aktivator klas ii dan iii

28
AKTIVATOR Defenisi Aktivator adalah pesawat untuk memperbaiki gigi dan rahang yang bekerja secara fungsional fisiologis (funsional orthopedic). Aktivator dapat meneruskan kekuatan rongga mulut. Impuls otot-otot tersebut melalui activator diteruskan ke gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan rahang sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang dikehendaki dengan membuat gigian kerja terlebih dahulu. Aktivator dapat juga digunakan untuk perawatan anomali dalam arah vertikal seperti anomaly klas I angle dengan gigitan terbuka. Dalam hal ini tidak diperlukan gigitan kerja pembuatan gigitan kerja. Perawatan anomali klas I Angle dalam arah vertikal biasanya lebih disenangi sistem pelat biasa dengan kekuatan mekanik. Untuk memperbaiki anomali dalam arah transversal karena pergeseran rahang bawah ke lateral, kearah salah satu sisi rahang, activator sangat baik digunakan. Gigitan kerja pada keadaan

Upload: resty-wahyu-veriani

Post on 11-Nov-2015

110 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

added on May 9th, 2015

TRANSCRIPT

  • AKTIVATOR

    Defenisi

    Aktivator adalah pesawat untuk memperbaiki gigi dan rahang yang bekerja secara fungsional

    fisiologis (funsional orthopedic). Aktivator dapat meneruskan kekuatan rongga mulut. Impuls

    otot-otot tersebut melalui activator diteruskan ke gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan rahang

    sehingga menimbulkan perubahan-perubahan yang dikehendaki dengan membuat gigian kerja

    terlebih dahulu.

    Aktivator dapat juga digunakan untuk perawatan anomali dalam arah vertikal seperti

    anomaly klas I angle dengan gigitan terbuka. Dalam hal ini tidak diperlukan gigitan kerja

    pembuatan gigitan kerja. Perawatan anomali klas I Angle dalam arah vertikal biasanya lebih

    disenangi sistem pelat biasa dengan kekuatan mekanik.

    Untuk memperbaiki anomali dalam arah transversal karena pergeseran rahang bawah ke

    lateral, kearah salah satu sisi rahang, activator sangat baik digunakan. Gigitan kerja pada keadaan

  • tersebut dibuat dengan menyesuaikan garis median rahang atas dan rahang bawah. Akan tetapi

    pada anomali peregeseran garis median yang disebabkan oleh anomaly dental, activator tidak

    sesuai, dan lebih digunakan pesawat mekanik.

    Nama lain activator adalah monoblok karena pesawata rhang atas bersatu dengan rahang

    bawah. Disebut juga dengan pesawat Andresen dan haupl, atau pesawat norwegia. Aktivator

    merupakan salah satu pesawat fungsional ortopedi ( functional jaw orthopedics atau functions-

    kiefer-orthopaedie/FKO) karena dapat memperbaiki kelainan hubungan rahang. Pesawat

    fungsional yang paling terkenal adalah dari Andersen (1936), walaupun robin (1902) telah

    membuat pesawat dengan tujuan sama yang disebut monoblok.

    Aktivator dan cara kerja

    Aktivator merupakan pesawat ortodonti lepas yang bersifat fungsional fisiologis, karena

    pesawat ini melanjutkan kekuatan fungsional dari otot-otot disekitar rongga mulut.

    Impuls otot-otot terjadi pada waktu membuka dan menutup mulut, diteruskan ke tulang

    alveolar, gigi-gigi, jaringan pendukung gigi dan sendi rahang, menghasilkan perbaikan

    hubungan gigi dan rahang

  • Gambar. Prinsip kerja aktivator

    Aktivator dapat mengoreksi anomaly dentofasial secara missal dalam tiga dimensi yaitu:

    1. Vertikal, misalnya pada anomaly gigitan terbuka, gigitan dalam, infra dan supra versi

    atau infra dan supra oklusi.

    2. Sagital, pada anomaly klas II Angle dengan protrusi (labio versi), retrusi (linguo versi),

    jarak gigit (overjet) yang besar dan disharmoni rahang bawah terhadap cranium.

