakhir.adalah finishing dan pengemasan

karya dengan figura.

2. Karya Kedua

Page 34: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 12. Jagongan (Foto Yosep).

Media : Cat minyak dan aclilic di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 119,5 cm x 80 cm

a. Konsep Karya

Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melakukan

transaksi dagang. Selain itu, fungsi pasar yang lain untuk mendapatkan informasi tentang

sesuatu. Karena pengunjung pasar bervariasi dari berbagai lapisan masyarakat dan

pertemuan para pengunjung ini mengandung dampak positif, yaitu sebagai pertukaran

informasi. Pertukaran informasi biasanya melalui sebuah percakapan atau dalam bahasa

jawa disebut jagongan. Oleh karena itu pasar tradisional dipandang sebagai tempat

pertemuan sosial serta media untuk menyampaikan berbagai macam informasi. Aktivitas

yang telah diuraikan ini mendasari ide dalam penciptaan lukisan kedua ini. Lukisan ini

merupakan perwujudan visualisasi pedagang dan pembeli yang saling tukar menukar

informasi, saat bercengkrama, dan tawar menawar barang.

Penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa pada karya

kedua ini. Penggunaan garis lurus terdapat pada tiang payung, pintu kayu, tembok bata,

kotak tempat buah pada background. Garis lengkung pada bentuk manusia, buah jeruk,

pepaya, pisang, semangka, rambutan, keranjang buah, batu dan bentuk-bentuk lain pada

background. Perbedaan penggunaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian,

misalnya: kulit manusia terlihat lebih lunak dan berbeda dengan tekstur batu, buah

Page 35: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

rambutan. Permukaan kayu, tembok bata, plastik, buah jeruk, buah semangka dan batu

juga berbeda-beda. Penggunaan unsur gelap terlihat pada bentuk manusia, batu, dan

bentuk lain pada background yang tidak terkena cahaya langsung, yaitu pada bagian

sebelah kanan dan kiri. Sedangkan unsur terang terlihat pada bagian atas dan kanan.

Pewarnaan nuansa gelap diberikan pada bagian yang berkesan menjorok ke dalam dan

pada bagian bayangan terkena sinar. Unsur terang terdapat pada bagian objek utama,

buah semangka, pintu dan bebatuan yang terkena sinar. Unsur ruang terlihat pada

beberapa bagian, misalnya bentuk-bentuk buah-buahan yang seakan-akan secara

perspektif berada di depan manusia dan sebagian berada di belakang manusia.

Pada lukisan karya kedua ini centre of interest adalah interaksi antara penjual

dan pembeli yang saling bertukar informasi. Obyek-obyek pada background dibuat tidak

tertata dengan baik dan indah, dilakukan untuk membuat nuansa pasar tradisional pada

lukisan.

b. Teknik, Bahan dan Alat

Pada lukisan ini teknik yang dipilih adalah sapuan kuas cat minyak di atas

kanvas. Bahan yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak

Marie’s, oil painting Greco, cat tembok putih, pigmen, air secukupnya, minyak tanah,

kanvas siap pakai berukuran 119,5 cm x 80 cm dan pigura berukuran sama. Alat yang

digunakan adalah dot, kuas, kain lap, dan palet.

c. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

dikonsultasikan, sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas

berukuran 2 dan 4.

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia adalah

percampuran antara yellow ,orange, cadmium orange dengan titanium white, scarlet,

burnt umber, black sesuai dengan gelap terang yang diinginkan. Untuk warna rambut

didasari warna black, lalu ditumpuk warna- warna blue dicampur cadmium orange dan

sedikit warna titanium white bagi yang terkena sinar. Untuk warna buah pepaya dan

Page 36: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

buah semangka tahap pertama dasaran memakai warna viridian green, setelah kering

ditumpuk warna yellow dicampur warna titanium white sedikit.untuk warna terang yang

terkena sinar diberi warna titanium white, khusus warna buah semangka diberi kesan

warna orange dicampur warna cadmium yellow deep untuk menambah kesan buah itu

sudah matang. Selanjutnya proses pembuatan warna buah pisang dan rambutan warna

yang digunakan adalah warna scarlet, red, cadmium orange, dan diberi warna titanium

white dicampur warna cadmium yellow deep untuk warna yang terkena sinar matahari

khusus warna buah jeruk tidak memakai warna red. Proses pembuatan keranjang untuk

tempat buah, tembok yang masih berbentuk batu bata, pintu, tanah, jarik adalah warna

burnt unber, orange, yellow, dan warna titanium white untuk warna yang terkena sinar

matahari. Untuk gambar fokus depannya, nenek yang sedang tertawa warna baju

menggunakan dasaran warna hitam, setelah kering ditumpuk warna blue dicampur warna

red dan ditambah warna titanium white untuk yang terkena sinar matahari. Warna nenek-

nenek yang sedang membeli menggunakan warna viridian green, orange, red, cadmium

yellow deep peacock blue, titanium white, red dan black untuk pembuatan warna yang

gelap yang tidak terkena sinar, untuk mendapatkan warna gelap terangnya. Warna

kantong plastik menggunakan warna dasaran burn umber ditumpuk warna titanium white.

warna selendang, sandal, dan batu menggunakan blue, red, burn umber, dan titanium

white. Sedang warna putihnya dan warna garis hitamnya menggunakan black.

Selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering langkah selanjutnya

pendetailan setiap warna dasar tersebut. Sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk

yang dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar

di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan

sedang langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.

3. Karya Ketiga

Page 37: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 13. Hasil Taniku (Foto Arifin.).

Media : Cat minyak di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 80 cm x 123 cm

a. Konsep Karya

Karya yang berjudul “Hasil taniku” menggambarkan seorang laki-laki tua yang

membawa hasil taninya berupa jagung, ubi, dan ketela pohon dengan menggunakan

sepeda ke pasar untuk dijual. Bagi orang-orang desa dan masyarakat kecil pasar

tradisional adalah lahan mereka mencari kehidupan. Seorang petani dengan mudahnya

menyetorkan hasil taninya yang masih segar kepegadang pasar. Pasar tradisional sangat

berpengaruh pada kehidupan petani dimana petani, secara langsung bisa menjual hasil

taninya di pasar, tanpa susah-susah dibawa ke kota dengan menggunakan mobil, cukup

dengan sepeda yang sudah tua petani ini bisa menjual hasil taninya.

Penjelasan penggunaan unsur-unsur seni rupa dalam lukisan karya ketiga ini

adalah sebagai berikut. Garis lurus terdapat pada batang bambu, jeruji roda sepeda. Garis

lengkung terdapat semua bagian manusia, sepeda, bebatuan, jagung, ubi, ketela pohon,

keranjang, dan daun bambu. Pewarnaan dalam lukisan ini bernuansa kuning, hijau. dan

coklat. Permainan cahaya diberikan pada objek utama, pohon bamboo, dan bebatuan.

Page 38: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Pewarnaan bagian tengah banyak menggunakan coklat muda dan putih dengan tujuan

objek utama sebagai pusat perhatian. Pewarnaan tepi kanan bebatuan dibuat pewarnaan

dari terang ke gelap sehingga memunculkan sinar matahari pagi.

Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya kulit manusia

terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur jagung, keranjang dan ubi kayu.

Unsur gelap digunakan pada bagian kiri dan bawah objek manusia dan ubi, sedangkan

unsur terang sangat terlihat pada bagian atas sebelah kanan objek-objek tersebut. Dalam

lukisan ini centre of interest adalah seorang petani yang mengangkut hasil taninya dengan

sepeda tua. Keseimbangan yang digunakan adalah keseimbangan asimetris. Warna-warna

pada objek manusia digunakan pula saat pewarnaan bentuk-bentuk lainnya, hal itu

dilakukan untuk memunculkan harmonisasi lukisan.

b. Teknik, Bahan dan Alat

Teknik yang dipilih adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan yang

digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil painting

Greco, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 90 cm x 123 cm, dan pigura berukuran

sama. Alat yang digunakan adalah pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, kain lap, dan

palet.

c. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran

2 dan 4.

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, keranjang,

kayu, dan batu, mengunakan warna dasar burn umber dan cadmium orange, scarlet.

Setelah kering ditumpuk warna cadmium yellow,cadmium orange, dan warna titanim

white, sedang bagian yang terkena sinar matahari. Pewarnaan daun, pohon bambu, dan

tanaman lainnya menggunakan warna dasaran viridian green setelah kering ditumpuk

warna cadmium yellow dengan titanium white. Untuk pnebalan warna dan bagian yang

Page 39: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

terkena sinar matahari lebih di perbanyak warna titanium white.warna jagung

menggunakan dasaran warna orange ditumpuk warna yellow dan bagian yang terkena

sinar diberi titanium white, penggunaan wana belakang manusia dibuat warna yang gelap

maka ketela pohon di beri warna black, burn umber, ornge, dan yellow. Pada warna-

warna di background belakang di buat warna yang redup agar gambar mausianya lebih

terfokus. Dalam pemberian warna agar terkesan redup mengguakan warna viridian green

dicampur warna black.. Proses selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah

kering adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta kedetailan warna

dan bentuk yang dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan

warna dasar di atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai

dengan sedang. Terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura

4. Karya Keempat

Page 40: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 14. Gerobak kuda (Foto Arifin.).

