aktiva tetap tak berwujud edii
TRANSCRIPT
AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE
ASSET)
Aktiva Tetap Tak Berwujud yang bahas Inggrisnya Intangible
Assetmerupakan aktiva tetap yang secara fisik tidak dapat dilihat
bentuknya, akan tetapi memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan.
Contoh Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset)
Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tak Berwujud yang lumrah kita
temui dalam dunia usaha :
a.HakSewa(LeaseHold)
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat
usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun
waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa
dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
(-) Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan
kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa
akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau
manfaat) di masa yang akan datang.
(-) Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak
sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu
tahun buku.
Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-
milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak
berwujud atau sebagai biaya sewa.
Contoh Kasus :
Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang diperoleh
dengan cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp
750,000,000,-. Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang
juga menyewa sebuah mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari.
Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak Sewa yang
telah disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT.
Royal Bali Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut :
Pencatatan :
Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak berwujud :
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Lease Hold = Rp 750,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 675,000,000.-
[-Credit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh Pasal 4(2) :
[-Debit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 75,000,000,-
Penjelasan :
(-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak
Berwujud (intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena
sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost sewa
yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat
(menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari
satu tahun buku, untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva
tetap tak berwujud.
(-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal
4 (2), diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui
sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak. Mengingat
Conservatism principle, bukankah setiap potensi pengeluaran maupun
kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ?. (Khusus Menganai
PPh Pasal 4 (2) kita akan bahas di artikel lain :-) )
Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya :
Pada saat pembayaran sewa dicatat :
[-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,-
[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :
[-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
[-Credit-]. Kas = Rp 15,000,-
Catatan :
Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai biaya, karena
atas pengeluaran perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya
akan memperoleh manfaat selama satu hari (kurang dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak
selaku pemotong. (Lebih detail mengenai PPh Pasal 23 akan kita
bahas pada artikel lain :-) ).
b. Organization Cost.
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan
dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran
kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak
berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan
memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama
perusahaan masih beroperasi.
c. Perijinan (Permit & Licences)
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah
baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait
dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya,
dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus
diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas
tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3
sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu Ijin
diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
d. Hak Patent
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu.
Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat
tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan
tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau
system, atau cara tertentu.
e. Merk Dagang (Trade Mark)
Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang
diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo,
tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu
organisasi/perusahaan tertentu.
f. Hak Penggandaan (Copyright)
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa
karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu,
script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk
memperbanyak dan mengedarkannya.
g. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau
memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara
pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu
yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise.
h. Goodwill
Adalah kelebihana-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh
perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain.
Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki
reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk
unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.
Catatan penting : Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi
suatu transaksi, yang mana dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai
lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan
perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru,
merger atau akuisisi.
Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap Tak Berwujud
Pada dasarnya permasalahan akuntansi atas aktiva tetap tak berwujud
(intangible asset) sama saja dengan aktiva tetap berwujud, yaitu :
1. Perolehan (Acquisition Cost)
Sama halnya dengan Tangible Asset, Perolehan atas Intangible Asset
juga dicatat sebesar nilai faktur ditambah dengan pengeluaran-
pengeluaran yang menyertainya.
2. Pengeluaran-Pengeluaran setelah perolehan (Expenditures)
Jika terjadi pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan, maka konsep
kapitalisasi maupun pembebanannya sama saja dengan tangible asset
(aktiva tetap berwujud).
3. Amortisasi (Amortization)
Amortisasi adalah pengalokasian harga perolehan ke beban usaha
(biaya), yang pada aktiva tetap dikenal dengan depresiasi (penyusutan).
Penghitungan maupun pencatatan atas amortisasi sama saja dengan cara
penghitungan maupun pencatatan atas penyusutan aktiva tetap berwujud.
Hal penting yang perlu diketahui :
(-). Amortisasi kebanyakan merupakan biaya usaha dan jarang
digolongkan ke dalam harga pokok produksi, kecuali merk dagang yang
memang digolongkan ke dalam kelompok harga pokok penjualan.
(-). Amortisasi lebih baik jika dihitung menggunakan metode garis lurus
saja, karena pada dasarnya intangible asset tidak dipengaruhi, bahkan
tidak ada hubungannya dengan output produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
4. Pelaporan (disclosure)
Intangible asset dilaporkan hanya nilai bersihnya (net value) setelah
dikurangi akumulasi amortisasinya. Akumulasi amortisasi tidak pernah
dimnculkan di dalam neraca.
Khusus mengenai Perlakuan Goodwill, lebih jauh dan lebih detail lagi
dapat di baca di artikel lain:PERLAKUAN GOODWILL , disana dilengkapi
dengan jurnal dan contoh kasusnya.
Aktiva Tetap Tak Berwujud
BAB II
2.1 DEFINISI AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aktiva tetap berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur
ekonomisnya panjang dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi
tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak – hak istimewa atau
pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi,
atau dokumen lain.
Aktiva tak berujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama
dagang.