    Anomali lain adalah klas III Angle dengan gigitan terbalik (cross-bite) anterior.

    3. Transversal misalnya kontraksi atau distraksi lengkung gigi, gigitan terbalik posterior

    dan rotasi rahang bawah ke slah satu sisi, ke kiri atau ke kanan.

    Cara pemakaian aktivator

    Aktivator dipakai sekitar 2 jam pada siang hari dan 12 jam pada malam hari. Jumlah jam

    pemakaian activator setiap hari sekitar 14 jam.

  • Aktivator atau monoblok di dalam mulut merupakan pesawat yang longgar, terletak di

    antara gigi-gigi dan lidah, seolah-olah terapung, dan hanya mengenai tempat-tempat atau bagian

    tertentu, sesuai dengan tujuan perawatannya.

    Menurut foster (1982), activator dibuat sesuai dengan lengkung gigi atas dan lengkung

    bawah hanya akan sesuai dengan tujuan perawtan. Jika activator dipakai , otot pengunyah

    meregang di luar posisi semula, hal ini mempunyai dua efek:

    a. Otot-otot pengunyah meneruskan kekuatan ke rahang bawah yang berusaha kembali

    ke posisi istirahat. Hal ini menghasilkan satu kekuatan pada gigi-gigi atas melalui

    activator sehingga terbentuk tarikan atau traksi intermaksiler.

    b. Perubahan posisi rahang bawah berakibat terjadinya pertumbuhan kondilus dan sendi

    temporo mandibular.

    Indikasi pemakaian aktivator

    1. Penederita dapat bekerja sama dengan baik.

    2. Digunakan pada anomali-anomali tertentu, khususnya klas II dan klas III angle untuk

    memperbaiki kelainan hubungan gigi-gigi dan rahang. Walaupun demikian, anomaly klas

    I Angle dengan gigitan terbuka anterior dapat juga dipakai activator.

    3. Tidak ada kelainan skeletal yang berat.

    4. Anomalinya tidak dalam keadaan berjejal yang berat.

    5. Activator dapat digunakan untuk perawatan kebiasaan buruk seperti menjulurkan lidah ke

    depan, meletakkan lidah di antara gigi-gigi ke depan, meletakkan lidah diantara gigi-gigi

    depan atas dan bawah, maupun menghisap jari atau bibir.

    6. Activator sangat baik digunakan pada penderita dalam masa pertumbuhan atau masa gigi

    bercampur.

  • 7. Activator dapat digunakan sebagai retainer.

    8. Menurut Houston (1983), activator biasanya digunakan antara lain untuk kasus selektif

    klas II divisi I dengan lengkung tidak berjejal . jika insisivus bawah jarang keadaan ini

    menguntungkan.

    Kontraindikasi pemakaian aktivator

    1. Pasien yang tidak dapat bekerja sama dengan baik merupakan kontraindikasi perawatan

    dengan activator. Disamping pasien, kerja sama orang tua pasien yang tidak baik dapat

    juga menyebabkan kegagalan perawtan yang dilakukan.

    2. Pada gigi yang sangat berjejal, keadaan yang demikian perlu perawatan dengan pesawat

    mekanik lebih dahulu. Setelah gigi-gigi tersusun dengan baik, tahap berikutnya dirawat

    dengan activator untuk memperbaiki kelainan hubungan sagital dari gigi-gigi, rahang,

    maupun wajah pasien.

    3. Kasus klas II dan Klas III angle dengan peregeseran garis median yang disebabkan oleh

    faktor dental. Untuk mengoreksi pergeseran garis median diperlukan pesawat mekanik

    karena lebih efektif. Dlam hal ini perbaikan hubungan rahang dilakukan pada tahap

    berikutnya.

    4. Pada kelainan skeletal yang berat merupakan kontraindikasi pemakaian activator. Kasus

    ini lebih sesuai dirawat dengan tindakan bedah-orthodonti. Sesudah masa pertumbuhan

    dan perkembangan skeletal.