Media : Cat minyak di atas kanvas Tahun : 2007

Ukuran : 138cm x 88 cm

a. Konsep Karya

Berbagai macam aktivitas manusia di pasar tradisional sangat beragam jenisnya

seperti karya tergambar padake empat ini. Demi kelancaran hidup meskipun sudah tua

baik laki-laki maupun perempuan melakukan pekerjaan yang begitu, namun mereka

sangat bersemangat di dalam menghadapi kegiatan kerjanya tanpa rasa lelah. Seperti

tukang becak yang setia menunggu penumpang, buruh angkat barang, dan pak kusir yang

menjalankan andongnya dengan membawa barang dagangannya yang jumlahnya tidak

sedikit. Aktivitas tersebut menjadi ide penciptaan karya ke empat ini.

Berikut penjelasan aktivitas orang-orang di pasar tersebut secara visual. Tukang

becak tak henti-hentinya setiap pagi sampai sore menunggu para penumpang,

menawarkan jasa dengan becaknya kesetiap orang yang lalu lalang di hadapnya, setiap

hari buruh gendong mengangkat berat yang dipikul atau digendong tidak memandang

baik perempuan maupun laki-laki, buruh gendong menawarkan jasanya dengan imbalan

upah dari tenaga yang ditawarkannya, pak kusir mengendalikan kudanya dengan beban

berat di andongnya yang berisi bermacam-macam sayuran maupan buah-buahan .Penulis

mengambil ide tentang hewan kuda karena kuda begitu kuat sama seperti para pekerja di

Page 41: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

pasar tak henti-hentinya mereka bekerja. Pekerja buruh yang mengangkat, dan mengantar

barang kemana saja sesuai perintah majikannya. Hal inilah yang menjadi centre of

interest dalam karya ke empat yaitu pak kusir yang mengendalikan kudanya dengan

barang dagangannya yang bermacam-macam.

Penjelasan tentang unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa .pada karya

keempat adalah sebagai berikut. Garis lurus terdapat pada papan di gerobak andong, pada

jeruji ban andong, jeruji di pelek becak, tiang kecil untuk penyangga terpal di gerobak, di

gapura, tiang listrik dan bentuk lainnya. Sedang di garis lengkung pada lukisan ini,

misalnya: Pada roda andong, roda becak, ornamen pada andong, ornamen pada tembok

gapura, dan bentuk lainnya. Banyak warna di dalam karya yang membuat unsur gelap

terang pada semua gambar, seperti: gambar, andong dibuat gelap dengan warna burn

umber dicampur black sedikit agar gambar andong tersebut kelihatan menonjol. Karena

andong adalah centre of interest..Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian,

misalnya kulit manusia terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur tanah.

Unsur gelap digunakan pada bagian kanan dan bawah objek manusia, tanah, becak, kuda,

keranjang dan gambar lainnya. Sedangkan unsur terang terlihat pada bagian atas dan kiri

objek-objek tersebut. Pembuatan gelap terang tersebut untuk membuat volume sehingga

kelihatan nyata pada gambar. Unsur ruang terlihat pada pewarnaan gambar dibelakang

atau background belakang yang dibuat samar, terlihat hanya kesan, dan tidak terlalu

detail dalam pengerjaannya. Gambar andong menjadi centre of interest karena gambar

yang lain dibuat hanya kesan. Hal itu juga disebabkan oleh perbedaan ukuran yang dibuat

semakin ke belakang semakin kecil.

b. Teknik, Bahan dan Alat

Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan

yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil

painting, Greco, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 138cm x 88 cm dan pigura

berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa,

kuas, kain lap, dan palet.

c. Proses Perwujudan Karya

Page 42: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B ke atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran

2 dan 4.

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia termasuk

kuda, tanah, gapura, gerobak andong, jeruji roda andong, keranjang, papan, batang

pohon, genting, dan warna dasar jarik adalah warna orange, scarlet, dan burn umber.

Setelah kering ditambah warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white

untuk bagian yang terkena sinar matahari. Mata meggunakan warna black dan cadmium

orange. Warna bibir menggunakan warna scarlet, cadmium orange, dan cadmium yellow.

Rambut, roda becak, roda andong, hiasan di badan kuda, asesoris pada gerobak andong,

tiang listrik, gunung, dan langit menggunakan warna, black, ultramarine blue, orange,

dan titanium white. Warna daun buah yang belum matang menggunakan warna viridian

green yellow, dan cadmium yellow. Asesoris pada bagian gerobak andong di bagian

depan dan samping serta warna becak menggunakan warna scarlet, cadmium orange

cadmium yellow dan titanium white. Pewarnaan background merupakan percampuran

dari warna burn umber dan ultramarine blue agar terjadi harmonisasi dan kesatuan warna

pada lukisan. Proses selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering

adalah pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta warna dan bentuk yang

dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di

atas ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang.

Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.