2. Perusahaan lain-misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk
goodwill.
3. Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.
2.2 KLASIFIKASI AKTIVA TETAP BERWUJUD
Yang termasuk aktiva tetap tidak berwujud antara lain sebagai berikut :
2.2.1 HAK PATEN
Hak paten adalah hak istimewa yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
memberikan kewenangan kepada pemegang hak untuk memproduksi, menjual,
dan mengawasi penemuannya dalam jangka waktu tertentu sejak hak tersebut
diberikan.
Harga perolehan suatu aktiva tak berwujud adalah kas (ekulivalensinya)
yang dibayarkan untuk memperoleh hak patennya, yang meliputi biaya penelitian,
biaya percobaan, biaya pengembangan, biaya pendaftaran, dan biaya lain – lain.
2.2.2 HAK CIPTA
Hak cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah, yang memberikan
hak istimewa kepada pemegang hak tersebut untuk memproduksi dan menjual
suatu karya seni atau karya tulis. Misalnya hak cipta yang diberikan kepada
penulis buku, pencipta lagu, dan lain – lain. Hak cipta dapat diperoleh dengan
penemuan sendiri, dapat pula dengan membeli. Harga perolehan suatu hak cipta
terdiri dari pengeluaran untuk mendapatkan dan mempertahankan hak tersebut.
2.2.3 MEREK DAGANG
Merek dagang atau nama dagang adalah kata, rangkaian kata, logo atau
simbol yang membedakan atau memberi identitas suatu perusahaan tertentu atau
produk tertentu. Apabila merek dagang atau nama dagang dibeli, maka harga
perolehan hak tersebut adalah harga belinya.
2.2.4 FRANCHISE DAN LISENSI
Franchise adalah perjanjian (kontrak) antara pemberi franchise (franhisor)
dengan penerima franchise (franchisee). Dalam perjanjian tersebut, franchissor
memberi hak kepada franchise untuk menjual produk tertentu, atau untuk
memberikan hak kepada franchise untuk menjual produk tertentu, atau untuk
memberikan suatu jasa tertentu, atau untuk menggunakan merek dagang tertentu,
sedangkan lisensi adalah izin operasinya. Misalnya franchise yang dijual oleh
Kentucky Fried Chicken, Mc Donald (hamburger, pizza, dan sebagainya).
2.2.5 BIAYA ORGANISASI
Biaya yang timbul dalam pembentukan suatu organisasi perusahaan
disebut biaya organisasi. Biaya organisasi akan bermanfaat selama hidup
perusahaan menetapkan masa manfaat dengan taksiran tertentu yang dianggap
wajar.
2.2.6 GOODWILL
Aktiva tak berujud terbesar yang biasanya nampak dalam neraca
perusahaan adalah goodwill. Goodwill adalah sela atribut yang memberi nilai atau
citra yang menguntungkan yang melekat pada suatu perusahaan.
Goodwill merupakan suatu aktiva yang tidak berwujud yang berbeda dari
aktiva tak bewrujud lainnya. Goodwill tidak bisa dijual tanpa mengalihkan atau
menjual perusahaannya, karena goodwill hanya dapat diidentifikasikan dengan
perusahaan sebagai keseluruhan. Goodwill hanya akan dicatat apabila timbul dari
transaksi pertukaran yang meliputi pembeliaan perusahaan secara keseluruhan.
2.3. AMORTISASI
Secara umum, akuntansi untuk aktiva tak berwujud adalah sejalan dengan
akuntansi untuk aktiva tetap. Seperti halnya aktiva tetap, aktiva tak berwujud juga
dicatat atas dasar harga perolehan, dan harga perolehan ini dihapus secara rasional
dan sistematis selama masa manfaat aktiva tak berwujud tersebut.
Namun demikian, terdapat sejumlah perbedaan antara akuntansi aktiva tak
berwujud bila dibandingkan dengan akuntansi aktiva tetap. Pertama, istilah yang
digunakan untuk menghapus aktiva tak berwujud adalah amortisasi (bukan
depresiasi). Untuk mencatat amortisasi tak berujud, maka rekening Biaya
Amortisasi didebet, dan rekening aktiva tak berujud yang bersangkutan dikredit,
Berbeda dengan aktiva tetap, amortisasi aktiva tak bewrujud hanya
mengenal satu metoda, yaitu metoda garis lurus. Oleh karena itu, perlakuan
akuntansi aktiva tak berwujud pada berbagai perusahaan relative mudah
diperbandingkan.
Hak Paten
Harga perolehan hak paten harus diamortisasi selama masa berlaku hak
tersebut atau selama masa manfaatnya, tergantung mana yang lebih pendek.
Untuk memberikan gambaran mengenai perhitungan biaya paten, misalnya PT
Tangkuban Perahu membeli hak paten dengan harga perolehan Rp.
60.000.000. Masa manfaat hak tersebut diperkirakan adalah 8 tahun. Dengan
demikian amortisasi per tahun adalah Rp. 7.500.000 (Rp. 60.000.000 : 8).