    Keuntungan pemakaian aktivator:

    1. Tidak merusak jaringan alat pengunyahan.

  • 2. Tidak ada tekanan terhadap pertumbuhan yang normal dari arcus dentalis dan rahang dan

    tidak ada hambatan bagi suatu anomaly untuk mengadakan perbaikan posisi dengan

    sendirinya.

    3. Perawatan dengan activator tidak tergantung pada periode pertumbuhan gigi-geligi.

    Dapat dimulai pada periode gigi sulung atau selama pergantian gigi pada gigi bercampur

    dengan pertumbuhan rahang dan arcus dentalis paling intensive dan juga pada kondisi

    pasien dengan efek perawatan ortodonti paling besar. Sesudah activator dipasangkan

    pada gigi sulung, kemudian pasien mengalami pergantian gigi, activator tersebut dapat

    disesuaikan dan dikoreksi dengan mudah.

    4. Tidak ada tegangan atau perubahan yang buruk dari fungsi dan kerja otot-otot

    pengunyahan seperti terlihat pada pesawat cekat.

    5. Aktivator dapat menghalangi kebiasaan buruk seperti menghisap jari, bibir, lidah, pipi

    dan dapat memperbaiki kebiasaan bernafas dengan mulut menjadi bernafas dengan

    hidung.

    6. Aktivator merupakan pesawat yang mudah dibersihkan sehinngga tidak mengganggu

    kebersihan mulut selama perawatan ortodonti apabila dibandingkan dengan pesawat

    cekat dengan sisa-sisa makanan dapat mudah melekat.

    7. Aktivator hanya dipakai pada malam hari dan pada siang hari sekitar 2 jam. Oleh karena

    itu sangat menguntungkan bagi anak-anak karena itu sangat menguntungkan bagi anak-

    anak karena pada waktu sekolah, kegiata anak tidak terhalang. Khusunya ketika

    berbicara, membac, berolahraga, maupun makan. Di samping itu pada siang hari anak

    merasa malu untuk memakainya.

  • 8. Aktivator merupakan pesawat yang kuat dan tahan terhadap tekanan sehingga tidak

    mudah patah. Hal ini sangat menguntungkan bagi anak.

    9. Pembuatan aktivator ama mudah apabila tekniknya sudah dikuasai jika dibandingkan

    dengan pesawat cekat.

    AKTIVATOR KLAS II

    PEMBUATAN AKTIVATOR untuk KLAS II divisi I

    Tahap-tahap:

    1. Pembuatan model kerja dan model studi

    2. Pembuatan gigitan kerja

    3. Penanaman model kerja pada okludator

    4. Pembuatan lengkung labial (labial bow) & elemen-elemen tambahan (apabila

    diperlukan)

    5. Blocking dengan wax

    6. Pengolesan Could Mould Seal dan Pengisian self curing akrilik

    7. Grinding

    8. Pemolisan

  • 1.PEMBUATAN MODEL KERJA & MODEL STUDY

    Tahap-tahap:

    1. PENCETAKAN RONGGA MULUT PASIEN

    Digunakan sendok cetak dari pabrik dan bahan cetak alginate dengan tepi cetakan harus

    mencakup batas-batas sulkus di daerah M bawah, frenulum labialis, frenulum lingualis dan

    bukalis. Cetakan dibuat 2 pasang untuk pembuatan model kerja & model study.

    2. PEMBUATAN MODEL KERJA

    Cetakan dituang dental stone untuk mendapatkan model kerja yang akan digunakan untuk

    tempat membuat aktivator

    3. PEMBUATAN MODEL STUDY

    Pengisian cetakan yang kedua dengan gyps setelah pembuatan model kerja. Guna model

    study : untuk membandingkan keadaan gigi geligi & hubungan rahang pasien sebelum &

    sesudah dirawat, untuk menganalisis jalannya perawatan & untuk mengevaluasi hasil perawatan.

    4. PEMBUATAN BASIS DENGAN BAHAN GYPS PUTIH

    5. TRIMMING MODEL

    Peraturan TRIMMING MODEL:

    Permukaan oklusal gigi geligi dibuat sejajar dgn dasar dr basis model.