5. Karya kelima

Page 43: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 15. Pasar sapi (Foto Arifin.). Media : Cat minyak di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 143,5 cm x 84 cm

a. Konsep Karya

Pasar sapi merupakan salah satu bentuk pasar tradisional yang jarang sekali

ditemukan di kota-kota pada masa sekarang. Keberadaan pasar sapi bagi masyarakat

pedesaan sangatlah penting, karena sebagian besar masyarakat desa bekerja memelihara

hewan ternak untuk mencukupi kebutuhan mereka. Aktivitas para penjual sapi dengan

suasana yang masih sederhana adalah ide pada penciptaan karya kelima ini.

Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni

rupa pada karya kelima ini. Garis lurus terdapat pada bambu dan besi pada pagar sapi,

sedang garis lengkung banyak terdapat pada bentuk-bentuk non geometris pada lukisan

ini, misalnya: manusia, sapi, ranting pohon, ember, daun di bagian bawah sebelah kiri

dan kanan dan lain-lain. Pewarnaan background pada lukisan ini dibuat pepohonan yang

rindang, hal itu menyiratkan kesegaran kehidupan pedesaan. Perbedaan tekstur semu

terlihat pada beberapa bagian, misalnya kulit manusia dan sapi terlihat lebih lunak dan

halus, berbeda dengan tekstur tanah. Unsur gelap digunakan pada bagian pepohonan di

background objek sapi, bayangan sapi dan manusia, sedangkan unsur terang terlihat pada

bagian tengah dan sebelah kanan. Gelap terang juga digunakan untuk membuat kesan

manusia dan sapi yang terkena sinar matahari pada gambar-gambar tersebut. Unsur

Page 44: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

perspektif pada obyek sapi terlihat pada perbedaan ukuran yang dibuat semakin ke

belakang semakin kecil.

Centre of interest lukisan pada karya kelima adalah kegiatan para penjual sapi

saat menuntun sapi yang akan dijual dan diikat pada sepotong bambu, Centre of interest

dibuat dengan pewarnaan yang lebih real. Keseimbangan yang digunakan yaitu

keseimbangan asimetris. Salah satu cara untuk membuat harmonisasi, adalah dengan

penggunaan beberapa warna yang sama pada bentuk yang satu dengan yang lain,

sehingga warna secara keseluruhan menjadi lebih serasi seperti pada warna sapi dan

tanah.

b. Teknik, Bahan, dan Alat

Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan

yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil

painting, Greco, minyak tanah, kanvas siap pakai berukuran 84 cm x 143,5 cm dan

pigura berukuran sama. Alat yang digunakan antara lain pensil 2B untuk pembuatan

sketsa, kuas, kain lap, dan palet.

c. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran

2 dan 4.

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia,

batang pohon, jerami, bambu, dan tanah dasar menggunakan warna burn umber,

cadmium orange, scarlet, dan black. Setelah kering diberi warna cadmium orange,

cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang terkena sinar. Topi, celana, dan

sapi menggunakan warna dasar burn umber, cadmium orange, yellow, dan ultramarine

blue. Untuk memunculkan kesan keharmonisan warna yang dipadukan dengan situasi

siang menggunakan warna ultramarine blue dengan memakai kuas ukuran 14 diratakan

dengan minyak supaya encer, selanjutnya dikuaskan di bagian masing-masing sapi serta

Page 45: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

background belakang agar kelihatan samar-samar. Warna titanium white paling banyak

digunakan pada sapi untuk menonjolkan kesan warna putih, sesuai dengan gelap terang

yang diinginkan. Pewarnaan berbagai macam daun menggunakan warna viridian green,

yellow, cadmium yellow, orange, dan titanium white, warna tiang, baju menggunakan

warna black, titanium white. Untuk tali sapi menggunakan warna peacock blue, titanium

white. Proses selanjutnya, setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah

pendetailan setiap warna dasar, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang

dinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di

atas ditambah dengan warna lain, dengan menggunakan kuas dari ukuran terkecil sampai

dengan sedang. Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura

6. Karya keenam

Page 46: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 16. Ngitung Bathi (Foto Arifin.).

Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2007 Ukuran : 147 cm x 96 cm

a. Konsep Karya

Ide karya ke enam ini adalah kesederhanaan dan tekad untuk bekerja. Pekerjaan

semua ada resikonya, seperti dalam karya ke enam ini. Berbagai aktivitas para pembeli

dan penjual di pasar ayam tak bosan-bosannya mereka memegangi ayam dan mencium

bau yang tak sedap, semua itu semata-mata mencari nafkah untuk hidup. Mereka tidak

takut akan bahaya flu burung, bahkan dengan asyiknya mereka bercanda tawa dan setiap

hari berdekatan dengan ayam. Aktivitas mereka setiap hari seperti: saling tawar menawar

melakukan transaksi jual beli, berbincang-bincang, menghitung hasil dagangannya, dan

sering kali mereka duduk di atas kotoran ayam. Aktivitas semacam itulah yang

melestarikan budaya pasar tradisional

Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur seni rupa dalam karya

keenam. Garis lurus terdapat pada batang bambu, kandang ayam, kranji, batu bata, dan

uang seribu. Sedangkan garis lengkung terdapat semua bagian manusia, kaca mata,

semua bagian ayam, keranji, sandal, bebatuan, dan keranjang. Pewarnaan dalam lukisan

ini bernuansa keputih-putihan untuk menampilkan kesan siang. Sehingga muncul

kekontrasan dan keserasian di dalam menjalankan pekerjaannya.