Jurnal untuk mencatat amortisasi tahunan adalah sebagai berikut:
Des. 31 Biaya Amortisasi Paten 7.500.000
Hak Paten 7.500.000
(Untuk mencatat amortisasi hak paten)
Biaya paten dikelompokan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya operasi.
Hak Cipta
Masa manfaat suatu hak cipta biasanya lebih pendek daripada masa
berlakunya. Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak cipta,
maka hak cipta biasanya di amortisasi dalam periode waktu yang relatif
pendek.
Merek Dagang
Seperti halnya aktiva tak berwujud lainnya, hak merek harus diamortisasi
selama masa manfaat atau masa berlakunya, tergantung mana yang lebih
pendek. Mengingat sulitnya penentuan masa manfaat suatu hak merek,
biasanya ditetapkan jangka waktu yang relative pendek.
Franchise
Harga perolehan suatu hak franchise dan lisensi adalah semua pengeluaran
yang diperlukan untuk mendapatkan hak tersebut. Bila jangka waktu terbatas,
maka harga perolehan franchise dan lisensi harus diamortisasi sebagai biaya
operasi selama jangka waktu izin pengoperasian hak tersebut. Namun apabila
jangka waktunya tidak terbatas, maka amortisasi dilakukan selama jangka
waktu yang ditentukan dengan taksiran yang wajar.
Biaya Organisasi
Biaya organisasi diamortisasi salama jangka waktu tertentu sama seperti
aktiva tak berwujud.
Goodwill
Misalkan PT Astina membeli PT Alengka dengan harga Rp
1.500.000.000. nilai wajar aktiva PT Alengka pada saat transaksi Rp
2.400.000.000 dan nilai seluruh utangnya Rp 1.000.000.000. umur
ekonomisnya 20 tahun. hitunglah nilai goodwill dan bentuk jurnal yang
diperlukan.
Harga beli PT Alengka Rp 1.500.000.000
Nilai wajar aktiva neto Rp. 2.400.000.000
Nilai utang Rp. 1.000.000.000
Total modal PT Alengka Rp 1.400.000.000
Harga beli goodwill Rp. 100.000.000
Amortisasi setiap tahun = Rp 100.000.000 : 20 = Rp 5.000.000
Macam – macam aktiva 2.400.000.000
Goodwill 100.000.000
Macam – macam utang 1.000.000.000
Kas 1.500.000.000
Beban amortisasi goodwill 5.000.000
Goodwill 5.000.000
2.4. ANALISIS BIAYA RISET DAN PENGEMBANGAN
Banyak perusahaan melakukan pengeluaran yang cukup besar jumlahnya
untuk riset dan pengembangan dalam rangka mendapatkan produk baru atau
proses yang lebih baik. Pada perusahaan raksasa seperti IBM, Toyota, atau
Mitsubishi, pengeluaran untuk keperluan ini mungkin melebihi anggaran belanja
sebuah Negara sedang berkembang.
Riset dan pengembangan memiliki sejumlah masalah akuntansi :
1. kadang-kadang sulit untuk mengaitkan pengeluaran pada proyek tertentu
2. seringkali terdapat ketidakpastian mengenai manfaat dari pengaluaran tersebut.
Oleh karena itu, pengeluaran untuk riset dan pengembangan biasanya dicatat
sebagai biaya pada waktu terjadi pengeluaran. Perlakuan seperti ini tidak
memperhatikan apakah pengeluaran akan berhasil atau tidak berhasil.
Sebagai contoh, misalkan PT Muria melakukan pengeluaran sebesar Rp.
30.000.000 untuk biaya riset dan pengembangan. Riset dan pengembangan ini
telah menghasilkan dua penemuan yang sangat berhasil dan memperoleh dua hak
paten. Walaupun demikian, pengeluaran untuk riset dan pengembangan tidak
dapat dimasukan dalam harga perolehan hak paten, melainkan tetap harus
diperlakukan sebagai biaya pada periode dikeluarkannya biaya tersebut.
2.5. PENYAJIAN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya aktiva tetap tak berwujud dilaporkan tersendiri setelah
aktiva tetap berwujud. Pelaporan harus cukup jelas, bilamana perlu diberi catatan
tambahan, baik dalam laporan itu sendiri maupun dalam catatan atas laporan
keuangan. Selain itu, metode amortisasi yang digunakan dan jumlah amortisasi
untuk tahun yang bersangkutan juga disebutkan. Contoh penyajian aktiva tetap
dalam neraca adalah sebagai berikut :
PT TINOMBALA
Neraca sebagian
Aktiva tetap
Tambang batu bara, atas dasar
harga perolehan, di kurangi depresiasi……… Rp. 95.400.000
Gedung dan peralatan, atas
dasar harga perolehan…. Rp. 2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi depresiasi 1.229.000.000
978.100.000
Jumlah aktiva tetap…… Rp. 1.073.500.000
Aktiva tak berwujud
Hak paten……………. 410.000.000
Jumlah………………. Rp. 1.483.500.000