    Basis model RA ditrimming sejajar dgn permukaan oklusal terlebih dahulu kemudian

    model dioklusikan & ditrim rahang bawah sehingga tinggi model 5 6 cm

    Lalu model dibentuk, untuk RA berbentuk segi 7 & RB berbentuk segi 6.

    Model dalam keadaan oklusi

    harus dapat berdiri pada semua sisi.

    Tebal basis 0.5 1 cm.

  • Hasil trimming model RA

  • Hasil trimming model RB

    Gambar model kerja

  • Pembuatan gigitan kerja

    Hal-hal yang perlu dipertimbangkan sebelum pembuatan gigitan kerja

    Sebelum pembuatan gigitan kerja beberapa hal perlu di pertimbangkan dan dipersiapkan

    dengan seksama. Persiapan tersebut merupakan persiapan diagnostic, meliputi model studi yang

    telah dipelajari dan dianalisis terlebih dahulu, radiografi sefalometri dan pola fungsional

    penderita

    Pembuatan gigitan kerja

    Tujuan pembuatan gigitan kerja adalah untuk mendapatkan gigitan netral atau klas I Angle. Oleh

    karenanya rahang bawah dimajukan atau dimundurkan sehingga dicapai posisi optimal terhadap

    rahang atas.

    Menurut mundiyah dan kawan-kawan (1974), gigitan kerja adalah suatu hubungan paling

    menguntungkan, paling optimum atau paling baik, antara rahang atas dan bawah dan antara

    lengkung atas dan bawah dari suatu kasus yang dirawat.

  • Kegagalan dalam pengambilan gigitan kerja

    Kegagalan dalam pengambilan gigitan kerja dapat menyebabkan activator tidak dapat dipasang

    karena tidak sesuai. Kegagalan-kegagalan dapat disebabkan antara lain:

    - Gulungan malam tidak cukup lunak

    Gulungan malam ketika digigitkan tidak cukup lunak, sehingga hasil gigitan kerja tidak

    jelas.

    - Menggunakan kembali hihitan malam yang sudah dipakai umtuk memperbaiki gigitan

    kerja yang salah.

    - Gigitan kerja yang dibuat sudah benar, tetapi tidak segera dipasang dalam okludator. Hal

    ini berakibat terjadninya perubahan pada malam karena suhu udara.

    - Mencoba mengadakan pebaikan gigitan di luar mulut. Sedikit saja perbaikan di luar

    mulur dilakukan. Dapat mengakibatkan activator tidak dapat dipasang. Sebagai contoh

    mengubah tinggi gigitan kerja untuk merendahkan atau meninggikan gigitan pada

    okludator. Sehubungan dengan itu tidak dibenarkan mengadakan perubahan, tetapi lebih

    baik mengambil gigitan baru.

    Hasil akhir gigitan kerja

  • Setelah pengambilan gigitan kerja selesai, tahap berikut meletakkan gigitan kerja tersebut

    pada model kerja dan menanamnya pada okludator atau fiksator.

    Penanaman model kerja pada okludator

    Model kerja bersamadengan gigitan kerja ditanam dalam okludator dengan posisi 45, 90,

    180. Penanaman dalam okludator dapat dilakukan terbalik dengan daerah posterior model kerja

    menghadap operator. Hal ini berlawanan dengan pembuatan gigi tiruan, karena daerah anterior

    menghadap operator bertujuan untuk memberikan kemudahan pada pembuatan lengkung labial

    dan pengisian akrilik karena dapat memberikan orientasi yang cukup baik, jangan lupa menyetel

    pin atau sekrup penahan pada okludator yang disesuaikan dengan tinggi gigitan kerja.