Page 47: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

. Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya: kulit

manusia yang terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur kandang ayam, dan

keranji yang menonjolkan karakter kayu yang begitu keras dan kokoh sehingga ayam tak

mungkin lepas dari kandangnya. Begitu juga unsur gelap digunakan pada bagian kiri dan

bawah objek manusia sehingga gambar manusia kelihatan fokus. Sedangkan unsur terang

sangat terlihat pada bagian atas sebelah kanan objek-objek, hal ini untuk menunjukkan

bahwa ligthing mengarah dari bagian kanan. Unsur ruang di dalam karya ke enam sedikit

digunakan karena semua barang dagangannya seperti: ayam dan keranji, berdekatan

dengan penjual dan pembelinya. Sehingga nuansa dalam lukisan tersebut kelihatan

berdesak-desakan..

Dalam karya lukisan keenam centre of interest adalah seorang nenek yang

sedang menghitung uang. Centre of interst dibuat sangat detail hal ini bisa dilihat dari

wajahnya yang begitu serius dalam menghitung uang dari penjualan hasil laku

dagangannya, diperkuat dari sebelah kanannya nenek yang berkaca mata menengok uang

yang dihitung, dan serta penempatan ruang pas ditengah diantara para penjual dan

pembeli lainnya. Keseimbangan bisa dilihat dari penjual dan pembeli lainnya yang

sedang melakukan transaksi jual beli,dan keranji di belakang mereka. Irama dilihat dari

tawa, senyum, dan keseriusan mereka, sehingga muncul suatu keharmonisan dalam isi

lukisan tersebut.

.

b.Teknik, Bahan, dan Alat

Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan

yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil

painting Greco, cat tembok putih, pigmen, air secukupnya, minyak tanah, kanvas siap

pakai berukuran 147cm x 96 cm dan pigura ukuran sama. Alat yang digunakan antara

lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, kain lap, dan palet.

c. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

Page 48: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran

2 dan 4.

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia,

keranji, papan, ayam, pada kaki, dan sebagian bulu, bambu, topi yang di pakai dan tanah

menggunakan warna burn umber, cadmium orange, dan scarlet black. Setelah kering

diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian yang

terkena sinar. Warna mata, rambut, warna ayam menggunakan warna black, orange,

ultramarine blue, cadmium orange, cadmium yellow, scarlet dan titanium white. Warna

tembok menggunakan warna titanium white, burn umber, dan blue. Warna baju yang

dipakai masing-masing penjual dan pembeli menggunakan warna scarlet, peacock blue,

yellow, titanium white, dan viridian green. Untuk pembuatan batik pada baju langkah

pertama: mendasari baju setelah kering di gambar dengan kuas no 2 dan gradasi sesuai

lekukkan tubuh manusia. Pewarnaan gelap diberi warna antara black dengan burn umber

yang dicampurkan, sehingga menghasilkan warna yang harmonis dan kesatuan warna

pada lukisan tersebut. Untuk warna manusia banyak menggunakan burn umber sehingga

berwarna kecoklatan yang dapat menambah kesan warna menjadi matang .

Proses selanjutnya, setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah

pendetailan setiap warna dasar tersebut, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk

yang diinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar

di atas ditambah warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang.

Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.

7. Karya ketujuh

Page 49: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 17. Pasar Kembang (Foto Arifin.).

Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2008 Ukuran : 120 cm x 80 cm

a. Konsep Karya

Beragam jenis pasar tradisional, seperti: pasar hewan ternak yang memperjual

belikan sapi, ayam, kambing, burung, dan sebagainya: pasar kembang yaitu pasar

tradisional yang khusus menjual berbagai macam bunga mawar, melati, kanthil, dan

sebagainya yang masih segar. Pasar kembang merupakan sumber ide penciptaan pada

karya ke tujuh. Aktivitas seorang nenek yang sedang mempersiapkan bunga melati yang

masih segar dari kantung plastik dan dibantu seorang pembeli yang sudah menunggu

nenek penjual bunga tersebut, hal ini memvisualisasikan keakraban seorang penjual dan

pembeli. Sementara pembeli lain dengan sabar menunggu penjual menata dagangannya.

Mereka sambil bercerita, bercanda, dan saling membantu. Keadaan seperti ini jarang

sekali ditemukan di pasar-pasar modern. Interaksi penjual dan pembeli ini yang

menjadikan pasar tradisional terlihat ramai, akrab dan menyatu. Sehingga interaksi yang

bersifat kekeluargaan tercipta dalam pasar tradisional.

Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni

rupa pada karya ketujuh ini. Garis lurus terdapat pada bambu-bambu pada background,

Page 50: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

meja kayu, dan serat pada daun pisang. Sedang garis lengkung banyak terdapat pada

tampah tempat bunga, manusia, bunga mawar, dan kantong plastik. Perbedaan

penggunaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian, misalnya pada bentuk bambu

terlihat lebih kasar daripada tekstur pada kantong plastik atau kulit yang cenderung lebih

halus dan licin. Penggunaan unsur gelap terlihat pada bentuk manusia, yang tidak terkena

sinar matahari, serta meja pada bagian bawah dan sebelah kanan. Gelap terang juga

digunakan untuk membuat lekukan atau draferi pada baju dan selendang.

Pada lukisan karya ketujuh ini centre of interest adalah seorang nenek penjual

bunga yang menuangkan kuncup bunga melati dari kantong plastik.. Keseimbangan yang

digunakan yaitu keseimbangan asimetris Warna-warna pada objek manusia digunakan

juga untuk pewarnaan bentuk-bentuk lainnya, hal itu dilakukan untuk memunculkan

harmonisasi lukisan.

b. Teknik, Bahan, dan Alat

Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan

yang digunakan antara lain: kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil

painting, Greco, cat tembok putih, pigmen, air bersih secukupnya, minyak tanah, kanvas

siap pakai berukuran 147cm x 96 cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan

antara lain: pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, dot, kain lap, dan palet piring dari

melamin.

a. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran

2 dan 4

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai

besar kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia,

termasuk, batang pohon, meja untuk berjualan, tampah, bambu, dan topi yang di pakai

menggunakan warna burn umber, cadmium orange, scarlet, black, dan yellow. Setelah

Page 51: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

kering diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian

yang terkena sinar. Warna mata, dan rambut, menggunakan warna black, orange,

ultramarine blue, cadmium orange cadmium yellow, scarlet dan titanium white. Warna

tembok menggunakan warna titanium white, dan burn umber. Setelah kering warna

tembok diberi warna burn umber diberi minyak lukis agak banyak untuk menghasilkan

warna transparan, sehingga terjadi kesan harmonis dan kesatuan warna pada lukisan

tersebut. Warna pada manusia banyak menggunakan burn umber yang berwarna

kecoklatan sehingga menambah warna terkesan matang. Warna dasar baju yang di pakai

para penjual dan pembeli di pasar bunga adalah viridian green, ultramarin blue, yellow,

black, orange, dan burn umber. Setelah itu, masing-masing diberi gambar motif batik

menggunakan pensil, diwarna memakai dot kecil yang berisi cat embok dan pigmen,

kemudian kering di buat lekukan-lekukan (draferi) dan gradasi memakai cat minyak

sesuai gerakan obyek (penjual dan pembeli) lukisan.

Proses selanjutnya, setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah

pendetailan setiap warna dasar, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang di

inginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar di atas

dan ditambah warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang.

Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.

8. Karya kedelapan

Page 52: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Gambar 18. Sabar Menunggu (Foto Arifin.). Media : Cat minyak dan acrilic di atas kanvas Tahun : 2008 Ukuran : 147 cm x 96 cm

a. Konsep Karya

Karya kedelapan tugas akhir ini berjudul “Sabar menunggu”. Penjual bubur

yang biasanya berjualan di pagi hari sering dijumpai di kampung-kampung, dan terdapat

pula di pasar tradisional. Berbagai kegiatan atau aktivitas manusia di pasar tradisional

sangat beragam, seperti sumber ide penciptaan pada karya kedelapan ini. Seorang nenek

yang sedang melayani pembelinya, seorang ibu yang menunggu makanan yang dipesan

sambil menggendong anaknya, anak yang sedang makan bubur. Sambil menunggu

mereka (penjual dan pembeli) berbincang-bincang. Berbagai macam sayuran, lauk, dan

bubur dihidangkan di atas kayu yang sederhana.

Berikut adalah penjelasan penggunaan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa

pada karya kedelapan ini. Garis lurus terdapat pada tiang yang terbuat dari batang bambu,

daun pisang, tempat lauk pauk, garis pada tempe, dan serat pada kayu. Sedang garis

lengkung banyak terdapat pada bentuk-bentuk nongeometris pada lukisan ini, seperti:

manusia, panci tempat bubur, tutup panci, telur, uang logam dan lain-lain. Pewarnaan

background pada lukisan ini dibuat cerah dan nampak kekuning kehijauan untuk

Page 53: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

menampilkan suasana di pagi hari Perbedaan tekstur semu terlihat pada beberapa bagian,

misalnya kulit manusia yang terlihat lebih lunak dan halus, berbeda dengan tekstur kayu.