  • Hasil Penanaman Model Kerja Di Okludator Pembuatan Kawat

    Setelah di tanam di okludator, pembuatan kawat dapat dimulai. Kawat atau klamer yang

    dimaksud adalah lengkung labial dan elemen-elemen tambahan lain bila diperlukan

    Pembuatan lengkung labial

    Pada waktu membuat lengkung labial, model kerja dilepaskan dari okludator terlebih

    dahulu tanpa mengubah posisi penahan tinggi gigitan kerja yang sudah ditentukan. Ini dilakukan

    untuk memudahkan pembuatannya. Biasanya lengkung labial tipe Hawley dibuat dengan

    penampang 0,7 mm.

    Lengkung labial terdiri dari bagian horizontal yang menghubungkan dua buah lup vertikal. Posisi

    bagian horizontal lengkung labial pada kasus klas II divisi I terletak region anterior atas,

    menyinggung sepertiga insisal gigi-gigi anterior atas, sebaliknya jika klas III lengkung labial

    berada pada rahang bawah. Bagian horizontal lengkung labial bawah ditempatkan sekitar

    pertengahan mahkota, tidak menyentuh papil gingiva dan juga tidak terlalu ke insisal. Jika lebih

    ke insisal, dengan pengaktifan beberapa kali kunjungan saja, posisinya akan terletak di bagian

    insisal. Untuk mencapai posisi yang diinginkan, tidak mudah di perbaiki, sehingga dibuat yang

    baru.

    Posisi lengkung labial juga ditentukan oleh gigitannya, gigitan dalam atau gigitan

    terbuka. Hal ini akan menentukan posisi horizontal lengkung labial , di atas atau dibawah

    konveksitas terbesar

    Lengkung labial pada activator untuk klas II dibuat di rahang atas dan klas III di rahang

    bawah. Dapat juga dibuat di rahang atas dan bawah tergantung pada anomalinya.

  • Lengkung labial pada sepertiga insisal digunakan untuk intrusi dan sepertiga servikal

    untuk ekstrusi.

    Elemen-elemen tambahan

    Elemen tambahanyang dimaksud disini adalah activator yang sudah dimodifikasi, antara lain

    penambahan sekrup ekspansi di tengah di antara atas dan bawah., penambahan kawat retensi

    Penutupan pada bagian-bagian yang tidak diperlukan

    Bagian-bagian pada model kerja yang tidak akan diisi akrilik harus ditutup ( di blok) dengan

    akrilik. Grabber, rakosi dan petrovic menyarankan, sebaiknya di tentukan batas pelat dasar

    akrilik dirahang atas dan bawah lebih dahulu. Batas pelat dasar akrilik di rahang atas dan bawah

    lebih dahulu. Sayap atas meliputi gingival dank res alveolar sekitar 8-12 milimeter di rahang atas

    dan dirahang bawah kurang lebih sekitar 5-12 mm. dengan demikian penutupan atau bloking

    dapat disesuaikan dengan ketentuan tersebut.

    Di daerah 2/3 servikal insisivus bawah ditutup dengan malam dan 1/3 insisal tidak

    ditutup karena diisi dengan akrilik tanpa penggodokan.

    Penutupan dengan malam dapat dilakukan dengan mudah jika model kerja yang ditanam

    dalam okludator dilepaskan terlebih dahulu. Hal ini dapat dilaksanakan tanpa mengubah posisi

    pin atau sekrup pada okludator karena sudah difiksasi. Tahap berikutnya adalah pengisian

    akrilik.

  • Gambar pemblockingan

    Pengisian model kerja dengan akrilik tanpa penggodokan

    Model rahang atas dan bawah diisolasi dengan bahan isolasi agar akrilik tidak melekat

    pada model setelah polimerisasi. Jika bahan isolasi telah mongering, model diisi dengan akrilik

    tanpa penggodokan secara bertahap agar pelat akrilik tidak tebal dan mencegah bahan tertimbun

    di palatum. Pelat akrilik yang tebal didaerah tersebut dapat menyebabkan poreus.

    Cara lain untuk menghindarkan poreus adalah dengan merendam model kerja dalam air

    sebentar sebelum model kerja dioleskan dengan bahan separasi. Perendaman dilakukan sehingga

    terlihat seluruh gelembung udara dalam model kerja keluar. Keadaan ini dapat diketahui karena

    tidak ada lagi gelembung-gelembung udara yang keluar. Kemudian ditunggu sebentar atau

    dikeringkan sehingga permukaannya kering. Selanjutnya dioleskan bahan isolassi pada seluruh

    permukaannya, dan ditunggu sampai kering.