Unsur gelap digunakan pada bagian kanan, sedangkan unsur terang terlihat pada bagian

atas dan kiri objek-objek tersebut.

b. Teknik, Bahan dan Alat

Teknik yang digunakan adalah sapuan kuas cat minyak di atas kanvas. Bahan

yang digunakan antara lain kertas untuk pembuatan sketsa, cat minyak Marie’s, oil

painting, Greco, cat tembok putih, pigmen, air bersih secukupnya, minyak tanah, kanvas

siap pakai berukuran 147cm x 96cm dan pigura berukuran sama. Alat yang digunakan

antara lain pensil 2B untuk pembuatan sketsa, kuas, dot untuk membatik, kain lap, dan

palet.

c. Proses Perwujudan Karya

Proses perwujudan karya diawali dengan pembuatan sketsa menggunakan

pensil 2B di atas kertas untuk menuangkan ide yang sudah terkonsep. Setelah

dikonsultasikan sketsa tersebut dipindahkan ke atas kanvas menggunakan kuas berukuran

2 dan 4

Pewarnaan dasar menggunakan kuas berukuran 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 sesuai besar

kecilnya bidang. Warna dasar yang digunakan untuk mewarnai kulit manusia, batang

pohon, meja untuk berjualan, tempe, bambu, dan baju yang dipakai penjual bubur

menggunakan warna burn umber, cadmium orange, scarlet ,black, dan yellow. Setelah

kering diberi warna cadmium orange, cadmium yellow, dan titanium white untuk bagian

yang terkena sinar. Warna mata, dan rambut menggunakan warna black, orange,

ultramarine blue, cadmium orange cadmium yellow, scarle, dan titanium white. Warna

manusia banyak menggunakan burn umber yang berwarna kecoklatan sehinga menambah

warna terkesan begitu matang. Pewarnaan baju yang di pakai para penjual dan pembeli

cara pembuatannya melalui tahapan, tahap pertama adalah memberi warna dasar pada,

baju, dan jarik dan rok dengan cat minyak. Warna macam-macam seperti burn umber,

peacock blue, yellow, scarlet, dan titanium white. Setelah didasari masing-masing diberi

pola (motif) batik dengan pensil, hasil batikan diberi pakai warna pigmen seperti: red,

Page 54: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

blue gll, yellow, dan cat tembok yang dicampur air putih bersih. Selanjutnya dimasukkan

ke dalam dot kecil. Tunggu hingga kering, kemudian sesudah kering di buat lekukan-

lekukan (draferi) pada kain sesuai gerakan tubuh manusia dengan gradasi memakai cat

minyak. Background belakang yang bernuansa pagi menggunakan warna titanium white,

dan yellow. Penggunaan warna lebih banyak warna virdian green sehingga terkesan

kehijauan yang menghasilkan suasana segar di waktu pagi dan menghasilkan warna yang

harmonis dalam lukisan.

Proses selanjutnya setelah cat agak kering atau sebagian sudah kering adalah

pendetailan setiap warna dasar, sehingga tercipta kedetailan warna dan bentuk yang

diinginkan. Pendetailan menggunakan warna-warna yang sama dengan warna dasar

ditambah dengan warna lain dengan kuas dari ukuran terkecil sampai dengan sedang.

Langkah terakhir adalah finishing dan pengemasan karya dengan pigura.

Page 55: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

BAB V

PENUTUP

Simpulan

Pasar tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, sehingga

terjadi permintaan dan penawaran terhadap suatu barang atau jasa. Tempat berinteraksi

sosial yang erat sebagai ciri adat ketimuran, juga sebagai tempat untuk bertukar informasi

ataupun pembentukan sifat kekeluargaan

Pembangunan pasar modern yang begitu banyak akhir- akhir ini menggeser

eksistensi pasar tradisional. Hal ini, tentu bukan sekedar sebuah upaya untuk perbaikan

ekonomi semata, tetapi telah memunculkan pola baru menyangkut pola hubungan (relasi)

sosial. Secara ekonomis maka keberadaan pasar modern tentu menjadi masalah paling

nyata bagi pasar tradisional.

Aktivitas manusia di pasar tradisional merupakan kehidupan sosial yang di

dalamnya terdapat berbagai peran, interaksi, dan konflik. Proses interaksi tersebut,

tercipta interaksi sosial yang erat dan merupakan ciri adat ketimuran yang kini pudar.

Sehingga tercipta inspirasi dan sumber penciptaan untuk memvisualkan aktivitas manusia

di pasar tradisional kedalam lukisan dengan aliran realis.

Teknik yang digunakan adalah teknik sapuan kuas ke atas kanvas dengan cat

minyak dan teknik membatik dengan alat dot dengan bahan cat tembok putih, pigmen dan

air secukupnya, teknik ini digunakan untuk lukisan yang menggunakan motif batik Bahan

dan alat yang digunakan dalam perwujudan karya adalah cat minyak Marie’s dan Greco,

oil painting Greco, cat tembok putih, pigmen, air bersih secukupnya, minyak tanah,

kanvas siap pakai, kuas, dot, dan palet. Sumber ide setiap karya diambil dari aktivitas

manusia di pasar tradisional. Karya pertama menggambarkan seorang penjual yang

sedang memikul sawi, karya kedua tentang penjual yang sedang bercengkrama dengan

penjual lainnya, karya ketiga tentang pedagang yang melayani pembeli, penjual dan

pembeli yang saling bertukar informasi dan lain-lain, karya keempat menggambarkan pak

kusir yang mengendalikan kuda dengan membawa muatan sayur dan buah-buahan yang

diperjual belikan di pasar tradisional, karya kelima tentang pasar sapi, karya keenam

menggambarkan seorang penjual yang menghitung laba penjualan ayam, karya ketujuh

Page 56: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

menggambarkan seorang penjual bunga yang menyiapkan bunga yang akan dijual, karya

kedelapan menggambarkan seorang penjual tang melayani pembeli yang ramai.

Penciptaan kedelapan karya ini menggunakan unsur-unsur dan prinsip-prinsip seni rupa.

Unsur-unsur bentuk dihadirkan bentuk realis. Dari karya pertama hingga karya kedelapan

terjadi penyempurnaan visual karya, sehingga ada penambahan dan pengurangan bentuk

antara sketsa yang dibuat dengan visual karya pada lukisan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 57: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Adi Hirmawan dan Agung Wibowo, 2004. ”Eksistensi Pasar Tradisional (Studi Terhadap Eksistensi Pasar Tradisional Pasca Pembangunan Mall di Surakarta)”. Jurnal Sosiologi. Vol. 17 No. 1.

Arfial Arsad Hakim. 1994. Studio Lukis. Surakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Universitas Sebelas Maret. Biranul Anas. et al (ed). 2000. Seni Rupa Indonesia: Dulu, Kini, dan Esok. Jakarta:

PT Balai Pustaka Darsono Sony Kartika. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains. Drajat Tri Kartono. 2004. “ Pasar Modal Tradisional (Analisis Sosiologi Ekonomi

Terhadap Renternir)”. Jurnal Sosiologi. Vol.17 No. 1 Edy Tri Sulistyo. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret. _________ 2005. Tinjauan Seni Lukis Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret. Fandy Tjiptono, 1995. Strategi Pemasaran. Yogyakarta : BPFE http:// www. Bentara budaya. com Indriyo Gitosudarmo.2001. Manajemen Strategis. Yogyakarta: BPFE Lee Man Fong. Lukisan-Lukisan Dan Patung-Patung Kolleksi Presiden Sukarno Dari

Republik Indonesia Jilid 1V. Tokio Jepang: PT Percetakan Toppan. Mikke Susanto. 2001. Diksi Rupa. Yogyakarta : Kanisius Multolo. 1995. ”Dampak Pembangunan Ekonomi (Pasar) Terhadap Kehidupan Sosial

Budaya Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Pertanian Salak Pondoh Desa Bangunkerto)”. Dalam Laporan Penelitian. Yogyakarta.: UNY.

Narsen Afatara. 1999. Tinjauan Seni Lukis Modern (Buku Pegangan Kuliah). Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Universitas Sebelas Maret. P. Mulyadi, 2000. Pengetahuan Seni (Buku Pegangan Kuliah). Surakarta:Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Pringgodigdo A.G.1997. Ensiklopedia Umum. Pemasaran. Yogyakarta : Yayasan

Kanisius Poerwadarminta. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia (diolah kembali oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa). Jakarta: PN Balai Pustaka.

56

Page 58: aktivitas manusia di pasar tradisional sebagai sumber ide

Ratna. Devi.S, (ed). 2000. Pasar Tradisional, Tinjauan Sosiologis (Kasus Pasar Gede).

Surakarta.: UNS. Soerjono Soekamto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada.. Stanson. J. William (ed). 1994. Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Soerjono Soekanto. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soemardi, Sulaiman.1977. Kumpulan Istilah-istilah Sosiologi. Jakarta:Fakultas Ilmu-

ilmu Sosial Universitas Indonesia Press. Sudarso SP. 1976. Tinjauan Seni. Yogyakarta: Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia - Akademi Seni Rupa Indonesia. Suryo Suradjijo. 1989. Filsafat Seni II. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press.