    Bubuk dan cairan dicampur menurut petunjuk pabrik-pabrik. Terlebih dahulu dituang

    cairannya kedalam tempat khusus untuk mencampur. Kemudian dituangkan kedalamnya bubuk

    akrilik perlahan-lahan sehingga semua bubuk tercampur dan diaduk sampai konsistensinya tidak

    terlalu kental ataupun tidak terlalu cair. Jika konsistensinya agak kental, bahan tidak dapat masuk

    dibawah klamer retensi. Di samping itu mengakibatkan terbentuknya lubang pada pelat akrilik.

  • Selanjutnya campuran tersebut diletakkan pada model kerja secara bertahap untuk

    menghindarkan bahan tertumpuk di daerah palatum. Pada daerah 1/3 insisal bawah yang tidak

    ditutup malam juga diisi dengan akrilik. Tiap rahang diselesaikan terlebih dahulu pengisiannya

    kecuali daerah yang menyatukan pelat rahang atas dan bawah. Setelah akrilik mengeras, model

    kerja rahang atas dan bawah dipassang kembali dalam okludator.

    Untuk menyatukan pelat rahang atas dan bawah diperlukan penambahan malam di daerah

    bukal gigi-gigi posterior dan didaerah labial gigi-gigi anterior. Malam dilekatkan menutupi

    daerah tersebut. Tujuannya disamping untuk menyatukan pelat rahang atas dan bawah, juga

    untuk mencegah keluarnya bahan akrilik dari daerah tersebut. Akrilik yang belum mengeras

    ditekan dan diratakan dari sisi posterior model kerja agar pelat dasar activator tidak tebal dan

    permukaannya rata. Di samping permukaan posterior lebih lebar, juga lebih mudah

    mengerjakannya. Daerah akrilik yang tebal akan mudah poreus. Jika terjadi poreus, daerah yang

    poreus tersebut harus dihilangkan lebih dahulu, diasah dan kemudian diperbaiki kembali.

    Setelah pel;at rahang atas dan rahang bawah disatukan kemudian direndam dalam air

    untuk menghindarkam panas yang terjadi akibat polimerisasi bahan. Kemudian malam penutup

    daerah intermaksiler dapat dibuka. Jika ada bagian yang belum terisi akrilik dapat ditambahkan

    segera. Selanjutnya activator ilepaskan dari model kerja. Daerah undercut tersebut harus ditutup

    dengan malam. Jika pengolesan model kerja dengan bahan isolasi cukup, dapat menghindarkan

    gips melekat pada pelat akrilik activator.

    Activator yang baru saja dilepasskan dari okludator perlu diassah dan dipolis.

  • Gambar pengisian akrilik yang sudah selesai:

    Pengasahaan activator dan polis

    Sebelum dipassang, activator harus diasah atau digrinding dan dipolis. Disamping

    pengasahan yang biasa dilakukan, pengasahan activator mempunyai tujuan tertentu yaitu

    membentuk dataran penuntun ( guiding plane). Dataran penuntun, disebut juga dataran penunjuk

    pada kativator adalah dataran yang berfungsi untuk menuntun kearah mana gigi-gigi akan

    digerakkan, sesuai dengan tujuan perawatan.

    Untuk pengasahan diperlukan alat-alat, antara lain;

    - Fraser

    - Bor fisur dn bulat untuk mengasah akrilik daerah interdental anterior bawah kecuali sisi

    distal kaninus bawah.

    - Mandrel yang terbelah ditengah (split mandrel) untuk kertas pasir kasar dan halus.

    - Bahan dan alat polish yang digunakan.

  • Pengasahaan aktivator

    1. Pengasahan untuk pergerakan gigi-gigi dalam arah vertikal

    Terdapat gigitan dalam karena

    - Supraversi gigi-gigi anterior bawah dan supra oklusi di daerah anterior.

    - infra oklusi di posterior.

    Pengasahan akrilik interdental anterior bawah

    Dengan bur fisur dan bur bulat kecuali sisi distal kaninus bawahgigi dapat

    bergerak lebih bebas dalam akrilik yang menutupi insisalnya (=rel gigitan).

    . 2. Pengasahan untuk pergerakan gigi-gigi dalam arah transversal

    Pelat akrilik dari dataran penuntun tidak menyentuh gigi.

    Untuk mendapatkan efek lateral maupun vertikalakrilik dataran penuntun dibuat

    mengenai keliling terbesar palatal gigi gigi posterior dapat bergerak mengikuti dataran

    penuntun yang telah diasah.

  • Pengasahan selektif. Kiri, M atas dan bawah ekstrusi; kanan, hanya M atas ekstrusi.

    2. Pengasahan untuk pergerakan sagital

    Gigi-gigi posterior bawah perlu digerakkan ke anterior/mesial sehingga hubungan molar

    klas I Angle.

    Gigi-gigi posterior bawah secara serentak dapat bergerak ke mesialpermukaan mesio

    lingual harus dibebaskan dari akrilik.

    Gigi-gigi posterior RA harus ke distalakrilik pada distolingual diasah.

    Pengasahan untuk menggerakkan gigi- gigi posterior atas ke distal dan gigi-gigi bawah ke

    mesial.

    Di daerah posterior kiri bawah belum dilakukan pengasahan.

  • Grinding dan pembentukan dataran penuntun yang sudah selesai pada Klas II Angle divisi 1

    Pada rahang atas pada rahang bawah

    Pemolisan

    1. Bur polish

    2. Kertas pasir kasar sampai halus

    3. Kertas emery

    4. Denti shine

  • AKTIVATOR KLAS III

    Fungsi activator klas III :

    Fungsi Aktivator pada Maloklusi Klas III : untuk menghambat pertumbuhan rahang

    bawah dan merangsang pertumbuhan rahang atas agar tercapai ukuran dan hubungan

    normal terhadap kranium.

    Pada pasien Klas III karena kebiasaannya memajukan rahang bawah, aktivator berperan

    untuk membatasi pergerakan rahang bawah ke depan.

    Posisi activator

    Posisi Aktivator terpasang didalam mulut dalam keadaan longgar, terletak di antara gigi

    dan lidah dan hanya mengenai tempat - tempat/bagian tertentu sesuai dengan tujuan

    perawatannya.

    Tanda-tanda klas III

    1.Tanda oklusal

    1.1 Segmen labial

    - gigi insisivus rahang atas berjejal dan proklinasi

    - insisal edge gigi insisivus rahang bawah terletak di depan singulum gigi insisivus

    rahang atas.

  • 1.2 Segmen bukal

    - adanya gigitan terbuka pada daerah bukal

    - rahang atas yang pendek menyebabkan gigi geligi di daerah bukal berjejal.

    2. Hubungan skeletal

    - Pemeriksaan lebih terperinci dilakukan dengan radiography sefalometri

    3. Jaringan lunak

    Bila tinggi intermaksilaris depan besar, fungsi bibir sering kali kurang sempurna. Pada kasusu

    klas III terdapat gigitan terbuka yang bersifat skeletal dan selama menelan, lidah terletak lebih ke

    depan di celah- celah gigi insisivus.

    4. Penyimpangan lain

    Pergeseran rahang bawah yang menimbulkan penyimpangan oklusi

    akan dapat menyebabkan rasa sakit pada otot. Bila terdapat kontak prematur pada daerah gigi

    insisivus, maka akan terlihat resesi gingiva di sekitar satu atau beberapa gigi insisivus pertama

    ragang atas yang tidak beroklusi normal.

  • Tahap tahap dlm pembuatan Aktivator meliputi :

    Pembuatan Aktivator Pada Klas III

    1. Pembuatan Model Kerja dan Model Studi

    2. Pembuatan gigitan kerja

    3. Penanaman model pd Okludator

    4. Pembuatan lengkung labial

    5. Penutupan bagian yang tidak diperlukan

    6. Pengolesan Could Mould Seal dan pengisian Self Curing Akrilik

    7. Pengasahan Aktivator

    8. Pemolisan

    Pada umumnya tahap kerja activator klas II dan klas III sama, hanya yang membedakannya

    cara penggrindingannya atau pengasahannya saja.

    Pengasahan Aktivator

    a) Arah vertikal : bagian yg menghadap permukaan oklusal gigi yg akan dirawat dlm

    keadaan infra versi.

  • b) Arah transversal : pengasahan dilakukan di RA melengkung ke bukal untuk

    menuntun gigi di RA agar bergerak ke bukal, sehingga akan memperlebar lengkung RA

    c) Arah Sagital :

    - sisi disto-lingual gigi posterior RB

    - sisi mesio-palatal gigi posterior RA

    - sisi lingual gigi anterior RB

    - gigi anterior RA pd sisi palatal dibuat berkontak dgn akrilik

    Mekanisme Kerja Aktivator pada Klas III

    MalOklusi Klas III Salah satu maloklusi yang dapat dirawat dengan menggunakan

    Aktivator

  • Klas III Groove mesial M1 permanen RB berada di sebelah anterior tonjol mesio

    bukal M1 permanen RA

    Postur bibir bawah lebih kedepan dan terlihat berbentuk cekung

    Haupl dkk (1952) menyebutkan :

    Konsep perawatan Maloklusi melalui cara fungsional sbb : Rangsang fungsional

    pembentuk jaringan berasal dari aktivitas lidah,bibir,wajah dan otot kunyah. Rangsang ini

    diteruskan ke gigi-gigi, jar.periodontal, tulang alveolar dan sendi TMJ melalui pesawat yang

    longgar dan pasif antara gigi-gigi,rangsang yang terjadi akan mendorong terjadinya

    perubahan pada jaringan yang terkena .

    Prinsip kerja Aktivator

    1. Menggunakan tekanan otot-otot mastikasi

    2. Menggunakan aktivitas otot-otot orofasial

    3. Mendorong terjadinya pergerakan gigi dan pertumbuhan tulang dengan cara

    menghilangkan tekanan otot yg merugikan yg mengenai gigi-gigi

    4. Mendorong timbulnya perubahan pd bag.basal rahang yaitu dengan cara memodifikasi

    pertumbuhan RB dan RA

    5. Impuls otot otot yang terjadi pd waktu membuka dan menutup mulut, diteruskan ke Tlg

    Alveolar gigi gigi, jaringan pendukung serta sendi rahang menghasilkan perbaikan

    hubungan gigi dan rahang.

    6. Pd Maloklusi Klas III, tekanan Fungsional pd arah yg diinginkan tdk mudah diperoleh,

    karena tidak ada posisi fungsional distal yg seimbang.

  • 7. Pd keadaan ini, tindakan terbaik yg dilakukan adalah membuat aktivator dengan

    pembelahan horizontal,kedua bagian tersebut dihubungkan dengan screw horizontal

    ketika dibuka,akan menggeserkan kedua pesawat bagian bawah ke distal dan bagian

    atas ke mesial.

    8. Bila digunakan sbg pesawat fungsional, tekanan mesial pada gigi RA dan distal pd RB

    dpt diatur, sehingga hanya ada jika gigi saling berkontak ke arah vertikal oleh otot

    kunyah melalui aksi inklinasi plane pd aktivator.

    9. Perawatan kasus Maloklusi Klas III penggunaannya terbatas pada kasus yg ringan.

    10. Oleh karena itu,sebagian besar ahli sering menambah arch atau spring pada pesawat

    aktivator.

    11. Penambahan itu dimaksud untuk memajukan segmen labial atas dan memundurkan gigi

    pd segmen labial bawah.

  • Daftar pustaka

    1. Amalia Oeripto dan F.Susanto Adiwinata (1994), Aktivator Sebagai Alat Fungsional

    Orthopedi Dalam Perawatan Orthodonti

    2. Diktat kuliah Orthodonti III.